SKRIPSI suparmiati

download SKRIPSI suparmiati

of 147

Transcript of SKRIPSI suparmiati

  • UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

    DI SMP NEGERI 13 MALANG SKRIPSI

    Oleh:

    Ahmad Noparullah NIM: 03110034

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG

    2009

    1

  • UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

    DI SMP NEGERI 13 MALANG

    SKRIPSI

    Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar

    Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd.I)

    Oleh

    Ahmad Noparullah NIM: 03110034

    PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG

    2009

    2

  • HALAMAN PERSETUJUAN

    UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

    DI SMP NEGERI 13 MALANG

    SKRIPSI

    Oleh: Ahmad Noparullah

    NIM. 03110034

    Telah Disetujui Oleh: Dosen Pembimbing

    Drs. A. Fatah Yasin M, Ag NIP. 150 287 892

    Tanggal, 09 Januari 2009

    Mengetahui, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

    Drs. Moh. Padil, M. Pd I. NIP. 150 267 235

    3

  • HALAMAN PENGESAHAN

    UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI 13

    MALANG

    SKRIPSI

    dipersiapkan dan disusun oleh Ahmad Noparullah (03110034)

    telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 17 Januari 2009 dengan nilai B +

    dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata satu Sarjana Pendidikan Islam

    (S.Pd.I) pada tanggal: 17 Januari 2009.

    Panitia Ujian

    Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,

    Drs. A. Fatah Yasin M. Ag Dr. M. Zainuddin, MA NIP. 150 287 892 NIP. 150 275 502

    Pembimbing, Penguji Utama, Drs. A. Fatah Yasin M. Ag Drs. Moh. Padil, M. Pd NIP. 150 287 892 NIP. 150 267 235

    Mengesahkan Dekan Fakultas Tarbiyah

    Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony NIP. 150 042 031

    4

  • SURAT PERNYATAAN

    Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya

    yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan

    tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat

    yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis

    diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

    Malang, 09 Januari 2009

    Ahmad Noparullah

    5

  • MOTTO

    Artinya: Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi

    kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di

    antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

    (QS. Al Mujaadilah:11)

    6

  • PERSEMBAHAN

    Karya ini hanya butiran kecil dari sekian banyak dan besar lautan pasir yang harus

    kupersembahkan demi kasih dan sayang pada Bapak dan Mamak yang telah banyak

    memberikan pengorbanan yang tidak terhingga nilainya baik materiil maupun spirituil,

    sehingga penulis bisa sampai ke jenjang Perguruan Tinggi Universitas Islam Negeri

    Malang

    Keluarga Besarku (de udin, adi, melta, nenek dari bapak, nenek dari mamak, wak aji

    sekeluarga, bak wo sekeluarga, keluarga besar di dusun, bi waisah, bi wan, bi al, bi rus

    dan seluruh keluarga besarku yang tidak bisa aku sebutkan satu persatu)

    Untuk sayangku ika makasih banyak ya sudah memberikan motivasi dan dorongan buat

    aku sampai akhirnya aku selesai menyusun skripsi

    Tulisan ini adalah terima kasihku

    Pada ketelatenan serta jerih payah Guru-guruku dan Dosen-dosenku, Pahlawanku yang

    telah memberi cahaya ilmu pengetahuan padaku.......

    Wahai dzat yang Maha Tahu dan Maha Kasih, Hidup dan Matiku hanya Untuk-Mu dan

    mohon jadikanlah ini sebagai amal ibadahku

    Amin

    7

  • KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah, puja dan puji syukur penulis haturkan kehadirat Ilahi

    Robbi, Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya

    sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

    Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan

    kita Nabi agung Muhammad SAW yang telah mengajarkan kita tentang arti

    kehidupan yang sesungguhnya. Semoga kita termasuk orang-orang yang

    mendapatkan syafaat beliau di hari akhir kelak. Amien...

    Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik berkat jasa-jasa,

    motivasi dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan penuh tadhim,

    dari lubuk hati yang paling dalam penulis sampaikan terima kasih kepada:

    1. Orang tuaku yang aku banggakan dan aku sayangi Ayahanda Samlan, Ibunda

    Hartati, adik-adikku udin, adi, melta dan segenap keluarga besarku yang telah

    mencurahkan cinta dan kasih sayang teriring doa dan motivasinya, sehingga

    penulis selalu optimis dalam menggapai kesuksesan hidup di dunia ini.

    2. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku Rektor Universitas Islam Negeri

    (UIN) Malang.

    8

  • 3. Bapak Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony selaku Dekan Fakultas Tarbiyah UIN

    Malang

    4. Bapak Drs. M. Padil, M. PdI, selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam

    5. Bapak Drs. A. Fatah Yasin, M. Ag, selaku pembimbing penulis dalam

    menyelesaikan penulisan skripsi ini. Atas bimbingan, arahan, saran, motivasi

    dan kesabarannya, penulis sampaikan Jazakumullah Ahsanal Jaza.

    6. Seluruh dewan pengasuh PP. Daar El-Qolam, dewan pengurus serta para

    ustadz, telah mendidik, membimbing, mengajarkan dan mencurahkan ilmu-

    ilmunya. Karena jasa engkaulah aku mengerti akan arti kehidupan yang

    sebenarnya.

    7. Seluruh Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Malang, yang telah mendidik,

    membimbing, mengajarkan dan mencurahkan ilmu-ilmunya kepada penulis.

    Semoga Allah membalas amal kebaikan mereka..

    8. Teman-teman Fakultas Tarbiyah UIN Malang, serta teman-teman pondok

    yang telah mewarnai perjalanan hidupku dan tidak lupa pula teman-teman

    gang 3 Dinoyo, Mas Agung, Rio, Angga, Dwi, Irwan, Didit, Hendrik, Pon-

    pon, Aggi, semuanya..

    9. Sahabat-sahabat karibku (My Best Friends), yaitu: Ari alhadi, Zulkarnain,

    Fitriawati, Nurhayati, Amin Qutbi, semoga persaudaraan kita selalu abadi.

    9

  • 10. Seluruh sahabat kos-kosan yang sering aku maen, terima kasih atas bantuan

    dan fasilitasnya (kamar, computer, printer, tv, teh, jahe, energen, mie, kopi).

    Semoga kebaikan kalian semua diterima sebagai amal sholeh

    11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah membantu

    penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

    Terakhir, penulis juga sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari

    kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari para

    pembaca yang budiman sangat kami harapkan demi perbaikan dan kebaikan karya

    ilmiah ini.

    Semoga karya ilmiah yang berbentuk skripsi ini dapat bermanfaat dan

    berguna bagi kita semua, terutama bagi diri penulis sendiri. Amin ya

    Mujibassailin...

    Malang, 9 Januari 2009

    Penulis

    10

  • DAFTAR TABEL

    Tabel I : Data Sarana dan Prasarana Pendidikan SMP Negeri 13 Malang

    Tabel II : Data tentang keadaan guru tetap dan tidak tetap SMP Negeri 13

    Malang

    Tabel III : Data tentang keadaan pegawai tetap dan tidak tetap SMP Negeri 13

    Malang

    Tabel IV : Keadaan siswa SMP Negeri 13 Malang tahun 2007/2008

    11

  • DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

    HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................. ii

    HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... iii

    HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv

    HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v

    HALAMAN MOTTO ..................................................................................... vi

    HALAMAN PERNYATAAN......................................................................... vii

    KATA PENGANTAR ...................................................................................viii

    DAFTAR ISI .................................................................................................... xi

    DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiv

    ABSTRAK ..................................................................................................... xv

    BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1 A. Latar Belakang ..1 B. Rumusan Masalah .5 C. Tujuan Penelitian ..6 D. Manfaat Penelitian.6 E. Definisi Operasional..7

    BAB II KAJIAN TEORI .9

    A. Pembahasan tentang Guru Agama Islam9 1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam....................................9 2. Peranan Guru Pendidikan Agama Islam........................................12 3. Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam.................................18 4. Persyaratan menjadi Guru Pendidikan Agama Islam...................23 5. Tugas dan Tanggung Jawab Guru Pendidikan Agama Islam........26

    B. Pembahasan Tentang Motivasi ..29 1. Pengertian Motivasi .30 2. Macam-macam Motivasi .33 3. Bentuk-bentuk Motivasi...39 4. Fungsi Motivasi44

    C. Pembahasan Tentang Belajar........................................................46 1. Pengertian Belajar .......................................................................46 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi belajar .................................54 3. Prinsip-prinsi belajar....................................................................72

    D. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Motivasi belajar Siswa ...................................................................76

    12

  • BAB III METODE PENELITIAN ..84 A. Pendekatan dan jenis penelitian...84 B. Kehadiran Peneliti...........................................................................85 C. Lokasi Penelitian.............................................................................86 D. Sumber Data....................................................................................86 E. Prosedur Pengumpulan Data...........................................................88 F. Analisis Data...................................................................................90 G. Pengecekan Keabsahan Temuan.....................................................91 H. Tahap-Tahap Penelitian..92

    BAB IV PAPARAN DATA HASIL PENELITIAN.94

    A. Deskripsi Objek Penelitian...94 1. Sejarah Berdirinya SMPN 13 Malang.......................................94 2. Letak Geografis SMPN 13 Malang...........................................95 3. Visi dan Misi SMPN 13 Malang...............................................95 4. Struktur Organisasi SMPN 13 Malang.....................................98 5. Keadaan Sarana dan Prasarana SMPN 13 Malang...................98 6. Keadaan Guru dan Pegawai SMPN 13 Malang101 7. Keadaan Siswa SMPN 13 Malang............................................102

    B. Paparan Hasil Penelitian103 1. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Motivasi

    Belajar Siswa...............................................................................103 2. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Meningkatkan Motivasi

    Belajar Siswa...............................................................................113 a. Faktor Pendukung..114 b. Faktor Penghambat117

    BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN118

    1. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa..118

    2. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa.............................................................................124

    BAB VI PENUTUP126

    A. Kesimpulan126 B. Saran-saran.127

    DAFTRA PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

    13

  • ABSTRAK Noparullah, Ahmad. 2009. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam

    Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa di SMP Negeri 13 Malang. Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah. Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. Drs. A. Fatah Yasin, M. Ag

    Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berjalan sangat cepat yang

    mewarnai seluruh aspek kehidupan manusia, didalam rangka mengimbangi hal tersebut pemerintah menetapkan suatu kebijaksanaan untuk meningkatkan mutu pendidikan, pencapaian mutu pendidikan merupakan langkah yang harus dilakukan dengan usaha peningkatan kemampuan professional yang dimiliki oleh guru, utamanya guru pendidikan agama Islam. Guru merupakan salah satu komponen dalam proses belajar mengajar. Seorang guru memiliki tanggung jawab yang besar dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu guru harus memberikan motivasi kepada siswa, karena motivasi adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi sukses tidaknya segala aktivitas siswa dalam belajar. Guru tidak semata-mata mentransfer ilmu pengetahuan saja, tetapi juga sebagai pendidik dan pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntut siswa dalam mengajar. Pengarahan disini dapat berupa memberikan motivasi kepada siswa, karena di dalam proses belajar mengajar motivasi memeganag peranan yang sangat penting. Motivasi tidak dapat dipisahkan dari aktivitas belajar. Siswa tidak akan mempelajari sesuatu bila hal itu tidak menyentuh kebutuhannya. Motivasi adalah syarat mutlak dalam belajar. Sering kali terdapat anak yang malas, suka membolos dan sebagainya. Adapun yang sering terjadi di sekolah-sekolah formal banyaknya siswa yang tidak ikut pelajaran di saat pelajaran pendidikan agama Islam yang tidak di senangi sedang berlangsung, hal ini terlihat pada absensi mata pelajaran pendidikan agama Islam ketika sedang berlangsung dan banyaknya siswa yang malas untuk belajar mata pelajaran pendidikan agama Islam. Dengan demikian guru pendidikan agama Islam tidak berhasil memberikan motivasi yang tepat untuk mendorong agar siswa bekerja dengan segenap tenaga dan pikirannya.

    Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana upaya guru pendidikan agama islam dalam meningkatkan motivasi belajar siswa di SMP Negeri 13 Malang dan juga untuk mengetahui apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam meningkatkan motivasi belajar siswa di SMP Negeri 13 Malang.

    Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Dan hasil yang diperoleh merupakan hasil dari data deskriptif, yakni berupa kata-kata, gambaran dan bukan angka-angka. Sumber data sekaligus informan adalah kepala sekolah, guru pendidikan agama islam (PAI) serta pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini bila diperlukan. Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan beberapa teknik yakni dengan melalui observasi, interview serta dokumentasi. Sedangkan dalam menganalisis data, peneliti menggunakan

    14

  • teknik analisis data diskriptif kualitatif. Untuk pengecekan keabsahan peneliti menggunakan trianggulasi, pengecekan sejawat melalui diskusi dan kecukupan referensial.

    Adapun hasil dari penelitian ini adalah upaya guru pendidikan agama

    islam (PAI) dalam meningkatkan motivasi belajar sudah dilaksanakan di SMP Negeri 13 Malang dengan baik, hal ini dapat dilihat dari peran guru yang terlibat langsung kepada siswa akan motivasi belajar di SMP Negeri 13 Malang. Maka dari itu peneliti berkesimpulan bahwa motivasi yang diberikan guru SMP Negeri 13 Malang menjadi 3 (tiga) jenis motivasi : Motivasi Tinggi, Motivasi Sedang, dan Motivasi Rendah. Untuk faktor pendukungnya adalah sarana dan prasarana yang lengkap, lingkungan yang aman dan nyaman, tenaga pengajarnya yang profesional, dan adanya dukungan dan kerjasama dari guru-guru non agama islam. Sedangkan penghambatnya adalah semangat belajar dari siswa, karena memang kadang-kadang mereka terpengaruh dari lingkungan tempat mereka bergaul di luar sekolah, dan kemampuan ekonomi dari siswa.

    kata kunci: upaya, guru pendidikan agama islam, motivasi belajar siswa.

    15

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi oleh

    setiap orang, karena hanya dengan pendidikan orang akan memperoleh ilmu

    pengetahuan yang sangat diperlukan dalam kehidupannya. Tanpa pendidikan

    seseorang akan sulit untuk menyesuaikan diri dengan masyarakat yang ada di

    sekitarnya dan kemungkinan besar tidak dapat menghadapi permasalahan-

    permasalahan hidup yang semakin beragam.

    Ilmu pengetahuan yang diperoleh dari proses pendidikan itu merupakan

    bekal penting bagi setiap orang untuk menjalankan kepentingan. Dalam al-Quran

    surat al-Mujadilah ayat 11 Allah SWT, menjelaskan:

    Artinya : Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:

    "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya

    Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan:

    "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan

    meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-

    orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah

    Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

    16

  • Dan hadits Rasulullah SAW bersabda:

    ) (

    Artinya : Barang siapa yang menginginkan kebahagiaan di dunia

    baginya harus dengan ilmu, dan barang siapa yang

    menginginkan kebahagiaan di akhirat baginya harus ilmu,

    dan barang siapa yang menginginkan kebahagiaan

    keduanya (dunia dan akhirat) hendaklah dengan ilmu.1

    Dari ayat dan hadits diatas dapat diketahui bahwa dalam menjalankan

    kehidupan yang penuh dengan permasalahan yang beraneka ragam ini orang

    membutuhkan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang dimiliki dapat dijadikan

    sebagai kunci bagi permasalahan-permasalahan yang dihadapi. Selain sebagai

    bekal dalam menjalankan kehidupan didunia ilmu pengetahuan juga dapat

    mengantarkan seseorang untuk mencapai kebahagiaan hidup di akhirat. Dan ilmu

    pengetahuan itu hanya dapat diperoleh dengan melalui proses belajar.

    Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada

    diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam

    berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan

    tingkah lakunya, ketrampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya,

    1 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hlm. 8-9.

    17

  • daya penerimaannya dan aspek-aspek lain yang ada pada individu.2 Dengan

    belajar seseorang diharapkan dapat bertambah pengetahuan dan ketrampilannya,

    sehingga dapat dimanfaatkan dalam kehidupannya.

    Belajar sebagai proses, maka dalam pelaksanaannya membutuhkan adanya

    suatu tempat yang dapat menampung proses belajar tersebut. Dalam hal ini

    sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal merupakan salah satu wadah

    yang cukup strategis bagi kegiatan belajar, karena pelaksanaan proses belajar

    mengajar yang ada di sekolah telah di atur dan direncanakan dengan sebaik-

    baiknya.

    Proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik jika ditunjang dengan

    adanya tenaga pendidik yang profesional yakni guru yang mampu mengajar

    dengan baik dan terampil, dapat menggunakan metode mengajar yang tepat dan

    menguasai mata pelajaran yang akan disampaikan.

    Keberhasilan suatu pendidikan lebih banyak dipengaruhi oleh tenaga

    kependidikan terutama guru, bahkan komponen lainnya termasuk kepala sekolah,

    pemilik, orang tua dan lingkungan serta semua pihak yang ikut berperan

    mempelancar proses geraknya guru dalam mencapai tujuan pendidikan. Maka dari

    itu peranan disini sangat mempenagruhi terhadap tinggi rendahnya aktifitas

    belajar siswa dalam proses belajar mengajar, bahkan tugas guru bukan hanya

    memberi ilmu saja tetapi juga sebagai perencana, pembimbing, evaluator serta

    motivator bagi siswa.

    2 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2000),

    hlm. 98.

    18

  • Guru agama adalah seseorang yang mengajar dan mendidik agama Islam

    dengan membimbing, menuntun, memberi tauladan dan membantu mengantarkan

    anak didiknya ke arah kedewasaan jasmani dan rohani. Hal ini sesuai dengan

    tujuan pendidikan agama yang hendak di capai yaitu membimbing anak agar

    menjadi seorang muslim yang sejati, beriman, teguh, beramal sholeh dan

    berakhlak mulia, serta berguna bagi masyarakat, agama dan Negara.3

    Tugas dan peran guru agama tidaklah terbatas dalam masyarakat, bahkan

    guru agama pada hakikatnya merupakan komponen strategis memiliki peran

    penting dalam menentukan gerak maju kehidupan bangsa. Dalam kehidupan

    masyarakat, kehidupan guru harus ingarsa tulada, ing madya mangan karsa,

    tutwuri handayani yang artinya didepan memberi suru tauladan, ditengah-tengah

    membangun, dan dibelakang memberi dorongan dan motivasi.

    Menurut Mc. Donald motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam

    pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk

    mencapai tujuan.4

    Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa motivasi merupakan suatu hal

    yang sangat dibutuhkan oleh setiap orang dalam melakukan suatu kegiatan,

    demikian juga dalam kegiatan belajar. Kegiatan belajar siswa juga membutuhkan

    adanya motivasi, karena motivasi dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.

    Apabila motivasi belajar siswa tepat, maka ia akan memperoleh hasil belajar yang

    optimal dan sebaliknya.

    3 Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Aksara, 1994), hlm. 45. 4 Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Mengajar, (Bandung, CV. Sinar Baru, 1992), hlm. 173.

    19

  • SMP Negeri 13 Malang merupakan tempat pendidikan di bawah naungan

    Departemen Pendidikan Nasional dengan jam pelajaran untuk Pendidikan Agama

    Islam (PAI) hanya dua jam per minggu. Dengan kenyataan ini guru PAI memiliki

    tanggung jawab yang besar untuk memperbaiki akhlak anak didiknya. Seorang

    guru PAI diharapkan mampu memberikan keilmuwannya dan berprilaku yang

    baik agar dapat dianut atau di contoh oleh anak didiknya. Guru PAI dituntut tidak

    hanya mengajarkan ilmu-ilmu pengetahuan saja, tetapi lebih itu yaitu membentuk

    watak dan pribadi anak didiknya dengan akhlak dan ajaran Islam.

    Dalam proses belajar mengajar seorang guru harus bisa memotivasi anak

    didiknya agar tertarik dengan pelajaran yang diajari. Di SMP Negeri 13 Malang

    banyak siswa-siswinya kurang tertarik dengan mata pelajaran PAI, hal ini

    disebabkan karena kurangnya motivasi belajar dari siswa. Berangkat dari

    pernyataan diatas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang upaya

    guru PAI dalam meningkatkan motivasi belajar kepada siswa-siswinya agar

    mereka lebih giat lagi belajarnya, sehingga memperoleh hasil belajar yang baik

    dan sesuai dengan harapan guru dan orang tua. Untuk itulah, maka penulis

    memberi judul dalam karya tulis ilmiah ini: Upaya Guru Pendidikan Agama

    Islam (PAI) Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa di SMPN 13

    Malang

    B. Rumusan Masalah

    1. Bagaimana upaya guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan

    motivasi belajar siswa di SMPN 13 Malang?

    20

  • 2. Bagaimana faktor pengahambat dan pendukung yang dapat meningkatkan

    motivasi belajar di SMPN 13 Malang?

    C. Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah:

    1. Untuk mengetahui upaya guru agama Islam dalam meningkatkan motivasi

    belajar siswa di SMPN 13 Malang

    2. Untuk mengetahui apa saja faktor pengahambat dan pendukung yang dapat

    meningkatkan motivasi belajar siswa di SMPN 13 Malang

    D. Manfaat Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah yang ada maka dapat dijelaskan

    manfaat penelitiannya, sebagai berikut:

    1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah

    keilmuan terutama yang berkaitan dengan motivasi belajar siswa di SMPN

    13 Malang,

    2. Secara praktis, dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya maupun

    para pengajar khususnya agar menyadari betapa pentingnya meningkatkan

    motivasi belajar di kalangan siswa-siswinya.

    3. Secara Instruktisional/ kelembagaan, dapat digunakan sebagai sumbangan

    pemikiran atau sebagai bahan masukan untuk memecahkan permasalahan

    yang berkaitan dengan meningkatkan motivasi belajar dan juga sebagai

    dasar untuk mengambil keputusan di masa yang akan datang.

    21

  • E. Definisi Operasional

    1. Guru Pendidikan Agama Islam

    Seseorang yang mengajar dan mendidik agama Islam dengan

    membimbing, menuntun, memberi tauladan dan membantu mengantarkan

    anak didiknya ke arah kedewasaan jasmani dan rohani. Hal ini sesuai

    dengan tujuan pendidikan agama yang hendak di capai yaitu membimbing

    anak agar menjadi seorang muslim yang sejati, beriman, teguh, beramal

    sholeh dan berakhlak mulia, serta berguna bagi masyarakat, agama dan

    Negara.5

    2. Motivasi

    Menurut M. Ngalim Purwanto motivasi adalah suatu usaha yang

    disadari untuk menggerakkan, mengarahkan dan menjaga tingkah laku

    seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga

    mencapai hasil atau tujuan tertentu.6

    3. Belajar

    Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

    memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

    sebagi hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

    lingkungannya.7

    5 Zuhairini, Op.Cit., hlm. 45. 6 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000), hlm.

    73. 7 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta, PT. Rineka Cipta, 2003),

    hlm. 2.

    22

  • Dari definisi diatas penulis bermaksud melakukan penelitian

    tentang bagaimana upaya guru pendidikan agama Islam dalam

    meningkatkan motivasi belajar siswa di SMPN 13 Malang. Dan ini dapat

    dilihat dari upaya guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan

    motivasi belajar siswa-siswinya di sekolah dan apa saja faktor yang dapat

    meningkatkan motivasi belajar siswa-siswinya.

    23

  • BAB II

    KAJIAN TEORI

    A. Pembahasan Tentang Guru Agama Islam

    1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam

    Sebelum penulis membicarakan tentang pengertian guru pendidikan

    agama Islam, perlulah kiranya penulis awali dengan menguraikan

    pengertian guru agama secara umum, hal ini sebagai titik tolak untuk

    memberikan pengertian guru agama Islam.

    a. Pengertian Guru secara ethimologi (harfiah) ialah dalam literatur

    kependidikan Islam seorang guru biasa disebut sebagai ustadz,

    mu`alim, murabbiy, mursyid, mudarris, dan mu`addib, yang artinya

    orang memberikan ilmu pengetahuan dengan tujuan mencerdaskan dan

    membina akhlak peserta didik agar menjadi orang yang

    berkepribadian baik.8

    b. Sedangkan pengertian guru ditinjau dari sudut therminologi yang

    diberikan oleh para ahli dan cerdik cendekiawan, istilah guru adalah

    sebagai berikut:

    1) Menurut Muhaimin dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar

    menguraikan bahwa guru adalah orang yang berwenang dan

    bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid, baik secara

    individual ataupun klasikal. Baik disekolah maupun diluar sekolah. 8 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Raja Grafindo

    Persada, 2005), hlm. 44-49

    24

  • Dalam pandangan Islam secara umum guru adalah mengupayakan

    perkembangan seluruh potensi/aspek anak didik, baik aspek

    cognitive, effective dan psychomotor. 9

    2) Zakiah Daradjat dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam

    menguraikan bahwa seorang guru adalah pendidik Profesional,

    karenanya secara implicit ia telah merelakan dirinya menerima dan

    memikul sebagian tanggung jawab pendidikan.10

    3) Menurut Syaiful Bahri Djamarah dalam setiap melakukan

    pekerjaan yang tentunya dengan kesadaran bahwa yang dilakukan

    atau yang dikerjakan merupakan profesi bagi setiap individu yang

    akan menghasilkan sesuatu dari pekerjaannya. Dalam hal ini yang

    dinamakan guru dalam arti yang sederhana adalah orang yang

    memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik.11

    4) M. Ngalim Purwanto dalam bukunya Ilmu Pendidikan Praktis dan

    Teoritis menjelaskan guru adalah orang yang telah memberikan

    suatu ilmu/ kepandaian kepada yang tertentu kepada seseorang/

    kelompok orang.12

    Dari rumusan pengertian guru diatas dapat disimpulkan bahwa guru

    adalah orang yang memberikan pendidikan atau ilmu pengetahuan kepada

    9 Muhaimin dkk, Strategi Belajar Mengajar (Surabaya: Citra Media, 1996), hlm. 70 10 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Angkasa, 1984), hlm. 39 11 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: Rineka

    Cipta, 2000), hlm. 31. 12 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (Bandung: Remaja Rosdakarya,

    1988), hlm. 169

    25

  • peserta didik dengan tujuan agar peserta didik mampu memahami dan

    mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

    Sedangkan pengertian guru pendidikan agama Islam, adalah seorang

    pendidik yang mengajarkan ajaran Islam dan membimbing anak didik ke

    arah pencapaian kedewasaan serta membentuk kepribadian muslim yang

    berakhlak, sehingga terjadi keseimbangan kebahagiaan di dunia dan

    akhirat.

    Sebagai guru pendidikan agama Islam haruslah taat kepada Tuhan,

    mengamalkan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya.

    Bagaimana ia akan dapat menganjurkan dan mendidik anak untuk berbakti

    kepada Tuhan kalau ia sendiri tidak mengamalkannya, jadi sebagai guru

    agama haruslah berpegang teguh kepada agamanya, memberi teladan yang

    baik dan menjauhi yang buruk. Anak mempunyai dorongan meniru, segala

    tingkah laku dan perbuatan guru akan ditiru oleh anak-anak. Bukan hanya

    terbatas pada hal itu saja, tetapi sampai segala apa yang dikatakan guru

    itulah yang dipercayai murid, dan tidak percaya kepada apa yang tidak

    dikatakannya.

    Dengan demikian seorang guru pendidikan agama Islam ialah

    merupakan figure seorang pemimpin yang mana disetiap perkataan atau

    perbuatannya akan menjadi panutan bagi anak didik, maka disamping

    sebagai profesi seorang guru agama hendaklah menjaga kewibawaannya

    agar jangan sampai seorang guru agama melakukan hal-hal yang bisa

    menyebabkan hilangnya kepercayaan yang telah diberikan masyarakat.

    26

  • Ahmad Tafsir mengutip pendapat dari Al-Ghazali mengatakan

    bahwa siapa yang memilih pekerjaan mengajar, ia sesungguhnya telah

    memilih pekerjaan besar dan penting. Karena kedudukan guru pendidikan

    agama Islam yang demikian tinggi dalam Islam dan merupakan realisasi

    dari ajaran Islam itu sendiri, maka pekerjaan atau profesi sebagai guru

    agama Islam tidak kalah pentingnya dengan guru yang mengajar

    pendidikan umum.13

    Dengan demikian pengertian guru pendidikan agama Islam yang

    dimaksud disini adalah mendidik dalam bidang keagamaan, merupakan

    taraf pencapaian yang diinginkan atau hasil yang telah diperoleh dalam

    menjalankan pengajaran pendidikan agama Islam baik di tingkat dasar,

    menengah atau perguruan tinggi.

    2. Peranan Guru Pendidikan Agama Islam

    Pada dasarnya peranan guru pendidikan agama Islam dan guru umum

    itu sama, yaitu sama-sama berusaha untuk memindahkan ilmu

    pengetahuan yang ia miliki kepada anak didiknya, agar mereka lebih

    banyak memahami dan mengetahui ilmu pengetahuan yang lebih luas lagi.

    Akan tetapi peranan guru agama Islam selain berusaha memindahkan

    ilmu (transfer of knowledge), ia juga harus menanamkan nilai-nilai agama

    Islam kepada anak didiknya agar mereka bisa mengaitkan antara ajaran

    agama dan ilmu pengetahuan.

    13 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Bandung: Remaja Rosda Karya,

    1992), hlm.76

    27

  • Menurut Syaiful Bahri Djamarah mengatakan bahwa sehubungan

    dengan peranan guru sebagai Pengajar, Pendidik dan Pembimbing,

    juga masih ada berbagai peranan guru lainnya. Dan peranan guru ini

    senantiasa akan menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam

    berbagai interaksinya, baik dengan siswa, guru maupun dengan staf yang

    lain. Dari berbagai kegiatan interaksi belajar mengajar, dapat dipandang

    guru sebagai sentral bagi peranannya. Sebab baik disadari atau tidak

    bahwa sebagian dari waktu dan perhatian guru banyak di curahkan untuk

    menggarap proses belajar mengajar dan berinteraksi dengan siswanya.14

    Menurut Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya Guru Dan Anak

    Didik dalam Interaksi Edukatif, menyebutkan peranan guru agama Islam

    adalah seperti diuraikan di bawah ini:15

    1. Korektor

    Sebagai korektor, guru harus bisa membedakan mana nilai yang

    baik dan mana nilai yang buruk. Kedua nilai yang berbeda itu harus

    betul-betul dipahami dalam kehidupan di masyarakat. Kedua nilai ini

    mungkin telah anak didik miliki dan mungkin pula telah

    mempengaruhinya sebelum anak didik masuk sekolah. Latar belakang

    kehidupan anak didik yang berbeda-beda sesuai dengan sosio-kultural

    masyarakat dimana anak didik tinggal akan mewarnai kehidupannya.

    Semua nilai yang baik harus guru pertahankan dan semua nilai

    yang buruk harus disingkirkan dari jiwa dan watak anak didik. Bila

    14 Syaiful Bahri Djamarah, Op.Cit. hlm. 37 15 Ibid. hlm. 43-48

    28

  • guru membiarkannya, berarti guru telah mengabaikan peranannya

    sebagai seorang korektor, yang menilai dan mengoreksi semua sikap,

    tingkah laku, dan perbuatan anak didik. Koreksi yang harus guru

    lakukan terhadap sikap dan sifat anak didik tidak hanya disekolah,

    tetapi diluar sekolah pun harus dilakukan.

    2. Inspirator

    Sebagai inspirator, guru harus dapat memberikan ilham yang baik

    bagi kemajuan belajar anak didik. Persoalan belajar adalah masalah

    utama anak didik. Guru harus dapat memberikan petunjuk bagaimana

    cara belajar yang baik. Petunjuk itu tidak mesti harus bertolak dari

    sejumlah teori-teori belajar, dari pengalaman pun bisa dijadikan

    petunjuk bagaimana cara belajar yang baik. Yang penting bukan

    teorinya, tetapi bagaimana melepaskan masalah yang dihadapi anak

    didik.

    3. Informator

    Sebagai informatory, guru harus bisa memberikan informasi

    perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, selain sejumlah bahan

    pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang telah diprogramkan dalam

    kurikulum. Informasi yang baik dan efektif diperlukan dari guru.

    Kesalahan informasi adalah racun bagi anak didik. Untuk menjadi

    informatory yang baik dan efektif, penguasaan bahasalah sebagai

    kuncin, ditopang dengan penguasaan bahan yang akan diberikan

    29

  • kepada anak didik. Informator yang baik adalah guru yang mengerti

    apa kebutuhan anak didik dan mengabdi untuk anak didik.

    4. Organisator

    Sebagai organisator, adalah sisi lain dari peranan yang diperlukan

    dari guru. Dalam bidang ini guru memiliki kegiatan pengelolaan

    kegiatan akademik, menyusun tata tertib sekolah, menyusun kalender

    akademik, dan sebagainya. Semua diorganisasikan sehingga dapat

    mencapai efektivitas dan efisiensi dalam belajar pada diri anak didik.

    5. Motivator

    Sebagai motivator guru hendaklah dapat mendorong anak didik

    agar bergairah dan aktif belajar. Dalam upaya memberikan motivasi,

    guru dapat menganalisis motiv-motiv yang melatarbelakangi anak

    didik malas belajar dan menurun prestasinya di sekolah. Setiap saat

    guru harus bertindak sebagai motivator, karena dalam interaksi

    edukatif tidak mustahil ada diantara anak didik yang malas belajar dan

    sebagainya. Motivasi dapat efektif bila dilakukan dengan

    memperhatikan kebutuhan anak didik. Penganekaragaman cara belajar

    memberikan penguatan dan sebagainya, juga dapat memberikan

    motivasi pada anak didik untuk lebih bergairah dalam belajar. Peranan

    guru sebagai motivator sangat penting dalam interaksi edukatif, karena

    menyangkut esensi pekerjaan mendidik yang membutuhkan kemahiran

    sosial, menyangkut performance dalam personalisasi dan sosialisasi

    diri.

    30

  • Guru sebagai motivator hendaknya dapat mendorong agar siswa

    mau melakukan kegiatan belajar, guru harus menciptakan kondisi kelas

    yang merangsang siswa melakukan kegiatan belajar, baik kegiatan

    individual maupun kelompok. Stimulasi atau rangsangan belajar para

    siswa bisa ditumbuhkan dari dalam diri siswa dan bisa ditumbuhkan

    dari luar diri siswa.

    6. Inisiator

    Dalam peranannya sebagai inisiator guru harus dapat menjadi

    pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran. Proses

    interaksi edukatif yang ada sekarang harus diperbaiki sesuai

    perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pendidikan.

    Kompetensi guru harus diperbaiki, keterampilan penggunaan media

    pendidikan dan pengajaran harus diperbaharui sesuai kemajuan media

    komunikasi dan informasi abad ini. Guru harus menjadikan dunia

    pendidikan, khususnya interaksi edukatif agar lebih baik dari dulu.

    Bukan mengikuti terus tanpa mencetuskan ide-ide inovasi bagi

    kemajuan pendidikan dan pengajaran.

    7. Fasilitator

    Sebagai fasilitator guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas

    yang memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak didik.

    Lingkungan belajar yang tidak menyenangkan, suasana ruang kelas

    yang pengap, meja dan kursi yang berantakan, fasilitas belajar yang

    kurang tersedia, menyebabkan anak didik malas belajar. Oleh karena

    31

  • itu menjadi tugas guru bagaimana menyediakan fasilitas, sehingga

    akan tercipta lingkungan belajar yang menyenangkan anak didik.

    8. Pembimbing

    Peranan guru yang tidak kalah pentingnya dari semua peran yang

    telah disebutkan di atas, adalah sebagai pembimbing. Peranan yang

    harus lebih di pentingkan, karena kehadiran guru di sekolah adalah

    untuk membimbing anak didik menjadi manusia dewasa susila yang

    cakap. Tanpa bimbingan, anak didik akan mengalami kesulitan dalam

    menghadapi perkembangan dirinya. Kekurangmampuan anak didik

    menyebabkan lebih banyak tergantung pada bantuan guru. Tetapi

    semakin dewasa, ketergantungan anak didik semakin berkurang. Jadi,

    bagaimanapun juga bimbingan dari guru sangat diperlukan pada saat

    anak didik belum mampu berdiri sendiri (mandiri).

    9. Pengelola Kelas

    Sebagai pengelola kelas, guru hendaknya dapat mengelola kelas

    dengan baik, karena kelas adalah tempat berhimpun semua anak didik

    dan guru dalam rangka menerima bahan pelajaran dari guru. Kelas

    yang dikelola dengan baik akan menunjang jalannya interaksi edukatif.

    Sebaliknya, kelas yang tidak dikelola dengan baik akan menghambat

    kegiatan pengajaran. Anak didik tidak mustahil akan merasa bosan

    untuk tinggal lebih lama di kelas. Hal ini akan berakibat mengganggu

    jalannya proses interaksi edukatif. Kelas yang terlalu padat dengan

    anak didik, pertukaran udara kurang, penuh kegaduhan, lebih banyak

    32

  • tidak menguntungkan bagi terlaksananya unteraksi edukatif yang

    optimal.

    Hal ini tidak sejalan dengan tujuan umum dari pengelolaan kelas,

    yaitu menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas bagi bermacam-

    macam kegiatan belajar mengajar agar mencapai hasil yang baik dan

    optimal. Jadi maksud dari pengelolaan kelas adalah agar anak didik

    betah tinggal di kelas dengan motivasi yang tinggi untuk senantiasa

    belajar di dalamnya.

    10. Evaluator

    Sebagai evaluator, guru dituntut untuk menjadi seorang evaluator

    yang baik dan jujur, dengan memberikan penilaian yang menyentuh

    aspek ekstrinsik dan intrinsik. Penilaian terhadap aspek intrinsik lebih

    menyentuh pada aspek kepribadian anak didik. Berdasarkan hal ini

    guru harus bisa memberikan penilaian dalam dimensi yang luas. Jadi

    penilaian itu pada hakikatnya diarahkan pada perubahan kepribadian

    anak didik agar menjadi manusia susila dan cakap.

    Sebagai evaluator, guru tidak hanya menilai produk (hasil

    pengajaran), tetapi juga menilai proses (jalannya pengajaran). Dari

    kedua kegiatan ini akan mendapatkan umpan balik (feedback) tentang

    pelaksanaan interaksi edukatif yang telah dilakukan.

    3. Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam

    Dalam Islam guru merupakan orang yang menjadi panutan dan

    tauladan bagi anak didiknya. Oleh karena itu guru agama Islam hendaknya

    33

  • mempunyai kepribadian yang baik dan juga mempunyai kemampuan yang

    baik pula.

    Dalam hal ini ada beberapa kemampuan atau kompetensi yang harus

    dimiliki oleh setiap guru agama Islam yaitu:

    a. Penguasaan materi Islam yang komprohensif serta wawasan dan bahan

    pengayaan, terutama dalam bidang-bidang yang menjadi tugasnya.

    b. Penguasaan strategi (mencakup pendekatan metode, teknik)

    pendidikan Islam, termasuk kemampuan evaluasinya.

    c. Penguasaan ilmu dan wawasan pendidikan.

    d. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian

    pendidikan pada umumnya guna keperluan pengembangan pendidikan

    Islam.

    e. Memiliki kepekaan terhadap informasi secara langsung atau tidak

    langsung yang mendukung kepentingan tugasnya.16

    Untuk mewujudkan pendidik yang professional, dapat mengacu pada

    tuntunan Nabi SAW, karena beliau satu-satunya pendidik yang paling

    berhasil dalam rentang waktu yang begitu singkat, sehingga dapat

    diharapkan dapat mendekatkan realitas (pendidik) dengan yang ideal (nabi

    saw).

    Setiap guru mempunyai pribadi masing-masing sesuai ciri-ciri pribadi

    yang mereka miliki. Ciri-ciri inilah yang membedakan seorang guru dari

    guru lainnya. Kepribadian adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap

    16 Muhaimin, Op.Cit. hlm. 172

    34

  • keberhasilan seorang guru sebagai pengembangan sumber daya manusia.

    Karena disamping ia berperan sebagai pembimbing dan pembantu juga

    berperan sebagai panutan.

    Mengenai pentingnya kepribadian guru seorang psikologi terkemuka

    profesor doctor Zakiah Darajat menegaskan: Kepribadian itulah yang

    akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan Pembina yang baik bagi

    anak didiknya. Ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi hari

    depan anak didik yang masih kecil (Tingkat Sekolah Dasar) dan mereka

    yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (Tingkat menengah).17

    Oleh karena itu setiap calon guru dan calon professional sangat

    diharapkan memahami bagaimana karakteristik (ciri khas) kepribadian

    dirinya yang diperlukan sebagai panutan para siswanya.

    Ciri-ciri khas kepribadian seorang, untuk sebagian, nampak dalam cara

    dia melakukan pekerjaannya. Kenyataan ini semakin berlaku dalam

    pekerjaan seorang guru, yang mendidik generasi muda sekolah. Sadar atau

    tidak dengan kehadirannya dikelas, guru sudah memberikan pengaruh

    terhadap perkembangan siswa. Oleh karena itu guru memiliki kepribadian

    seperti:

    a. Penghayatan nilai-nilai kehidupan

    b. Motivasi kerja

    c. Sifat dan sikap18

    Untuk menjadi guru yang ideal maka dibutuhkan ciri sebagai berikut: 17 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru (Bandung: Remaja Rosda Karya,

    1995), hlm. 226 18 Winkel, Psikologi Pengajaran (Jakarta: Grasindo, 1991) hlm. 110-112

    35

  • a. Keluwesan dalam pergaulan

    b. Suka humor

    c. Kemampuan untuk menyalami alam pikiran dan perasaan anak

    d. Kepekaan terhadap tuntutan keadilan

    e. Kemampuan untuk mengadakan organisasi

    f. Kreativitas dan rela membantu.19

    Kepribadian adalah keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur

    psikis dan fisik. Dalam makna demikian, seluruh sikap dan perbuatan

    seseorang merupakan suatu gambaran dari kepribadian orang itu, asal

    dilakukan secara sadar.

    Dengan kata lain, baik tidaknya citra seseorang ditentukan oleh

    kepribadian. Lebih lagi bila seorang guru, masalah kepribadian merupakan

    faktor yang menentukan terhadap keberhasilan melakukan tugas sebagai

    pendidik.

    Sebagai teladan, guru harus memiliki kepribadian yang dapat dijadikan

    profil dan idola, seluruh kehidupannya adalah figur yang paripurna.

    Karena itu kepribadian adalah masalah yang sangat sensitive sekali.

    Penyatuan kata dan perbuatan dituntut dari guru, bukan lain perkataan

    dengan perbuatan, ibarat kata pepatah, pepat diluar runcing di dalam.

    Guru adalah mitra anak didik dalam kebaikan. Guru yang baik, anak didik

    19 Ibid. hlm. 113

    36

  • pun menjadi baik. Tidak ada seorang guru yang bermaksud

    menjerumuskan anak didiknya kelembah kenistaan.20

    Guru adalah spiritual father atau bapak rohani bagi seorang anak didik.

    Ialah yang memberikan santapan jiwa dengan ilmu, pendidikan akhlak,

    dan membenarkannya, maka menghormati guru berarti menghormati anak

    didik, menghargai guru berarti penghargaan terhadap anak didik, dengan

    guru itulah mereka hidup dan berkembang, sekiranya setiap guru itu

    menunaikan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Abu Dardaa` melukiskan

    pula mengenai guru dan anak didik itu bahwa keduanya adalah berteman

    dalam kebaikan dan tanpa keduanya tak akan ada kebaikan.21

    Tingkah laku atau moral guru pada umumnya merupakan penampilan

    lain dari kepribadiannya. Bagi anak didik yang masih kecil guru adalah

    contoh teladan yang sangat penting dalam pertumbuhannya, guru adalah

    orang pertama sesudah orang tua yang mempengaruhi pembinaan

    kepribadian anak didik. Kalau tingkah laku atau akhlak guru tidak baik,

    pada umumnya akhlak anak didik akan merusak olehnya, karena anak

    mudah terpengaruh oleh orang yang dikaguminya atau dapat juga

    menyebabkan anak didik gelisah, cemas atau terganggu jiwa karena ia

    menemukan contoh yang berbeda atau berlawanan dengan contoh yang

    selama ini didapatnya dirumah dari orang tuanya.22

    20 Syaiful Bahri Djamarah, Op.Cit. hlm. 41 21 Athiyah Al Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), hlm.

    136 22 Zakiah Daradjat, Kepribadian Guru (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), hlm. 15

    37

  • Sikap guru terhadap agama juga merupakan salah satu penampilan

    kepribadian guru yang acuh tak acuh kepada agama akan menunjukkan

    sikap yang dapat menyebabkan anak didik terbawa pula kepada arus

    tersebut, bahkan kadang-kadang menyebabkan terganggunya jiwa anak

    didik.

    Cara guru berpakaian, berbicara, berjalan dan bergaul juga merupakan

    penampilan kepribadian lain yang mempunyai pengaruh terhadap anak

    didik. Termasuk juga dalam masalah kepribadian guru itu, sikap dan

    pandangan guru terhadap fungsinya bagi anak didik.

    Jadi kepribadian guru adalah unsur yang menentukan keakraban

    hubungan guru dengan anak didik. Kepribadian guru akan tercermin dalam

    sikap dan perbuatan dalam membina akhlakul karimah dan membimbing

    anak didik.

    4. Persyaratan Menjadi Guru Pendidikan Agama Islam

    Menjadi guru berdasarkan tuntutan hati nurani tidaklah semua orang

    dapat melakukannya, karena orang harus merelakan sebagian besar dari

    seluruh hidup dan kehidupannya mengabdi kepada Negara dan bangsa

    guna mendidik anak didik menjadi manusia susila yang cakap, demokratis,

    dan bertanggung jawab atas pembangunan dirinya dan pembangunan

    bangsa dan Negara.

    38

  • Menjadi guru menurut Prof. Dr. Zakiyah Daradjat dan kawan-kawan,

    tidak sembarangan tetapi harus memenuhi beberapa persyaratan seperti

    dibawah ini:23

    a. Takwa kepada Allah swt.

    Guru, sesuai tujuan ilmu pendidikan Islam, tidak mungkin

    mendidik anak didik agar bertakwa kepada Allah, jika ia sendiri tidak

    bertakwa kepada-Nya. Sebab ia adalah teladan bagi anak didiknya

    sebagaimana Rasulullah saw. Menjadi teladan bagi umatnya. Sejauh

    mana seorang guru mampu memberi teladan yang baik kepada semua

    anak didiknya, sejauh itu pulalah ia diperkirakan akan berhasil

    mendidik mereka agar menjadi generasi penerus bangsa yang baik dan

    mulia.

    b. Berilmu

    Ijazah bukan semata-mata secarik kertas, tetapi suatu bukti, bahwa

    pemiliknya telah mempunyai ilmu pengetahuan dan kesanggupan

    tertentu yang diperlukan untuk suatu jabatan. Gurupun harus

    mempunyai ijazah agar ia diperbolehkan mengajar. Seorang guru harus

    memiliki pengetahuan yang luas, dimana pengetahuan itu nantinya

    dapat diajarkan kepada muridnya. Makin tinggi pendidikan atau ilmu

    yang guru punya, maka makin baik dan tinggi pula tingkat

    keberhasilan dalam memberikan pelajaran.

    23 Syaiful Bahri Djamarah, Op.Cit. hlm. 32-34

    39

  • c. Sehat Jasmani

    Kesehatan jasmani kerap kali dijadikan salah satu syarat bagi

    mereka yang melamar untuk menjadi guru. Guru yang mengidap

    penyakit menular, umpamanya, sangat membahayakan kesehatan anak

    didiknya. Disamping itu guru yang berpenyakit tidak akan bergairah

    mengajar. Kita kenal ucapan mens sana in corpore sano, yang

    artinya dalam tubuh yang sehat terkandung jiwa yang sehat. Guru yang

    sakit-sakitan kerapkali terpaksa absent dan tentunya merugikan anak

    didik.

    d. Berkelakukan Baik

    Guru harus menjadi teladan, karena anak bersifat suka meniru.

    Diantara tujuan pendidikan yaitu membentuk akhlak yang mulia pada

    diri pribadi anak didik dan ini hanya mungkin bisa dilakukan jika

    pribadi guru berakhlak mulia pula. Guru yang tidak berakhlak mulia

    tidak mungkin dipercaya untuk mendidik. Diantara akhlak mulia guru

    tersebut adalah mencintai jabatannya sebagai guru, bersikap adil

    terhadap semua anak didiknya, berlaku sabar dan tenang, berwibawa,

    gembira, bersifat manusiawi, bekerjasama dengan guru-guru lain,

    bekerjasama dengan masyarakat.

    Di Indonesia untuk menjadi guru diatur dengan beberapa persyaratan,

    yakni berijazah, professional, sehat jasmani dan rohani, takwa kepada

    Tuhan Yang Maha Esa dan kepribadian yang luhur, bertanggung jawab,

    dan berjiwa nasional.

    40

  • 5. Tugas dan Tanggung Jawab Guru Pendidikan Agama Islam

    a. Tugas guru pendidikan agama Islam

    Secara umum tugas guru pendidikan agama Islam ialah mendidik,

    yaitu mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik

    potensi psikomotorik, kognitif maupun potensi afektif. Potensi ini harus

    dikembangkan secara seimbang sampai ketingkat tinggi.

    Tugas guru pendidikan agama Islam sebagai pendidik berarti

    meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup kepada anak didik.

    Tugas sebagai pengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu

    pengetahuan dan teknologi kepada anak didik.

    Oleh karena itu jika dilihat lebih rinci lagi maka tugas guru pendidikan

    agama Islam adalah:

    a. Mengajarkan ilmu pengetahuan Islam

    b. Menanamkan keimanan dalam jiwa anak

    c. Mendidik anak agar taat menjalankan agama

    d. Mendidik anak agar berbudi pekerti yang mulia24

    Memperhatikan pentingnya perkembangan yang baik dan terarah suatu

    pendidikan di sekolah, maka guru pendidikan agama Islam juga harus

    memperhatikan program dan rancangan kegiatan yang akan diberikan

    terhadap anak didik. Adapun program-program di sekolah yang harus

    dilakukan oleh guru agama Islam adalah sebagai berikut:25

    24 Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), hlm. 35 25 Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hlm.9

    41

  • a. Membuat persiapan atau program pengajaran yang terdiri dari:

    1) Program tahunan pelaksanaan kurikulum

    2) Program semester/ catur wulan

    3) Perencanaan program mengajar

    b. Mengajar atau melaksanakan pengajaran

    1) Menyampaikan materi (dalam GBPP)

    2) Menggunakan metode mengajar

    3) Menggunakan media/ sumber

    4) Mengelola kelas/ mengelola interaksi belajar mengajar

    c. Melaksanakan/ mengevaluasi hasil pengajaran

    a. Menganalisa hasil evaluasi belajar

    b. Melaporkan hasil evaluasi belajar

    c. Melaksanakan program perbaikan dan pengayaan

    Dengan demikian tugas guru pendidikan agama Islam ialah menjadi

    pendidik yang diserahi tugas untuk mendidik baik dari segi jasmani

    maupun rohani (akal dan akhlak) anak didik. Tugas guru bukan hanya

    menyampaikan ilmu pengetahuan dan mengisi penuh pikiran mereka

    dengan ilmu pengetahuan itu, akan tetapi bertugas membina murid

    menjadi orang dewasa, maka dia bertanggung jawab untuk menguatkan

    jasmani murid, menumbuhkan pengertian mereka terhadap apa yang

    diajarkan kepadanya dari berbagai ilmu pengetahuan, dalam usaha

    membentuk akalnya, membina akhlaknya, dengan mengambil tindakan

    dengan tangannya (bila perlu), menolongnya dalam mencari ilmu

    42

  • pengetahuan, membangkitkan kecintaan untuk mencari pengetahuan

    kecintaannya menjalankan tugas itu, memberikan makanan rohani bagi

    murid dan menanamkan dalam jiwanya akhlak yang mulia dan

    menjadikannya orang yang baik adat istiadatnya.26

    b. Tanggung jawab guru pendidikan agama Islam.

    Guru adalah orang yang bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan

    anak didik. Karena profesinya sebagai guru adalah berdasarkan panggilan

    jiwa untuk selalu mencintai, menghargai, menjaga dan meningkatkan

    tugas dan tanggung jawab profesinya. Menjadi tanggung jawab guru untuk

    memberikan sejumlah norma kepada anak didik agar tahu mana perbuatan

    yang susila dan asusila, mana perbuatan yang bermoral dan amoral.

    Guru harus sadar bahwa tugas dan tanggung jawabnya tidak bisa

    dilakukan oleh orang lain, kecuali oleh dirinya. Demikian pula ia sadar

    bahwa dalam melaksanakan tugasnya selalu dituntut untuk bersungguh-

    sungguh dan bukan pekerjaan sampingan. Guru harus sadar bahwa yang

    dianggap baik ini, belum tentu benar di masa yang akan datang. 27

    Sesungguhnya guru yang bertanggung jawab memiliki beberapa sifat,

    yang menurut Wens Tanlain dan kawan-kawan ialah:

    a. Menerima dan mematuhi norma, nilai-nilai kemanusiaan

    b. Memikul tugas mendidik dengan bebas, berani, gembira (tugas

    bukan menjadi beban baginya)

    26 Muhammad Abu Bakar, Pedoman Pendidikan dan Pengajaran ( Surabaya: Usaha Nasional,

    1981), hlm. 68 27 Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar

    Baru, 1989), hlm. 16

    43

  • c. Sadar akan nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatannya serta

    akibat-akibat yang timbul (kata hati)

    d. Menghargai orang lain, termasuk anak didik

    e. Bijaksana dan hati-hati

    f. Takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa

    Dengan demikian, tanggung jawab guru pendidikan agama Islam

    adalah untuk membentuk anak didik agar menjadi orang yang bersusila

    yang cakap, berguna bagi agama, nusa dan bangsa dimasa yang akan

    datang. Dengan begitu guru pendidikan agama Islam harus bertanggung

    jawab atas segala sikap, tingkah laku, dan perbuatannya dalam rangka

    membina jiwa dan watak anak didik.

    B. Pembahasan Tentang Motivasi

    Setiap perbuatan termasuk perbuatan belajar didorong oleh sesuatu

    atau beberapa motif. Motif atau biasa juga disebut dorongan oleh

    kebutuhan, merupakan suatu tenaga yang berada pada diri individu atau

    siswa yang mendorongnya untuk berbuat mencapai suatu tujuan.28

    Seorang siswa dapat melakukan belajar apabila ada pendorong atau

    motivasi yang menggerakkan, hanya saja pendorong yang muncul pada

    setiap diri siswa berbeda-beda, ada yang kuat sehingga mendorong mereka

    untuk selalu rajin, tidak mudah menyerah, bosan dan sebagainya, dan juga

    ada yang timbul sangat lemah, sehingga tidak dapat mendorong siswa

    28 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung, Alfabeta, 2003), hlm. 152

    44

  • tersebut untuk selalu berbuat hal-hal yang dapat menimbulkan rasa

    kebosanan dan malas dalam belajar.

    Motivasi belajar terdiri dari dua kata, yang mana dua kata tersebut

    mempunyai makna yang lain yakni motivasi dan belajar. Namun dalam

    pembahasan dua kata yang berbeda tersebut saling berkaitan antara yang

    satu dengan yang lainnya, sehingga akan terbentuk satu arti.

    a. Pengertian Motivasi

    Banyak para ahli yang telah mengemukakan pengertian motivasi dengan

    berbagai sudut pandang mereka masing-masing, namun intinya sama, yakni

    sebagai suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke

    dalam bentuk suatu aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu.29

    Motivasi berasal dari kata motif yang dalam Bahasa Inggrisnya motive

    berasal dari kata motion yang berarti gerak atau sesuatu yang bergerak. Motif

    adalah keadaan di dalam pribadi orang yang mendorongnya untuk melakukan

    aktivitas. Jadi motivasi adalah penggerak tingkah laku kearah suatu tujuan

    dengan didasari adanya suatu kebutuhan.30

    Kata motif, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang

    untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari

    dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi

    mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi

    intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata motif itu, maka motivasi dapat

    29 Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya, Usaha Nasional,

    1994), hlm. 34 30 A. Tabrani Rusyan, dkk, Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung, Remadja

    Karya CV, 1989), hlm. 99

    45

  • diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi

    aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencpai tujuan

    sangat dirasakan atau mendesak.31

    Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang

    tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan

    aktivitas belajar. Hal ini merupakan suatu pertanda, bahwa sesuatu yang akan

    dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya. Segala sesuatu yang menarik

    minat orang lain belum tentu menarik minat orang tertentu selama sesuatu itu

    tidak bergayut dengan kebutuhannya. Oleh karena itu, apa yang seseorang

    lihat sudah tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang ia lihat itu

    mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri.32

    Sedang menurut para ahli pendidikan memberikan batasan-batasan tentang

    pengertian motivasi, yaitu antara lain:

    Sardiman AM. Mengemukakan Motivasi adalah usaha untuk menyediakan

    kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan

    sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau

    mengelakkan perasaan tidak suka itu.33

    James O. Whittaker, merumuskan pengertian motivasi yang dikutip oleh

    Westy Soemanto, yaitu:

    31 Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada,

    1994), hlm. 73 32 Syaiful Bahri Djamarah, op.cit., hlm. 34-35. 33 Sardiman AM, op.cit., hlm. 75

    46

  • Motivasi adalah kondisi-kondisi atau keadaan yang mengatifkan atau memberi

    dorongan kepada makhluk untuk bertingkah laku mencapai tujuan yang

    ditimbulkan oleh motivasi tersebut.34

    Morgan, sebagaimana dikutip oleh Muhaimin, menjelaskan bahwa:

    Motivasi dapat diartikan sebagai tenaga pendorong atau penarik yang

    menyebabkan adanya tingkah laku kearah suatu tujuan tertentu. Ada tidaknya

    motivasi dalam diri peserta didik dapat diamati dari observasi tingkah lakunya.

    Apabila peserta didik mempunyai motivasi, ia akan: (1) bersungguh-sungguh,

    menunjukkan minat, mempunyai perhatian dan rasa ingin tahu yang kuat

    untuk ikut serta dalam kegiatan belajar, (2) berusaha keras dan memberikan

    waktu yang cukup untuk melakukan kegiatan tersebut dan (3) terus bekerja

    sampai tugas-tugas tersebut terselesaikan.35

    M. Ngalim Purwanto, menjelaskan bahwa:

    Motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan,

    mengarahkan, dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk

    bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.36

    Frederich J. Mc. Donald, berpendapat bahwa:

    Motivasi adalah merupakan suatu perubahan didalam diri atau pribadi

    seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam usaha

    mencapai tujuan.37

    34 Westy Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta, PT. Rineka Cipta, 1998), hlm. 205. 35 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung, PT. Remaja Rosda Karya, 2001), hlm. 138 36 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung, PT. Remaja Rosda Karya, 1990), hlm.

    73 37 Westy Soemanto, op.cit., hlm. 203

    47

  • Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa inti atau isi

    dari motivasi tersebut adalah:

    1. Motivasi dimulai dengan suatu perubahan tenaga dalam diri

    seseorang.

    2. Motivasi itu ditandai oleh dorongan efektif.

    3. Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan.

    Melihat hal tersebut, jelaslah bahwa motivasi merupakan daya penggerak

    dari dalam diri seseorang untuk melaksanakan kegiatan dalam mencapai

    tujuan. Hubungan antara motivasi dengan belajar adalah untuk

    membangkitkan dan memberi arah pada dorongan-dorongan yang

    menyebabkan individu melakukan perbuatan-perbuatan dalam belajar.

    Sebagaimana yang dijelaskan oleh Amir Dien Indra Kusuma, bahwa:

    motivasi belajar adalah kekuatan-kekuatan atau tenaga-tenaga yang dapat

    memberikan dorongan kepada kegiatan-kegiatan belajar.38

    b. Macam-macam Motivasi

    Untuk membangkitkan adanya motivasi dalam diri seorang siswa agar

    dapat berhasil dalam belajarnya, maka harus ada pendorong dari dalam diri

    individu itu sendiri atau dari luar. Berdasarkan sumbernya, motivasi dapat

    dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik, yakni motivasi yang datang dari

    dalam peserta didik; dan motivasi ekstrinsik, yakni motivasi yang datang dari

    38 Amir Dien Indrakusuma. Pengantar Ilmu Pendidikan. FKIP-IKIP Malang. 1978. hal 168.

    48

  • lingkungan di luar diri peserta didik.39 Untuk lebih jelasnya, maka akan

    diuraikan kedua faktor tersebut dalam pembahasan berikut:

    1. Motivasi Intrinsik

    Menurut Sardiman AM. Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah

    Motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari

    luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan

    sesuatu.40 Motivasi ini sering juga disebut motivasi murni, motivasi yang

    sebenarnya, yang timbul dari dalam diri anak sendiri.41

    Sebagai contoh orang yang senang membaca, tidak usah ada yang

    menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk

    dibacanya. Kemudian dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya

    dalam proses belajar, maka yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah

    ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan belajar itu sendiri.

    Sebagai contoh konkret, seorang siswa itu melakukan belajar, karena betul-

    betul ingin mendapat pengetahuan, nilai atau keterampilan agar dapat berubah

    tingkah lakunya secara konstruktif, tidak ada tujuan yang lain-lain.

    Siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan menjadi

    orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam studi tertentu.

    Satu-satunya jalan untuk menuju ke tujuan yang ingin dicapai ialah belajar,

    tanpa belajar tidak mungkin mendapat pengetahuan, tidak mungkin menjadi

    ahli. Dorongan yang menggerakkan itu bersumber pada kebutuhan, kebutuhan

    yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan 39 Muhaimin, op.cit., hlm. 138 40 Sardiman AM, op.cit., hlm. 89 41 A. Tabrani Rusyan, dkk, op.cit., hlm. 120.

    49

  • berpengetahuan. Jadi memang motivasi itu muncul dari kesadaran diri sendiri

    dengan tujuan secara esensial, bukan sekadar simbol dan seremonial.

    Jadi yang dimaksud motivasi intrinsik adalah dorongan untuk melakukan

    sesuatu yang berasal dari dalam anak sendiri tanpa dirangsang dari luar.

    Dalam hal ini pujian, hadiah, atau sejenisnya tidak diperlukan karena tidak

    akan menyebabkan peserta didik bekerja atau belajar untuk mendapat pujian

    atau hadiah itu. Seperti dikatakan oleh Emerson, the reward of a thing well

    done is to have done it. Jadi jelas bahwa motivasi intrinsik bersifat riel dan

    motivasi sesungguhnya.42

    Adapun hal-hal yang dapat menimbulkan motivasi intrinsik diantaranya

    adalah:

    1. Adanya kebutuhan

    Kebutuhan juga ada kaitannya dengan motivasi, karena dengan adanya

    kebutuhan maka hal ini akan menjadi pendorong bagi anak untuk berbuat dan

    berusaha, misalnya: seorang anak ingin mengetahui isi cerita akan menjadi

    pendorong yang kuat bagi anak untuk belajar membaca, karena apabila ia

    dapat membaca maka ia akan mengerti.

    Dengan adanya kebutuhan akan menjadi pendorong bagi anak untuk

    berbuat dan berusaha, individu akan terdorong untuk melakukan sesuatu bila

    merasa kebutuhan yang da pada dirinya menuntut untuk dipenuhi. Selama

    kebutuhan ini belum terpenuhi, maka individu yang bersangkutan belum

    merasa adanya kepuasan pada dirinya. Rasa belum puas inilah yang

    42 Ibid..

    50

  • mendorong untuk selalu berusaha bertindak atau melakukan sesuatu dalam

    memnuhi kebutuhannya.

    Dengan demikian dapatlah ditegaskan, bahwa motivasi akan selalu

    berkaitan erat dengan kebutuhan, sebab seseorang akan selalu terdorong untuk

    melakukan sesuatu bila merasa ada kebutuhan. Kebutuhan ini timbul karena

    adanya keadaan yang tidak seimbang, tidak serasi serta adanya ketegangan

    yang menuntut tercapainya tujuan. Kebutuhan ini apabila terpenuhi akan

    menuntut kebutuhan yang lain, hal ini karena kebutuhan itu bersifat dinamis.

    Jadi dengan adanya kebutuhan, manusi atau individu akan berusaha

    memenuhi kebutuhannya dan akan menghadapi kesulitan serta akan

    mengesampingkan pebuatan-perbuatan yang menghalangi kebutuhannya.

    Kebutuhan ini akan terdorong karena adnya motivasi.

    2. Adanya Tujuan

    Seseorang berbuat atau bertindak untuk melaksanakan suatu perbuatan dia

    mempunyai asumsi untuk memenuhi kebutuhannya, dan itu merupakan suatu

    tujuan yang ingin dicapai. Dengan adanya tujuan itulah individu dapat bekerja

    dengan giat dan akan terus berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai

    tujuan tersebut. Dengan demikian adanya tujuan tersebut akan dapat

    memotivasi seseorang untuk berbuat mencapai kebutuhannya (tujuannya).

    3. Adanya Pengetahuan tentang Kemajuan Sendiri

    Maksudnya adalah mengetahui hasil-hasil prestasi sendiri, apakah

    mengalami kemajuan atau sebaliknya mengalami kemunduran, maka hal ini

    akan dapat menjadi pendorong bagi anak agar lebih giat lagi dalam belajarnya.

    51

  • Jadi, dengan adanya pengetahuan tentang kemajuan sendiri, maka motivasi

    tersebut akan tumbuh.

    2. Motivasi Ekstrinsik

    Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena

    adanya rangsangan dari luar.43 Sebagai contoh seseorang itu belajar, karena

    tahu besok paginya akan ujian dengan harapan mendapatkan nilai baik,

    sehingga akan dipuji oleh pacarnya, atau temannya. Jadi yang penting bukan

    karena belajar ingin mengetahui sesuatu, tetapi ingin mendapatkan nilai yang

    baik, atau agar mendapat hadiah.

    Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkanoleh faktor-faktor

    dari luar situasi seperti angka, kredit, ijazah, tingkatan, hadiah, medali, dan

    persaingan. Yang bersifat negatif adalah sindiran tajam, cemoohan, dan

    hukuman. Motivasi ekstrinsik ini tetap diperlukan di sekolah, sebab

    pengajaran di sekolah tidak semuanya menarik minat peserta didik atau sesuai

    dengan kebutuhannya. Lagipula sering kali peserta didik tidak memahami

    untuk apa ia belajar hal-hal yang diberikan oleh sekolah. Oleh karena itu,

    motivasi terhadap pelajaran itu perlu dibangkitkan oleh guru sehingga peserta

    didik akan mau dan ingin belajar.44

    Dari definisi diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi

    ekstrinsik pada hakekatnya adalah suatu dorongan yang berasal dari seseorang

    baik itu berupa hal-hal yang tidak berwujud, misalnya: pemberian hadiah,

    pujian dan sebagainya. Hal-hal tersebut dapat mendorong siswa untuk bisa

    43 Sardiman AM, op.cit., hlm. 90. 44 Ibid, hlm. 121.

    52

  • lebih giat dalam belajar, jadi berdasarkan motivasi ekstrinsik tersebut anak

    belajar seperti bukankah karena ingin mengetahui sesuatu, akan tetapi ingin

    hal-hal yang ada dibalik pemberian motivasi tersebut, misalnya: ingin

    mendapatkan nilai yang baik atau berupa hadiah yang akan diberikan ketika

    tujuannya itu tercapai.

    Dari uraian diatas seolah-seolah seorang anak dalam melakukan proses

    belajarnya hanya karena untuk mendapatkan hal-hal yang akan diberikan,

    tetapi esensinya adalah supaya anak dapat melakukan kegiatan belajarnya

    dengan baik dan kontinyu.

    Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak diperlukan dan tidak

    baik dalam pendidikan. Motivasi ekstrinsik diperlukan agar siswa mau belajar.

    Berbagai macam cara bisa dilakukan agar siswa termotivasi untuk belajar.

    Guru harus bisa membangkitkan minat siswa dengan memanfaatkan motivasi

    ekstrinsik dalam berbagai bentuknya. Kesalahan penggunaan bentuk-bentuk

    motivasi ekstrinsik akan merugikan siswa. Akibatnya, motivasi ekstrinsik

    bukan berfungsi sebagai pendorong, tetapi menjadikan siswa malas belajar.

    Dan juga bukan berarti bahwa motivasi ekstrinsik ini tidak baik dan tidak

    penting. Dalam kegiatan belajar mengajar tetap penting. Sebab kemungkinan

    besar keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah, dan juga mungkin komponen-

    komponen lain dalam proses belajar mengajar ada yang kurang menarik bagi

    siswa, sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik. Padahal telah diketahui,

    bahwa motivasi memberi semangat kepada seorang siswa dalam aktivitas

    belajarnya. Untuk itu seorang guru harus bisa mempergunakan motivasi

    53

  • ekstrinsik ini dengan tepat dan benar dalam rangka menunjang proses interaksi

    belajar mengajar.45

    c. Bentuk-bentuk Motivasi

    Di dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi baik intrinsik

    maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan motivasi, pelajar dapat

    mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara

    ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar.

    Dalam kaitannya cara dan jenis menumbuhkan motivasi adalah bermacam-

    macam. Tetapi untuk motivasi ekstrinsik kadang-kadang tepat, dan kadang-

    kadang juga bisa kurang sesuai. Hal ini guru harus hati-hati dalam

    menumbuhkan dan memberi motivasi bagi kegiatan belajar para anak didik.

    Sebab mungkin maksudnya memberikan motivasi tetapi justru tidak

    menguntungkan perkembangan belajar siswa.

    Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam

    kegiatan belajar di sekolah.46

    1. Memberi Angka

    Angka dalam hal ini sebagai simbol dan nilai kegiatan belajarnya. Banyak

    siswa belajar, yang utama justru untuk mencapai angka/nilai yang baik.

    Sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-nilai pad

    raport angkanya baik-baik.

    Angka-angka yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi yang

    sangat kuat. Tetapi ada juga, bahkan banyak siswa bekerja atau belajar hanya

    45 Syaiful Bahri Djamarah, op.cit., hlm. 37 46 Sardiman AM, op.cit., hlm. 92

    54

  • ingin mengejar pokoknya naik kelas saja. Ini menunjukkan motivasi yang

    dimilikinya kurang berbobot bila dibandingkan dengan siswa-siswa yang

    menginginkan angka baik. Namun demikian semuaitu harus diingat oleh guru

    bahwa pencapaian angka-angka seperti itu belum merupakan hasil belajar

    yang sejati, hasil belajar yang bermakna. Oleh karena itu, langkah selanjutnya

    yang ditempuh oleh guru adalah bagaimana cara memberikan angka-angka

    dapat dikaitkan dengan valuei yang terkandung di dalam setiap pengetahuan

    yang diajarkan kepada para siswa sehingga tidak sekadar kognitif saja tetapi

    juga keterampilan dan afeksinya.

    2. Hadiah

    Hadiah juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu demikian.

    Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi

    seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk sesuatu pekerjaan

    tersebut. Sebagai contoh hadiah yang diberikan untuk gambar yang terbaik

    mungkin tidak akan menarik bagi seseorang siswa yang tidak memiliki bakat

    menggambar.

    3. Saingan/kompetisi

    Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk

    mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun

    persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Memang

    unsur persaingan ini banyak dimanfaatkan di dalam dunia industri atau

    perdagangan, tetapi juga sangat baik digunakan untuk meningkatkan kegiatan

    belajar siswa.

    55

  • 4. Ego-involvement

    Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas

    dan menerimanya sebagi tantangan sehingga bekerja keras dengan

    mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang

    cukup penting. Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk

    mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya. Penyelesaian

    tugas dengan baik adalah simbol kebanggaan dan harga diri, begitu juga untuk

    siswa si subjek belajar. Para siswa akan belajar dengan keras bisa jadi karena

    harga dirinya.

    5. Memberi Ulangan

    Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan.

    Oleh karena itu, memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi. Tetapi

    yang harus diingat oleh guru, adalah jangan terlalu sering (misalnya setiap

    hari) karena bisa membosankan dan bersifat rutinitas. Dalam hal ini guru

    harus juga terbuka, maksudnya kalau akan ulangan harus diberitahukan

    kepada siswanya.

    6. Mengetahui Hasil

    Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan, akan

    mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui bahwa grafik

    hasil belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar,

    dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat.

    56

  • 7. Pujian

    Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan tugas dengan

    baik, perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang

    positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Oleh karena itu, supaya

    pujian ini merupakan motivasi, pemberiannya harus tepat. Dengan pujian yang

    tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah

    belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri.

    8. Hukuman

    Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara

    tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Anak yang pernah mendapat

    hukuman oleh karena kelalaian tidak mentaati peraturan atau kelalaian

    tanggung jawab, maka ia berusaha tidak mendapat hukuman lagi seperti

    semula.

    Mengenai hukuman, dalam hadits disebutkan, yaitu:

    : :

    . .

    . .

    Artinya: Dari Amir bin Sjuaib dari ayahnya dari neneknya Rosulullah

    SAW, Bersabda: suruhlah anak-anak kamu bersembahyang

    ketika berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka karena

    meninggalkan sembahyang jika telah berumur sepuluh tahun, dan

    pisahkanlah anak laki-laki dari anak perempuan dalam tempat

    tidur mereka. (HR. Abu Daud).47

    47 Salim Bahreisy. Terjemah Riadhus Shalihin. PT al-Maarif. Bandung. 1983. hal 288.

    57

  • Dalam hadits diatas dijelaskan bahwa anak-anak yang tidak melakukan

    sholat, maka anak tersebut harus diberi hukuman, dalam hal ini hukuman yang

    dilaksanakan untuk menyadarkan perbuatan yang telah dilanggar.

    Demikian juga halnya dengan belajar, ketika anak tidak melakukan

    kewajibannya dalam hal belajar maka untuk menyadarkannya adalah dengan

    jalan memperingatkan dan menjatuhkan hukuman bila masih tidak mau

    melaksanakna kewajibannya.

    Oleh karena itu guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian

    hukuman terhadap anak didiknya.

    9. Hasrat untuk belajar

    Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk

    belajar. Hal ini akan lebih baik, bila dibandingkan segala sesuatu kegiatan

    yang tanpa maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu

    memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya

    akan lebih baik.

    10. Minat

    Di depan sudah diuraikan bahwa soal motivasi sangat erat hubungannya

    dengan unsur minat. Motivasi muncul karenaada kebutuhan, begitu juga minat

    sehingga tepatlah kalau minat merupakan alat motivasi ayang pokok.

    Proses belajar itu akan berjalan lancar kalau disertai dengan minat.

    Mengenai minat ini antara lain dapat dibangkitkan dengan cara-cara sebagai

    berikut:

    a. Membangkitkan adanya suatu kebutuhan.

    58

  • b. Menghubungkan dengan persoalan-persoalan pengalaman yang

    lampau

    c. Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik.

    d. Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.

    11. Tujuan yang diakui

    Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan

    merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami

    tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan,

    maka akan timbul gairah untu terus belajar.

    Di samping bentuk-bentuk motivasi sebagaimana diuraikan di atas, sudah

    barang tentu masih banyak bentuk dan cara yang bisa dimanfaatkan. Hanya

    yang penting bagi guru adanya bermacam-macam motivasi itu dapat

    dikembangkan dan diarahkan untuk dapat melahirkan hasil belajar yang

    bermakna. Mungkin pada mulanya, karena ada sesuatu (bentuk motivasi)

    siswa itu rajin belajar, tetapi guru harus mampu melanjutkan dari tahap rajin

    belajar itu bisa diarahkan menjadi kegiatan belajar yang bermakna, sehingga

    hasilnya pun akan bermakna bagi kehidupan si subjek belajar.

    d. Fungsi Motivasi

    Dalam proses belajar dibutuhkan adanya motivasi, makin tepat motivasi

    yang diberikan, maka akan berhasil pula pelajaran tersebut. Jadi motivasi

    senantiasa dapat menentukan intensitas belajar bagi siswa.

    Begitu juga untuk belajar sangat diperlukan adanya motivasi. Motivation is an

    essential condition of learning.

    59

  • Apabila motivasi dapat diberikan atau diterapkan dalam proses belajar

    mengajar, maka hasil belajar akan optimal. Makin kuat motivasi yang kita

    berikan, maka makin intensif usaha belajar bagi anak didik. Sehubungan

    dengan hal tersebut diatas maka motivasi mempunyai fungsi yang sangat

    penting dalam belajar.

    Menurut Sardiman AM, ada tiga fungsi motivasi dalam belajar yaitu:

    a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor

    yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor

    penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

    b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.

    Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang

    harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

    c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang

    harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan

    perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.48

    d. Membantu murid agar mau dan mampu menentukan serta memilih jalan

    atau tingkah laku yang mendukung pencapaian tujuan belajar maupun

    tujuan hidupnya yang merupakan jangka panjang.49

    Motivasi itu berkaitan erat dengan suatu tujuan, suatu cita-cita. Makin

    berharga tujuan itu bagi yang bersangkutan, makin kuat pula motivasinya. Jadi

    motivasi itu sangat berguna bagi perbuatan seseorang.50

    48 Sardiman AM, op.cit., hlm. 85 49 Mulyadi. Pengantar Psikologi Agama. Biro Ilmiah, Fak. Tarbiyah IAIN Sunan Ampel. Malang.

    Hal. 25 50 M. Ngalim Purwanto, op.cit., hlm. 81-82.

    60

  • Disamping fungsi motivasi di atas, motivasi dapat berfungsi sebagai

    pendorong usaha dalam pencapaian prestasi. Seseorang melakukan usaha

    karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan

    menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain bahwa dengan adanya usaha

    yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi maka seseorang yang

    belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi

    seseorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi

    belajarnya.

    C. Pembahasan Tentang Belajar

    a. Pengertian Belajar

    Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan

    masyarakat. Bagi para pelajar atau mahasiswa kata belajar merupakan kata

    yang tidak asing lagi. Bahkan sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan

    dari semua kegiatan mereka dalam menuntut ilmu di lembaga pendidikan

    formal. Namun, dari semua itu tidak setiap orang mengetahui apa itu belajar.

    Sebenarnya dari kata belajar itu ada pengertian yang tersimpan di

    dalammnya. Pengertian dari kata belajar belajar itulah yang perlu diketahui

    dan dihayati, sehingga tidak melahirkan pemahaman yang keliru mengenai

    masalah belajar.

    Masalah pengertian belajar ini, para ahli psikologi dan pendidikan

    mengemukakan rumusan yang berlainan sesuai dengan bidang keahlian

    mereka masing-masing.

    61

  • James O. Whittaker, misalnya, merumuskan belajar sebagai proses di mana

    tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.

    Howard L. Kingskey mengatakan bahwa learning is the process by which

    behavior (in the broader sense) is originated or changed through practice or

    training. Belajar adalah proses di mana tingkah laku (dalam arti luas)

    ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.

    Dari beberapa pendapat para ahli tentang pengertian belajar yang

    dikemukakan di atas dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang

    dilakukan dengan melibatkan dua unsur, yaitu jiwa dan raga. Gerak raga yang

    ditunjukkan harus sejalan dengan proses jiwa untuk mendapatkan perubahan.

    Perubahan yang didapatkan itu bukan perubahan fisik, tetapi perubahan jiwa

    dengan sebab masuknya kesan-kesan yang baru.

    Jadi belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh

    suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam

    interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan

    psikomotorik.51

    Kemudian pemahaman mengenai makna belajar ini akan mengemukakan

    beberapa definisi tentang belajar. Ada beberapa definisi tentang belajar, antara

    lain dapat diuraikan sebagai berikut:

    1. Cronbach memberikan definisi: Learning is shown by a change in

    behavior as a result of experience.

    51 Syaiful Bahri Dramarah, Psikologi Belajar, (Jakarta, PT. Rineka Cipta, 2002), hlm. 12.

    62

  • 2. Harold Spears memberikan batasan: Learning is to observe, to read, to

    imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction.

    3. Geoch, mengatakan: Learning is a change in performance as a result of

    practice.52

    Dari ketiga definisi di atas, maka dapat diterangkan bahwa belajar itu

    senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan

    serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan,

    meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik, kalau si subjek

    belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik.