ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI...

92
ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Oleh: RETNO MARSANTI NIM: 021324014 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007 i

Transcript of ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI...

Page 1: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL

Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh:

RETNO MARSANTI

NIM: 021324014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2007

i

Page 2: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi
Page 3: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi
Page 4: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

MOTTO

“Bila kita melihat kehidupan dari sisi yang menyenangkan segala sesuatu yang

membuat kehidupan ini berat bisa teratasi dan hidup akan terasa indah”.

“Kamu adalah terang dunia……. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya

didepan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan

Bapamu yang di surga”. (Mat 5:13.16)

“Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah

mengeringkan tulang”. (Amsal 17:22)

Page 5: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

Bapa di Surga

Tuhan Yesus & Bunda Maria

Kedua Orang tuaku, Bapak Yohanes Sanggito & Maria Suharti

My Honey, Mathias

Adikku, Agung

Page 6: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah

Yogyakarta, 15 Mei 2007

Penulis

Retno Marsanti

vi

Page 7: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

vii

ABSTRAK

ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten

Retno Marsanti Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2007

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis distribusi pendapatan pembuat tahu, menganalisis distribusi pendapatan dalam industri pembuat karak dan menganalisis distribusi pendapatan dalam industri pembuat kripik sukun di Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten. Penelitian ini bersifat studi kasus. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan sampel jenuh, yaitu teknik penentuan sampel sama dengan jumlah populasinya, yang berjumlah 81 orang. Metode analisis data menggunakan analisis Rasio Gini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1. Distribusi pendapatan pembuat tahu di Desa Somopuro, termasuk dalam

tingkat ketimpangan pendapatan rendah, dengan angka Rasio Gini sebesar 0,13.

2. Distribusi pendapatan pembuat karak di Desa Gondangan, termasuk dalam tingkat ketimpangan pendapatan rendah, dengan angka Rasio Gini sebesar 0,19.

3. Distribusi pendapatan pembuat kripik sukun di Desa Gondangan, termasuk dalam tingkat ketimpangan pendapatan rendah, dengan angka Rasio Gini sebesar 0,15.

Page 8: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

viii

ABSTRACT

ANALYSIS OF INCOME DISTRIBUTION OF LOW SCALE INDUSTRY A Case Study in Jogonalan Subdisyrict, Klaten Regency, Central Java

Retno Marsanti Sanata Dharma University

Yogyakarta 2007

The objectives of this research are to analyze income distribution of (1) the soybean industry; (2) a crust of rice industry; (3) breadfruit crispy chip industry in Jogonalan Subdistrict, Klaten Regency, Central Java. This research is a case study. The technique of collecting the samples is satiated sample. It means that the total chosen samples are the same as the population of the samples. The population of the samples is 81 people. The technique of data analysis was Gini Ratio. The result of this research indicates that (1) the income distribution of the soybean small industry in Somopuro Village belongs to low level income. The Gini Ration is 0,13; (2) the income distribution of a crust of rice industry in Gondangan Village belongs to low level income. The Gini Ration is 0,19; (3) the income distribution of breadfruit crispy chip industry in Somopuro Village belongs to low level income. The Gini Ration is 0,15.

Page 9: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas rahmat-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ANALISIS DISTRIBUSI

PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL”, studi kasus di Kecamatan

Jogonalan, Kabupaten Klaten dengan baik.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu

penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada:

1. Drs. T. Sarkim, M. Ed., Ph. D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Drs. Sutarjo Adisusilo, J.R, selaku Ketua Jurusan Program Studi Pendidikan

Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

3. Y. Harsoyo, S.Pd, MSi, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi

Universitas Sanata Dharma.

4. Y. Harsoyo, S.Pd, MSi, selaku Dosen Pembimbing I yang dengan sabar telah

memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi ini.

5. Drs. P.A. Rubiyanto, selaku Dosen Pembimbing II yang dengan sabar telah

memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi ini.

6. Y.M.V. Mudayen, S.Pd yang memberikan masukan, saran maupun kritik

dalam penyusunan skripsi.

ix

Page 10: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

7. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi yang telah membagikan

ilmu pengetahuan sebagai bekal yang akan sangat berguna bagi penulis di

masa depan.

8. Seluruh karyawan sekretariat Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas

Sanata Dharma terutama Mbak Titin dan Pak Wawiek atas pelayanan

adminitrasi yang telah diberikan selama saya kuliah.

9. Pemerintah Kabupaten Klaten terutama BAPEDA yang memberikan ijin

sehingga penulis dapat melakukan penelitian.

10. Seluruh pekerja dan pengusaha pembuat tahu, karak dan kripik sukun yang

telah bersedia menjadi responden bagi penulis.

11. Keluargaku tercinta Bapak Yohanes Sanggito dan Ibu Maria Suharti serta

adikku yang telah memberikan dorongan dan selalu mendoakan penulis,

sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

12. Keluarga Bapak Yoseph Mulyatmo, B.A yang telah memberikan dukungan

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

13. My Beloved, Mathias makasih atas dorongan dan kasih sayangnya sehingga

skripsi ini dapat selesai dengan baik.

14. Terima kasih Supra AD 4609 PJ yang dengan setia menemani dan mengantar

penulis kemanapun pergi.

15. Teman-teman PE‘02 Nana, Wulan, Tanty, Heni, Nina, Erwin, makasih ya atas

tumpangan istirahat di sela-sela jam kuliah, serta semua temen PE‘02 terima

kasih atas kebersamaan selama ini, penulis sangat bangga punya teman-teman

x

Page 11: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

seperti kalian. Besok wisuda bareng-bareng ya….. biar rame….OKE ???

Tetap Semangat ya…………Tuhan memberkati.

16. Teman-teman Mudika Stanislaus Santo Yusuf TPost, makasih dukungannya

ya, aku dah lulus nich…….

17. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-per satu.

Akhir kata semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-

pihak yang membutuhkan.

Yogyakarta, 15 Mei 2007

Penulis

Retno Marsanti

xi

Page 12: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………… ii

HALAMAN PENGESAHAN………………………………………............ iii

MOTTO ……………………………………………………………………. iv

PERSEMBAHAN …………………………………………………………. v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………………………………… vi

ABSTRAK ………………………………………………………………… vii

ABSTRACT ………………………………………………………………… viii

KATA PENGANTAR ……………………………………………………... ix

DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. xii

DAFTAR TABEL …………………………………………………………. xv

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………… xviii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ……….…………………………………. 1

B. Rumusan Masalah ………………………………………………….. 3

C. Tujuan Penelitian ………………………………………………....... 3

D. Manfaat Penelitian …………………………………......................... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori tentang Distribusi Pendapatan ..………………………………. 5

B. Distribusi Pendapatan di Indonesia …………………………………. 14

xii

Page 13: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

C. Kemiskinan …………………………………………………………. 16

D. Industri Kecil dalam Perekonomian Indonesia ……………………… 19

E. Industri Kecil dalam Perekonomian di Kabupaten Klaten ………….. 21

F. Penelitian Terdahulu ………………………………………………… 23

G. Kerangka Teoritik …………………………………………………… 24

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ……………………………………………………… 25

B. Subjek dan Objek Penelitian ………………………………………… 25

C. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………………......... 25

D. Sumber Data …………………………………………………………. 26

E. Teknik Pengumpulan Data …………………………………………… 26

F. Populasi dan Sampel …………………………………………………. 27

G. Metode Analisis Data ………………………………………………… 28

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH DAN SAMPEL PENELITIAN

A. Deskripsi Daerah Penelitian …………………………………………… 30

B. Deskripsi Sampel Penelitian ………….……………………………….. 36

C. Gambaran Umum Industri Kecil ……………………………………. 37

V. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Data …………………………………………………………. 47

B. Pembahasan …………………………………………………………… 55

xiii

Page 14: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

VI. PENUTUP

A. Kesimpulan …………………………………………………………… 64

B. Saran ………………………………………………………………….. 65

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN

xiv

Page 15: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel II.1. Distribusi Pendapatan di Indonesia ………………………… 14

Tabel II.2. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase dari Populasi

yang Hidup di bawah Garis Kemiskinan

di Indonesia 1976-2005……………………………………. 18

Tabel IV.1. Luas Wilayah Menurut Penggunaannya

Desa Somopuro Tahun 2006 ……………………………… 31

Tabel IV.2. Jenis Mata Pencaharian Penduduk Desa Somopuro

Tahun 2006 ……………………………………………….. 32

Tabel IV.3. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Desa Somopuro Tahun 2006 ……………………………… 32

Tabel IV.4. Luas Wilayah Menurut Penggunaannya

Desa Gondangan Tahun 2006 …………………………….. 34

Tabel IV.5. Mata Pencaharian Penduduk Desa Gondangan

Tahun 2006 ……………………………………………….. 35

Tabel IV.6. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Desa Gondangan Tahun 2006 ……………………………. 35

Tabel IV.7. Pengrajin Menurut Tingkat Umur ………………………... 36

Tabel IV.8. Pengrajin Menurut Tingkat Pendidikan ………………….. 36

Tabel IV.9. Pengusaha Tahu Desa Somopuro bulan Januari 2007 …… 37

xv

Page 16: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

Tabel IV.10. Pekerja Industri Pembuat Tahu Desa Somopuro

bulan Januari 2007……………………………………….. 38

Tabel IV.11. Pengusaha Karak Desa Gondangan

bulan Januari 2007 ………………………………………. 40

Tabel IV.12. Pekerja Industri Pembuat Karak Desa Gondangan

bulan Januari 2007 ……………………………………… 41

Tabel IV.13. Pengusaha Kripik Sukun Desa Gondangan

bulan Januari 2007 ……………………………………… 44

Tabel IV.12. Pekerja Industri Pembuat Kripik Sukun Desa Gondangan

bulan Januari 2007………………………………………. 44

Tabel V.1. Data Pendapatan Pembuat Tahu Desa Somopuro

bulan Januari 2007 ……………………………………… 47

Tabel V.2. Statistik Deskriptif Pembuat Tahu Desa Somopuro

bulan Januari 2007 ……………………………………… 48

Tabel V.3. Penghitungan Rasio Gini Pendapatan Pembuat Tahu

Desa Somopuro bulan Januari 2007 ……………………. 49

Tabel V.4. Data Pendapatan Pembuat Karak Desa Gondangan

bulan Januari 2007 ………………………………………. 50

Tabel V.5. Statistik Deskriptif Pembuat Karak Desa Gondangan

bulan Januari 2007 ……………………………………...... 51

Tabel V.6. Penghitungan Rasio Gini Pendapatan Pembuat Karak

Desa Gondangan bulan Januari 2007 ……………………. 51

xvi

Page 17: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

Tabel V.7. Data Pendapatan Pembuat Kripik Sukun Desa Gondangan

bulan Januari 2007 …………………………………………… 52

Tabel V.8. Statistik Deskriptif Pembuat Kripik Sukun Desa Gondangan

bulan Januari 2007 …………………………………………… 53

Tabel V.9. Penghitungan Rasio Gini Pendapatan Pembuat Kripik Sukun

Desa Gondangan bulan Januari 2007 ………………………… 54

xvii

Page 18: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar II.1. Kurva Lorenz ……………………………………………. 15

Gambar II.2. Produksi Sektor Industri di Kabupaten Klaten tahun 2005 22

Gambar IV.1. Kurva Lorenz Pembuat Tahu Desa Somopuro

bulan Januari 2007………………………………………. 55

Gambar IV.2. Kurva Lorenz Pembuat Karak Desa Gondangan

bulan Januari 2007 ……………………………………… 58

Gambar IV.3. Kurva Lorenz Pembuat Kripik Sukun Desa Gondangan

bulan Januari 2007 …………………………………….. 61

xviii

Page 19: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Secara umum pembangunan dimengerti sebagai usaha untuk

memajukan kehidupan masyarakat menuju kesejahteraan. Dalam pengertian

ekonomi, pembangunan ekonomi berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi menjadi orientasi pembangunan karena diyakini secara

otomatis dapat menetes ke bawah (trickle down effect) menyebarkan hasil-

hasil pembangunan secara lebih merata. Jadi pertumbuhan ekonomi

merupakan salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembangunan

terutama di negara sedang berkembang, tidak terkecuali di Indonesia.

Pada awal pemerintahan Orde Baru hingga akhir tahun 1970-an

strategi pembangunan ekonomi yang dianut oleh pemerintahan Soeharto lebih

berorientasi kepada pertumbuhan ekonomi yang tinggi (Tambunan, 2006 : 9).

Untuk mencapai tujuan tersebut maka pusat pembangunan ekonomi nasional

dimulai di pulau Jawa dengan alasan bahwa semua fasilitas-fasilitas yang

dibutuhkan seperti, pelabuhan, telekomunikasi, komplek industri, dan

infrastruktur lainnya yang tersedia di Jawa, khususnya Jakarta dan sekitarnya

dibandingkan di propinsi lain di Indonesia. Pembangunan pada saat itu juga

hanya terpusatkan di sektor-sektor tertentu saja yang secara potensial memiliki

kemampuan besar untuk menghasilkan nilai tambah yang tinggi. Pada

Page 20: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

2

pemerintahan Orde Baru percaya bahwa hasil dari pembangunan akan

“menetes” ke sektor-sektor dan wilayah Indonesia lainnya.

Paradigma pembangunan yang dianut pemerintahan Orde Baru

tersebut merupakan satu-satunya strategi yang sesuai dengan kondisi ekonomi

Indonesia. Pembangunan ekonomi Indonesia sejak Pelita I pada tahun 1969

hingga krisis ekonomi terjadi, akhir tahun 1997 Indonesia mengalami proses

pembangunan yang spektakuler. Dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata per

tahun lebih dari 7,3% hingga 8,2% selama dekade 1990-an (Tambunan,

2001:49).

Pada saat krisis ekonomi melanda Indonesia, kenyataan sektor industri

kecil mempunyai peran yang penting dalam perekonomian, terutama dalam

mengurangi pengangguran dan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

(http://www.ekonomirakyat.org/edisi_20/artikel_7.htm). Tetapi pada

kenyataannya pemerintahan Orde Baru hingga pemerintahan sekarang

berusaha untuk memperbaiki ketimpangan dalam distribusi pendapatan

(Tambunan, 2006:20). Walaupun keberhasilan suatu pembangunan ekonomi

tidak hanya diukur dari laju pertumbuhan output atau peningkatan pendapatan

per kapita. Tetapi, yang lebih penting adalah pola distribusi pendapatan

tersebut. Maka penting untuk meneliti sektor ini, karena sektor ini mampu

bertahan dan diandalkan waktu krisis serta untuk ke depannya penting karena

berkurangnya sektor pertanian dan diganti dengan sektor industri kecil.

Dari latar belakang tersebut, maka peneliti ingin mengambil judul

“Analisis Distribusi Pendapatan Sektor Industri Kecil”

Page 21: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

3

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana distribusi pendapatan pembuat tahu di Kecamatan Jogonalan?

2. Bagaimana distribusi pendapatan pembuat karak di Kecamatan Jogonalan?

3. Bagaimana distribusi pendapatan pembuat kripik sukun di Kecamatan

Jogonalan?

C. Tujuan Penelitian

Bertolak dari perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a. Untuk menganalisis distribusi pendapatan pembuat tahu di Kecamatan

Jogonalan.

b. Untuk menganalisis distribusi pendapatan pembuat karak di Kecamatan

Jogonalan.

c. Untuk menganalisis distribusi pendapatan pembuat kripik sukun di

Kecamatan Jogonalan.

D. Manfaat Penelitian

a. Bagi Pengrajin

Diharapkan dapat memberikan tambahan informasi dan bahan

pertimbangan dalam mengembangkan usahanya sehingga pendapatan

dapat ditingkatkan.

Page 22: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

4

b. Bagi Universitas

Dapat menjadi referensi bagi peneliti lain yang sejenis dan

memberikan informasi ilmiah yang berkaitan dengan distribusi

pendapatan.

c. Bagi Penulis

Dapat menerapkan disiplin ilmu yang diperoleh selama kuliah dan

dapat menambah pengetahuan tentang distribusi pendapatan.

d. Bagi Pemerintah

Dapat digunakan sebagai informasi tambahan dalam menyusun sasaran

pengembangan potensi-potensi sektor industri kecil, sehingga dapat

meningkatkan pendapatan.

Page 23: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori tentang Distribusi Pendapatan

Distribusi pendapatan akan menentukan bagaimana pandapatan yang

tinggi mampu menciptakan perubahan dan perbaikan dalam masyarakat,

seperti mengurangi kemiskinan, penganguran dan mampu mencapai distribusi

pendapatan di masyarakat. Distribusi pendapatan yang tidak merata, tidak

akan menciptakan kemakmuran bagi masyarakat secara umum. Distribusi

pendapatan yang tidak merata hanya akan menciptakan kemakmuran bagi

golongan tertentu saja. Perbedaan pendapatan timbul karena adanya perbedaan

dalam kepemilikan sumber daya dan faktor produksi. Pihak yang memiliki

faktor produksi yang lebih banyak akan memperoleh pendapatan yang lebih

banyak juga.

Menurut Sukirno, 1985:61, ada dua macam distribusi pendapatan,

yaitu:

1 Distribusi pendapatan relatif, adalah perbandingan jumlah pendapatan

yang diterima oleh berbagai golongan penerima pendapatan, dan

penggolongan ini didasarkan pada besarnya pendapatan yang mereka

terima.

2 Distribusi pendapatan mutlak, adalah presentasi jumlah penduduk yang

pendapatannya mencapai suatu tingkat pendapatan tertentu atau kurang.

Page 24: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

6

Salah satu teori pembangunan yang menfokuskan pada pentingnya

pertumbuhan ekonomi dan distribusi pendapatan, adalah:

1. Teori Trickle Down Effect

Pada prinsipnya berbagai aktivitas pembangunan ekonomi dilakukan

tidak lain bertujuan untuk mengejar keterbelakangan dan ketertinggalan.

Keterbelakangan dan ketertinggalan itu sendiri memiliki ruang lingkup

yang multidimensi, namun dalam perspektif ilmu ekonomi, dimensi

pencapaian tingkat kesejahteraanlah yang menjadi tujuan paling utama.

Salah satu cara untuk mengejar keterbelakangan dan ketertinggalan

tersebut adalah dengan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi. Dengan

demikian diharapkan dapat meningkatkan pendapatan per kapita, sehingga

lambat laun akan diikuti pemerataan pendapatan dan berlanjut pada

pengurangan tingkat kemiskinan (trickle down effect)

(http://www.geocities.com/edisiestp 1175/artikel57.htm). Yang termasuk

teori trickle down effect, adalah:

Pendekatan Kuznets

Pandangan Kuznets mengenai kegiatan ekonomi masyarakat

berpangkal pada kerangka perhitungan nasional dengan penjabarannya

tentang unsur-unsur komponen dalam pendapatan nasional. Kuznets

berhasil memberi substansi secara empiris-kuantitatif terhadap pengertian

pokok dalam kerangka analisis Keynes seperti mengenai hubungan antara

konsumsi-tabungan-investasi-pendapatan dalam tata susunan ekonomi

secara menyeluruh. Satu sama lain dikaji menurut tahap perkembangan

Page 25: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

7

yang susul-menyusul, dari satu periode ke periode yang lain. Hal yang

dikenal sebagai time series analysis. Hal ini menjadi landasan bagi

penelitian Kuznets mengenai masalah pertumbuhan ekonomi

(Djojohadikusumo, 1994:53).

Kuznets menemukan relasi antara kesenjangan pendapatan dan

tingkat pendapatan perkapita. Hasil tersebut diinterpretasikan sebagai

evolusi dari distribusi pendapatan dalam proses transisi dari suatu ekonomi

pedesaan ke ekonomi perkotaan, akibat dari efek menetes ke bawah. Pada

awal proses pembangunan, ketimpangan distribusi pendapatan naik

sebagai akibat dari proses urbanisasi dan industrialisasi dan pada akhir

proses pembangunan ketimpangan menurun, yakni pada saat sektor

industri di daerah perkotaan sudah dapat menyerap sebagian besar dari

tenaga kerja yang datang dari pedesaan lebih kecil di dalam produksi dan

penciptaan pendapatan (Tambunan, 2001:73).

2. Teori yang tidak percaya dengan Trickle Down Effect

Pada pertengahan pada tahun 1970-an, para ahli ekonomi mulai

meragukan terkonsentrasinya seluruh aktivitas ekonomi pada

pertumbuhan, ketika implementasi teori trickle down effect semakin bias.

Di banyak negara sedang berkembang terdapat gejala kemiskinan absolut,

ketimpangan distribusi pendapatan dan pengangguran yang cenderung

meningkat, meskipun pertumbuhan mengalami peningkatan secara stabil.

Misalnya saja kasus di Indonesia bisa dijadikan salahsatu contoh

Page 26: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

8

kegagalan trickle down effect, menyusul terjadinya krisis moneter pada

akhir tahun 1997 (http://www.geocities.com/edisiestp 1175/artikel57.htm).

Adapun teori yang tidak percaya dengan teori trickle down effect adalah:

a. Pendekatan Neo Marxis

Pandangan Neo Marxis mengenai perekonomian negara-negara

berkembang bertentangan dengan gagasan para pemikir yang

mengutamakan tata nilai sosial budaya sebagai faktor dominan dalam

proses pembangunan. Hampir semuanya yang termasuk haluan kiri

radikal dikelompokkan dalam aliran Neo Marxis. Persamaan yang

menonjol dalam pandangan berbagai aliran dalam kelompok Neo

Marxis, adalah:

1) pola pendekatannya dalam gagasan teoritisnya berkisar pada

masalah pembangunan negara-negara berkembang menunjukkan

sifat normatif yang sangat kuat

2) penyajian analisisnya selalu disertai oleh serangkaian langkah dan

sasaran kebijaksanaan yang ditentukan secara normatif

3) pola dan sifat kebijaksanaannya menjurus pada reformasi radikal

ataupun revolusi perjuangan bersenjata secara eksplisit ataupun

implisit

4) unsur pesimisme yang mencolok dalam haluan pandangannya

terhadap kemungkinan pembangunan negara-negara Dunia Ketiga

(Djojohadikusumo, 1994:83).

Page 27: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

9

Pakar ekonomi terkemuka yang berhaluan Marxis adalah Paul

Baran. Dasar pandangan Paul Baran menurut kalangan ekonomi

profesional dianggap yang paling penting dan bermutu diantara hasil

pemikiran dan penelitian golongan Marxis dan Neo Marxis di zaman

Pasca Perang Dunia II. Ia terus mengembangkan secara konsisten

sistem pemikiran Marxisme, menyesuaikannya dengan perkembangan

zaman, dan menerapkannya dalam perimbangan hubungan antara

negara-negara industri maju dengan negara terkekang dalam keadaan

ekonomi terbelakang (underdevelopment). Pokok permasalahan Baran

berkisar pada sebab-musabab tidak terjadinya perkembangan

kapitalisme di negara-negara Dunia Ketiga. Menurut Baran hal itu

bersangkut-paut dengan perkembangan kapitalisme di negara-negara

maju yang dalam sejarahnya muncul dari kondisi pra-kapitalisme yang

dianggap identik dengan feodalisme.

Sekali negara-negara Dunia Ketiga sudah terjebak perangkap

sistem kapitalisme dunia, maka tiada harapan lagi untuk mencapai

kemajuan. Hanya suatu revolusi bisa membuka jalan ke arah masa

depan yang lebih baik. Pemikiran Paul Baran telah mempengaruhi

banyak kalangan cendekiawan di Dunia Ketiga. Hal ini nampak sekali

di Amerika Latin dan Afrika, tetapi juga sebagian Asia, termasuk

sementara kalangan di Indonesia (Djojohadikusumo, 1994:85).

Page 28: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

10

b. Aliran Dependencia

Pengertian Dependencia lazim dihubungkan dengan pandangan

dan gagasan yang dalam dasawarsa enam puluhan dicanangkan oleh

kalangan pemikir masyarakat berhaluan kiri dari Amerika Latin.

Perhatian golongan dependencia dipusatkan secara lebih spesifik pada

permasalahan sekitar perkembangan kapitalisme pinggiran (peripheral

capitalism). Hal tersebut dapat diartikan sebagai kapitalisme yang

bercorak “pinggiran” atau sebagai kapitalisme yang berada di kawasan

pinggiran (negara Dunia Ketiga), yaitu batas luar lingkungan

kapitalisme yang berinduk di negara-negara industri maju

(Djojohadikusumo, 1994:86).

Dalam hubungan ini, dapat dibedakan secara umum dua

golongan dalam aliran dependencia, yaitu golongan ekstrim radikal

yang berhaluan keras dan golongan yang berhaluan kiri tetapi yang

bersikap lebih reformis-moderat.

1) Andre’ Gunder Frank

Andre’ Gunder Frank, adalah pakar eksponen dari

pandangan garis keras dalam aliran dependencia. Dependencia

sebagai hal ketergantungan rakyat di negara-negara miskin dari

dominasi negara-negara maju merupakan akibat pemerasan

sistematis yang telah berlangsung selama berabad-abad.

Dependencia kini semakin terasa di pasaran internasional dalam

sistemkapitalisme dunia. Kebanyakan negara Dunia Ketiga

Page 29: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

11

mempunyai ekonomi yang terbuka, sedangkan produksinya

terpusat dan terbatas pada beberapa komoditi primer yang jenisnya

terbatas. Hal itu membatasi ruang gerak dan kemampuan negara-

negara underdevelopment untuk mengambil keputusan secara

mandiri mengenai penggunaan sumber daya produksinya

(Djojohadikusumo, 1994:87). Menurut Gunder Frank, aliansi

tersebut menjadi suatu kendala dahsyat yang mustahil diatasi

melalui jalan transformasi gradual. Bahkan jika hal serupa

dibiarkan, maka akan terjadi keterbelakangan yang berkelanjutan

(further development of underdevelopment). Satu-satunya jalan

keluar adalah aksi politik dengan melakukan revolusi yang

bersendikan sosialisme revolusioner.

2) F.H. Cardoso dan E. Faletto

F.H. Cardoso dan E. Faletto, pengarang ini mewakili

pandangan golongan reformasi-moderat dalam aliran dependencia.

Kedua pengarang ini mengakui adanya kontradiksi berganda dan

aliansi feodalisme domestik dengan imperalisme internasional.

Perekonomian di kawasan periferi bagaimanapun merupakan

bagian integral dari sistem kapitalisme dunia. Inti dari dinamika

pada sistem kapitalisme terletak di luar lingkungan ekonomi

periferi. Dengan memperlihatkan realitas dalam perkembangan

perekonomian dunia, maka terbuka kemungkinan bagi

pembangunan negara-negara berkembang. Namun, pembangunan

Page 30: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

12

tersebut tetap ditandai oleh ciri ketergantungan

(Djojohadikusumo,1994:88).

3) W.F. Wertheim

W.F. Wertheim adalah pakar terkenal dalam ilmu sosiologi

berhaluan Marxis. Perhatian Wertheim ditujukan terutama kepada

perkembangan Asia setelah Perang Dunia II, khususnya mengenai

Indonesia dan negara-negara tetangganya. Semasa zaman

penjajahan, Wertheim mendukung perjuangan kemerdekaan

Indonesia. Akan tetapi, setelah Republik Indonesia diakui oleh

dunia internasional, Wertheim menjadi sangat kritis terhadap

struktur kekuasaan politik di Indonesia. Ia mulai mendukung rezim

Sukarno di zaman Nasakom tatkala haluan kebijaksanaan Sukarno

semakin dipengaruhi oleh Partai Komunis Indonesia. Setelah

peristiwa Gestapu, Werttheim secara berkala melancarkan kritik

pedas terhadap rezim Orde Baru di bawah pimpinan Soeharto.

Sikap Wertheim memang selaras dengan garis politik yang

umumnya ditempuh oleh golongan Neo Marxis dan gerakan kiri

internasional yang dikenal sebagai “New Left”. Wertheim

sependapat dengan Boeke dan Geertz bahwa dalam perimbangan di

masyarakat pedesaan sama sekali tidak ada respons terhadap

dorongan yang bersifat ekonomis, kendatipun telah dilakukan

kebijaksanaan pemerintah secara aktif. Satu-satunya jalan menurut

Wertheim untuk mendobrak ekspansi statis (Boeke) dan inovasi

Page 31: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

13

(Geertz) adalah revolusi radikal yang dapat membendung dan

membalikkan arah kecenderungan yang sedang dialami dalam

Dunia Ketiga. Revolusi radikal dalam pandangan Wertheim harus

berlandaskan gerakan massa yang rapi secara organisatoris dengan

dibekali oleh pendidikan yang intensif dan penyuluhan secara luas

(Djojohadikusumo, 1994:90).

c. Teori Kaldor

Teori ini, terdapat dua kelompok masyarakat yang oleh Kaldor

disebut sebagai kelompok kapitalis dan buruh. Setiap kelompok

mempunyai propensity to save (s) yang berbeda : sp untuk kelompok

kapitalis dan sw untuk kelompok buruh. Q = seluruh pendapatan

nasional, P = menunjukkan keuntungan atau penghasilan dari

kelompok kapitalis, dan W = upah atau penghasilan dari kelompok

buruh. P/Q menunjukkan berapa bagian dari pendapatan masyarakat

(pendapatan nasional) yang diterima oleh kelompok kapitalis, yang

sering disebut dengan istilah profit share. Dalam model Kaldor pola

distribusi pendapatan mempunyai konsekuensi terhadap laju

pertumbuhan ekonomi, apabila sp > sw, maka semakin besar profit

share semakin tinggi pula laju pertumbuhan ekonomi. Ini berarti

bahwa semakin tidak merata pola distribusi pendapatan, semakin

tinggi laju pertumbuhan ekonomi. Model Kaldor memberikan pilihan

antara pertumbuhan GDP yang cepat tetapi dengan distribusi

Page 32: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

14

pendapatan yang timpang, atau pertumbuhan GDP yang lambat tetapi

distribusi pendapatan yang lebih merata. (Boediono,1988:76-79).

B. Distribusi Pendapatan di Indonesia

Distribusi pendapatan mencerminkan merata tidaknya hasil

pembangunan negara di kalangan penduduknya. Dalam proses

pembangunan ekonomi, ketimpangan atau kesenjangan merupakan salah

satu masalah yang dijumpai di hampir semua negara sedang berkembang,

seperti Indonesia.

Tabel II.1 Distribusi Pendapatan di Indonesia

Tahun

Pendapatan

40% rumah

tangga miskin

Pendapatan 40%

rumah tangga

menengah

Pendapatan 20%

rumah tangga

kaya

Koefisien

Gini

2002

2003

2004

20,92

20,57

20,8

36,89

37,1

37,13

42,19

42,33

42,07

0,329

0,32

0,32

Sumber: BPS, 2005

Dari data tersebut dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2002, angka Koefisien

Gini sebesar 0,329 menunjukkan terjadi ketimpangan pendapatan rendah.

Sedangkan pada tahun 2003 turun menjadi sebesar 0,32. Dari angka

Koefisien Gini sebesar 0,32 menunjukkan terjadi ketimpangan pendapatan

rendah. Antara tahun 2003 dan 2004 angka koefisien gini di Indonesia tidak

Page 33: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

15

mengalami perubahan, yaitu sebesar 0,32 ini menunjukkan terjadi

ketimpangan pendapatan rendah .

Ada sejumlah alat yang digunakan untuk mengukur tingkat

ketimpangan distribusi pendapatan. Alat yang lazim digunakan adalah

Koefisien Gini (Gini Ratio) dan cara perhitungan yang digunakan oleh Bank

Dunia. Koefisien Gini biasanya diperlihatkan oleh Kurva Lorenz. Kurva

Lorenz memperlihatkan hubungan kuantitatif antara prosentase penerimaan

pendapatan penduduk dengan prosentase pendapatan yang benar-benar

diperoleh selama kurun waktu tertentu biasanya satu tahun.

Gambar II.1 Kurva Lorenz

Dari gambar diatas, sumbu horisontal menggambarkan prosentase kumulatif

penduduk, sedangkan sumbu vertikal menyatakan bagian dari total pendapatan

yang diterima oleh masing-masing prosentase penduduk tersebut. Sedangkan

garis diagonal di tengah disebut “garis kemerataan sempurna”. Karena setiap

Page 34: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

16

titik pada garis diagonal merupakan tempat kedudukan prosentase penduduk

yang sama dengan prosentase penerimaan pendapatan.

Semakin jauh jarak garis kurva Lorenz dari garis diagonal, semakin

tinggi tingkat ketidakmerataannya. Sebaliknya semakin dekat jarak kurva

Lorenz dari garis diagonal, semakin tinggi tingkat pemerataan distribusi

pendapatannya. Pada gambar di atas, besarnya ketimpangan digambarkan

sebagai daerah yang diarsir. Distribusi pendapatan makin merata jika nilai

Koefisien Gini mendekati nol (0). Sebaliknya, suatu distribusi pendapatan

dikatakan makin tidak merata jika nilai Koefisien Gininya makin mendekati

satu. Menurut Budiman, 1995:4, tingkat ketimpangan pendapatan digolongkan

menjadi tiga kategori, yaitu:

< 0,4 = ketimpangan pendapatan rendah.

0,4 – 0,5 = ketimpangan pendapatan sedang.

> 0,5 = ketimpangan pendapatan tinggi.

C. Kemiskinan

Kemiskian dan ketimpangan dalam distribusi pendapatan merupakan

dua masalah besar negara sedang berkembang, tidak terkecuali Indonesia.

Karena kemiskinan dan ketimpangan distribusi pendapatan kalau dibiarkan

berlarut-larut dan semakin parah akan menimbulkan konsekuensi politik dan

sosial yang sangat serius (Tambunan, 2006:8). Suatu pemerintahan bisa jatuh

karena amukan rakyat miskin yang sudah tidak tahan lagi menghadapi

kemiskinan.

Page 35: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

17

Menurut Tambunan, 2001:71-72, ada dua macam ukuran kemiskinan

yang umum digunakan, yaitu:

1. Kemiskinan absolut, yaitu derajat kemiskinan dimana kebutuhan-

kebutuhan minimum untuk bertahan hidup tidak dapat terpenuhi.

2. Kemiskinan relatif, yaitu suatu ukuran mengenai kesenjangan di dalam

distribusi pendapatan, biasanya dikaitkan dengan tingkat rata-rata dari

distribusi tersebut.

Pada awal Orde Baru (tahun 1966) rata-rata pendapatan masyarakat

Indonesia hanya sekitar 50 dolar AS per tahun, dan lebih dari 80% dari

populasi hidup di pedesaan dan sebagian besar dari jumlah ini bekerja di

sektor pertanian, yang kebanyakan adalah petani kecil dan buruh tani. Pada

tahun 1969 pemerintah mulai melaksanakan pembangunan dengan

mencanangkan Repelita 1, dan sejak itu dengan kebijakan ekonomi terbuka,

investasi dan bantuan keuangan dari luar negeri membanjiri Indonesia. Dalam

beberapa tahun, inflasi yang sempat mencapai 500% lebih menjelang jatuhnya

pemerintah Soekarno dapat ditekan hingga 1 digit dan pertumbuhan ekonomi

meningkat, yang pada tahun 1980-an hingga 1997 sebelum krisis, Indonesia

mengalami pertumbuhan rata-rata 7% (Tambunan, 2006:10).

Page 36: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

18

Tabel II.2 Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase dari Populasi yang Hidup di bawah

Garis Kemiskian di Indonesia: 1976-2005 Tingkat miskin (%) Jumlah orang miskin (juta orang) Tahun

Perkotaan Pedesaan National Perkotaan Pedesaan Nasional1976 38,8 40,4 40,1 10,0 44,2 54,2 1978 30,8 33,4 33,3 8,3 38,9 47,2 1980 29,0 28,4 28,6 9,5 32,8 42,3 1981 28,1 26,5 26,9 9,3 31,3 40,6 1984 23,1 21,2 21,6 9,3 25,7 35,0 1987 20,1 16,1 17,4 9,7 20,3 30,0 1990 16,8 14,3 15,1 9,4 17,8 27,2 1993 13,4 13,8 13,7 8,7 17,2 25,9 1996 13,4 19,8 17,5 9,4 24,6 34,01 1998 21,9 25,7 24,2 17,6 31,9 49,5 1999 19,4 26,03 23,4 15,6 32,3 48,0 2000 14,6 22,4 19,1 12,3 26,4 38,7 2001 9,8 24,8 18,4 8,6 29,3 37,9 2002 14,5 21,1 18,2 13,3 25,1 38,4 2003 13,6 20,2 17,4 12,2 25,1 37,3 2004 12,1 20,1 16,7 11,4 24,8 36,1 2005 11,4 19,5 15,97 12,4 22,7 35,1

Sumber: BPS, 2006

Pertumbuhan yang tinggi dan berkelanjutan tersebut juga memberikan

suatu kontribusi yang besar terhadap pengurangan kemiskinan selama Orde

Baru. Seperti yang ditunjukkan oleh tabel 2, persentase kemiskinan menurun

dari 40% ke sekitar 17,5% selama 1976-1996, dan penurunan terbesar terjadi

selama periode 1970-an hingga 1980-an dengan 13 persentase poin,

sedangkan selama periode 1981-1993 laju penurunannya hanya sekitar 16

persentase point. Pada saat krisis ekonomi 1997/1998, kemiskinan mengalami

peningkatan yang substansial karena banyaknya pekerja yang di PHK akibat

banyak perusahaan yang terimbas krisis. Pada tahun 1998, tingkat kemiskinan

nasional tercatat sebesar 24,23%, dan setelah itu cenderung menurun terus.

Pada tahun 2005, kemiskinan di Indonesia sekitar 16% dari jumlah penduduk,

Page 37: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

19

dan ini masih lebih tinggi dibandingkan angka terendah yang pernah dicapai

pada masa Orde Baru (Tambunan, 2006:11).

D. Industri Kecil Dalam Perekonomian Indonesia

Pada saat krisis melanda Indonesia pada tahun 1997-1998, industri

kecil mampu bertahan dan terbukti menjadi salah satu pelaku ekonomi yang

kuat dan ulet, karena industri kecil ternyata cukup berhasil menyesuaikan diri

dengan lingkungan ekonomi yang berubah dengan cepat tersebut.

Menurut kriteria UNIDO (United National for Industrial Development

Organization) negara-negara dikelompokkan sebagai berikut: (Arsyad,

2004:354-355).

a. kelompok negara non-industri (non-industrial country) apabila sumbangan

sektor industri PDB kurang dari 10 persen.

b. kelompok negara dalam proses industrialisai (industrializing country)

apabila sumbangan tersebut antara 10-20 persen.

c. kelompok negara semi industri (semi industrialized country) jika

sumbangan tersebut antara 20-30 persen.

d. kelompok negara industri (industrial country) jika sumbangan tersebut

lebih dari 30 persen.

Sumbangan industri terhadap PDB di Indonesia sudah meningkat

dari tahun ke tahun. Pada tahun 1970 sektor industri menyumbang 8,4 persen

terhadap PDB, dan pada tahun 1980 meningkat menjadi 15,3 persen, dan pada

tahun 1997 meningkat menjadi 25 persen. Keadaan ini menunjukkan bahwa

Page 38: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

20

pada Pelita I Indonesia masih termasuk kategori negara non-industri dan pada

Pelita VI telah masuk pada kategori negara semi industri (Arsyad, 2004:354).

Pengelompokkan industri menurut jumlah tenaga kerja yang

dipekerjakan, menurut Biro Pusat Statistik (BPS), dibedakan menjadi empat,

yaitu (Arsyad, 2004:366):

1. Perusahaan atau industri besar jika mempekerjakan 100 orang atau lebih.

2. Perusahaan atau industri sedang jika mempekerjakan 20 sampai 99 orang.

3. Perusahaan atau industri kecil jika mempekerjakan 3 sampai 19 orang.

4. Industri kerajinan rumah tangga jika mempekerjakan kurang dari 3 orang

(termasuk tenaga kerja yang tidak dibayar).

Menurut Heijrahman Ranupandoyo, pengertian industri pedesaan

adalah:

1. Industri yang diusahakan terutama oleh rakyat pedesaan

2. Menjadi sumber penghidupan baik bersifat sampingan maupun pokok di

luar kegiatan pertanian.

Industri kecil adalah industri berskala kecil dan industri rumah tangga yang

diusahakan terutama untuk menambah pendapatan keluarga.

Menurut Mubyarto, 1987:99, ciri-ciri industri kecil adalah:

1. Menggunakan modal yang relatif kecil

2. Bersifat padat karya

3. Sederhana dalam peralatan dan proses produksi

4. Bahan dasarnya umumnya diperoleh dari desa setempat atau desa sekitar

Page 39: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

21

5. Sebagian besar pekerjaannya sambilan untuk menambah pendapatan

keluarga

6. Tidak mempunyai ijin usaha

7. Sebagian pekerjaannya dikerjakan oleh tangan

8. Tidak ada peraturan penggajian yang pasti.

Sektor industri kecil mempunyai arti dan peranan yang penting dalam

pembangunan umumnya dan pembangunan bidang ekonomi khususnya.

Selain juga memberikan sumbangan nyata dalam penyediaan lapangan kerja

bagi masyarakat dan peningkatan pendapatan terutama masyarakat pedesaan.

Menurut Mubyarto, 1987:99, peranan industri kecil adalah:

1. Industri ini memberikan lapangan kerja pada penduduk pedesaan yang

umumnya tidak bekerja secara penuh

2. Industri memberikan tambahan pendapatan tidak saja bagi kepala keluarga

atau pekerja, tetapi juga bagi anggota keluarga lainnya.

3. Industri dalam beberapa hal mampu memproduksi barang-barang

keperluan penduduk setempat dan daerah sekitarnya secara lebih efisien

dan lebih murah dibanding industri besar.

E. Industri Kecil Dalam Perekonomian di Kabupaten Klaten

Sektor industri merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan

cukup penting dalam meningkatkan jumlah PDRB kabupaten Klaten.

Sehingga pembangunan di bidang industri merupakan salah satu prioritas

utama tanpa mengabaikan pembangunan disektor lain. Definisi klasifikasi

Page 40: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

22

industri yang digunakan BPS dengan Dinas Perindustrian terdapat perbedaan.

BPS mengelompokkan industri dari jumlah tenaga kerja menjadi industri

besar, sedang, kecil dan rumah tangga. Sedangkan Dinas Perindustrian dari

jumlah asset yang dimiliki menjadi industri besar/menengah dan industri kecil.

Jumlah perusahaan industri dari tahun ke tahun menunjukkan

kecenderungan adanya peningkatan, tahun 2005 mengalami kenaikan sebesar

0,27%. Adapun jumlah tenaga kerja yang terserap pada sektor ini mengalami

kenaikkan sebesar 0,04% bila dibandingkan dengan tahun 2004.

Seiring dengan membaiknya perekonomian, nilai produksi dari sektor

industri yang sempat turun selama tahun 1999 – 2001, mulai tahun 2004

mengalami peningkatan, tahun 2005 mengalami kenaikkan sebesar 17,82%.

Total investasi (dengan fasilitas) yang ditanamkan sebesar Rp

1.615.836.500.000,00. Sedangkan untuk investasi yang ditanamkan (non-

fasilitas) dengan nilai Rp 1.071.113.176.344,00 (BPS, 2005: 249).

Gambar II.2 Nilai Produksi Sektor Industri (000 Rp) di Kabupaten Klaten tahun 2005

A A. ILMKA (Industri besar/sedang) 429.471.715

11% B B. Industri hasil pertanian dan kehutanan D 515.693.250

(industri besar/sedang)1.257.756.90013%32% C. ILMKA (Industri kecil)

D. Industri hasil pertanian dan kehutanan C 1.758.247.750

44%

(Industri kecil)

Sumber: BPS, 2005

Page 41: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

23

Dari gambar tersebut, dapat dijelaskan bahwa ILMKA (Industri besar/sedang)

sebesar 11% dengan jumlah 429.471.715. Industri hasil pertanian dan

kehutanan (industri besar/sedang) sebesar 13% dengan jumlah 515.693.250.

ILMKA (Industri kecil) sebesar 44% dengan jumlah 1.758.247.750. dan

Industri hasil pertanian dan kehutanan (Industri kecil) sebesar 32% dengan

jumlah 1.257.756.900 (BPS, 2005).

F. Peneliti Terdahulu

Dari penelitian Dinanti (1998) dalam judul Ketimpangan Lahan,

Ketimpangan Distribusi Pendapatan dan Kemiskinan, dengan tujuan penelitian

untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara ketimpangan distribusi lahan,

ketimpangan distribusi pendapatan dan kemiskinan di desa Demangrejo,

Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo.

Penelitian ini bersifat studi kasus. Populasi penelitian mencakup seluruh

kepala keluarga petani di desa Demangrejo yang berjumlah 298 KK. Besar

sampel yang diambil sebanyak 45 KK dari populasi yang bertempat tinggal di

tiga dusun yaitu dusun Demangan, Banaran, dan Kijan. Teknik pengambilan

sampel memakai teknik multistage area stratified proporsional random

sampling.

Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara

luas pengusahaan lahan pertanian dengan jumlah pendapatan rumah tangga,

antara ketimpangan distribusi lahan pertanian dengan tingkat kemiskinan, dan

ketimpangan distribusi pendapatan rumah tangga dengan tingkat kemiskinan.

Page 42: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

24

Penelitian Dinanti (1998) tentang “Ketimpangan Distribusi Lahan,

Ketimpangan Distribusi Pendapatan dan Kemiskinan”, di desa Demangrejo,

sangat mendukung penelitian yang peneliti lakukan karena dapat memberikan

informasi dan gambaran dalam pengembangan penelitian bagi penulis.

G. Kerangka Teoritik

Pembangunan merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat menuju kehidupan yang lebih baik. Kini di

kebanyakan negara mulai mengupayakan pengentasan kemiskinan dan

pemerataan pendapatan sebagai fokus utama pembangunan.

Ketidakmerataan pendapatan yang terjadi di masyarakat membuat

masyarakat mencari solusi agar kehidupannya lebih baik. Salah satu usaha

yang ditempuh adalah dengan menciptakan usaha di sektor usaha kecil karena

sektor ini tidak membutuhkan modal yang banyak dan mudah untuk

mengelolanya.

Sektor usaha kecil yang banyak dikembangkan untuk saat ini, dapat

membantu mengurangi pengangguran dan dapat membantu mengingkatkan

pendapatan masyarakat, terutama masyarakat yang tergolong ekonomi

menengah ke bawah. Dengan adanya sektor industri kecil ini paling tidak

mampu membantu dalam pencapaian pemerataan pendapatan secara lebih baik

dan merata.

Page 43: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

25

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah studi kasus yaitu penelitian pada suatu daerah yang

telah ditentukan sebelumnya sebagai subjek penelitian dan kesimpulannya hanya

berlaku pada subjek yang diteliti.

B. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Yang menjadi subjek penelitian adalah pembuat tahu, karak dan kripik sukun.

2. Objek Penelitian

Yang menjadi objek penelitian adalah pendapatan pembuat tahu, karak, dan

kripik sukun. Alasannya karena peneliti ingin mengetahui distribusi

pendapatan pembuat tahu, karak, dan kripik sukun.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten.

Alasan peneliti meneliti di Kecamatan Jogonalan karena terdapat sentra

industri tahu, karak dan kripik sukun.

Page 44: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

26

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari - Maret 2007.

D. Sumber Data

1. Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi.

2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pengrajin yang mendukung

kelengkapan data yang diperlukan dalam penelitian ini.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan dengan cara

mengadakan tanya jawab secara langsung pada bagian yang diteliti. Pihak-

pihak yang terlibat dalam proses wawancara adalah pembuat tahu, karak, dan

kripik sukun.

2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara melihat dan

mempelajari buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen serta arsip-arsip yang

berhubungan dengan objek yang diteliti.

3. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data melalui pengamatan secara

langsung dengan objek dan keadaan perusahaan serta kegiatan yang dilakukan

oleh para pengrajin.

Page 45: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

27

F. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia,

benda-benda, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai-nilai tes atau peristiwa

sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu

penelitian. Dalam penelitian ini populasinya adalah pembuat tahu yang

berjumlah 31 orang, karak berjumlah 29 orang, dan pembuat kripik sukun

yang berjumlah 21 orang. Data ini diperoleh peneliti dengan observasi

langsung ke tempat yang akan digunakan untuk penelitian.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang digunakan memprediksi populasi.

Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan teknik sampel jenuh, yaitu

teknik penentuan sampel sama dengan jumlah populasinya. Sampel terdiri

dari pekerja dan pengusaha yang berjumlah 81 orang. Dalam penelitian ini

peneliti memilih Desa Somopuro, untuk pembuat tahu dengan pekerja dan

pengusaha berjumlah 31 responden, Desa Gondangan untuk pembuat karak

dengan pekerja dan pengusaha berjumlah 29 responden dan kripik sukun

sebanyak 21 responden.

Page 46: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

28

G. Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan peneliti untuk menjawab rumusan masalah

adalah analisis Rasio Gini.

Rasio Gini digunakan untuk mengukur pemerataan pendapatan (distribusi

pendapatan) dalam suatu populasi. Dalam penelitian ini Rasio Gini yang

menggambarkan distribusi pendapatan dicari dengan data pendapatan pengrajin.

Menurut Budiman, 1995:4, tingkat ketimpangan pendapatan digolongkan menjadi

tiga kategori, yaitu:

< 0,4 = ketimpangan pendapatan rendah.

0,4 – 0,5 = ketimpangan pendapatan sedang.

> 0,5 = ketimpangan pendapatan tinggi.

Menurut Dajan, 2000:106, rumus untuk menghitung angka Rasio Gini adalah

sebagai berikut:

:106)

Keterangan :

RG = Angka Rasio Gini

k = jumlah kelas

fi = proporsi jumlah rumah tangga dalam kelas i

Yi = proporsi jumlah pendapatan rumah tangga kumulatif dalam kelas interval i

RG = 1- fi (Yi + Yi-1) ∑=

k

i 1

Page 47: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

29

Kelas ke-i ini kalau dibagi menjadi 5 kelas, berarti:

- golongan 20% pertama

- golongan 20% kedua

- golongan 20% ketiga

- golongan 20% keempat

- golongan 20% kelima.

Dalam penelitian ini, jumlah responden tidak bisa tepat dibagi menjadi 5 kelas

atau 20%-an, maka dihilangkan bagian tengahnya.

Page 48: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

30

BAB IV

GAMBARAN UMUM DAERAH DAN SAMPEL PENELITIAN

A. Deskripsi Daerah Penelitian

1. Desa Somopuro

a. Keadaan Geografis

1) Lokasi Penelitian

Desa Somopuro terletak di Kecamatan Jogonalan

Kabupaten Klaten. Adapun letaknya 4 km dari pusat pemerintahan

Kecamatan Jogonalan dan 11 km dari pemerintahan Kabupaten

Klaten.

Desa Somopuro dibatasi oleh beberapa desa tetangga.

Adapun batas-batas wilayah tersebut adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Desa Wonoboyo

Sebelah Selatan : Desa Mutihan

Sebelah Barat : Desa Geneng

Sebelah Timur : Desa Tangkisan Pos

2) Luas Wilayah Desa

Luas Desa Somopuro secara keseluruhan adalah

160,6325 Ha. Berdasarkan luas wilayah dapat diperinci menurut

penggunaan seperti terlihat dalam tabel berikut:

Page 49: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

31

Tabel IV.1 Luas Wilayah Menurut Penggunaannya

Desa Somopuro Tahun 2006 No Jenis Penggunaan Jumlah (Ha) 1 Tegal atau ladang 2,8075 2 Sawah irigasi 1/2 teknis 71,2575 3 Sawah tadah hujan 38,7500 4 Pemukiman 47,8175

Sumber: Monografi Desa Somopuro, 2006

3) Keadaan Iklim

Wilayah Desa Gondangan merupakan daerah dataran

rendah, dengan ketinggian rata-rata 162 m diatas permukaan laut.

Suhu udara rata-rata 28oC.

b. Keadaan Penduduk

1) Jumlah penduduk

Jumlah penduduk Desa Somopuro sebanyak 3552 orang,

yang terdiri dari 1762 laki-laki dan 1790 perempuan. Jumlah

Kepala Keluarga yang ada sebanyak 937.

2) Jenis Mata Pencaharian Penduduk

Penduduk Desa Somopuro sebagian besar bermata

pencaharian sebagai wiraswasta dan pedagang. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut:

Page 50: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

32

Tabel IV.2 Jenis Mata Pencaharian Penduduk

Desa Somopuro Tahun 2006 No Mata Pencaharian Penduduk Jumlah (orang) 1 Peternak 5 2 Montir 8 3 Angkutan 10 4 Pensiunan 35 5 Pegawai Negeri Sipil 80 6 Buruh Tani 156 7 Petani 196 8 Pedagang 277 9 Wiraswasta 398

Sumber: Monografi Desa Somopuro, 2006

3) Tingkat Pendidikan

Penduduk di Desa Somopuro sebagian besar telah

menikmati atau mengenyam pendidikan, walaupun tingkat

pendidikan yang mampu ditempuh oleh masyarakat sebagian besar

adalah tamat SD, yaitu sebesar 842 orang. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel IV.3 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Desa Somopuro Tahun 2006 No Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) 1 Belum sekolah 179 2 Tidak tamat SD 474 3 SD 842 4 SLTP 413 5 SLTA 652 6 D1 5 7 D2 0 8 D3 28 9 S1 57 10 S2 2

Sumber: Monografi Desa Somopuro, 2006

Page 51: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

33

2. Desa Gondangan

a. Keadaan Geografis

1) Letak Desa

Desa Gondangan terletak di Kecamatan Jogonalan

Kabupaten Klaten. Adapun letaknya 3 km dari pusat pemerintahan

Kecamatan Jogonalan dan 10 km dari pemerintahan Kabupaten

Klaten.

Desa Gondangan dibatasi oleh beberapa desa tetangga.

Adapun batas-batas wilayah tersebut adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Desa Prawatan

Sebelah Selatan : Desa Rejoso

Sebelah Barat : Tangkisan Pos

Sebelah Timur : Bakung

2) Luas Wilayah Desa

Luas Desa Gondangan secara keseluruhan adalah

105,8328 Ha Berdasarkan luas wilayah dapat diperinci menurut

penggunaan seperti terlihat dalam tabel berikut:

Page 52: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

34

Tabel IV.4 Luas Wilayah Menurut Penggunaannya

Desa Gondangan Tahun 2006 No Jenis Penggunaan Jumlah (Ha) 1 Pekarangan 30,8110 2 Sawah irigasi 1/2 teknis 62,5729 3 Sawah irigasi sederhana 1,0000 4 Industri 0,2360 5 Perdagangan 0,0450 6 Perkantoran 0,1668 7 Tanah wakaf 6,5729 8 Kas desa 2,5700

Sumber: Monografi Desa Gondangan, 2006

3) Keadaan Iklim

Wilayah Desa Gondangan merupakan daerah dataran

rendah, dengan ketinggian rata-rata 200 m diatas permukaan air

laut. Suhu udara rata-rata 28oC.

b. Keadaan Penduduk

1) Jumlah penduduk

Jumlah penduduk Desa Gondangan sebanyak 3750 orang,

yang terdiri dari 1890 laki-laki dan 1870 perempuan. Jumlah

Kepala Keluarga yang ada sebanyak 1025.

2) Jenis Mata Pencaharian Penduduk

Penduduk Desa Gondangan sebagian besar bermata pencaharian

sebagai wiraswasta atau pedagang sebanyak 311 orang. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut:

Page 53: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

35

Tabel IV.5 Mata Pencaharian Penduduk Desa Gondangan tahun 2006

No Mata Pencaharian Penduduk Jumlah (orang) 1 ABRI 4 2 Karyawan Swasta 7 3 Pensiunan 39 4 Jasa 43 5 Buruh Tani 45 6 Pegawai Negeri Sipil 55 7 Pertukangan 59 8 Tani 105 9 Wiraswasta atau Pedagang 311

Sumber: Monografi Desa Gondangan, 2006

3) Tingkat Pendidikan

Penduduk di Desa Gondangan sebagian besar telah

menikmati atau mengenyam pendidikan, walaupun tingkat

pendidikan yang mampu ditempuh oleh masyarakat sebagian besar

adalah tingkat pendidikan SD, yaitu sebesar 59 orang. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel IV.6 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Desa Gondangan tahun 2006 No Tingkat Pendidikan Jumlah 1 Taman Kanak-Kanak 51 2 Sekolah Dasar 59 3 SMP/SLTP 37 4 SMA/SLTA 38 5 Akademi ( D1 - D3) 1 6 Sarjana (S1 – S3) 1

Sumber: Monografi Desa Gondangan, 2006

Page 54: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

36

B. Deskripsi Sampel Penelitian

Sampel penelitian yang dimaksud adalah pengrajin atau orang-orang yang

terlibat dalam pembuatan tahu, karak, dan kripik sukun. Pengrajin yang

terlibat dalam industri kecil ini sebagian besar berumur berkisar antara 41 – 56

tahun sebanyak 36 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel

berikut:

Tabel IV.7 Pengrajin Menurut Tingkat Umur

No Usia (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%) 1 20 - 26 10 12,35 2 27 - 40 31 38,27 3 41 - 56 36 44,44 4 57 - keatas 4 4,94

Jumlah 81 100 Sumber: Hasil Survey, 2007

Pengrajin yang terlibat dalam industri kecil ini sebagian besar mempunyai

tingkat pendidikan SMA sebanyak 35 orang. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat dalam tabel berikut:

Tabel IV.8 Pengrajin Menurut Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%) 1 SD 17 20,99 2 SLTP 28 34,57 3 SLTA 35 43,21 4 D3 1 1,23 Jumlah 81 100

Sumber: Hasil Survey, 2007

Page 55: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

37

C. Gambaran Umum Industri Kecil

1. Industri Pembuatan Tahu

a. Jumlah Industri

Industri pembuat tahu di Kecamatan Jogonalan kebanyakan

terdapat di Desa Somopuro, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten.

Pasca gempa Mei 2006 membuat para pekerja memilih untuk bekerja

sebagai buruh bangunan yang upahnya lebih besar dibandingkan

menjadi pekerja pembuat tahu. Hal ini menyebabkan industri tahu

kekurangan pekerja, sehingga ada beberapa industri yang sementara

tidak bisa berproduksi. Pada saat penelitian jumlah industri tahu yang

masih aktif berproduksi berjumlah 6. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

dalam tabel berikut:

Tabel IV.9 Pengusaha Tahu

Desa Somopuro bulan Januari 2007 No Nama Pengusaha 1 Suwoto 2 Rawi 3 Tunggal 4 Darti 5 Sudarno 6 Sumiyat

Sumber: Hasil Survey, 2007

b. Jumlah Tenaga Kerja

Industri pembuat tahu sebagian besar pekerjanya adalah laki-laki.

Pada umumnya pekerja berasal dari sekitar lingkungan pembuatan

tahu. Dalam memproduksi tahu dilakukan setiap hari dan masing-

masing pekerja mendapatkan hari libur satu kali dalam seminggu.

Page 56: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

38

Dalam mengambil libur antara pekerja yang satu dengan yang lain

tidak boleh mengambil hari libur yang sama, karena dalam membuat

tahu paling tidak membutuhkan 4 orang pekerja. Jam kerja pembuatan

tahu dimulai dari jam 07.30-14.30 WIB. Industri pembuat tahu

kebanyakkan memiliki 5 orang pekerja. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat dalam tabel berikut:

Tabel IV.10 Pekerja Industri Pembuat Tahu

Desa Somopuro bulan Januari 2007 No Nama Pengusaha Pekerja 1 Suwoto Riri Hartanto Pardianto Suyat

2 Rawi Novi Suryono Iis Minto

3 Tunggal Wartiman Tukul Wahyu Setiawan Basuki Tukimin 4 Darti Awan Agus Juaini Sutoyo

5 Sudarno Kuwatno Gatot Wibowo Santoso Amat

6 Sumiyat Yanto Tomo Sukarno Sugiyono

Sumber: Hasil Survey, 2007

Page 57: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

39

c. Bahan Baku dan Proses Produksi

Bahan baku untuk membuat tahu adalah kedelai. Kedelai diperoleh

dari pemasok dan bersifat langganan. Pada saat penelitian harga

kedelai sebesar Rp 4.000,00/kg.

Proses produksi pembuatan tahu diawali dengan mencuci kedelai,

kemudian direndam selama + 4 jam. Setelah itu kedelai digiling,

kemudian dimasak, selanjutnya disaring yang bertujuan memisahkan

antara ampas dengan sari kedelai. Setelah dipisahkan, kemudian diberi

air asam (cuka) untuk membuat jadi tahu. Langkah terakhir tahu

dicetak sesuai dengan ukuran.

d. Perkembangan Jumlah Produksi

Jumlah produksi tahu yang dihasilkan tidak banyak mengalami

perubahan, dalam sebulan menghabiskan 6 ton kedelai. Hanya pada

saat-saat tertentu saja jumlah produksi tahu mengalami peningkatan.

Misalnya pada saat hari besar atau banyak orang yang mempunyai

hajatan dapat mengalami peningkatan kurang lebih 0,5 kwintal.

e. Laba

Laba pengusaha tahu diperoleh dari total penerimaan penjualan

tahu selama 1 bulan dikurangi dengan biaya total selama 1 bulan.

Selain dari penjualan tahu, pengusaha juga mendapatkan tambahan

pendapatan dari limbah tahu/gembus. Biaya tersebut diantaranya

adalah untuk membeli kedelai, kayu bakar, kain mori, biaya listrik,

membeli ember, dan biaya perawatan mesin, serta upah pekerja.

Page 58: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

40

Selain biaya pokok tersebut diatas, ada biaya tak terduga, seperti

ember pecah, kotak untuk mencetak tahu pecah. Setelah dikurangi

biaya-biaya tersebut, pendapatan pengusaha tahu setiap bulan berkisar

antara Rp1.000.000,00 sampai dengan Rp3.000.000,00. Sedangkan

untuk pekerja, biasanya mendapatkan upah dalam waktu seminggu

sekali dan kalau ada tambahan produksi tahu, pekerja akan

mendapatkan uang lembur. Pekerja setiap bulan mendapatkan upah

berkisar antara Rp300.000,00 sampai dengan Rp500.000,00.

2. Industri Pembuatan Karak

a. Jumlah Industri

Industri pembuat karak di Kecamatan Jogonalan kebanyakan

terdapat di Desa Gondangan, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten

Klaten. Pada saat penelitian jumlah industri karak yang masih aktif

berproduksi berjumlah 8. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam

tabel berikut:

Tabel IV.11 Pengusaha Karak

Desa Gondangan bulan Januari 2007 No Nama Pengusaha 1 Rahmat 2 Sunarno 3 Tatik 4 Agus Prasetyo 5 Jumirin 6 Harjo Suwarno 7 Wardoyo Raharjo 8 Hardi Wiyono

Sumber: Hasil Survey, 2007

Page 59: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

41

b. Jumlah Tenaga Kerja

Industri kecil pembuatan karak dilakukan setiap hari. Masing-

masing pekerja mendapatkan hari libur satu dalam seminggu. Setiap

pekerja mempunyai tugas sendiri, ada yang membuat adonan karak,

mengiris adonan sesuai ukuran yang diinginkan, menata irisan di

tempat penjemuran, menggoreng, dan mengemas. Jam kerja dalam

industri pembuatan karak biasanya dimulai jam 08.00-16.00 WIB.

Industri kecil pembuatan karak membutuhkan pekerja sebanyak

4-7 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel IV.12 Pekerja Industri Pembuat Karak

Desa Gondangan bulan Januari 2007 No Nama Pengusaha Pekerja 1 Rahmat Imah Ngadiyem Suminah Riyadi

2 Sunarno Suratman Sulami Ripin Ninik Sonto Sali Tukinah Hadi Bini

3 Tatik Kemi Yatmi Parno

4 Agus Prasetyo Keluarga Bersambung ……..

Page 60: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

42

Lanjutan .. 5 Jumirin Mulyani Darmi Tika Suratman Ngadiman

6 Harjo Suwarno Wagimin

7 Wardoyo Raharjo Hartoyo 8 Hardi Wiyono Keluarga

Sumber: Hasil Survey, 2007

c. Bahan Baku dan Proses Produksi

Bahan baku untuk pembuatan karak adalah beras. Beras yang

digunakan untuk membuat karak, biasanya dikirimi dari pedagang.

Pada saat penelitian harga beras sebesar Rp 5.000,00/kg.

Proses pembuatan karak dimulai dengan membersihkan beras,

kemudian beras dimasak dalam air mendidih, setelah itu diberi garam

yang berfungsi sebagai bumbu dalam pembuatan karak. Setelah beras

sudah matang, kemudian dimasukkan ke dalam cetakan, selama kurang

lebih semalam atau kalau sudah dingin, proses terakhir adalah diiris-

iris sesuai dengan ukuran, kemudian dijemur, setelah kering digoreng

lalu dikemas.

d. Perkembangan Jumlah Produksi

Jumlah produksi karak dipengaruhi oleh harga bahan baku (beras)

dan kondisi cuaca. Semakin mahal harga beras, maka pengusaha karak

menaikkan harga karak. Selain harga beras, cuaca juga berpengaruh

dalam produksi karak. Ada sebagian pengusaha yang karena kondisi

cuaca hujan, maka pengusaha mengurangi jumlah produksi karak.

Page 61: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

43

Kebanyakan dari pengusaha karak selama satu bulan menghabiskan

15 kwintal beras.

e. Laba

Laba pengusaha karak diperoleh dari total penerimaan penjualan

karak selama 1 bulan dikurangi dengan biaya total selama 1 bulan.

Biaya yang dikeluarkan, misalnya biaya untuk membeli beras, minyak

goreng, garam, bahan bakar, plastik untuk mengemas, serta upah

pekerja. Tingkat pendapatan pengusaha setiap bulan berkisar antara

Rp 900.000,00 sampai dengan Rp 3.000.000,00. Sedangkan untuk

pekerja upah yang diterima setiap bulan berkisar antara Rp 375.000,00

sampai dengan Rp 750.000,00.

3. Industri Pembuatan Kripik Sukun

a. Jumlah Industri

Industri pembuat kripik sukun di Kecamatan Jogonalan

kebanyakan terdapat di Desa Gondangan, Kecamatan Jogonalan,

Kabupaten Klaten. Pada saat penelitian jumlah industri kripik sukun

yang masih aktif berproduksi berjumlah 5. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat dalam tabel berikut:

Page 62: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

44

Tabel IV.13 Pengusaha Kripik Sukun

Desa Gondangan bulan Januari 2007 No Nama Pengusaha

1 Suharno 2 Suharto 3 Chandra 4 Warsito 5 Ismail

Sumber: Hasil Survey, 2007

b. Jumlah Tenaga Kerja

Dalam industri kecil pembuatan kripik sukun, masing-masing

pekerja mempunyai tugas tersendiri, ada yang mengupas sukun,

mengiris sukun, menggoreng, dan mengemas. Dalam industri kecil

pembuatan kripik sukun membutuhkan pekerja sebanyak 2-5 orang.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel IV.14 Pekerja Industri Pembuat Kripik Sukun

Desa Gondangan bulan Januari 2007 No Nama Pengusaha Pekerja 1 Suharno Yatno Ramiyem

2 Suharto Rabiyem Tejo

3 Chandra Nugroho Kodir Harjanti Sumiyati

4 Warsito Widodo Ngadiman Teguh

Bersambung ……..

Page 63: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

45

Lanjutan .. 5 Ismail Lamiyem Slamet Sukandar Lestari Maryati

Sumber: Hasil Survey, 2007

c. Bahan Baku dan Proses Produksi

Bahan baku pembuatan kripik sukun adalah sukun. Pengusaha

memperoleh sukun langsung ke petani atau penduduk yang

mempunyai pohon sukun atau membeli dari pedagang sukun .

Proses pembuatan kripik sukun diawali dengan mengupas sukun,

kemudian mencuci sukun hingga bersih lalu diiris sesuai ukuran.

Selanjutnya irisan sukun direndam selama beberapa saat dalam bumbu.

Tahap selanjutnya adalah digoreng, kemudian dikemas.

d. Perkembangan Jumlah Produksi

Jumlah produksi kripik sukun sangat dipengaruhi oleh jumlah

sukun yang diperoleh. Semakin banyak sukun yang diperoleh, maka

semakin banyak pula produksi kripik sukun dihasilkan. Sukun tidak

dapat disimpan terlalu lama, karena akan mengurangi kualitas sukun.

Jadi, sukun harus segera diolah, agar tidak mengalami penurunan

kualitas kripik sukun. Pengusaha memesan sukun sesuai dengan

kemampuan produksi sukun. Walaupun jumlah sukun dipasaran

banyak, pengusaha hanya mengambil sesuai kemampuan pengusaha.

Jadi, tidak ada peningkatan produksi yang terlalu banyak.

Page 64: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

46

Perkembangan produksi kripik sukun tidak menentu, tergantung dari

perolehan sukun. Tapi biasanya selama satu bulan dapat memproduksi

sebanyak 6 ton sukun.

e. Laba

Laba pengusaha kripik sukun diperoleh dari total penerimaan

penjualan kripik sukun selama 1 bulan dikurangi dengan biaya total

selama 1 bulan. Biaya-biaya yang dikeluarkan pengusaha dalam

membuat kripik sukun diantaranya adalah, biaya untuk membeli

sukun, minyak goreng, bumbu, bahan bakar, dan plastik untuk

mengemas, serta upah untuk membayar pekerja. Tingkat pendapatan

pengusaha selama satu bulan berkisar antara Rp 1.620.000,00 sampai

Rp 2.760.000,00. Sedangkan untuk pekerja, upah yang diterima setiap

bulan berkisar antara Rp 450.000,00 sampai dengan Rp 525.000,00.

Page 65: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

47

BAB V

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Data

1. Data pendapatan pembuat tahu di desa Somopuro, Kecamatan Jogonalan,

Kabupaten Klaten pada bulan Januari tahun 2007 dapat dilihat dalam tabel

berikut:

Tabel V.1 Data Pendapatan Pembuat Tahu

Desa Somopuro, bulan Januari 2007 No Jumlah Pendapatan Keterangan 1 Rp 300.000,00 2 Rp 300.000,00 3 Rp 300.000,00 4 Rp 300.000,00 5 Rp 400.000,00 6 Rp 400.000,00

Golongan 20% pertama

7 Rp 400.000,00 8 Rp 400.000,00 9 Rp 400.000,00 10 Rp 400.000,00 11 Rp 400.000,00 12 Rp 400.000,00

Golongan 20% kedua

13 Rp 400.000,00 14 Rp 440.000,00 15 Rp 440.000,00

Golongan 20% ketiga

16 Rp 440.000,00 Dihilangkan 17 Rp 440.000,00 18 Rp 500.000,00 19 Rp 500.000,00

Golongan 20% ketiga

Bersambung ……..

Page 66: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

48

Lanjutan .. 20 Rp 500.000,00 21 Rp 500.000,00 22 Rp 500.000,00 23 Rp 500.000,00 24 Rp 500.000,00 25 Rp 500.000,00

Golongan 20% keempat

26 Rp 1.000.000,00 27 Rp 1.000.000,00 28 Rp 1.500.000,00 29 Rp 1.500.000,00 30 Rp 2.500.000,00 31 Rp 3.000.000,00

Golongan 20% kelima

Sumber: Hasil Survey, 2007

Dari tabel di atas, dapat dibuat tabel statistik deskriptif yang

menjelaskan besarnya pendapatan yang diperoleh antara pengusaha dan

pekerja pembuat tahu dari yang paling besar sampai dengan yang kecil.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel V.2 Statistik Deskriptif Pembuat Tahu

Desa Somopuro, bulan Januari 2007 Pendapatan Jumlah Minimal Rp 300.000,00

Maksimal Rp 3.000.000,00 Rata-rata Rp 687.333,00

Sumber: Hasil Survey, 2007

Dari tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa pendapatan minimal

pembuat tahu di Desa Somopuro, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten

Klaten adalah Rp 300.000,00 per bulan, pendapatan maksimalnya sebesar

Rp 3.000.000,00 dan pendapatan rata-rata pembuat tahu sebesar

Rp 687.333,00.

Page 67: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

49

Dan untuk perhitungan Ratio Gini, dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel V.3 Penghitungan Rasio Gini Pendapatan Pembuat Tahu

Desa Somopuro, bulan Januari 2007 persentase golongan persentase persentase

pendapatan penduduk Pendapatan kumulatif

Yi (Yi + Yi-1) fi(Yi + Yi-1)

golongan 20% pertama 9,700 9,700 0,09700 0,09700 0,019400 golongan 20% kedua 11,639 21,339 0,21339 0,31039 0,062078 golongan 20% ketiga 13,191 34,530 0,34530 0,65569 0,131138 golongan 20% keempat 14,549 49,079 0,49079 1,14648 0,229296 golongan 20% kelima 50,921 100 1 2,14648 0,429296 Jumlah 100 0,871208

Sumber: Data diolah dari Hasil Survey, 2007

RG = 1- ∑ fi (Yi – Yi-1) =

k

i 1

= 1 - 0,871208

= 0,128792

= 0,13

Menurut Budiman, 1995, angka Rasio Gini sebesar 0,13 menunjukkan bahwa

ketimpangan pendapatan pembuat tahu rendah, artinya ketimpangan

pendapatan masyarakat pembuat tahu tidak terlalu mencolok.

2. Data pendapatan pembuat karak di desa Gondangan, Kecamatan Jogonalan,

Kabupaten Klaten pada bulan Januari 2007 dapat dilihat dalam tabel berikut:

Page 68: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

50

Tabel V.4 Data Pendapatan Pembuat Karak

Desa Gondangan, bulan Januari 2007 No Jumlah Pendapatan Keterangan 1 Rp 375.000,00 2 Rp 375.000,00 3 Rp 450.000,00 4 Rp 450.000,00 5 Rp 450.000,00

Golongan 20% pertama

6 Rp 450.000,00 7 Rp 450.000,00 8 Rp 450.000,00 9 Rp 450.000,00 10 Rp 450.000,00

Golongan 20% kedua

11 Rp 450.000,00 12 Rp 450.000,00 13 Rp 450.000,00

Golongan 20% ketiga

14 Rp 450.000,00 15 Rp 450.000,00 16 Rp 450.000,00 17 Rp 450.000,00

Dihilangkan

18 Rp 600.000,00 19 Rp 600.000,00

Golongan 20% ketiga

20 Rp 600.000,00 21 Rp 750.000,00 22 Rp 900.000,00 23 Rp 1.000.000,00 24 Rp 1.200.000,00

Golongan 20% kempat

25 Rp 1.650.000,00 26 Rp 2.100.000,00 27 Rp 2.500.000,00 28 Rp 2.820.000,00 29 Rp 3.000.000,00

Golongan 20% kelima

Sumber: Hasil Survey, 2007

Dari tabel di atas, dapat dibuat tabel statistik deskriptif yang

menjelaskan besarnya pendapatan yang diperoleh antara pengusaha dan

Page 69: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

51

pekerja pembuat karak dari yang paling besar sampai dengan yang kecil.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel V.5 Statistik Deskriptif Pembuat Karak

Desa Gondangan, bulan Januari 2007 Pendapatan Jumlah

Minimal Rp 375.000,00

Maksimal Rp 3.000.000,00

Rata-rata Rp 936.800,00 Sumber: Hasil Survey, 2007

Dari tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa pendapatan minimal

pembuat karak di Desa Gondangan, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten

Klaten adalah Rp 375.000,00 per bulan, pendapatan maksimalnya sebesar

Rp 3.000.000,00 dan pendapatan rata-rata pembuat karak sebesar

Rp 936.800,00.

Untuk perhitungan Ratio Gini, dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel V.6 Penghitungan Rasio Gini Pendapatan Pembuat Karak

Desa Gondangan, bulan Januari 2007 persentase golongan persentase persentase

pendapatan penduduk Pendapatan kumulatif

Yi (Yi + Yi-1) fi(Yi + Yi-1)

golongan 20% pertama 8,967 8,967 0,08967 0,08967 0,017934 golongan 20% kedua 9,607 18,574 0,18574 0,27541 0,055082 golongan 20% ketiga 10,888 29,462 0,29462 0,57003 0,114006 golongan 20% keempat 19,001 48,463 0,48463 1,05466 0,210932 golongan 20% kelima 51,537 100 1 2,05466 0,410932 Jumlah 100 0,808886

Sumber: Data diolah dari Hasil Survey, 2007

Page 70: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

52

RG = 1- ∑ fi (Yi – Yi-1) =

k

i 1

= 1 - 0,808886

= 0,191114

= 0,19

Menurut Budiman, 1995, angka Rasio Gini sebesar 0,19 menunjukkan

bahwa ketimpangan pendapatan pembuat karak rendah, artinya

ketimpangan pendapatan masyarakat pembuat karak tidak terlalu

mencolok.

3. Data pendapatan pembuat kripik sukun di desa Gondangan, Kecamatan

Jogonalan, Kabupaten Klaten pada bulan Januari 2007 dapat dilihat dalam

tabel berikut:

Tabel V.7 Data Pendapatan Pembuat Kripik Sukun Desa Gondangan, bulan Januari 2007

No Jumlah Pendapatan Keterangan 1 Rp 450.000,00 2 Rp 450.000,00 3 Rp 450.000,00 4 Rp 450.000,00

Golongan 20% pertama

5 Rp 450.000,00 6 Rp 450.000,00 7 Rp 450.000,00 8 Rp 450.000,00

Golongan 20% kedua

9 Rp 480.000,00 10 Rp 480.000,00

Golongan 20% ketiga

11 Rp 480.000,00 Dihilangkan 12 Rp 525.000,00 13 Rp 525.000,00

Golongan 20% ketiga

Bersambung ……..

Page 71: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

53

Lanjutan .. 14 Rp 525.000,00

15 Rp 525.000,00

16 Rp 525.000,00

17 Rp 1.620.000,00

Golongan 20% keempat

18 Rp 1.845.000,00

19 Rp 2.100.000,00

20 Rp 2.340.000,00

21 Rp 2.760.000,00

Golongan 20% kelima

Sumber: Hasil Survey, 2007

Dari tabel di atas, dapat dibuat tabel statistik deskriptif yang

menjelaskan besarnya pendapatan yang diperoleh antara pengusaha dan

pekerja dari yang paling besar sampai dengan yang kecil. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel V.8 Statistik Deskriptif Pembuat Kripik Sukun

Desa Gondangan, bulan Januari 2007 Pendapatan Jumlah

Minimal Rp 450.000,00

Maksimal Rp 2.760.000,00

Rata-rata Rp 892.500,00 Sumber: Hasil Survey, 2007

Dari tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa pendapatan minimal

pembuat kripik sukun di Desa Gondangan, Kecamatan Jogonalan,

Kabupaten Klaten adalah Rp 450.000,00 per bulan, pendapatan

maksimalnya sebesar Rp 2.760.000,00 dan pendapatan rata-rata pembuat

kripik sukun sebesar Rp 892.500,00.

Page 72: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

54

Dan untuk perhitungan Ratio Gini, dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel V.9 Penghitungan Rasio Gini Pendapatan Pembuat Kripik Sukun

Desa Gondangan, bulan Januari 2007 persentase golongan persentase Persentase

pendapatan penduduk pendapatan

Kumulatif

Yi (Yi + Yi-1) fi(Yi + Yi-1)

golongan 20% pertama 10,084 10,084 0,10084 0,10084 0,020168 golongan 20% kedua 10,084 20,168 0,20168 0,30252 0,060504 golongan 20% ketiga 11,260 31,428 0,31428 0,61680 0,123360 golongan 20% keempat 17,900 49,328 0,48328 1,11008 0,222016 golongan 20% kelima 50,672 100 1 2,11008 0,422016 Jumlah 100 0,848064

Sumber: Data diolah dari Hasil Survey, 2007

RG = 1- ∑ fi (Yi – Yi-1) =

k

i 1

= 1 - 0,848064

= 0,151936

= 0,15

Menurut Budiman, 1995, angka Rasio Gini sebesar 0,15 menunjukkan bahwa

ketimpangan pendapatan pembuat kripik sukun rendah, artinya ketimpangan

pendapatan masyarakat pembuat kripik sukun tidak terlalu mencolok.

Page 73: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

55

B. Pembahasan

Sebelum peneliti menjawab rumusan masalah pertama, bagaimana

distribusi pendapatan pembuat tahu di Kecamatan Jogonalan, peneliti untuk

mencari data menggunakan teknik pengumpulan data dengan wawancara

berstruktur. Dalam mencari data, peneliti bertanya kepada responden jumlah

pendapatan selama satu bulan, setelah mengetahui jumlah pendapatan dari

responden, kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis Rasio Gini.

1. Distribusi Pendapatan Pembuat Tahu

Untuk menggambarkan distribusi pendapatan pembuat tahu di Desa

Somopuro, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten, dapat dilihat dalam

gambar Kurva Lorenz di bawah ini:

Gambar V.1 Kurva Lorenz Pembuat Tahu

Desa Somopuro, bulan Januari 2007

A

B

C

D

E

0

20

40

60

80

100

0 20 40 60 80 10

% rumah tangga

%

0

pend

apat

an

Kurva Lorenz

Garis Pemerataan

Sumber: Data Tabel V.3

Page 74: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

56

Kurva Lorenz menunjukkan adanya hubungan antara persentase

jumlah rumah tangga pembuat tahu dari total rumah tangga dengan

persentase pendapatan yang benar-benar mereka peroleh dari total

pendapatan selama satu bulan. Dari gambar tersebut nampak jelas bahwa

distribusi pendapatan pembuat tahu di Desa Somopuro, Kecamatan

Jogonalan, Kabupaten Klaten berada pada tingkat ketimpangan

pendapatan yang rendah. Titik A menunjukkan bahwa golongan 20%

pertama dari total jumlah rumah tangga pembuatan tahu hanya menerima

9,70% total dari pendapatan rumah tangga pembuat tahu

(Rp 20.620.000,00). Titik B menunjukkan bahwa golongan 20% kedua

hanya menerima 21,33% total pendapatan, sedangkan untuk titik C

menunjukkan bahwa golongan 20% ketiga memperoleh 34,53% total

pendapatan rumah tangga. Titik D menunjukkan bahwa golongan 20%

keempat menerima 49,07% total pendapatan dan titik E menunjukkan

bahwa golongan 20% kelima memperoleh 100% total pendapatan. Dari

titik A, B, C, D dan E, jika ditarik garis akan menunjukkan gambar kurva

Lorenz, yang menggambarkan keadaan distribusi pendapatan pembuat

tahu di Desa Somopuro, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten pada

bulan Januari 2007.

Kriteria sistem penggajian dalam industri pembuatan tahu

berdasarkan pada jumlah masuk kerja dan besarnya produksi tahu. Sistem

penggajian dilakukan setiap satu minggu sekali. Bila terjadi peningkatan

produksi tahu, maka pekerja akan mendapatkan uang lembur karena

Page 75: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

57

bekerja melampaui jam kerja. Sebagai contoh, pekerja yang setiap bulan

mendapatkan upah sebesar Rp 300.000,00, tapi karena ada peningkatan

produksi yang menyebabkan melampaui jam kerja, maka pekerja akan

mendapatkan uang lembur yang menyebabkan upah yang diterima lebih

besar, misalnya menjadi sebesar Rp 330.000,00. Untuk industri kecil

pembuatan tahu, kerja lembur jarang sekali dilakukan.

Besarnya uang lembur dalam industri pembuatan tahu berkisar

antara Rp 5.000,00 sampai dengan Rp 10.000,00. Jumlah yang diterima

tersebut tidak sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 102/MEN/VI/2004. Pemerintah

menetapkan cara perhitungan upah kerja lembur yaitu, untuk jam kerja

lembur pertama harus dibayar upah sebesar 1,5 kali upah sejam, dan untuk

setiap jam kerja berikutnya harus dibayar upah sebesar 2 kali upah sejam

(http://www.nakertrans.go.id/perundangan/kepmen_102_2004.php). Hal

ini berarti jumlah upah yang diterima pekerja tidak sesuai dengan

keputusan Menteri.

Distribusi pendapatan industri pembuat tahu di Desa Somopuro,

Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten menunjukkan bahwa terjadi

tingkat ketimpangan pendapatan rendah. Hal ini disebabkan oleh adanya

mekanisme bekerja dalam team, sehingga terjadi perbedaan upah yang

sedikit. Selain itu, terjadi perbedaan upah antar pekerja yang sangat kecil,

yaitu sebesar Rp 300.000,00 sampai dengan Rp 500.000,00. Semua upah

pekerja pembuat tahu tersebut masih dibawah Upah Umum

Page 76: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

58

Regional (UMR) di Kabupaten Klaten yang seharusnya Rp 540.000,00.

Sedangkan untuk laba bagi pengusaha berkisar antara Rp 1.000.000,00

sampai dengan Rp 3.000.000,00. Pada tahun 2004, distribusi pendapatan

Indonesia juga menunjukkan adanya ketimpangan pendapatan yang

rendah, dengan angka rasio gini sebesar 0,32.

2. Distribusi Pendapatan Pembuat Karak

Untuk menggambarkan distribusi pendapatan pembuat karak di

Desa Gondangan, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten, dapat dilihat

dalam gambar Kurva Lorenz berikut ini:

Gambar V.2 Kurva Lorenz Pembuat Karak

Desa Gondangan, bulan Januari 2007

A

B

C

D

E

0

20

40

60

80

100

0 20 40 60 80 10

% rumah tangga

% p

enda

pata

n

0

Sumber: Data Tabel V.6

Kurva Lorenz di atas menunjukkan adanya hubungan antara

persentase jumlah rumah tangga pembuat tahu dari total rumah tangga

Garis Pemerataan

Kurva Lorenz

Page 77: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

59

dengan persentase pendapatan yang benar-benar mereka peroleh dari total

pendapatan selama satu bulan. Dari gambar tersebut nampak jelas bahwa

distribusi pendapatan pembuat karak di Desa Gondangan, Kecamatan

Jogonalan, Kabupaten Klaten berada pada tingkat ketimpangan

pendapatan yang rendah. Titik A menunjukkan bahwa golongan 20%

pertama dari total jumlah rumah tangga pembuatan tahu hanya menerima

8,96% total dari pendapatan rumah tangga pembuat karak

(Rp 23.420.000,00). Titik B menunjukkan bahwa golongan 20% kedua

hanya menerima 18,57% total pendapatan, sedangkan untuk titik C

menunjukkan bahwa golongan 20% ketiga memperoleh 29,46% total

pendapatan rumah tangga. Titik D menunjukkan bahwa golongan 20%

keempat menerima 48,46% total pendapatan dan titik E menunjukkan

bahwa golongan 20% kelima memperoleh 100% total pendapatan. Dari

titik A, B, C, D dan E, jika ditarik garis akan menunjukkan gambar kurva

Lorenz, yang menggambarkan keadaan distribusi pendapatan pembuat

karak di Desa Gondangan, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten pada

bulan Januari 2007.

Kriteria sistem penggajian pekerja pembuat karak berdasarkan

pada jumlah masuk kerja dan besarnya produksi karak. Sistem penggajian

dilakukan setiap satu minggu sekali. Karak yang diproduksi mempunyai

dua ukuran, yaitu besar dan kecil. Ukuran karak memberikan pengaruh

terhadap jumlah pendapatan bagi pengusaha dan pekerja. Karak yang

berukuran kecil dalam proses pembuatannya membutuhkan waktu yang

Page 78: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

60

lama dan lebih ulet, sehingga harga karaknya juga lebih mahal

dibandingkan karak yang berukuran besar. Dengan harga karak yang lebih

mahal, maka pendapatan pengusaha dan upah pekerja juga akan lebih

besar pula. Dalam industri pembuatan karak, jika pengusaha meningkatkan

produksi, maka pekerja akan menerima uang lembur, karena bekerja

melampaui jam kerja. Sebagai contoh, pekerja yang setiap bulannya

mendapatkan upah sebesar Rp 375.000,00, tapi karena ada uang lembur

membuat karak, maka upah yang diterima lebih besar misalnya menjadi

sebesar Rp 400.000,00. Uang lembur yang diberikan sekitar Rp 2.000,00

sampai dengan Rp 5.000,00 per kali lembur dan tidak dihitung per jam

serta jumlahnya tidak dapat dipastikan. Jumlah yang diterima tersebut

tidak sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Republik Indonesia Nomor 102/MEN/VI/2004. Pemerintah menetapkan

cara perhitungan upah kerja lembur yaitu, untuk jam kerja lembur pertama

harus dibayar upah sebesar 1,5 kali upah sejam, dan untuk setiap jam kerja

berikutnya harus dibayar upah sebesar 2 kali upah sejam

(http://www.nakertrans.go.id/perundangan/kepmen_102_2004.php).

Distribusi pendapatan industri pembuat karak di Desa Gondangan,

Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten menunjukkan bahwa terjadi

tingkat ketimpangan pendapatan rendah. Hal ini disebabkan oleh adanya

mekanisme bekerja dalam team, sehingga terjadi perbedaan upah yang

sedikit. Selain itu, terjadi perbedaan upah antar pekerja yang sangat kecil,

yaitu sebesar Rp 375.000,00 sampai dengan Rp 750.000,00. 76,47% upah

Page 79: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

61

pekerja pembuat karak tersebut masih berada dibawah Upah Umum

Regional (UMR) di Kabupaten Klaten. Sedangkan untuk laba bagi

pengusaha berkisar antara Rp 900.000,00 sampai dengan Rp 3.000.000,00.

Pada tahun 2004, distribusi pendapatan Indonesia juga menunjukkan

adanya ketimpangan pendapatan yang rendah, dengan angka rasio gini

sebesar 0,32.

3. Distribusi Pendapatan Pembuat Kripik Sukun

Untuk menggambarkan distribusi pendapatan pembuat kripik sukun di

Desa Gondangan, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten, dapat dilihat

dalam gambar Kurva Lorenz berikut ini:

Gambar V.3 Kurva Lorenz Pembuat Kripik Sukun Desa Gondangan, bulan Januari 2007

E

D

C

A

B

0

20

40

60

80

100

0 20 40 60 80 10

% rumah tangga

%

0

pend

apat

an

Sumber: Data Tabel V.9

Kurva Lorenz di atas menunjukkan adanya hubungan antara

persentase jumlah rumah tangga pembuat tahu dari total rumah tangga

Garis Pemerataan

Kurva Lorenz

Page 80: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

62

dengan persentase pendapatan yang benar-benar mereka peroleh dari total

pendapatan selama satu bulan. Dari gambar tersebut nampak jelas bahwa

distribusi pendapatan pembuat kripik sukun di Desa Gondangan,

Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten berada pada tingkat ketimpangan

pendapatan yang rendah. Titik A menunjukkan bahwa golongan 20%

pertama dari total jumlah rumah tangga pembuatan tahu hanya menerima

10,08% total dari pendapatan rumah tangga pembuat kripik sukun

(Rp 17.850.000,00). Titik B menunjukkan bahwa golongan 20% kedua

hanya menerima 20,16% total pendapatan, sedangkan untuk titik C

menunjukkan bahwa golongan 20% ketiga memperoleh 31,42% total

pendapatan rumah tangga. Titik D menunjukkan bahwa golongan 20%

keempat menerima 49,32% total pendapatan dan titik E menunjukkan

bahwa golongan 20% kelima memperoleh 100% total pendapatan. Dari

titik A, B, C, D dan E, jika ditarik garis akan menunjukkan gambar kurva

Lorenz, yang menggambarkan keadaan distribusi pendapatan pembuat

kripik sukun di Desa Gondangan, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten

Klaten pada bulan Januari 2007.

Kriteria sistem penggajian industri pembuatan kripik sukun

berdasarkan pada jumlah masuk kerja dan besarnya produksi kripik sukun.

Sistem penggajian dilakukan setiap satu minggu sekali. Sama dengan

industri pembuat tahu dan karak, dalam industri pembuatan kripik sukun

bila pekerja bekerja melampaui jam kerja, maka pengusaha memberikan

uang lembur bagi pekerjanya. Sebagai contoh, pekerja yang setiap

Page 81: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

63

bulannya mendapatkan upah sebesar Rp 450.000,00 karena ada kerja

lembur maka mendapatkan upah yang lebih besar menjadi

Rp 480.000,00. Uang lembur berkisar Rp 2.000,00 sampai dengan

Rp 5.000,00. Jumlah yang diterima tersebut tidak sesuai dengan

Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia

Nomor 102/MEN/VI/2004. Pemerintah menetapkan cara perhitungan upah

kerja lembur yaitu, untuk jam kerja lembur pertama harus dibayar upah

sebesar 1,5 kali upah sejam, dan untuk setiap jam kerja berikutnya

harus dibayar upah sebesar 2 kali upah sejam

(http://www.nakertrans.go.id/perundangan/kepmen_102_2004.php).

Distribusi pendapatan industri pembuat kripik sukun di Desa

Gondangan, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten menunjukkan

bahwa terjadi tingkat ketimpangan pendapatan rendah. Hal ini disebabkan

oleh adanya mekanisme bekerja dalam team, sehingga terjadi perbedaan

upah yang sedikit. Selain itu, terjadi perbedaan upah antar pekerja yang

sangat kecil. Semua upah pekerja pembuat kripik sukun masih dibawah

Upah Umum Regional (UMR) di Kabupaten Klaten yang sebesar

Rp 540.000,00, karena upah pekerja hanya berkisar antara Rp 450.000,00

sampai dengan Rp 525.000,00. Sedangkan untuk laba bagi pengusaha

berkisar antara Rp 1.620.000,00 sampai dengan Rp 2.760.000,00. Pada

tahun 2004, distribusi pendapatan Indonesia juga menunjukkan adanya

ketimpangan pendapatan yang rendah, dengan angka rasio gini

sebesar 0,32.

Page 82: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

64

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis, maka dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut:

1. Distribusi pendapatan industri kecil pembuat tahu di Desa Somopuro,

Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten, menurut kriteria Blomstrom

dalam bukunya Budiman, termasuk dalam tingkat ketimpangan

pendapatan rendah, karena angka Gini Rasio yang diperoleh kurang dari

0,4 yaitu sebesar 0,13, artinya ketimpangan pendapatan masyarakat

pembuat tahu di Desa Somopuro, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten

Klaten tidak terlalu mencolok.

2. Distribusi pendapatan industri kecil pembuat karak Desa Gondangan,

Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten, menurut kriteria Blomstrom

dalam bukunya Budiman, termasuk dalam tingkat ketimpangan

pendapatan rendah, karena angka Gini Rasio yang diperoleh kurang dari

0,4 yaitu sebesar 0,19, artinya ketimpangan pendapatan masyarakat

pembuat karak di Desa Somopuro, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten

Klaten tidak terlalu mencolok.

3. Distribusi pendapatan industri kecil pembuat kripik sukun di Desa

Gondangan, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten, menurut kriteria

Blomstrom dalam bukunya Budiman, termasuk dalam tingkat

Page 83: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

65

ketimpangan pendapatan rendah, karena angka Gini Rasio yang diperoleh

kurang dari 0,4 yaitu sebesar 0,15, artinya ketimpangan pendapatan

masyarakat pembuat kripik sukun di Desa Gondangan, Kecamatan

Jogonalan, Kabupaten Klaten tidak terlalu mencolok.

B. Saran

Setelah selesai dalam penyusunan skripsi ini, maka berdasarkan hasil

temuan, kesimpulan, dan pengamatan pribadi di lapangan, maka penulis

sedikit memberikan saran sebagai berikut:

1. Pengusaha diharapkan dapat meningkatkan upah bagi pekerja sehingga

melebihi Upah Minimum Regional Kabupaten Klaten.

2. Pengusaha diharapkan mengikuti ketentuan dari Pemerintah dalam

menetapkan upah kerja lembur bagi pekerja, yaitu untuk jam kerja lembur

pertama harus dibayar upah sebesar 1,5 kali upah sejam, dan untuk setiap

jam kerja lembur berikutnya harus dibayar upah sebesar 2 kali upah sejam.

Page 84: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Lincolyn. 2004. Ekonomi Pembangunan, edisi ke-4. Yogyakarta: STIE

YKPN Boediono. 1988. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta: BPFE BPS. 2005. Kabupaten Klaten dalam Angka 2005. Klaten: BPS ____. 2005. Kecamatan Jogonalan dalam Angka 2005. Klaten: BPS Budiman, Arief. 1995. Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta: Gramedia Dajan, Anto. 2000. Pengantar Metode Statistika 1. Jakarta: LP3ES Dinanti, Christina Hari. 1998. Ketimpangan Distribusi Lahan, Ketimpangan

Distribusi Pendapatan dan Kemiskinan. Skripsi. Yogyakarta: FKIP-USD Djojohadikusumo, Sumitro. 1994. Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan

Ekonomi Pembangunan . Jakarta: LP3ES Mubyarto. 1987. Politik Pertanian dan Pembangunan Pedesaan. Jakarta: Sinar

Harapan Sukirno, Sadono.1985. Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah, dan Dasar

Kebijaksanaan. Jakarta: FEUI Tambunan, Tulus. 2001. Perekonomian Indonesia: Teori dan Temuan Empiris.

Jakarta: Ghalia Indonesia ______. 2006. Keadilan dalam Ekonomi. Jetro: Kadin Indonesia http://www.ekonomirakyat.org/edisi_20/artikel_7.htm http://www.geocities.com/edisiestp1175/artikel 57.htm http://www.nakertrans.go.id/perundangan/kepmen_102_2004.php

Page 85: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi
Page 86: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK PENGUSAHA “ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL”

No. Responden: ____ Alamat : _______________ A. Identitas Responden

1. Nama : ______________ 2. Umur : ____ tahun 3. Jenis kelamin: a. Laki-laki

b. Perempuan 4. Status perkawinan: a. Kawin

b. Belum kawin c. Duda / Janda

5. Pekerjaan a. Pokok : ____________________ b. Sampingan : ____________________

6. Pendidikan terakhir yang pernah ditempuh bapak/ibu: ___________

7. Berapa jumlah anggota keluarga yang ditanggung bapak / ibu? ………. orang No Nama Status Pekerjaan Pendidikan

B. Pertanyaan untuk pengrajin/produsen

1. Ada berapa banyak pekerja yang bekerja ditempat bapak/ibu? ………… orang 2. Berapa besar bapak/ibu memberikan upah pada para pekerja? Rp…………….. 3. Berapa total biaya atau pengeluaran bapak/ibu setiap bulan? Rp…………….. 4. Berapa total revenue atau penerimaan bapak/ibu setiap bulan? Rp…………….. 5. Berapa total keuntungan atau laba bapak/ibu setiap bulan?

Rp……………..

Page 87: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK PEKERJA “ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL”

No. Responden: ____ Alamat : _______________ A. Identitas Responden

1. Nama : ______________ 2. Umur : ____ tahun 3. Jenis kelamin: a. Laki-laki

b. Perempuan 4. Status perkawinan: a. Kawin

b. Belum kawin c. Duda / Janda

5. Pekerjaan a. Pokok : ____________________ b. Sampingan : ____________________

6. Pendidikan terakhir yang pernah ditempuh bapak/ibu: ___________

7. Berapa jumlah anggota keluarga yang ditanggung bapak / ibu? ………. orang No Nama Status Pekerjaan Pendidikan

B. Pertanyaan untuk pekerja/buruh

1. Berapa jumlah upah yang diperoleh bapak/ibu setiap bulan? Rp. ………….. 2. Berapa total pengeluaran bapak/ibu setiap bulan?

Rp. …………...

Page 88: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi
Page 89: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi
Page 90: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi
Page 91: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi
Page 92: ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI ...ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi