UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
DI SMP NEGERI 13 MALANG SKRIPSI
Oleh:
Ahmad Noparullah NIM: 03110034
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG
2009
1
UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
DI SMP NEGERI 13 MALANG
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar
Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd.I)
Oleh
Ahmad Noparullah NIM: 03110034
PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG
2009
2
HALAMAN PERSETUJUAN
UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
DI SMP NEGERI 13 MALANG
SKRIPSI
Oleh: Ahmad Noparullah
NIM. 03110034
Telah Disetujui Oleh: Dosen Pembimbing
Drs. A. Fatah Yasin M, Ag NIP. 150 287 892
Tanggal, 09 Januari 2009
Mengetahui, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
Drs. Moh. Padil, M. Pd I. NIP. 150 267 235
3
HALAMAN PENGESAHAN
UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI 13
MALANG
SKRIPSI
dipersiapkan dan disusun oleh Ahmad Noparullah (03110034)
telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 17 Januari 2009 dengan nilai B +
dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata satu Sarjana Pendidikan Islam
(S.Pd.I) pada tanggal: 17 Januari 2009.
Panitia Ujian
Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,
Drs. A. Fatah Yasin M. Ag Dr. M. Zainuddin, MA NIP. 150 287 892 NIP. 150 275 502
Pembimbing, Penguji Utama, Drs. A. Fatah Yasin M. Ag Drs. Moh. Padil, M. Pd NIP. 150 287 892 NIP. 150 267 235
Mengesahkan Dekan Fakultas Tarbiyah
Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony NIP. 150 042 031
4
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Malang, 09 Januari 2009
Ahmad Noparullah
5
MOTTO
Artinya: Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(QS. Al Mujaadilah:11)
6
PERSEMBAHAN
Karya ini hanya butiran kecil dari sekian banyak dan besar lautan pasir yang harus
kupersembahkan demi kasih dan sayang pada Bapak dan Mamak yang telah banyak
memberikan pengorbanan yang tidak terhingga nilainya baik materiil maupun spirituil,
sehingga penulis bisa sampai ke jenjang Perguruan Tinggi Universitas Islam Negeri
Malang
Keluarga Besarku (de udin, adi, melta, nenek dari bapak, nenek dari mamak, wak aji
sekeluarga, bak wo sekeluarga, keluarga besar di dusun, bi waisah, bi wan, bi al, bi rus
dan seluruh keluarga besarku yang tidak bisa aku sebutkan satu persatu)
Untuk sayangku ika makasih banyak ya sudah memberikan motivasi dan dorongan buat
aku sampai akhirnya aku selesai menyusun skripsi
Tulisan ini adalah terima kasihku
Pada ketelatenan serta jerih payah Guru-guruku dan Dosen-dosenku, Pahlawanku yang
telah memberi cahaya ilmu pengetahuan padaku.......
Wahai dzat yang Maha Tahu dan Maha Kasih, Hidup dan Matiku hanya Untuk-Mu dan
mohon jadikanlah ini sebagai amal ibadahku
Amin
7
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puja dan puji syukur penulis haturkan kehadirat Ilahi
Robbi, Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya
sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan
kita Nabi agung Muhammad SAW yang telah mengajarkan kita tentang arti
kehidupan yang sesungguhnya. Semoga kita termasuk orang-orang yang
mendapatkan syafaat beliau di hari akhir kelak. Amien...
Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik berkat jasa-jasa,
motivasi dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan penuh tadhim,
dari lubuk hati yang paling dalam penulis sampaikan terima kasih kepada:
1. Orang tuaku yang aku banggakan dan aku sayangi Ayahanda Samlan, Ibunda
Hartati, adik-adikku udin, adi, melta dan segenap keluarga besarku yang telah
mencurahkan cinta dan kasih sayang teriring doa dan motivasinya, sehingga
penulis selalu optimis dalam menggapai kesuksesan hidup di dunia ini.
2. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku Rektor Universitas Islam Negeri
(UIN) Malang.
8
3. Bapak Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony selaku Dekan Fakultas Tarbiyah UIN
Malang
4. Bapak Drs. M. Padil, M. PdI, selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam
5. Bapak Drs. A. Fatah Yasin, M. Ag, selaku pembimbing penulis dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Atas bimbingan, arahan, saran, motivasi
dan kesabarannya, penulis sampaikan Jazakumullah Ahsanal Jaza.
6. Seluruh dewan pengasuh PP. Daar El-Qolam, dewan pengurus serta para
ustadz, telah mendidik, membimbing, mengajarkan dan mencurahkan ilmu-
ilmunya. Karena jasa engkaulah aku mengerti akan arti kehidupan yang
sebenarnya.
7. Seluruh Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Malang, yang telah mendidik,
membimbing, mengajarkan dan mencurahkan ilmu-ilmunya kepada penulis.
Semoga Allah membalas amal kebaikan mereka..
8. Teman-teman Fakultas Tarbiyah UIN Malang, serta teman-teman pondok
yang telah mewarnai perjalanan hidupku dan tidak lupa pula teman-teman
gang 3 Dinoyo, Mas Agung, Rio, Angga, Dwi, Irwan, Didit, Hendrik, Pon-
pon, Aggi, semuanya..
9. Sahabat-sahabat karibku (My Best Friends), yaitu: Ari alhadi, Zulkarnain,
Fitriawati, Nurhayati, Amin Qutbi, semoga persaudaraan kita selalu abadi.
9
10. Seluruh sahabat kos-kosan yang sering aku maen, terima kasih atas bantuan
dan fasilitasnya (kamar, computer, printer, tv, teh, jahe, energen, mie, kopi).
Semoga kebaikan kalian semua diterima sebagai amal sholeh
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Terakhir, penulis juga sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca yang budiman sangat kami harapkan demi perbaikan dan kebaikan karya
ilmiah ini.
Semoga karya ilmiah yang berbentuk skripsi ini dapat bermanfaat dan
berguna bagi kita semua, terutama bagi diri penulis sendiri. Amin ya
Mujibassailin...
Malang, 9 Januari 2009
Penulis
10
DAFTAR TABEL
Tabel I : Data Sarana dan Prasarana Pendidikan SMP Negeri 13 Malang
Tabel II : Data tentang keadaan guru tetap dan tidak tetap SMP Negeri 13
Malang
Tabel III : Data tentang keadaan pegawai tetap dan tidak tetap SMP Negeri 13
Malang
Tabel IV : Keadaan siswa SMP Negeri 13 Malang tahun 2007/2008
11
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... vi
HALAMAN PERNYATAAN......................................................................... vii
KATA PENGANTAR ...................................................................................viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiv
ABSTRAK ..................................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1 A. Latar Belakang ..1 B. Rumusan Masalah .5 C. Tujuan Penelitian ..6 D. Manfaat Penelitian.6 E. Definisi Operasional..7
BAB II KAJIAN TEORI .9
A. Pembahasan tentang Guru Agama Islam9 1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam....................................9 2. Peranan Guru Pendidikan Agama Islam........................................12 3. Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam.................................18 4. Persyaratan menjadi Guru Pendidikan Agama Islam...................23 5. Tugas dan Tanggung Jawab Guru Pendidikan Agama Islam........26
B. Pembahasan Tentang Motivasi ..29 1. Pengertian Motivasi .30 2. Macam-macam Motivasi .33 3. Bentuk-bentuk Motivasi...39 4. Fungsi Motivasi44
C. Pembahasan Tentang Belajar........................................................46 1. Pengertian Belajar .......................................................................46 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi belajar .................................54 3. Prinsip-prinsi belajar....................................................................72
D. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Motivasi belajar Siswa ...................................................................76
12
BAB III METODE PENELITIAN ..84 A. Pendekatan dan jenis penelitian...84 B. Kehadiran Peneliti...........................................................................85 C. Lokasi Penelitian.............................................................................86 D. Sumber Data....................................................................................86 E. Prosedur Pengumpulan Data...........................................................88 F. Analisis Data...................................................................................90 G. Pengecekan Keabsahan Temuan.....................................................91 H. Tahap-Tahap Penelitian..92
BAB IV PAPARAN DATA HASIL PENELITIAN.94
A. Deskripsi Objek Penelitian...94 1. Sejarah Berdirinya SMPN 13 Malang.......................................94 2. Letak Geografis SMPN 13 Malang...........................................95 3. Visi dan Misi SMPN 13 Malang...............................................95 4. Struktur Organisasi SMPN 13 Malang.....................................98 5. Keadaan Sarana dan Prasarana SMPN 13 Malang...................98 6. Keadaan Guru dan Pegawai SMPN 13 Malang101 7. Keadaan Siswa SMPN 13 Malang............................................102
B. Paparan Hasil Penelitian103 1. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Motivasi
Belajar Siswa...............................................................................103 2. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Meningkatkan Motivasi
Belajar Siswa...............................................................................113 a. Faktor Pendukung..114 b. Faktor Penghambat117
BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN118
1. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa..118
2. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa.............................................................................124
BAB VI PENUTUP126
A. Kesimpulan126 B. Saran-saran.127
DAFTRA PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
13
ABSTRAK Noparullah, Ahmad. 2009. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa di SMP Negeri 13 Malang. Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah. Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. Drs. A. Fatah Yasin, M. Ag
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berjalan sangat cepat yang
mewarnai seluruh aspek kehidupan manusia, didalam rangka mengimbangi hal tersebut pemerintah menetapkan suatu kebijaksanaan untuk meningkatkan mutu pendidikan, pencapaian mutu pendidikan merupakan langkah yang harus dilakukan dengan usaha peningkatan kemampuan professional yang dimiliki oleh guru, utamanya guru pendidikan agama Islam. Guru merupakan salah satu komponen dalam proses belajar mengajar. Seorang guru memiliki tanggung jawab yang besar dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu guru harus memberikan motivasi kepada siswa, karena motivasi adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi sukses tidaknya segala aktivitas siswa dalam belajar. Guru tidak semata-mata mentransfer ilmu pengetahuan saja, tetapi juga sebagai pendidik dan pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntut siswa dalam mengajar. Pengarahan disini dapat berupa memberikan motivasi kepada siswa, karena di dalam proses belajar mengajar motivasi memeganag peranan yang sangat penting. Motivasi tidak dapat dipisahkan dari aktivitas belajar. Siswa tidak akan mempelajari sesuatu bila hal itu tidak menyentuh kebutuhannya. Motivasi adalah syarat mutlak dalam belajar. Sering kali terdapat anak yang malas, suka membolos dan sebagainya. Adapun yang sering terjadi di sekolah-sekolah formal banyaknya siswa yang tidak ikut pelajaran di saat pelajaran pendidikan agama Islam yang tidak di senangi sedang berlangsung, hal ini terlihat pada absensi mata pelajaran pendidikan agama Islam ketika sedang berlangsung dan banyaknya siswa yang malas untuk belajar mata pelajaran pendidikan agama Islam. Dengan demikian guru pendidikan agama Islam tidak berhasil memberikan motivasi yang tepat untuk mendorong agar siswa bekerja dengan segenap tenaga dan pikirannya.
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana upaya guru pendidikan agama islam dalam meningkatkan motivasi belajar siswa di SMP Negeri 13 Malang dan juga untuk mengetahui apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam meningkatkan motivasi belajar siswa di SMP Negeri 13 Malang.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Dan hasil yang diperoleh merupakan hasil dari data deskriptif, yakni berupa kata-kata, gambaran dan bukan angka-angka. Sumber data sekaligus informan adalah kepala sekolah, guru pendidikan agama islam (PAI) serta pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini bila diperlukan. Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan beberapa teknik yakni dengan melalui observasi, interview serta dokumentasi. Sedangkan dalam menganalisis data, peneliti menggunakan
14
teknik analisis data diskriptif kualitatif. Untuk pengecekan keabsahan peneliti menggunakan trianggulasi, pengecekan sejawat melalui diskusi dan kecukupan referensial.
Adapun hasil dari penelitian ini adalah upaya guru pendidikan agama
islam (PAI) dalam meningkatkan motivasi belajar sudah dilaksanakan di SMP Negeri 13 Malang dengan baik, hal ini dapat dilihat dari peran guru yang terlibat langsung kepada siswa akan motivasi belajar di SMP Negeri 13 Malang. Maka dari itu peneliti berkesimpulan bahwa motivasi yang diberikan guru SMP Negeri 13 Malang menjadi 3 (tiga) jenis motivasi : Motivasi Tinggi, Motivasi Sedang, dan Motivasi Rendah. Untuk faktor pendukungnya adalah sarana dan prasarana yang lengkap, lingkungan yang aman dan nyaman, tenaga pengajarnya yang profesional, dan adanya dukungan dan kerjasama dari guru-guru non agama islam. Sedangkan penghambatnya adalah semangat belajar dari siswa, karena memang kadang-kadang mereka terpengaruh dari lingkungan tempat mereka bergaul di luar sekolah, dan kemampuan ekonomi dari siswa.
kata kunci: upaya, guru pendidikan agama islam, motivasi belajar siswa.
15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi oleh
setiap orang, karena hanya dengan pendidikan orang akan memperoleh ilmu
pengetahuan yang sangat diperlukan dalam kehidupannya. Tanpa pendidikan
seseorang akan sulit untuk menyesuaikan diri dengan masyarakat yang ada di
sekitarnya dan kemungkinan besar tidak dapat menghadapi permasalahan-
permasalahan hidup yang semakin beragam.
Ilmu pengetahuan yang diperoleh dari proses pendidikan itu merupakan
bekal penting bagi setiap orang untuk menjalankan kepentingan. Dalam al-Quran
surat al-Mujadilah ayat 11 Allah SWT, menjelaskan:
Artinya : Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya
Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan:
"Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah
Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
16
Dan hadits Rasulullah SAW bersabda:
) (
Artinya : Barang siapa yang menginginkan kebahagiaan di dunia
baginya harus dengan ilmu, dan barang siapa yang
menginginkan kebahagiaan di akhirat baginya harus ilmu,
dan barang siapa yang menginginkan kebahagiaan
keduanya (dunia dan akhirat) hendaklah dengan ilmu.1
Dari ayat dan hadits diatas dapat diketahui bahwa dalam menjalankan
kehidupan yang penuh dengan permasalahan yang beraneka ragam ini orang
membutuhkan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang dimiliki dapat dijadikan
sebagai kunci bagi permasalahan-permasalahan yang dihadapi. Selain sebagai
bekal dalam menjalankan kehidupan didunia ilmu pengetahuan juga dapat
mengantarkan seseorang untuk mencapai kebahagiaan hidup di akhirat. Dan ilmu
pengetahuan itu hanya dapat diperoleh dengan melalui proses belajar.
Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada
diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam
berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan
tingkah lakunya, ketrampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya,
1 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hlm. 8-9.
17
daya penerimaannya dan aspek-aspek lain yang ada pada individu.2 Dengan
belajar seseorang diharapkan dapat bertambah pengetahuan dan ketrampilannya,
sehingga dapat dimanfaatkan dalam kehidupannya.
Belajar sebagai proses, maka dalam pelaksanaannya membutuhkan adanya
suatu tempat yang dapat menampung proses belajar tersebut. Dalam hal ini
sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal merupakan salah satu wadah
yang cukup strategis bagi kegiatan belajar, karena pelaksanaan proses belajar
mengajar yang ada di sekolah telah di atur dan direncanakan dengan sebaik-
baiknya.
Proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik jika ditunjang dengan
adanya tenaga pendidik yang profesional yakni guru yang mampu mengajar
dengan baik dan terampil, dapat menggunakan metode mengajar yang tepat dan
menguasai mata pelajaran yang akan disampaikan.
Keberhasilan suatu pendidikan lebih banyak dipengaruhi oleh tenaga
kependidikan terutama guru, bahkan komponen lainnya termasuk kepala sekolah,
pemilik, orang tua dan lingkungan serta semua pihak yang ikut berperan
mempelancar proses geraknya guru dalam mencapai tujuan pendidikan. Maka dari
itu peranan disini sangat mempenagruhi terhadap tinggi rendahnya aktifitas
belajar siswa dalam proses belajar mengajar, bahkan tugas guru bukan hanya
memberi ilmu saja tetapi juga sebagai perencana, pembimbing, evaluator serta
motivator bagi siswa.
2 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2000),
hlm. 98.
18
Guru agama adalah seseorang yang mengajar dan mendidik agama Islam
dengan membimbing, menuntun, memberi tauladan dan membantu mengantarkan
anak didiknya ke arah kedewasaan jasmani dan rohani. Hal ini sesuai dengan
tujuan pendidikan agama yang hendak di capai yaitu membimbing anak agar
menjadi seorang muslim yang sejati, beriman, teguh, beramal sholeh dan
berakhlak mulia, serta berguna bagi masyarakat, agama dan Negara.3
Tugas dan peran guru agama tidaklah terbatas dalam masyarakat, bahkan
guru agama pada hakikatnya merupakan komponen strategis memiliki peran
penting dalam menentukan gerak maju kehidupan bangsa. Dalam kehidupan
masyarakat, kehidupan guru harus ingarsa tulada, ing madya mangan karsa,
tutwuri handayani yang artinya didepan memberi suru tauladan, ditengah-tengah
membangun, dan dibelakang memberi dorongan dan motivasi.
Menurut Mc. Donald motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam
pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk
mencapai tujuan.4
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa motivasi merupakan suatu hal
yang sangat dibutuhkan oleh setiap orang dalam melakukan suatu kegiatan,
demikian juga dalam kegiatan belajar. Kegiatan belajar siswa juga membutuhkan
adanya motivasi, karena motivasi dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.
Apabila motivasi belajar siswa tepat, maka ia akan memperoleh hasil belajar yang
optimal dan sebaliknya.
3 Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Aksara, 1994), hlm. 45. 4 Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Mengajar, (Bandung, CV. Sinar Baru, 1992), hlm. 173.
19
SMP Negeri 13 Malang merupakan tempat pendidikan di bawah naungan
Departemen Pendidikan Nasional dengan jam pelajaran untuk Pendidikan Agama
Islam (PAI) hanya dua jam per minggu. Dengan kenyataan ini guru PAI memiliki
tanggung jawab yang besar untuk memperbaiki akhlak anak didiknya. Seorang
guru PAI diharapkan mampu memberikan keilmuwannya dan berprilaku yang
baik agar dapat dianut atau di contoh oleh anak didiknya. Guru PAI dituntut tidak
hanya mengajarkan ilmu-ilmu pengetahuan saja, tetapi lebih itu yaitu membentuk
watak dan pribadi anak didiknya dengan akhlak dan ajaran Islam.
Dalam proses belajar mengajar seorang guru harus bisa memotivasi anak
didiknya agar tertarik dengan pelajaran yang diajari. Di SMP Negeri 13 Malang
banyak siswa-siswinya kurang tertarik dengan mata pelajaran PAI, hal ini
disebabkan karena kurangnya motivasi belajar dari siswa. Berangkat dari
pernyataan diatas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang upaya
guru PAI dalam meningkatkan motivasi belajar kepada siswa-siswinya agar
mereka lebih giat lagi belajarnya, sehingga memperoleh hasil belajar yang baik
dan sesuai dengan harapan guru dan orang tua. Untuk itulah, maka penulis
memberi judul dalam karya tulis ilmiah ini: Upaya Guru Pendidikan Agama
Islam (PAI) Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa di SMPN 13
Malang
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana upaya guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan
motivasi belajar siswa di SMPN 13 Malang?
20
2. Bagaimana faktor pengahambat dan pendukung yang dapat meningkatkan
motivasi belajar di SMPN 13 Malang?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah:
1. Untuk mengetahui upaya guru agama Islam dalam meningkatkan motivasi
belajar siswa di SMPN 13 Malang
2. Untuk mengetahui apa saja faktor pengahambat dan pendukung yang dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa di SMPN 13 Malang
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ada maka dapat dijelaskan
manfaat penelitiannya, sebagai berikut:
1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah
keilmuan terutama yang berkaitan dengan motivasi belajar siswa di SMPN
13 Malang,
2. Secara praktis, dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya maupun
para pengajar khususnya agar menyadari betapa pentingnya meningkatkan
motivasi belajar di kalangan siswa-siswinya.
3. Secara Instruktisional/ kelembagaan, dapat digunakan sebagai sumbangan
pemikiran atau sebagai bahan masukan untuk memecahkan permasalahan
yang berkaitan dengan meningkatkan motivasi belajar dan juga sebagai
dasar untuk mengambil keputusan di masa yang akan datang.
21
E. Definisi Operasional
1. Guru Pendidikan Agama Islam
Seseorang yang mengajar dan mendidik agama Islam dengan
membimbing, menuntun, memberi tauladan dan membantu mengantarkan
anak didiknya ke arah kedewasaan jasmani dan rohani. Hal ini sesuai
dengan tujuan pendidikan agama yang hendak di capai yaitu membimbing
anak agar menjadi seorang muslim yang sejati, beriman, teguh, beramal
sholeh dan berakhlak mulia, serta berguna bagi masyarakat, agama dan
Negara.5
2. Motivasi
Menurut M. Ngalim Purwanto motivasi adalah suatu usaha yang
disadari untuk menggerakkan, mengarahkan dan menjaga tingkah laku
seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga
mencapai hasil atau tujuan tertentu.6
3. Belajar
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagi hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.7
5 Zuhairini, Op.Cit., hlm. 45. 6 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000), hlm.
73. 7 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta, PT. Rineka Cipta, 2003),
hlm. 2.
22
Dari definisi diatas penulis bermaksud melakukan penelitian
tentang bagaimana upaya guru pendidikan agama Islam dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa di SMPN 13 Malang. Dan ini dapat
dilihat dari upaya guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan
motivasi belajar siswa-siswinya di sekolah dan apa saja faktor yang dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa-siswinya.
23
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pembahasan Tentang Guru Agama Islam
1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam
Sebelum penulis membicarakan tentang pengertian guru pendidikan
agama Islam, perlulah kiranya penulis awali dengan menguraikan
pengertian guru agama secara umum, hal ini sebagai titik tolak untuk
memberikan pengertian guru agama Islam.
a. Pengertian Guru secara ethimologi (harfiah) ialah dalam literatur
kependidikan Islam seorang guru biasa disebut sebagai ustadz,
mu`alim, murabbiy, mursyid, mudarris, dan mu`addib, yang artinya
orang memberikan ilmu pengetahuan dengan tujuan mencerdaskan dan
membina akhlak peserta didik agar menjadi orang yang
berkepribadian baik.8
b. Sedangkan pengertian guru ditinjau dari sudut therminologi yang
diberikan oleh para ahli dan cerdik cendekiawan, istilah guru adalah
sebagai berikut:
1) Menurut Muhaimin dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar
menguraikan bahwa guru adalah orang yang berwenang dan
bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid, baik secara
individual ataupun klasikal. Baik disekolah maupun diluar sekolah. 8 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2005), hlm. 44-49
24
Dalam pandangan Islam secara umum guru adalah mengupayakan
perkembangan seluruh potensi/aspek anak didik, baik aspek
cognitive, effective dan psychomotor. 9
2) Zakiah Daradjat dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam
menguraikan bahwa seorang guru adalah pendidik Profesional,
karenanya secara implicit ia telah merelakan dirinya menerima dan
memikul sebagian tanggung jawab pendidikan.10
3) Menurut Syaiful Bahri Djamarah dalam setiap melakukan
pekerjaan yang tentunya dengan kesadaran bahwa yang dilakukan
atau yang dikerjakan merupakan profesi bagi setiap individu yang
akan menghasilkan sesuatu dari pekerjaannya. Dalam hal ini yang
dinamakan guru dalam arti yang sederhana adalah orang yang
memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik.11
4) M. Ngalim Purwanto dalam bukunya Ilmu Pendidikan Praktis dan
Teoritis menjelaskan guru adalah orang yang telah memberikan
suatu ilmu/ kepandaian kepada yang tertentu kepada seseorang/
kelompok orang.12
Dari rumusan pengertian guru diatas dapat disimpulkan bahwa guru
adalah orang yang memberikan pendidikan atau ilmu pengetahuan kepada
9 Muhaimin dkk, Strategi Belajar Mengajar (Surabaya: Citra Media, 1996), hlm. 70 10 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Angkasa, 1984), hlm. 39 11 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: Rineka
Cipta, 2000), hlm. 31. 12 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1988), hlm. 169
25
peserta didik dengan tujuan agar peserta didik mampu memahami dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan pengertian guru pendidikan agama Islam, adalah seorang
pendidik yang mengajarkan ajaran Islam dan membimbing anak didik ke
arah pencapaian kedewasaan serta membentuk kepribadian muslim yang
berakhlak, sehingga terjadi keseimbangan kebahagiaan di dunia dan
akhirat.
Sebagai guru pendidikan agama Islam haruslah taat kepada Tuhan,
mengamalkan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya.
Bagaimana ia akan dapat menganjurkan dan mendidik anak untuk berbakti
kepada Tuhan kalau ia sendiri tidak mengamalkannya, jadi sebagai guru
agama haruslah berpegang teguh kepada agamanya, memberi teladan yang
baik dan menjauhi yang buruk. Anak mempunyai dorongan meniru, segala
tingkah laku dan perbuatan guru akan ditiru oleh anak-anak. Bukan hanya
terbatas pada hal itu saja, tetapi sampai segala apa yang dikatakan guru
itulah yang dipercayai murid, dan tidak percaya kepada apa yang tidak
dikatakannya.
Dengan demikian seorang guru pendidikan agama Islam ialah
merupakan figure seorang pemimpin yang mana disetiap perkataan atau
perbuatannya akan menjadi panutan bagi anak didik, maka disamping
sebagai profesi seorang guru agama hendaklah menjaga kewibawaannya
agar jangan sampai seorang guru agama melakukan hal-hal yang bisa
menyebabkan hilangnya kepercayaan yang telah diberikan masyarakat.
26
Ahmad Tafsir mengutip pendapat dari Al-Ghazali mengatakan
bahwa siapa yang memilih pekerjaan mengajar, ia sesungguhnya telah
memilih pekerjaan besar dan penting. Karena kedudukan guru pendidikan
agama Islam yang demikian tinggi dalam Islam dan merupakan realisasi
dari ajaran Islam itu sendiri, maka pekerjaan atau profesi sebagai guru
agama Islam tidak kalah pentingnya dengan guru yang mengajar
pendidikan umum.13
Dengan demikian pengertian guru pendidikan agama Islam yang
dimaksud disini adalah mendidik dalam bidang keagamaan, merupakan
taraf pencapaian yang diinginkan atau hasil yang telah diperoleh dalam
menjalankan pengajaran pendidikan agama Islam baik di tingkat dasar,
menengah atau perguruan tinggi.
2. Peranan Guru Pendidikan Agama Islam
Pada dasarnya peranan guru pendidikan agama Islam dan guru umum
itu sama, yaitu sama-sama berusaha untuk memindahkan ilmu
pengetahuan yang ia miliki kepada anak didiknya, agar mereka lebih
banyak memahami dan mengetahui ilmu pengetahuan yang lebih luas lagi.
Akan tetapi peranan guru agama Islam selain berusaha memindahkan
ilmu (transfer of knowledge), ia juga harus menanamkan nilai-nilai agama
Islam kepada anak didiknya agar mereka bisa mengaitkan antara ajaran
agama dan ilmu pengetahuan.
13 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Bandung: Remaja Rosda Karya,
1992), hlm.76
27
Menurut Syaiful Bahri Djamarah mengatakan bahwa sehubungan
dengan peranan guru sebagai Pengajar, Pendidik dan Pembimbing,
juga masih ada berbagai peranan guru lainnya. Dan peranan guru ini
senantiasa akan menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam
berbagai interaksinya, baik dengan siswa, guru maupun dengan staf yang
lain. Dari berbagai kegiatan interaksi belajar mengajar, dapat dipandang
guru sebagai sentral bagi peranannya. Sebab baik disadari atau tidak
bahwa sebagian dari waktu dan perhatian guru banyak di curahkan untuk
menggarap proses belajar mengajar dan berinteraksi dengan siswanya.14
Menurut Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya Guru Dan Anak
Didik dalam Interaksi Edukatif, menyebutkan peranan guru agama Islam
adalah seperti diuraikan di bawah ini:15
1. Korektor
Sebagai korektor, guru harus bisa membedakan mana nilai yang
baik dan mana nilai yang buruk. Kedua nilai yang berbeda itu harus
betul-betul dipahami dalam kehidupan di masyarakat. Kedua nilai ini
mungkin telah anak didik miliki dan mungkin pula telah
mempengaruhinya sebelum anak didik masuk sekolah. Latar belakang
kehidupan anak didik yang berbeda-beda sesuai dengan sosio-kultural
masyarakat dimana anak didik tinggal akan mewarnai kehidupannya.
Semua nilai yang baik harus guru pertahankan dan semua nilai
yang buruk harus disingkirkan dari jiwa dan watak anak didik. Bila
14 Syaiful Bahri Djamarah, Op.Cit. hlm. 37 15 Ibid. hlm. 43-48
28
guru membiarkannya, berarti guru telah mengabaikan peranannya
sebagai seorang korektor, yang menilai dan mengoreksi semua sikap,
tingkah laku, dan perbuatan anak didik. Koreksi yang harus guru
lakukan terhadap sikap dan sifat anak didik tidak hanya disekolah,
tetapi diluar sekolah pun harus dilakukan.
2. Inspirator
Sebagai inspirator, guru harus dapat memberikan ilham yang baik
bagi kemajuan belajar anak didik. Persoalan belajar adalah masalah
utama anak didik. Guru harus dapat memberikan petunjuk bagaimana
cara belajar yang baik. Petunjuk itu tidak mesti harus bertolak dari
sejumlah teori-teori belajar, dari pengalaman pun bisa dijadikan
petunjuk bagaimana cara belajar yang baik. Yang penting bukan
teorinya, tetapi bagaimana melepaskan masalah yang dihadapi anak
didik.
3. Informator
Sebagai informatory, guru harus bisa memberikan informasi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, selain sejumlah bahan
pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang telah diprogramkan dalam
kurikulum. Informasi yang baik dan efektif diperlukan dari guru.
Kesalahan informasi adalah racun bagi anak didik. Untuk menjadi
informatory yang baik dan efektif, penguasaan bahasalah sebagai
kuncin, ditopang dengan penguasaan bahan yang akan diberikan
29
kepada anak didik. Informator yang baik adalah guru yang mengerti
apa kebutuhan anak didik dan mengabdi untuk anak didik.
4. Organisator
Sebagai organisator, adalah sisi lain dari peranan yang diperlukan
dari guru. Dalam bidang ini guru memiliki kegiatan pengelolaan
kegiatan akademik, menyusun tata tertib sekolah, menyusun kalender
akademik, dan sebagainya. Semua diorganisasikan sehingga dapat
mencapai efektivitas dan efisiensi dalam belajar pada diri anak didik.
5. Motivator
Sebagai motivator guru hendaklah dapat mendorong anak didik
agar bergairah dan aktif belajar. Dalam upaya memberikan motivasi,
guru dapat menganalisis motiv-motiv yang melatarbelakangi anak
didik malas belajar dan menurun prestasinya di sekolah. Setiap saat
guru harus bertindak sebagai motivator, karena dalam interaksi
edukatif tidak mustahil ada diantara anak didik yang malas belajar dan
sebagainya. Motivasi dapat efektif bila dilakukan dengan
memperhatikan kebutuhan anak didik. Penganekaragaman cara belajar
memberikan penguatan dan sebagainya, juga dapat memberikan
motivasi pada anak didik untuk lebih bergairah dalam belajar. Peranan
guru sebagai motivator sangat penting dalam interaksi edukatif, karena
menyangkut esensi pekerjaan mendidik yang membutuhkan kemahiran
sosial, menyangkut performance dalam personalisasi dan sosialisasi
diri.
30
Guru sebagai motivator hendaknya dapat mendorong agar siswa
mau melakukan kegiatan belajar, guru harus menciptakan kondisi kelas
yang merangsang siswa melakukan kegiatan belajar, baik kegiatan
individual maupun kelompok. Stimulasi atau rangsangan belajar para
siswa bisa ditumbuhkan dari dalam diri siswa dan bisa ditumbuhkan
dari luar diri siswa.
6. Inisiator
Dalam peranannya sebagai inisiator guru harus dapat menjadi
pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran. Proses
interaksi edukatif yang ada sekarang harus diperbaiki sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pendidikan.
Kompetensi guru harus diperbaiki, keterampilan penggunaan media
pendidikan dan pengajaran harus diperbaharui sesuai kemajuan media
komunikasi dan informasi abad ini. Guru harus menjadikan dunia
pendidikan, khususnya interaksi edukatif agar lebih baik dari dulu.
Bukan mengikuti terus tanpa mencetuskan ide-ide inovasi bagi
kemajuan pendidikan dan pengajaran.
7. Fasilitator
Sebagai fasilitator guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas
yang memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak didik.
Lingkungan belajar yang tidak menyenangkan, suasana ruang kelas
yang pengap, meja dan kursi yang berantakan, fasilitas belajar yang
kurang tersedia, menyebabkan anak didik malas belajar. Oleh karena
31
itu menjadi tugas guru bagaimana menyediakan fasilitas, sehingga
akan tercipta lingkungan belajar yang menyenangkan anak didik.
8. Pembimbing
Peranan guru yang tidak kalah pentingnya dari semua peran yang
telah disebutkan di atas, adalah sebagai pembimbing. Peranan yang
harus lebih di pentingkan, karena kehadiran guru di sekolah adalah
untuk membimbing anak didik menjadi manusia dewasa susila yang
cakap. Tanpa bimbingan, anak didik akan mengalami kesulitan dalam
menghadapi perkembangan dirinya. Kekurangmampuan anak didik
menyebabkan lebih banyak tergantung pada bantuan guru. Tetapi
semakin dewasa, ketergantungan anak didik semakin berkurang. Jadi,
bagaimanapun juga bimbingan dari guru sangat diperlukan pada saat
anak didik belum mampu berdiri sendiri (mandiri).
9. Pengelola Kelas
Sebagai pengelola kelas, guru hendaknya dapat mengelola kelas
dengan baik, karena kelas adalah tempat berhimpun semua anak didik
dan guru dalam rangka menerima bahan pelajaran dari guru. Kelas
yang dikelola dengan baik akan menunjang jalannya interaksi edukatif.
Sebaliknya, kelas yang tidak dikelola dengan baik akan menghambat
kegiatan pengajaran. Anak didik tidak mustahil akan merasa bosan
untuk tinggal lebih lama di kelas. Hal ini akan berakibat mengganggu
jalannya proses interaksi edukatif. Kelas yang terlalu padat dengan
anak didik, pertukaran udara kurang, penuh kegaduhan, lebih banyak
32
tidak menguntungkan bagi terlaksananya unteraksi edukatif yang
optimal.
Hal ini tidak sejalan dengan tujuan umum dari pengelolaan kelas,
yaitu menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas bagi bermacam-
macam kegiatan belajar mengajar agar mencapai hasil yang baik dan
optimal. Jadi maksud dari pengelolaan kelas adalah agar anak didik
betah tinggal di kelas dengan motivasi yang tinggi untuk senantiasa
belajar di dalamnya.
10. Evaluator
Sebagai evaluator, guru dituntut untuk menjadi seorang evaluator
yang baik dan jujur, dengan memberikan penilaian yang menyentuh
aspek ekstrinsik dan intrinsik. Penilaian terhadap aspek intrinsik lebih
menyentuh pada aspek kepribadian anak didik. Berdasarkan hal ini
guru harus bisa memberikan penilaian dalam dimensi yang luas. Jadi
penilaian itu pada hakikatnya diarahkan pada perubahan kepribadian
anak didik agar menjadi manusia susila dan cakap.
Sebagai evaluator, guru tidak hanya menilai produk (hasil
pengajaran), tetapi juga menilai proses (jalannya pengajaran). Dari
kedua kegiatan ini akan mendapatkan umpan balik (feedback) tentang
pelaksanaan interaksi edukatif yang telah dilakukan.
3. Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam
Dalam Islam guru merupakan orang yang menjadi panutan dan
tauladan bagi anak didiknya. Oleh karena itu guru agama Islam hendaknya
33
mempunyai kepribadian yang baik dan juga mempunyai kemampuan yang
baik pula.
Dalam hal ini ada beberapa kemampuan atau kompetensi yang harus
dimiliki oleh setiap guru agama Islam yaitu:
a. Penguasaan materi Islam yang komprohensif serta wawasan dan bahan
pengayaan, terutama dalam bidang-bidang yang menjadi tugasnya.
b. Penguasaan strategi (mencakup pendekatan metode, teknik)
pendidikan Islam, termasuk kemampuan evaluasinya.
c. Penguasaan ilmu dan wawasan pendidikan.
d. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian
pendidikan pada umumnya guna keperluan pengembangan pendidikan
Islam.
e. Memiliki kepekaan terhadap informasi secara langsung atau tidak
langsung yang mendukung kepentingan tugasnya.16
Untuk mewujudkan pendidik yang professional, dapat mengacu pada
tuntunan Nabi SAW, karena beliau satu-satunya pendidik yang paling
berhasil dalam rentang waktu yang begitu singkat, sehingga dapat
diharapkan dapat mendekatkan realitas (pendidik) dengan yang ideal (nabi
saw).
Setiap guru mempunyai pribadi masing-masing sesuai ciri-ciri pribadi
yang mereka miliki. Ciri-ciri inilah yang membedakan seorang guru dari
guru lainnya. Kepribadian adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap
16 Muhaimin, Op.Cit. hlm. 172
34
keberhasilan seorang guru sebagai pengembangan sumber daya manusia.
Karena disamping ia berperan sebagai pembimbing dan pembantu juga
berperan sebagai panutan.
Mengenai pentingnya kepribadian guru seorang psikologi terkemuka
profesor doctor Zakiah Darajat menegaskan: Kepribadian itulah yang
akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan Pembina yang baik bagi
anak didiknya. Ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi hari
depan anak didik yang masih kecil (Tingkat Sekolah Dasar) dan mereka
yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (Tingkat menengah).17
Oleh karena itu setiap calon guru dan calon professional sangat
diharapkan memahami bagaimana karakteristik (ciri khas) kepribadian
dirinya yang diperlukan sebagai panutan para siswanya.
Ciri-ciri khas kepribadian seorang, untuk sebagian, nampak dalam cara
dia melakukan pekerjaannya. Kenyataan ini semakin berlaku dalam
pekerjaan seorang guru, yang mendidik generasi muda sekolah. Sadar atau
tidak dengan kehadirannya dikelas, guru sudah memberikan pengaruh
terhadap perkembangan siswa. Oleh karena itu guru memiliki kepribadian
seperti:
a. Penghayatan nilai-nilai kehidupan
b. Motivasi kerja
c. Sifat dan sikap18
Untuk menjadi guru yang ideal maka dibutuhkan ciri sebagai berikut: 17 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru (Bandung: Remaja Rosda Karya,
1995), hlm. 226 18 Winkel, Psikologi Pengajaran (Jakarta: Grasindo, 1991) hlm. 110-112
35
a. Keluwesan dalam pergaulan
b. Suka humor
c. Kemampuan untuk menyalami alam pikiran dan perasaan anak
d. Kepekaan terhadap tuntutan keadilan
e. Kemampuan untuk mengadakan organisasi
f. Kreativitas dan rela membantu.19
Kepribadian adalah keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur
psikis dan fisik. Dalam makna demikian, seluruh sikap dan perbuatan
seseorang merupakan suatu gambaran dari kepribadian orang itu, asal
dilakukan secara sadar.
Dengan kata lain, baik tidaknya citra seseorang ditentukan oleh
kepribadian. Lebih lagi bila seorang guru, masalah kepribadian merupakan
faktor yang menentukan terhadap keberhasilan melakukan tugas sebagai
pendidik.
Sebagai teladan, guru harus memiliki kepribadian yang dapat dijadikan
profil dan idola, seluruh kehidupannya adalah figur yang paripurna.
Karena itu kepribadian adalah masalah yang sangat sensitive sekali.
Penyatuan kata dan perbuatan dituntut dari guru, bukan lain perkataan
dengan perbuatan, ibarat kata pepatah, pepat diluar runcing di dalam.
Guru adalah mitra anak didik dalam kebaikan. Guru yang baik, anak didik
19 Ibid. hlm. 113
36
pun menjadi baik. Tidak ada seorang guru yang bermaksud
menjerumuskan anak didiknya kelembah kenistaan.20
Guru adalah spiritual father atau bapak rohani bagi seorang anak didik.
Ialah yang memberikan santapan jiwa dengan ilmu, pendidikan akhlak,
dan membenarkannya, maka menghormati guru berarti menghormati anak
didik, menghargai guru berarti penghargaan terhadap anak didik, dengan
guru itulah mereka hidup dan berkembang, sekiranya setiap guru itu
menunaikan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Abu Dardaa` melukiskan
pula mengenai guru dan anak didik itu bahwa keduanya adalah berteman
dalam kebaikan dan tanpa keduanya tak akan ada kebaikan.21
Tingkah laku atau moral guru pada umumnya merupakan penampilan
lain dari kepribadiannya. Bagi anak didik yang masih kecil guru adalah
contoh teladan yang sangat penting dalam pertumbuhannya, guru adalah
orang pertama sesudah orang tua yang mempengaruhi pembinaan
kepribadian anak didik. Kalau tingkah laku atau akhlak guru tidak baik,
pada umumnya akhlak anak didik akan merusak olehnya, karena anak
mudah terpengaruh oleh orang yang dikaguminya atau dapat juga
menyebabkan anak didik gelisah, cemas atau terganggu jiwa karena ia
menemukan contoh yang berbeda atau berlawanan dengan contoh yang
selama ini didapatnya dirumah dari orang tuanya.22
20 Syaiful Bahri Djamarah, Op.Cit. hlm. 41 21 Athiyah Al Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), hlm.
136 22 Zakiah Daradjat, Kepribadian Guru (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), hlm. 15
37
Sikap guru terhadap agama juga merupakan salah satu penampilan
kepribadian guru yang acuh tak acuh kepada agama akan menunjukkan
sikap yang dapat menyebabkan anak didik terbawa pula kepada arus
tersebut, bahkan kadang-kadang menyebabkan terganggunya jiwa anak
didik.
Cara guru berpakaian, berbicara, berjalan dan bergaul juga merupakan
penampilan kepribadian lain yang mempunyai pengaruh terhadap anak
didik. Termasuk juga dalam masalah kepribadian guru itu, sikap dan
pandangan guru terhadap fungsinya bagi anak didik.
Jadi kepribadian guru adalah unsur yang menentukan keakraban
hubungan guru dengan anak didik. Kepribadian guru akan tercermin dalam
sikap dan perbuatan dalam membina akhlakul karimah dan membimbing
anak didik.
4. Persyaratan Menjadi Guru Pendidikan Agama Islam
Menjadi guru berdasarkan tuntutan hati nurani tidaklah semua orang
dapat melakukannya, karena orang harus merelakan sebagian besar dari
seluruh hidup dan kehidupannya mengabdi kepada Negara dan bangsa
guna mendidik anak didik menjadi manusia susila yang cakap, demokratis,
dan bertanggung jawab atas pembangunan dirinya dan pembangunan
bangsa dan Negara.
38
Menjadi guru menurut Prof. Dr. Zakiyah Daradjat dan kawan-kawan,
tidak sembarangan tetapi harus memenuhi beberapa persyaratan seperti
dibawah ini:23
a. Takwa kepada Allah swt.
Guru, sesuai tujuan ilmu pendidikan Islam, tidak mungkin
mendidik anak didik agar bertakwa kepada Allah, jika ia sendiri tidak
bertakwa kepada-Nya. Sebab ia adalah teladan bagi anak didiknya
sebagaimana Rasulullah saw. Menjadi teladan bagi umatnya. Sejauh
mana seorang guru mampu memberi teladan yang baik kepada semua
anak didiknya, sejauh itu pulalah ia diperkirakan akan berhasil
mendidik mereka agar menjadi generasi penerus bangsa yang baik dan
mulia.
b. Berilmu
Ijazah bukan semata-mata secarik kertas, tetapi suatu bukti, bahwa
pemiliknya telah mempunyai ilmu pengetahuan dan kesanggupan
tertentu yang diperlukan untuk suatu jabatan. Gurupun harus
mempunyai ijazah agar ia diperbolehkan mengajar. Seorang guru harus
memiliki pengetahuan yang luas, dimana pengetahuan itu nantinya
dapat diajarkan kepada muridnya. Makin tinggi pendidikan atau ilmu
yang guru punya, maka makin baik dan tinggi pula tingkat
keberhasilan dalam memberikan pelajaran.
23 Syaiful Bahri Djamarah, Op.Cit. hlm. 32-34
39
c. Sehat Jasmani
Kesehatan jasmani kerap kali dijadikan salah satu syarat bagi
mereka yang melamar untuk menjadi guru. Guru yang mengidap
penyakit menular, umpamanya, sangat membahayakan kesehatan anak
didiknya. Disamping itu guru yang berpenyakit tidak akan bergairah
mengajar. Kita kenal ucapan mens sana in corpore sano, yang
artinya dalam tubuh yang sehat terkandung jiwa yang sehat. Guru yang
sakit-sakitan kerapkali terpaksa absent dan tentunya merugikan anak
didik.
d. Berkelakukan Baik
Guru harus menjadi teladan, karena anak bersifat suka meniru.
Diantara tujuan pendidikan yaitu membentuk akhlak yang mulia pada
diri pribadi anak didik dan ini hanya mungkin bisa dilakukan jika
pribadi guru berakhlak mulia pula. Guru yang tidak berakhlak mulia
tidak mungkin dipercaya untuk mendidik. Diantara akhlak mulia guru
tersebut adalah mencintai jabatannya sebagai guru, bersikap adil
terhadap semua anak didiknya, berlaku sabar dan tenang, berwibawa,
gembira, bersifat manusiawi, bekerjasama dengan guru-guru lain,
bekerjasama dengan masyarakat.
Di Indonesia untuk menjadi guru diatur dengan beberapa persyaratan,
yakni berijazah, professional, sehat jasmani dan rohani, takwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan kepribadian yang luhur, bertanggung jawab,
dan berjiwa nasional.
40
5. Tugas dan Tanggung Jawab Guru Pendidikan Agama Islam
a. Tugas guru pendidikan agama Islam
Secara umum tugas guru pendidikan agama Islam ialah mendidik,
yaitu mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik
potensi psikomotorik, kognitif maupun potensi afektif. Potensi ini harus
dikembangkan secara seimbang sampai ketingkat tinggi.
Tugas guru pendidikan agama Islam sebagai pendidik berarti
meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup kepada anak didik.
Tugas sebagai pengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi kepada anak didik.
Oleh karena itu jika dilihat lebih rinci lagi maka tugas guru pendidikan
agama Islam adalah:
a. Mengajarkan ilmu pengetahuan Islam
b. Menanamkan keimanan dalam jiwa anak
c. Mendidik anak agar taat menjalankan agama
d. Mendidik anak agar berbudi pekerti yang mulia24
Memperhatikan pentingnya perkembangan yang baik dan terarah suatu
pendidikan di sekolah, maka guru pendidikan agama Islam juga harus
memperhatikan program dan rancangan kegiatan yang akan diberikan
terhadap anak didik. Adapun program-program di sekolah yang harus
dilakukan oleh guru agama Islam adalah sebagai berikut:25
24 Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), hlm. 35 25 Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hlm.9
41
a. Membuat persiapan atau program pengajaran yang terdiri dari:
1) Program tahunan pelaksanaan kurikulum
2) Program semester/ catur wulan
3) Perencanaan program mengajar
b. Mengajar atau melaksanakan pengajaran
1) Menyampaikan materi (dalam GBPP)
2) Menggunakan metode mengajar
3) Menggunakan media/ sumber
4) Mengelola kelas/ mengelola interaksi belajar mengajar
c. Melaksanakan/ mengevaluasi hasil pengajaran
a. Menganalisa hasil evaluasi belajar
b. Melaporkan hasil evaluasi belajar
c. Melaksanakan program perbaikan dan pengayaan
Dengan demikian tugas guru pendidikan agama Islam ialah menjadi
pendidik yang diserahi tugas untuk mendidik baik dari segi jasmani
maupun rohani (akal dan akhlak) anak didik. Tugas guru bukan hanya
menyampaikan ilmu pengetahuan dan mengisi penuh pikiran mereka
dengan ilmu pengetahuan itu, akan tetapi bertugas membina murid
menjadi orang dewasa, maka dia bertanggung jawab untuk menguatkan
jasmani murid, menumbuhkan pengertian mereka terhadap apa yang
diajarkan kepadanya dari berbagai ilmu pengetahuan, dalam usaha
membentuk akalnya, membina akhlaknya, dengan mengambil tindakan
dengan tangannya (bila perlu), menolongnya dalam mencari ilmu
42
pengetahuan, membangkitkan kecintaan untuk mencari pengetahuan
kecintaannya menjalankan tugas itu, memberikan makanan rohani bagi
murid dan menanamkan dalam jiwanya akhlak yang mulia dan
menjadikannya orang yang baik adat istiadatnya.26
b. Tanggung jawab guru pendidikan agama Islam.
Guru adalah orang yang bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan
anak didik. Karena profesinya sebagai guru adalah berdasarkan panggilan
jiwa untuk selalu mencintai, menghargai, menjaga dan meningkatkan
tugas dan tanggung jawab profesinya. Menjadi tanggung jawab guru untuk
memberikan sejumlah norma kepada anak didik agar tahu mana perbuatan
yang susila dan asusila, mana perbuatan yang bermoral dan amoral.
Guru harus sadar bahwa tugas dan tanggung jawabnya tidak bisa
dilakukan oleh orang lain, kecuali oleh dirinya. Demikian pula ia sadar
bahwa dalam melaksanakan tugasnya selalu dituntut untuk bersungguh-
sungguh dan bukan pekerjaan sampingan. Guru harus sadar bahwa yang
dianggap baik ini, belum tentu benar di masa yang akan datang. 27
Sesungguhnya guru yang bertanggung jawab memiliki beberapa sifat,
yang menurut Wens Tanlain dan kawan-kawan ialah:
a. Menerima dan mematuhi norma, nilai-nilai kemanusiaan
b. Memikul tugas mendidik dengan bebas, berani, gembira (tugas
bukan menjadi beban baginya)
26 Muhammad Abu Bakar, Pedoman Pendidikan dan Pengajaran ( Surabaya: Usaha Nasional,
1981), hlm. 68 27 Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar
Baru, 1989), hlm. 16
43
c. Sadar akan nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatannya serta
akibat-akibat yang timbul (kata hati)
d. Menghargai orang lain, termasuk anak didik
e. Bijaksana dan hati-hati
f. Takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa
Dengan demikian, tanggung jawab guru pendidikan agama Islam
adalah untuk membentuk anak didik agar menjadi orang yang bersusila
yang cakap, berguna bagi agama, nusa dan bangsa dimasa yang akan
datang. Dengan begitu guru pendidikan agama Islam harus bertanggung
jawab atas segala sikap, tingkah laku, dan perbuatannya dalam rangka
membina jiwa dan watak anak didik.
B. Pembahasan Tentang Motivasi
Setiap perbuatan termasuk perbuatan belajar didorong oleh sesuatu
atau beberapa motif. Motif atau biasa juga disebut dorongan oleh
kebutuhan, merupakan suatu tenaga yang berada pada diri individu atau
siswa yang mendorongnya untuk berbuat mencapai suatu tujuan.28
Seorang siswa dapat melakukan belajar apabila ada pendorong atau
motivasi yang menggerakkan, hanya saja pendorong yang muncul pada
setiap diri siswa berbeda-beda, ada yang kuat sehingga mendorong mereka
untuk selalu rajin, tidak mudah menyerah, bosan dan sebagainya, dan juga
ada yang timbul sangat lemah, sehingga tidak dapat mendorong siswa
28 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung, Alfabeta, 2003), hlm. 152
44
tersebut untuk selalu berbuat hal-hal yang dapat menimbulkan rasa
kebosanan dan malas dalam belajar.
Motivasi belajar terdiri dari dua kata, yang mana dua kata tersebut
mempunyai makna yang lain yakni motivasi dan belajar. Namun dalam
pembahasan dua kata yang berbeda tersebut saling berkaitan antara yang
satu dengan yang lainnya, sehingga akan terbentuk satu arti.
a. Pengertian Motivasi
Banyak para ahli yang telah mengemukakan pengertian motivasi dengan
berbagai sudut pandang mereka masing-masing, namun intinya sama, yakni
sebagai suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke
dalam bentuk suatu aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu.29
Motivasi berasal dari kata motif yang dalam Bahasa Inggrisnya motive
berasal dari kata motion yang berarti gerak atau sesuatu yang bergerak. Motif
adalah keadaan di dalam pribadi orang yang mendorongnya untuk melakukan
aktivitas. Jadi motivasi adalah penggerak tingkah laku kearah suatu tujuan
dengan didasari adanya suatu kebutuhan.30
Kata motif, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari
dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi
mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi
intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata motif itu, maka motivasi dapat
29 Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya, Usaha Nasional,
1994), hlm. 34 30 A. Tabrani Rusyan, dkk, Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung, Remadja
Karya CV, 1989), hlm. 99
45
diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi
aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencpai tujuan
sangat dirasakan atau mendesak.31
Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang
tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan
aktivitas belajar. Hal ini merupakan suatu pertanda, bahwa sesuatu yang akan
dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya. Segala sesuatu yang menarik
minat orang lain belum tentu menarik minat orang tertentu selama sesuatu itu
tidak bergayut dengan kebutuhannya. Oleh karena itu, apa yang seseorang
lihat sudah tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang ia lihat itu
mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri.32
Sedang menurut para ahli pendidikan memberikan batasan-batasan tentang
pengertian motivasi, yaitu antara lain:
Sardiman AM. Mengemukakan Motivasi adalah usaha untuk menyediakan
kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan
sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau
mengelakkan perasaan tidak suka itu.33
James O. Whittaker, merumuskan pengertian motivasi yang dikutip oleh
Westy Soemanto, yaitu:
31 Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada,
1994), hlm. 73 32 Syaiful Bahri Djamarah, op.cit., hlm. 34-35. 33 Sardiman AM, op.cit., hlm. 75
46
Motivasi adalah kondisi-kondisi atau keadaan yang mengatifkan atau memberi
dorongan kepada makhluk untuk bertingkah laku mencapai tujuan yang
ditimbulkan oleh motivasi tersebut.34
Morgan, sebagaimana dikutip oleh Muhaimin, menjelaskan bahwa:
Motivasi dapat diartikan sebagai tenaga pendorong atau penarik yang
menyebabkan adanya tingkah laku kearah suatu tujuan tertentu. Ada tidaknya
motivasi dalam diri peserta didik dapat diamati dari observasi tingkah lakunya.
Apabila peserta didik mempunyai motivasi, ia akan: (1) bersungguh-sungguh,
menunjukkan minat, mempunyai perhatian dan rasa ingin tahu yang kuat
untuk ikut serta dalam kegiatan belajar, (2) berusaha keras dan memberikan
waktu yang cukup untuk melakukan kegiatan tersebut dan (3) terus bekerja
sampai tugas-tugas tersebut terselesaikan.35
M. Ngalim Purwanto, menjelaskan bahwa:
Motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan,
mengarahkan, dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk
bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.36
Frederich J. Mc. Donald, berpendapat bahwa:
Motivasi adalah merupakan suatu perubahan didalam diri atau pribadi
seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam usaha
mencapai tujuan.37
34 Westy Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta, PT. Rineka Cipta, 1998), hlm. 205. 35 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung, PT. Remaja Rosda Karya, 2001), hlm. 138 36 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung, PT. Remaja Rosda Karya, 1990), hlm.
73 37 Westy Soemanto, op.cit., hlm. 203
47
Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa inti atau isi
dari motivasi tersebut adalah:
1. Motivasi dimulai dengan suatu perubahan tenaga dalam diri
seseorang.
2. Motivasi itu ditandai oleh dorongan efektif.
3. Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan.
Melihat hal tersebut, jelaslah bahwa motivasi merupakan daya penggerak
dari dalam diri seseorang untuk melaksanakan kegiatan dalam mencapai
tujuan. Hubungan antara motivasi dengan belajar adalah untuk
membangkitkan dan memberi arah pada dorongan-dorongan yang
menyebabkan individu melakukan perbuatan-perbuatan dalam belajar.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Amir Dien Indra Kusuma, bahwa:
motivasi belajar adalah kekuatan-kekuatan atau tenaga-tenaga yang dapat
memberikan dorongan kepada kegiatan-kegiatan belajar.38
b. Macam-macam Motivasi
Untuk membangkitkan adanya motivasi dalam diri seorang siswa agar
dapat berhasil dalam belajarnya, maka harus ada pendorong dari dalam diri
individu itu sendiri atau dari luar. Berdasarkan sumbernya, motivasi dapat
dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik, yakni motivasi yang datang dari
dalam peserta didik; dan motivasi ekstrinsik, yakni motivasi yang datang dari
38 Amir Dien Indrakusuma. Pengantar Ilmu Pendidikan. FKIP-IKIP Malang. 1978. hal 168.
48
lingkungan di luar diri peserta didik.39 Untuk lebih jelasnya, maka akan
diuraikan kedua faktor tersebut dalam pembahasan berikut:
1. Motivasi Intrinsik
Menurut Sardiman AM. Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah
Motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari
luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan
sesuatu.40 Motivasi ini sering juga disebut motivasi murni, motivasi yang
sebenarnya, yang timbul dari dalam diri anak sendiri.41
Sebagai contoh orang yang senang membaca, tidak usah ada yang
menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk
dibacanya. Kemudian dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya
dalam proses belajar, maka yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah
ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan belajar itu sendiri.
Sebagai contoh konkret, seorang siswa itu melakukan belajar, karena betul-
betul ingin mendapat pengetahuan, nilai atau keterampilan agar dapat berubah
tingkah lakunya secara konstruktif, tidak ada tujuan yang lain-lain.
Siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan menjadi
orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam studi tertentu.
Satu-satunya jalan untuk menuju ke tujuan yang ingin dicapai ialah belajar,
tanpa belajar tidak mungkin mendapat pengetahuan, tidak mungkin menjadi
ahli. Dorongan yang menggerakkan itu bersumber pada kebutuhan, kebutuhan
yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan 39 Muhaimin, op.cit., hlm. 138 40 Sardiman AM, op.cit., hlm. 89 41 A. Tabrani Rusyan, dkk, op.cit., hlm. 120.
49
berpengetahuan. Jadi memang motivasi itu muncul dari kesadaran diri sendiri
dengan tujuan secara esensial, bukan sekadar simbol dan seremonial.
Jadi yang dimaksud motivasi intrinsik adalah dorongan untuk melakukan
sesuatu yang berasal dari dalam anak sendiri tanpa dirangsang dari luar.
Dalam hal ini pujian, hadiah, atau sejenisnya tidak diperlukan karena tidak
akan menyebabkan peserta didik bekerja atau belajar untuk mendapat pujian
atau hadiah itu. Seperti dikatakan oleh Emerson, the reward of a thing well
done is to have done it. Jadi jelas bahwa motivasi intrinsik bersifat riel dan
motivasi sesungguhnya.42
Adapun hal-hal yang dapat menimbulkan motivasi intrinsik diantaranya
adalah:
1. Adanya kebutuhan
Kebutuhan juga ada kaitannya dengan motivasi, karena dengan adanya
kebutuhan maka hal ini akan menjadi pendorong bagi anak untuk berbuat dan
berusaha, misalnya: seorang anak ingin mengetahui isi cerita akan menjadi
pendorong yang kuat bagi anak untuk belajar membaca, karena apabila ia
dapat membaca maka ia akan mengerti.
Dengan adanya kebutuhan akan menjadi pendorong bagi anak untuk
berbuat dan berusaha, individu akan terdorong untuk melakukan sesuatu bila
merasa kebutuhan yang da pada dirinya menuntut untuk dipenuhi. Selama
kebutuhan ini belum terpenuhi, maka individu yang bersangkutan belum
merasa adanya kepuasan pada dirinya. Rasa belum puas inilah yang
42 Ibid..
50
mendorong untuk selalu berusaha bertindak atau melakukan sesuatu dalam
memnuhi kebutuhannya.
Dengan demikian dapatlah ditegaskan, bahwa motivasi akan selalu
berkaitan erat dengan kebutuhan, sebab seseorang akan selalu terdorong untuk
melakukan sesuatu bila merasa ada kebutuhan. Kebutuhan ini timbul karena
adanya keadaan yang tidak seimbang, tidak serasi serta adanya ketegangan
yang menuntut tercapainya tujuan. Kebutuhan ini apabila terpenuhi akan
menuntut kebutuhan yang lain, hal ini karena kebutuhan itu bersifat dinamis.
Jadi dengan adanya kebutuhan, manusi atau individu akan berusaha
memenuhi kebutuhannya dan akan menghadapi kesulitan serta akan
mengesampingkan pebuatan-perbuatan yang menghalangi kebutuhannya.
Kebutuhan ini akan terdorong karena adnya motivasi.
2. Adanya Tujuan
Seseorang berbuat atau bertindak untuk melaksanakan suatu perbuatan dia
mempunyai asumsi untuk memenuhi kebutuhannya, dan itu merupakan suatu
tujuan yang ingin dicapai. Dengan adanya tujuan itulah individu dapat bekerja
dengan giat dan akan terus berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai
tujuan tersebut. Dengan demikian adanya tujuan tersebut akan dapat
memotivasi seseorang untuk berbuat mencapai kebutuhannya (tujuannya).
3. Adanya Pengetahuan tentang Kemajuan Sendiri
Maksudnya adalah mengetahui hasil-hasil prestasi sendiri, apakah
mengalami kemajuan atau sebaliknya mengalami kemunduran, maka hal ini
akan dapat menjadi pendorong bagi anak agar lebih giat lagi dalam belajarnya.
51
Jadi, dengan adanya pengetahuan tentang kemajuan sendiri, maka motivasi
tersebut akan tumbuh.
2. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena
adanya rangsangan dari luar.43 Sebagai contoh seseorang itu belajar, karena
tahu besok paginya akan ujian dengan harapan mendapatkan nilai baik,
sehingga akan dipuji oleh pacarnya, atau temannya. Jadi yang penting bukan
karena belajar ingin mengetahui sesuatu, tetapi ingin mendapatkan nilai yang
baik, atau agar mendapat hadiah.
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkanoleh faktor-faktor
dari luar situasi seperti angka, kredit, ijazah, tingkatan, hadiah, medali, dan
persaingan. Yang bersifat negatif adalah sindiran tajam, cemoohan, dan
hukuman. Motivasi ekstrinsik ini tetap diperlukan di sekolah, sebab
pengajaran di sekolah tidak semuanya menarik minat peserta didik atau sesuai
dengan kebutuhannya. Lagipula sering kali peserta didik tidak memahami
untuk apa ia belajar hal-hal yang diberikan oleh sekolah. Oleh karena itu,
motivasi terhadap pelajaran itu perlu dibangkitkan oleh guru sehingga peserta
didik akan mau dan ingin belajar.44
Dari definisi diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi
ekstrinsik pada hakekatnya adalah suatu dorongan yang berasal dari seseorang
baik itu berupa hal-hal yang tidak berwujud, misalnya: pemberian hadiah,
pujian dan sebagainya. Hal-hal tersebut dapat mendorong siswa untuk bisa
43 Sardiman AM, op.cit., hlm. 90. 44 Ibid, hlm. 121.
52
lebih giat dalam belajar, jadi berdasarkan motivasi ekstrinsik tersebut anak
belajar seperti bukankah karena ingin mengetahui sesuatu, akan tetapi ingin
hal-hal yang ada dibalik pemberian motivasi tersebut, misalnya: ingin
mendapatkan nilai yang baik atau berupa hadiah yang akan diberikan ketika
tujuannya itu tercapai.
Dari uraian diatas seolah-seolah seorang anak dalam melakukan proses
belajarnya hanya karena untuk mendapatkan hal-hal yang akan diberikan,
tetapi esensinya adalah supaya anak dapat melakukan kegiatan belajarnya
dengan baik dan kontinyu.
Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak diperlukan dan tidak
baik dalam pendidikan. Motivasi ekstrinsik diperlukan agar siswa mau belajar.
Berbagai macam cara bisa dilakukan agar siswa termotivasi untuk belajar.
Guru harus bisa membangkitkan minat siswa dengan memanfaatkan motivasi
ekstrinsik dalam berbagai bentuknya. Kesalahan penggunaan bentuk-bentuk
motivasi ekstrinsik akan merugikan siswa. Akibatnya, motivasi ekstrinsik
bukan berfungsi sebagai pendorong, tetapi menjadikan siswa malas belajar.
Dan juga bukan berarti bahwa motivasi ekstrinsik ini tidak baik dan tidak
penting. Dalam kegiatan belajar mengajar tetap penting. Sebab kemungkinan
besar keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah, dan juga mungkin komponen-
komponen lain dalam proses belajar mengajar ada yang kurang menarik bagi
siswa, sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik. Padahal telah diketahui,
bahwa motivasi memberi semangat kepada seorang siswa dalam aktivitas
belajarnya. Untuk itu seorang guru harus bisa mempergunakan motivasi
53
ekstrinsik ini dengan tepat dan benar dalam rangka menunjang proses interaksi
belajar mengajar.45
c. Bentuk-bentuk Motivasi
Di dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi baik intrinsik
maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan motivasi, pelajar dapat
mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara
ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar.
Dalam kaitannya cara dan jenis menumbuhkan motivasi adalah bermacam-
macam. Tetapi untuk motivasi ekstrinsik kadang-kadang tepat, dan kadang-
kadang juga bisa kurang sesuai. Hal ini guru harus hati-hati dalam
menumbuhkan dan memberi motivasi bagi kegiatan belajar para anak didik.
Sebab mungkin maksudnya memberikan motivasi tetapi justru tidak
menguntungkan perkembangan belajar siswa.
Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam
kegiatan belajar di sekolah.46
1. Memberi Angka
Angka dalam hal ini sebagai simbol dan nilai kegiatan belajarnya. Banyak
siswa belajar, yang utama justru untuk mencapai angka/nilai yang baik.
Sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-nilai pad
raport angkanya baik-baik.
Angka-angka yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi yang
sangat kuat. Tetapi ada juga, bahkan banyak siswa bekerja atau belajar hanya
45 Syaiful Bahri Djamarah, op.cit., hlm. 37 46 Sardiman AM, op.cit., hlm. 92
54
ingin mengejar pokoknya naik kelas saja. Ini menunjukkan motivasi yang
dimilikinya kurang berbobot bila dibandingkan dengan siswa-siswa yang
menginginkan angka baik. Namun demikian semuaitu harus diingat oleh guru
bahwa pencapaian angka-angka seperti itu belum merupakan hasil belajar
yang sejati, hasil belajar yang bermakna. Oleh karena itu, langkah selanjutnya
yang ditempuh oleh guru adalah bagaimana cara memberikan angka-angka
dapat dikaitkan dengan valuei yang terkandung di dalam setiap pengetahuan
yang diajarkan kepada para siswa sehingga tidak sekadar kognitif saja tetapi
juga keterampilan dan afeksinya.
2. Hadiah
Hadiah juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu demikian.
Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi
seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk sesuatu pekerjaan
tersebut. Sebagai contoh hadiah yang diberikan untuk gambar yang terbaik
mungkin tidak akan menarik bagi seseorang siswa yang tidak memiliki bakat
menggambar.
3. Saingan/kompetisi
Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk
mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun
persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Memang
unsur persaingan ini banyak dimanfaatkan di dalam dunia industri atau
perdagangan, tetapi juga sangat baik digunakan untuk meningkatkan kegiatan
belajar siswa.
55
4. Ego-involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas
dan menerimanya sebagi tantangan sehingga bekerja keras dengan
mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang
cukup penting. Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk
mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya. Penyelesaian
tugas dengan baik adalah simbol kebanggaan dan harga diri, begitu juga untuk
siswa si subjek belajar. Para siswa akan belajar dengan keras bisa jadi karena
harga dirinya.
5. Memberi Ulangan
Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan.
Oleh karena itu, memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi. Tetapi
yang harus diingat oleh guru, adalah jangan terlalu sering (misalnya setiap
hari) karena bisa membosankan dan bersifat rutinitas. Dalam hal ini guru
harus juga terbuka, maksudnya kalau akan ulangan harus diberitahukan
kepada siswanya.
6. Mengetahui Hasil
Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan, akan
mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui bahwa grafik
hasil belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar,
dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat.
56
7. Pujian
Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan tugas dengan
baik, perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang
positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Oleh karena itu, supaya
pujian ini merupakan motivasi, pemberiannya harus tepat. Dengan pujian yang
tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah
belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri.
8. Hukuman
Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara
tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Anak yang pernah mendapat
hukuman oleh karena kelalaian tidak mentaati peraturan atau kelalaian
tanggung jawab, maka ia berusaha tidak mendapat hukuman lagi seperti
semula.
Mengenai hukuman, dalam hadits disebutkan, yaitu:
: :
. .
. .
Artinya: Dari Amir bin Sjuaib dari ayahnya dari neneknya Rosulullah
SAW, Bersabda: suruhlah anak-anak kamu bersembahyang
ketika berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka karena
meninggalkan sembahyang jika telah berumur sepuluh tahun, dan
pisahkanlah anak laki-laki dari anak perempuan dalam tempat
tidur mereka. (HR. Abu Daud).47
47 Salim Bahreisy. Terjemah Riadhus Shalihin. PT al-Maarif. Bandung. 1983. hal 288.
57
Dalam hadits diatas dijelaskan bahwa anak-anak yang tidak melakukan
sholat, maka anak tersebut harus diberi hukuman, dalam hal ini hukuman yang
dilaksanakan untuk menyadarkan perbuatan yang telah dilanggar.
Demikian juga halnya dengan belajar, ketika anak tidak melakukan
kewajibannya dalam hal belajar maka untuk menyadarkannya adalah dengan
jalan memperingatkan dan menjatuhkan hukuman bila masih tidak mau
melaksanakna kewajibannya.
Oleh karena itu guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian
hukuman terhadap anak didiknya.
9. Hasrat untuk belajar
Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk
belajar. Hal ini akan lebih baik, bila dibandingkan segala sesuatu kegiatan
yang tanpa maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu
memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya
akan lebih baik.
10. Minat
Di depan sudah diuraikan bahwa soal motivasi sangat erat hubungannya
dengan unsur minat. Motivasi muncul karenaada kebutuhan, begitu juga minat
sehingga tepatlah kalau minat merupakan alat motivasi ayang pokok.
Proses belajar itu akan berjalan lancar kalau disertai dengan minat.
Mengenai minat ini antara lain dapat dibangkitkan dengan cara-cara sebagai
berikut:
a. Membangkitkan adanya suatu kebutuhan.
58
b. Menghubungkan dengan persoalan-persoalan pengalaman yang
lampau
c. Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik.
d. Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.
11. Tujuan yang diakui
Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan
merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami
tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan,
maka akan timbul gairah untu terus belajar.
Di samping bentuk-bentuk motivasi sebagaimana diuraikan di atas, sudah
barang tentu masih banyak bentuk dan cara yang bisa dimanfaatkan. Hanya
yang penting bagi guru adanya bermacam-macam motivasi itu dapat
dikembangkan dan diarahkan untuk dapat melahirkan hasil belajar yang
bermakna. Mungkin pada mulanya, karena ada sesuatu (bentuk motivasi)
siswa itu rajin belajar, tetapi guru harus mampu melanjutkan dari tahap rajin
belajar itu bisa diarahkan menjadi kegiatan belajar yang bermakna, sehingga
hasilnya pun akan bermakna bagi kehidupan si subjek belajar.
d. Fungsi Motivasi
Dalam proses belajar dibutuhkan adanya motivasi, makin tepat motivasi
yang diberikan, maka akan berhasil pula pelajaran tersebut. Jadi motivasi
senantiasa dapat menentukan intensitas belajar bagi siswa.
Begitu juga untuk belajar sangat diperlukan adanya motivasi. Motivation is an
essential condition of learning.
59
Apabila motivasi dapat diberikan atau diterapkan dalam proses belajar
mengajar, maka hasil belajar akan optimal. Makin kuat motivasi yang kita
berikan, maka makin intensif usaha belajar bagi anak didik. Sehubungan
dengan hal tersebut diatas maka motivasi mempunyai fungsi yang sangat
penting dalam belajar.
Menurut Sardiman AM, ada tiga fungsi motivasi dalam belajar yaitu:
a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor
yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor
penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.
Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang
harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang
harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan
perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.48
d. Membantu murid agar mau dan mampu menentukan serta memilih jalan
atau tingkah laku yang mendukung pencapaian tujuan belajar maupun
tujuan hidupnya yang merupakan jangka panjang.49
Motivasi itu berkaitan erat dengan suatu tujuan, suatu cita-cita. Makin
berharga tujuan itu bagi yang bersangkutan, makin kuat pula motivasinya. Jadi
motivasi itu sangat berguna bagi perbuatan seseorang.50
48 Sardiman AM, op.cit., hlm. 85 49 Mulyadi. Pengantar Psikologi Agama. Biro Ilmiah, Fak. Tarbiyah IAIN Sunan Ampel. Malang.
Hal. 25 50 M. Ngalim Purwanto, op.cit., hlm. 81-82.
60
Disamping fungsi motivasi di atas, motivasi dapat berfungsi sebagai
pendorong usaha dalam pencapaian prestasi. Seseorang melakukan usaha
karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan
menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain bahwa dengan adanya usaha
yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi maka seseorang yang
belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi
seseorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi
belajarnya.
C. Pembahasan Tentang Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan
masyarakat. Bagi para pelajar atau mahasiswa kata belajar merupakan kata
yang tidak asing lagi. Bahkan sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari semua kegiatan mereka dalam menuntut ilmu di lembaga pendidikan
formal. Namun, dari semua itu tidak setiap orang mengetahui apa itu belajar.
Sebenarnya dari kata belajar itu ada pengertian yang tersimpan di
dalammnya. Pengertian dari kata belajar belajar itulah yang perlu diketahui
dan dihayati, sehingga tidak melahirkan pemahaman yang keliru mengenai
masalah belajar.
Masalah pengertian belajar ini, para ahli psikologi dan pendidikan
mengemukakan rumusan yang berlainan sesuai dengan bidang keahlian
mereka masing-masing.
61
James O. Whittaker, misalnya, merumuskan belajar sebagai proses di mana
tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.
Howard L. Kingskey mengatakan bahwa learning is the process by which
behavior (in the broader sense) is originated or changed through practice or
training. Belajar adalah proses di mana tingkah laku (dalam arti luas)
ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.
Dari beberapa pendapat para ahli tentang pengertian belajar yang
dikemukakan di atas dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang
dilakukan dengan melibatkan dua unsur, yaitu jiwa dan raga. Gerak raga yang
ditunjukkan harus sejalan dengan proses jiwa untuk mendapatkan perubahan.
Perubahan yang didapatkan itu bukan perubahan fisik, tetapi perubahan jiwa
dengan sebab masuknya kesan-kesan yang baru.
Jadi belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam
interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan
psikomotorik.51
Kemudian pemahaman mengenai makna belajar ini akan mengemukakan
beberapa definisi tentang belajar. Ada beberapa definisi tentang belajar, antara
lain dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Cronbach memberikan definisi: Learning is shown by a change in
behavior as a result of experience.
51 Syaiful Bahri Dramarah, Psikologi Belajar, (Jakarta, PT. Rineka Cipta, 2002), hlm. 12.
62
2. Harold Spears memberikan batasan: Learning is to observe, to read, to
imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction.
3. Geoch, mengatakan: Learning is a change in performance as a result of
practice.52
Dari ketiga definisi di atas, maka dapat diterangkan bahwa belajar itu
senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan
serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan,
meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik, kalau si subjek
belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik.
Top Related