PROSIDING SEMINAR NASIONAL TAHUNAN II ...repository.uinbanten.ac.id/5289/2/Cover - si full...3 Maria...

149
PROSIDING SEMINAR NASIONAL TAHUNAN II PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

Transcript of PROSIDING SEMINAR NASIONAL TAHUNAN II ...repository.uinbanten.ac.id/5289/2/Cover - si full...3 Maria...

  • PROSIDING SEMINAR NASIONAL TAHUNAN IIPENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

    PE

    MB

    ELA

    JAR

    AN

    BA

    CA

    , TU

    LIS

    , HIT

    UN

    G T

    ING

    KA

    T P

    ER

    MU

    LA

    AN

    BA

    GI A

    NA

    K U

    SIA

    DIN

    I

  • PROSIDING SEMINAR NASIONAL TAHUNAN II PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

    UIN SMH Banten, 14 September 2017

    PEMBELAJARAN BACA, TULIS, DAN HITUNG TINGKAT PERMULAAN BAGI ANAK USIA DINI

    Kerja sama:

  • ~ ii ~

    PROSIDING SEMINAR NASIONAL TAHUNAN II PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

    UIN SMH Banten, 14 September 2017

    PEMBELAJARAN BACA, TULIS, DAN HITUNG TINGKAT PERMULAAN BAGI ANAK USIA DINI

    PENANGGUNG JAWAB

    Umayah, S.Psi., M.M.Pd

    PENGARAH Ketua :

    Dr. H. Subhan., M.Ed Anggota :

    1. Dr. Hj. Eneng Muslihah, Ph.D. 2. Dr Nana Jumhana 3. Dr. Apud, M.Pd

    PEER REVIEWER

    1. Dr. Sudjiono (UM Malang) 2. Dra. Difla Nadjih, M.S. (UCY) 3. Dr. Yayu Heryatun (UIN SMH) 4. Imroatun, M.Ag. (UIN SMH)

    PENYUNTING

    Ketua : Dr. Hj. Hunainah, MM (UIN SMH)

    Anggota : 1. Dra. Hj. Siti Ngaisah, M.Ag. (UIN SMH) 2. H. Zaki Ghufron, B. Ed., M.A. (UIN SMH) 3. H. Mansur, M. Pd ((UIN SMH) 4. Rosidah, M.A (UIN SMH) 5. Nuryati, M.Pd (STKIP Situs Banten)

    Cover, Poster Dan Lay Out Khoeroni, M. Si

    Cetakan Pertama, tahun 2018 147 hal, 21 x 29.7 cm PENERBIT: Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini Fakutas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten ISBN : 978-602-51529-4-8

  • ~ iii ~

    KATA PENGANTAR

    Assalamualaikum Wr. Wb.

    Al-hamdu wa asy-syukru Lillah ta’la. Salawat dan Salam juga tersampaikan kepada Rasul-Nya, Muhammad saw. Berkat pedoman-Nya dan bimbingan utusan-Nya, Prosiding Seminar Nasional Tahunan II Pendidikan Islam Anak Usia Dini UIN SMH Banten, dengan tema Pembelajaran Baca, Tulis, Dan Hitung Tingkat Permulaan Bagi Anak Usia Dini berhasil diselesaikan. Keberhasilan itu juga berkat kerja sama aktif berbagai pihak, baik dalam penyelenggaraan seminar nasional tersebut di Kampus PIAUD-FTK-UIN SMH Banten maupun penyusunan prosidingnya.

    Penyelenggaraan seminar nasional dan penyusunan prosiding itu dilandasi

    dengan arti penting pengetahuan membaca, menulis, dan berhitung (calistung) bagi anak

    usia dini (AUD). Ketiganya merupakan tonggak dari proses keberlangsungan belajar

    yang akan berlangsung seumur hidup. Keterampilan calistpung, kemudian menjadi

    kunci sukses dalam pendidikan dan kehidupan yang lebih luas.

    Meki demikian, Kemampuan calistung anak itu tidak akan muncul dengan

    sendirinya. Dibutuhkan cara yang tepat untuk mulai memperkenalkan kegiatan

    pembelajarannya pada anak. Diperlukan stimulasi yang sesuai agar anak mampu

    menerima pelajaran yang diberikan tanpa harus terbebani dengan perasaan tertekan atau

    takut. Dibutuhkan pemahaman bahwa keterampilan-keterampilan tersebut harus

    dikenalkan dan diajarkan dengan cara-cara yang tepat. Oleh karena itu, diperlukan

    upaya terbuka bagi semua pihak khususnya bagi Guru TK/RA, Dosen

    PGPAUD/PIAUD, dan mahasiswa PGPAUD/PIAUD, untuk menelusuri langkah-

    langkah yang tepat untuk memberikan pembelajaran Calistung bagi anak usia dini.

    Terima kasih terucap dengan ketulusan hati atas kontribusi para nara sumber

    demi tersusunnya prosiding pembelajaran calistung ini. Harapan bersama terungkap

    agar prosiding bermanfaat dalam penyegaran kajian dan praktek PAUD secara umum

    terutama dalam mengikuti perkembangan yang demikian pesat. Akhirnya. Permohonan

    maaf juga harus disampaikan apabila ada kesalahan dan kekhilafan yang terjadi secara

    sengaja atau tidak.

    Wassalamualaikum Wr. Wb.

    Hormat Kami

    Tim Penyunting

  • ~ iv ~

    DAFTAR ISI

    HALAMAN DEPAN ---------------------------------------------------------------- ii KATA PENGANTAR -------------------------------------------------------------- iii DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------- v

    1. APLIKASI MONTESSORI DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA, MENULIS DAN BERHITUNG TINGKAT PERMULAAN BAGI AUD Syefriani Darnis -------------------------------------------------------- 1-8

    2. PEMBELAJARAN MEMBACA MELALUI METODE HYPNO-TEACHING PADA AUD

    Imas Mastoah, S. Pd. I., M. Pd. ------------------------------------ 9-18

    3. MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK MELALUI MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR (STUDI LAPANGAN DI KELOMPOK B TK MASYITHAH KAJEN MARGOYOSO PATI)

    Sumiyati dan Wahidah Nurhayati -------------------------------- 19-38

    4. PSIKOLOGI KOGNITIF UNTUK AUD

    Fattah Hidayat S.E., S.Psi., M.Si. ----------------------------------- 39-46

    5. PEMBELAJARAN BACA TULIS AL-QURAN AUD

    Moh. Bisri, M. Si ------------------------------------------------------- 47-60

    6. MENGEMBANGKAN MEMBACA DAN MENULIS PERMULAAN AUD

    Lia Ricka Pratama, M.Pd. dan Dian Eka Priyantoro, M.Pd. 61-74

    7. PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI PENERAPAN MEDIA KANTONG HURUF

    Nuryati, M.Pd ---------------------------------------------------------- 75-86

    8. PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MEMBACA, MENULIS DAN BERHITUNG (CALISTUNG) MELALUI MEDIA FLASH CARD BAGI AUD Uswatun Hasanah, M.Pd.I ------------------------------------------- 87-104

    9. PERMAINAN MATEMATIKA UNTUK PEMBELAJARAN BERHITUNG AUD

    Muhiyatul Huliyah ---------------------------------------------------- 105-118

    10. MEDIA PEMBELAJARAN BAGI PENGEMBANGAN KETRAMPILAN BACA NYARING AUD

    Imroatun ----------------------------------------------------------------- 119-126

    11. PENGAJARAN AUD BERBASIS GENDER

    Enung Nugraha, M.Pd ----------------------------------------------- 127-140

  • APLIKASI MONTESSORI DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA,MENULIS DAN BERHITUNG TINGKAT PERMULAAN BAGI ANAK USIA DINI SYEFRIANI DARNIS Yayasan Indonesia Tanah Pusaka Email: [email protected] Abstract This paper was conducted to produce an effective play model for developing literacy and numeracy in early childhood. Many teachers get locked out of the process of helping their students especially young learners to read , write and count because our education system is not allowed the young children is learned to do those activities at school. This really should not be so. Based on Montessori who was a pioneer in teaching reading, writing and counting for young learners, the preparation for reading and writing begins long before formal school and teachers can do that at school as well as parents at home. The ability to read, write and count is not, in itself, a sufficient ambition. What is of supreme importance is bringing about, in a child, a desire to read , write, and count. In this paper we will find Montessori Activities which are the building literacy and numeracy skills. This activities is presented by using the well designed Montessori apparatus, reviewed and age appropriate for children. Keywords : Literacy and Numeracy, Montessori, Montessori Activities, Montessori Apparatus, Age Appropriate. A. Pendahuluan

    Melahirkan generasi cerdas bukanlah dengan memaksakan kehendak orangtua pada anak. Memberikan kebebasan berpikir dan berkreasi pada anak menjadi awal sebuah perbaikan bagi generasi. Menyediakan alam dan lingkungan hidup yang lebih sehat, akan menjadi media belajar yang baik bagi mereka. Bermain adalah dunia anak. Berikanlah ruang bermain yang layak bagi mereka. Lalu, mengapa masih terjadi penyimpangan dalam pelaksanaannya? Karena saat ini terdapat “ambisi” dari orangtua, yang sangat dipengaruhi oleh lingkungannya, agar menjadikan anak memiliki kemampuan yang diinginkan orangtua. Banyak anak-anak yang berada dalam kendali orangtua, tanpa pernah berani untuk mengungkapkan keinginan dan harapannya. Sementara, negara masih abai untuk memastikan kesejahteraan lembaga pendidikan formal. Salah satu ambisi tersebut adalah mengharuskan anak untuk bisa membaca, menulis dan berhitung pada saat mereka masih berusia dini. Apakah hal ini salah? Berkeinginan agar anak bisa membaca, menulis dan berhitung tidak salah, yang salah adalah cara mengajarkannya. Terkadang orang dewasa menginginkan kemampuan anak

  • Syefriani Darnis

    2 Semnas Pembelajaran Baca Tulis Hitung Tingkat Permulaan Bagi AUD

    tersebut terjadi secara instan dan cepat, akhirnya dipakailah cara – cara pengajaran yang tidak sesuai dengan kondisi perkembangan anak, sehingga timbullah hal yang dinamakan pemaksaan belajar pada anak di usia mereka yang masih dini.

    Menurut Undang – Undang Perlindungan Anak, anak memiliki hak untuk tumbuh dan berkembang, bermain, beristirahat, berkreasi dan belajar dalam suatu proses pendidikan. Sehingga belajar adalah bagian dari hak mereka, bukan kewajiban. Orang tua dan pemerintah wajib menyediakan sarana dan prasarana pendidikan untuk anak dalam rangka program belajar. Belajar merupakan hak anak – anak , maka belajar harus menyenangkan, kondusif dan memungkinkan mereka menjadi termotivasi dan antusias 1 . Pengajar di Taman Kanak-Kanak menggunakan beragam metode dalam mengenalkan dan melakukan pembelajaran membaca, menulis dan berhitung, yaitu dengan metode bermain, demonstrasi, bercerita dan bermain peran, dan yang lainnya, sehingga anak – anak tidak menyadari sedang mengikuti pembelajaran calistung. Bagaimanapun metode mengajar anak usia dini untuk membaca, menulis dan berhitung harus benar-benar diperhatikan. Mengajar bagi anak usia dini harus dilakukan dengan suasana gembira, tidak formal atau serius seperti mengajar anak yang sudah usia SD, karena ini akan menimbulkan kejenuhan atau rasa bosan pada anak. Mengingat konsentrasi pada anak usia dini untuk satu topik bahasan saja masih sangat terbatas. Oleh karena itu, materi pelajaran yang diberikan jangan terlalu banyak dan durasi belajar jangan terlalu lama. Belajar dilakukan dengan pendekatan yang menyenangkan anak, bukan dipaksakan sehingga si anak akan merasa terbebani. Namun, lakukan sambil bermain sehingga aktivitas dominan anak pada usia tersebut, yaitu dunia bermainnya mereka tidak hilang, dan salah satu metode pembelajaran anak usia dini dalam membaca , menulis dan berhitung ini adalah Metode Montessori. B. Membaca, Menulis dan Berhitung Pada Anak Usia Dini 1. Membaca, Menulis Dan Berhitung Dalam Metode Montessori

    Maria Montessori menjadi pelopor dalam pengembangan metode belajar membaca, menulis dan menghitung bagi anak-anak usia dini. Maria Montessori adalah seorang Doktor (Doctor of Medicine)wanita pertama dari Italia,telah mempraktikan pembelajaran multiindrawi pada anak – anak yang memiliki keterbatasan fisik. Lewat kegiatan-kegiatan sederhana yang di ulang setiap hari ,sebagian besar anak-anak mengalami kemajuan pesat .Mereka bahkan bisa membaca dan menulis pada usia yang relatif muda,sekitar 4 dan 5 tahun tanpa harus terbebani. Belajar dari benda-benda yang akrab di sekeliling kita, Montessori membuat alat belajar seperti perlengkapan bermain.Untuk mengajar anak-anak membaca ,Montessori membuat berbagai macam kartu huruf dari papan kayu atau kertas tebal ,setiap huruf di cetak.

    1 Maimunah Hasan, Pendidikan Anak Usia Dini, (Yogyakarta : Diva Press.2010)

  • Aplikasi Montessori Dalam Pembelajaran Membaca, Menulis Dan Berhitung Tingkat Permulaan Bagi AUD

    PIAUD FTK UIN SMH Banten, 14 September 2017 3

    Menurut Montessori pada saat anak – anak mulai memasuki usia 4 tahun, mereka akan belajar membaca dan menulis dengan sangat antusias, karena mereka masih berada di dalam periode kepekaan umum terhadap bahasa. Mereka baru saja menguasai bahasa secara tidak sadar, dan ingin belajar semua hal pada tingkatan yang lebih sadar dan aktifitas membaca dan menulis mengizinkan mereka melakukan hal ini. Pandangan Montessori2 tentang anak dapat difahami melalui konsep-konsepnya. Anak mengkonstruksi sendiri perkembangan jiwanya (Child's Self construction) , Masa-masa sensitif (Sensitive Periods), Jiwa Penyerap (Absorben mind) , Hukum-hukum perkembangan (The natural laws governing the child's psychic growth). Seperti telah diungkapkan di atas bahwa Montessori meyakini bahwa anak secara bawaan telah memiliki suatu pola perkembang psikis. Selain itu, anak juga memiliki motif yang kuat ke arah pembentukan sendiri jiwanya (self construction).

    Dalam teori perkembangan anak, Ada 5 masa perode sensitif menurut Montessori3:

    NO PERIODE SENSITIVE

    PERKEMBANGAN ANAK

    1 Periode sensitive/peka untuk keteraturan (0-3 tahun)

    Masa penyerapan total (absorbent mind) perkenalan dan pengalaman sensoris dan panca indera . Anak mulai belajar keteraturan.

    2 Periode sensitive untuk hal yang details/ memusatkan perhatian pada hal-hal yang kecil (1-2 tahun)

    Anak dapat mendeteksi adanya serangga yang kecil yang tidak diperhatikan oleh orang dewasa. Misalnya, Apabila mereka melihat suatu gambar, mereka akan mengabaikan obyek utama gambar dan akan beralih memperhatikan hal-hal kecil yang ada dilatar belakang obyek utama gambar.

    3 Periode sensitive dalam hal menggunakan tangan /konsisten menggenggam benda-benda yang disentuhnya (18 bulan-3 tahun)

    Anak-anak menyukai aktivitas membuka dan menutup benda-benda (dengan seluruh telapak tangannya). Misalnya, Memasukan benda-benda ke dalam suatu wadah, menuangkannya keluar dan memasukkannya kembali (dengan seluruh telapak tangannya). Selama dua tahun berikutnya atau lebih mereka memperbaiki gerakan dan indera sentuhan mereka.

    4 Periode sensitive untuk movement/ gerakan

    Periode kepekaan yang paling mudah dibaca adalah berjalan. Koordinasi dan

    2 London Montessori Center. Module 1 : Montessori Philoshopi. The Course Text Book 3 Maria Montessori, The Montessori Method. (New York.USA: Schoken Books, 1964)

  • Syefriani Darnis

    4 Semnas Pembelajaran Baca Tulis Hitung Tingkat Permulaan Bagi AUD

    (1,5-4 tahun) perkembangan otot, minat pada benda-benda kecil. Peneguhan gerakan minat pada kebenaran dan realitas menyadari urutan dalam waktu dan ruang seperti Anak-anak didorong oleh implus yang tidak bisa dilawan dalam upaya mereka untuk berjalan, dan mereka berjalan dengan bangga seolah-olah mereka telah menemukan caranya.

    5 Periode sensitive untuk belajar bahasa a. Secara tidak sadar (3

    bln -3 thn). b. Secara sadar (3-6

    tahun)

    Anak-anak menyerap bunyi-bunyi, kata-kata, dan tata bahasa dari lingkungannya. Anak-anak akan memulai dengan mengoceh terlebih dahulu sebelum ia mulai berbicara dengan kata-kata bermakna. Setelah itu anak akan memasuku tahapan “kalimat dua kata,” untuk kemudian menguasai pembuatan kalimat dengan struktur yang lebih kompleks. Dengan tidak kehilangan masa peka-nya, anak mempelajari bentuk- bentuk tata bahasa baru dengan penuh kesadaran. Anak peka terhadap pengaruh orang dewasa. Anak mulai mencorat coret . indra peraba mulai berkembang dan minat membaca mulai tumbuh

    6 Periode sensitive untuk aspek Kehidupan Sosial (3 – 6 tahun)

    Periode kepekaan di tandai dengan anak yang mulai ‘aware’ dengan teman satu grup. Saat mereka menyadari itu mereka mulai belajar kooperatif dengan yang lain.

    Steinberg 4 juga mengemukakan bahwa anak- anak yang mendapatkan

    pelajaran membaca dini umumnya lebih maju di sekolah. Selanjutnya Morrow5 mengatakan, bahwa membaca berhubungan dengan menulis. Dalam menulis, makna dibentuk teks, sementara dalam membaca teks dibentuk melalui menginterpretasikan makna (Morrow, 1993) dalam (Spodek dan Saracho, 1994: 325). Oleh karena itu, ketika anak diajarkan membaca sekaligus dia diajarkan menulis.

    Berdasarkan beberapa penelitian (Goodman, Harse et al., Smith, Taylor, Teale and Sulzby, dalam Raines dan Canad, 1990)6, perkembangan membaca awal merupakan proses interaktif di mana anak adalah peserta aktif.

    4 Danny D Steinberg, Psycholinguistics: Language, Mind and World. (Universitas Michigan: Longman, 1982)

    5 Bernad Spodek & Olivia N. Saracho, Right from the Start.(USA: Boston.Allyn and Bacon,1994)

    6 Nurbiana Dhieni, dkk. , Metode Pengembangan Bahasa, (Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka, 2008)

  • Aplikasi Montessori Dalam Pembelajaran Membaca, Menulis Dan Berhitung Tingkat Permulaan Bagi AUD

    PIAUD FTK UIN SMH Banten, 14 September 2017 5

    Perkembangan membaca anak berlangsung dalam beberapa tahapan sebagai berikut: 1. Tahap Fantasi (Magical Stage). Pada tahap ini anak mulai belajar

    menggunakan buku, melihat dan membalik lembaran buku ataupun membawa buku kesukaannya.

    2. Tahap Pembentukan Konsep diri (Self Concept Stage). Pada tahap ini anak mulai memandang dirinya sebagai “pembaca” dimana terlihat keterlibatan anak dalam kegiatan membaca, berpura-pura membaca buku, memaknai gambar berdasarkan pengalaman yang diperoleh sebelumnya, dan menggunakan bahasa baku yang tidak sesuai dengan tulisan.

    3. Tahap membaca gambar (Bridging Reading Stage). Pada tahap ini pada diri anak mulai tumbuh kesadaran akan tulisan dalam buku dan menemukan kata yang pernah ditemui sebelumnya, dapat mengungkapkan kata-kata yang bermakna dan berhubungan dengan dirinya, sudah mengenal tulisan kata-kata puisi, lagu, dan sudah mengenal abjad.

    4. Tahap pengenalan bacaan (Take Off Reader Stage). Anak mulai menggunakan tiga sistem isyarat (graphoponik, semantik, dan sintaksis). Anak mulai tertarik pada bacaan, dapat mengingat tulisan dalam konteks tertentu, berusaha mengenal tanda-tanda pada lingkungan, serta membaca berbagai tanda seperti pada papan iklan, kotak susu, pasta gigi dan lainnya.

    5. Tahap membaca lancar (independent reader stage). Pada tahap ini anak dapat membaca berbagai jenis buku.

    Adapun dalam metode Montessori sendiri memiliki beberapa perbedaan dari metode membaca pada umumnya, diantaranya: a. Anak tidak serta-merta diberikan alat tulis untuk langsung menulis di buku,

    namun dikenalkan dengan kemampuan pre-writing dan pre-reading terlebih dahulu, seperti permainan I spy, mendengar dan menyanyikan phonic songs, sambung kata, ulang kalimat, mendefinisikan benda, dll.

    b. Pembelajaran dalam membangun kata menggunakan kata-kata yang bermakna, seperti ‘mata’ ‘kaki’ dll, bukan ‘ba-bi-bu’ ‘ta-ti-tu’.

    c. Anak dikenalkan dari hal konkrit ke abstrak. d. Anak dikenalkan dengan phonic sebagai dasar menyusun kata. Misalnya,

    bunyi huruf ‘b’ adalah ‘beh’ sehingga saat anak menyusun sebuah kata ia tidak akan rancu.

    2. Tahapan Kegiatan Membaca dan Menulis dalam Metode Montessori a. Kegiatan prewriting dan prereading melalui aneka permainan , mendengar dan

    menyanyikan phonic songs, ulang kalimat, mendefinisikan benda, dan lain – lain .

    b. Menggunakan material metal inset design (10 bentuk geometris dilengkapi dengan pensil warna) untuk mengembangkan kontrol dan gerakang gerakan tangan anak saat menulis, memberi pengalaman gerakan berlawanan arah

  • Syefriani Darnis

    6 Semnas Pembelajaran Baca Tulis Hitung Tingkat Permulaan Bagi AUD

    jarum jam (hal ini berkaitan dengan banyaknya huruf yang ditulis dengan arah berlawanan jarum jam), membuat garis dan warna, dan lain – lain .

    c. Menggunakan material sandpaper letter . Untuk mengenalkan anak pada (lambang) huruf a-z. Dikenalkan pelan-pelan dan secara bertahap melalui tahap 3 periods lesson. Huruf yang dikenalkan boleh secara acak tetapi sebaiknya di pilih yang model penulisannya sama. Sandpaper ini bermanfaat untuk membangun kesan otot jari-jari tangan terhadap bentuk huruf, mengasosiasikan suara phonic dengan huruf, membangun kesan visual, mengingat bentuk huruf, juga mempelajari arah penulisan huruf.

    d. Menggunakan material Large Moveable Alfabet untuk anak berlatih menyusun sebuah kata dari pengalaman sebelumnya. Setelah anak mengenal seluruh huruf melalui sandpaper letter maka anak dapat menggunakan LMA ini sebagai sarana untuk membangun kata. Dalam membangun sebuah kata, anak diberikan benda-benda konkrit terlebih dahulu baru kemudian melalui kartu gambar.

    e. Pink Box Series : 1) Menggunakan kartu gambar untuk membangun kata. Penggunaan kartu

    baca ini sebagai ‘jembatan’ bagi anak dari hal yang konkrit kepada sesuatu yang abstrak. Sehingga, anak mampu mengetahui bahwa ‘objek’ sapi sama dengan ‘gambar’ sapi dan tulisannya adalah ‘sapi’.

    2) Menggunakan kartu gambar dan tulisan. Jika pada tahap sebelumnya merupakan tahapan membangun kata, maka pada tahap ini anak mencocokkan kata dengan gambar.

    3) Setelah anak mampu membangun kata maka orangtua dapat melanjutkannya dengan membaca frase, lalu kalimat dengan cara yang sama (menggunakan kartu gambar).

    4) Membaca buku sederhana yang kalimatnya pendek-pendek. 3. Tahapan Pembelajaran Matematika

    Pada kurikulum Montessori, Matematika diajarkan secara bertahap: a. Anak belajar konsep penjumlahan secara konkrit. Dengan konsep pengenalan

    angka, anak mengalami bagaimana satu, dua atau sepuluh batang dapat dilihat dan dirasakan.

    b. Anak belajar nama angka satu sampai sepuluh. Angka dari kertas pasir memungkinkan anak melihat dan merasakan bentuk symbol angka 1 sampai 10 selagi guru mengucapkan nama angka yang dipegang anak.

    c. Anak menyempurnakan kemampuan mengenali symbol numeric dan jumlah dengan mengulangi langkah 1 dan 2 dengan alat peraga lain. Misal, anak menggambar bentuk angka di bak pasir atau menggunakan tangga manik-manik pendek untuk menyusun jumlah yang kongkrit. Matematika dijarkan secara bertahap: ulangi langkah 1 dan 2 dengan alat peraga lain. Missal, anak menggambar bentuk angka di bak pasir atau menggunakan tangga manik-manik pendek untuk menyusun jumlah yang kongkrit.

  • Aplikasi Montessori Dalam Pembelajaran Membaca, Menulis Dan Berhitung Tingkat Permulaan Bagi AUD

    PIAUD FTK UIN SMH Banten, 14 September 2017 7

    d. Anak menghubungkan setiap symbol angka dengan jumlah terkait. Dengan kotak kumparan, anak menyatakan beberapa ikatan kumparan dan meletakkan setiap ikatan di kotak terpisah yang dilabeli symbol angka terkait.

    e. Anak mengulangi langkah 1 sampai 4. Kali ini memfokuskan system decimal, menggunakan manik-manik emas. Anak belajar menghitung 1 sampai 1000 berdasarkan pemahaman angka 1 sampai 10. Anak memakai papan sequin untuk mengasosiasikan angka yang besar dengan jumlahnya.

    f. Anak mulai menulis angka .jika belum bisa memegang pensil, anak terus menyempurnakan pemahamannya tentang decimal dengan memin-dahkan potongan kertas symbol angka ke gambar yang jumlahnya sesuai.

    g. Hanya setelah memahami konsep angka, anak mulai belajar penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Anak beralih belajar dari konkrit ke symbol. Papan dan matematika memudahkan anak mengerjakan operasi matematika di otak.

    h. Anak belajar konsep matematika lain seperti pecahan, aljabar, geometri dan satuan ukuran.

    4. Peran Guru Peran guru di sekolah Montessori adalah menyediakan secara seksama

    lingkungan yang bernuansa ilmiah dan memberi anak-anak arahan dan bimbingan dalam lingkungan tersebut. Guru berperan sebagai observer, pengamat yang selalu siap membimbing dan mengarahkan jika diperlukan anak. Guru selalu memantau perkembangan anak dan catatan kemajuannya secara ilmiah sehingga mereka dapat merencanakan aktivitas bagi anak-anak tersebut untuk menyiapkan pertumbuhan selanjutnya, setahap demi setahap. Guru-guru Montessori menghargai anak-anak sebagai individu dan menghormati hak diri mereka, dan mereka tidak menggunakan hukuman atau caci maki ketika mendapati anak yang melakukan kesalahan. Yang paling penting peran guru disitu adalah memberikan keteladanan pada anak. 5. Peran Anak

    Anak-anak adalah pelajar yang aktif. Anak-anak di Sekolah Montessori memilih sendiri aktivitas mereka dan guru memutuskan jika aktivitas yang dipilih itu sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Aktivitas perseorangan didukung karena setiap anak belajar dalam tingkat yang berbeda-beda.

    C. SIMPULAN 1. Pembelajaran membaca, menulis dan berhitung pada anak usia dini

    sebaiknya dilakukan dengan pendekatan yang menyenangkan anak, bukan dipaksakan sehingga si anak akan merasa terbebani. Namun, lakukan sambil bermain sehingga aktivitas dominan anak pada usia tersebut, yaitu dunia bermainnya mereka tidak hilang.

    2. Maria Montessori yang terkenal dengan teori perkembangan “Periode Sensitive” , masa peka digambarkan sebagai suatu situasi dimana potensi

  • Syefriani Darnis

    8 Semnas Pembelajaran Baca Tulis Hitung Tingkat Permulaan Bagi AUD

    seorang anak siap berkembang. Di mana pada saat tersebut seorang anak sudah dalam kondisi “sadar’ untuk menerima pelajaran dan memahami dengan akal sehatnya. Potensi ini akan mati atau tidak berkembang dengan optimal apabila tidak di berikan kesempatan untuk berkembang sebagaimana mestinya. Termasuk didalamnya periode sensitive untuk membaca, menulis dan berhitung.

    3. Montessori berpendapat bahwa alat indera adalah pintu gerbang anak. Untuk mengoptimalkan perkembangan alat indera tersebut maka diperlukan media pembelajaran dalam mengaktualisasi potensi yang muncul pada anak. Seperti contohnya untuk mengenalkan pelajaran membaca dan menulis, Montessori tidak langsung mengajarkan anak dengan membaca dan menulis tetapi di mulai dengan tahap pre writing dan pre reading yang didalam pembelajarannya dilakukan dengan memakai media-media yang tepat dan sesuai dengan perkembangan anak serta tidak hanya mengajarkan anak untuk tahu saja (knowing) tetapi memahami dengan baik (recognizing). Begitupun dalam pembelajaran berhitung. Anak di ajarkan konsep abstrak lewat media pembelajaran yang di desain sesuai usia dan perkembangan anak sehingga konsep yang tidak terlihat sulit bagi anak menjadi lebih menyenangkan dan mudah dipahami oleh anak.

    DAFTAR PUSTAKA Britton, Lesley. (1992). Montessori Play & Learn. Crown Publishers, Inc.New

    York. USA Dhieni,Nurbiana,dkk. (2008). Metode Pengembangan Bahasa. Universitas

    Terbuka. Jakarta Hasan, Maimunah.(2010).Pendidikan Anak Usia Dini, Diva Press. Yogyakarta Lawrence Lynne. (1998). Montessori Read & Write . Ebury Press. London. London Montessori Center. Module 1 : Montessori Philoshopi : The Course Text

    Book Montessori, Maria. (1964). The Montessori Method. Schoken Books.New

    York.USA Steinberg, Danny D. (1982). Psycholinguistics : Language, Mind and World.

    Longman Spodek, Bernard & Saracho,Olivia N.(1994). Right from the Start.Boston.Allyn

    and Bacon.USA

  • PEMBELAJARAN MEMBACA MELALUI METODE HYPNOTEACHING PADA ANAK USIA DINI IMAS MASTOAH, S. Pd.I, M. Pd. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten Email: [email protected]

    Abstract: Chilhood education is a coaching effort aimed at children from birth up to the age of six. This is the begaining for the next step for every children in the future. Golden age are 0-6 years. Ther are Four stages in the language is the stage listening, speaking, reading, and writing (Listening, Speaking, reading, and Writing). Hypno-teaching is a learning method that presents the subject matter by using the languages of the subconscious because the subconscious is greater dominance over the workings of the brain. There are six rules for reading learning based on Hypnoteaching method Intention and self-motivation, Pacing, leading, using positive word, giving apraise, and modeling. Keywords: Chilhood, Reading, Hypnoteaching A. Pendahuluan

    PAUD merupakan upaya pembinaan yang ditujukan pada anak sejak lahir sampai dengan usia delapan tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Tujuan dari PAUD adalah agar anak memperoleh rangsangan-rangsangan intelektual, sosial, dan emosional sesuai dengan tingkat usianya. Dewasa ini banyak anak-anak yang mengikuti pendidikan di Taman Kanak-Kanak (TK). Pada hari per-tama masuk sekolah anak-anak selalu menanyakan pada diri sendiri apa yang dapat diperbuat di sekolah, pelajaran apa yang diinginkan dan sebagainya. Demikian juga bagi guru, apa yang diajarkan kepada anak-anak di bawah usia 5 tahun tersebut. Namun setelah usiannya lebih dari 6 tahun anak-anak dapat mengembangkan diri sebab kemampuannya meningkat, mereka dapat berpikir secara konseptual memecahkan masalah, mengingat, dan mempergunakan bahasa dengan baik.

    Di samping kemampuan untuk berbahasa, manusia juga mempunyai kemampuan lain yang spesifik, mulai dari membaca, manusia dapat menuangkan apa yang ada dalam pikirannya pada secarik kertas dan kemudian disimpan untuk sehari, sebulan, setahun bahkan lebih dari itu. Bahan dalam bentuk tulisan ini mengerti oleh siapa pun membacanya selama mereka memakai bahasa yang sama. Meskipun untuk tujuan yang berbeda apa yang di katakan oleh Carnie berikut sangat mengena:....there is some set neurons in my head firing madly away that

  • Imas Mastoah, S. Pd. I., M. Pd.

    10 Semnas Pembelajaran Baca Tulis Hitung Tingkat Permulaan Bagi AUD

    allows me to sit here and produce this set of neurons in your head firing away that allows you to translate these squiggles into coherent ideas and thoughts1

    Tidak ada makhluk lain di dunia ini yang dapat berkomunikasi dengan simbol-simbol seperti ini, namun berbeda dengan kemampuan berujar, kemampuan membaca bukanlah sesuatu yang kodrati. Orang tidak harus dapat membaca untuk dapat mempertahankan hidupnya. Banyak sekali di dunia ini orang yang tidak adapt membaca dan menulis. Ada 20.3 % dari seluruh penduduk dunia ini yang pada tahun 2010 masih buta huruf (UNESCO). Membaca merupakan suatu keterampilan yang harus diajarkan oleh orang tua atau dewasa dan di pelajari oleh anak. Persoalan membaca, menulis, dan berhitung atau calistung memang merupakan fenomena tersendiri. Kini menjadi semakin hangat dibicarakan para orang tua yang memiliki anak usia TK dan sekolah dasar karena mereka khawatir anak-anaknya tidak mampu mengikuti pelajaran di sekolahnya nanti jika sedari awal belum dibekali keterampilan membaca dan menulis.

    Kekhawatiran orang tua pun makin mencuat ketika anak-anaknya belum bisa membaca menjelang masuk sekolah dasar. Hal itu membuat para orang tua akhirnya sedikit memaksa anaknya untuk belajar membaca, menulis dan berhitung, khususnya membaca. Terlebih lagi, istilah-istilah “tidak lulus”, “tidak naik kelas”, kini semakin menakutkan karena akan berpengaruh pada biaya sekolah yang bertambah kalau akhirnya harus mengulang kelas.

    Selama ini TK didefinisikan sebagai tempat untuk mempersiapkan anak-anak memasuki masa sekolah yang dimulai di jenjang sekolah dasar. Kegiatan yang dilakukan di TK pun hanyalah bermain dengan mempergunakan alat-alat bermain edukatif. Pelajaran membaca, menulis, dan berhitung tidak diperkenankan di tingkat TK, kecuali hanya pengenalan huruf-huruf dan angka-angka, itu pun dilakukan setelah anak-anak memasuki TK B. Akan tetapi, pada perkembangan terakhir hal itu menimbulkan sedikit masalah, karena ternyata pelajaran di kelas satu sekolah dasar sulit diikuti jika asumsinya anak-anak lulusan TK belum mendapat pelajaran calistung. Karena tuntutan itulah, akhirnya banyak TK yang secara mandiri mengupayakan pelajaran membaca bagi murid-muridnya. Berbagai metode mengajar dipraktikkan, dengan harapan bisa membantu anak-anak untuk menguasai keterampilan membaca dan menulis sebelum masuk sekolah dasar. Beberapa anak mungkin berhasil menguasai keterampilan tersebut, namun banyak pula di antaranya yang masih mengalami kesulitan. B. Pembahasan 1. Pengertian PAUD

    Pengertian Pendidikan anak usia dini (PAUD) sebagaimana yang termaktub dalam undang-undang Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa PAUD adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Batasan lain mengenai usia dini pada anak berdasarkan psikologi perkembangan yaitu antara usia 0-8 tahun.2

    1 Soenjono Dardjowidjojo, Psikolongusitik. (Jakarta: Atma Jaya, 2003) 2 Undang- undang Sisdiknas tahun 2003. No 14.

  • Pembelajaran Membaca Melalui Metode Hypno-Teaching Pada AUD

    PIAUD FTK UIN SMH Banten, 14 September 2017 11

    Di samping istilah PAUD yaitu upaya yang dilakukan oleh masyarakat dan atau pemerintah untuk membantu anak usia dini dalam mengembangkan potensinya secara holistic, baik aspek pendidikan, gizi, maupun kesehatan. Menurut kurniasih mengatakan usia dini adalah “golden age” di mana karakter anak akan dibentuk. Setelah usia anak bertambah dewasa, semakin bertambah kompleks faktor-faktor yang membentuk kepribadian anak. Banyak sifat anak akan terbentuk oleh teman dan lingkungan di mana saja ia berada. Karena itu sangat penting untuk membentuk karakter anak sejak dini. Hanya orang tua yang bisa melakukannya.3

    Dewasa ini, berbagai jenis metode dalam pengajaran semakin dikembangkan. Kemajuan metode-metode belajar ini membuat proses pembelajaran menjadi semakin efisien dan hasil yang diharapkan dapat tercapai. Metode-metode itu dapat berupa perubahan pada instrumental maupun pada environmental input. Pada instrumental input yaitu dengan merubah faktor-faktor yang mempengaruhi peserta didik baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti kurikulum, media pengajaran, alat evaluasi hasil belajar, fasilitas/sarana dan prasarana, pendidik, dan sejenisnya. Sedangkan pada environmental input terdapat pada sosial budaya masyarakat, aspirasi pendidikan orang tua peserta didik, kondisi fisik sekolah, kafetaria sekolah, dan sejenisnya.

    Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri peserta didik. Oleh karena pembelajaran merupakan upaya sistematis dan sistemik untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan proses belajar maka kegiatan pembelajaran berkaitan erat dengan jenis hakikat, dan jenis belajar serta hasil belajar tersebut. Pembelajaran harus menghasilkan belajar. Tapi tidak semua proses belajar terjadi karena pembelajaran. Proses belajar terjadi juga dalam konteks interaksi sosial-kultural dalam lingkungan masarakat.4

    Pembelajaran dalam konteks pendidikan formal, yakni pendidikan di sekolah. Sebagian besar terjadi di kelas dan lingkungan sekolah. Sebagian kecil pembelajaran terjadi juga di lingkungan masyarakat. Misalnya. Pada saat kegiatan ko-kurikuler (kegiatan di luar kelas dalam rangka tugas suatu mata pelajaran) ektra kulikuler (kegiatan di luar mata pelajaran, di luar kelas), dan eksternal (kegiatan dalam rangka proyek belajar atau kegiatan di luar kurikulum yang diselenggarakan di luar kampus sekolah, seperti kegiatan perkemahan sekolah).

    Dengan demikian maka proses belajar bisa terjadi di kelas, dalam lingkungan sekolah, dan dalam kehidupan masarakat. Termasuk dalam bentuk interaksi sosial-kultural melalui media masa dan jaringan. Dalam kontek pendidikan non formal, justru sebaliknya proses pembelajaran sebagian besar terjadi dalam lingkunganmasarakat, termasuk dunia kerja, media massa dan jaringan internet. Hanya sebagian kecil saja pembelajaran terjadi di kelas dan

    3 Kurniasih, Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: Edukasia, 2009), 23 4 Udin.S, Teori Belajar Dan Pembelajaran, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), 18

  • Imas Mastoah, S. Pd. I., M. Pd.

    12 Semnas Pembelajaran Baca Tulis Hitung Tingkat Permulaan Bagi AUD

    lingkungan pendidikan non formal seperti pusat kursus. Yang lebih luas adalah belajar dan pembelajaran dalam konteks pendidikan terbuka dan jarak jauh. Yang karena karakteristik peserta didiknya dan paradigma pembelajarannya, proses belajar dan pembelajaran bisa terjadi dimana saja, dan kapan saja tidak dibatasi oleh karak, ruang, dan waktu.

    Istilah pembelajaran merupakan istilah baru yang digunakan untuk menunjukan kegiatan guru dan siswa. Sebelumnya, kita menggunakan istilah “proses belajar-mengajar” istilah pembelajaran merupakan terjemahan dari kata “instruction” menurut Gagne, Briggs, dan wager (1992) pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar siswa.

    Dalam instrumental input, peran seorang pendidik dalam keberhasilan suatu proses pembelajaran sangatlah besar. Tiap-tap pendidik mempunyai cara yang berbeda-beda dalam memberikan pengajaran. Perbedaan cara pengajaran ini membuat perbedaan kondisi kelas dan tentu saja hasil yang berbeda.

    Pembelajaran di Indonesia selama ini banyak menggunakan metode pembelajaran konvensional dalam proses mengajar. Yaitu metode pembelajaran dengan cara ceramah dimana peran pendidik aktif dan peserta didik cenderung pasif. Beberapa pakar mengatakan metode tersebut tidak layak dipakai lagi, sekarang sudah ada metode yang di anggap lebih bagus. Metode yang dimaksud yaitu metode pembelajaran hypnoteaching. Metode pembelajaran hypnoteaching adalah metode pembelajaran yang penyampaian materinya menggunakan bahasa-bahasa bawah sadar yang mampu memunculkan ketertarikan tersendiri pada setiap peserta didik. 2. Membaca

    Empat tahap dalam berbahasa yang sampai saat ini masih dianggap benar adalah tahap mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis (Listening, Speaking, reading, dan Writing). Dua tahap yang pertama berkaitan dengan bahasa lisan. Dalam membaca ada dua tahap utama yang disebutkan dalam buku psikolinguistk yaitu: tahap pemula, dan tahap lanjut.5 Tahap pemula adalah tahap yang mengubah manusia dari tidak dapat membaca menjadi dapat membaca. 3. Metode Program Membaca a. Pembiasaan kata (word familiarization)

    Tujuan dari metode ini adalah untuk memperkenalkan anak-anak pada bentuk tulisan dan membuat mereka sadar bahwa bentuk kata yang berbeda memiliki bentuk benda yang berbeda pula.

    Untuk tujuan pengajaran bisa dilakukan dengan menempelkan kata-kata pada benda bersangkutan yang berada dalam ruang dimana anak-anak tinggal, seperti menempelkan kata kursi, meja, lemari, dinding dan lainnya pada benda yang dimaksud. Ada 3 metode dalam tahap ini yang

    5 Dardjowidjojo, Soenjono, Psikolinguistik, Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), 300

  • Pembelajaran Membaca Melalui Metode Hypno-Teaching Pada AUD

    PIAUD FTK UIN SMH Banten, 14 September 2017 13

    bisa diterapkan, yaitu: menunjuk benda dalam ruangan, menempelkan kartu kata, menjodohkan kata dalam ruangan.6

    Metode Menunjuk benda dalam ruangan bisa dilakukan dengan cara anak diminta menunjukkan kata dan benda yang diucapkan, dimana sebelumnya benda-benda yang ada didalam ruangan telah dituliskan nama-namanya. Metode menempelkan kartu kata dilakukan dengan cara meminta anak untuk menempelkan kartu kata yang sesuai dengan benda yang ada dalam ruangan. Sedangkan metode menjodohkan kata dalam ruangan dilakukan dengan cara meminta anak untuk mencocokkan kartu kata dengan kart yang lainnya yang memiliki kesamaan. Dengan metode ini anak akan belajar bahwa setiap benda yang berbeda memiliki bentuk kata yang berbeda b. Word Identification

    Pada metode ini anak-anak belajar bahwa masing-masing kata memiliki asosiasi dengan benda-benda yang berbeda, tahap ini tidak sama dengan tahap sebelumnya karena dalam tahap ini anak diharapkan ketika melihat tulisan `apel` bisa menunjukkan benda/gambar atau mengucapkan kata `apel`.

    Metode yang bisa diterapkan dalam tahap ini adalah dengan cara menghilangkan kata pada benda lalu meminta anak-anak untuk menempelkan kata dan benda tersebut. Dalam tahap ini juga mulai diajarkan kata sifat seperti senang, sedih, marah. Kata kerja seperti makan, minum, tidur, lari. Kata abstrak namun familiar dan bermakna seperti kata anak baik, ibu sayang dan lainnya. c. Phrase and Sentence Identification

    Tahap ini hampir mirip seperti pada tahap sebelumnya, identifikasi kata. Kecuali pada keluasan linguistic yang hendak dicapai, tujuan dari tahap ini adalah agar anak-anak bisa membaca dasar linguistik paling awal yaitu membaca kalimat. Dalam pegajaran frasa dan kalimat ini mulai dikenalkan dengan kata depan, kata imbuhan dan kata sambung seperti seekor kucing mengejar bola di lapangan. Ini akan bermanfaat salah satunya agar tidak perlu mengajarkan pelajaran tentang kata depan, imbuhan dan lainnya dengan waktu yang berbeda. d. Hypnoteaching

    Metode pembelajaran lain yang kini tengah dikembangkan adalah metode belajar hypnoteaching. Hypnoteaching adalah metode pembelajaran yang menyajikan materi pelajaran dengan menggunakan bahasa-bahasa bawah sadar karena alam bawah sadar lebih besar dominasinya terhadap cara kerja otak. Hypnoteaching merupakan gabungan dari lima metode belajar mengajar seperti

    6 Henri Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu keterampilan Berbahasa,

    (Bandung:Angkasa, 2), 7

  • Imas Mastoah, S. Pd. I., M. Pd.

    14 Semnas Pembelajaran Baca Tulis Hitung Tingkat Permulaan Bagi AUD

    quantum learning, accelerate learning, power teaching, Neuro-Linguistic Programming (NLP) dan hypnosis.7

    Kelebihan dari pembelajaran hypnoteaching Proses belajar mengajar yang lebih dinamis dan ada interaksi yang baik antara pendidik dan peserta didik. Peserta didik dapat berkembang sesuai dengan bakat dan minatnya. Proses pemberian ketrampilan banyak diberikan disini. Proses pembelajarannya lebih beragam. Peserta didik dapat dengan mudah menguasai materi, karna termotivasi lebih untuk belajar. Pembelajaran bersifat aktif. Pemantauan terhadap peserta didik lebih intensif. Peserta didik lebih dapat berimajinasi dan berfikir kreatif. Peserta didik akan melakukan pembelajaran dengan senang hati. Daya serapnya lebih cepat dan lebih bertahan lama, karena peserta didik tidak menghafal. Perhatian peserta didik akan tersedot penuh terhadap materi

    Kekurangan dari pembelajaran hypnoteaching. Metode ini belum banyak digunakan oleh para pendidik di Indonesia. Banyaknya peserta didik yang ada disebuah kelas, menyebabkan kurangnya waktu dari pendidik untuk memberi perhatian satu per satu peserta didiknya. Perlu pembelajaran agar pendidik bisa melakukan Hypnoteaching. Tidak semua pendidik menguasai metode ini. Kurangnya sarana dan prasarana yang ada disekolah.

    Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk melakukan hypnoteaching adalah 1. Niat dan motivasi dalam diri.

    Kesuksesan seseorang tergantung pada niat seseorang untuk bersusah payah dan kerja keras dalam mencapai kesuksesan tersebut. Niat yang besar akan memunculkan motivasi serta komitmen yang tinggi pada bidang yang di tekuni. 2. Pacing.

    Langkah kedua ini adalah langkah yang sangat penting. Pacing berarti menyamakan posisi, gerak tubuh, bahasa, serta gelombang otak dengan orang lain atau peserta didik. Prinsip dasar di sini adalah “manusia cenderung, atau lebih suka berkumpul/berinteraksi dengan sejenisnya / memiliki banyak kesamaan”. Secara alami dan naluriah, setiap orang pasti akan merasa nyaman dan senang untuk berkumpul dengan orang lain yang memiliki kesamaan dengannya sehingga akan merasa nyaman berada di dalamnya. Dengan kenyamanan yang bersumber dari kesamaan gelombang otak ini, maka setiap pesan yang disampaikan dari orang satu pada orang-orang yang lain akan dapat diterima dan dipahami dengan sangat baik. 3. Leading

    Leading berarti memimpin atau mengarahkan setelah proses pacing kita lakukan. Setelah melakukan pacing, maka peserta didik akan merasa nyaman dengan kita. Pada saat itulah hampir setiap apapun yang kita ucapkan atau tugaskan pada peserta didik, maka peserta didik akan melakukannya dengan suka

    7 Hana Perttiwi, Hypnoteaching untuk Paud dan TK , (Jogjakarta: DIVA Press, 2014)

  • Pembelajaran Membaca Melalui Metode Hypno-Teaching Pada AUD

    PIAUD FTK UIN SMH Banten, 14 September 2017 15

    rela dan bahagia. Sesulit apapun materinya, maka pikiran bawah sadar peserta didik akan menangkap materi pelajaran kita adalah hal yang mudah, maka sesulit apapun soal ujian yang diujikan, akan ikut menjadi mudah, dan peserta didik akan dapat meraih prestasi belajar yang gemilang. 4. Gunakan kata positif.

    Langkah berikutnya adalah langkah pendukung dalam melakukan pacing dan leading. Penggunaan kata positif ini sesuai dengan cara kerja pikiran bawah sadar yang tidak mau menerima kata negatif. Kata-kata yang diberikan oleh pendidik entah langsung maupun tidak langsung sangat mempengaruhi kondisi psikis peserta didik. Kata-kata yang positif dari pendidik dapat membuat peserta didik merasa lebih percaya diri dalam menerima materi yang diberikan. Kata-kata tersebut dapat berupa ajakan dan himbauan. Jadi apabila ada hal-hal yang tidak boleh dilakukan oleh peserta didik, hendaknya menggunakan kata ganti yang positif untuk mengganti kata-kata negatif tadi. Sebagai contoh apabila akan menenangkan kelas yang ramai, biasanya kata perintah yang keluar adalah “jangan ramai”. Kata-kata “jangan ramai” ini dalam pengaplikasian hypnoteaching hendaknya diganti dengan “mohon tenang”, dan sebagainya. 5. Berikan pujian.

    Salah satu hal yang penting dalam pembelajaran adalah adanya ‘reward and punisment’. Pujian merupakan reward peningkatan harga diri seseorang. Pujian merupakan salah satu cara untuk membentuk konsep diri seseorang. Maka berikanlah pujian dengan tulus pada peserta didik. Dengan pujian, seseorang akan terdorong untuk melakukan yang lebih dari sebelumnya. 6. Modeling

    Modeling adalah proses memberi tauladan atau contoh melalui ucapan dan perilaku yang konsisten. Hal ini sangat perlu dan menjadi salah satu kunci hypnoteaching. Setelah peserta didik menjadi nyaman dengan kita. Maka perlu pula kepercayaan (trust) peserta didik pada kita dimantapkan dengan perilaku kita yang konsisten dengan ucapan dan ajaran kita. Sehingga kita selalu menjadi figur yang dipercaya.8

    C. Simpulan

    PAUD adalah suatu proses yang berkesinambungan antara belajar dan perkembangan. Perkembangan merupakan perubahan mental yang berlangsung secra bertahap dan dalam waktu tertentu, dari kemempuan yang sederhana menjadi kemempuan yang lebih sulit, misalnya kecerdasan sikap, tingkah laku dan sebagainya. Ketika mengajar siswa di sekolah PAUD dan TK menjadi masalah utama bagi seorang pendidik dengan menggunakan hypnoteaching hadir memberi warna baru dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Hypnoteaching secara bahasa adalah sebuah metode pembelajaran dengan menggunakan tehnik-

    8 Hana Perttiwi, Hypnoteaching untuk PAUD dan TK , (Jogjakarta: DIVA Press, 2014). 41

  • Imas Mastoah, S. Pd. I., M. Pd.

    16 Semnas Pembelajaran Baca Tulis Hitung Tingkat Permulaan Bagi AUD

    tehnik yang berlaku dalam hypnotist. Ini artinya guru yang mempraktekan hypnoteaching sama seperti pelaku hypnotist yang menghipnotis subjek dengan tujuan-tujuan yang mengarah pada pencapaian tujuan belajar. Untuk mendukung serta memaksimalkan sebuah pembelajaran hypnoteaching, hendaknya pendidik dapat melakukan hal-hal dengan Kuasai materi secara komprehensif. Libatkan peserta didik secara aktif. Upayakan untuk melakukan interaksi informal dengan peserta didik. Beri peserta didik kewenangan dan tanggung jawab atas belajarnya. Meyakini bahwa cara manusia belajar adalah berbeda satu sama lain. Yakinkan peserta didik bahwa mereka mampu. Beri kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan sesuatu secara kolaboratif atau kooperatif. Upayakan materi yang disampaikan kontekstual. Berikan umpan balik secara langsung dan bersifat deskriptif.

    Daftar Pustaka Al-Azizy, Sucizty. Ragam Latihan Khusus Asah Ketajaman Otak Kanan Plus

    Melejitkan Daya Ingatnya. Jogjakarta: Diva Press, 2010. Akhadiah Sabarti Dkk. Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka, 1995. Amodt, Sandra dan Wang, Sam. Welcome to Your Child’s Brain. Jakarta: PT

    Gramedia, 2013. Biddulph, Steve. The Secret of Happy Children (Membesarkan Anak Agar

    Bahagia Melalui Komunikasi Yang Harmonis). Jakarta: PT Gramedia, 2004.

    Dardjowidjojo Soenjono. Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003.

    Husain, Muhammad. Mengasuh anak fase menyusu & usia prasekolah (Marhalah Ar-Radha’ah & Thiflun maa Qobla Al-Madrasah), Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2009.

    Kurniasih Imas. PAUD. Jakarta: Edukasia, 2009. Leonhardt, Mary. 99 Cara Menjadikan Anak Anda “Keranjingan”Membaca.

    Kaifa: Bandung. Olivia Femi. Berfikir Cepat Tool For study Skill. Jakarta: PT. Elex Media

    Komputindo, 2013. Pitamic, Maja. Teach Me To Do It My Self. Pustaka Pelajar: Yogyakarta, 2013. Pertiwi Hana. Hypnoteaching Untuk PAUD Dan TK. Jogjakarta: Diva Press,

    2014. Rusman. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru.

    Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013. Suyadi. Teori Pembelajaran Anak Usia Dini dalam Kajian Neurosains, Bandung:

    PT Remaja Rosdakarya: 2013. Sumantri, Mulyani. 2014. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas

    Terbuka

  • Pembelajaran Membaca Melalui Metode Hypno-Teaching Pada AUD

    PIAUD FTK UIN SMH Banten, 14 September 2017 17

    Tarigan, Henry Guntur. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa, 2008.

    Winataputra Udin S, dkk. Teori Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka, 2008.

    Sirkuit Otak, Generasi Cerdas: Jakarta. Artikata.com, di unduh Senin, 7 Desember 2015. http://www.artikata.com/arti.php?kata_id=340765&

  • MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK MELALUI MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR (Studi Lapangan di Kelompok B TK Masyithah Kajen Margoyoso Pati) SUMIYATI DAN WAHIDAH NURHAYATI Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) Institut Pesantren Mathali’ul Falah (IPMAFA) Pati Email: [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca anak melalui media kartu kata bergambar pada anak Kelompok B2 TK Masyithah Kajen Margoyoso Pati Tahun Pelajaran 2015/2016. Hal ini di latar belakangi oleh rendahnya kemampuan anak dalam membaca. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metodologi Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian yakni 15 anak Kelompok B2 yang terdiri dari tujuh anak laki-laki dan delapan anak perempuan. Objek penelitian yakni kemampuan membaca permulaan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Instrumen penelitian yang digunakan berupa instrumen lembar observasi, indikator yang diteliti yakni indikator menyebutkan huruf, indikator membedakan huruf vokal dan konsonan, indikator menebak nama benda yang mempunyai huruf awal yang sama, dan indikator membaca nama benda. Teknik analisis data dilakukan melalui deskriptif kuantitatif. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah jika persentase masing-masing indikator kemampuan membaca permulaan pada anak telah mencapai ≥80% dengan kriteria baik. Hasil penelitian menunjukan bahwa media kartu kata bergambar dapat meningkatkan kemampuan membaca. Pada tahap pra siklus hasil kemampuan membaca anak baru mencapai presentase 20% dengan rata-rata 5%, pada pelaksanaan siklus I hasil kemampuan membaca anak meningkat mencapai presentase 53.33% dengan rata-rata 13.33%, dan pada pelaksanaan siklus II hasil kemampuan membaca anak bertambah lagi mencapai presentase 23.33%. Peningkatan dari pra siklus ke siklus I sebesar 33.33%, dan peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 40%. Langkah-langkah penggunaan media kartu kata bergambar yang dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan sebagai berikut: 1) guru mengenalkan satu per satu lambang bunyi dan tulisan huruf yang membentuk kata; 2) mengenalkan kata atau kata benda yang memiliki huruf awal yang sama; 3) membaca kata yang terdapat pada gambar; dan 4) anak-anak dibimbing untuk menjodohkan kartu kata dengan gambar yang sesuai, kemudian menyebutkan lambang bunyi huruf, menyebutkan huruf awal yang sama, dan membaca nama benda. Kata Kunci : Kemampuan Membaca, Media Kartu Kata Bergambar

  • Sumiyati dan Wahidah Nurhayati

    20 PIAUD FTK UIN SMH Banten, 14 September 2017

    Pendahuluan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) menjadi pendidikan yang semakin

    mendapatkan perhatian baik oleh pemerintah maupun masyarakat. PAUD merupakan pendidikan yang sangat mendasar, yang mampu merubah masa depan suatu bangsa. Dewasa ini, semakin banyak negara yang menaruh perhatian yang sangat besar terhadap penyelenggaraan pendidikan anak usia dini. Usia dini sering di sebut dengan masa keemasan (golden ages) di mana masa yang paling penting untuk mengembangkan seluruh aspek perkembangan yang dimiliki oleh anak.

    Aspek perkembangan anak mencakup perkembangan nilai agama moral, perkembangan berbahasa, perkembangan fisik motorik, perkembangan sosial emosional kemandirian, perkembangan kognitif, dan perkembangan seni. Oleh karena itu, orang tua dan lingkungan di mana anak tersebut tinggal akan sangat mempengaruhi perkembangan anak. Sehingga awal masa kanak-kanak merupakan masa di mana anak perlu mendapatkan stimulasi untuk membentuk dasar atau pondasi bagi pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya, sehingga pendidikan yang diperlukan anak tidak hanya cukup diperoleh anak melalui sekolah saja, akan tetapi pendidikan dalam keluarga juga sangat mempunyai peran yang cukup penting dan signifikan bagi perkembangan anak.

    Seorang anak akan mengalami pertumbuhan yang sangat pesat pada usia awal kelahirannya yaitu saat anak berusia 0-6 tahun yang sering disebut dengan golden age atau usia emas. Pada usia ini, semangat belajar dan rasa ingin tahu anak sangat besar. Bahkan sebagian ahli berpendapat bahwa rasa ingin tahu anak melebihi atau setara dengan seorang ilmuan yang sedang serius dalam penelitian. Dalam kaitan ini, hiperaktifitas anak sangat mungkin diakibatkan oleh kehausannya akan pengetahuan. Hasil belajar di masa anak-anak memiliki daya tahan yang lebih lama (al-ta’allum fish shighari kan naqsyi ‘alal hajari) dan sangat memengaruhi kemampuannya dalam proses belajar pada fase-fase perkembangan selanjutnya, memberikan rangsangan (stimulasi) yang beragam daripada masukan yang banyak.

    Pendidikan anak usia dini berlangsung di mana saja dan kapan saja, seperti interaksi yang terjadi dalam keluarga, teman sebaya, dan dari hubungan dengan orang-orang yang memiliki hubungan kedekatan dengan anak. Pendidikan tidak terlepas dari proses belajar, namun proses belajar yang bersifat bermakna, sehingga anak terlibat secara aktif dalam pengamatan, pemahaman hingga mencapai tahap penghayatan pada sesuatu yang dipelajarinya.

    Proses pembelajaran pada anak usia dini perlu dilaksanakan dengan cara-cara yang menyenangkan bagi anak-anak. Dalam halnya belajar membaca, sebenarnya anak prasekolah belum saatnya mendapatkan pembelajaran baca tulis, akan tetapi pembelajaran tersebut diterapkan hanya untuk sekedar mengenalkan baca tulis kepada anak melalui kegiatan yang menyenangkan seperti kegiatan bermain. Hal ini boleh dilakukan oleh guru atau pendidik, dan orang tua di rumah.

  • Meningkatkan Kemampuan Membaca Anak Melalui Media Kartu Kata Bergambar (Studi Lapangan di Kelompok B TK Masyithah Kajen Margoyoso Pati)

    Semnas Pembelajaran Baca Tulis Hitung Tingkat Permulaan Bagi AUD 21

    Karena melalui kegiatan yang menyenangkanlah anak-anak dapat belajar dengan suasana yang nyaman, tanpa ada unsur paksaan sedikit pun.

    Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pendidik belum meng-gunakan media pembelajaran atau alat peraga yang menarik dalam pembelajaran membaca. Mereka masih menggunakan media papan tulis. Karena proses pembe-lajaran pada sekolah tersebut masih menerapkan pembelajaran klasikal maka para pendidik masih menggunakan media papan tulis karena mereka beranggapan bahwa media papan tulis lebih mudah, praktis, efisien, dan tanpa memerlukan persiapan yang memakan waktu sangat lama. Hal ini membuat anak sulit memahami konsep yang dipelajari sehingga siswa merasa cepat bosan dan tingkat semangat anak untuk belajar membaca sangat kurang. Pendidik juga menjelaskan bahwa dari pembelajaran minat membaca anak di TK Masyithah Kajen masih sangat rendah, hal ini terbukti bahwa dari 15 siswa hanya tiga anak yang mampu membaca dengan baik.1

    Kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan tujuannya dapat tercapai apabila adanya dukungan berupa media pembelajaran. Media yang akan digunakan peneliti yakni dengan menggunakan media kartu kata bergambar. Dengan adanya kartu kata bergambar ini memudahkan anak untuk mampu membaca dengan cara bermain dan menebak huruf atau gambar yang ada pada kartu tersebut, sehingga membuat anak senang dan termotivasi untuk membaca, dapat menjadikan anak konsentrasi pada suatu pembahasan, berani mengembangkan kreasinya, merangsang anak untuk berfikir secara imajinatif serta menambah perbendaharaan kata barunya. Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka muncul rumusan masalah yaitu: 1. Bagaimana kemampuan membaca anak sebelum diterapkan media kartu kata

    bergambar di kelompok B2 TK Masyithah Kajen Tahun Pelajaran 2015/2016?

    2. Bagaimana penerapan media kartu kata bergambar dalam pembelajaran membaca di kelompok B2 TK Masyithah Kajen Tahun Pelajaran 2015/2016?

    3. Apakah ada peningkatan kemampuan baca anak melalui penggunaan media kartu kata bergambar di kelompok B2 TK Masyithah Kajen Tahun Pelajaran 2015/2016?

    Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Untuk mengetahui kemampuan membaca anak sebelum diterakan media kartu kata bergambar di kelompok B2 TK Masyithah Kajen Tahun Pelajaran 2015/2016.

    1 Wawancara dengan pendidik TK Masyithah Kajen, tanggal: Sabtu, 02 Januari 2016,

    09.45 WIB.

  • Sumiyati dan Wahidah Nurhayati

    22 PIAUD FTK UIN SMH Banten, 14 September 2017

    2. Untuk mengetahui penerapan media kartu kata bergambar pada anak agar semangat belajar membaca terus meningkat.

    3. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan baca pada anak melalui media kartu kata bergambar di kelompok B2 TK Masyithah Kajen Tahun Pelajaran 2015/2016.

    Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini dapat memberi manfaat:

    1. Manfaat Teoritis Dapat memberikan kejelasan teoritis dan pemahaman tentang kemampuan membaca anak melalui media kartu kata bergambar. 2. Secara Praktis

    a. Manfaat bagi siswa - Dapat meningkatkan kemampuan membaca peserta didik. - Dapat menambah perbendaharaan kata. b. Manfaat bagi guru - Dapat memberikan masukan yang positif dalam pembelajaran membaca

    pada anak kelompok B2 TK Masyithah Kajen. - Sebagai dasar bagi guru dalam meningkatkan keterampilan dan kreatifitas

    dalam pelaksanaan pembelajaran membaca. - Memperoleh wawasan dalam memilih dan menggunakan bahan

    pembelajaran yang tepat dalam menyampaikan materi bahasa, khususnya membaca.

    c. Manfaat bagi sekolah - Dapat meningkatkan kualitas belajar mengajar anak sehingga tercipta

    pembelajaran yang aktif, efektif, kreatif, dan menyenangkan. - Dapat menemukan cara dalam mengembangkan kemampuan membaca

    yaitu dengan permainan kartu kata bergambar.

    Landasan Teori Pengertian Membaca

    Keaksaraan dini merupakan suatu proses bertahap. Perkembangan keaksaraan anak mulai setelah kelahiran hingga seorang anak dapat membaca dan menulis secara bertahap. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis. Membaca merupakan suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Dengan kata lain, membaca adalah memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung di dalam bahan tulis.2

    2 Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008),109.

  • Meningkatkan Kemampuan Membaca Anak Melalui Media Kartu Kata Bergambar (Studi Lapangan di Kelompok B TK Masyithah Kajen Margoyoso Pati)

    Semnas Pembelajaran Baca Tulis Hitung Tingkat Permulaan Bagi AUD 23

    Membaca merupakan suatu keterampilan yang harus diajarkan oleh orang tua atau orang dewasa dan dipelajari oleh anak.3 Membaca adalah kemampuan yang bisa dipelajari anak sejak usia dini. Kemampuan membaca seorang anak, apabila dipupuk sejak usia dini akan bermanfaat bagi kecerdasannya. Anak yang gemar membaca terbukti lebih cerdas dan mempunyai berbagai macam pengetahuan saat ia menjadi dewasa.4 Kebiasaan orangtua untuk membaca, dapat berpengaruh terhadap minat baca anak. orangtua yang gemar membaca akan melahirkan anak-anak yang punya kegemaran untuk membaca juga, karena anak akan meniru perilaku orangtua yang dilihatnya.

    Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa membaca adalah suatu keterampilan yang harus diajarkan oleh orang tua atau orang dewasa maupun pendidik kepada anak-anak dengan cara-cara yang menyenangkan. Pengertian Media

    Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti “tengah, perantara atau pengantar”. Dalam Bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Gerlach & Ely (َوَسائِل)mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun konsidi yang membuat anak mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.5Dapat disimpulkan bahwa media merupakan alat peraga yang diciptakan untuk menyampaikan pembelajaran dengan tujuan agar anak dapat lebih mudah dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran.

    Ada beberapa jenis media pengajaran yang biasa digunakan dalan proses belajar mengajar: a. Media Grafis, seperti gambar/foto, grafik, bagan atau diagram, poster, kartun,

    komik dan lain-lain. b. Media Tiga Dimensi, yaitu dalam bentuk model seperti model padat (solid

    model), model penampang, model susun, model kerja, mock up, diorama dan lain-lain.

    c. Media Proyeksi seperti slide, film strips, film, penggunaan OHP dan lain-lain. d. Media Penggunaan Lingkungan sebagai media pengajaran.

    Penggunaan beberapa media di atas tidak dilihat atau dinilai dari segi kecanggihan medianya, tetapi yang lebih penting adalan fungsi dan peranannya dalam membantu mempertinggi proses pengajaran.6 Kartu Kata Bergambar

    3 Soenjono Dardjowidjojo, Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia, cet.II, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), 291. 4 Maimunah Hasan, PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), (Yogyakarta: Diva Press, 2007), 318. 5 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), 3

    6 Nana Sudjana & Ahmad Rivai, Media Pengajaran (Penggunaan dan Pembuatannya), (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009),3

  • Sumiyati dan Wahidah Nurhayati

    24 PIAUD FTK UIN SMH Banten, 14 September 2017

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kartu yaitu kertas tebal berbentuk persegi panjang. 7 Sedangkan kata yaitu unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan, persatuan dan pikiran yang digunakan dalam berbahasa.8 Dan gambar yaitu tiruan barang (orang, binatang, tumbuhan, dan sebagainya) yang dibuat dengan coretan pensil dan sebagainya pada kertas dan sebagainya.9

    Pengertian lain tentang gambar/foto yaitu media yang paling umum dipakai. 10 Maksudnya gambar merupakan media yang umum, yang dapat dimengerti dan dinikmati di mana-mana. Oleh karena itu, pepatah Cina mengatakan bahwa sebuah gambar berbicara lebih banyak daripada seribu kata.

    Jadi dapat di tarik kesimpulkan bahwa kartu kata gambar adalah suatu media yang berisikan kata-kata dan gambar yang dapat dilihat sebagaimana benda aslinya dan mempunya nilai lebih dari seribu kata-kata. Kartu kata bergambar ini dapat dijadikan salah satu media pembelajaran membaca dan anak dapat memainkan kartu kata tersebut. Pada saat bermain kartu kata bergambar siswa akan akan macam-macam kartu yang berbeda fonim, kata dan gambar.

    Beberapa kelebihan gambar antara lain: a. Gambar bersifat konkrit, gambar lebih realistis menunjukkan pokok masalah

    dibandingkan dengan media verbal semata, b. Gambar dapat mengatasi batas ruang dan waktu. c. Gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan. d. Gambar dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja. e. Harganya murah, mudah didapatkan dan digunakan tanpa memerlukan

    peralatan khusus.11 Metode Penelitian Jenis Penelitian

    Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan metode diskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di Kelompok B2 TK Masyithah Kajen Margoyoso Pati. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus dengan observasi awal yaitu pra siklus. Setiap siklus terdiri dari 3 (tiga) kali pertemuan. Rincian kegiatan penelitian terdiri dari empat tahapan. Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut: perancanaan, tindakan, pengamatan, refleksi. Subjek dan Objek Penelitian

    Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah anak TK Masyithah Kajen kelompok B2 yang berjumlah 15 anak. Kelompok B2 ini terdiri dari tujuh anak

    7 Kamus Besar Bahasa Indonesia...,628 8 Ibid., hlm.633. 9 Ibid., hlm.409. 10 Arief S. Sadiman, Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan

    Pemanfaatannya, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm.29. 11 Arief S. Sadiman, Media Pendidikan Pengertian, ... hlm.29.

  • Meningkatkan Kemampuan Membaca Anak Melalui Media Kartu Kata Bergambar (Studi Lapangan di Kelompok B TK Masyithah Kajen Margoyoso Pati)

    Semnas Pembelajaran Baca Tulis Hitung Tingkat Permulaan Bagi AUD 25

    laki-laki dan delapan anak perempuan. Objek penelitian dalam tindakan ini yaitu peneliti ingin menerapkan media kartu kata bergambar sebagai proses pembelajaran membaca anak kelompok B2 TK Masyithah Kajen. Data dan Sumber Data Penelitian

    Data penelitian yang dikumpulkan berupa informasi tentang kemampuan anak kelompok B2 TK Masyithah Kajen, di dalam kaitannya dengan pembelajaran membaca. Masing-masing data diperoleh melalui teknik berikut:

    a. Informan atau narasumber, yaitu anak dan guru. b. Tempat dan peristiwa berlangsungnya aktifitas pembelajaran di ruang kelas

    kelompok B2 TK Masyithah Kajen tahun pembelajaran 2015/2016. c. Dokumen atau arsip, antara lain berupa kurikulum (termasuk RKM dan

    RKH), hasil karya anak, wawancara, dan buku penilaian tentang kemampuan anak dalam membaca.

    Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

    penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah medapatkan data.12 Teknik yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data dalam meningkatkan minat membaca anak melalui media kartu kata bergambar kelompok B2 TK Masyithah Kajen tahun pelajaran 2015/2016 meliputi observasi, wawancara, dan dokumentasi yang masing-masing secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Observasi.

    Observasi sebagai teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Kegitan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. 13 Observasi ini peneliti gunakan untuk memperoleh data tentang peningkatan minat membaca melalui media kartu kata bergambar dengan mudah dan dapat diamati peneliti secara langsung yaitu siswa kelompok B2 TK Masyithah Kajen sebagai subjek penelitian. Pengumpulan data berupa observasi dilakukan pada saat penelitian berlangsung, dalam setiap siklus direncanakan tiga kali pertemuan. Indikator yang ingin dicapai dalam pembelajaran membaca ini adalah sebagai berikut: menyebut huruf, membedakan huruf kosonan dan vokal, menebak benda yang mempunyai huruf awal yang sama, dan membaca nama gambar. 2. Wawancara

    Wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan hal-hal yang dipandang perlu dan memiliki reverensi dengan permasalahan

    12 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan

    R&D), (Bandung: Alfabeta, 2013), cet I, hlm.308. 13 Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hlm.143.

  • Sumiyati dan Wahidah Nurhayati

    26 PIAUD FTK UIN SMH Banten, 14 September 2017

    penelitian tindakan kelas. 14 Metode ini peneliti gunakan untuk memperoleh informasi tentang peningkatan minat membaca melalui media kartu kata bergambar pada siswa kelompok B2 TK Masyithah Kajen sebagai subjek penelitian. 3. Dokumentasi.

    Dokumentasi yaitu usaha mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.15 Dokumentasi ini dilakukan untuk mendapatkan data tentang foto kegiatan anak dan guru pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung dan jumlah anak kelompok B2 TK Masyithah Kajen. Validitas Data.

    Suatu informasi yang akan dijadikan data peneliti perlu diperiksa validitasnya sehingga data tersebut dapat dipertanggung jawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik simpulan. Teknik yang digunakan untuk memeriksa validitas data menggunakan triangulasi.

    Triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagan teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Maksudnya apabila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data sekalingus menguji data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data.16 Teknik Analisis Data

    Analisis data merupakan tahapan yang paling penting dalam penyelesaian suatu kegiatan penelitian ilmiah.17 Untuk menganalisis data yang telah diperoleh melalui observasi dan dokumentasi yang dilakukan secara langsung pada proses pembelajaran membaca di kelompok B2 TK Masyithah Kajen maka peneliti menganalisis data yang telah diperoleh untuk memastikan bahwa dengan menerapkan media kartu kata bergambar dapat meningkatkan kemampuan membaca anak.

    Tujuan utama dari analisi data yaitu untuk meringkaskan data dalam bentuk yang mudah dipahami dan mudah ditafsirkan, sehingga hubungan problem penelitian dapat dipelajari dan diuji.18 Metode analisis data dalam penelitian ini adalah analisis data deskriptif kuantitatif dangan menganalisis data kemampuan membaca anak melalui media kartu kata bergambar kepada anak didik dengan menggunakan rumus dari Ngalim Purwanto yaitu sebagai berikut:

    𝑁𝑃 =𝑅𝑆𝑀 × 100

    Keterangan:

    14 Ibid., hlm.157. 15 Burhan Elfanany, Penelitian Tindakan Kelas, (Yogyakarta: Araska, 2013), hlm.91. 16 Kunandar, Langkah Mudah Penelitian…, hlm.330. 17 Kasiram, Metode Penelitian Refleksi Pengembangan Pemahaman dan Penguasaan

    Metodologi Penelitian, (Malang: UIN Maliki Press, 2008), hlm.119. 18 Ibid., hlm.120.

  • Meningkatkan Kemampuan Membaca Anak Melalui Media Kartu Kata Bergambar (Studi Lapangan di Kelompok B TK Masyithah Kajen Margoyoso Pati)

    Semnas Pembelajaran Baca Tulis Hitung Tingkat Permulaan Bagi AUD 27

    NP : Nilai persen yang dicari atau diharapkan, R : Skor mentah yang diperoleh siswa, SM : Skor maksikal ideal dari tes yang bersangkutan, 100 : Bilangan tetap.19

    Dari hasil analisis dan perhitungan yang telah diperoleh kemudian dikonsultasikan dengan tabel kriteria keberhasilan yang dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu: baik, cukup, dan kurang.20 Hasil observasi dari guru dan siswa dapat dianalisis menggunakan deskriptif kuantitatif yaitu membandingkan antara pra siklus dengan siklus I dan siklus II terjadi Peningkatan kemampuan membaca anak melalui media kartu kata bergambar. Indikator Kinerja

    Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah meningkatnya kemampuan membaca permulaan anak Kelompok B2 di TK Masyithah Kajen. Indikator kemampuan membaca permulaan yang dimaksud berupa menyebutkan huruf, membedakan huruf kosonan dan vokal, menebak benda yang mempunyai fonem yang sama dan membaca nama gambar.

    Penelitian ini dikatakan berhasil apabila anak yang mengalami peningkatan kemampuan membaca permulaan menggunakan media kartu kata bergambar sebesar ≥80% atau dengan kriteria baik. Kriteria kurang untuk tiap indikator yakni apabila anak mendapat skor 1. Sedangkan kriteria baik untuk rekapitulasi dari seluruh indikator kemampuan membaca permulaan anak apabila memperoleh skor 3.

    Hasil Penelitan dan Pembahasan Gambaran Umum TK Masyithah Kajen

    TK Masyithah Kajen yang menyelenggarakan adalah Organisasi Muslimat NU Ranting Desa Kajen yang terletak di Desa Kajen Margoyoso Pati yang didirikan pada tahun 1967, Taman Kanak-kanak ini berdiri di atas tanah Wakaf seluas ± 750 m². Pada saat itu jumlah siswa sangat sedikit dan diasuh oleh 1 pendidik dan semua segi pendanaan secara swadana oleh Anggota Muslimat Ranting Kajen.

    Sarana dan prasarana yang ada pada saat itu sangat minim, sedangkan guru dituntut bekerja keras untuk mencapai sempurna dan maju. Pada masa itu, TK Masyithah Kajen merupakan satu-satunya pendidikan formal yang ada di Desa Kajen Margoyoso Pati. Pada awalnya masyarakat masih beranggapan bahwa TK adalah sekolah yang tidak penting dan belum perlu bagi anak-anak, menyekolahkan anak di TK hanya buang-buang dana dan waktu saja.

    19 Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT.

    Remaja Rosdakarya, 2012), hlm.102-103. 20 Wardani, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2003),

    hlm.64.

  • Sumiyati dan Wahidah Nurhayati

    28 PIAUD FTK UIN SMH Banten, 14 September 2017

    Seiring berjalannya waktu, jumlah guru pun bertambah, begitu pula dengan muridnya. Pada tahun 2006, TK Masyithah Kajen telah melaksanakan akreditasi dengan nilai kategori A. Seiring dengan berlakunya Permendiknas No. 58 Tahun 2009 tentang standar PAUD, TK Masyithah Kajen mulai mengadakan beberapa pengembangan mulai dari peningkatan mutu pendidikan, dan permainan di dalam ruangan. Dalam rangka memenuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dalam rangka memenuhi akuntabilitas publik, maka TK Masyithah Kajen Mulai berusaha untuk menyusun rencana program dan kegiatan selama satu tahun pembelajaran.

    Visi TK Masyithah Kajen yaitu: Terwujudnya anak didik yang sehat, cerdas, jujur, dan berbudi pekerti luhur, memiliki kesiapan baik fisik maupun mental dalam memasuki jenjang pendidikan dan kehidupan selanjutnya. Sedangkan misi TK Masyithah Kajen yaitu: Membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat; Mengembangkan potensi yang dimiliki anak; Mengembangkan kemampuan dasar yang meliputi pengembangan bahasa; kognitif, fisik motorik, dan seni secara sistematis dan terarah sesuai prinsip pembelajaran anak usia dini; Meningkatkan penghayatan dan pengamalan ajaran agama sebagai sumber berfikir dan bertindak serta meningkatkan aktifitas keagamaan siswa melalui pengembangan nilai-nilai Agama dan moral; Penanaman nilai dan karakter budaya bangasa, nasionalisme, kewirausahaan dan pemanfaatan budaya lokal sebagai sumber belajar; dan Mengembangkan kemampuan sosial emosional dan kecenderungan hidup dan pemanfaatan budaya lokal sebagai sumber belajar.

    Tujuan TK Masyithah Kajen yaitu: Mendidik generasi menjadi berkembang kecerdasannya, berperilaku jujur dan berakhlak mulia; Membentuk dan membangun generasi yang sehat lahir batin serta mencintai ilmu; Menciptakan generasi yang mengenal konsep diri, mandiri dan percaya diri; dan Mengembangkan generasi yang terampil, kreatif, inovatif, dan berkarakter budaya bangsa.21 Hasil Penelitian Pra Siklus

    Sebelum adanya penelitian, peneliti mengadakan pengamatan/observasi berupa pra siklus dan mengumpulkan data dari kondisi awal kemampuan membaca anak kelompok B2 TK Masyithah Kajen tahun pelajaran 2015/2016.

    Pelaksanaan pengamatan pra siklus dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 02 Januari 2016, dengan tema yang saat itu sedang berjalan adalah tema rekreasi. Ada beberapa temuan yang dapat menjadi catatan dalam penelitian ini yaitu guru masih menggunakan motode ceramah dalam menyampaikan materi. Media pembelajaran yang digunakan pada waktu kegiatan membaca juga kurang memadai, guru masih menggunakan media papan tulis untuk mengenalkan anak membaca, guru juga menempel gambar poster huruf sebagai media pembelajaran

    21 Dokumen Profil TK Masyithah Kajen Margoyoso Pati, Dikutip Tanggal 30 Januari 2016.

  • Meningkatkan Kemampuan Membaca Anak Melalui Media Kartu Kata Bergambar (Studi Lapangan di Kelompok B TK Masyithah Kajen Margoyoso Pati)

    Semnas Pembelajaran Baca Tulis Hitung Tingkat Permulaan Bagi AUD 29

    membaca. Media yang masih terbatas menyebabkan semangat belajar anak didik berkurang. Anak-anak kurang merespon materi yang diberikan oleh guru, sehingga tingkat kemampuan membaca anak cenderung masih rendah.

    Dari hasil temuan tersebut, peneliti juga melakukan kerjasama dengan kolaborator. Di sini, kolaborator juga melakukan pengamatan. Pengamatan yang dilakukan oleh kolaborator meliputi dua hal yaitu: aktifitas guru dalam proses pembelajaran dan kemampuan membaca anak. Hasil pengamatan dari kolaborator dapat dideskripsikan sebagai berikut: Aktifitas Guru dan Siswa

    Pada waktu awal pembelajaran atau pra siklus belum terjadi proses pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan oleh peneliti. Terbukti setelah selesai pembelajaran, guru pembimbing memberi penilaian yang kurang memuaskan. Hal itu disebabkan beberapa faktor diantaranya sebagai berikut: a) Kurangnya penguasaan meteri menyebabkan siswa pasif dalam belajar

    membaca; b) Minimnya media pembelajaran yang digunakan pada waktu kegiatan

    membaca; c) Siswa kurang termotivasi dalam pembelajaran. Hal itu disebabkan oleh

    penyampaian materi oleh guru yang kurang menarik. Nilai Aktifitas Guru dan Siswa pada Pra Siklus

    No. Aktifitas Nilai yang Diperoleh Persentase Aktifitas

    1. Guru 16 53.33% 2. Siswa 9 20%

    Dari keterangan tabel di atas menunjukkan aktifitas guru mendapatkan nilai

    16 atau sebesar 53.33% dan aktifitas siswa mendapatkan nilai 9 atau sebesar 20%. Deskripsi Siklus I

    Siklus I dilaksanakan 3 kali pertemuan yaitu pada hari Sabtu tanggal 16 Januari 2016, Senin tanggal 18 Januari 2016, dan Selasa tanggal 19 Januari 2016. Dalam siklus I peneliti mengaplikasikan penggunaan beberapa media kartu kata bergambar seperti tempat rekreasi (air terjun, kolam renang, pantai, gunung), kendaraan yang dipakai saat rekreasi (mobil, bus, motor), dan perlengkapan yang di bawa saat rekreasi (tikar, tas, pelampung, topi, baju, handuk, jaket, kacamata, layang-layang, bola, kamera, payung). Kegiatan inti diisi dengan pembelajaran yang sesuai tema. Selanjutnya, kegiatan akhir guru merefleksikan apa saja yang telah dipelajari selama jam pembelajaran. Adapun uraian proses pembelajaran pada siklus I meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi yang diuraikan sebagai berikut: a. Perencanaan

    Rencana tindakan ini meliputi kegiatan: 1) Menyusun Rencana Kegiatan Harian

  • Sumiyati dan Wahidah Nurhayati

    30 PIAUD FTK UIN SMH Banten, 14 September 2017

    Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang disusun adalah tema Rekreasi untuk lingkup perkembangan bahasa dengan kegiatan menyebut huruf, membedakan huruf kosonan dan vokal, menebak benda yang mempunyai fonem yang sama, dan membaca nama gambar. RKH yang disusun terbagi menjadi 3 bagian yaitu, Kegiatan Awal, Kegiatan Inti, dan Kegiatan Akhir. 2) Mempersiapkan peralatan yang akan digunakan untuk membuat karya. 3) Mempersiapkan instrumen pengamatan yang terdiri dari Lembar Pengamatan

    Guru dalam Pembelajaran dan Lembar Pengamatan Siswa dalam Pembelajaran.

    4) Membentuk dan mempersiapkan tim. Tim peneliti yang peneliti persiapkan dan bentuk terdiri dari rekan sejawat. Rekan sejawat ini yang akan membantu peneliti dalam mengamati aktifitas guru dan siswa, membantu melaksanakan penilaian, serta sebagai teman yang memberikan masukan dalam kegiatan refleksi di akhir pembelajaran.

    b. Tindakan Adapun tindakan perbaikan pembelajaran yang peneliti lakukan adalah

    melalui langkah-langkah sebagai berikut: 1) Guru menyiapkan kelas; 2) Guru mengabsen anak; 3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran; 4) Siswa memperhatikan penjelasan sngkat tentang pelajaran hari ini; 5) Guru melakukan kegiatan tanya jawab; 6) Guru mengajak siswa untuk belajar membaca dengan media kartu kata

    bergambar; 7) Siswa memperhatikan cara menggunakan media kartu kata bergambar dalam

    proses pembelajaran membaca; 8) Guru mempersilahkan anak untuk menggunakan media kartu kata bergambar; 9) Guru menganalisa hasil evaluasi; dan 10) Guru mengakhiri pelajaran dengan memberi pesan agar semangat belajar anak

    didik bertambah. Pada siklus I peneliti melakukan penelitian selama 3 (tiga) kali pertemuan.

    Dalam pelaksanaan tindakan ini, peneliti berperan sebagai guru dan dua guru kelas berperan sebagai observer. Karena pembelajaran bahasa di TK Masyithah Kajen dilaksanakan pada akhir kegiatan maka peneliti menyesuaikan pelaksanaan pembelajaran. c. Pengamatan

    Hasil pengamatan siklus I dilakukan selama tiga kali pertemuan meliputi aktifitas guru dan siswa dalam pembelajaran dan kemampuan membaca siswa. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut: 1) Aktifitas Guru dan Siswa

    Berdasarkan hasil rekapitulasi perskoran pada aktifitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran tiap pertemuan terdapat peningkatan. Hal ini

  • Meningkatkan Kemampuan Membaca Anak Melalui Media Kartu Kata Bergambar (Studi Lapangan di Kelompok B TK Masyithah Kajen Margoyoso Pati)

    Semnas Pembelajaran Baca Tulis Hitung Tingkat Permulaan Bagi AUD 31

    dikarenakan anak mulai terbiasa malakukan kegiatan membaca dengan menggunakan media kartu kata bergambar.

    Rekapitulasi Hasil Pengamatan aktifitas Guru dan Siswa Siklus I

    Aktifitas Pertemuan Ke Penjumlahan Hasil Keterangan

    Guru I 17:30x100 56.67% Kurang II 23:30x100 76.67% Cukup III 26:30x100 86.67% Baik

    Hasil Akhir Cukup

    Siswa I 5:15x100 33.33% Kurang II 7:15x100 46.67% Kurang III 8:15x100 53.33% Kurang

    Hasil Akhir Kurang Keterangan: Interval 1 = Kurang 80-100 = Baik 2 = Cukup 64-79 = Cukup 3 = Baik

  • Sumiyati dan Wahidah Nurhayati

    32 PIAUD FTK UIN SMH Banten, 14 September 2017

    3) sudah ada peningkatan jika dibandingkan sebelum tindakan, akan tetapi hasil tersebut belum maksimal dan memuaskan, itu berarti bahwa peneliti perlu memperbaiki proses pembelajaran.

    Dari hasil analisis tersebut, peneliti membuat perencanaan untuk tindakan pada siklus berikutnya yaitu siklus II. Deskripsi Siklus II

    Siklus II dilaksanakan 3 kali pertemuan yaitu pada hari Minggu tanggal 24 Januari 2016, Senin tanggal 25 Januari 2016, dan Selasa tanggal 26 Januari 2016. Dalam siklus II peneliti mengaplikasikan penggunaan beberapa media kartu kata bergambar seperti tempat rekreasi (air terjun, kolam renang, pantai, gunung), kendaraan yang dipakai saat rekreasi (mobil, bus, motor), dan perlengkapan yang di bawa saat rekreasi (tikar, tas, pelampung, topi, baju, handuk, jaket, kacamata, layang-layang, bola, kamera, payung). Kegiatan inti diisi dengan pembelajaran yang sesuai tema. Selanjutnya, kegiatan akhir guru merefleksikan apa saja yang telah dipelajari selama jam pembelajaran. Adapun uraian proses pembelajaran pada siklus II meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi yang diuraikan sebagai berikut : a. Perencanaan

    Rencana tindakan ini meliputi kegiatan: 1) Menyusun Rencana Kegiatan Harian

    Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang disusun adalah tema Rekreasi untuk lingkup perkembangan bahasa dengan kegiatan menebalkan huruf vokal. RKH yang disusun terbagi menjadi 3 bagian yaitu, Kegiatan Awal, Kegiatan Inti, dan Kegiatan Akhir.

    2) Mempersiapkan peralatan yang akan digunakan untuk membuat karya. 3) Mempersiapkan instrumen pengamatan yang terdiri dari Lembar Pengamatan

    Guru dalam Pembelajaran dan Lembar Pengamatan Siswa dalam Pembelajaran.

    4) Membentuk dan mempersiapkan tim Tim peneliti yang peneliti persiapkan dan bentuk terdiri dari rekan

    sejawat. Rekan sejawat ini yang akan membantu peneliti dalam mengamati aktifitas guru dan siswa, membantu melaksanakan penilaian, serta sebagai teman yang memberikan masukan dalam kegiatan refleksi di akhir pembelajaran.

    b. Tindakan Pelaksanaan tindakan pada siklus II dengan penggunaan beberapa

    media kartu kata bergambar. Pada siklus II peneliti melakukan penelitian selama 3 (tiga) kali pertemuan. Dalam pelaksanaan tindakan ini, peneliti berperan sebagai guru dan dua rekan sejawat berperan sebagai observer. Pembelajaran yang dilakukan lebih menekankan pada tingkatan membaca anak. Karena pembelajaran bahasa di TK Masyithah Kajen dilaksanakan pada akhir kegiatan maka peneliti menyesuaikan pelaksanaan pembelajaran.

  • Meningkatkan Kemampuan Membaca Anak Melalui Media Kartu Kata Bergambar (Studi Lapangan di Kelompok B TK Masyithah Kajen Margoyoso Pati)

    Semnas Pembelajaran Baca Tulis Hitung Tingkat Permulaan Bagi AUD 33

    c. Pengamatan Hasil pengamatan siklus II dilakukan selama tiga kali pertemuan meliputi

    aktifitas guru dan siswa dalam pembelajaran dan kemampuan membaca siswa. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut: 1) Aktifitas Guru dalam Proses Pembelajaran

    Berdasarkan hasil rekapitulasi perskoran pada aktifitas guru dalam proses pembelajaran tiap pertemuan terdapat peningkatan. Hal ini dikarenakan anak mulai terbiasa malakukan kegiatan membaca dengan menggunakan media kartu kata bergambar.

    Rekapitulasi Hasil Pengamatan aktifitas Guru dan Siswa

    Siklus I Aktifitas Pertemuan Ke Penjumlahan Hasil Keterangan

    Guru I 27:30x100 90% Baik II 27:30x100 90% Baik III 29:30x100 96.67% Baik

    Hasil Akhir Baik

    Siswa I 10:15x100 66.67% Cukup II 12:15x100 80% Baik III 14:15x100 93.33% Baik

    Hasil Akhir Baik Keterangan: Interval 1 = Kurang 80-100 = Baik 2 = Cukup 64-79 = Cukup 3 = Baik

  • Sumiyati dan Wahidah Nurhayati

    34 PIAUD FTK UIN SMH Banten, 14 September 2017

    angka prestasi anak. Prestasi anak pada pembelajaran membaca meningkat dengan baik dari siklus I yang berjumlah 63.33% dan pada siklus II meningkat menjadi 90.00%. Ini dapat dilihat dari anak yang sudah mampu membaca tanpa dibantu oleh guru sama sekali. Sehingga penelitian ini peneliti anggap berhasil meningkatkan kreativitas anak.

    Pembahasan Hasil Penelitian

    Setelah peneliti melaksanakan 2 (dua) kali siklus pembelajaran maka terkumpul data-data penelitian, baik dari pelaksanaan proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru maupun proses belajar membaca anak. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan pada kemampuan membaca anak. Setelah dilaksanakan Siklus II, keberhasilan yang direncanakan peneliti dapat tercapai dengan hasil yang cukup baik.

    Adapun hasil pembahasannya adalah sebagai berikut: 1) Kemampuan Baca Anak sebelum Diterapkan Media Kartu