PROSIDING SEMINAR NASIONAL SENI & NASIONALISMErepository.isi-ska.ac.id/4313/1/Prosiding Seminar...

26
i Penerbit: ISI PRESS Keynote Speaker: Prof. Drs. SP. Gustami, S.U. (Institut Seni Indonesia Yogyakarta) Narasumber: Nofrijon Sofyan,P.hD (Universitas Indonesia) Dr. Pujiyanto, M.Sn (Universitas Negeri Malang) Drs. Mardjono, M.Sn (Institut Seni Indonesia Surakarta) PROSIDING SEMINAR NASIONAL SENI & NASIONALISME Surakarta, 10 September 2018 Gedung Museum & Galeri Kampus II, Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Surakarta Jawa Tengah Indonesia

Transcript of PROSIDING SEMINAR NASIONAL SENI & NASIONALISMErepository.isi-ska.ac.id/4313/1/Prosiding Seminar...

Page 1: PROSIDING SEMINAR NASIONAL SENI & NASIONALISMErepository.isi-ska.ac.id/4313/1/Prosiding Seminar Nasional Seni dan... · Semangat Kebangsaan Tetap dan Terus Ditanamkan pada Generasi

i

Penerbit:ISI PRESS

Keynote Speaker:Prof. Drs. SP. Gustami, S.U. (Institut Seni Indonesia Yogyakarta)

Narasumber:Nofrijon Sofyan,P.hD (Universitas Indonesia)Dr. Pujiyanto, M.Sn (Universitas Negeri Malang)Drs. Mardjono, M.Sn (Institut Seni Indonesia Surakarta)

PROSIDING SEMINAR NASIONAL

SENI & NASIONALISME

Surakarta, 10 September 2018

Gedung Museum & GaleriKampus II, Fakultas Seni Rupa dan DesainInstitut Seni Indonesia Surakarta Jawa Tengah Indonesia

Page 2: PROSIDING SEMINAR NASIONAL SENI & NASIONALISMErepository.isi-ska.ac.id/4313/1/Prosiding Seminar Nasional Seni dan... · Semangat Kebangsaan Tetap dan Terus Ditanamkan pada Generasi

ii

Cetakan I, 2018. ISI Pressviii+ 200 HalamanUkuran: 15,5 X 23 cm

All rights reserved© 2018, Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.Dilarang keras menterjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyaksebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penulis.

Sanksi pelanggaran pasal 72 Undang-undang Hak Cipta (UU No. 19 Tahun2002)1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan

sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1)dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu jutarupiah), atau pidana paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda palingbanyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).

2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan,atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaranHak Cipta sebagaimana diumumkan dalam ayat (1), dipidana dengan pidanapenjara paling lama 5 tahun dan/atau denda paling banyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

PROSIDING SEMINAR NASIONAL

SENI & NASIONALISMESurakarta, 10 September 2018

Gedung Museum & GaleriKampus II, Fakultas Seni Rupa dan DesainInstitut Seni Indonesia Surakarta Jawa Tengah Indonesia

Diselenggarakan oleh:Jurusan Kriya Seni, Fakultas Seni Rupa dan Desain InstitutSeni Indonesia Surakarta

Bekerja sama dengan:ISI Press Surakarta

Page 3: PROSIDING SEMINAR NASIONAL SENI & NASIONALISMErepository.isi-ska.ac.id/4313/1/Prosiding Seminar Nasional Seni dan... · Semangat Kebangsaan Tetap dan Terus Ditanamkan pada Generasi

iii

Susunan Kepanitiaan

Pengarah:Joko Budiwiyanto, S.Sn., M.A (Dekan FSRD ISI Surakarta)

Penanggung Jawab:Sutriyanto, S.Sn., M.A (Ketua Jurusan Kriya FSRD ISI Surakarta)

Ketua Panitia:Afrizal, S.Sn, M.A

Sekretaris:Ana Riyanti, S.Pd, M.PdNasrullah, S.Sn

Bendahara:Agung Cahyana, S.T, M.Eng

Sie Pukdekdok:Bening Tri Swasono, S.Sn, M.SnAgus Sutedjo, S.SnSugito, S.Sn

Sie Perlengkapan:Quintanova Rizqinu, S.Sn, M.SnBias Naufal Azizi, S.KomSutopo, S.SnSudartoPrayitno

Surakarta, 10 September 2018

Gedung Museum & GaleriKampus II, Fakultas Seni Rupa dan DesainInstitut Seni Indonesia Surakarta Jawa Tengah Indonesia

PROSIDING SEMINAR NASIONAL

SENI & NASIONALISME

Page 4: PROSIDING SEMINAR NASIONAL SENI & NASIONALISMErepository.isi-ska.ac.id/4313/1/Prosiding Seminar Nasional Seni dan... · Semangat Kebangsaan Tetap dan Terus Ditanamkan pada Generasi

iv

Sie Acara:Ari Supriyanto, S.Sn., M.AKuntadi Wasi Darmojo, S.Sn., M.Sn

Sie Prosiding:M. Ali Nurhasan Islamy, S.Sos., MA.Zuliati, S.Sn, M.SnAji Wiyoko, M.Sn

Sponsorship:Aan Sudarwanto, S.Sn., M.SnRahayu Adi Prabowo, S.Sn., M.Sn

Moderator:Prima Yustana, MA. (Institut Seni Indonesia Surakarta)

Reviewer:Prof. Dr. Dharsono, M.Sn (Institut Seni Indonesia Surakarta)Drs. Subandi, M. Hum (Institut Seni Indonesia Surakarta)

Editor:Prof. Dr. Dharsono, M.Sn (Institut Seni Indonesia Surakarta)

Yuliati, M.Sn. (Institut Seni Indonesia Surakarta)Aji Wiyoko, M.Sn. (Institut Seni Indonesia Surakarta)

Desain Cover:Bening Tri Suwarsono

Layout:Nila Aryawati

ISBN:978-602-5573-28-6

Anggota APPTI:No: 003.043.1.05.2018

PenerbitISI PressJl. Ki Hadjar Dewantara 19, Kentingan, Jebres, Surakarta 57126Telp (0271) 647658, Fax. (0271) 646175

M. Ali Nurhasan Islamy, S.Sos., MA. (Institut Seni Indonesia Surakarta)

Page 5: PROSIDING SEMINAR NASIONAL SENI & NASIONALISMErepository.isi-ska.ac.id/4313/1/Prosiding Seminar Nasional Seni dan... · Semangat Kebangsaan Tetap dan Terus Ditanamkan pada Generasi

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’allaikum Wr Wb

Salam sejahtera untuk kita semuaPuji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT,

Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan hidayah-NYA sehinggaSeminar Nasional dengan tema “Seni dan Nasionalisme”dalam rangka purna tugas Drs. H. Mardjono, M.Sn danPameran Akhir Semester Jurusan Kriya, Fakultas Seni Rupadan Desain (FSRD), Institut Seni Indonesia (ISI) Surakartadapat terselenggara.

Seminar adalah upaya mendiseminasikan pemikirandi lingkungan masyarakat kampus guna membangunatmosfir akademik. Seminar di lingkungan FSRD, ISISurakarta merupakan tradisi baru. Tradisi yangdiperuntukkan sebagai bentuk penghormatan bagi dosenyang telah selesai mengabdi atau purna tugas sebagai pegawainegeri sipil (PNS). Sementara topik seminar kali ini sesuaidengan latar belakang keilmuan Drs. H. Mardjono, M.Snsebagai dosen Kewarganegaraan dan Pendidikan Pancasila.

Pada saat yang bersamaan diselenggarakan juga sebuahpameran. Pameran ini merupakan agenda kegiatan tahunanmahasiswa Jurusan Kriya yang diselenggarakan pada akhirperkuliahan. Pameran ini merupakan unjuk kerja dan refleksiatas proses dan hasil pembelajaran bagi mahasiswa. Bagi dosenpameran ini sekaligus sebagai tolok ukur sub capaianpembelajaran mata kuliah. Pameran ini diharapkan menjadiinstrumen evaluasi proses dan hasil pembelajaran serta upayapeningkatan mutu pendidikan di lingkungan Jurusan Kriya.

Terdapat pesan penting dari dua agenda kegiatantersebut. Pertama, bahwa seni dan nasionalisme adalahsesuatu yang nyata. Fenomena seni bukan hanya persoalanestetika, melainkan kebangsaan, nasionalisme itu sendiri.Dalam hidup berbangsa dan bernegara seni menjadi bagianpenting dari arsitektur kebangsaan. Bahkan dalam pergerakankemerdekaan, seni menjadi wahana mendiseminasikan

Page 6: PROSIDING SEMINAR NASIONAL SENI & NASIONALISMErepository.isi-ska.ac.id/4313/1/Prosiding Seminar Nasional Seni dan... · Semangat Kebangsaan Tetap dan Terus Ditanamkan pada Generasi

vi

nasionalisme. Dalam kerangka yang lebih luas, jenis danbentuk seni (budaya) yang dimiliki oleh berbagai suku bangsamerupakan spirit keberagaman yang dibingkai NegaraKesatuan Republik Indonesia (NKRI). Keragaman senidengan demikian memiliki kedudukan penting sebagaiperekat perbedaan. Kedua, pameran karya seni adalah wujuddari ekspresi kemajemukan respon berbagai persoalan hidupbaik secara pribadi maupun sosial. Pameran menjadi wahanadiseminasi pemikiran dan upaya mengatasi persoalan bangsa.

Akhirnya kami ucapkan selamat kepada Drs. H.Mardjono, M.Sn atas purna tugas sebagai dosen PNS. Kamijuga mengucapkan terimakasih atas pengabdian selama ini.Kami mohon maaf atas berbagai kekurangan.

Kepada seluruh dosen, mahasiswa, dan staf FSRD, ISISurakarta saya sampaikan terima kasih atas penyelenggaraanpameran ini. Semoga pameran ini menjadi bahan perbaikanmutu dikemudian hari.

Wassalamu’allaikum Wr Wb

Surakarta, 14 September 2018

REKTOR

GUNTUR

Page 7: PROSIDING SEMINAR NASIONAL SENI & NASIONALISMErepository.isi-ska.ac.id/4313/1/Prosiding Seminar Nasional Seni dan... · Semangat Kebangsaan Tetap dan Terus Ditanamkan pada Generasi

vii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...........….......................................................Daftar Isi ............................................................................

Seni dan NasionalismeSp. Gustami, S.U............................................................

Propaganda Desain, Antara Nasionalisme dan Idealisme Pujiyanto .........................................................................

Semangat Kebangsaan Tetap dan Terus Ditanamkan padaGenerasi Muda Mardjono ......................................................................

Budaya Literasi sebagai Representasi Kriya BaruIndonesia Berbasis Keunggulan LokalArif Suharson ................................................................

Visi Nasionaalisme ‘Seni Kreasi’ di Indonesia pada DekadeTahun 1960-1980-an Robby Hidajat ...................................................................

Motif Gurda pada Produk Kerajinan SepatuAan Sudarwanto ..............................................................

Aktualisasi Diri melalui Seni Karawitan sebagai BentukRasa Cinta Terhadap Tanah AirBoyak Ragha Dian Tambara Restu Widhi Putra Sakti

dan Imamah Fikriyati Azizah ........................................

Recycle Limbah Kayu Sisa Produksi Menjadi ProdukKerajinan Homeware yang Kreatif InovatifKusmadi ..........................................................................

vvii

1

21

40

59

74

99

115

128

Page 8: PROSIDING SEMINAR NASIONAL SENI & NASIONALISMErepository.isi-ska.ac.id/4313/1/Prosiding Seminar Nasional Seni dan... · Semangat Kebangsaan Tetap dan Terus Ditanamkan pada Generasi

viii

Pengaruh Gaya Hidup Religius pada Produksi KerajinanSarana Upacara di BaliNi Kadek Karuni dan I Wayan Suardana dan I Made

Suparta ...........................................................................

Eksistensi Keris dalam Perspektif Sejarah Budaya BangsaIndonesiaKuntadi Wasi Darmojo .....................................................

Profil Penulis ....................................................................

148

168

186

Page 9: PROSIDING SEMINAR NASIONAL SENI & NASIONALISMErepository.isi-ska.ac.id/4313/1/Prosiding Seminar Nasional Seni dan... · Semangat Kebangsaan Tetap dan Terus Ditanamkan pada Generasi

168

Prosiding Seminar Nasional

EKSISTENSI KERIS DALAM PERSPEKTIFSEJARAH BUDAYA BANGSA INDONESIA

Kuntadi Wasi Darmojo, S.Sn., M.Sne-mail: [email protected]

Program Studi Keris & Senjata Tradisional,Jurusan Kriya, Institut Seni Indonesia Surakarta

ABSTRAK

Keris sebagai benda budaya di Jawa memiliki bentukyang sangat unik. Tampilan keris secara utuhmemiliki 3 bagian penting yaitu mata atau bilah,Hulu atau ukiran dan sarung atauwarangka.Eksistensi keris hingga kini, tidak terlepasdari peran tukang pande besi (empu keris).Eksistensi budaya keris selain masih dilakukanproses kreativitas, ternyata dalam kehidupankhususnya masyarakatJawa hingga sekarang masihmemiliki peran yang penting, meskipun secarasubtansi sedikit telah terjadi perubahan alihfungsi.Popularitas keris berkembang cukup pesattidak hanya di pulau Jawa, tetapi telah meluas keluar pulau Jawa. Bahkan belakangan keris telahdiakui sebagai World Hertige of Humanity daribadan dunia yaitu UNESCO. Sehingga inimerupakan bukti bahwa eksistensi keris hingga kinimasih layak untuk dilestarikan dan dikembangkansebagai karya agung warisan budaya nenek moyangbangsa Indonesia.

Kata kunci: keris, eksistensi, budaya, BangsaIndonesia.

PENDAHULUAN

Benda-benda budaya di Jawa disamping memiliki nilaiestetika tinggi, juga memiliki daya magis, yang mana dalameksistensinya telah diyakini dan dipercaya akan hal itu.

Page 10: PROSIDING SEMINAR NASIONAL SENI & NASIONALISMErepository.isi-ska.ac.id/4313/1/Prosiding Seminar Nasional Seni dan... · Semangat Kebangsaan Tetap dan Terus Ditanamkan pada Generasi

169

Seni & Nasionalisme

Kemajuan seni dari suatu obyek yang akan mulai ada nilaikemajuan seni yang tinggi dan memiliki kedalaman nilai artimagis. Keris sebagai benda budaya di Jawa memiliki bentukyang sangat unik. Eksitensi keris tidak terlepas dari tukangpande besi (empu keris). Popularitas keris tidak hanya dipulau Jawa, tetapi telah menjadi warisan budaya besar dunia.Keris adalah merupakan karya besar budaya Indonesia yanglayak sejajar dengan karya masterpies dari seluruh dunia.Kekayaan budaya bangsa Indonesia memang beraneka ragambentuk dan memiliki ciri khas masing-masing, hal ini dapatdilihat dari keberadaan di setiap daerah-daerah yang pastimempunyai budaya lokal yang cenderung bernuansa etnik,ada yang bersifat bendawi dan tan bendawi,dan dari beberapabudaya tersebut adalah keris yang merupakan warisan budayanenek moyang kita yang memiliki nilai adiluhung.

Keris adalah jenis senjata pendek dan berbentuk unikdari kebangsaan melayu yang digunakan sejak melebihi 600tahun lalu. Keris sejak dahulu berkembang di kawasankependudukan melayu: seperti, Indonesia, Malaysia,Thailand, Singapura, Pilipina dan Brunai. Keris digunakanuntuk pertahanan diri (misalnya sewaktu berperang)dan sebagai alat kebesaran raja. Senjata ini juga merupakanlambang kedaulatan orang melayu (Harsrinuksmo, 2004: 14).Walaupun tergolong jenis senjata tikam, keris dibuat bukansemata-mata untuk membunuh, keris lebih bersifat sebagaisenjata dalam pengertian simbolik. Karenanya kerisjuga dianggap memiliki kekuatan gaib, pendek kata kerisdapat dimanfaatkan tuahnya, sehingga memberikanbantuan keselamatan bagi pemiliknya dan orang disekitarnya.Kaitanya dengan budaya lain selain berfungsi senjata,keris juga merupakan salah satu kelengkapan pakaianadat, juga sebagai benda upacara, sebagai atribut suatu jabatantertentu, sebagai lambang dari kekuasaan tertentu dan sebagaiwakil atau utusan pribadi pemiliknya. Pada upacara-upacara adat di Sumatra, Kalimantan, Jawa, Bali, Madura,Sulawesi dan lain-lain di daerah Nusantara Indonesia, selalukita jumpai orang mengenakan keris (Harsrinuksmo, 2004:15).

Page 11: PROSIDING SEMINAR NASIONAL SENI & NASIONALISMErepository.isi-ska.ac.id/4313/1/Prosiding Seminar Nasional Seni dan... · Semangat Kebangsaan Tetap dan Terus Ditanamkan pada Generasi

170

Prosiding Seminar Nasional

Bentuk dan ukurannya berlainan, yang satu lebihindah daripada lainnya. Menurut kebiasaan, ada yangsengkelit di punggung, ada pula yang di muka. Kelihatanbahwa si pemakai bangga, merasa tentram disampingterhormatinya. Sebuah pepatah kita berkata: “ba’bujang jolongberkeris”, adakalanya seorang mempelai putri dipertemukandengan sebilah keris, karena si mempelai lelaki berhalanganmelangsungkan upacara, disebabkan tugas (perang,misalnya). Menurut pandangan hidup eyang-eyang kita,Turonggo wismo wanita kukilo belum sempurna, jika tidakdilengkapi dengan Curigo, keris. Di Keraton ada hari-haritertentu yang digunakan untuk membersihkan keris (Santoso,1990: 59).

Betapa pentingnya kedudukan keris dalamkebudayaan kita, sehingga bukan suatu keanehan jika orangsampai memberi honorific Kangjeng Kyai dengan segalapreceance protocolnya. Diletakkan keris itu pada tempatnyayang terhormat, dipakai jika ada upacara-upacara tertentusaja. Lambat laun benda budaya itu berganti fungsi darisenjata tajam menjadi perhiasan dan pusaka. Dari prasati-prasati yang diketemukan di Pulau Jawa, diketahui bahwakeris juga menjadi kelengkapan sesaji pada upacarakeagamaan waktu itu. Bahkan pada desa-desa tertentu padaakhir masa penjajahan belanda, untuk melakukan upacarabersih desa disertakan pula sebilah keris kecil yang disebutkeris sajen. Memang budaya keris amat terkait erat denganbudaya lain dalam masyarakat Bangsa Indonesia. Keris adalahbudaya asli Indonesia, walaupun nenek moyang Bangsa In-donesia umumnya beragama Hindu dan Budha, tidak pernahditemukan bukti bahwa budaya keris berasal dari India ataunegara lain. Jika pada candi-candi di Pulau Jawa ditemukangambar timbul (relief) yang menggambarkan adanya senjataberbentuk keris, maka pada candi-candi di India atau negaralain hal itu tidak pernah ada. Bahkan senjata yang berpamortidak pernah ada dalam sejarah budaya Bangsa India, bentuksenjata yang serupa dengan keris pun tidak ada di negara itu(Harsrinuksmo: 2004, 15). Keris secara utuh benda ini terbagimenjadi 3 bagian yaitu mata atau bilah, Hulu atau ukiran

Page 12: PROSIDING SEMINAR NASIONAL SENI & NASIONALISMErepository.isi-ska.ac.id/4313/1/Prosiding Seminar Nasional Seni dan... · Semangat Kebangsaan Tetap dan Terus Ditanamkan pada Generasi

171

Seni & Nasionalisme

dan sarung atau warangka. Kemudian definisi keris adalahsenjata tusuk yang mempunyai, condong leleh, ganja, pesi sertaukuran tertentu. Keris Jawa mempunyai ukuran panjangmaksimal 42 cm, ukuran normal 37 cm, ukuran minimal 30cm. Sehingga dari unsur dan ciri tersebut menunjukkan kerismemang berbeda dengan senjata tajam lainnya. Keris padaumumnya menyimpan nilai-nilai sebagai barang antik, karyaseni dan kelangkaan, bahkan juga bisa ditambahkan punyadaya spiritual tertentu.

Nilai seni keris terletak pada berbagai elemen yangmendukungnya antara lain: bentuk ukiran, warangka,ornamen atau pahatan (ricikan) pada bagian bilahnya, danlukisan logam yang disebut dengan pamor, artinya tampilansebuah keris dikatakan memiliki nilai estetika dan artistikyang sempurna, apabila secara utuh antara, bilah denganpamornya, ukiran atau hulu dan warangka benar menjadi satukesatuan yang utuh. Pada umumnya ketika berbicaramengenai keris pasti berkaitan dengan pamor dan dapur,padahal sebenarnya masih ada unsur lain yangmendukungnya (Amangkurat III, 1985: 71-79). Di Indonesiakeris yang baik umumnya selain berpamor juga dihias lagidengan emas murni, intan berlian dan batu mulia lainnya.Hiasan ini dibuat sebagai penghargaan si pemiliknya terhadapkerisnya. Atau dapat pula sebagai anugerah dari raja atas jasapemilik keris itu. Hiasan pada bilah keris yang memiliki nilaipaling tinggi adalah bila keris itu diberi kinatah. Ditinjau daribentuk dan kelengkapan bagian-bagiannya, keris terbagimenjadi sekitar 250 dhapur keris. Bentuk bilahnya ada duamacam yaitu yang lurus dan luk (bergelombang). Apabiladitinjau dari cara pembuatannya keris dapat dibagi tigagolongan yaitu keris ageman, yang mementingkan keindahanbentuk lahiriah (eksoteris) dari keris itu, golongan keduaadalah keris tayuhan, yang lebih mementingkan tuah dankekuatan gaib (esoteri), keris itu, dan golongan yang ketigaadalah pusaka, yang tetap mementingkan keduanya (Arifin,2006: 232-237).

Uraian tentang keberadaan keris yang merupakanbenda budaya warisan nenek moyang yang memiliki nilai

Page 13: PROSIDING SEMINAR NASIONAL SENI & NASIONALISMErepository.isi-ska.ac.id/4313/1/Prosiding Seminar Nasional Seni dan... · Semangat Kebangsaan Tetap dan Terus Ditanamkan pada Generasi

172

Prosiding Seminar Nasional

adi luhung, tersebut kiranya sangat menarik untuk dilakukankajian ilmiah, terutama mengenai eksistensi keris dalamperspektif budaya Jawa.

Penelitian tentang Eksistensi Keris Dalam PerspektifSejarah Budaya Bangsa Indonesia ini berusaha memahamikeberadaan sebuah keris dalam sejarah budaya masyarakatpada zaman sekarang. Sehingga penelitian ini memerlukandata-data lapangan maupun data pustaka yang dapatdipertanggung-jawabkan secara ilmiah, untuk itu diperlukanlangkah-langkah metodologinya.

Data yang bersumber dari lokasi penelitianmenyangkut serangkaian aktivitas perkerisan dan segalaaspeknya menjadi sumber data utama penelitian ini. Upayauntuk mendapatkan data tersebut peneliti melakukanpengamatan langsung (Sutopo, 1986: 56). Karena denganmelibatkan diri dalam aktivitas budaya perkerisan, tentu akanmemperoleh gambaran mengenai peran keris sebagai tandadalam budaya Jawa.

Wawancara dilakukan pada informan yang dipandangmemiliki kompetensi dan memahami permasalahan studi,seperti para empu kamardikan, para pakar keris, dan parapecinta keris. Wawancara yang dilakukan lebih bersifatterbuka ini akan memberi peluang keleluasaan terhadappenggalian informasi dengan fokus-fokus tertentu sehinggadiperoleh informasi yang mendalam terkait dengan unitanalisisnya. Metode dokumentasi diperoleh dokumen-dokumen penting baik tertulis maupun data visualdiupayakan menjadi bahan analisis dan media penjelas dalammengurai fenomena yang hendak ditelaah. Media perekamanyang digunakan untuk merekam berbagai peristiwa budayaperkerisan adalah teknik fotografi agar dapat lebihmenjelaskan permasalahannya.

Validatasi data yang diperoleh akan diuji dengan tekniktrianggulasi. Trianggulasi data mengarahkan penelitian untukmenggunakan beberapa data sejenis sebagai pembandingdengan demikian data yang satu bisa lebih teruji jikadibanding dengan data sejenis yang diperoleh dari sumberlain, sedangkan teknik trianggulasi metode dilakukan dengan

Page 14: PROSIDING SEMINAR NASIONAL SENI & NASIONALISMErepository.isi-ska.ac.id/4313/1/Prosiding Seminar Nasional Seni dan... · Semangat Kebangsaan Tetap dan Terus Ditanamkan pada Generasi

173

Seni & Nasionalisme

cara membandingkan data sejenis dengan pengumpulan datayang berbeda.

Analisa data ini dilakukan secara simultan, berjalanseiring dengan pengumpulan data-data lapangan, danmenyajikannya dalam bentuk laporan penelitian. Analisa tafsirdalam penelitian ini dirangkum melalui tiga fakta yaitupengamatan di lapangan, studi pustaka, dan hasil wawancara.Model analisa data ini akan dipergunakan untuk menguraikanmasalah yang terkait dari bermacam-macam fakta yangsudah terkumpul kemudian diuraikan dan dari unsur-unsurmasalah yang sangat erat hubungannya dengan pokokbahasan yang dijelaskan, dikaitkan sehingga merupakan suatuuraian yang lebih menjelaskan pokok persoalan. Modelanalisa data tersebut adalah analisa data interaktif.

PEMBAHASAN

Eksistensi Keris HinggaKeris secara fisik merupakan suatu bentuk yang

memanjang dari ujung ke ujung, yakni dari ujung ke ujungpada sisi lebar dari bilah. Pada sisi bilah yang melebar keadaankeris biasanya melintang dari sisi bagian depan kearah sisibagian belakang yang ditandai oleh posisi ganja dan bagianpangkal keris yang disebut sor-soran. Bagian depannya yangterlihat lebih tebal atau agak bulat dan kokoh, dapat diperiksamelalui keberadaan dari sirah cecak dan gandhik, sedang bagianbelakang yang terlihat lebih tipis dan melebar dapat diperiksamelalui keberadaan buntut dan wadidang. Pada bagian badankeris yang disebut awak-awakan, kelebarannya itu akan dapatdiperiksa dari sisi bilah yang tajam (pada bagian muka) dansisi bilah yang tajam (pada bagian belakang). Pada bagian sisibilah yang memanjang keadaan keris meruncing dari ujungpesi sebagai jelujur logam berbentuk kecil namun bulat danpanjang atau gilig terus dilengkapi dengan pegangan untuktangan yang bernama hulu keris yang disebut ukiran. Bentukumum dari keadaan fisik keris yang lebar dan memanjangitu oleh masyarakat disebut wilahan atau bilah keris.

Bentuk bilah keris yang meruncing pada bagianujungnya, mempunyai kecenderungan untuk meniru sesuatu

Page 15: PROSIDING SEMINAR NASIONAL SENI & NASIONALISMErepository.isi-ska.ac.id/4313/1/Prosiding Seminar Nasional Seni dan... · Semangat Kebangsaan Tetap dan Terus Ditanamkan pada Generasi

174

Prosiding Seminar Nasional

yang dapat menjadi simbol dari ketajaman suatu senjatatikam. Dilihat dari model bentuk ricikan yang ada pada bagiangandhik (seperti; kembang kacang, jalen, lambe gajah, ataupunrelief dari kepala ular naga, dll) memperlihatkan bahwasebenarnya bayangan terhadap ketajaman dari ujung kerisdapat diindentifikasikan dengan bentuk suatu binatangtertentu yang distilirisasi (diperhalus sebagai suatu bentukyang simbolik atau artistik (Suryono, 2009: 47). Gandhiksendiri yang keadaan polos merupakan bentuk dari wajahkeris yang secara sengaja oleh empu pembuatnya tanpadibubuhi lukisan pada mukanya. Diperkirakan merupakansuatu penghalusan terhadap keberadaan dari bentuk suatubinatang yang digunakan untuk model mata bilah, sehinggadapat menjadi lebih imajinatif, dapat menjadi media untuksuatu karya yang lebih bersifat artistik, serta dapatmengurangi kesan keganasan moral yang dapat muncul daribagian bentuk fisiknya.

Uraian di atas memberi penjelasan bahwa definisi kerisadalah merupakan senjata tusuk yang memiliki ciri khususantara lain: ada condong leleh, ada ganja, dan ada pesi, sertamemiliki ukuran tertentu, yakni panjang maksimal 42 cm,ukuran normal 35-37 cm dan ukuran minimal 30 cm, yangterbuat dari berbagai lapisan logam yang berlainan minimaldua unsure logam, yang disatukan dengan penempaan padasistem pemanasan dengan teknik pijar. Keris adalah bendaseni yang meliputi seni tempa, seni ukir, dan pahat, senibentuk serta seni perlambang. Bahan baku pembuatan kerisadalah besi, baja, dan bahan pamor, bahan pamor ini adabeberapa jenis yakni batu meteorit, pamor luwu, pamor sanakdan logam nickel (Suryono, 2009: 12).

Keris yang tertua dibuat di Pulau Jawa, diduga sekitarabad ke 6 atau ke 7. Keris tua itu biasa disebut Keris Budha.Bentuknya masih sangat sederhana, tetapi bahan besinyatergolong pilihan dan cara pembuatannya diperkirakan tidakjauh berbeda dengan cara pembuatan keris yang kita kenalsekarang. Keris Budha hampir tidak berpamor, seandainya adapamor, maka pamornya selalu tergolong pamor tiban. Padazaman sekarang budaya membuat keris masih tetap

Page 16: PROSIDING SEMINAR NASIONAL SENI & NASIONALISMErepository.isi-ska.ac.id/4313/1/Prosiding Seminar Nasional Seni dan... · Semangat Kebangsaan Tetap dan Terus Ditanamkan pada Generasi

175

Seni & Nasionalisme

berlangsung, yang dilakukan secara tradisional antara lain:Yogyakarta, Surakarta, Madura, Luwu, TMII Jakarta,Kelantan (Malaysia) dan di Bandar Sri Begawan. Keris masakini masih tetap dibuat dengan menggunakan kaidah-kaidah lama. Bahkan di antara para empu itu masihmembaca mantera dan doa serta puasa selama melakukanpembuatan keris (Harsrinuksmo, 2004: 14). Budaya keris inisejak dahulu hingga sekarang tersebar luas di seluruhNusantara, maka benda tersebut juga memiliki berbagai namapadanan.

Eksistensi benda budaya keris selain dilakukan proseskreativitas, ternyata dalam kehidupan masyarakat Jawa sejakdahulu hingga sekarang masih memiliki peran yang penting,walaupun mungkin secara subtansi sedikit telah terjadiperubahan alih fungsi. Di mana awalnya pada jaman dahulukeris cenderung berfungsi sebagai senjata tajam yangdipergunakan untuk piandel dalam peperangan, tetapisekarang dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hariterutama dalam aktivitas budaya khususnya dalam upacara-upacara tradisional Jawa, di mana fungsi keris telah terjadiperubahan yaitu sebagai pelengkap pakaian adat Jawacenderung sebagai perhiasan dan pusaka warisan nenekmoyang kita yang memiliki adiluhung yang dilihat dari segiatau perspektif antara lain; keindahan garapnya, sejarah paraempu yang membuatnya, sejarah yang memilikinya, turun-temurun, dan kesempurnaan dalam keseluruhannya(Santoso, 1990: 60). Sehingga belakangan ini keris telah diakuisebagai World Hertige of Humanity dari badan dunia yaituUNESCO, ini merupakan bukti dari eksistensi keris yanghingga kini masih layak (patut) untuk dilestarikan dandikembangkan sebagai karya agung warisan budaya nenekmoyang Bangsa Indonesia.

Asal-Usul KerisKeris menjadi salah satu khasanah budaya Indonesia,

tentunya setelah nenek moyang kita mengenal besi. Berbagaibangunan candi batu dari zaman sebelum abad ke Xmembuktikan bahwa Bangsa Indonesia pada waktu itu telah

Page 17: PROSIDING SEMINAR NASIONAL SENI & NASIONALISMErepository.isi-ska.ac.id/4313/1/Prosiding Seminar Nasional Seni dan... · Semangat Kebangsaan Tetap dan Terus Ditanamkan pada Generasi

176

Prosiding Seminar Nasional

mengenal peralatan besi ysng cukup bagus, sehingga dapatmenciptakan karya seni pahat yang bernilai tinggi. Namunapakah ketika itu Bangsa Indonesia telah mengenal budayatosan aji, khususnya keris sebagaimana kita kenal sekarang,para ahli baru dapat meraba-raba, belum memperolehkepastian yang sah. Ada beberapa teori yang mencobamembahas tentang asal mula perkembangan keris, G.B.Gardner (1936) pernah mengatakan bahwa keris adalahperkembangan bentuk dari senjata tikam jaman prasejarah,yakni tulang ekor atau sengat ikan pari, tulang yangditajamkan atau sengat ikan pari dihilangkan tangkainya,dengan begitu senjata itu dapat digenggam, maka jadilahsenjata tikam yang mematikan. Sementara Griffith Wilkens(1937) berpendapat bahwa budaya keris baru timbul padaabad ke 14 dan 15, katanya bentuk keris merupakanpertumbuhan dari bentuk tombak yang banyak digunakanbangsa-bangsa Asia dan Australia, dari mata lembing itulahyang kemudian dikenal dengan nama keris. Sedangkanmenurut A.J. Barnert Kempes (1954), ahli purbakala itumenduga bentuk prototype keris merupakan perkembanganbentuk dari senjata penusuk dari jaman perunggu. Ahli-ahlidari barat tidak yakin bahwa keris dibuat sebelum abad ke14 atau 15, mendasarkan pada kenyataan bahwa tidak adagambar yang jelas pada relief-relief candi yang dibangunsebelum abad ke 10, karena memang belum diketemukanbukti yang ontentik hingga saat ini. Kemudian Sir ThomasStamford Raffles dalam bukunya History Of Java (1817)mengatakan tidak kurang dari 30 jenis senjata yang dimilikidan digunakan prajurit Jawa pada waktu itu, termasuk senjataapi, namun keris mendapatkan kedudukan istimewa,disebutkan dalam bukunya bahwa prajurit Jawa umumnyamenyandang tiga buah keris sekali gus. Tetapi sayangnyapenguasa dari Inggris itu tidak menyebutkan sejarah dan asal-usul budaya keris.

Paradigma yang menarik bahwa istilah keris sudahdijumpai pada beberapa prasasti kuno. Lempengan perunggubertulis dari Karangtengah berangka tahun 748 tahun Saka,atau tahun 824 masehi, menyebut tentang beberapa peralatan

Page 18: PROSIDING SEMINAR NASIONAL SENI & NASIONALISMErepository.isi-ska.ac.id/4313/1/Prosiding Seminar Nasional Seni dan... · Semangat Kebangsaan Tetap dan Terus Ditanamkan pada Generasi

177

Seni & Nasionalisme

seperti lukai 1, punukan 1, wadung 1, patuk kres 1 dalamPrasasti Poh yang berangka tahun825 Saka, atau 907 masehimenyebut beberapa jenis sesaji untuk menetapkan Pohsebagai daerah bebas pajak. Sesaji itu antara lain berupa Kres,wangkiul, tewek punukan, wesi penghatan adalah Kres yaitumaksudnya adalah keris, wangkiul sejenis tumbak, tewekpunukan sejenis senjata tusuk, wesi penghatap sejenis kampakberujung lancip bermata dua (Harsrinuksmo, 2004: 19).Seperti dalam Serat Bab Pratelanipun Dapur Duwung MawiKawujudan Gambar 51 iji” –S H, dari aspek sejarah, semuayang kita ketahui dari berbagai manuskrip tulisan tangandalam bahasa Jawa atau Jawa kuno sangat diragukankebenarannya dan bahkan seringkali dapat digolongkansebagai legenda. F.L. Winter telah menulis kesejarahan kerisyang pertama, dibuat oleh Sri Paduka Maha Raja Budha,sehingga dianggap keris yang paling awal adalah keris Budha,walaupun sekali lagi hingga kini masih sangat diragukankebenarannya. Kemudian dalam buku tentang raja-raja yangdikenal dengan nama “Pararaton” yang diterjemahkan danditerbitkan oleh J. Brandes dalam bahasa Jawa kuno,mengisahkan sejarah kerajaan Hindu Majapahit dari abad keXI hingga XIV dalam perhitungan tahun Caka (1144-1403 C= 1222-1481 M) tercantum kisah Pu(Empu) Gandring darilulumbang, seorang pembuat senjata kedua untukmembunuh lawan bila memakai senjata buatannya(Groneman, 1910: 189).

Rujukan berbagai pendapat di atas menunjukkanbahwa memang hingga saat ini belum ada kepastian sejakkapan munculnya keris di Indonesia ini. Namun demikianberdasarkan berbagai uraian di atas telah memberi kontribusiyang cukup besar tentang asal-mula keris, sehingga denganberbagai teori di atas dapat sedikit banyak memberi gambarandan dapat dijadikan dasar melakukan kajian lebih lanjuttentang keberadaan keris di Indonesia. Satu hal yangterpenting adalah bagaimana asalnya, namun keris adalahmerupakan budaya asli Indonesia yang patut disejajarkandengan karya masterpies di seluruh dunia.

Page 19: PROSIDING SEMINAR NASIONAL SENI & NASIONALISMErepository.isi-ska.ac.id/4313/1/Prosiding Seminar Nasional Seni dan... · Semangat Kebangsaan Tetap dan Terus Ditanamkan pada Generasi

178

Prosiding Seminar Nasional

Perkembangan Keris (Sebelum Kerajaan Singosari-MasaKini)

Perkembangan keris di Indonesia dalam kenyataannyamengalami pasang-surut dari masa ke masa, hal tersebutmungkin karena adanya perkembangan dan perubahanperadaban manusia di muka bumi ini. Seperti telah di uraikandiatas bahwa keris pertama kali muncul sekitar abad ke 9hingga abad ke 14, hal ini dapat diasumsikan bahwaperkembangan keris dimulai juga pada masa-masa tersebutartinya bahwa sebelum jaman Singosari telah ada keris.Daerah penyebaran dan perkembangan keris bertautandengan keberadaan kerajaan-kerajaan di masa lampau,terutama kerajaan-kerajaan di Pulau Jawa. Hal tersebutdapat ditiliti dari babad, primbon, kitab silsilah dan sebagaiberikut. Empu sebagai pakar perekayasa keris, mempunyaisejarah lampau. Kehidupan empu pun kebanyakan beradadi lingkungan istana dan di bawah pengawasan istana,sehingga pembuatan keris dikatakan sebagai kebudayaanistana.

Pembahasan tentang perkembangan keris, maka akanselalu muncul istilah tangguh. Penguasaan teknologi danperjalanan penciptaan keris dari masa ke masa pada duniaperkerisan dikenal dengan istilah tangguh (Yuwono, 2012: 48).Pengetahuan tangguh merupakan hal yang mendasar dalamilmu paduwungan. Umumnya pengetahuan ini diperolehmelalui pengalaman dan pewarisan pengetahuan antargenerasi (Yuwono, 2012: 49). Dalam menentukan tangguhkeris, seseorang harus menguasai aspek visual, aspek inimerupakan bekal mutlak bagi pengamatan tangguh yangakhirnya akan berkaitan dengan aspek kronika dan geografis(Haryoguritno, 2006: 350). Membahas keris selalu terkaitdengan istilah tangguh, kerena dengan metode tangguh mini-mal kita dapat menentukan bagaimana karakter atau cirikhasdari sebilah keris itu dibuat.

Tangguh dari kata Jawa, “tak Sengguh”, yang artinyaperkiraan. Haryono Haryoguritno menjelaskan pengertiantangguh, adalah perkiraan dari zaman apa, pada zaman apadan oleh siapa sebilah keris dibuat (Haryoguritno, 2006: 215).

Page 20: PROSIDING SEMINAR NASIONAL SENI & NASIONALISMErepository.isi-ska.ac.id/4313/1/Prosiding Seminar Nasional Seni dan... · Semangat Kebangsaan Tetap dan Terus Ditanamkan pada Generasi

179

Seni & Nasionalisme

Kemudian menurut Bambang Harsrinuksmo mengatakanbahwa:

“Tangguh” secara harfiah berarti perkiraan dalamdunia perkerisan. Di pulau Jawa tangguh meliputiperkiraan zaman pembuatan atau gaya pembuatannya.Sedangkan definisi lain, tangguh adalah perkiraan gayakedaerahan, atau zaman dibuatnya sebilah keris atautombak, yang dijabarkan dari pasikutan-nya(Harsrinuksmo, 2008 :459), pengamatan jenis besinya,pamor dan bajanya, [....] Tangguh seharusnya memangdikaitkan dengan zaman pembuatannya sekaligusperkiraan umur keris itu” (Harsrinuksmo, 2008: 459.)Menurut Unggul Sudrajat tangguh dalam perkerisan

adalah perkiraan pada zaman apa, serta dari mana sebuahkeris dibuat, tangguh juga berarti penarihan keris. Cara me-nangguh keris yang lazim adalah dengan memperhatikan,mengamati, memahami kemudian menganlisis ciri wujudbilah keris dengan cara ekstrapolasi dan interpolasi (Sudrajat,2011: 213). Serat Centhini menyebutkan, bahwa bentukkeris, pamor dan besi, merupakan unsur penting dalam bilahkeris. Unsur tersebut dapat menjelaskan dan menentu­kantangguh keris (Kamajaya, 1985: 71-91). Dari berbagaipendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tangguhmerupakan istilah dalam dunia perke risan yang digunakanuntuk memperkirakan atau menafsirkan masa atau zamanserta gaya atau kedaerahan tentang sebilah keris dibuat.Perkembangan keris dapat digolong-golongkan sesuai denganzaman pembuatannya seperti berikut, Adapun pembagiantahapan-tahapan zaman itu adalah sebagai berikut:

Masa Langkung Sepuh (Kuno)Budho (tahun 125 M – 1125 M), (http://

www.duniapusaka.com/blog /ilmu-mendeteksi-tangguh-keris-pusaka) meliputi kerajaan-kerajaan: Purwacarita,Medang Siwanda, Medang Kamulan, Tulisan, Gilingwesi,Mamenang, Pengging Witaradya, Kahuripan dan Kediri. Padamasa ini selain Empu Gandring yang termashur dalam sejarahSingasari, juga muncul Empu Ramayadi yang membuat kerisPasopati. Pada masa ini bentuk keris masih sangat sederhana

Page 21: PROSIDING SEMINAR NASIONAL SENI & NASIONALISMErepository.isi-ska.ac.id/4313/1/Prosiding Seminar Nasional Seni dan... · Semangat Kebangsaan Tetap dan Terus Ditanamkan pada Generasi

180

Prosiding Seminar Nasional

dapat dikatakan merupakan perkembangan dari keris Budhadan Bethok. Keris tangguhpurwa carita selalu dikaitkan padasenjata yang dibuat zaman kabudan. Keris Budha dianggapsebagai prototipe dari keris Jawa. Keris itu dibuat dengan wsiBudha yang banyak ditemukan dalam penggalianpeninggalan kuno (Suryono).

Masa Sepuh (Tua) tahun 1126 M – 1250 M.Meliputi kerajaan-kerajaan : Jenggala, Singosari,

Pajajaran dan Cirebon. Menurut babad, masa ini merupakanpermulaan masa terang. Pada masa ini ada empu yangterkenal yaitu Empu Keleng yang membuat keris Kyai Ko-pek. Pada masa ini mulai melakukan variasi-variasi bentuk(http://www.duniapusaka.com /blog/ilmu -mendeteksi-tangguh-keris-pusaka).

Masa Sepuh Tengah (Tua Pertengahan) tahun 1251 M – 1459 MMeliputi Kerajaan-kerajaan: Jenggala, Kediri, Tuban,

Madura, Majapahit dan Blambangan. Dalam babad disebutsebagai Majalengka, yang menghasilkan keris dapur lurus danbagian pegangan menjadi satu dengan wilahan. Empu yangterkenal pada masa ini ialah Empu Jokosuro (PangeranSedayu) dan Empu Supodriyo (http:/www.duniapusaka.com/blog/ilmu-mendeteksi-tangguh-keris- pusaka). Pada masa iniperkembangan keris mulai nampak dengan di tandaimunculnya berbagai ragam dapur yang dihasilkan oleh paraempu saat itu, dapat diduga karena pengaruh dengan namabesar kerajaan majapahit. Sebab menurut berbagai sumberbaik tertulis maupun lisan perkembangan keris secarasignifikan mulai jaman Majapahit. Karya-karya itu anatar lain;dapur panimbal, dapur Jamen, dapur sepokol, dapur sabuk inten,dapur mundarang, dapur anoman dan lain sebagainya. Padamasa ini merupakan masa yang sebenarnya hampirberbarengan dengan masa Majapahit, jadi pada masa ini jugatelah berkembang mengenai keris dengan bentuk-bentukbaru. Empu yang terkenal adalah empu Supoanom dan empuSektilanang. Tangguh Tuban masih masuk pada era Majapahit(Soegito, 1961, 34).

Page 22: PROSIDING SEMINAR NASIONAL SENI & NASIONALISMErepository.isi-ska.ac.id/4313/1/Prosiding Seminar Nasional Seni dan... · Semangat Kebangsaan Tetap dan Terus Ditanamkan pada Generasi

181

Seni & Nasionalisme

Masa Tengahan (Pertengahan) tahun 1460 M – 1613 MMeliputi Kerajaan-kerajaan: Demak, Pajang, Madiun,

dan Mataram. Masa ini merupakan masa perkembanganagama Islam di Jawa, sehingga banyak keris yang dipesanoleh para wali. Empu yang ada pada masa ini merupakanketurunan dari masa Majapahit. Misalnya Empu Ki JakaGrowah putera Pangeran Sedayu, yang kemudian menjadileluhur empu-empu pada masa kerajaan Islam berikutnya.Saudara sekandungnya, yaitu Ki Jaka Sura diangkat menjadiempu istana Demak oleh Sunan Kalijaga, untuk membuatsenjata bertuah sebagai kekuatan negara, yang kemudiandiberi nama keris Sabuk Inten (http://www.duniapusaka.com/blog/ilmu-mendeteksi-tangguh-keris-pusaka). Masa akhirperiode Demak ini sudah tidak memperlihatkan pengaruhmasa Majapahit. Empu yang terkenal pada masa ini, yaituEmpu Ki Umyang yang membuat keris Kanjeng KyaiPandetan. Masa ini diakhiri dengan masa sebelum diadakanPerjanjian Giyanti (1755). Karena kerajaan Mataram yangagraris yakni yang tidak begitu terbuka terhadap pengaruhluar, maka kepercayaan terhadap keris sangat besar dansejarah keris pun lebih berkembang. Empu yang terkenalpada masa ini yaitu Kyai Anom yang membuat kerisPulanggeni dan Nagasasra. Pada masa ini perkembangan kerismengalami puncak keemasan karena pada masa mataramini dapat dikatakan kehidupan rakyat sangat makmur dansejahtera terutama pada masa pemerintahan Sultan AgungHanyokrokusumo, sehingga hampir dikatakan pada saat itukesenian berkembang dengan pesat.

Masa Nom (Muda) tahun 1614 M – 1945 MMeliputi Kerajaan-kerajaan: Kartasura dan Surakarta.

Walaupun kesenian dan tatacara kedua kerajaan ini berbeda,akan tetapi mempunyai corak serta kepentingan terhadapkeindahan keris nyaris sama. Ada empu yang terkenal dariKeraton Surakarta yaitu Ki Jaka Sukadgo yang membuat kerisKanjeng Kyai Gajah Satrubanda. Pada masa-masa ini hampirdikatakan hanya melestarikan dengan berkarya secaramutrani dari bentuk keris yang sudah ada, apabila ada karya

Page 23: PROSIDING SEMINAR NASIONAL SENI & NASIONALISMErepository.isi-ska.ac.id/4313/1/Prosiding Seminar Nasional Seni dan... · Semangat Kebangsaan Tetap dan Terus Ditanamkan pada Generasi

182

Prosiding Seminar Nasional

baru paling sedikit (http://www.duniapusaka.com/blog/ilmu-mendeteksi- tangguh-keris-pusaka).

Masa Kolonial-Masa Pergerakan NasionalPada masa ini hampir tidak ada sama sekali empu yang

membuat keris bahkan dikatakan mati mengenaiperkembangan keris, karena pada masa ini benar-benar masasulit, karena jangan untuk berkarya, untuk dimakan sajasusahnya setengah mati.

Masa Kemerdekaan-Masa SekarangPada awal-awal masa ini pembuatan keris mulai

menurun, karena masih dikatakan kelanjutan dari masasebelumnya, namun perlahan-lahan mulai bangkit, sekitartahun 1970 an ada seorang empu yang masih keturunanlangsung dari empu Supo yang ke 15 dari jaman Majapahit,beliau mulai tergugah untuk melakukan kegiatan membuatkeris di Dusun Gatak, Kelurahan Sumber Agung, KecamatanMoyudan, Kabupaten Sleman Yogyakarta, yang bernamaEmpu Djeno Harumbrodjo (Suryadi: 1993: 49). Dia mulaimelakukan kreativitas berkarya di bidang perkerisan.Kemudian disertai munculnya para pemerhati keris yangberada di berbagai kota besar Indonesia di antarnya; PametriAji Yogyakarta, Nawasara Paniti Kadgo dan PasopatiSurakarta, Damartaji Jakarta, Puri Wiji Semarang dan lainsebagainya. Sesudah Indonesia merdeka jumlah empu makinmenyusut dan yang masih bekerja membuat keris hanyalahEmpu Djeno Harumbrodjo di Desa Gatak, Sumberagung,Godean, Yogyakarta, Empu Fauzan Pusposukadgo, diKampung Yosoroto, Surakarta, Empu SuparmanWignyosukadgo (meninggal tahun 1991) di Nusukan,Surakarta (Aneka Raya Khasanah Budaya Nusantara, 1992).

Pada 1996 di Madura ada belasan orang pande kerisdi Kabupaten Sumenep, Madura, tetapi karya-karyanyamasih sederhana, kemudian tahun 1990 beberapa anak mudapendidikan Sekolah Tinggi Seni Indonesia di Surakarta telahbelajar membuat keris dengan hasil atau mutu yang bisadibanggakan, masyarakat sering menyebutnya mereka

Page 24: PROSIDING SEMINAR NASIONAL SENI & NASIONALISMErepository.isi-ska.ac.id/4313/1/Prosiding Seminar Nasional Seni dan... · Semangat Kebangsaan Tetap dan Terus Ditanamkan pada Generasi

183

Seni & Nasionalisme

dengan sebutan ‘empu muda’ di antaranya: Supriyanto,Subandi, Suyanto, Y. Yantono, Hajar Satoto, Sukamdi danDaliman (Harsrinuksmo, 2004: 154-157). Kemudian setelahInstitut Seni Indonesia memberi mata kuliah tosan aji, makamulai banyak menghasilkan generasi muda yang mulaitertarik terhadap benda budaya yaitu keris.

PENUTUP

Dari berbagai uraian dan beberapa contoh yang telahdikemukakan di atas maka sampailah pada bagian akhirtulisan ini adalah penutup, adapun sebagai penutup daritulisan ini akan disampaikan pandangan penulis berdasarkanuraian diatas, yang antara lain sebagai berikut:

Seorang empu dalam melakukan proses pembuatankeris tidak sembarang artinya mereka perlumempertimbangkan maksud dan tujuannya serta fungsi,mereka benar-benar melakukan konsentrasi mulai proses awalmenentukan bahan hingga proses pembuatan pamor padabilah keris, tentu juga mempertimbangkan permintaan daripemesannya.

Keris adalah merupakan hasil dari proses penyusunanberbagai lapisan logam yakni besi, bahan pamor dan baja,yang disusun menjadi satu tumpukan kemudian dilakukanpenempaan dengan sistem pemanasan, dengan teknik pijaruntuk menyatukan dari berbagai unsur logam tadi, yangdilakukan berulang-ulang dengan beberapa lipatan untukmenghasilkan lapisan atau serat pamor pada bilah permukaankeris.

Keris sebagai benda budaya sangat menarik danternyata sesuai dengan perkembangan mulai sejak jamansebelum Majapahit hingga kini, keris memiliki banyak ragamjenis, baik dilihat dari sisi teknik maupun bentuknya sepertitelah diuraikan di atas bahwa dari hasil kreativitas para emputernyata menghasilkan bervariasi bentuk dapur dan pamornya,hampir ratusan dapur bilah.

Penjelasan uraian merupakan hasil penelitian yangsifatnya belum proporsional dengan perspektif dalam konsepsejarah namun sumber informasi yang tertulis maupun lisan

Page 25: PROSIDING SEMINAR NASIONAL SENI & NASIONALISMErepository.isi-ska.ac.id/4313/1/Prosiding Seminar Nasional Seni dan... · Semangat Kebangsaan Tetap dan Terus Ditanamkan pada Generasi

184

Prosiding Seminar Nasional

merupakan indikator bahwa benda budaya keris ternyataselain memiliki fungsi sebagai keindahan dan kekuatan secarafisik ternyata kedudukan pamor pada bilah keris jugamemiliki makna simbolik dalam budaya masyarakat Jawa.

Pembelajaran dari uraian di atas ternyataperkembangan keris di Indonesia khususnya Jawa telahmengalami proses panjang yang pernah mengalami puncakkeemasannya yaitu pada zaman Mataram, tetapi juga telahmengalami hampir punah pada saat kolonial, akan tetapisetelah masa tersebut hingga kini telah tumbuh lagi denganditandai adanya aktivitas budaya perkerisan termasuk didalamnya dengan melakukan kekaryaan dengan konsepkonservasi sekaligus inovasi terhadap keris yang dilakukanoleh generasi ke generasi berikutnya. Bahkan keberadaankeris hingga sekarang telah diakui oleh badan dunia yakniUNESCO sebagai World Hertige of Humanity.

DAFTAR PUSTAKA

Amangkurat III, K.G.P.A.A, 1985. (Pakubuwana V), SeratCentini, di salin Sesuai aslinya oleh Kamajaya,Yogyakarta: Yayasan Centini.

Arifin, MT, 2006, Keris Jawa, Bilah, Latar Belakang hinggaPasar, Jakarta: Haejied Pustaka.

Basuki T Yuwono, 2012, Keris Indonesia, Citra Sains, LPKBNbekerja sama dengan PT Keris Nusantara Lestari,Jakarta.

Groneman, Isaac, 2006, KERIS JAWA (Der Kris Der Jawa),Internationales Archiv fur Ethnographie, Band XIX,1910. Terj, Stanly Hendrawijaya.

Harsrinuksmo, 2004, Bambang, Ensiklopedi Budaya Indone-sia, tentang Keris dan Senjata Tradisional Lainnya,Jakarta: GramediaPustaka Utama.

Haryono Haryoguritno, 2006, Keris Jawa antara Nalar danMistik, Jakarta: PT Indonesia Kebanggaanku.

Page 26: PROSIDING SEMINAR NASIONAL SENI & NASIONALISMErepository.isi-ska.ac.id/4313/1/Prosiding Seminar Nasional Seni dan... · Semangat Kebangsaan Tetap dan Terus Ditanamkan pada Generasi

185

Seni & Nasionalisme

Ki Darmo Soegito, 1961, Bab Dhuwung ( WinawasSawatawis), Surabaya, Yayasan Penerbit : Djoyobojo.

Santoso, Soewito, 1990, Urip-Urip, memperingati 25 tahun KRTHardjonagoro sebagai Ketua Presidium Museum RadyaPustaka,Surakarta: Museum Radya Pustaka.

Serat Bab Pratelanipun Dapur Duwung Mawi KawujudanGambar 51 iji” –S H.

Suryadi, Linus AG, 1993, REGOL MEGAL MEGOL. FenomenaKosmogoniJawa, Yogyakarta: Andi Offset Penerbit.

Suryono, Joko S, 2009 “Tranformasi Keris Jawa,” Tesis S2Pengkajian Seni Rupa ISI Surakarta.

Sutopo HB, Pengantar Penelitian Kualitatif dasar-dasar Teoritisdan Praktis, Surakarta : Pusat Penelitian UNS. 1986.

Tim Koordinasi, 1992, “Siaran Direktorat JendralKebudayaan”, Aneka Raya Khasanah BudayaNusantara II, Jakarta: DepartemenPendidikan danKebudayaan.

Unggul Sudrajat, 2011, Keris dalam Perspektif Keilmuan,Pusat Penilitian dan Pengembangan KebudayaanBadan Pengembangan Sumber Daya Kebudayaan danpariwisata Kementerian Kebudayaan dan pariwisata,Jakarta.

http://www.duniapusaka.com/blog/ilmu-mendeteksi-tangguh-keris-pusaka, diakses 2 Agustus 2018.