PERMUTASI DAN DIALEKTOMETRI ISOLEK KECAMATAN WEDI …

14
163 PERMUTASI DAN DIALEKTOMETRI ISOLEK KECAMATAN WEDI DALAM PERTEMUAN DIALEK JOGJA-SOLO (PERMUTATION AND DIALECTOMETRY OF ISOLECT IN WEDI DISTRICT OF THE JOGJA-SOLO DIALECT CONTACT) Wido Hartanto STKIP Al Hikmah Surabaya Jalan Kebonsari Elveka , Kebonsari, Kecamatan Jambangan, Surabaya, Jawa Timur 60232 Pos-el: [email protected] Abstract This writing discusses the status of Javanese language isolects in Wedi District, Klaten Regency which is influenced by the Jogjakarta and Surakarta isolects. This is a quantitative descriptive approach. The data source is the community of Wedi District of Klaten Regency. The data consists of 15 points of observation area (villages) which was determined by means of dialectometry triangle. The data were in the form of speech of the people of Wedi district, Klaten Regency and were collected using listening and speaking methods. The listening method is equipped with the note taking and taping technique, while the speaking method is equipped with the fishing, meeting, and a recording techniques. The data were analyzed using mutual intelligibility, dialectometry, permutation methods and isoglos lines. The results show that the status of isolect was found on the level of different vocabulary, different speech, different subdialects and different dialects. It means that the diversity of languages in the form of typical isolects is still found. Such results also prove that Jogja and Solo dialects have a diversity of isolects as portraits and evidence of diversity in languages. Keywords: Isolek, Jogja-Solo Dialect, diversity. Abstrak Penelitian ini membahas status isolek bahasa Jawa di Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten yang dipengaruhi isolek Jogjakarta dan Surakarta. Penelitian ini berjenis deskriptif kuantitatif. Sumber data pada penelitian ini adalah masyarakat Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten. Sumber data penelitian terdiri atas lima belas titik daerah pengamatan (desa) yang ditentukan melalui segitiga dialektometri. Data penelitian ini merupakan tuturan masyarakat Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten. Pengumpulan data penelitian ini menggunakan metode simak dan cakap. Metode simak dilengkapi dengan teknik catat dan sadap, sedangkan metode cakap dilengkapi dengan teknik pancing, teknik semuka, dan rekam. Analisis data penelitian ini menggunakan metode pemahaman timbal balik, metode dialektometri, metode permutasi, dan berkas isoglos. Berdasarkan analisis ditemukan status isolek berupa beda kosakata, beda wicara, beda subdialek, dan beda dialek. Hal ini menunjukkan bahwa keragaman bahasa berupa isolek yang khas masih ditemukan. Hasil penelitian ini juga membuktikan bahwa dialek Jogja dan Solo memiliki keragaman isolek sebagai potret dan bukti kebhinnekaan bahasa. Kata kunci: Isolek, Dialek Jogja-Solo, kebhinnekaan.

Transcript of PERMUTASI DAN DIALEKTOMETRI ISOLEK KECAMATAN WEDI …

Page 1: PERMUTASI DAN DIALEKTOMETRI ISOLEK KECAMATAN WEDI …

Wido Hartanto: Permutasi dan Dialektometri ...

163

PERMUTASI DAN DIALEKTOMETRI ISOLEK KECAMATAN WEDI DALAM PERTEMUAN DIALEK JOGJA-SOLO

(PERMUTATION AND DIALECTOMETRY OF ISOLECT IN WEDI DISTRICT OF THE JOGJA-SOLO DIALECT CONTACT)

Wido HartantoSTKIP Al Hikmah Surabaya

Jalan Kebonsari Elveka Ⅴ, Kebonsari, Kecamatan Jambangan, Surabaya, Jawa Timur 60232Pos-el: [email protected]

Abstract

This writing discusses the status of Javanese language isolects in Wedi District, Klaten Regency which is influenced by the Jogjakarta and Surakarta isolects. This is a quantitative descriptive approach. The data source is the community of Wedi District of Klaten Regency. The data consists of 15 points of observation area (villages) which was determined by means of dialectometry triangle. The data were in the form of speech of the people of Wedi district, Klaten Regency and were collected using listening and speaking methods. The listening method is equipped with the note taking and taping technique, while the speaking method is equipped with the fishing, meeting, and a recording techniques. The data were analyzed using mutual intelligibility, dialectometry, permutation methods and isoglos lines. The results show that the status of isolect was found on the level of different vocabulary, different speech, different subdialects and different dialects. It means that the diversity of languages in the form of typical isolects is still found. Such results also prove that Jogja and Solo dialects have a diversity of isolects as portraits and evidence of diversity in languages.

Keywords: Isolek, Jogja-Solo Dialect, diversity.

Abstrak

Penelitian ini membahas status isolek bahasa Jawa di Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten yang dipengaruhi isolek Jogjakarta dan Surakarta. Penelitian ini berjenis deskriptif kuantitatif. Sumber data pada penelitian ini adalah masyarakat Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten. Sumber data penelitian terdiri atas lima belas titik daerah pengamatan (desa) yang ditentukan melalui segitiga dialektometri. Data penelitian ini merupakan tuturan masyarakat Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten. Pengumpulan data penelitian ini menggunakan metode simak dan cakap. Metode simak dilengkapi dengan teknik catat dan sadap, sedangkan metode cakap dilengkapi dengan teknik pancing, teknik semuka, dan rekam. Analisis data penelitian ini menggunakan metode pemahaman timbal balik, metode dialektometri, metode permutasi, dan berkas isoglos. Berdasarkan analisis ditemukan status isolek berupa beda kosakata, beda wicara, beda subdialek, dan beda dialek. Hal ini menunjukkan bahwa keragaman bahasa berupa isolek yang khas masih ditemukan. Hasil penelitian ini juga membuktikan bahwa dialek Jogja dan Solo memiliki keragaman isolek sebagai potret dan bukti kebhinnekaan bahasa.

Kata kunci: Isolek, Dialek Jogja-Solo, kebhinnekaan.

Page 2: PERMUTASI DAN DIALEKTOMETRI ISOLEK KECAMATAN WEDI …

164

Metalingua, Vol. 19 No. 1, Juni 2021: 163–176

1. Pendahuluan Bahasa Jawa memiliki jumlah penutur

sekitar 75,5 juta orang. Jumlah itu mendudukkan bahasa Jawa sebagai peringkat ke-14 dalam jumlah penutur terbanyak bahasa-bahasa di dunia. Selain dipakai oleh penutur yang pada umumnya berada di Pulau Jawa, bahasa Jawa dipakai pula oleh komunitas Jawa di Sumatera, Kalimantan, dan pulau-pulau lainnya di Indonesia. Ada pula komunitas penutur bahasa Jawa di luar negeri, seperti di Suriname, Kaledonia Baru, dan perkampungan Jawa di Malaysia (Poedjasoedarma, 1990:1).

Penelitian bahasa di Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten merupakan upaya pelestarian dalam rangka mengembangkan serta memperkaya perbendaharaan bahasa di daerah tersebut. Pada bidang linguistik, khusunya dialektologi, bahasa Jawa di Kabupaten Klaten merupakan lahan penelitian kebahasaan dengan masalah yang beragam. Wujud keberagaman tersebut, antara lain berupa uniknya tuturan isolek Jawa di wilayah bagian barat (pengaruh variasi dialek Jogjakarta) dan di daerah timur (pengaruh variasi dialek Solo).

Lokasi penelitian ini berada di wilayah Kabupaten Klaten, khususnya daerah Kecamatan Wedi. Posisi Kecamatan Wedi sebelah barat berbatasan dengan wilayah Kecamatan Jogonalan, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Bayat, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Gantiwarno, dan sebelah utara berbatasan dengan Keca-matan Klaten Tengah.

Gambar 1 Peta Kecamatan Wedi dalam Skala 1:25.000 (Sumber: Dinas Kabupaten Klaten)

Berdasarkan data Dinas Kabupaten Klaten (2015) daerah Wedi memiliki luas wilayah 24,38 km² dengan kepadatan penduduk 1.864/km². Secara administratif Kecamatan Wedi terbagi atas 19 desa yang mayoritas penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani karena wila-yah ini memiliki potensi pertanian. Selain potensi alam yang dapat mendukung perekonomian daerah, sektor pariwisata merupakan salah satu sumber pendapatan terbesar. Sektor ini didukung oleh kondisi alam berupa hamparan pantai selatan Kabupaten Klaten, pemandangan alam, dan beberapa wisata alam yang indah.

Sebagaimana penduduk Kabupaten Klaten pada umumnya, penduduk masyarakat Kecamatan Wedi juga bertutur bahasa Jawa. Meskipun demikian, tidak berarti bahwa tuturan antara penduduk desa satu dengan lainnya dalam kecamatan itu sama persis. Perbedaan inilah yang akan dikaji menggunakan dialektologi. Penelitian dialektologi sebelumnya pernah dilakukan dengan berbagai sumber data.

Penelitian pertama, Pujiyanto (2007) berupa tesis berjudul “Variasi Dialek Bahasa Jawa di Kabupaten Kebumen: Kajian Sosiodialektologi”. Penelitian tersebut mengambil tujuh daerah pengamatan (DP) di Kabupaten Kebumen bagian timur sebagai data. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan masalah tingkat tutur dan variasi kebahasaan. Secara dialektologi hasil penelitian tersebut berupa gambaran mengenai garis isoglos dan pemberkasan isoglos. Selain itu, belum ada penggambaran secara jelas mengenai status isolek dalam perbedaan bahasa, dialek, subdialek, beda wicara atau tanpa beda sama sekali.

Penelitian kedua, Ngumarno (2010) berupa tesis berjudul “Isolek Jawa di Kecamatan Ambal, Kabupaten Kebumen: Kajian Dialektologis” yang mencoba menekankan adanya isolek Jawa di Kecamatan Ambal yang bervariasi. Data penelitian tersebut meliputi enam daerah pengamatan. Hasil penelitian tersebut berupa pemberkasan serta penggambaran isoglos leksikal dan fonologis.

Hasil penelitian tersebut berdasarkan fenomena kebahasaan yang ada membuat penulis menetapkan masalah isolek di Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten sebagai tema dalam penulisan kajian ini. Selain kondisi tata letak kota Kecamatan Wedi dan Kecamatan Ambal

Page 3: PERMUTASI DAN DIALEKTOMETRI ISOLEK KECAMATAN WEDI …

Wido Hartanto: Permutasi dan Dialektometri ...

165

yang hampir mirip, alasan lain adalah adanya keunikan bahasa. Secara fonologis fenomena tersebut tampak unik serta kondisi geografis isolek yang berada di wilayah dialek Jogja-Solo ternyata memberikan variasi kebahasaan tertentu.

Penulis menyebut fenomena kebahasaan tersebut dengan istilah isolek. Pemakaian istilah ini memiliki tujuan untuk netralitas sebutan bagi fenomena kebahasaan yang belum jelas kedudukannya (Mahsun, 1995:11).

Berdasarkan pengamatan awal setiap desa di wilayah Kecamatan Wedi yang memiliki pengaruh dialek Jogja cenderung berada di wilayah timur dan selatan, sedangkan dialek Solo cenderung berada di wilayah barat dan utara. Setiap desa di wilayah Kecamatan Wedi yang memiliki pengaruh dialek Jogja cenderung memakai bentuk [I] seperti pada [gərIh] dan dialek Solo cenderung berbentuk [ε] seperti [gərεh].

Fenomena kebahasaan tersebut menjadi pijakan bahwa dialek JS (Jogja-Solo) masih memiliki perbedaan. Fenomena kebahasaan semacam ini dalam khazanah linguistik belum ada klasifikasi yang menggolongkannya sebagai bahasa, dialek, subdialek, atau hanya sekadar beda wicara. Atas dasar itulah penulis menyebut fenomena kebahasaan ini sebagai isolek. Pemakaian istilah ini bertujuan demi netralitas bagi fenomena kebahasaan yang belum jelas kedudukannya (Mahsun, 1995:11).

Isolek Jawa di Kecamatan Wedi (IJW) sangat menarik karena di samping secara lingual tampak unik, kondisi geografis isolek ini berada di wilayah dialek JS yang tenyata masih memiliki perbedaan antara dialek Jogja dan dialek Solo itu sendiri. Berdasarkan latar kondisi geografis tersebut sangat dimungkinkan adanya keunikan isolek dan penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah diversitas bahasa, khususnya diorama kebahasaan. Penelitian ini nantinya akan fokus pada tataran fonologi isolek JS di Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif karena data penelitian dihitung menggunakan penghitungan dialektometri dan permutasi. Adanya teknik deskriptif membuat peneliti dapat menyajikan fakta kebahasaan yang menyangkut isolek bahasa Jawa di Kecamatan Wedi, Klaten. Berdasarkan fakta

kebahasaan tersebut didapatlah data yang selanjutnya diseleksi kemudian dipetakan. Teknik ini dipergunakan untuk memberikan penjelasan, penafsiran, analisis, dan pengolahan data.

Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan dialektologi. Menurut Lauder (1993a:234—235) dialektologi adalah cabang ilmu pengetahuan bahasa yang sacara sistematis menangani berbagai kajian yang berkenaan dengan distribusi dialek atau variasi bahasa dengan memperhatikan faktor geografi, politik, ekonomi, dan sosial budaya. Dialektologi juga sering disebut sebagai geographical linguistics, geolinguistics, atau areal linguistics. Tujuan peneliti menggunakan pendekatan dialektologi adalah untuk mengetahui status isolek bahasa Jawa di Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten dalam tataran fonologi.

Sumber data yang digunakan penelitian ini adalah masyarakat di Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten. Data dalam penelitian ini adalah tuturan yang wajar dari penduduk Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten.

Terdapat 19 desa di Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten, 15 desa di antaranya ditetapkan sebagai daerah pengamatan (DP) berdasarkan pola segitiga dialektometri yang saling menghubungkan DP. Desa-desa tersebut meliputi 1. Desa Canan (DP 1), 2. Desa Kalitengan (DP 2), 3. Desa Gadungan (DP 3), 4. Desa Pandes (DP 4), 5. Desa Dengkeng (DP 5), 6. Desa Pesu (DP 6), 7. Desa Birit (DP 7), 8. Desa Pasung (DP 8), 9. Desa Trotok (DP 9), 10. Desa Sukorejo (DP 10), 11. Desa Kadibolo (DP 11), 12. Desa Sembung (DP 12), 13. Desa Melikan (DP 13), 14. Desa Jiwowetan (DP 14), dan 15. Desa Kadilanggon (DP 15).

Semua DP dibandingkan untuk mencari status isolek masing-masing berdasarkan persentase penghitungan dialektometri dan permutasi. Hal yang tidak kalah penting adalah kriteria informan, yaitu ditentukan berdasarkan kriteria umur sekurang-kurangnya 40 tahun; belum pernah pergi merantau ke luar daerah;

Page 4: PERMUTASI DAN DIALEKTOMETRI ISOLEK KECAMATAN WEDI …

166

Metalingua, Vol. 19 No. 1, Juni 2021: 163–176

dan masih memiliki alat ucap yang lengkap. Sebanyak 838 glos dan beberapa kalimat dijadikan instrumen untuk menggali data yang diperlukan.

Pengumpulan data penelitian isolek bahasa Jawa di Kecamatan Wedi, Klaten menggunakan metode cakap dan simak (Mahsun, 2005:94—99). Kedua metode ini memiliki teknik masing-masing. Metode cakap membuat peneliti berhadapan dan mengadakan percakapan dengan informan sehingga terdapat kontak antara peneliti dan informan di setiap DP yang telah ditentukan.

Metode simak dapat membuat peneliti menyimak penggunaan bahasa informan, khususnya berupa bahasa lisan. Metode ini direalisasikan dengan teknik sadap, yakni menyadap bahasa yang digunakan informan sebagai upaya mendapatkan data.

Selanjutnya, secara teknis metode cakap diwujudkan dalam teknik pancing. Peneliti memberikan pancingan kepada informan untuk memunculkan gejala bahasa yang diharapkan peneliti. Pancingan tersebut berupa glos yang telah disiapkan dan disusun dalam daftar pertanyaan (Sudaryanto, 1993:137). Teknik pancing sebagai teknik dasar diwujudkan dalam teknik lanjutan berupa teknik cakap semuka. Teknik ini membuat peneliti mendatangi setiap DP dan melakukan percakapan dengan informan. Selain teknik semuka, dipakai pula teknik lanjutan berupa teknik rekam. Teknik rekam digunakan untuk melengkapi catatan mengenai berian dari setiap glos. Namun, terdapat kendala, yaitu keterbatasan waktu yang dimiliki informan karena sebagian besar berprofesi sebagai petani sehingga peneliti harus datang berkali-kali pada setiap DP.

Setelah pengumpulan data selesai yang ditandai dengan tersedia dan terklarifikasinya data (baik leksikal maupun fonologis), langkah berikutnya adalah analisis data. Sebenarnya ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam kajian dialektologi, yakni metode pemahaman timbal balik, metode leksikostatistik, metode dialektometri, metode Homals, dan metode berkas isoglos (Mahsun, 2005:112—115).

Peneliti dalam hal ini menggunakan metode pemahaman timbal balik untuk menganalisis data dan menggunakan metode dialektometri untuk mengetahui jarak kosakata antara satu DP dengan DP lainnya dan mencari perbedaan atau kesamaan

status isolek antara DP yang diperbandingkan. Keterbatasan metode dialektometri diatasi dengan digunakannya metode permutasi dan berkas isoglos. Ketiga metode tersebut pada dasarnya memiliki keterkaitan dalam analisis data. Pada akhirnya akan diketahui bagaimana status isolek bahasa Jawa di Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten.

Adapun kriteria penentuan isolek untuk ditetapkan sebagai bahasa, dialek, subdialek, atau tanpa perbedaan sama sekali berdasarkan rumus Seguy (Lauder, 1993:41).

(S x 100) = d %

n

Keterangan :

S : Jumlah beda dengan daerah pengamatan lain

n : Jumlah peta yang diperbandingkan

d : Jarak kosakata dalam persentaseHasil yang diperoleh berupa persentase

kosakata dari DP yang menjadi penentu status isolek dengan kriteria perbedaan bidang fonologis Seguy (Lauder, 1993b:41):

17 % ke atas: dianggap perbedaan bahasa

% : dianggap perbedaan dialek

8-11 % : dianggap perbedaan subdialek

4-7%: dianggap perbedaan wicara

7% ke bawah : dianggap tidak ada perbedaaan.

2. Kerangka Teori2.1 Dialektologi

Dialektologi berasal dari bahasa Yunani dialek (variasi bahasa) dan logos (ilmu). Dialektologi merupakan ilmu yang mempelajari dialek. Trudgil (1986:26) sebagai salah satu pakar linguistik, khususnya dialektologi menyatakan. “dialectology is the study of dialect and

dialects. In common usage, a dialect is a substandard, low-status, often rustic form of language, generally associated with the peasantry, the working class, or other groups lacking in prestige. Dialect is also term which is often applied to forms of language, particularly those spoken in more isolated parts of the world, which have no

Page 5: PERMUTASI DAN DIALEKTOMETRI ISOLEK KECAMATAN WEDI …

Wido Hartanto: Permutasi dan Dialektometri ...

167

written form”.Menurut Chambers dan Trudgill (1986:40),

dialektologi adalah studi mengenai dialek dan dialek-dialek. Dalam pemakaian umum, dialek adalah substandar, status rendah, acap kali bentuk kasar dari bahasa, biasanya dihubungkan dengan kaum petani, kelas pekerja, atau kelompok kurang berwibawa yang lainnya. Dialek juga merupakan istilah yang sering digunakan untuk bentuk-bentuk bahasa, terutama bahasa yang tidak memiliki bentuk tulis.

2.2 Pembeda DialekMenentukan seperangkat tuturan sebagai

dialek atau bukan bukanlah hal yang mudah. Oleh karena itu, Zulaeha (2010:3) memberikan lima jenis perbedaan sebagai ciri pembeda dialek.1. Bedaan fonetis, yaitu bedaan pada tataran

fonologis. Bedaan ini sangat jarang disadari oleh para pemakai bahasa atau dialek.

2. Bedaan semantis, terjadi akibat terciptanya kata baru karena perubahan fonologis dan geseran bentuk. Dalam hal ini terjadi pergeseran makna yang dapat meliputi sinonimi dan homonimi.

3. Bedaan onomasiologis menunjukkan pelambang berdasarkan satu konsep yang dikenal di beberapa tempat yang berbeda.

4. Bedaan semasiologis merupakan kebalikan dari bedaan onomasiologis, yaitu berian pelambang yang sama untuk beberapa konsep yang berbeda.

5. Bedaan morfologis dibatasi adanya sistem tata bahasa yang bersangkutan, frekuensi morfem yang berbeda, dan wujud fonetisnya.

2.3 Variasi Bahasa Pemakaian bahasa tidak hanya ditentukan

oleh faktor-faktor linguistik, tetapi juga faktor-faktor nonlinguistik yang berpengaruh terhadap pemakaian bahasa, yaitu faktor-faktor sosial dan faktor-faktor situasional. Selain itu, bahasa memiliki ciri kearbitreran dan memiliki banyak variasi dalam pemakaiannya. Variasi dapat didefinisikan sebagai suatu wujud perubahan atau perbedaan dari pelbagai manifestasi kebahasaan, namun tidak bertentangan dengan kaidah kebahasaan (Nothofer, 1993:30). Variasi

bahasa juga erat kaitannya dengan leksikon. Menurut Hartanto (2016:183) leksikon lebih atau kurang merupakan makna secara umum yang diperoleh dan dapat digunakan sebagai satuan leksikal.2.4 Lek dan Isolek

Segala fenomena bahasa yang mempunyai fungsi-fungsi tertentu dalam masyarakat bahasa yang menyangkut variasi regional dan sosial disebut lek. Menurut Fernandez (1994:18) isolek adalah istilah yang digunakan secara netral untuk menyebut alat komunikasi yang dipakai di kalangan penutur suatu paguyuban atau anggota masyarakat (berupa bunyi tutur), tetapi status alat komunikasi itu belum ditetapkan sebagai bahasa, dialek, atau subdialek, baik dari kriteria yang menggunakan pendekatan dialektologi maupun pendekatan linguistik komparatif.

2.5 Peta Bahasa Menurut Mahsun (1995:18) peta bahasa

dalam dialektologi sangat penting mengingat objek kajiannya yang menyangkut perbedaan unsur-unsur kebahasaan yang disebabkan oleh faktor geografis. Selanjutnya dikatakan bahwa dalam dialektologi ada dua jenis peta, yakni peta peragaan dan peta penafsiran.

Peta peragaan merupakan peta yang berisi tabulasi data lapangan mengenai perbedan bidang fonologi, morfologi, sintaksis, leksikon atau semantik. Peta bahasa dapat mengemukakan beberapa sistem, baik melalui sistem langsung (memindahkan unsur kebahasaan yang memiliki perbedaan ke dalam peta), sistem lambang (mengganti unsur yang berbeda dengan menggunakan lambang tertentu di daerah pengamatan bersangkutan), atau sistem petak (tanda petak dengan garis atau arsiran yang sama untuk daerah pengamatan yang beriannya sama. Peta penafsiran merupakan peta yang memuat akumulasi pernyataan-pernyataan umum tentang distribusi perbedaan-perbedaan unsur linguistik yang dihasilkan berdasarkan peta peragaan.

2.6 Peta IsoglosMenurut Lauder (1993b:8) isoglos dimaknai

sebagai sebuah garis imajiner di dalam peta bahasa. Garis imajiner itu menyatukan tiap-tiap daerah pengamatan yang menampilkan gejala

Page 6: PERMUTASI DAN DIALEKTOMETRI ISOLEK KECAMATAN WEDI …

168

Metalingua, Vol. 19 No. 1, Juni 2021: 163–176

kebahasaan yang serupa. Selain istilah isoglos dikenal pula istilah heteroglos. Heteroglos adalah garis imajiner yang diterakan di atas sebuah peta bahasa untuk memisahkan kemunculan setiap gejala bahasa berdasarkan wujud atau sistem yang berbeda.

Garis isoglos berfungsi memisahkan daerah-daerah yang serupa, sedangkan garis heteroglos berfungsi memisahkan daerah-daerah pengamatan yang menampilkan gejala kebahasaan berbeda. Selanjutnya dalam penelitian ini digunakan istilah isoglos sebagai peta kebahasaan.

Lauder (1993b:34) menyatakan bahwa cara membubuhkan isoglos di atas peta bahasa (peta dasar) adalah sebagai berikut: (1) Memberikan simbol tertentu pada tiap-tiap

berian. Berian dengan mempunyai gejala kebahasaan yang serupa diberi simbol sama.

(2) Menyatukan berian yang mempunyai gejala kebahasaan serupa, garis dapat melengkung atau lurus dan digambar di antara daerah pengamatan. Daerah pengamatan mempunyai dua berian atau lebih yang salah satunya sama dengan daerah pengamatan lainnya. Setelah semua peta dibubuhi garis isoglos,

berikutnya adalah membuat berkas isoglos. Caranya adalah sebagai berikut (Lauder, 1993b: 46).a. Mengelompokkan peta-peta bahasa

berdasarkan pola isoglosnya, jumlah etimon, medan makna atau secara acak.

b. Menyalin semua isoglos pada sebuah peta dasar.

c. Menghimpun semua isoglos dari setiap peta menjadi sebuah berkas isoglos.Banyak sedikitnya garis yang melintas akan

menunjukkan kualitas tebal tipisnya garis isoglos. Makin tipisnya garis menujukkan makin sedikitnya perbedaan, sedangkan makin tebalnya garis menunjukkan makin banyaknya perbedaan.

3. Hasil dan Pembahasan3.1 Hasil Penghitungan Dialektometri

Isolek Kecamatan Wedi Secara FonologisBerdasarkan analisis penghitungan

dialektometri Kecamatan Wedi secara fonologis

diketahui sebagai berikut (Tabel 1).

Tabel 1 Penyatuan Hasil Penghitungan Fonologis

No. DP % Status

IsolekNo. DP % Status

Isolek

1—2 6 % BW 7 - 10 5,5 % BW

1—3 7 % BW 8 - 9 6 % BW

2—3 9 % BS 8 - 10 7,5 % BW

2—7 11 % BS 8 - 11 7 % BW

3—4 11,5 % BS 9 - 15 5,5

% BW

3—5 9 % BS 10 - 11 8 % BS

3—7 7,5 % BW 10 -

12 8 % BS

4—5 6 % BW 11 - 9 8 % BS

5—6 7 % BW 11 - 12

8,5 % BS

5—7 14,5 % BD 12 - 9 6 % BW

5—8 8,5 % BS 13 - 9 6,5

% BW

6—8 2,5 % BK 13 -

1216 % BD

6—9 2 % BK 13 - 14

7,5 % BW

6—15 3 % BK 14 - 9 5,5 % BW

7—8 6 % BW 14 - 15 5 % BW

Keterangan:BW (Beda Wicara)BS (Beda Subdialek)BD (Beda Dialek)BK (Beda Kosakata)

Pada Tabel 1 status isolek yang berbeda dalam satu kolom yang digunakan adalah status tertinggi. Berdasarkan hasil penghitungan secara fonologis pada Tabel 1 dapat dibuat peta segibanyak fonologis. Peta segibanyak disajikan untuk memudahkan visualisasi dalam memahami hubungan status isolek antar-DP yang dilambangkan dengan perbedaan ketebalan garis dan warna masing-masing. Garis paling tipis dengan warna hitam menggambarkan perbedaan kosakata, garis merah agak tipis menggambarkan perbedaan wicara, garis kuning agak tebal menggambarkan perbedan subdialek, dan garis tebal warna biru menggambarkan perbedaan dialek.

Page 7: PERMUTASI DAN DIALEKTOMETRI ISOLEK KECAMATAN WEDI …

Wido Hartanto: Permutasi dan Dialektometri ...

169

Gambar 2 Peta Penggabungan Dialektometri Fonologis

Keterangan Garis :: Beda Kosakata: Beda Wicara: Beda Subdialek: Beda Dialek

Peta tersebut menunjukkan adanya dua garis pembatas dialek yang terdapat pada DP 5—7, dan 12—13. Berarti ada dua DP yang isoleknya berstatus sebagai dialek, yaitu DP 5—7, dan 12—13 berdasarkan pola dialektometri. DP selebihnya memiliki status beda kosakata, beda wicara, dan beda subdialek. DP 5—7 secara

geografis dipisahkan oleh sungai besar dan jembatan kecil sehingga interaksi masyarakat satu dengan lainnya terhambat. DP 12—13 dipisahkan oleh bukit kecil yang secara geografis membuat masyarakat kedua DP tidak dapat langsung berinteraksi.

Berdasarkan hasil pemetaan dialektometri secara fonologis dapatlah dinyatakan istilah dialek Dengkeng, dialek Birit, dialek Kadibolo, dan dialek Jiwowetan. Dialek Dengkeng adalah istilah untuk isolek yang terdapat di DP 5 dalam hubungannya dengan isolek DP 7. Hubungan kedua isolek itu merupakan beda dialek, DP 7 disebut sebagai dialek tersendiri yang dalam hal ini disebut dialek Birit. DP 12 menyandang status dialek Kadibolo, sedangkan DP 13 menyandang status dialek Jiwowetan.

3.2 Hasil Penghitungan Permutasi Fonologis Dalam penghitungan permutasi fonologi

isolek Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten, apabila ada dua status, status tertinggilah yang digunakan. Berikut ini tabel 2 penghitungan permutasi fonologis isolek Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten.

Tabel 2 Permutasi FonologisNo. DP % Status No. DP % Status No. DP % Status1—2 6 BW 3—12 8 BS 7—9 7,5 BW1—3 7 BW 3—13 7 BW 7—10 5,5 BW1—4 11,5 BS 3—14 6,5 BW 7—11 5,5 BW1—5 12 BD 3—15 6,5 BW 7—12 8,5 BS1—6 9,5 BS 4—5 6 BW 7—13 8,5 BS1—7 9,5 BS 4—6 8 BS 7—14 4 BW1—8 7,5 BW 4—7 15,5 BD 7—15 9 BS1—9 9,5 BS 4—8 11 BS 8—9 6 BW1—10 8 BS 4—9 7 BW 8—10 7,5 BW1—11 10,5 BS 4—10 7,5 BW 8—11 7 BW1—12 8 BS 4—11 6 BW 8—12 6,5 BW1—13 9 BS 4—12 6 BW 8—13 6 BW1—14 10,5 BS 4—13 8 BS 8—14 6,5 BW1—15 9,5 BS 4—14 10 BS 8—15 6,5 BW2—3 9 BS 4—15 9 BS 9—10 9 BS2—4 9 BS 5—6 7 BW 9—11 8 BS2—5 10,5 BS 5—7 14,5 BD 9—12 6 BW2—6 4 BW 5—8 8,5 BS 9—13 6,5 BW2—7 11 BS 5—9 8,5 BS 9—14 7 BW2—8 2,5 BK 5—10 7,5 BW 9—15 5 BW2—9 2 BK 5—11 10 BS 10—11 8 BS2—10 4,5 BW 5—12 10 BS 10—12 8 BS2—11 5 BW 5—13 4,5 BW 10—13 7 BW2—12 3 BK 5—14 9 BS 10—14 8 BS2—13 10 BS 5—15 10,5 BS 10—15 6 BW2—14 6,5 BW 6—7 5 BW 11—12 8,5 BS2—15 6 BW 6—8 2,5 BK 11—13 10 BS3—4 11,5 BS 6—9 2 BK 11—14 4 BW3—5 9 BS 6—10 4 BW 11—15 10,5 BS3—6 8,5 BS 6—11 4,5 BW 12—13 16 BD3—7 7,5 BW 6—12 10,5 BS 12—14 10 BS3—8 10 BS 6—13 6,5 BW 12—15 5,5 BW3—9 7,5 BW 6—14 5,5 BW 13—14 7,5 BW3—10 8,5 BS 6—15 3 BK 13—15 6,5 BW3—11 10 BS 7—8 6 BW 14—15 5 BW

Page 8: PERMUTASI DAN DIALEKTOMETRI ISOLEK KECAMATAN WEDI …

170

Metalingua, Vol. 19 No. 1, Juni 2021: 163–176

Keterangan: BK (Beda Kosakata), BW (Beda Wicara), BS (Beda Subdialek), BD (Beda Dialek)

Berdasarkan penghitungan permutasi fonologis telah didapatkan adanya 6 beda kosakata, 44 beda wicara, 51 beda subdialek, dan 4 beda dialek. Penghitungan permutasi fonologis tersebut juga menjelaskan status DP lainnya yang tidak ada dalam dialektometri leksikal dan fonologis. Tabel tersebut juga menunjukkan bahwa status beda wicara dan beda subdialek lebih dominan dibandingkan dengan status lainnya.

3.3 Deskripsi Perbedaan FonologisBerikut merupakan penyajian perbedaan

fonologis yang didapatkan pada setiap DP. Ada perbedaan dua fonem dan ada pula perbedaan tiga fonem, tetapi semuanya didominasi oleh perbedaan dua fonem yang muncul pada setiap DP. Secara keseluruhan ditemukan adanya 104 perbedaan fonologis di setiap DP. Perbedaan tersebut mencakup perbedaan vokal dan konsonan. Perbedaan fonologis memiliki posisi yang sama seperti perbedaan leksikal dalam menentukan status isolek. Perbedaan fonologis dan leksikal memunculkan persentase yang nantinya menentukan status isolek di setiap DP.

a. Korespodensi Bunyi -a- ~ -ə-Berikut ini hasil analisis korespondensi

bunyi -a- ~ -ə-Tabel 3 Korespodensi-a- ~ -ə-

No. Glos (Nomor)

Berian I Memakai

-a-

Berian II Memakai

-ə-

1. Dahi (12)palarapan

paraupan

pəlarapan

pəraupan

2. Jari tengah (28) panuGgUI pənuGgUI

3. Pelupuk mata (55)

talapU ?antəlapU ?an

4. Telapak kaki (70)

dalama ? an

tapa ?an

dəlama ? an

təpa ?an

5. Anak yang tertua (110) pambarəp pəmbarəp

6. Istri adik laki-laki ayah (116) paripEn pəripEn

7. Istri adik laki-laki ibu (117) paripEn pəripEn

8.Istri kakak laki-laki ayah (118)

paripEn pəripEn

9.Istri kakak laki-laki ibu (119)

paripEn pəripEn

10. Istri dari saudara (120) paripEn pəripEn

11. Saudara dari istri (137) paripEn pəripEn

12. Saudara dari suami (138) paripEn pəripEn

13.Suami adik perempuan ayah (139)

paripEn pəripEn

14.Suami adik perempuan ibu (140)

paripEn pəripEn

15. Suami dari saudara (141) paripEn pəripEn

16.Suami dari istri saudara istri (143)

paripEn pəripEn

17.Suami/istri saudara suami (144)

paripEn pəripEn

18.Suami kakak perempuan ayah (146)

paripEnpəripEn

19.Suami kakak perempuan ibu (147)

paripEn pəripEn

20. Kandang merpati (192) pagupEn pəgupEn

21. Langit-langit (195) palapEn pəlapEn

22.Ruang depan yang terbuka (204)

pariGgitan pəriGgitan

23. Setandan pisang (350)

satundUn gəDaG

sətundUn gəDaŋ

24. Sisir pisang (351) saliraG səliraŋ

25. Jalan sempit (460) paluran pəluran

26. Jurang (461) jarambaGan jərambaGan27. Utara (502) alOr əlOr

28.Membawa dengan ketiak (557)

GampIt GəmpIt

29.Membawa di pinggang (564)

~naGklE ? ~nəGklE ?

30. Memburu hewan malam (570)

ramaGan rəmaGan

31. Sebentar (489) saDəlO ? səDəlO ?

32. Mencium benda (583) Gambu Gəmbu

33. Menganyam (589) Ga~nam Ga~nəm

34. Menyuruh (620) GakOn GəkOn

35. Buta (743) pica? picə?

36. Sejengkal (765) sakilan səkilan

Page 9: PERMUTASI DAN DIALEKTOMETRI ISOLEK KECAMATAN WEDI …

Wido Hartanto: Permutasi dan Dialektometri ...

171

a. Korespodensi Bunyi -E- ~ -i- Berikut ini hasil analisis korespondensi bunyi -E- ~ -i-.

Tabel 4 Korespondensi -E- ~ -i-

No. Glos (Nomor)

Berian I Memakai -E-

Berian IIMemakai -i-

1. Darah (13) g|tEh g|tih

2. Sebentar (489) delEt delit

3. Tebing (497) pErEGan piriGan

4. Banyak (653)

akEh wakEh wuakEh

akih wakih wuakih

5. Pendek (708)

c|ndE?

c(u)|nDE?

p|nDE?

p(u)|nDE?

c|ndi?

c(u)|nDi?

p|nDi?

p(u)|nDi?

6. Rendah (714)

c|nDE?

c(u)|nDE?

|nDE?

(u)|nDE?

c|nDi?

c(u)|nDi?

|nDi?

(u)|nDi?

7. Ringan (715)

EntEG

(u)EntEG

EntiG

(u)EntiG

8. Takut (723) jirEh jirih

b. Korespodensi Bunyi -i- ~ -I-Berikut ini hasil analisis korespondensi

bunyi -i- ~ -I-.

Tabel 5 Korespondensi -i- ~ -I-

No. Glos (Nomor)

Berian I Memakai -i-

Berian IIMemakai -I-

1. Bersih (660)

resi? r(uesi?

resI? r(uesI?

2. Jernih (683)

b|niG

b(u)|niG

b|nIG

b(u)|nIG

3. Kecil (685)

cili?

c(u)ili?

cilI?

c(u)ilI?

4. Kering (688)

gariG

gariG

garIG

garIG

5. Kikir (689) uTil uTIl

6. Malu (698)

isin

i(u)sin

isIn

i(u)sIn

7. Tajam (722)

lancip l(u)ancip

lincip l(u)incip

lancIp l(u)ancIp

lincIp l(u)incIp

8. Tipis (732)

tipis

t(u)ipis

tipIs

t(u)ipIs

c. Korespondensi Bunyi -a- ~ -E-Berikut ini hasil analisis korespondensi

bunyi -a- ~ -E-

Tabel 6 Korespodensi -a- ~ -E-

No. Glos (Nomor)

Berian I Memakai -a-

Berian IIMemakai -E-

1. Di atas (437) naG (n)duwUr nEG (n)duwUr

2. Di bawah (438) naG GisOr nEG GisOr

3. Di sana (440) naG kOnO nEG kOnO

4. Di sini (441) naG kene nEG kene

5. Tertawa (641) Gaka? GEkE?

6. Pendek (702) c|nDa? c|nDE?

d. Korespondensi Bunyi -a- ~ -i-Berikut ini hasil analisis korespondensi bunyi

-a- ~ -i-Tabel 7 Korespondensi -a- ~ -i-

No. Glos (Nomor)

Berian I Memakai -a-

Berian IIMemakai -i-

1.Cabai merah (307)

lOmbO? abaG lOmbO? abiG

2. Dekat (671) c|Da? c|Di?

3. Merah (702) abaG abiG

4. Pendek (708) c|nDa? c|nDi?

5. Tajam (722) lancIp lincIp

6. Terang (723) padaG padiG

e. Korespondensi Bunyi -u- ~ -U-Berikut ini hasil analisis korespondensi

bunyi -u- ~ -U-Tabel 8 Korespondensi -u- ~ -U-

No. Glos (Nomor)

Berian I Memakai -u-

Berian IIMemakai -U-

1. Bulu roma (8) rambUt alus rambUt alUs

2. Fajar (449) esu? esU?3. Pagi (483) esu? esU?

4. Pagi sekali (484) esu? esU?

5. Halus (678) alus alUs

6.Tinggi gunung (730)

duwur duwUr

7.Tinggi orang (731)

duwur duwUr

f. Korespondensi Bunyi -n- ~ -~n-Berikut ini hasil analisis korespondensi

bunyi -n- ~ -~n-

Page 10: PERMUTASI DAN DIALEKTOMETRI ISOLEK KECAMATAN WEDI …

172

Metalingua, Vol. 19 No. 1, Juni 2021: 163–176

Tabel 9 Korespodensi -n- ~ -~n-

No. Glos (Nomor)

Berian I Memakai -n-

Berian IIMemakai -~n-

1. Di sana (440) naG kOnO ~naG kOnO

2. Di sini (441) naG kene ~naG kene

3. Di atas (437) naG nduwUr ~naG nduwUr

4. Di bawah (438) naG GisOr ~naG GisOr

5. Menyusul (621) nusUI ~nusUI

g. Korespondensi Bunyi -b- ~ -g-Berikut ini hasil analisis korespondensi

bunyi -b- ~ -g-Tabel 10 Korespodensi -b- ~ -g-

No. Glos (Nomor)

Berian I Memakai -b-

Berian IIMemakai -g-

1. Geraham (14) bam gam

2.Kemaluan perempuan (441)

bawU ? gawU ?

3.Jatuh daun, buah, dan lain-lain (537)

c|blO? j|blO? ciblO? jiblO?

c|glO? j|glO? ciglO? jiglO?

h. Korespondensi Bunyi -i- ~ -|-Berikut hasil analisis korespondensi bunyi

-i- ~ -|-Tabel 11 Korespodensi -i- ~ -|-

No. Glos (Nomor)

Berian I Memakai -i-

Berian IIMemakai -|-

1. Benih (294) winIh w|nIh

2.Jatuh daun, buah, dan lain-lain (537)

rigOl r|gOl

3. Melihat (547) GiG|ti G|G|ti

i. Korespondensi Bunyi -c- ~ -j-

Berikut ini hasil analisis korespondensi bunyi -c- ~ -j-

Tabel 12 Korespodensi -c- ~ -j-

No. Glos (Nomor)

Berian I Memakai -c-

Berian IIMemakai -j-

1. Lutut (44) c|GkU? j|GkU?

2. Jendela (184) c|delO j|delO

3.Jatuh daun, buah, dan lain-lain (537)

ciblO? c|blO? ciglO? c|glO?

jiblO? j|blO? jiglO? j|glO?

j. Korespondensi Bunyi -o- ~ -u-Berikut ini hasil analisis korespondensi

bunyi -o- ~ -u-Tabel 13 Korespondensi -o- ~ -u-

No. Glos (Nomor)

Berian I Memakai -o-

Berian IIMemakai -u-

1. Cabai hijau (306) lOmbO? ijo lOmbO? Iju

2. Hijau (681) Ijo Iju

3. Kutang (767) kotaG kutaG

k. Korespondensi Bunyi -e- ~ -i-Berikut ini hasil analisis korespondensi

bunyi -e- ~ -i- Tabel 14 Korespondensi -e- ~ -i-

No. Glos (Nomor)

Berian I Memakai -e-

Berian IIMemakai -i-

1. Besar (661) g|De g|Di

2. Lama (694) suwe suwi3. Tajam (722) lancep lancip

l. Korespondensi Bunyi -u- ~ -O-Berikut ini hasil analisis korespondensi

bunyi -u- ~ -O-Tabel 15 Korespondensi -u- ~ -O-

No. Glos (Nomor)

Berian I Memakai -u-

Berian IIMemakai -O-

1. Jauh (682)

aDuh wuaDuh

aDOh wuaDOh

2. Lama (694)

DOwu DuOwu

DOwO DuOwO

3. Sakit (717) lOru LOrO

m. Korespondensi Bunyi -i- ~ -I- ~ -E-Berikut ini hasil analisis korespondensi

bunyi -i- ~ -I- ~ -E-Tabel 16 Korespondensi -i- ~ -I- ~ -E-

No. Glos (Nomor)

Berian I Memakai

-i-

Berian IIMemakai

-I-

Berian IIMemakai

-E-

1. Pendek (708) c|nDi? c|nDI? c|nDE?

2. Lama (714) (c)|nDi? (c)|nDI? (c)|nDE?

3. Takut (723) jirih jirIh jirEh

n. Korespondensi Bunyi -|- ~ -u-Berikut ini hasil analisis korespondensi

bunyi -|- ~ -u-

Page 11: PERMUTASI DAN DIALEKTOMETRI ISOLEK KECAMATAN WEDI …

Wido Hartanto: Permutasi dan Dialektometri ...

173

Tabel 17 Korespondensi -|- ~ -u-

No. Glos (Nomor)

Berian I Memakai

-|-

Berian IIMemakai -u-

1. Sayap (396) s|wiwi suwiwi

2. Berkembang pohon (516) |wOh UwOh

o. Korespondensi Bunyi -i- ~ -u-Berikut ini hasil analisis korespondensi

bunyi -i- ~ -u-Tabel 18 Korespondensi -i- ~ -u-

No. Glos (Nomor)

Berian I Memakai -|-

Berian IIMemakai -u-

1. Sebentar (489) dilit Dilut

2. Turun (645) midUn mudUn

p. Korespondensi Bunyi -G- ~ -m-Berikut ini hasil analisis korespondensi

bunyi -G- ~ -m-Tabel 19 Korespondensi -G- ~ -m-

No. Glos (Nomor)

Berian I Memakai -G-

Berian IIMemakai -m-

1. Melihat (547) G|G|ti n|m|ti

2. Melirik (548) GlirI ? mlirI?

q. Korespondensi Bunyi -d- ~ -j-Berikut ini hasil analisis korespondensi

bunyi -d- ~ -j-Tabel 20 Korespodensi -d- ~ -j-

No. Glos (Nomor)

Berian I Memakai -d-

Berian IIMemakai -j-

1. Dada (9) DODO jOjO

2. Rusa (395) KidaG KijaG

r. Korespondensi Bunyi -p- ~ -k-Berikut ini hasil analisis korespondensi

bunyi -p- ~ -k-Tabel 21 Korespondensi -p- ~ -k-

No. Glos (Nomor)

Berian I Memakai -p-

Berian IIMemakai -k-

1. Asap (419) p|IU ? k|IU ?2. Kabut (462) p|Dut k|Dut

s. Korespondensi Bunyi -b- ~ -w-Berikut ini hasil analisis korespondensi

bunyi -b- ~ -w- Tabel 22 Korespondensi -b- ~ -w-

No. Glos (Nomor)

Berian I Memakai -b-

Berian IIMemakai -w-

1. Malam (473) b|Gi w|Gi

2. Bergerak (511) Obah Owah

t. Korespondensi Bunyi -b- ~ -w-Berikut ini hasil analisis korespondensi

bunyi -b- ~ -w-Tabel 23 Korespodensi -b- ~ -w-

No. Glos (Nomor)

Berian I Memakai -b-

Berian IIMemakai -w-

1.Menggigit manusia (594)

b|Gi w|Gi

2.Menggigit serangga (595)

obah owah

u. Korespondensi Bunyi -p- ~ -m-Berikut ini ini hasil analisis korespondensi

bunyi -p- ~ -m-Tabel 24 Korespodensi -p- ~ -m-

No. Glos (Nomor)

Berian I Memakai -p-

Berian IIMemakai -m-

1. Menjemur (618)

G|pe mepe pepe peme

G|me meme meme meme

v. Korespondensi Bunyi LainnyaBerikut ini hasil analisis korespondensi

bunyi lainnya.Tabel 25 Korespondensi Bunyi Lainnya

No. Glos (Nomor) Berian I Berian II

1. Pelipis (54) -l- ~ -r- piliGan piriGan

2.Bertunangan (150) -n- ~ -t-

n|G|ri t|G|ri

3.Tempat tungku (211)-o- ~ -כ-

pogo pOgO

4. Darat (434) -e- ~ -ε- p|Den p|DEn

5.Bertanya (525) -a- ~ -e-

takO? tekO?

6.Melirik (548)-i- ~ -כ-

mliri? mlOrO?

Page 12: PERMUTASI DAN DIALEKTOMETRI ISOLEK KECAMATAN WEDI …

174

Metalingua, Vol. 19 No. 1, Juni 2021: 163–176

7.Memberi (567)-m- ~ -w-

mEnEhi wEnEhi

Berdasarkan hasil peneltian isolek Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten tataran fonologis diketahui DP yang menunjukkan perbedaan kosakata terdapat pada 2—8, 2—9, 2—12, 6—8, 6—9, 6—15. DP yang menunjukkan perbedaan wicara terdapat pada 1—2, 1—3, 1—8, 2—10, 2—11, 2—14, 2—15, 3—7, 3—9 3—13, 3—14, 3—15, 4—5, 4—9, 4—10, 4—11, 4—12, 5—6, 5—10, 5—13, 6—7, 6—10, 6—11, 6—13, 6—14, 7—8, 7—9, 7—10, 7—11, 7—14, 8—9, 8—10, 8—11, 8—12, 8—13, 8—14, 8—15, 9—12, 9—13, 9—14, 9—15, 10—13, 10—15, 11—14, 12—15, 13—14, 13—15, 14—15. DP yang menunjukkan perbedaan subdialek terdapat pada 1—4, 1—6, 1—7, 1—9, 1—10, 1—11, 1—12, 1—13, 1—14, 1—15, 2—3, 2—4, 2—5, 2—7, 2—13, 3—4, 3—5, 3—6, 3—8, 3—10, 3—11, 3—12, 4—6, 4—8, 4—13, 4—14, 4—15, 5—8, 5—9, 5—11, 5—12, 5—14, 5—15, 6—12, 7—12, 7—13, 7—15, 9—10, 9—11, 10—11, 10—12, 10—14, 11—12, 11—13, 11—15, 12—14. DP yang menunjukkan perbedaan dialek terdapat pada 5—7 dan 12—13.

Berdasarkan analisis yang telah ditemukan sebelumnya terdapat lapisan-lapisan masyarakat (asosiatif stilistika) yang menentukan tingkat tutur masyarakat Kecamatan Wedi. Lapisan tersebut terbagi ke dalam beberapa tingkatan, yakni lapisan akar rumput (lapisan paling bawah), lapisan menengah (lapisan tengah) dan lapisan atas (lapisan paling atas). Lapisan akar rumput atau lapisan paling bawah merupakan masyarakat yang memiliki tuturan yang terkesan keras karena di dalamnya terdapat masyarakat dengan profesi tukang parkir, tukang becak atau profesi lain yang membutuhkan kekuatan fisik. Lapisan menengah merupakan masyarakat yang memiliki tuturan lebih halus dan bisanya dihuni oleh masyarakat dengan profesi seperti pelajar, guru atau profesi yang memiliki latar belakang pendidikan lebih tinggi. Lapisan atas adalah masyarakat dengan tuturan yang sangat halus dan bisanya dihuni oleh orang yang memiliki jabatan tinggi, berpengaruh, atau memiliki nama besar. Pada kenyataannya, meskipun tidak seluruhnya demikian, penelitian ini berusaha menguak

sejauh mana strata sosial yang menonjol berdasarkan pengamatan di setiap desa.

Hal ini menunjukkan diversitas kebahasaan dalam kerangka kebhinnekaan menjadi kekayaan tersendiri bagi bangsa ini. Keragaman bahasa yang sarat sejarah apabila tidak ditangani dengan tepat dapat menimbulkan kepunahan. Sebaliknya, apabila keragaman bahasa ditangani dan dikemas menjadi sesuatu yang menarik tentu memperpanjang daya hidup dan nafas budaya masyarakat. Diversitas kebahasaan merupakan salah satu relief hidup dalam ranah kebhinnekaan bangsa ini.

4. Penutup4.1 Simpulan

Setiap data yang terjaring dari para responden (838 glos) dipilah ke dalam perbedaan fonologis dan leksikal dengan rincian 104 perbedaan fonologis, 32 perbedaan leksikal dan 9 glos tanpa perbedaan (zero).

Berdasarkan penggabungan dari hasil penghitungan dialektometri secara leksikal dan fonologis ditemukan bahwa status terendah adalah beda kosakata, diikuti beda wicara, beda subdialek sampai status tertinggi, yakni beda dialek. Hasil penggabungan penghitungan permutasi secara leksikal dan fonologis memiliki kesamaan dengan hasil penghitungan dialektometri secara leksikal dan fonologis.

Berdasarkan perhitungan permutasi juga ditemukan bahwa status terendah adalah beda kosakata, diikuti beda wicara, beda subdialek sampai status tertinggi, yakni beda dialek. Pada semua daerah pengamatan tidak ditemukan status beda bahasa.

Diversitas kebahasaan isolek Jawa di Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten merupakan wujud nyata penopang kebhinnekaan. Sudah selayaknya diversitas kebahasaan dalam kerangka kebhinnekaan menjadi perhatian khusus dan dikemas menjadi sesuatu yang menarik.

4.2 SaranKajian ini mudah-mudahan dapat menjadi

pemicu para peneliti yang lain untuk dapat lebih mengembangkan ilmu dialektologi, baik di daerah asal peneliti maupun daerah lainnya.

Page 13: PERMUTASI DAN DIALEKTOMETRI ISOLEK KECAMATAN WEDI …

Wido Hartanto: Permutasi dan Dialektometri ...

175

Daftar PustakaDinas Kabupaten Klaten. 2015. Laporan Badan Pusat Statistik. Klaten: BPS.Fernandez, Inyo. 1994. Linguistik Historis Komparatif Bagian Pertama. Yogyakarta: Program

Pascasarjana UGM.Hartanto, Wido. 2016. “Metafora Kognitif Tuturan Penceramah dalam Pengajian di Wilayah

Surakarta”. Kandai 12(1), 181-196 (DOI: 10.26499/jk.v12i1.69).Lauder, Multamia. 1993a. Pemetaan dan Distribusi Bahasa-Bahasa di Tangerang. Jakarta: Pusat

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.Lauder, Multamia. 1993b. Perkembangan Dialektologi di Indonesia. Jakarta: Atmajaya.Mahsun. 1995. Dialektologi Diakronis: Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press. Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.Ngumarno. 2010. Isolek Jawa di Kecamatan Ambal, Kabupaten Kebumen : Kajian Dialektologis.

Surakarta: UNS.Nothofer, Bernard. 1993. Cita-Cita Penelitian Dialek dalam Simposium Dialek: Penyelidikan dan

Pendidikan. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa.Poedjasoedarma, Soepama. 1990. Tingkat Tutur Bahasa Jawa. Jakarta: Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa.Pujiyanto, Ambar. 2007. Variasi Dialek Bahasa Jawa di Kabupaten Kebumen: Kajian Sosiodialektologi.

Jogjakarta: UGM.Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Data. Yogyakarta: Duta Wacana University

PressTrudgil, Peter. 1986. On Dialect, Social, and Geographical Perspectivess. Oxford: Basil Blackwell.Zulaeha, Ida. 2010. Dialektologi: Dialek Geografi dan Dialek Sosial. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Page 14: PERMUTASI DAN DIALEKTOMETRI ISOLEK KECAMATAN WEDI …

176

Metalingua, Vol. 19 No. 1, Juni 2021: 163–176