Perang Opini di Media Massa

6
Perang Opini di Media Massa O. Solihin E-mail: [email protected] Blog: www.osolihin.wordpress.com

description

Perang Opini di Media Massa. O. Solihin E-mail: [email protected] Blog: www.osolihin.wordpress.com. - PowerPoint PPT Presentation

Transcript of Perang Opini di Media Massa

Page 1: Perang Opini di Media Massa

Perang Opini di Media Massa

O. SolihinE-mail: [email protected]

Blog: www.osolihin.wordpress.com

Page 2: Perang Opini di Media Massa

“Kita tidak sekadar memberikan pengaruh yang menentukan dalam sistem politik yang kita kehendaki serta kontrol terhadap pemerintah; kita juga melakukan kontrol terhadap

alam pikiran dan jiwa anak-anak mereka” [Henry Ford, Sr., “The International Jew: The World Foremost Problem]

• Mewaspadai globalisasi budaya dan ‘ideologi’ yang disebar melalui media informasi.

– Sekadar contoh: Fenomena McWorld adalah sebuah dunia yang dicirikan dengan globalisme, informasi, hiburan, dan komersialisme. Maka, McWorld ditandai oleh tiga buah ikon penting; MTV, Macintosh, dan McDonald,. Sebuah paradigma berpikir global McWorld akhirnya membawa manusia Indonesia pada sebuah fenomena global, internasionalisasi budaya dan konsumerisme.

• Membongkar upaya jahat musuh-musuh Islam melalui saluran komunikasi media.

– “Jika emas merupakan kekuatan pertama kita untuk mendominasi dunia, maka dunia jurnalistik merupakan kekuatan kedua bagi kita”. Pernyataan rabi Yahudi Rashoron (1986) dalam suatu khutbahnya di kota Braga.

Page 3: Perang Opini di Media Massa

Menebar ‘teror’ melalui media massa• Kritikus Lorraine Gamman dan Margaret Marshment, keduanya penyunting buku "The Female

Ga ze: Women as Viewers of Popular Culture (1998)", bersepakat bahwa budaya populer adalah sebuah medan pergulatan ketika mengemukakan bahwa tidaklah cukup bagi kita untuk semata-mata menilai budaya populer sebagai alat kapitalisme dan patriarki yang menciptakan kesadaran palsu di kalangan banyak orang. Bagi mereka, budaya populer juga tempat dipertarungkannya makna dan digugatnya ideologi dominan.

• Pakar komunikasi seperti Mc.Luhan, yang juga penulis buku Understanding Media: The Extensive of Man, menyebutkan bahwa media massa adalah perpanjangan alat indera kita. Dengan media massa kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita lihat atau belum pernah kita kunjungi secara langsung. Realitas yang ditampilkan media massa adalah realitas yang sudah diseleksi.

• Televisi memilih tokoh-tokoh tertentu untuk ditampilkan dan mengesampingkan tokoh yang lainnya. Surat kabar pun, melalui proses yang disebut “gatekeeping” lebih banyak menyajikan berbagai berita tentang “darah dan dada” (blood and breast) dari pada tentang contoh dan teladan. Itu sebabnya, kita tak bisa, atau bahkan tak sempat untuk mengecek peristiwa-peristiwa yang disajikan media. Sebagan dar kita cenderung memperoleh informasi tersebut semata-mata berdasarkan pada apa yang dilaporkan media massa.

Page 4: Perang Opini di Media Massa

Kendala internal umat Islam

• Kekuatan media Islam terpecah dan cenderung ‘berseteru’.

• Sebagian lagi memilih ‘jalan’ masing-masing untuk menghindari konflik antar media Islam.

• Tak sedikit pula yang cuek dengan mengikuti arus mainstream, meski simbol Islam masih dikenakan.

Page 5: Perang Opini di Media Massa

Tantangan External

• Kekuatan media Asing didukung dana berlimpah.

• Seolah bersatu untuk menarik Umat Islam ke dalam pusaran kapitalisme.

• Opini mereka didukung media lokal yang sudah berkolaborasi dengannya.

Page 6: Perang Opini di Media Massa

Agenda Aksi• Mengkampanyekan upaya penyadaran umat

Islam terhadap bahaya media massa Asing (musuh-musuh Islam).

• Menggalang kekuatan bersama.• Tanamkan opini umum bahwa media massa

tanpa dukungan penuh dari kekuatan ideologi negara tak bisa berjalan dengan baik.

• Eratkan kekuatan internal Partai Islam yang menjadi kendaraan perjuangan kita.