LAMPIRAN Dinasti Ming Sep 10, '04 12:15 PM · 179 Universitas Kristen Petra LAMPIRAN Dinasti Ming...

22
Universitas Kristen Petra 179 LAMPIRAN Dinasti Ming Sep 10, '04 12:15 PM for everyone Setelah Kaisar Ming Taizu meninggal dunia, cucunya Kaisar Jian Wendi naik takhta, namun pada hari kemudian pasukannya dikalahkan oleh pasukan pimpinan pamannya yang bernama Zhu Li. Setelah naik takhta, Zhu Li menganugerahi dirinya gelar Kaisar Ming Chengzu dan memindahkan ibu kota dari Nanjing ke Beijing pada tahun 1421. Walaupun Dinasti Ming memperkuat kekuasaan pemerintah pusat, namun banyak kaisar pada dinasti itu sangat tolol atau berusia terlalu muda untuk menangani urusan negara dengan sebaik-baiknya sehingga kekuasaan berangsur-angsur dipegang oleh pejabat kasim. Pada Dinasti Ming, orang kasim di istana bersekongkol dan mempersekusi menteri yang tulus dan jujur sehingga pemerintahan semakin bobrok dan kontradiksi sosial meruncing. Pada pertengahan masa Dinasti Ming terjadi beberapa kali pemberontakan petani, namun semuanya ditindas oleh pasukan Dinasti Ming. Pada masa Dinasti Ming terdapat seorang negarawan bernama Zhang Juzheng. Ia mengusulkan pemerintah mengadakan reformasi untuk meredakan kontradiksi sosial dan menyelamatkan kekuasaan Dinasti Ming. Berkat reformasi yang diprakarsai oleh Zhang Juzheng, penyelenggaraan pemerintahan berhasil dibenahi, pertanian dibangkitkan, irigasi diperbaiki dan bermacam-macam pajak dapat disatukan sehingga pada derajat tertentu meringankan beban rakyat. Pada masa Dinasti Ming, pertanian mengalami perkembangan yang lebih besar daripada di masa dinasti-dinasti sebelumnya. Selain pertanian, industri tekstil, pembuatan porselin, penambangan besi, pengecoran perunggu, pembuatan kertas dan pembuatan kapal juga mengalami perkembangan yang relatif cepat. Sementara itu, kegiatan ekonomi dan kebudayaan Dinasti Ming dengan luar negeri sangat berkembang. Yang patut disebut ialah Zheng He, pelayar terkenal Dinasti Ming. Ia berturut-turut untuk tujuh kali memimpin armada berlayar ke "Samudera Barat", yaitu Pasifik Selatan dan Barat serta Samudera India. Selama pelayarannya, Zheng He dan armadanya pernah berkunjung ke 30 lebih negara dan daerah Asia dan Afrika. Pada masa Dinasti Ming, ekonomi komoditas mengalami perkembangan besar dan muncul benih kapitalisme. Pada awal masa Dinasti Ming, di masyarakat terdapat banyak tanah tandus tanpa pemilik. Untuk mengembangkan pertanian, Kaisar Ming Taizu memberikan tanah tandus kepada para pengungsi yang mengembara ke sana kemari supaya mereka menetap di suatu daerah. Selain itu, Kaisar Ming Taizu melaksanakan kebijakan peringanan dan pembebasan pajak pertanian sehingga jumlah petani yang memiliki tanahnya sendiri bertambah dengan besar-besaran. Pada waktu itu banyak jenis baru tanaman, antara lain, tembakau, kentang, jagung dan kacang tanah berturut-turut memasuki Tiongkok.

Transcript of LAMPIRAN Dinasti Ming Sep 10, '04 12:15 PM · 179 Universitas Kristen Petra LAMPIRAN Dinasti Ming...

  • Universitas Kristen Petra 179

    LAMPIRAN

    Dinasti Ming Sep 10, '04 12:15 PM for everyone Setelah Kaisar Ming Taizu meninggal dunia, cucunya Kaisar Jian Wendi naik takhta, namun pada hari kemudian pasukannya dikalahkan oleh pasukan pimpinan pamannya yang bernama Zhu Li. Setelah naik takhta, Zhu Li menganugerahi dirinya gelar Kaisar Ming Chengzu dan memindahkan ibu kota dari Nanjing ke Beijing pada tahun 1421. Walaupun Dinasti Ming memperkuat kekuasaan pemerintah pusat, namun banyak kaisar pada dinasti itu sangat tolol atau berusia terlalu muda untuk menangani urusan negara dengan sebaik-baiknya sehingga kekuasaan berangsur-angsur dipegang oleh pejabat kasim. Pada Dinasti Ming, orang kasim di istana bersekongkol dan mempersekusi menteri yang tulus dan jujur sehingga pemerintahan semakin bobrok dan kontradiksi sosial meruncing. Pada pertengahan masa Dinasti Ming terjadi beberapa kali pemberontakan petani, namun semuanya ditindas oleh pasukan Dinasti Ming. Pada masa Dinasti Ming terdapat seorang negarawan bernama Zhang Juzheng. Ia mengusulkan pemerintah mengadakan reformasi untuk meredakan kontradiksi sosial dan menyelamatkan kekuasaan Dinasti Ming. Berkat reformasi yang diprakarsai oleh Zhang Juzheng, penyelenggaraan pemerintahan berhasil dibenahi, pertanian dibangkitkan, irigasi diperbaiki dan bermacam-macam pajak dapat disatukan sehingga pada derajat tertentu meringankan beban rakyat. Pada masa Dinasti Ming, pertanian mengalami perkembangan yang lebih besar daripada di masa dinasti-dinasti sebelumnya. Selain pertanian, industri tekstil, pembuatan porselin, penambangan besi, pengecoran perunggu, pembuatan kertas dan pembuatan kapal juga mengalami perkembangan yang relatif cepat. Sementara itu, kegiatan ekonomi dan kebudayaan Dinasti Ming dengan luar negeri sangat berkembang. Yang patut disebut ialah Zheng He, pelayar terkenal Dinasti Ming. Ia berturut-turut untuk tujuh kali memimpin armada berlayar ke "Samudera Barat", yaitu Pasifik Selatan dan Barat serta Samudera India. Selama pelayarannya, Zheng He dan armadanya pernah berkunjung ke 30 lebih negara dan daerah Asia dan Afrika. Pada masa Dinasti Ming, ekonomi komoditas mengalami perkembangan besar dan muncul benih kapitalisme. Pada awal masa Dinasti Ming, di masyarakat terdapat banyak tanah tandus tanpa pemilik. Untuk mengembangkan pertanian, Kaisar Ming Taizu memberikan tanah tandus kepada para pengungsi yang mengembara ke sana kemari supaya mereka menetap di suatu daerah. Selain itu, Kaisar Ming Taizu melaksanakan kebijakan peringanan dan pembebasan pajak pertanian sehingga jumlah petani yang memiliki tanahnya sendiri bertambah dengan besar-besaran. Pada waktu itu banyak jenis baru tanaman, antara lain, tembakau, kentang, jagung dan kacang tanah berturut-turut memasuki Tiongkok.

    http://petra.ac.idhttp://digilib.petra.ac.id/index.htmlhttp://digilib.petra.ac.id/help/html

  • Universitas Kristen Petra

    180

    Pada waktu itu, industri kerajinan tangan Tiongkok, antara lain, pembuatan porselin dan tekstil juga mencapai taraf yang cukup tinggi. Bahkan di Tiongkok muncul pemilik puluhan perkakas tenun dan "buruh tenun" yang khusus untuk dipekerjakan. Kesemua itu menyatakan bahwa kapitalisme sudah menunjukkan benihnya di Tiongkok. Pada masa Dinasti Ming, di daerah-daerah yang mana kaya akan produk dan mudah lalu lintasnya terbentuk banyak pusat perdagangan, baik yang besar maupun yang kecil. Kota-kota besar seperti Beijing, Nanjing, Suzhou, Hangzhou dan Guangzhou merupakan daerah yang cukup makmur di Tiongkok pada waktu itu. Pada masa Dinasti Ming, penciptaan novel sangat makmur. Ketika itu muncul banyak novel yang terkenal, antara lain, "Tepi Air", "Sam Kok" atau "Tiga Negara", "Ziarah Ke Barat" dan "Jinpingmei". Sementara itu di Dinasti Ming muncul pula sejumlah buku yang berpengaruh cukup besar, antara lain, "Catatan Wisata Xu Xiake" di bidang geografi, "Bencao Gangmu" karya Li Shizhen di bidang kedokteran, "Kitab Ilmu Pertanian" karya Xu Guangqi di bidang pertanian, "Tian Gong Kaiwu" karya Song Yingxing di bidang industri dan kerajinan tangan serta "Ensiklopedia Yong Le", kitab literatur yang sangat berharga. Pada masa akhir Dinasti Ming, gejala terpusatnya tanah garapan sangat serius; tanah garapan yang dimiliki oleh keluarga kekaisaran dan raja terdapat di mana-mana. Sementara itu, pajak pertanian yang dikenakan oleh pemerintah juga semakin bertambah sehingga kontradiksi sosial semakin meruncing. Sebagian pejabat berharap agar kontradiksi sosial dapat diredakan dan meminta pemerintah membendung kekuasaan istimewa yang dinikmati oleh pejabat orang kasim dan keluarga ningrat. Pejabat yang berpandangan demikian sering memberi kuliah dan komentar tentang pemerintahan dan disebut sebagai "Golongan Partai Donglin". Kemudian pejabat "Golongan Partai Donglin" mengalami persekusi oleh bangsawan dan pejabat orang kasim dan ini lebih-lebih meningkatkan ketidaktenteraman sosial. Sementara itu, perjuangan di pedesaan juga semakin menajam. Pada tahun 1627, di Propinsi Shaanxi Tiongkok Barat Laut terjadi bencana alam, tapi pemerintah setempat tetap mengenakan pajak berat terhadap rakyat sehingga penduduk di sana mengadakan pemberontakan. Pasukan pemberontakan petani kemudian berhasil mengalahkan pasukan Dinasti Ming dan menyerbu masuk ke Beijing pada tahun 1644. Kaisar Chongzhen yang berkuasa pada masa itu terpaksa gantung diri di Beijing, berakhirlah Dinasti Ming. http://indonesiainchina.multiply.com/journal/item/36 Sau Ping Ge dari Dinasti Ming Ramalan Liu Bowen pada masa Dinasti Ming yang dikenal dengan "Sau Ping Ge" dengan jelas menyebutkan perubahan-perubahan besar yang akan terjadi di negeri China. (Erabaru.or.id) - Liu Bowen adalah seorang perdana menteri yang mendirikan negara Dinasti Ming (1368-1644), ia juga adalah salah satu penulis tiga ramalan

  • Universitas Kristen Petra

    181

    besar yang populer di kalangan rakyat China kuno yang berjudul Sau Ping Ge (Sau Ping = kue bulat pipih panggang yang ditaburi wijen di atasnya; Ge = lagu). Ia dengan tepat meramalkan peristiwa penting yang terjadi dari awal Dinasti Ming hingga kini, terutama meramalkan akan penyebaran besar-besaran Falun Dafa serta makna yang mendalam terhadap umat manusia. Berikut ini mari kita tinjau sebentar relevansi beberapa peristiwa Liu Bowen dan ramalannya dalam masa sekarang. Liu Ji, masyarakat menyebutnya Liu Bowen, adalah seorang perdana menteri perencanaan pendiri negara Dinasti Ming Taizu (1328-1398). Pada usia 22 tahun, beliau lulus ujian dan dapat ranking tertinggi kerajaan. Sifatnya dikenal lurus, teguh, jujur dan terus terang, jujur dalam menunaikan tugas jabatan. Belakangan ia kehilangan jabatan karena membongkar kasus seorang pengawas kerajaan, terdepak lalu pulang ke rumah dan mengasingkan diri. Setelah Zu Yuanzang merekrut tentara, Liu Ji pergi menggabungkan diri, dan akhirnya membantu Zu Yuanzang sampai berhasil mendirikan kerajaannya. Zu Yuanzang sepertinya dapat angin saja, menumpas habis lawan-lawannya dan berakhir dengan menggulingkan Dinasti Yuan, semua berkat bantuan siasat dari Liu Ji saat itu. Akhirnya karier Zu Yuanzang sebagai seorang kaisar seperti yang diramalkan oleh Liu Ji terwujud. Namun kalau berbicara dari sudut pandang lain, bahwa pergantian suatu dinasti atau pemerintahan, sudah suratan takdir dari-Nya. Dalam Sau Ping Ge, Liu Bowen berhasil meramalkan masa mendatang nan jauh, tentu saja ia telah mengetahui ajal daripada Dinasti Yuan itu sudah habis, dan Dinasti Ming akan berjaya. Oleh karena itu dia baru dapat menyesuaikan dengan kehendak dari atas dan jadilah ia seorang perdana menteri yang terkenal di masa itu. Sebagai penguasa kerajaan, Zu Yuanzang yang membangun Dinasti Ming Taizu selalu resah dengan kekuasaannya, apakah kedudukannya itu dapat dipertahankan dengan langgeng? Dia tahu bahwa Liu Bowen adalah seorang Dao (Tao) yang sangat mengetahui ilmu matematika, lalu bertanyalah pada Liu tentang peristiwa yang akan terjadi di kemudian hari. Penggantian sebuah dinasti adalah suratan takdir, rahasia atau kehendak Tuhan itu tak bisa dibocorkan dengan seenaknya. Namun hitung punya hitung Zu Yuanzang adalah seorang kaisar, tidak enak untuk menolaknya, lalu Liu Bowen pun menggubah sebuah lagu syair dengan arti yang samar-samar untuk mengabulkan perintah sang kaisar, sekaligus meninggalkan sebuah karya besar bagi generasi berikutnya yang mengejutkan dunia karena ketepatannya dalam ramalan yang sulit untuk dipercaya. Berhubung saat Liu menghadap, sang kaisar sedang makan kue kering siopia (sauping), maka diberilah nama (Sau Ping Ge) pada gubahannya itu. Pada suatu hari, Sang Kaisar Ming Taizu sedang berada di balairung sambil menikmati kue, baru makan sepotong, tiba-tiba seorang pengawas melaporkan bahwa Liu Bowen ingin menghadap, sang kaisar segera membalikkan mangkknya lalu mempersilakan Liu masuk, setelah diberi hormat, sang kaisar bertanya: "Anda tahu banyak tentang ilmu matematika, lalu tahukah Anda apa gerangan yang ada di dalam mangkuk itu?" Liu lalu meramal dengan menguji jari-jemarinya dan

  • Universitas Kristen Petra

    182

    menjawab, "Yang ada di dalam mangkuk itu separuhnya menyerupai matahari dan separuhnya lagi mirip bulan, telah digigit sepotong oleh sang naga emas, maka tak lain dan tak bukan isinya itu adalah makanan." Begitu dibuka ternyata benar. Sesudah itu sang kaisar bertanya bagaimana masalah yang terjadi di dunia di kemudian hari: "Peristiwa apa yang akan terjadi di dunia di kemudian hari? Apakah keluarga Zu akan menikmati selama-lamanya?" Liu Bowen menjawab: "Takdir Tuhan luas tak ada batasnya, anak cucu Tuan puluhan ribu, untuk apa bertanya pada hamba." Sangat jelas di sini, bahwa jawaban Liu terhadap pertanyaan Zu Yuanzang mengucapkan kalimat yang mengandung dua makna, dari permukaan itu adalah sepatah kata penghormatan, mengatakan secara jelas bahwa singgasana sang kaisar akan bertahan selama-lamanya, namun sesungguhnya adalah ramalan yang jelas dan tepat bahwa kekuasaan Dinasti Ming akan bertahan hingga Zhung Zen sang cucu kaisar saja. Kelihatannya saat itu Liu Ji tidak enak untuk mengatakannya secara jelas serta tidak berani menanggung dosa membohongi kaisar, sehingga melontarkan kalimat yang bermakna rangkap. Silakan simak kata-kata berikut ini: Kaisar: "Walau dari dulu hingga sekarang, jatuh-bangunnya sebuah kerajaan sudah suratan tangan dari-Nya, apalagi di dunia kekuasaan ini bukan milik seseorang saja, hanya bagi mereka yang berahklak saja akan menikmatinya, tak ada salahnya jika berkata sacara terus terang, dan coba diuraikan saja." Liu berkata, "Jikalau membocorkan rahasia Tuhan, dosa hamba tidak ringan, hamba bisa membuat amarah baginda, menerima hukuman mati ribuan kali, kalau baginda memberi tanda pembebasan hukuman mati, hamba baru berani dengan gegabah mempersembahkan saran." Sang kaisar lalu segera memberi tanda perintah pembebasan dari hukuman mati, Liu berterima kasih atas pengampunan sang kaisar. Meskipun sang kaisar pada zaman dahulu kala adalah penguasa tertinggi dalam suatu negara, namun dia tahu juga bahwa jatuh bangunnya sebuah kerajaan itu ditentukan oleh takdir serta sulit ditolak. Apalagi efek ucapan sang kaisar itu luar biasa besar, itulah sebabnya setelah beliau diberikan tanda perintah pembebasan dari hukuman mati oleh sang kaisar, maka mulailah ia mengungkapkan peristiwa yang akan terjadi di masa akan datang dengan lagu syair dan berusaha sebaik-baiknya sesuai dengan apa yang dikatakan dalam takdir itu. Ucapannya itu hanya menggunakan perkataan insinuisi dan arti kiasan dalam jumlah besar saja, oleh karena itu, setelah suatu peristiwa terjadi, orang baru sadar akan tepatnya ramalan itu. Sau Ping Ge secara tepat mengisahkan tentang "perubahan tanah dan kayu", "keluarga pejabat mengacaukan pemerintahan", "masuknya tentara Ching ke Tiongkok", "masa keemasan Kaisar Kangxi (1662-1722) dan Jianlong (1736-1795)" serta "akhir dari Dinasti Ching dan setelah pemerintahan Minkuo (1912-1949), sampai "tersebar luasnya Falun Dafa" yang sudah bersejarah 600 tahun lebih. Bagi mereka yang telah menjadi bagian dari sejarah pun tahu, di samping

  • Universitas Kristen Petra

    183

    itu penjelasannya juga tidak sedikit, untuk itu tidak dirinci satu per satu lagi di sini, namun bagi peristiwa kini dan masa mendatang, baru menjadi topik utama artikel ini. Paragraf terakhir dari Sau Ping Ge itu ada kaitannya dengan Falun Dafa, menyangkut hal-hal yang detail, rinciannya pun tidak dibahas lagi di sini. Berikut ini kami sampaikan paragra lain dialog antara Liu Bowen dengan Kaisar Ming Taizu, pembahasannya lebih jelas dan menarik. Kaisar: Setelah akhir darma siapakah yang akan menyebarkan Dao (Tao, jalan kebenaran)? Liu menjawab: Ada syair sebagai bukti; "Tidak mirip biarawan dan tidak mirip pendeta Dao, kepala mengenakan topi wol yang berbobot 4 tahil (200 gram). Buddha sejati itu tidak berada di dalam vihara, dan dialah memegang pucuk pimpinan agama Buddha Maitreya." Kaisar: Di mana tempat Buddha Maitreya turun ke dunia ini? Liu menjawab: Silakan dengar ucapan hamba ini: "Tokoh agama di masa mendatang turun ke dunia fana, tidak lahir di rumah pejabat atau pegawai negeri, tidak sebagai putra mahkota yang ada di istana, tidak berada di biara Buddha atau kompleks Dao, tapi justru turun di dalam rumah miskin dengan balai rerumputan, menyebarkan emas di selatan Yan dan utara Zhao." Kaisar: Tolong diterangkan dengan jelas dan supaya generasi berikutnya mengetahuinya dengan jelas apa yang akan terjadi setelah Dinasti Ching berakhir. Liu menjawab: Hamba tidak berani beberkan semuanya, namun sebelum dibukanya angkutan laut untuk umum, Dinasti Ching stabil adanya, setelah angkutan laut dibuka, senjata dan tentara digunakan, jika semuanya sudah dibuka kembali, sudah pasti 'air tua' akan kembali ke ibukota. Kaisar: Apakah 'air tua' ada gunanya? Liu: Ada, ada, ada, para Dao di bawah bimbingannya masuk ke dalam barisan kultivasi, tubuh besar berubah kecil, yang tua akan berubah menjadi muda, para biksu disukai oleh wanita cantik, sungguh lucu yang akan datang sungguh lucu, saat wanita kawin dengan biksu akan tiba! Kaisar: Mengapa Anda menyebut kata Dao? Liu: Setelah tiba masa akhir zaman, penguasa alam semesta turun ke dunia, ribuan Buddha turun ke dunia fana, seluruh langit penuh bintang, kelompok A Han, Bodhisattva memenuhi seluruh langit, sulit melepaskan diri dari bencana ini, adalah Buddha pada masa akan datang, turun ke dunia menyebarkan Dao, Sang Buddha dan para penguasa alam di atas langit dan di bumi, tidak ketemu benang emas perjalanan, sulit terhindar dari bencana, buah status tersingkirkan, setelah akhir darma, Maitreya menutup 81 bencana. Penjelasan: Asal-usul: Paragraf ramalan ini menceritakan dengan jelas asal usul Falun Dafa, awal mula sampai dengan penyebarannya. "Setelah akhir darma siapakah yang akan menyebarkan Dao" itu menunjukkan Fa (hukum) dan Dao pada masa akhir dari akhir darma siapa yang menyebarkannya.

  • Universitas Kristen Petra

    184

    Liu menjawab: "Tidak mirip biarawan dan tidak mirip pendeta Dao" menunjukkan bukan seperti tokoh dalam agama, "kepala mengenakan topi wol yang berbobot 4 tahil (200 gram)" hanya suatu perbandingan, sebab rambut orang masa kini (pria) beratnya hanya 4 tahil. "Buddha sejati itu tidak berada di dalam vihara, dan dialah memegang pencetus agama Buddha Maitreya", secara jelas mengatakan Buddha Maitreya turun bukan dalam agama Buddha, namun adalah "justru turun di dalam rumah miskin dengan balai rerumputan" secara mutlak adalah keluarga biasa yang miskin. Karena Master Li Hongzhi menyebarkan Falun Dafa adalah dengan metode "Falun Gong", dan bukan dengan agama Buddha atau agama lainnya, dan juga Master Li Hongzhi dilahirkan dalam keluarga miskin. Mengenai turun ke dunia fana dan tempatnya: Kaisar berkata: "Di mana tempat Buddha Maitreya turun ke dunia ini?" Liu berkata: "Silakan dengarkan ucapan hamba ini: Tokoh agama di masa mendatang turun ke dunia fana.." Paragraf ini secara jelas menceritakan kelahirannya. Paragraf terakhir; "menyebarkan emas di selatan Yan dan utara Zhao. "Yan" menunjukkan bagian utara Hepei, dahulu disebut negara Yan. 'selatan Yan' menunjukkan sekitar Beijing (sebab bagian utara Beijing adalah pegunungan Gunung Yan, juga karena hal ini memperoleh nama seperti ini); 'Zhao' dahulu menunjukkan bagian selatan dan sekitar Hepei. Karena ibukota negara Zhao dulu di selatan Beijing. Oleh sebab itu selatan Yan dan utara Zhao tidak ragu-ragu lagi itu adalah Beijing. "Menyebarkan emas" ini menunjukkan pada tahun 1992, Master Li Hongzhi mulai menyebarkan Dafa di Beijing (saat pameran kesehatan Pekan Oriental agar dikenal orang-orang). Waktu: Setelah masa tertentu Dinasti Ching sampai "terbuka secara menyeluruh" yang disebut keterbukaan masa revolusi "semua sudah terbuka", dan juga orang yang berkuasa namanya mengandung tulisan air dalam bahasa Tionghoa. "Air tua" (menunjukkan yang lain, di sini tidak diperbincangkan). Kaisar berkata: "Tolong diterangkan dengan jelas dan supaya generasi berikutnya mengetahuinya dengan jelas apa yang akan terjadi setelah Dinasti Ching berakhir." (Karena Liu Bowen ada syair lagu Sau Ping Ge, ini untuk dilihat orang masa mendatang, pernah meramal dinasti tertentu setalah Ming), oleh sebab itu dia berkata: "Sebelum dibukanya angkutan laut untuk umum, Dinasti Ching stabil adanya" menunjukkan sebelum keterbukaan Ching ia adalah stabil, "setelah angkutan laut dibuka senjata dan tentara digunakan" menunjukkan setelah akhir Ching kekuatan menyerang masuk ke Tiongkok, kemudian perang dari tahun ke tahun sampai "semuanya sudah dibuka kembali" yaitu Tiongkok membuka secara total terhadap perdagangan luar negeri (termasuk WTO sekarang). "sudah pasti 'air tua' akan kembali ke ibukota." 'Air tua', menunjukkan materi dalam air, air sebagai nama, kembali ke ibukota, menunjukkan kedudukan di Beijing menjadi kepala negara. Dao, bagaimana berkultivasi?

  • Universitas Kristen Petra

    185

    Kaisar: "Mengapa Anda menyebut kata Dao?" Liu: "Setelah tiba masa akhir zaman, menunjukkan ketika masa akhir darma akan berakhir, menunjukkan waktu. "Penguasa alam turun ke dunia, ribuan Buddha turun ke dunia fana" secara jelas mengatakan Buddha, Dao dan dewa di atas langit serta makhluk berjiwa yang lebih tinggi juga akan turun menerima dan berasimilasi dengan Dafa ini. "Bencana ini" menunjukkan diturunkan ke tengah manusia, mempergunakan fisik manusia untuk berevolusi dengan Dafa, seperti Buddha Boddhisattva sesungguhnya menunjukkan Buddha: planet bintang-bintang memenuhi seluruh langit, kelompok A Han menunjukkan Dao dan aliran lainnya. Juga adalah Buddha akan datang (Buddha Maitreya atau bisa disebut Buddha akan datang), turun menyebarkan Dao, Sang Buddha dan para penguasa di langit dan bumi, biar siapa pun dia, tidak ketemu "seutas perjalanan" yang berharga ini, yaitu seutas perjalanan yang lebih berharga dari emas, sulit melewati bencana ini, buah statusnya dapat tersingkirkan. Dialog ini sudah dikatakan dengan sangat jelas, mengemukakan secara jelas terhadap masa kini, karakter dan penyebaran Dafa di masa kini. Yang lebih mengejutkan orang adalah, dia mengemukakan biar Sang Buddha dan para penguasa di langit, juga harus turun berevolusi dengan "Sejati, Baik, Sabar" dari Dafa. Ini sama dengan apa yang diramalkan oleh ramalan Barat masa manusia dan dewa bersamaan mempunyai pengertian yang sama. Dari sini dapat diketahui, jika menghina Dafa, menindas pengikut Dafa yang sejati dosanya pasti akan sangat berat. Rahasia langit sudah terkuak menunggu kapan lagi: fakta sesungguhnya terungkap sudah terlambat disadari. Sadarlah! http://www.erabaru.or.id/k_06_art_09.htm

    Serba-serbi Tentang Nama Benteng Sepanjang Tembok Besar

    Dec 18, '04 6:09 AM

    by Link for everyone

    Di tempat-tempat strategis yang dilalui Tembok Besar, bangunan pertahanan zaman kuno Tiongkok, terdapat banyak benteng pertahanan, dan setiap benteng itu mempunyai ceritanya sendiri. Salah satu bentengnya yang terkenal adalah Benteng Shanhaiguan, yang dijuluki sebagai "benteng nomor satu Tembok Besar". Benteng Shanhaiguan terletak di tempat bersambungnya Propinsi Hebei dan Propinsi Liaoning, Tiongkok Utara, merupakan titik permulaan Tembok Besar. Benteng Shanhaiguan dibangun di pantai Laut Bohai dengan Pegunungan Yanshan terletak di sebelah utaranya. Pemandangannya indah sekali. Setelah naik benteng tersebut dan melepaskan pandangan ke tempat nan jauh, dapat Anda lihat pemandangan pegunungan dan laut yang megah. Dan itulah asal usul nama Benteng Shanhaiguan, yang artinya Benteng Gunung dan Laut. Benteng Shanhaiguan mula-mula dibangun oleh Jenderal Xu Da Dinasti Ming. Ia membangun benteng itu justru untuk mengontrol daerah pegunungan dan jalur laut di tempat itu. Benteng Shanhaiguan memiliki empat gerbang. Di atas gerbang timur dipasang sebuah palang besar yang bertulisan: Benteng Nomor Satu Tiongkok. Panjang palang itu 5,9 meter dan lebarnya 1,6 meter. Ketinggian huruf Kanjinya 1,45 meter dan lebarnya 1,09 meter. Tulisan di palang itu adalah karya kaligraf terkenal Dinasti Ming bernama Xiao Xian, tapi di palang besar itu tidak dibubuhkan tandatangan. Konon, ketika menciptakan kaligrafi itu, Xiao Xian tidak puas terhadap salah satu hurufnya, maka berkali-kali menulisnya, tapi tetap tidak puas. Dengan demikian, ia pun berhenti dan datang ke sebuah warung untuk minum arak dan istirahat. Setelah ia duduk di pinggir meja, pramusaji warung menurut kelaziman mengusap meja dengan handuk yang ditaruhnya di atas bahu. Dengan gerak pengusapan itu, di meja itu ditinggalkan bekas air. Melihat bekas air itu, Xiao Xian secara mendadak berdiri dan berteriak: "Bagus!" Dalam otak Xiao Xian, bekas air itu adalah huruf yang baik sekali untuk dipakai dalam karyanya. Dengan mencontoh bekas air itu, Xiao Xian

  • Universitas Kristen Petra

    186

    akhirnya meneyelesaikan karyanya di palang itu. Tulisannya di palang besar itu merupakan kaligrafi yang luar biasa, tapi karena disebabkan oleh cerita tersebut, Xiao Xian tidak mau membubuhkan tandatangannya di palang besar tersebut, sehingga papan itu menjadi salah satu papan bertulis tanpa tandatangan. Ujung barat Tembok Besar berpangkal dari Benteng Jiayuguan, yang terletak di Kota Jiayuguan, Propinsi Gansu, Tiongkok Barat Laut. Benteng Jiayu yang dibangun pada tahun 1372 mendapat namanya dari Gunung Jiayu di mana benteng itu terletak. Oleh karena di benteng itu tak pernah terjadi peperangan, maka benteng itu dijuluki pula "benteng perdamaian". Di Propinsi Gansu terdapat satu benteng lagi yang cukup terkenal, yaitu Benteng Yumenguan, yang terletak di Kota Xiaofangpan, bagian barat laut Kabupaten Dunhuang. Benteng Yumenguan berarti "pintu giok", dan dinamakan demikian karena benteng itu adalah satu-satunya jalan ke luar untuk mengangkut giok-giok yang dihasilkan di Hetian, Xinjiang Tiongkok Barat Laut ke Pedalaman. Dari bagian barat laut, mari kita menuju Propinsi Shanxi di bagian utara Tiongkok. Di Tembok Besar sektor propinsi itu terdapat sebuahbenteng yang dibangun di gunung terjal, yaitu Benteng Liangziguan. Benteng itu terletak di tempat strategis di pegunungan yang curam, mudah dipertahankan tapi sulit diserang. Pada permulaannya, benteng itu bernama Benteng Weizeguan. Pada awal Dinasti Tang, putri ketiga Li Yuan, sang kaisar Dinasti Tang, yaitu Putri Pingyang memimpin puluhan ribu tentara untuk bertugas di tempat itu. Putri Pingyang sangat hebat silatnya, dan tentara yang dipimpinnya dijuluki sebagai Tentara Wanita. Maka benteng itu kemudian diganti namanya menjadi Benteng Niangziguan, artinya benteng tentara wanita. Di Propinsi Shanxi terdapat satu benteng yang lain lagi yang dibangun di sebuah ngarai di Kabupaten Daixian, yaitu Benteng Yanmen yang megah. Di kedua tepi benteng itu adalah gunung yang tinggi dan curam, sehingga angsa liar pun tak mampu terbang melewatinya dan terpaksa terbang melalui Benteng Yanmenguan, yang artinya benteng angsa liar. Di sebelah timur Propinsi Shanxi tadi terletak Propinsi Hebei. Di Kabupaten Yijing propinsi tersebut dibangun Benteng Juyongguan. Sektor Tembok Besar yang melalui Juyongguan adalah sektor yang paling banyak dikunjungi wisatawan yang berkunjung ke Beijing, yaitu Sektor Badaling. Cri

  • Universitas Kristen Petra

    187

    add reply 1 reply link

    Lima Masa Emas Dalam Sejarah Tiongkok

    Dec 1, '04 11:22 AMby Pikko China for

    everyone

    Selama sejarah masyarakat feodal 2000 tahun yang lalu, di Tiongkok berturut-turut muncul beberapa kali masa emas, yang dalam catatan sejarah dipuji sebagai "Masa Makmur", misalnya "Masa Makmur Wenjing" pada Dinasti Han Barat, "Masa Makmur Zhenguan" pada Dinasti Tang, "Masa Makmur Yongxuan" pada Dinasti Ming dan "Masa Makmur Kangxi, Yongzheng dan Qianlong" pada Dinasti Qing, dinasti terakhir dalam sejarah Tiongkok. Ada juga "Masa Makmur Negara-negara Berperang" yang sedikit dikenal orang. Kelima "masa makmur" itu semuanya muncul setelah meredanya kekacauan zaman sebelumnya dan mencapai puncaknya pada masa pertumbuhan pesat dinasti yang baru berkuasa. Misalnya, Dinasti Han Barat yang didirikan di atas dasar reruntuhan Dinasti Qin sebelumnya, baru mencapai masa emasnya setelah mengalami "rehabilitasi" selama 170 tahun. Sedangkan "Masa Makmur Kaiyuan" pada Dinasti Tang muncul setelah kerusuhan pada akhir Dinasti Sui berakhir dan setelah menempuh jalan perkembangan yang berliku-liku selama hampir seratus tahun. Sedangkan "Masa Emas Yongxuan" pada Dinasti Ming baru dicapai pemerintah setelah mengusir penguasa Dinasti Yuan ke luar Tembok Besar dan mencapai penyatuan kembali wilayah serta mengalami penyelenggaraan negara selama setengah abad. Sejak masa pertengahan Wanli, situasi pemerintahan Dinasti Ming sangat tidak stabil. Pada masa pemerintahan Chongzhen, Dinasti Ming akhirnya digulingkan oleh pasukan pemberontak yang dipimpin oleh Li Zicheng. Sebelum tentara Dinasti Qing memasuki bagian tengah Tiongkok dari Benteng Shanhaiguan, kerusuhan yang terjadi selama berkuasanya Dinasti Ming telah berlarut hampir setengah abad lamanya. Setelah memasuki bagian tengah Tiongkok, tentara Qing seluruhnya memerlukan waktu 20 tahun untuk membasmi pasukan pemberontak petani pimpinan Li Zicheng dan pimpinan Zhang Xianzhong serta membasmi kekuatan pendukung Dinasti Ming. Justru di atas dasar kekacauan Dinasti Ming itulah, didirikan satu dinasti feodal yang baru. Setelah 70 tahun berkuasanya, situasi di Tiongkok berubah dari kekacauan menjadi ketenteraman. Sedangkan Zaman Negara-negara Berperang juga sama halnya seperti beberapa masa makmur tersebut, yaitu diwujudkannya penyatuan dan masa makmur pada Dinasti Qin setelah mengalami kekacauan pada masa berperang 7 negara. Dengan demikian, jelaslah bahwa berbagai masa emas atau masa makmur mempunyai ciri khasnya yang sama, yaitu negara bersatu, ekonominya makmur, situasi politiknya stabil, masyarakat tenteram, kekuatan negaranya kuat dan kebudayaannya makmur. Setiap "masa makmur" pada dinasti-dinasti tersebut mencapai ketenteraman dan kestabilan negara dalam jangka panjang di bawah syarat "penyatuan kembali" tanah air, di mana ekonomi berkembang mantap, bahan makanan mencapai swasembada dan negara menjadi perkasa. Cri

  • Universitas Kristen Petra

    188

    add reply link

    Laksamana Cheng Ho Submitted by: Zaynal Muhy al-Din

    Hidayatullah edisi Juli 01

    www.hidayatullah.com

    Petualang Christophorus Columbus dikenal hebat karena berhasil menemukan benua Amerika pada tahun 1492. Namun tahukah Anda bahwa ada penjelajah yang jauh lebih hebat? Dia adalah Laksamana Cheng Ho, seorang Tionghoa Muslim yang hidup sekitar 6 abad lalu.

    Selama hidupnya, Cheng Ho atau Zheng He melakukan petualangan antarbenua selama 7 kali berturut-turut dalam kurun waktu 28 tahun (1405-1433). Tak kurang dari 30 negara di Asia, Timur Tengah, dan Afrika pernah disinggahinya. Pelayarannya lebih awal 87 tahun dibanding Columbus. Juga lebih dulu dibanding bahariwan dunia lainnya seperti Vasco da Gama yang berlayar dari Portugis ke India tahun 1497. Ferdinand Magellan yang merintis pelayaran mengelilingi bumi pun kalah duluan 114 tahun.

    Ekspedisi Cheng Ho ke 'Samudera Barat' (sebutan untuk lautan sebelah barat Laut Tiongkok Selatan sampai Afrika Timur) mengerahkan armada raksasa. Pertama mengerahkan 62 kapal besar dan belasan kapal kecil yang digerakkan 27.800 ribu awak. Pada pelayaran ketiga mengerahkan kapal besar 48 buah, awaknya 27 ribu. Sedangkan pelayaran ketujuh terdiri atas 61 kapal besar dan berawak 27.550 orang. Bila dijumlah dengan kapal kecil, rata-rata pelayarannya mengerahkan 200-an kapal. Sementara Columbus, ketika menemukan benua Amerika 'cuma' mengerahkan 3 kapal dan awak 88 orang.

  • Universitas Kristen Petra

    189

    Kapal yang ditumpangi Cheng Ho disebut 'kapal pusaka' merupakan kapal terbesar pada abad ke-15. Panjangnya mencapai 44,4 zhang (138 m) dan lebar 18 zhang (56 m). Lima kali lebih besar daripada kapal Columbus. Menurut sejarawan, JV Mills kapasitas kapal tersebut 2500 ton.

    Model kapal itu menjadi inspirasi petualang Spanyol dan Portugal serta pelayaran modern di masa kini. Desainnya bagus, tahan terhadap serangan badai, serta dilengkapi teknologi yang saat itu tergolong canggih seperti kompas magnetik.

    Mengubah Peta Pelayaran Dunia Dalam Ming Shi (Sejarah Dinasti Ming) tak terdapat banyak keterangan yang menyinggung tentang asal-usul Cheng Ho. Cuma disebutkan bahwa dia berasal dari Provinsi Yunnan, dikenal sebagai kasim (abdi) San Bao. Nama itu dalam dialek Fujian biasa diucapkan San Po, Sam Poo, atau Sam Po. Sumber lain menyebutkan, Ma He (nama kecil Cheng Ho) yang lahir tahun Hong Wu ke-4 (1371 M) merupakan anak ke-2 pasangan Ma Hazhi dan Wen. Saat Ma He berumur 12 tahun, Yunnan yang dikuasai Dinasti Yuan direbut oleh Dinasti Ming. Para pemuda ditawan, bahkan dikebiri, lalu dibawa ke Nanjing untuk dijadikan kasim istana. Tak terkecuali Cheng Ho yang diabdikan kepada Raja Zhu Di di istana Beiping (kini Beijing).

    Di depan Zhu Di, kasim San Bao berhasil menunjukkan kehebatan dan keberaniannya. Misalnya saat memimpin anak buahnya dalam serangan militer melawan Kaisar Zhu Yunwen (Dinasti Ming). Abdi yang berpostur tinggi besar dan bermuka lebar ini tampak begitu gagah melibas lawan-lawannya. Akhirnya Zhu Di berhasil merebut tahta kaisar. Ketika kaisar mencanangkan program pengembalian kejayaan Tiongkok yang merosot akibat kejatuhan Dinasti Mongol (1368), Cheng Ho menawarkan diri untuk mengadakan muhibah ke berbagai penjuru negeri. Kaisar sempat kaget sekaligus terharu mendengar permintaan yang tergolong nekad itu. Bagaimana tidak, amanah itu harus dilakukan dengan mengarungi samudera. Namun karena yang hendak menjalani adalah orang yang dikenal berani, kaisar oke saja.

    Berangkatlah armada Tiongkok di bawah komando Cheng Ho (1405). Terlebih dahulu rombongan besar itu menunaikan shalat di sebuah masjid tua di kota

  • Universitas Kristen Petra

    190

    Quanzhou (Provinsi Fujian). Pelayaran pertama ini mampu mencapai wilayah Asia Tenggara (Semenanjung Malaya, Sumatera, dan Jawa). Tahun 1407-1409 berangkat lagi dalam ekspedisi kedua. Ekspedisi ketiga dilakukan 1409-1411. Ketiga ekspedisi tersebut menjangkau India dan Srilanka. Tahun 1413-1415 kembali melaksanakan ekspedisi, kali ini mencapai Aden, Teluk Persia, dan Mogadishu (Afrika Timur). Jalur ini diulang kembali pada ekspedisi kelima (1417-1419) dan keenam (1421-1422). Ekspedisi terakhir (1431-1433) berhasil mencapai Laut Merah.

    Pelayaran luar biasa itu menghasilkan buku Zheng He's Navigation Map yang mampu mengubah peta navigasi dunia sampai abad ke-15. Dalam buku ini terdapat 24 peta navigasi mengenai arah pelayaran, jarak di lautan, dan berbagai pelabuhan. Jalur perdagangan Tiongkok berubah, tidak sekadar bertumpu pada 'Jalur Sutera' antara Beijing-Bukhara.

    Dalam mengarungi samudera, Cheng Ho mampu mengorganisir armada dengan rapi. Kapal-kapalnya terdiri atas atas kapal pusaka (induk), kapal kuda (mengangkut barang-barang dan kuda), kapal penempur, kapal bahan makanan, dan kapal duduk (kapal komando), plus kapal-kapal pembantu. Awak kapalnya ada yang bertugas di bagian komando, teknis navigasi, militer, dan logistik.

    Berbeda dengan bahariwan Eropa yang berbekal semangat imperialis, Armada raksasa ini tak pernah serakah menduduki tempat-tempat yang disinggahi. Mereka hanya mempropagandakan kejayaan Dinasti Ming, menyebarluaskan pengaruh politik ke negeri asing, serta mendorong perniagaan Tiongkok. Dalam majalah Star Weekly HAMKA pernah menulis, "Senjata alat pembunuh tidak banyak dalam kapal itu, yang banyak adalah 'senjata budi' yang akan dipersembahkan kepada raja-raja yang diziarahi."

    Sementara sejarawan Jeanette Mirsky menyatakan, tujuan ekspedisi itu adalah memperkenalkan dan mengangkat prestise Dinasti Ming ke seluruh dunia. Maksudnya agar negara-negara lain mengakui kebesaran Kaisar Tiongkok sebagai The Son of Heaven (Putra Dewata). Bukan berarti armada tempurnya tak pernah bertugas sama sekali. Laksamana Cheng Ho pernah memerintahkan tindakan militer untuk menyingkirkan kekuatan yang menghalangi kegiatan perniagaan. Jadi bukan invasi atau ekspansi. Misalnya menumpas gerombolan bajak laut Chen Zhuji di perairan Palembang, Sumatera (1407).

  • Universitas Kristen Petra

    191

    Dalam kurun waktu 1405-1433, Cheng Ho memang pernah singgah di Kepulauan Nusantara selama tujuh kali. Ketika berkunjung ke Samudera Pasai, dia menghadiahi lonceng raksasa Cakradonya kepada Sultan Aceh. Lonceng tersebut saat ini tersimpan di Museum Banda Aceh. Tempat lain di Sumatera yang dikunjungi adalah Palembang dan Bangka.

    Selanjutnya mampir di Pelabuhan Bintang Mas (kini Tanjung Priok). Tahun 1415 mendarat di Muara Jati (Cirebon). Beberapa cindera mata khas Tiongkok dipersembahkan kepada Sultan Cirebon. Sebuah piring bertuliskan Ayat Kursi saat ini masih tersimpan baik di Kraton Kasepuhan Cirebon.

    Ketika menyusuri Laut Jawa, Wang Jinghong (orang kedua dalam armada itu) sakit keras. Sauh segera dilempar di pantai Simongan, Semarang. Mereka tinggal di sebuah goa, sebagian lagi membuat pondokan. Wang yang kini dikenal dengan sebutan Kiai Jurumudi Dampo Awang, akhirnya menetap dan menjadi cikal bakal keberadaan warga Tionghoa di sana. Wang juga mengabadikan Cheng Ho menjadi sebuah patung (disebut Mbah Ledakar Juragan Dampo Awang Sam Po Kong), serta membangun kelenteng Sam Po Kong atau Gedung Batu.

    Perjalanan dilanjutkan ke Tuban (Jatim). Kepada warga pribumi, Cheng Ho mengajarkan tatacara pertanian, peternakan, pertukangan, dan perikanan.

    Hal yang sama juga dilakukan sewaktu singgah di Gresik. Lawatan dilanjutkan ke Surabaya. Pas hari Jumat, dan Cheng Ho mendapat kehormatan menyampaikan khotbah di hadapan warga Surabaya yang jumlahnya mencapai ratusan orang. Kunjungan dilanjutkan ke Mojokerto yang saat itu menjadi pusat Kerajaan Majapahit. Di kraton, Raja Majapahit, Wikramawardhana, berkenan mengadakan audiensi dengan rombongan bahariwan Tiongkok ini.

    Muslim Taat Sebagai orang Hui (etnis di Tiongkok yang identik dengan Muslim) Cheng Ho sudah memeluk agama Islam sejak lahir. Kakeknya seorang haji. Ayahnya, Ma Hazhi, juga sudah menunaikan rukun Islam kelima itu. Menurut Hembing Wijayakusuma, nama hazhi dalam bahasa Mandarin memang mengacu pada kata 'haji'. Bulan Ramadhan adalah masa yang sangat ditunggu-tunggu

  • Universitas Kristen Petra

    192

    Cheng Ho. Pada tanggal 7 Desember 1411 sesudah pelayarannya yang ke-3, pejabat di istana Beijing ini menyempatkan mudik ke kampungnya, Kunyang, untuk berziarah ke makam sang ayah. Ketika Ramadhan tiba, Cheng Ho memilih berpuasa di kampungnya yang senantiasa semarak. Dia tenggelam dalam kegiatan keagamaan sampai Idul Fitri tiba.

    Setiap kali berlayar, banyak awak kapal beragama Islam yang turut serta. Sebelum melaut, mereka melaksanakan shalat jamaah. Beberapa tokoh Muslim yang pernah ikut adalah Ma Huan, Guo Chongli, Fei Xin, Hassan, Sha'ban, dan Pu Heri. "Kapal-kapalnya diisi dengan prajurit yang kebanyakan terdiri atas orang Islam," tulis HAMKA.

    Ma Huan dan Guo Chongli yang fasih berbahasa Arab dan Persia, bertugas sebagai penerjemah. Sedangkan Hassan yang juga pimpinan Masjid Tang Shi di Xian (Provinsi Shan Xi), berperan mempererat hubungan diplomasi Tiongkok dengan negeri-negeri Islam. Hassan juga bertugas memimpin kegiatan-kegiatan keagamaan dalam rombongan ekspedisi, misalnya dalam melaksanakan penguburan jenazah di laut atau memimpin shalat hajat ketika armadanya diserang badai.

    Kemakmuran masjid juga tak pernah dilupakan Cheng Ho. Tahun 1413 dia merenovasi Masjid Qinging (timur laut Kabupaten Xian). Tahun 1430 memugar Masjid San San di Nanjing yang rusak karena terbakar. Pemugaran masjid mendapat bantuan langsung dari kaisar.

    Beberapa sejarawan meyakini bahwa petualang sejati ini sudah menunaikan ibadah haji. Memang tak ada catatan sejarah yang membuktikan itu, tapi pelaksanaan haji kemungkinan dilakukan saat ekspedisi terakhir (1431-1433). Saat itu rombongannya memang singgah di Jeddah.

    Selama hidupnya Cheng Ho memang sering mengutarakan hasrat untuk pergi haji sebagaimana kakek dan ayahnya. Obsesi ini bahkan terbawa sampai menjelang ajalnya. Sampai-sampai ia mengutus Ma Huan pergi ke Mekah agar melukiskan Ka'bah untuknya. Muslim pemberani ini meninggal pada tahun 1433 di Calicut (India), dalam pelayaran terakhirnya. (shofy, pam; dari berbagai sumber)

    http://www.indonesiamedia.com/2001/august/tokoh-0801.htm

  • Universitas Kristen Petra

    193

    Bangunan Dinasti Ming CRI Bermula Dinasti Ming (1369-1644 masehi), China telah memasuki period akhir masyarakat feudal. Gaya seni bina dalam period tersebut tidak mengalami perubahan besar dengan mewarisi seni bina Dinasti Song, namun begitu, ciri-ciri terutamanya ialah skop perekaan dan perancangannya luas dan megah. Perancangan perbandaran dan bangunan istana dalam period tersebut telah diwarisi oleh generasi kemudian, dimana ibunegara Beijing dan Nanjing, kota purba berskop poling besar yang dipulihara sekarang di China sama-sama berkat perancangan dan pentadbirannya. Istana diraja Dinasti Qing adalah diperluas dan disempurnakan terus berasaskan istana Dinasti Ming. Ibunegara Beijing semasa itu dibina dan dipugari berasaskan Bandar yang sedia ada. Setelah ia selesai dibina terbahagi dalam tiga bahagian iaitu kota luar, kota dalam dan kota larangan. Tembok Besar Tembok Besar, kubu pertahanan yang megah telah terus dibina pada Dinasti Ming. Banyak tembok dari sektor penting dan benteng Tembok Besar itu dibina dengan batu bata dan mencapai taraf teratinggi dalam pembinaannya. Tembok Besar Dinasti Ming bertolak dari tepi Sungai Yalu di sebelah timur dan sampai ke Benteng Jiayu, Provinsi Gansu di sebelah barat, sepanjang 5660 kilometer. Benteng Shanhai, Benting Jiayu dan benteng lain yang terkenal itu merupakan seni bina terkemuka dari China. Tembok Besar Sektor Badaling dan Simatai mempunyai nilai seni yang tinggi. Dalam period tersebut, hiasan dan lukisan berwarna untuk bangunan diraja semakin banyak telah digunakan. Karya hiasan tersebut dapat dilihat daripada batu bata, glazed dan kayu keras, selain itu, batu bata telah digunakan secara merata untuk pembinaan rumah penduduk. Pada Dinasti Ming, bangunan-bangunan China yang dibina itu merunut pengaturan yang rasional. Makam Xiao Dinasti Ming, di Nanjing dan Makam-makam Dinasti Ming di Beijing merupakan bangunan ulung yang pandai menggunakan muka bumi. Yang patut diperhatikan ialah ilmu tukang ramal sangat popular dalam masa Dinasti Ming. Gejala budaya purba yang unik dalam sejarah seni bina China tersebut telah melahirkan pengaruh terus sampai zaman moden. Selain itu, perabot gaya Dinasti Ming juga terkenal di dunia. http://my.chinabroadcast.cn/chinaabc/chapter7/chapter70305.htm

  • Universitas Kristen Petra

    194

  • Universitas Kristen Petra

    195

  • Universitas Kristen Petra

    196

  • Universitas Kristen Petra

    197

  • Universitas Kristen Petra

    198

  • Universitas Kristen Petra

    199

  • Universitas Kristen Petra

    200

    Lampiran 1.pdfLampiran 2.pdf

    master index: back to toc: help: ukp: