Lampiran 7. Korelasi Marker Stratigrafi Formasi Talangakar ...

17
17 Lampiran 7. Korelasi Marker Stratigrafi Formasi Talangakar (3). Lampiran 8. Korelasi Marker Stratigrafi Formasi Talangakar (4).

Transcript of Lampiran 7. Korelasi Marker Stratigrafi Formasi Talangakar ...

Page 1: Lampiran 7. Korelasi Marker Stratigrafi Formasi Talangakar ...

17

Lampiran 7.Korelasi Marker Stratigrafi Formasi Talangakar (3).

Lampiran 8.Korelasi Marker Stratigrafi Formasi Talangakar (4).

Page 2: Lampiran 7. Korelasi Marker Stratigrafi Formasi Talangakar ...

16

Lampiran 5.Korelasi Marker Stratigrafi Formasi Talangakar (1)

Lampiran 6.Korelasi Marker Stratigrafi Formasi Talangakar (2).

Page 3: Lampiran 7. Korelasi Marker Stratigrafi Formasi Talangakar ...

15

Lampiran 3.Korelasi Horizon Batupasir Formasi Talangakar (3)

Lampiran 4.Korelasi Horizon Batupasir Formasi Talangakar (4)

Page 4: Lampiran 7. Korelasi Marker Stratigrafi Formasi Talangakar ...

14

Lampiran 1.Korelasi Horizon Batupasir Formasi Talangakar (1)

Lampiran 2.Korelasi Horizon Batupasir Formasi Talangakar (2)

Page 5: Lampiran 7. Korelasi Marker Stratigrafi Formasi Talangakar ...

13

Talangakar, Lapangan Hani, SubCekungan Ardjuna, ITB, Bandung.

Sutrisno dan Benyamin, 2003. Sari StratigrafiIndonesia, Komisi Sandi StratigrafiIndonesia, Lokakarya StratigrafiIndonesia-IAGI, 36p. P Jawa, Bandung.

Thomer, 1984. Field Geologist, The HagueGeological Department.

Wagoner, Van. 1990. Environtment Phase ofSequence Stratigraphy. AmericanAssociation of Petroleum Geologists :Tulsa.

Walker, G Roger and James. 1992. Facies ModelsResponse to Sea Level Change. TheGeological Association of Canada.Ontario, Canada.

Walther, J. 1984. Facies Model : Response to SeaLevel Change. Geological Association ofCanada : Canada.

Widisatuti, Rani, 2008. Pemetaan BawahPermukaan Dan Perhitungan CadanganHidrokarbon Lapangan Kyarni FormasiCibulakan Atas Cekungan Jawa BaratUtara Dengan Metode Volumetrik.Institut Teknologi Sepuluh November,Surabaya (Tidak diterbitkan).

Page 6: Lampiran 7. Korelasi Marker Stratigrafi Formasi Talangakar ...

12

North West Java Basinal Area, IPAProceeding, 4th Annual Convention,Jakarta.

Bassiouni, Zaki, 1994. Theory, Measurement andinterpretation of Well Logs, RichardsonTX, USA.

Boggs, Jr, Sam. 1987. Principles ofSedimentology and Stratigraphy : FourthEdition. Pearson Prentice Hall, NewJersey.

Budiyani, Sri., Priambodo, Doddy.1991. KonsepEksplorasi di Cekungan Jawa BaratUtara. Makalah Ikatan Ahli GeologiIndonesia PIT ke-20. Twentieth IAGIAnnual Convention Jakarta, IndonesiaDecember 10 – 12, 1991.

Chapman, Richard E, 1976. Petroleum Geology aConcise Study. Elsevier ScientificPublishing Company, Amsterdam,Netherlands.

Dewan, John T, 1983, Modern Open-Hole LogInterpretation. PennWell PublishingCompany, Tulsa, Oklohama.

Doveton, John H. 1986. Log Analysis ofSubsurface Geology. John Wiley andSons, Inc. USA.

Gresko, M., C. Suria dan S. Sinclair. 1995. BasinEvolution of the Ardjuna Rifts System andIts Implications for HydrocarbonExploration, Offshore Northwest Java,Indonesia, Proceedings of IndonesianPetroleum Association, 24th AnnualConcetion.

Hareira, Ichwan, 1991. Tinjauan Geologi danProspek Hidrokarbon Cekungan JawaBarat Utara, PERTAMINA UEP III.Jakarta.

Harsono, Adi. 1997, Evaluasi Formasi danAplikasi Log, Edisi-8, SchlumbergerOilfield Services, Jakarta.

Kosoemadinata, R.P. 1974. Teknik PenyelidikanGeologi Bawah Permukaan, PedomanPraktikum Geologi Minyak dan GasBumi, Institut Teknologi Bandung,Bandung

Koesoemadinata, R.P. 1980. Geologi Minyak danGas Bumi. Institut Teknologi Bandung.Bandung.

Mc Quillin, Bacon, and Barcly, 1979. AnIntroduction to Seismic Interpretation,Graham & Trotman Limited, London.

Mitchum, C. 1977. Sequence Sratigraphy Methodfor Exploration. American Association ofPetroleum Geologists : Tulsa.

Noble, R.A., K.H. Pratomo, K. Nugrahanto,A.M.T. Ibrahim, I. Prasetya, N.Mujahidin, C.H. Wu dan J.V.C. Howes.1997. Petroleum Systems of NorthwestJava, Indonesia, Indonesian PetroleumAssociations, Proceedings of thepetroleum Systems of SE Asia andAustralasia Conference.

Nugroho, Hadi. 2011. Buku Panduan PraktikumGMB. Teknik Geologi UNDIP.

Padmosukismo, S. dan I. Yahya.1974. TheBasement Configuration of North WestJava Area, Proceedings of IndonesianPetroleum Association, 3th AnnualConvention.

Posamentier, H.W., Jervey, M.T., Vail, P.R.,1988. Eustatic controls on clasticdeposition. I. Conceptual framework.SEPM Special Publication.

Rider, Malcolm. 1996. The GeologicalInterpretation of Well Log. WhittlesPublishing. Latheronwheel, Caithness,Scotland.

Rubiandini, Rudi. 2004. Basic ReservoirEngineering. ITB, Bandung

Russel, William L, 1951. Principles of PetroleumGeology, McGraw-Hill book Company,Inc, USA.

Schlumberger, 1958. Introduction to WellLogging. Schlumberger Well Services.

Schlumberger, 1986. Formation EvaluationConference, Schlumberger Well Services,Indonesia.

Schlumberger, 2008. Well logging system fordetermining resistivity using multipletransmitter-receiver group operating atthree frequencies.

Sukmono, Sigit. 1999. Interpretasi SeismikRefleksi. Jurusan Teknik Geofisika,Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Surbakti, A.H., 2007. Studi Distribusi PropertiReservoir HN-77 Dan HN-79 Formasi

Page 7: Lampiran 7. Korelasi Marker Stratigrafi Formasi Talangakar ...

11

Penentuan Lokasi Sumur Pemboran Baru

Perencanaan sumur baru pada lapanganpengembangan didasarkan persebaran lapisanbatupasir TAF 3 yang memiliki ketebalan dannilai parameter petrofisika yang mencukupi, sertaterletak pada up dip atau pada tinggian. Penentuantersebut dapat dilihat dari pengamatan petaketebalan net pay, peta isoporositas dan petaisosaturasi. Interval kedalaman lapisan targetditunjukkan dengan kedalaman sumur yangmemiliki porositas lebih dari 8 % dengan saturasiair kurang dari 70 %. Selain itu, diperhatikan jugaradius pengurasan hidrokarbon sumur yang sudahberproduksi sebelumnya yang berkisar antara 200m – 250 m

Berdasarkan pertimbangan tersebut dapatdirencanakan lokasi sumur baru ”G” terdapat padakoordinat x = 107° 56’ xx.xx” E, y = 6° 17’xx.xx” S, dengan kedalaman 2800 m – 2820 m .Pada Gambar 11. dan Gambar 12. berikutditunjukkan rencana lokasi sumur baru “G” :

Gambar 11. Rencana Lokasi Sumur Baru PadaLapangan Raraswari.

Gambar 12. Rencana Lokasi Sumur Baru Pada SectionCrossline 7420.

Kesimpulan Dan Saran

Kesimpulan

1. Berdasarkan analisis Data log, diketahuilitologi yang menyusun lapangan Raraswariterdiri dari batupasir, serpih, sisipan batubara,dan lapisan tipis batugamping. Litologi yangberfungsi sebagai target dalam studi kasuspenelitian adalah batupasir TAF-3 OligosenAkhir yang terendapkan pada fase transgresifsystem tract.

2. Batupasir TAF-3 pada lapangan Raraswariterbentuk pada lingkungan pengendapan deltaplain dengan bentuk fasies distributarychannel. Penentuan didasarkan pada jenislitologi formasi, pola funnel shaped pada logGamma Ray dan endapan batupasir TAF-3yang membentuk pola distributary channel.

3. Berdasarkan hasil korelasi dan pemetaanbawah permukaan, batupasir TAF-3terendapkan pada daerah rendahan pada bagiantengah hingga barat laut lapangan Raraswari.Daerah rendahan tersebut merupakan daerahhalf grabben yang terbentuk akibat prosesrifting dengan arah barat – timur.

4. Pada lapangan penelitian, proses generasiterjadi pada formasi Talangakar dengan batuansumber berupa batubara dan serpih. Migrasiberlangsung secara horizontal dengan arahutara menuju selatan dengan perangkap berupastruktur sesar normal yang membentuk halfgrabben dan lapisan penutup berupa serpih.

5. Daerah prospek hidrokarbon terletak padadaerah bagian tengah lapangan Raraswaridengan ketabalan batupasir antara 10 m sampai18 m dengan rata – rata porositas sebesar 9.9% dan saturasi air 45.3 %. Jumlah cadanganhidrokarbon pada reservoir batupasir TAF-3pada daerah prospek diketahui sebesar2.272.935,983 STB.

Saran

Lapangan Raraswari merupakan lapanganpengembangan dengan prospek hidrokarbon yangmasih dapat diproduksi. Berdasarkan hasilanalisis, direkomendasikan lokasi sumur baruyaitu pada koordinat x = 107° 56’ xx.xx” E , y =6° 17’ xx.xx” dengan kedalaman 2800 m – 2820m.

DAFTAR PUSTAKAAgam, Rameli. 2009. Menulis Karya Ilmiah.

Famili Pustaka Keluarga. Jogjakarta

Arpandi D., dan Padmosukismo, S. 1975. TheCibulakan Formation as One of The MosProspective Stratigraphic Units in The

Page 8: Lampiran 7. Korelasi Marker Stratigrafi Formasi Talangakar ...

10

Gambar 9. Peta Isosaturasi Lapangan Raraswari.

Berasarkan peta isoporositas dapat diketahui padalapangan Raraswari yang memiliki porositastinggi sesuai dengan nilai cut off terdapat padalapangan bagian selatan, tengah, dan barat laut.Daerah tersebut memiliki nilai porositas antara 8% sampai 15 %. Perbedaan porositas dipengaruhisalah satunya oleh volume serpih, dimanasemakin sedikit nilai volume serpihnya, makaporositasnya akan semakin baik. Hal inidisebabkan karena mineral lempung yang bersifatimpermeabel akan menutup dan mengisi pori -pori antar butir dan fragmen batuan tersebut.

Berasarkan peta isosaturasi dapat diketahui padalapangan Raraswari yang memiliki saturasi airrendah atau saturasi hidrokarbon tinggi sesuaidengan cut off terletak di lapangan bagian tengah.Daerah tersebut memiliki saturasi air antara 20 %sampai 70 %, atau saturasi hidrokarbon antara 30% - 80 %.

Analisis Petroleum System

Sub sistem generasi berlangsung pada batuaninduk pada formasi Talangakar, dengan prosesoverburden dari lapisan batuan diatasnya. Batuansumber tersebut berasal dari batuan berumurOligosen berupa batubara dan serpih yangterendapkan pada lingkungan fluviodeltaik.Proses generasi dimulai pada Miosen Tengah danterus berlanjut pada Plio - Pleistosen hingga saatini.

Sub sistem migrasi pada lapangan Raraswarimerupakan sistem Cipunegara E-15. Hidrokarbonbermigrasi dari batuan sumber ke batuan reservoirpada lapangan raraswari secara horizontal denganarah utara menuju selatan.

Batuan reservoir pada lapangan Raraswari berupabatupasir TAF-3 yang berumur Oligosen Akhir.

Sub sistem pemerangkapan berupa perangkapstruktur dan perangkap stratigrafi. Perangkapstruktur berupa blok sesar yang membentuk halfgrabben dengan pola arah utara – selatan.Sedangkan perangkap stratigrafi berupa serpihdengan permeabilitas yang rendah. Lapisanpenutup serpih ini tersusun berselang - selingdengan batupasir yang merupakan batuanreservoir.

Gambaran petroleum system pada lapanganRaraswari dapat dilihat pada Gambar 10. berikutini :

Gambar 10. Petroleum System Pada LapanganRaraswari.

Perhitungan Cadangan Hidrokarbon

Metode yang digunakan dalam perhitungancadangan hidrokarbon adalah metode volumetrikyang menghitung pada kondisi asli reservoir.Parameter yang diperlukan adalah nilai porositasdan saturasi, oil water contact, volume batuanbersih, dan faktor volume formasi. Volume batuanbersih atau net rock volume (NRV) merupakanvolume bulk reservoir batupasir pada zonaprospek hidrokarbon yang dibatasi oleh oil watercontact. Berikut ini merupakan perhitungancadangan hidrokarbon dengan metode volumetrikberdasarkan persamaan Initial Oil In Place atauIOIP pada Lapangan Raraswari :

IOIP = – .

= , , – , .

= 2.272.935,983 STB

Berdasarkan perhitungan tersebut dapat diketahuijumlah hidrokarbon yang terdapat dalam reservoirbatupasir TAF-3 sebesar 2.272.935,983 STB.

Page 9: Lampiran 7. Korelasi Marker Stratigrafi Formasi Talangakar ...

9

peta net pay ditunjukkan pada Gambar 4, Gambar5, dan Gambar 6 berikut :

Gambar 4. Peta Net Sand Lapangan Raraswari.

Gambar 5. Peta Gross Sand Lapangan Raraswari.

Gambar 6. Peta Net Pay Lapangan Raraswari.

Berdasarkan ketiga peta tersebut diketahui lapisanbatupasir TAF 3 pada lapangan Raraswariterakumulasi pada bagian tengah sampai daerahbagian barat laut lapangan. Akumulasi batupasirini dipengaruhi oleh bentuk struktur kedalamanyang menunjukan derah tersebut merupakandaerah rendahan.

Batupasir TAF-3 yang terdapat pada bagiantengah hingga barat laut lapangan penelitianmerupakan batuan yang dapat berperan sebagaireservoir yang baik karena memiliki ketebalandan porositas yang tinggi.

Pada peta ketebalan batupasir TAF-3 ditunjukkanbentuk dari fasies distributary channel.Berdasarkan analisis data log yang telahdilakukan sebelumnya, fasies distributary channelini terendapkan pada lingkungan delta plain.Bentuk pola distributary channel pada peta netsand lapangan Raraswari dapat dilihat padaGambar 7. berikut ini :

Gambar 7. Distributary Channel Lapangan Raraswari.

3. Pemetaan Porositas Dan Saturasi Air

Berikut ini ditunjukkan peta isoporositas dan petaisosaturasi lapangan Raraswari :

Gambar 8. Peta Isoporositas Lapangan Raraswari.

Page 10: Lampiran 7. Korelasi Marker Stratigrafi Formasi Talangakar ...

8

Pemetaan Bawah Permukaan

1. Pemetaan Struktur Waktu Dan Kedalaman

Gambar 2. Peta Struktur Waktu Horizon BatupasirTAF-3 Lapangan Raraswari.

Gambar 3. Peta Struktur Kedalaman Horizon BatupasirTAF-3 Lapangan Raraswari.

Berdasarkan skala warna diketahui daerah timurdan barat daya lapangan Raraswari terekamsebagai daerah yang memiliki elevasi yang tinggidan diidentifikasikan sebagai tinggian. Sedangkandaerah utara dan tenggara lapangan Raraswariterekam sebagai daerah yang memiliki elevasirendahdan diidentifikasikan sebagai rendahan.Perbedaan morfologi ini disebabkan oleh strukturgeologi sesar normal dengan arah utara - selatanyang dapat dilihat pada peta struktur kedalaman.Bagian tinggian merupakan foot wall dan bagianrendahan merupakan hanging wall yang bergerakrelatif turun membentuk struktur half graben.

Pembentukan cekungan dari faktor sesar tersebutmerupakan akibat dari proses rifting. Prosesrifting mengakibatkan terbentuknya sistem

patahan yang berarah utara - selatan, danmembentuk cekungan Jawa Barat Utara sertamembaginya menjadi beberapa sub cekungan daribarat ke timur. Cekungan ini merupakan bentukandari sesar - sesar bongkah atau half grabbensystem. Proses rifting dimulai pada permulaanpaleogen atau pada eosen hingga Oligosen yangditunjukan dengan proses tektonik regangan yangmembentuk pola sesar normal

Pada proses rifting ini terjadi fase pengendapanyang disebut sebagai fase synrift dimana intensitasrifting yang optimum terjadi bersamaan denganaktifitas sedimentasi. Proses sedimentasi padafase synrift inilah yang membentuk lapisansedimen batupasir formasi Talangakar.

2. Pemetaan Reservoir

Pemetaan reservoir dilakukan untuk mengetahuiketebalan, bentuk, dan persebaran lapisanreservoir batupasir TAF-3 pada lapanganRaraswari.Dalam pemetaan reservoir inidihasilkan peta gross sand, peta net sand, peta netpay, peta isoporositas dan peta isosaturasi. Datapetrofisika yang akan digunakan dalam pemetaanreservoir dapat dilihat pada Tabel 1. berikut ini :

Tabel 1. Nilai Ketebalan Dan Nilai PetrofisikaLapangan Raraswari

NO SUMURGROSSSAND

(m)

NETSAND

(m)

NETPAY(m)

AVGVSh(%)

AVGΦ

(%)

AVGSWE(%)

1 A1 12.7 5.11 4.9 23 13.9 100

2 B1 34.82 16.9 10.5 25 6.2 43

3 B4 26.21 12.5 10.2 23 11.9 26

4 B5 39.1 17.7 13.6 24 9.1 16

5 C1 24.93 9.7 5.1 20 15.4 100

6 D1 10.18 4.92 4.5 21 14.9 95

7 E1 20.76 10.12 6.2 22 14.4 74

8 F1 4.23 0.5 0 32 3.9 100

9 F2 4.25 1.75 0.6 21 4.1 100

10 F3 1.45 0.45 0.2 33 5.3 100

Peta gross sand menggambarkan ketebalan kotorlapisan batupasir TAF-3 yang ditunjukan denganjarak antara satu parasikuen yang dibatasi olehmarker SB 02 dan FS 04. Peta net sandmenggambarkan ketebalan bersih batupasir TAF-3 yang diperoleh dari nilai ketebalan kotor lapisanbatupasir TAF 3 dikurangi dengan nilai cut offVSh yaitu <35 %. Peta net pay dibuat berdasarkanketebalan bersih batupasir sesuai dengan nilai cutoff porositas. Ketebalan net sand pada lapisanbatupasir TAF 3 kemudian dikurangi dengan nilaicut off porositas, yaitu >8 % sehingga diperolehketebalan net pay. Peta gross sand, net sand, dan

Page 11: Lampiran 7. Korelasi Marker Stratigrafi Formasi Talangakar ...

7

pengendapan menurun dan terjadi pada fasesebelum transgresi hingga awal terjadinyatransgresi. Fase ini diendapkan pada saat turunnyamuka air relatif secara perlahan, oleh karena itupada kurva log ditandai dengan nilai GR yangcenderung rendah karena pada saat penurunan sealevel atau muka air laut, material sedimen yangdiendapkan cenderung berupa sedimen berbutirkasar. Fase LST ini dibatai oleh SB 1 dan TS 1.

Fase selanjutnya dalah Transgressive SystemTract atau TST, yang berlangsung saat prosestransgresi hingga pada saat fase maximumflooding surface. Fase ini dicirikan oleh pola logGR yang retrogradasi. Bentuk kurva GR daribawah ke atas pada fase TST cenderung berpolafining upward. Pada fase ini terjadi kenaikankecepatan muka air laut relatif dan kecepatanpengendapan lebih kecil dari kecepatanpembentukan ruang akomodasi. Fase ini dibatasioleh TS 1 dan MFS 1.Fase berikutnya adalah fase Highstand SystemTract atau HST., yang terjadi pada saat normalregresi hingga bertambahnya kecepatan regresi.Kecepatan kenaikan muka air laut relatifberkurang secara progresif sehingga proses dankecepatan akumulasi sedimen melebihi kecepatanpembentukan ruang akomodasi. Pola log GR padapada fase ini dicirikan oleh pola fasies mengasarke atas atau coarsening upward. Fase ini dibatasioleh MFS 1 dan SB 2 dan merupakan faseterakhir dalam sekuen pertama.

Fase pengendapan sekuen kedua berbeda denganfase pertama. Pada sekuen kedua tidak terdapatfase LST. Setelah sekuen satu berakhir denganditandai dengan penurunan muka air laut, terjaditransgresi kembali sehingga dimulailah fase TST.Fase ini terjadi hingga pada saat fase maximumflooding surface. Fase berikutnya adalah HST.Dimulainya fase ini ditandai dengan terjadinyanormal regresi hingga bertambahnya kecepatanregresi dengan kenaikan muka air laut berkurangsecara progresif.

Analisis Fasies Lingkungan Pengendapan

Penentuan lingkungan pengendapan dan fasiespada lapangan Raraswari ditentukan berdasarkandata litologi, data geologi regional, dan polawireline log atau berdasarkan pola elektrofasies.

Diketahui Formasi Talangakar terdiri dariperselingan lapisan batupasir, serpih, sisipan ceratbatubara atau coal streak, dan sisipan tipisbatugamping. Sisipan cerat batubara tersebutmakin menipis, jarang di bagian tengah, danmenghilang di bagian atas formasi, kemudian

terbentuk sisipan - sisipan batugamping.Perlapisan batuan tersebut merupakan pencirilingkungan pengendapan antara fluvial sampaideltaik atau lingkungan pengendapanfluviodeltaik.

Analisis kemudian difokuskan berdasarkan polawireline log atau berdasarkan analisiselektrofasies. Lapisan batupasir TAF-3 memilikipola log GR yang secara umum mengkasar ke atasdengan mekanisme pengendapan secaraprogradasi, dan bentuk elektofasies berupa corongatau funnel shape. Hal tersebut menunjukanbahwa lapangan Raraswari termasuk dalamlingkungan pengendapan delta plain.

Delta plain tersebut merupakan bagian daratandari delta dan terdiri atas endapan sungai yanglebih dominan daripada endapan laut danmembentuk suatu daratan rawa - rawa yangdidominasi oleh material sedimen berbutir halus,seperti serpih organik dan batubara. Daratan deltaplain tersebut digerus oleh channel pensuplaimaterial sedimen yang disebut fluvialdistributaries dan membentuk suatu percabangan.Sedimen pada channel tersebut kemudian disebutdengan sandy channel dan membentuk fasiesdistributary channel.

Analisis Data Seismik.

Berdasarkan tahap well seismic tie diketahuiposisi horizon TAF-3 pada seismic sectioncrossline 7435 terletak pada time migrate 2250ms.

Pada lapangan Raraswari terdapat sesar mayordan sesar minor. Sesar mayor atau sesar utamadiidentifikasikan memiliki bidang sesar yangdimulai dari basement. Kemudian terbentuk sesar- sesar minor yang berkembang disekitar sesarmayor. Sesar utama diinterpretasikan sebanyak 5sesar. Sesar mayor berupa sesar normal dimanahanging wall bergerak relatif turun terhadap footwall.

Dalam penelitian kali ini dilakukan picking padahorizon top batupasir TAF-3 dan horizon MFS-2.Picking horizon MFS-2 dilakukan berdasarkanpola lembah atau trough untuk membantupengindentifikasian pola refleksi horizonbatupasir TAF-3 karena pada seismic sectionmemiliki kemenerusan secara lateral yang lebihjelas. Picking horizon batupasir TAF-3 dilakukanberdasarkan pola puncak atau peak pada fasemaksimum gelombang seismik.

Page 12: Lampiran 7. Korelasi Marker Stratigrafi Formasi Talangakar ...

6

Hasil Dan Pembahasan Penelitian

Analisis Data Log

Analisis data log yang dilakukan berupa evaluasiformasi untuk mengetahui karakteristik formasipada lapangan penelitian berdasarkan datawireline log. Dalam setiap data wireline log suatusumur terdapat data log berikut ini : Kurva Gamma Ray Log (GR) Kurva Density Log (RHOB/FDC) Kurva Neutron Log (NPHI/CNL) Kurva Resistivity Log (LLD,LLS dan MSF).

Analisis Litologi.

Analisis litologi dilakukan secara kualitatifberdasarkan kombinasi kenampakan dari setiapkurva log. Berdasarkan analisis, litologi penyusunlapangan Raraswari adalah: batupasir, serpih,batugamping, dan batubara.

Setelah ditentukan susunan litologi pada seluruhsumur, maka akan diketahui lapisan - lapisanbatupasir yang diperkirakan berperan sebagaireservoir. Berdasarkan interpretasi, diketahuiterdapat 6 lapisan batupasir, yaitu batupasir TAF,TAF 1, TAF 2, TAF 3, TAF 4, dan TAF 5.Dalam penelitian ini, lapisan atau horizonbatupasir yang berperan sebagai studi kasusadalah reservoir batupasir TAF 3. Berdasarkanstratigrafi regional cekungan Jawa Barat Utara,batupasir TAF 3 pada lapangan Raraswariberumur Oligosen akhir. Batupasir TAF 3 dipilihkarena lapisan ini berkembang baik dan memilikiketebalan yang cukup besar pada lapanganpenelitian.

Berdasarkan data mud log sumur E1, dapatdiketahui bahwa batupasir TAF 3 termasuk dalamklasifikasi batupasir sedang (Wentworth, 1922).

Analisis Data Petrofisika

Analisis data petrofisika merupakan salah satumetode untuk mengetahui karakteristik pada suatuzona reservoir dengan perhitungan secaramatematis. Perhitungan ini dilakukan untukmenghitung nilai komposisi shale (Vsh), porositas(φ), resistivitas (R), kejenuhan air (Sw) dankejenuhan hidrokarbon (Sh).

Berdasarkan hasil analisis data petrofisikadiketahui nilai Vsh pada batupasir TAF-3lapangan Raraswari berkisar antara 12 % – 33 %.Dalam penentuan lapisan net sand pada pemetanreservoir digunakan cut off Vsh. Berdasarkan datasekunder, diketahui nilai cut off Vsh sebesar 35%, sehingga lapisan yang dianggap clean sandadalah yang memiliki Vsh dibawah 35 %.

Nilai porositas efektif atau PHIE pada batupasirTAF-3 lapangan Raraswari berkisar antara 0 – 15%. Nilai cut off porositas diperlukan dalampembuatan peta net pay. Berdasarkan datasekunder, diperoleh nilai cut off porositas sebesar0.08, yang berarti lapisan yang dianggap memilikiporositas mencukupi adalah yang memilikiporositas diatas 0.08 atau 8 %.

Nilai dari resistivitas sebenarnya dapat dilihatlangsung pada pembacaan log jangkauan dalamatau Laterlog Deep Resistivity (LLD). Padalapangan Raraswari diketahui nilai resistivitasbervariasi antara 5 Ω sampai 16 Ω.

Nilai saturasi air pada laipsan batupasir TAF-3lapangan Raraswari berkisar antara 0.16 – 1, atau16 % - 100 % dan saturasi hidrokarbon antara 0 –0.84 atau 0 – 84 %. Berdasarkan data sekunderdiperoleh nilai cut off saturasi air sebesar 0.7,yang berarti lapisan yang dianggap memilikisaturasi air mencukupi adalah yang memilikisaturasi air diatas 0.7 atau 70%, atau yangmemiliki saturasi hidrokarbon diatas 0.3 atau30%.

Korelasi Horizon Batupasir TAF 3.

Korelasi horizon batupasir pada lapanganRaraswari dilakukan berdasarkan sejarah kejadiangeologi atau kronostratigrafi, dimana antarabatupasir di suatu sumur dengan batupasir disumur lainnya dihubungkan berdasarkaninterpretasi bahwa keduanya terendapkan padawaktu yang sama atau hampir sama. HasilKorelasi horizon barupasir TAF-3 dapat dilihatpada lampiran.

Berdasarkan hasil korelasi horizon batupasir,dapat diketahui lapisan batupasir TAF-3merupakan lapisan yang memiliki prospek tinggidengan penebalan pada bagian tengah menujubarat laut dan menipis pada arah tenggara.

Penentuan Dan Korelasi Marker Stratigrafi

Korelasi marker stratigrafi dibuat berdasarkanmarker Sequence Boundary (SB), TransgressiveSurface (TS), dan Maximum Flooding Furface(MFS). Berdasarkan marker tersebut dapatdiketahui system tract pada lapangan Raraswari.Hasil korelasi marker stratigrafi dapat dilihat padalampiran.

Sekuen pertama dibatasi oleh marker SB 1 danmarker SB 2 dan diantaranya terdapat marker TS1 dan MFS 1. System tract yang berlangsungadalah Lowstand System Tract atau LST. Padasystem tract ini pengendapan berlangsung secaraagradasi yang terbentuk saat kecepatan

Page 13: Lampiran 7. Korelasi Marker Stratigrafi Formasi Talangakar ...

5

TWT (Two Way Time) yang didapatkan darihasil picking horizon. Time Map merupakanpeta kontur yang dibuat berdasarkankedalaman waktu atau time depth. Kemudianpada peta depth structure dibutuhkan satuanwaktu hasil konversi TWT menjadi OWT (OneWay Time) (Widiastuti, 2008).

6. Pemetaan ReservoirPemetaan reservoir berfungsi untukmenghasilkan data perhitungan cadanganhidrokarbon, yaitu grossi sand map dan netsand map. Gross sand map merupakan petayang dibuat dengan data ketebalan lapisanreservoir dalam kondisi kotor dimanaketebalan ini belum dikurangi dengan besarnyavolume shale (VSh). Net sand map merupakanpeta yang dibuat dengan data ketebalan lapisanreservoir yang tidak memiliki komposisi shaleberdasarkan cutoff Vsh.

Perhitungan Cadangan Dengan MetodeVolumetrik

Persamaan yang digunakan dalam metodevolumetrik ini adalah IOIP atau Initial Oil InPlace. Initial Oil In Place (IOIP) adalah besarnyavolume minyak yang terdapat dalam reservoirpada saat awal sebelum diproduksi. MenurutRubiandini (2004), besarnya IOIP dapat diketahuimenggunakan persamaan berikut :

IOIP =Boi

SwxavgxVbxBbl )1(7758

Keterangan :

IOIP : Initial Oil in Place (STB, Stock TankBarrels)

7758 : Faktor konversi dari acre.ft ke barrelsVb : Volume Bulk dari reservoir (acre.ft)Ø : Porositas sesungguhnya (%)Sw : Saturasi air (%)Boi : Oil formation volume factor (STB/bbls)

Metodologi Penelitian

Metode Penelitian

1. Metode Deskriptif

Terdiri dari metode studi kasus dan metodestudi pustaka. Studi kasus dalam penelitian iniadalah reservoir sedimen silisiklastikbatupasir. Metode studi pustaka dilakukandengan mencari referensi yang berhubungandengan penelitian, antara lain mengenaigeologi regional daerah penelitian, studiliteratur peneliti terdahulu mengenai daerah

penelitian, dan studi literatur yang berisi teoriyang berhubungan dengan penelitian.

2. Metode Analisis

a. Analisis Data LogTerdiri dari penentuan litologi penyusundaerah penelitian, perhitungan datapetrofisika, korelasi data log, berupakorelasi lapisan batupasir dan korelasimarker stratigrafi, serta analisis fasieslingkungan pengendapan.

b. Analisis Seismik 3DTerdiri dari Well seismic tie, Pickinghorizon batupasir yang dijadikan sebagaistudi kasus , dan picking fault pada setiapseismic section.

c. Analisis Peta Bawah PermukaanAnalisis dilakukan terhadap peta bawahpermukaan yang terdiri dari peta struktur,peta reservoir, serta peta persebaranporositas dan saturasi. Dilakukan pulaperhitungan potensi cadangan hidrokarbonpada lapisan reservoir batupasir danpenentuan rencana lokasi sumur baru yangterdapat pada lapangan Raraswari.

d. Analisis Petroleum SystemAnalisis dilakukan dengan menghubungkandata dan informasi mengenai komponendalam proses pembentukan hidrokarbonsehingga membentuk suatu sistem.

Diagram Alir

Gambar 1. Diagram alir Penelitian

Page 14: Lampiran 7. Korelasi Marker Stratigrafi Formasi Talangakar ...

4

arah daratan maupun ke arah cekungan.Sedangkan jika kecepatan pengendapan lebihkecil dari kecepatan pembentukan ruangakomodasi, maka akan terbentuk suatu polaretrogradasi (Possamentier, dkk, 1988).

System Tract

1. Lowstand System Tract (LST).Terdiri dari endapan yang paling tua dalamtipe 1 sekuen deposisional. LST dibatasi padabagian dasarnya oleh tipe 1 batas sekuen danpada top break-nya transgressive surface

2. Transgressive System Tract (TST),TST dibatasi pada bagian dasar olehtransgressive surface dan pada bagian atasnyaoleh maximum flooding surface. TSTdiendapkan selama suatu penaikkan relatifpermukaan laut, yang dapat dikenali pada logsumur dengan pola menghalus ke atas.

3. Highstand System Tract (HST).HST dibatasi pada bagian bawah olehmaximum flooding surface dan bagian atasoleh suatu batas sekuen. HST diendapkanselama tahap akhir suatu penaikan relatifpermukaan laut sampai tahap awal penurunanawal relatif permukaan laut. Pada data logsumur cirinya adalah pola mengkasar ke atas.

Konsep Logging

Logging merupakan suatu teknik untukmendapatkan data bawah permukaan denganmenggunakan alat ukur yang dimasukkankedalam lubang sumur, untuk evaluasi formasidan identifikasi ciri - ciri fisik batuan di bawahpermukaan (Harsono, 1997). Ada 4 jenis logyang sering digunakan dalam interpretasi yaitu :

1. Log listrik, terdiri dari log resistivitas dan logSP (Spontaneous Potential).

2. Log radioaktif, terdiri dari log GR (GammaRay), log porositas yaitu terdiri dari logdensitas (RHOB) dan log neutron (NPHI).

3. Log akustik berupa log sonic.4. Log Caliper.

Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif merupakan analisis kualitas logdan bentuk kurva log tanpa menghitung besaran -besaran yang diukur oleh log. Analisis inimeliputi penentuan zona batuan permeabel danimpermeabel, ketebalan batuan permeabel danjenis fluida di dalamnya (Schlumberger, 2008).

Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif merupakan suatu metodeanalisis yang digunakan untuk mengetahui

parameter petrofisika pada suatu formasi denganmenggunakan perhitungan matematis.Parameter - parameter petrofisika tersebut adalah :

1. Volume Shale (Vsh) diperlukan dalam analisisterhadap reservoir yang memiliki komposisishale, guna mengkoreksi porositas danresistivitas hingga kejenuhan air sebenarnyadapat diketahui.

2. Porositas (Φ), merupakan bagian volumebatuan yang tidak terisi benda padat.

3. Resistivity (R), merupakan hambatan yangdiberkan oleh suatu batuan.

4. Kejenuhan air (Sw), merupakan rasio darivolume pori yang terisi air dengan volumeporositas total.

5. Permeabilitas (k) merupakan sifat batuanreservoir untuk dapat meluluskan cairanmelalui pori - pori yang berhubungan yangdiukur dari data core.

Konsep Pemetaan Bawah Permukaan

Pemetaan bawah permukaan dapat dikatakansebagai pekerjan – pekerjaan yang dilaksanakandengan menggunakan metode khusus untukmerekam informasi geologi bawah permukaanyang hasil data rekamannya kemudian diolah danditafsirkan sehingga kita mendapatkan gambaranyang kebih jelas tentang geologi bawahpermukaan (Kosoemadinata, 1974).

1. Pengikatan Data Sumur Dengan Data Seismik(Well Seismic Tie)Well Seimic Tie merupakan pekerjaanmeletakkan horizon seismik dalam skala waktupada posisi kedalaman yang sebenarnya agardapat dikorelasikan dengan data geologi lain(Mitchum, 1977). Pengikatan data sumur kedalam lembar seismik bertujuan untukmengetahui posisi horizon yang sudahdiketahui melalui data log.

2. Interprestasi StrukturPenentuan jenis struktur geologi dari dataseismik sangat bernilai penting karena perananstruktur tersebut dalam pembentukanperangkap hidrokarbon atau structure trap.

3. Picking HorizonPicking horizon dilakukan dengan melihatkemenerusan reflektor dengan ciri-ciri waveletyang menandakan kemenerusan lapisan.

4. Penelusuran Horizon (Tracing)Tracing merupakan yaitu untuk mengikutiperkembangan horizon keseluruh daerahinterpretasi.

5. Time Mapping dan Time to Depth ConvertionDalam pembuatan time map, data yangdigunakan adalah data seismik berupa harga

Page 15: Lampiran 7. Korelasi Marker Stratigrafi Formasi Talangakar ...

3

Bogor di bagian selatan, bagian baratlaut dibatasioleh Seribu platform, bagian utara oleh cekunganArjuna, dan bagian timur oleh Busur KarimunJawa. Sesar – sesar utama yang berpola utaraselatan dan berumur pratersier menyebabkancekungan ini terpisah menjadi tiga sub cekungan,yaitu : Sub cekungan Ciputat, Sub Cekungan pasirputih dan sub cekungan Jatibarang yangmerupakan blok-blok turun dari sesar-sesarutama.

Secara umum stratigrafi Cekungan Jawa BaratUtara berturut - turut dari yang tertua hingga yangtermuda adalah (Arpandi dan Padmosukismo,1975) :

1. Formasi Jatibarang (Paleogen – awalOligosen)Formasi ini merupakan early synrift. Terdiridari tufa yang berinterkalasi dengan satuanekstrusif stratigrafi seperti breksi, aglomerat,dan konglomerat.

2. Formasi Talangakar (Akhir Oligosen – AwalMiosen)Litologi formasi ini diawali oleh perselingansedimen batupasir dengan serpih non-marindan diakhiri oleh perselingan antarabatugamping, serpih, dan batupasir dalamfasies marin. Carbonaceous shales di FormasiTalangakar merupakan source rock yang baikdengan TOC 0.5 – 2.0 %.

3. Formasi Baturaja (Awal Miosen)Terdiri dari batugamping, baik yang berupapaparan maupun yang berkembang sebagaireef build-up, yang menandai fase postrift dansecara regional menutupi seluruh sedimenklastik Formasi Talangakar marin di CekunganJawa Barat Utara.

4. Formasi Cibulakan Atas (Awal – TengahMiosen)Terdiri dari perselingan antara serpih denganbatupasir dan batugamping, baik yang berupabatugamping klastik maupun batugampingterumbu Mid Main Carbonate (MMC) yangberkembang secara setempat.

5. Formasi Parigi (Akhir Miosen)Terdiri dari batugamping klastik maupunbatugamping terumbu.

6. Formasi Cisubuh (Akhir Miosen – Kuarter)Dikenal sebagai lapisan tudung atauregional seal yang dicirikan oleh lempungatau serpih gampingan. Formasi Cisubuhterdiri dari sedimen klastik serpih,batulempung, batupasir, dan di tempat yangsangat terbatas diendapkan juga batugampingtipis.

Lingkungan Pengendapan Dan Fasies

Menurut Boggs (1995) lingkungan pengendapanadalah karakteristik dari suatu tatanan geomorfikdimana proses fisik, kimia dan biologiberlangsung yang menghasilkan suatu jenisendapan sedimen tertentu. Menurut Walker(1992), fasies merupakan kenampakan suatutubuh batuan yang dikarakteristikkan olehkombinasi dari litologi, struktur fisik, dan biologiyang merupakan aspek pembeda dari tubuhbatuan di atas, di bawah ataupun di sampingnya.

Konsep Elektrofasies

Menurut Walker (1992), elektrofasies adalah setkurva log yang menunjukkan karakteristik suatulapisan yang dapat dibedakan dengan yanglainnya. Karakteristik log ini diambil dari log (GRkarena log ini sangat efektif dalam pengukurankadar mineral lempung dalam batuan.

Sekuen

Sekuen merupakan urutan perlapisan yang relatifselaras berhubungan secara genetika dan dibatasioleh bidang ketidakselarasan. Menurut VanWagoner (1990), di dalam sekuen pengendapanada tiga permukaan penting, yaitu:

1. Batas Sekuen (BS).Batas sekuen adalah sebuah ketidakselarasandan korelasi padanannya yang menerus secaralateral, penyebaran yang luas hingga keseluruh cekungan.

2. Transgressive Surface (TS),Merupakan flooding surface pertama yangterbentuk setelah jangka waktu regresimaksimum. Trangressive Surface (TS) inimemisahkan parasekuen progradasional yangterletak di bawahnya dengan parasekuenbackstepping trangressive system tract yangterletak di atasnya.

3. Maximum Flooding Surface (MFS)Merupakan marine flooding surface yangterbentuk pada trangresi maksimum.

Stacking PatternSecara umum ada tiga stacking pattern yaituprogradasi, agradasi, dan retrogradasi. Progradasiadalah suatu pola penumpukan yang tiap lapisansedimen progresif lebih muda diendapkan lebihjauh kedalam cekungan. Pola progradasi initerbentuk apabila kecepatan pengendapan lebihbesar dari kecepatan pembentukan ruangakomodasi. Sedangkan agradasi merupakan suatupola penumpukan yang tiap lapisan sedimen lebihmuda sudah diendapkan satu di atas lainnya tanpaadanya pergeseran lateral yang berarti baik itu ke

Page 16: Lampiran 7. Korelasi Marker Stratigrafi Formasi Talangakar ...

2

PEMETAAN BAWAH PERMUKAAN DAN ANALISIS PERSEBARAN RESERVOIRPADA FORMASI TALANGAKAR AREA LAPANGAN RARASWARI CEKUNGAN

JAWA BARAT UTARA.STUDI KASUS : BATUPASIR TAF-3 OLIGOSEN AKHIR

DHIMAS ADITYA NUGRAHAGeological Engineering, Diponegoro University

[email protected]

ABSTRACT

Oil and gas industry in Indonesia still plays an important role in supporting the country's developmentprogram. Therefore, it is still necessary oil and gas production continuously. Special studies that willprovide more detail kostribution in the development of an oil and gas field. Research areas of oil fielddevelopment studies lies in the reservoir silisiklastik sediment, Talangakar Formation, North West JavaBasin.

Purpose of this research, among others, identify formations characteristics, identify depositionalenvironment, facies, and petroleum system of Raraswari field, identify conditions and distribution ofreservoir based on log corelation and subsurface map, know the value of the potential reserves and givelocation of new development well at Raraswari field.

The method that is used in this research are descriptive and analysis method. Researcher did log analysis,seismic analysis, and subsurface map analysis. Software that is used to support this research areGeoframe, Geolog, Seisearth XV, and Geodepth.

Based on log analysis, lithology which being reservoir is sandstone TAF-3 Late Oligocene and has shalevolume 23%, porosity 11.9%, and water saturation 26%. Based on elektrofacies analysis, sandstone TAF-3 identified as distributary channel facies and deposited in the delta plain environment. Based onsubsurface map analysis, sandstone TAF-3 deposited in lower surface, in the midle to northwest area ofRaraswari Field. Generation occurs in the Talangakar Formation. Source rock are shale with organicrich and coal streak. Hidrocarbon’s migration has lateral direction from north to the south and trappedby structural and stratigraphy trap. Structural trap formed by normal fault and seal rock lithology isshale. Based on volumetric calculation, potential reserves is known for 2,272,935.983 STB and location ofdevelopment well on the coordinates x = 107 ° 56 'xx.xx "E, y = 6 ° 17' xx.xx" in depth 2800 m to 2820 m.

Keywords : silisiklastik sediment, subsurface map, development well

Pendahuluan

Pemetaan bawah permukaan merupakan metodeyang digunakan untuk mengetahui kondisi bawahpermukaan dan berfungsi untuk mengetahuidaerah prospek minyak dan gas bumi.

Pemetaan bawah permukaan dilakukan dengandisertai analisis data wireline log dan dataseismik. Kedua analisis tersebut bermanfaatdalam menentukan karakteristik dan polapersebaran reservoir.

Indonesia bagian barat merupakan daerah yangmemiliki prospek hidrokarbon, salah satunyaadalah lapangan Raraswari yang merupakanbagian dari Cekungan Jawa Barat Utara.Kebutuhan energi yang tinggi memicu industriminyak dan gas bumi untuk mengembangkanlapangan yang dimiliki.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuikarakteristik formasi, khususnya lapisan reservoirsedimen batupasir TAF-3, mengetahui geometrifasies dan lingkungan pengendapan lapisanreservoir, mengetahui kondisi dan polapenyebaran reservoir berdasarkan peta bawahpermukaan, mengetahui petroleum system yangmenyusun daerah penelitian, mengetahuiperkiraan jumlah cadangan hidrokarbon, sertamenentukan rencana lokasi titik pengeboransumur pengembangan pada lapangan Raraswari.

Tinjauan Pustaka

Geologi Regional Cekungan Jawa Barat Utara.

Cekungan Jawa Barat Utara terletak di bagianbaratdaya pulau Jawa dan meluas ke lepas pantaiLaut Jawa. Meliputi daerah seluas kurang lebih40.000 Km2. Cekungan ini dibatasi oleh cekungan

Page 17: Lampiran 7. Korelasi Marker Stratigrafi Formasi Talangakar ...

UNIVERSITAS DIPONEGORO

PEMETAAN BAWAH PERMUKAAN DAN ANALISIS

PERSEBARAN RESERVOIR PADA FORMASI

TALANGAKAR AREA LAPANGAN RARASWARI

CEKUNGAN JAWA BARAT UTARA.

STUDI KASUS : BATUPASIR TAF-3 OLIGOSEN AKHIR

NASKAH PUBLIKASI

TUGAS AKHIR

DHIMAS ADITYA NUGRAHA

L2L 008 017

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

SEMARANG

JANUARI 2013