GEOKIMIA BATUGAMPING FORMASI SALODIK, PADA LINTASAN …
Transcript of GEOKIMIA BATUGAMPING FORMASI SALODIK, PADA LINTASAN …
GEOKIMIA BATUGAMPING FORMASI SALODIK, PADA LINTASAN AREA LUWUK DAERAH LUWUK, KABUPATEN BANGGAI, PROVINSI SULAWESI TENGAH
p-ISSN 2715-5358, e-ISSN 2722-6530, Volume 2, Nomor 01, halaman 12-17, Februari, 2021 https://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/jogee
Page 12
GEOKIMIA BATUGAMPING FORMASI SALODIK, PADA LINTASAN AREA LUWUK DAERAH LUWUK, KABUPATEN BANGGAI, PROVINSI SULAWESI TENGAH
LIMESTONE GEOCHEMICAL OF SALODIK GROUP, LUWUK AREA,
BANGGAI DISTRICT, CENTRAL SULAWESI
Gheovany Tresna1a, Moehammad Ali Jambak 1
1Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi, Universitas Trisakti, Jakarta, Indonesia
aEmail korespondensi: [email protected]
Sari. Pesatnya perkembangan akan pembangunan infrastruktur di Indonesia mengakibatkan meningkatnya pula kebutuhan akan bahan baku untuk pembangunan salah satunya semen. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, mencari lahan ekspklorasi baru perlu ditingkatkan agar kebutuhan konsumen terpenuhi. Sehingga pembangunan akan berjalan dengan baik. Formasi Salodik merupakan salah satu formasi batuan sedimen dengan litologi batugamping dan sekidikit batupasir pada bagian bawahnya, yang terlertak di daerah Luwuk dan sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui litofasies dan kualitas batugamping daerah penelitian sebagai bahan baku semen berdasarkan data sayatan petrografi dan analisa kimia dengan menggunakan XRF (X-Ray Flourosence) pada sample batuan yang didapat dari daerah penelitian. Berdasarkan pengamatan melalui sayatan petrografi, maka litofasies pada batugamping Formasi Salodik adalah Large Foram Wackstone, Skeletal Wackstone, Mollusca Wackestone. Dari hasil analisis kimia yang dilakukan, batugamping pada daerah penelitian memiliki kandungan CaO yang tinggi dan MgO yang rendah. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan batugamping pada daerah penelitian merupakan bahan baku semen yang memiliki kualitas yang baik. Abstract. The rapid development of infrastructure in Indonesia resulted in increasing demand for raw materials of cement for the construction. To overcome those problems, looking for a new area to be explore needs to be improved. Salodik Formation is one of formation which is located in Luwuk and its surrounding. The study aimed to determine the quality of Limestone of Salodik Formation as a raw material of cement on data
Sejarah Artikel :
Diterima 07 November 2020
Revisi 05 Desember 2020
Disetujui 15 Januari 2021
Terbit Online 27 Februari 2021
Kata Kunci :
Batugamping,
XRF,
Bahan baku semen,
Formasi Salodik
Keywords : limestone, XRF, raw material of cement, Salodik Formation
GEOKIMIA BATUGAMPING FORMASI SALODIK, PADA LINTASAN AREA LUWUK DAERAH LUWUK, KABUPATEN BANGGAI, PROVINSI SULAWESI TENGAH
p-ISSN 2715-5358, e-ISSN 2722-6530, Volume 2, Nomor 01, halaman 12-17, Februari, 2021 https://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/jogee
Page 13
petrographic and chemical analysis with X-Ray flouresence method of limestone sample in the study area. Based on the petrographic analysis of limestone Salodik Formation are Large Foram Wackstone, Skeletal Wackstone, and Mollusca Wackestone. From the chemical analysis, the CaO contemt is high and the MgO content is low. Therefore, the limestone in the study area can be used as raw material for cement and have a good quality.
PENDAHULUAN
Pesatnya perkembangan akan pembangunan infrastruktur di Indonesia mengakibatkan meningkatnya pula kebutuhan akan bahan baku untuk pembangunan salah satunya semen. Peningkatan laju kebutuhan perumahan akan mengakibatkan perusahaan semen harus dapat memenuhi kebutuhan para konsumen. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, mencari lahan ekspklorasi baru perlu ditingkatkan agar kebutuhan konsumen terpenuhi. Sehingga pembangunan akan berjalan dengan baik. Salah satu cara untuk menentukan lahan yang sesuai untuk eksplorasi semen dan bahan galian industry lainnya adalah dengan studi litofasies dan kualitas batugamping. Salah satu daerah yang menurut penulis berpotensi sebagai daerah eskplorasi baru dalam hal batugamping adalah dearah Sulawesi Tengah, khususnya daerah Luwuk dan sekitarnya. Daerah Luwuk merupakan daerah perbukitan yang disusun oleh batugamping (Rusmana dkk, 1993). Daerah tersebut merupakan daerah yang cocok untuk dilakukan eksplorasi baru dikarenakan secara geologi daerah tersebut didukung oleh penjelasan mengenai batuan penyusun daerah tersebut yaitu batugamping dan belum adanya perusahaan yang mengeksplorasi daerah tersebut untuk kepentingan industri semen. Batuan karbonat adalah batuan dengan kandungan material karbonat lebih dari 50% yang tersusun atas partikel karbonat klastik yang tersemenkan ataupun karbonat kristalin hasil presipitasi langsung. Sedagkan batugamping adalah batuan yang mengandung 95% material karbonat (Reijers, 1986). Sehingga tidak semua batuan karbonat merupakan batugamping, tetapi batugamping merupakan bagian dari kelompok batuan karbonat. Gheovany (2018) menemukan bahwa batugamping pada lintasan area luwuk terdiri dari 3 lithofasies, yaitu Large foram Wackestone, Skeletal Wackestone dan Mollusca Wakcestone serta dari hasil analisis komposisi kimia yag dilakukan dinyatakan bahwa batugamping pada lintasan area Luwuk layak digunakan sebagai bahan baku semen Portland.
GEOLOGI REGIONAL
Smith (1983) membagi wilayah Sulawesi ke dalam empat bagian fisiografi yaitu, Neogen Volcanic Arc, Central Schist Belt, Opholite, dan Imbricated Sedimentary Sequence and Neogene Molasse. Dan daerah penelitian termasuk dalam Imbricated Sedimentary Sequence and Neogene Molasse. Daerah penelitian tersusun oleh Formasi Salodik. Formasi Salodik tersusun oleh batugamping dan sedikit batupasir pada bagian bawahnya. Formasi ini diperkirakan memiliki ketebalan 1200 m dengan lingkungan pengendapannya yaitu laut dangkal sampai dalam. Tertindih secara tidak selaras dengan Kelompok Molasa (Tmpk dan Tmpb) dan menjemari dengan Formasi Poh (Gambar 1).
GEOKIMIA BATUGAMPING FORMASI SALODIK, PADA LINTASAN AREA LUWUK DAERAH LUWUK, KABUPATEN BANGGAI, PROVINSI SULAWESI TENGAH
p-ISSN 2715-5358, e-ISSN 2722-6530, Volume 2, Nomor 01, halaman 12-17, Februari, 2021 https://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/jogee
Page 14
Gambar 1. Kolom stratigrafi cekungan Banggai Sula, formasi yang terdapat pada daerah penelitian ditandai dengan
kotak berwarna merah
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Studi Literatur
Studi literatur dilakukan untuk memahami kondisi daerah penelitian yang diambil dari berbagai sumber. Kemudian mengacu pada klasifikasi batuan karbonat menurut Dunham (1962), komposisi senyawa batugamping pembentuk bahan baku semen menurut Duda (1976), Persyaratan Kimia Semen Portland berdasarkan Jenisnya (SNI 15-2049-2004), serta data observasi lithofasies dan kualitas batugamping Formasi Salodik (Gheovany, 2018)
2. Pengambilan Data
Data sekunder: Data yang digunakan adalah data dari hasil observasi lithifasies dan kualitas batugamping Formasi
Salodik (Gheovany, 2018). Data yang digunakan berupa data lithofasies dan komposisi kimia batugamping dari lintasan area Luwuk.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan sayatan tipis dari sample batuan yang ada lalu dilakukan analisa petrografi digunakan klasifikasi oleh Dunham (1962) untuk menentukan fasies dari batugamping pada daerah penelitian. Selanjutnya berdasarkan analisa komposisi kimia dengan metode XRF digunakan klasifikasi komposisi senyawa batugamping pembentuk bahan baku semen (Duda, 1976).
GEOKIMIA BATUGAMPING FORMASI SALODIK, PADA LINTASAN AREA LUWUK DAERAH LUWUK, KABUPATEN BANGGAI, PROVINSI SULAWESI TENGAH
p-ISSN 2715-5358, e-ISSN 2722-6530, Volume 2, Nomor 01, halaman 12-17, Februari, 2021 https://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/jogee
Page 15
Hasil Penelitian Analisa Lithofasies
Berdasarkan pengamatan tekstur batugamping pada saytan tipis maka lokasi pengamatan ini dibagi menjadi 3 Lithofacies yaitu, Skeletal Wackestone pada LP GT 21, Mollusca Mudstone - Wakcestone pada LP GT 22 dan Large Foram Wackestone pada LP GT 23 a. GT 21
Pada lokasi pengamatan GT 21 berdasarkan analisis tekstur batugamping maka dapat ditentukan penamaannya. Pada sample ini terlihat adanya Crinoids dan skeletal yang telah digantikan dengan mineral kalsit. Matriks yang dominan pada sayatan ini adalah Micrite. Porositas yang terbentuk dalam sayatan tipis ini adalah Vuggy Porosity. Penamaan sample batuan ini berdasarkan klasifikasi oleh Dunham (1962) yaitu Wackestone.
b. GT 22 Pada lokasi pengamatan GT 22 berdasarkan analisis tekstur batugamping (Gambar 4.20) maka dapat ditentukan penamaannya. Pada sample ini terlihatadanya pecahan Mollusca dan terdapat pula Echinoids. Matriks yang dominan pada sayatan ini adalah Micrite. Porositas yang terbentuk dalam sayatan tipis ini adalah vuggy porosity. Penamaan sample batuan ini berdasarkan klasifikasi oleh Dunham (1962) yaitu Mudstone - Wackestone.
c. GT 23 Pada lokasi pengamatan GT 23 berdasarkan analisis tekstur batugamping (Gambar 4.23) maka dapat ditentukan penamaannya. Pada sample ini terlihat adanya Large Foram tersebar dalam sayatan. Matriks yang dominan pada sayatan ini adalah Micrite. Penamaan sample batuan ini berdasarkan klasifikasi oleh Dunham (1962) yaitu Wackestone.
Analisa Kimia Batugamping Formasi Salodik
Dari analisis kimia pada sample batugamping formasi salodik yang terletak di lintasan area Luwuk, hasilnya adalah nilai unsur CaO cukup tinggi sedangkan untuk nilai unsur MgO rendah. Kemudian hasil analisis tersebut dimasukkan dalam persyaratan komposisi senyawa batugamping pembentuk bahan baku semen oleh Duda (1976).
Tabel 1. Tabel hasil analisa kimia dengan metode XRF (X-ray Flourescence) (Gheovany, 2018)
a) Hasil analisis komposisi kimia GT 21 Dari hasil analisis tersebut nilai MgO, AL2O3, dan Fe2O3 memenuhi syarat seperti yang telah ditentukan. Sementara pada nilai SiO2 dan CaO tidak memenuhi syarat dari klasifikasi oleh Duda (1976), namun dikarenakan menurut standar SNI 15-2049-2004 memenuhi syarat maka contoh GT 21 dapat digunakan sebagai bahan baku semen.
b) Hasil analisis komposisi kimia GT 22
MgO(%) Al2O3 (%) SiO2 (%) CaO (%) Fe2O3 (%)
GT 21 0.672 1.897 3.905 56.87 0.4926
GT 22 0.595 0.607 0.833 52.88 0.2723
GT 23 0.69 0.561 0.6142 55.08 0.1547
SAMPLEPARAMETER
GEOKIMIA BATUGAMPING FORMASI SALODIK, PADA LINTASAN AREA LUWUK DAERAH LUWUK, KABUPATEN BANGGAI, PROVINSI SULAWESI TENGAH
p-ISSN 2715-5358, e-ISSN 2722-6530, Volume 2, Nomor 01, halaman 12-17, Februari, 2021 https://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/jogee
Page 16
Dari hasil analisis tersebut nilai MgO, SiO2, CaO memenuhi syarat seperti yang telah ditentukan. Sementara pada nilai AL2O3 dan Fe2O3 memenuhi syarat dari klasifikasi oleh Duda (1976), namun dikarenakan memenuhi standar SNiI 15-2049-2004 memenuhi syarat maka contoh GT 22 dapat digunakan sebagai bahan baku semen.
c) Hasil analisis komposisi kimia GT 23 Dari hasil analisis tersebut nilai MgO,SiO2, CaO memenuhi syarat seperti yang telah ditentukan. Sementara pada nilai AL2O3 dan Fe2O3 memenuhi syarat dari klasifikasi oleh Duda (1976), namun dikarenakan memenuhi standar SNiI 15-2049-2004 memenuhi syarat maka contoh GT 23 dapat digunakan sebagai bahan baku semen.
Hubungan Antara Fasies dan Kualitas Batugamping
Pada sampel GT 21 memiliki nilai komposisi CaO yang paling besar dibandingkan dengan sampel lainnya. Sampel GT 21 memiliki nilai CaO sebesar 56.87 %. Sementara menurut Duda (1976) untuk bahan baku semen, maksimal komposisis CaO pada batugamping sebesar 55.6% saja. Kadar CaO yang tinggi didapat dari komposisi Wackstone yang memiliki fragmen yang telah tergantikan oleh mineral kalsit. Pada sample GT 22 dan GT 23 dengan komposisi CaO yaitu 52.88% - 55.08% dari standar maksimal komposisi Cao Menurut Duda (1976) yaitu 55.6%. pada sampel ini pula komposisi MgO dibawah 5%. Menurut hasil analisis fasies pada sampel ini adalah Wackestone.
KESIMPULAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahaan dapat disimpulkan: 1. lithofasies yang berkembang pada daerah penelitian adalah Skeletal Wackestone, Mollusca
Wackestone, dan Large Foram Wackestone. 2. Berdasarkan analisis kimia yang dikorelasikan dalam kedua standar kualitas bahan baku semen maka
dapat disimpulkan bahwa batugamping Formasi Salodik pada lintasan area Luwuk layak sebagai bahan baku semen dengan 3 senyawa utama yang memiliki nilai cukup tinggi. Hubungan analisis kimia dengan fasiesnya adalah GT 21, GT 22 dan GT 23 termasuk dalam fasies Wackestone dengan komposisi nilai CaO yaitu 52.88% - 56.87% dan komposisi MgO yaitu 0.595% - 0.69%,
Saran
Daerah Luwuk memiliki potensi besar sebagai daerah eksplorasi bahan galian sebagai bahan baku semen. Dari kesimpulan analisis geokimia batugamping didapatkan hasil bahwa batugamping daerah luwuk memiliki kualitas yang baik sebagai bahan baku semen. Dilihat dari kadar CaO yag terkandung dalam batugamping daerah penelitian yaitu sebesar 52.88% - 56.87% dengan fasies Wackestone. Dengan hasil tersebut, penulis menyarankan agar dilakukan studi dan eksplorasi lebih lanjut pada daerah luwuk dan sekitarnya guna mendapatkan batugamping yang lebih ekonomis dengan kualitas yang baik sebagai bahan baku semen yang nantinya dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumen baik dalam skala kecil maupun skala besar.
GEOKIMIA BATUGAMPING FORMASI SALODIK, PADA LINTASAN AREA LUWUK DAERAH LUWUK, KABUPATEN BANGGAI, PROVINSI SULAWESI TENGAH
p-ISSN 2715-5358, e-ISSN 2722-6530, Volume 2, Nomor 01, halaman 12-17, Februari, 2021 https://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/jogee
Page 17
DAFTAR PUSTAKA
1. Badan Standarisasi Nasional, 2004. SNI 15-2049-2004 : Semen Portland. Jakarta: BSN
2. Duda, W. H, 1976. Cement Data Book, ed-2 Mc. Domald dan Evans, London, 601 hal
3. Dunham, R, J., 1962, Classification of Carbonates rocks according to Deposition Texture, p 108 -121. 1n : Ham, W.E (ed) Classification of Carbonates rocks, Tulsa, Okla, AAPG mem. 1, 279 p.
4. Reijers, T., dan Hsu, K., 1986, Manual of Carbonate Sedimentology: A Lexicographical Approach, London: Academic Press.
5. Rusmana, E., A. Koswara, T.O. Simandjuntak, 1993. Peta Geologi Lembar Luwuk, Skala 1:250.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.
6. Tresna, Gheovany. 2018. Lithofasies dan Kualitas Batugamping Formasi Salodik Sebagai Bahan Galian Industri pada Daerah Luwuk dan Skitarnya, Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah