Download - MAKING INDONESIA 4.0: GREEN BUSINESS MANAGEMENT & …

Transcript

MAKING INDONESIA 4.0: GREEN BUSINESS MANAGEMENT & SOCIAL ENTERPRISE Seminar Nasional FMI ke-11

xvi

10.

Kewirausahaan

Dan Inovasi

Bisnis

[ABS-99] Pengembangan kewirausahaan berbasis

potensi lokal pada usaha kerajinan tanggui kelurahan

alalak kecamatan banjarmasin utara kota

banjarmasin 10

Fadma Yulianti, Rofiqah Wahdah

11.

Kewirausahaan

Dan Inovasi

Bisnis

[ABS-113] Analisis situasi dan strategi

pengembangan kue jipang di desa antajaya

kecamatan tanjung sari kabupaten bogor 11

Nurhayati, Immas, Suharti, Titing

12.

Kewirausahaan

Dan Inovasi

Bisnis

[ABS-125] Pengaruh lingkungan, pendidikan

kewirausahaan, dan pengalaman berwirausaha

terhadap minat berwirausaha mahasiswa di

politeknik negeri malang (studi pada program

mahasiswa wirausaha)

12

Ayu Sulasari

13.

Kewirausahaan

Dan Inovasi

Bisnis

[ABS-129] Peran moderasi dari pendidikan

kewirausahaan terhadap hubungan antara elemen-

elemen theory of planned behavior (tpb) dan niat

berwirausaha 13

Sisnuhadi

14.

Kewirausahaan

Dan Inovasi

Bisnis

[ABS-134] Pengaruh knowledge sharing terhadap

perilaku inovasi dan kinerja entrepreneur umkm

batik di surabaya 14

Nur Laily, Dyah Poespita Ernawati

15.

Kewirausahaan

Dan Inovasi

Bisnis

[ABS-153] Efikasi diri wirausaha sebagai pemediasi

dalam pengaruh kualitas pengajaran kewirausahaan

terhadap niat wirausaha gaya hidup 15

Robiansyah, Heni Rahayu Rahmawati

16.

Kewirausahaan

Dan Inovasi

Bisnis

[ABS-186] Penggunaan kanvas model bisnis untuk

merumuskan model bisnis pada toko game online

asuna store 16

Rico Saktiawan Jang Jaya, Ariya Tetuka

Puspayuda,Arini Nur Husniati

17.

Kewirausahaan

Dan Inovasi

Bisnis

[ABS-196] Pendidikan kewirausahaan dan niat

berwirausaha: studi empiris pada mahasiswa fakultas

ekonomi universitas methodist indonesia 17

Winarto, Jon Henri Purba

18.

Kewirausahaan

Dan Inovasi

Bisnis

[ABS-243] Pengaruh pemahaman, kesadaran dan

sosialisasi pajak terhadap kepatuhan pemilik usaha

mikro, kecil dan menengah dalam memenuhi

kepatuhan wajib pajak 18

Yohana Felisbella Rysze, Xaveria Indri Prasasyaningsih,

Putriana Kristanti

Seminar Nasional FMI ke-11 MAKING INDONESIA 4.0: GREEN BUSINESS MANAGEMENT & SOCIAL ENTERPRISE

~ 10 ~

[ABS-99]

Pengembangan kewirausahaan berbasis potensi lokal pada

usaha kerajinan tanggui kelurahan alalak kecamatan

banjarmasin utara kota banjarmasin

Fadma Yulianti, Rofiqah Wahdah

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIE Indonesia) Banjarmasin

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik, potensi dan

peluang pengembangan usaha, dan strategi yang dapat diterapkan untuk

mengembangkan usaha kerajinan tanggui berbasis potensi lokal untuk meningkatkan

keberhasilan usaha kerajinan tanggui di kelurahan Alalak kecamatan Banjarmasin Utara

Kota Banjarmasin.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif analisis,

yang merupakan suatu metode penelitian untuk memperoleh gambaran mengenai situasi

dan keadaan dengan cara memaparkan data yang diperoleh sebagaimana adanya yang

kemudian melalui berbagai analisis dibuat beberapa kesimpulan. Aanalisis data dengan

menggunakan matriks IFE (Internal Factors Evaluation Matrix) dan EFE (External

Factors Evaluation Matrix) yang mengacu kepada pemaparan Hunger & Wheelen

(2003).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi/peluang yang ada pada kerajinan

tanggui di kelurahan Alalak Selatan kota Banjarmasin dapat terlihat dari hasil IFE

dengan nilai 3,20 dan EFE dengan nilai 3,10, sehingga pengrajin tanggui ini masuk

dalam sel I yang berarti berada pada posisi bertumbuh dan membangun. Berdasarkan

tahap masukan dan pencocokan, menetapkan tiga alternatif strategi pengembangan

usaha yakni: 1). Penetrasi pasar; 2). Pengembangan/perluasan pasar; dan 3).

Pengembangan produk. Sedangkan pada tahap 2 (Matching Stage) yang menggunakan

matriks internal-external, selannjutnya pada tahap pengambilan keputusan (decission

stage) dengan menggunakan matriks QSPM, maka dari ketiga alternatif strategi yang

telah dipilih, mendapatkan nilai Pengembangan Produk memiliki Total Attractive Score

(TAS) yang paling tinggi, yakni sebesar 7,25. Sehingga strategi inilah yang

direkomendasikan dalam upaya pengembangan usaha kerajinan tanggui di Kelurahan

Alalak Selatan Kota Banjarmasin.

Keywords: pengembangan, kewirausahaan, dan kerajinan tanggui

Topic: Kewirausahaan Dan Inovasi Bisnis

1

PENDAHULUAN

Menciptakan wirausaha (entrepreneur) yang berkarakter inovatif, tangguh

dan berwawasan global tidaklah mudah, karena diperlukan prasyarat-prasyarat

tertentu, diantaranya adalah mampu menatap masa depan dengan penuh optimis,

selalu berusaha menjadi yang terdepan dalam setiap perubahan, pantang menyerah

dan mengikuti trend perkembangan dunia. Harper (1991) menyatakan, untuk

suksesnya permulaan usaha memerlukan kemampuan membaca peluang yang

tepat, memiliki keahlian dan kemampuan pada bidang yang akan ditekuni,

melakukan pendekatan yang benar dalam menjalankan usaha, dan memiliki dana

yang cukup untuk memulai dan mengoperasikan usaha.

Kecenderungan masyarakat dalam berwirausaha adalah mencari cara-cara

yang tidak memiliki tantangan dan tidak berisiko. Cara seperti ini, biasanya

dilakukan oleh entrepreneur pemula dengan modal dan pengalaman terbatas. Hal

ini dapat dimaklumi, karena entrepreneur pemula dengan modal terbatas masih

rentan dengan risiko yang dialami. Sekali ia mencoba berusaha lalu gagal, akan

selamanya terpuruk tidak akan bangun untuk selamanya, dan bahkan ia akan

menggadaikan segala yang dimilikinya untuk membayar risiko yang diembannya.

Untuk mengembangkan kewirausahaan berbasis potensi lokal diperlukan strategi

pengembangan kewirausahaan melalui pemberdayaan masyarakat, agar mudah

memahami dan memanfaatkan potensi yang dimiliki. Orientasi pemberdayaan itu

sendiri adalah bertumpu adanya kemandirian. Adisasmita (2006:45) dalam

pembangunan yakni “Masyarakat memiliki peran utama yang menentukan pilihan

pilihannya terhadap kebijakan pembangunan sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi

masyarakat”.

Salah satu contoh pekerjaan yang memerlukan kreatifitas sebagai

wirausaha yaitu menjadi seorang pengrajin. Pengrajin merupakan pekerjaan

dengan melakukan serangkaian usaha secara kontinyu dengan penuh semangat

ketekunan, kecekalan, kegigihan, dan berdaya maju dalam melakukan sesuatu

aktivitas dengan penuh tantangan ataupun hambatan. Dalam bekerja sebagai

pengrajin, tentunya memiliki etos kerja yang tinggi ataupun rendah. Menurut

Sinamo (2005:151), etos kerja adalah seperangkat perilaku positif yang berakar

pada keyakinan komitmen total pada paradigma kerja.

Kelurahan Alalak Selatan merupakan daerah sentra industri rumah tangga

(home industry) usaha kerajinan tanggui sebagai salah satu mata pencaharian

masyarakat. Tanggui adalah sejenis topi caping sebagai salah satu perlengkapan

kerja para petani, nelayan, serta pedagang pasar terapung di Kalimantan Selatan.

Tanggui merupakan topi besar berbahan daun nipah kering, berbentuk

lingkaran.Seiring kebutuhan tanggui di masyarakat Kalimantan Selatan, aktivitas

produksi tanggui tidak pernah berhenti. Setiap hari para pengrajin tanggui

memproduksi dan memasarkannya ke berbagai kabupaten di Kalimantan Selatan,

bahkan sampai keluar provinsi Kalimantan Selatan.

Sejarah perkembangan kerajinan tangan tanggui di Kelurahan Alalak

Selatan sudah dimulai secara turun temurun sebagai kerajinan rumah tangga.

Industri rumah tangga atau home industry kerajinan tangan, seperti kerajinan

tanggui, kain sasirangan, miniatur kapal hias. Akan tetapi, usaha kerajinan tangan

2

paling banyak digeluti masyarakat adalah pengrajin tanggui sehingga penghasilan

masyarakat bertambah walaupun pengrajin mengalami pasang surut. Kelurahan

Alalak Utara diklasifikasikan sebagai kelurahan yang berkembang, memiliki 46

Rukun Tetangga dan 3 buah Rukun Warga (Kantor Kecamatan Banjarmasin Utara,

2016) dan merupakan salah satu satu diantara beberapa kelurahan di tepian sungai

yang ada di Banjarmasin. Jumlah penduduk keseluruhan 25.243 orang yang terdiri

dari wanita 12.727 orang dan pria 12.516 orang dengan sex ratio 101,69% (BPS

Kota Banjarmasin, 2107).

Berdasarkan wawancara dan data dari ketua RT daerah tepian sungai dan

staf kelurahan, terungkap bahwa sebagian besar masyarakat berada di bawah garis

kemiskinan dan berhak mendapat raskin/BLT, angka pengangguran cukup banyak,

banyak yang berpendidikan hanya sampai SMP dan paling tinggi SMA. Mata

pencaharian masyarakat beraneka ragam, mulai dari petani, pedagang, buruh kasar,

buruh tak tetap serabutan, kuli, wirausaha, pembantu rumah tangga, guru, tukang

cuci setrika, hingga pencari sayuran liar (seperti sulur, keladi, kangkung, teratai,

kelakai, dan pay). Penerima Raskin di Kelurahan Alalak sebesar 566 Kepala

Keluarga dan sebagian besar untuk Rukun Tetangga yang bersisian dengan sungai

yaitu RT 01-16 (Kantor Kelurahan Alalak Utara, 2017).

Tujuan penelitian adalah untuk, 1). mengidentifikasi karakteristik home

industri kerajinan tanggui; 2). mengidentifikasi potensi dan peluang pengembangan

usaha untuk keberlanjutan usaha (bahan baku, pemasaran, SDM) kerajinan

tanggui; 3). mengembangkan strategi yang dapat diterapkan untuk

mengembangkan usaha kerajinan tanggui berbasis potensi lokal untuk

meningkatkan keberhasilan usaha kerajinan tanggui di kelurahan Alalak kecamatan

Banjarmasin Utara Kota Banjarmasin.

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Pendekatan yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah kualitatif, yang bertujuan memahami realitas sosial dengan

melihat dunia apa adanya, bukan dunia yang seharusnya, sehingga peneliti dituntut

untuk bersifat open minded. Model penelitian kualitatif yang digunakan adalah

fenomenology untuk mengungkap dan mempelajari serta memahami suatu

fenomena beserta konteksnya yang khas dan unik yang dialami oleh individu

hingga tataran “keyakinan” individu yang bersangkutan (Herdiansyah, 2102: 66).

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif

analisis, yang merupakan suatu metode penelitian untuk memperoleh gambaran

mengenai situasi dan keadaan dengan cara memaparkan data yang diperoleh

sebagaimana adanya yang kemudian melalui berbagai analisis dibuat beberapa

kesimpulan.

Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah kelurahan Alalak Selatan Kecamatan

Banjarmasin Utara Kota Banjarmasin

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan wawancara mendalam

dengan para pengrajin tanggui di Kelurahan Alalak Selatan. Teknik ini diterapkan

3

dengan tujuan agar keterlibatan langsung peneliti melakukan pengamatan, dapat

menghasilkan data yang sedalam mungkin sehingga mampu menganalisis data

yang didapatkan dari lapangan dengan detail.

Teknik Analisis Data

Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini secara umum adalah

dengan Model Interaktif menurut Miles dan Huberman yang terdiri atas empat

tahapan yang harus dilakukan, yaitu: (1) Pertama tahapan pengumpulan data yakni

dengan melakukan wawancara dengan para pengrajin tanggui untuk

mengidentifikasi karakteristik dan potensi dari pengrajin tanggui tersebut.

Wawancara yang dilakukan dengan menggunakan wawancara terbuka dan

tertutup; (2) Kedua tahap reduksi data. Reduksi data adalah bentuk analisis yang

menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan

mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat diambil; (3)

Ketiga tahapan display data; dan, (4) Keempat tahap penarikan kesimpulan atau

verifikasi.

Untuk mencapai tujuan kedua dan ke tiga, analisis data dilakukan dengan

cara membuat analisis menggunakan matriks IFE (Internal Factors Evaluation

Matrix) dan EFE (External Factors Evaluation Matrix) yang mengacu kepada

pemaparan Hunger & Wheelen (2003), yakni dilakukan dengan urutan proses

analisis sebagai berikut:

a. Analisis IFE:

1. Melakukan identifikasi dan menuliskannya pada kolom 1, tentang kekuatan

dan kelemahan dari pengrajin tanggui.

2. Menetapkan bobot dari masing-masing faktor pada kolom 2, mulai dari 1.0

(paling penting) sampai 0.0 (tidak penting). Total semua bobot harus

berjumlah 1.0. Semakin besar bobotnya, maka semakin besar prioritas

faktor tersebut bagi pengrajin tanggui.

3. Menetapkan tingkat peringkat dalam kolom 3 untuk setiap faktor dengan

angka 4 (baik), 3 (rata-rata), 2 (di bawah rata-rata), 1 (buruk).

4. Setiap peringkat adalah penelitian analisis tentang seberapa baik pengrajin

merespon dan mengatasi setiap faktor internal.

5. Kalikan masing-masing bobot dengan peringkatnya untuk memperoleh skor

terbobot yang akan ditulis pada kolom ke-4.

6. Tambahkan seluruh skor terbobot sehingga diperoleh total skor terbobot

kemudian hasilnya pada baris terakhir kolom ke-3. total skor terbobot

memiliki interval dari angka 4.0 (baik sekali) sampai 1.0 (buruk).

b. Analisis EFE:

1. Melakukan identifikasi dan menuliskannya pada kolom 1, tentang peluang

dan ancaman.

2. Menetapkan bobot dari masing-masing faktor pada kolom 2, mulai dari 1.0

(paling penting) sampai 0.0 (tidak penting). Total semua bobot harus

berjumlah 1.0. semakin besar bobotnya, semakin besar prioritas faktor

tersebut bagi pengrajin.

3. Menetapkan tingkat peringkat dalam kolom 3 untuk setiap faktor dengan

angka 4 (baik), 3 (rata-rata), 2 (di bawah rata-rata), 1 (buruk). Setiap

4

peringkat adalah penelitian analisis tentang seberapa baik pengrajin mampu

merespon dan mengatasi setiap faktor eksternal.

4. Kalikan masing-masing bobot dengan peringkatnya untuk memperoleh skor

terbobot yang akan ditulis pada kolom ke-4.

5. Tambahkan seluruh skor terbobot sehingga diperoleh total skor terbobot

kemudian hasilnya pada baris terakhir kolom ke-3. total skor terbobot

memiliki interval dari angka 4.0 (baik sekali) sampai 1.0 (buruk).

c. Tahap pengambilan keputusan Strategi dengan menggunakan matriks QSPM.

Matriks ini dapat memberikan gambaran kelebihan-kelebihan relatif dari

masing-masing strategi yang selanjutnya menjadi dasar objektif dalam memilih

salah satu strategi yang menjadi alternatif/pilihan. Langkah pengembangan

QSPM (Quantitative Strategies Planning Matrix) sebagaimana diolah dari

pemaparan Umar (2001) adalah sebagai berikut:

1. Membuat daftar peluang, ancaman, kekuatan, dan kelemahan pengrajin di

kolom sebelah kiri QSPM. Informasi ini diambil dari EFE Matrix dan IFE

Matrix.

2. Beri Weight pada masing-masing external dan internal key succes factors.

Weight ini sama dengan yang ada di EFE Matrix dan IFE Matrix.

3. Catat strategi-strategi alternatif di bagian atas baris QSPM.

4. Tetapkan Attractiveness Score (AS), yaitu nilai yang menunjukkan

kemenarikan relatif untuk masing-masing strategi yang terpilih. Batasan

nilai AS adalah 1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = secara logis

menarik, 4 = sangat menarik.

5. Hitung Total Attractive Score (TAS), yang dapat menunjukkan relative

attractiveness dari masing-masing alternatif strategi.

6. Hitung Sum Total Attractiveness Score dengan menjumlahkan semua TAS

pada masing-masing kolom QSPM. Nilai TAS tertinggi dari alternatif

strategi menjadi pilihan utama yang paling direkomendasikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Usaha kerajinan tanggui merupakan usaha kecil yang dilakukan masyarakat

khususnya RT 01 dan RT 02 kelurahan Alalak Selatan. Berdasarkan hasil

penelitian, maka karakteritik usaha kerajinan tanggui dapat diidentifikasi sebagai

berikut: 1). kegiatannya tidak formal, tidak ada rencana usaha; 2). sifatnya turun

temurun; 3) merupakan usaha sampingan yang dilakukan oleh ibu-ibu rumah

tangga; 4). tidak terlalu mengutamakan keahlian khusus; 5). usaha perseorangan

(mandiri), tidak mempunyai tenaga kerja; 6). tidak ada pemisahan kekayaan usaha

dengan pribadi; 7). skala ekonomi sangat kecil; dan, 8). sistem produksi yang

rendah.

Kerajinan tanggui cukup potensial untuk dikembangkan dengan melihat

potensi/peluang yang ada. Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk

pengembangan kerajinan tanggui ini dengan melalui tahapan-tahapan berikut ini:

Tahap Masukan

Tahap ini merupakan tahap pengumpulan informasi dasar yang dilakukan,

dengan alat analisis berupa Internal Factors Evaluation Matrix (IFE Matrix) dan

5

External Factors Evaluation Matrix (EFE Matrix). Hasil identifikasi faktor-faktor

internal dari usaha kerajinan tanggui di Kelurahan Alalak Selatan Kota

Banjarmasin, dengan bobot dan peringkat yang diberikan seperti yang terlihat pada

Tabel 1 dan 2 berikut:

Tabel 1. Matrik IFE Pengarajin Tanggui Kelurahan Alalak Selatan Key Internal Factors Bobot Rating Skor

Kekuatan (Strengths)

- Memiliki Keunikan/kekhasan produk 0,10 4 0,40

- Pembuatan produk tidak memerlukan keahlian

khusus

0,05 4 0,20

- Produk kerajinan tanggui dapat dijadikan ciri

khas daerah

0,10 3 0,30

- Proses produksi tanggui memerlukan peralatan

yang sederhana

0,10 3 0,30

- Harga Bahan baku murah 0,10 4 0,60

- Memiliki pasar yang sudah pasti 0,15 4 0,60

- Merupakan produk kerajinan yang telah

dikerjakan secara turun temurun

0,05 3 0,15

Kelemahan (Weaknesses)

- Kurangnya kreatif dan inovatif dari para

pengrajin

0,15 1 0,15

- Kurangnya modal usaha 0,10 3 0,30

- Hasil produksi masih relatif sederhana 0,05 1 0,05

- Produk tidak tahan lama 0,05 1 0,05

Total 1 3,20

Sumber: Data primer, diolah 2018

Tabel 2. Matrik EFE Pengarajin Tanggui Kelurahan Alalak Selatan

Key Enternal Factors Bobot Rating Skor

Peluang (opportunities)

- Produk tanggui dapat menjadi daya tarik

wisatawan luar untuk berkunjung ke daerah

Kalimantan Selatan

0,10 4 0,40

- Desain yang unik dan klasik menciptakan

peluang pasar yang belum teroptimalkan

0,15 4 0,60

- Kebijakan Pemerintah Daerah yang

mendukung keberadaan pengrajin Tanggui

0,15 4 0,60

- Liputan/publikasi surat kabar atau media lokal

dapat menaikkan permintaan produk

0,10 2 0,20

- Respon pasar yang baik dapat mendorong

ekspansi pasar ke luar daerah

0,15 3 0,45

Ancaman (Threats)

- Kontinuitas bahan baku yang tidak dapat

dipastikan

0,10 2 0,20

- Faktor cuaca yang dapat mempengaruhi waktu 0,15 3 0,45

6

Total Nilai Faktor Internal yang diberi bobot

proses produksi

- Adanya produk sejenis baik produk lokal

maupun luar daerah

0,10 2 0,20

Total 1 3,10

Sumber: Data primer, diolah 2018

Berdasarkan Tabel 1 dan 2 maka, total matriks IFE yang dimiliki pengrajin

tanggui adalah sebesar 3,20. Hal ini menunjukkan bahwa posisi internal pengrajin

tanggui Kelurahan Alalak Selatan kota Banjarmasin dalam upaya memanfaatkan

kekuatan dan mengantisipasi kelemahan untuk keseluruhan posisi strategisnya

adalah baik.

Sedangkan total matriks EFE yang dimiliki oleh pengrajin tanggui adalah

sebesar 3,10. Hal ini menunjukkan bahwa posisi eksternal pengrajin tanggui di

Kelurahan Alalak Selatan kota Banjarmasin dalam upaya memanfaatkan peluang

dan mengantisipasi ancamannya untuk seluruh posisi strategisnya juga dapat

dikatakan baik.

Tahap Pencocokan

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari tahap masukan, maka diketahui nilai

total matriks IFE yang dimiliki oleh pengrajin tanggui adalah sebesar 3,20 berarti

nilai internal para pengrajin tanggui di kelurahan Alalak Selatan memiliki kondisi

yang kuat, sedangkan nilai total matriks EFE yang dimiliki oleh pengrajin tanggui

adalah sebesar 3,10 berarti nilai eksternal para pengrajin tanggui di kelurahan

Alalak Selatan memilki nilai yang tinggi. Sehingga dengan demikian pada tahap

pencocokan ini pengrajin tanggui ini masuk dalam sel I yang berarti berada pada

posisi bertumbuh dan membangun seperti yang terlihat pada gambar berikut:

Sumber: Data primer, diolah 2018

Gambar 1. Matriks Internal–Eksternal Pengrajin Tanggui Kelurahan Alalak

Selatan

I

IX VIII

VI

VII

V IV

III II

Total Nilai

Faktor

Eksternal yang

Diberi Bobot

Tin

ggii

Lemah

1,0 - 1,99 Rata-rata

2,0 - 2,99 Kuat

3,0 – 4,0

Sed

ang

Le

mah

7

Tahap Keputusan

Berdasarkan hasil analisis pada tahap masukan dan pencocokan, maka

dapat ditetapkan tiga alternatif strategi pengembangan usaha, yakni sebagai

berikut:

a. Penetrasi Pasar

Strategi ini dilakukan dengan cara mengoptimalkan penjualan pada wilayah

pemasaran produk yang telah ada. Hal ini dengan cara lebih intensif dalam

melakukan “jemput bola“ kepada calon konsumen, yakni dengan menawarkan

produk secara langsung dan berkesinambungan.

Selain itu agar penetrasi dapat tercapai dengan optimal, maka perlu lebih

diperhatikan penetapan harga jual produknya dengan melakukan compare pada

produk-produk yang hampir sejenis dari bahan baku lainnya.

b. Pengembangan/Perluasan Pasar

Pengrajin tanggui juga perlu memperluas wilayah pemasarannya (market

covarage) dengan beberapa cara seperti: 1) menjalin kerjasama dengan para

pemilik kios penjual produk sejenis di luar daerah; dan 2) menjalin kerjasama

dengan Pemerintah kota Banjarmasin maupun pemerintah provinsi dalam kegiatan

pameran produk-produk kerajinan khususnya untuk produk lokal.

c. Pengembangan Produk

Pengrajin tanggui perlu senantiasa mengikuti selera pasar dalam hal desain

produk, agar produk yang diciptakan dapat memikat hati para calon konsumen,

baik konsumen baru maupun konsumen lama. Para pengrajin perlu melakukan

terobosan yang lebih kreatif lagi selain pengembangan produk dengan berbagai

variasi bentuk maupun ukuran yang lebih menarik.

Berdasarkan hasil kerja pada tahap 2 (Matching Stage) yang menggunakan

matriks internal-external, selanjutnya pada tahap pengambilan keputusan

(Decission Stage) penulis menggunakan matriks QSPM. Matriks ini dapat

memberikan gambaran kelebihan-kelebihan relatif dari masing-masing strategi

yang selanjutnya menjadi dasar ojektif dalam memilih salah satu strategi yang

menjadi alternatif/pilihan. Matriks QSPM dari ketiga alternatif strategi

pengembangan usaha kerajinan tanggui di kelurahan Alalak Selatan kota

Banjarmasin, seperti yang terlihat Tabel 3 berikut:

Tabel 3. Matriks QSPM

Critical Success Factors Weight

Penetrasi

Pasar

Perluasan

Pasar

Pengembangan

Produk

(AS) (TAS) (AS) (TAS) (AS) (TAS)

Kekuatan (Strengths)

1. Memiliki Keunikan/kekhasan

produk 0,10 1 0,10 4 0,40 4 0,40

2. Pembuatan produk tidak

memerlukan keahlian khusus 0,05 1 0,05 3 0,15 4 0,20

3. Produk kerajinan tanggui dapat

dijadikan ciri khas daerah 0,10 2 0,20 4 0,40 4 0,40

4. Proses produksi tanggui

memerlukan peralatan yang

sederhana

0,10 2 0,20 3 0,30 4 0,40

8

5. Harga Bahan baku murah 0,10 2 0,20 3 0,30 3 0,30

6. Memiliki pasar yang sudah

pasti 0,15 1 0,15 4 0,60 4 0,60

7. Merupakan produk kerajinan

yang telah dikerjakan secara

turun temurun

0,05 2 0,10 3 0,15 3 0,15

Kelemahan (Weaknesses)

1. Kurangnya kreatif dan

inovatif dari para pengrajin 0,15 2 0,30 4 0,60 4 0,60

2. Kurangnya modal usaha 0,10 3 0,45 3 0,45 3 0,45

3. Hasil produksi masih relatif

sederhana 0,05 1 0,05 2 0,10 2 0,10

4. Produk tidak tahan lama 0,05 1 0,05 2 0,10 2 0,10

Peluang (opportunities)

1. Produk tanggui dapat menjadi

daya tarik wisatawan luar untuk

berkunjung ke daerah

Kalimantan Selatan

0,10 3 0,30 4 0,40 4 0,40

2. Desain yang unik dan klasik

menciptakan peluang pasar

yang belum teroptimalkan

0,15 2 0,30 3 0,45 4 0,60

3. Kebijakan Pemerintah Daerah

yang mendukung keberadaan

pengrajin Tanggui

0,15 1 0,15 4 0,60 4 0,60

4. Liputan/publikasi surat kabar

atau media lokal dapat

menaikkan permintaan produk

0,10 2 0,20 3 0,30 3 0,30

5. Respon pasar yang baik dapat

mendorong ekspansi pasar ke

luar daerah

0,15 1 0,15 4 0,60 4 0,60

Ancaman (Threats)

1. Kontinuitas bahan baku yang

tidak dapat dipastikan 0,10 3 0,30 3 0,30 3 0,30

2. Faktor cuaca yang dapat

mempengaruhi waktu proses

produksi

0,15 3 0,45 3 0,45 3 0,45

3. Adanya produk sejenis baik

produk lokal maupun luar

daerah

0,10 2 0,20 3 0,30 3 0,30

Total 3,90 6,95 7,25

Sumber: Data primer, diolah 2018

Dari ketiga alternatif strategi yang telah dipilih, selanjutnya dapat diketahui

bahwa Strategi Pengembangan Produk memiliki Total Attractive Score (TAS) yang

paling tinggi, yakni sebesar 7,25. Dengan demikian strategi inilah yang dipilih dan

paling direkomendasikan dalam upaya pengembangan usaha kerajinan tanggui di

kelurahan Alalak Selatan Kota Banjarmasin.

Pengembangan produk tidak hanya terbatas pada jenis tanggui sebagai

penutup kepala/caping saja, namun pengrajin juga dapat membuat jenis lainnya

yang tergolong usaha kreatif. Misalnya tanggui berbentuk kecil tetap sebagai topi

tapi dihiasi dengan berbagai pernak-pernik yang dapat digunakan sebagai topi hias,

tanggui berbentuk kecil-kecil yang dapat digunakan sebagai hiasan dinding atau

9

pun juga dapat digunakan sebagai alas makan/piring dan banyak jenis-jenis

industri kreatif lainnya yang dapat dijadikan sebagai souvenir khas kerajinan lokal

dan mempunyai nilai jual yang lebih tinggi.

PENUTUP

Simpulan

Kerajinan tanggui di kota Banjarmasin ini merupakan pekerjaan turun

temurun yang sudah dilakukan puluhan tahun yang lalu sehingga proses

pembuatannya masih sangat tradisional. Walaupun begitu usaha ini cukup

menjanjikan tidak hanya dijadikan sebagai usaha sambilan saja karena sangat

membantu dalam perkonomian keluarga.

Kerajinan tanggui cukup potensial untuk dikembangkan dengan melihat

potensi/peluang yang ada, hal ini terlihat dari hasil IFE dengan nilai 3,20 dan EFE

dengan nilai 3,10. Sehingga dengan demikian pada tahap pencocokan pengrajin

tanggui ini masuk dalam sel I yang berarti berada pada posisi bertumbuh dan

membangun.

Berdasarkan hasil analisis pada tahap masukan dan pencocokan, penulis

menetapkan tiga alternatif strategi pengembangan usaha yang dapat dilakukan ibu-

ibu pengrajin tanggui di Kelurahan Alalak Selatab Kota Banjarmasin adalah: 1).

Penetrasi pasar; 2). Pengembangan/perluasan pasar; dan 3). Pengembangan

produk.

Berdasarkan hasil kerja pada tahap 2 (Matching Stage) yang menggunakan

matriks internal-external, selannjutnya pada tahap pengambilan keputusan

(Decission Stage) penulis menggunakan matriks QSPM. Berdasarkan matik QSPM

ini maka dari ketiga alternatif strategi yang telah dipilih, selanjutnya dapat

diketahui bahwa Strategi Pengembangan Produk memiliki Total Attractive Score

(TAS) yang paling tinggi, yakni sebesar 7,25. Sehingga strategi inilah yang dipilih

dan paling direkomendasikan dalam upaya pengembangan usaha kerajinan tanggui

di kelurahan Alalak Selatan Kota Banjarmasin.

Saran

Kerajinan tanggui merupakan kerajinan yang mengangkat potensi local

daerah, maka keberadaannya perlu ditingkatkan berdasarkan strategi

pengembangan produk melalui pelatihan-pelatihan yang dapat menghasilkan

produk yang lebih kreatif dan memiliki nilai jual yang lebih tinggi.

Perlunya kerjasama dengan pemerintah daerah (Dinas Pariwisata, Dinas

Perdagangan dan Perindustrian, dan Dinas Koperasi, UKM, dan Naker) dan

lembaga yang terkait untuk melaksanakan pengembangan produk dalam hal

peroses produksi, permodalan dan pemasaran.

DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani. 2006. Sosiologi: Skematika, Teori dan Terapan. Jakarta: Bumi

Aksara.

Anoraga, Pandji, 1992. Psikologi Kerja. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Arief, Muhammad, 1981. Perempuan dan Kerja. Jakarta: PT Rineka Cipta.

10

Hasibuan, 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia Dasar dan Kunci

Keberhasilan. Jakarta: Bumi Aksara.

Harsojo. 2007. Pengantar Antropologi. Bandung: PT Setia Purna.

Kadjim, 2011. Pengertian Kerajinan. Yogyakarta: Andi Offset.

Kuncoro, M. 2003. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Penerbit

Erlangga.

Mansyur, Muhammad Clolil. 2005. Sosiologi Masyarakat Kota dan Desa.

Surabaya: Usaha Nasional.

Mardi Yuana. Siswanto, Bedjo, 2000. Manajemen Tenaga Kerja. Bandung: Sinar

Baru. Soekanto.

Riyanti, B.P.D. 2003. Kewirausahaan dari Sudut Pandang Psikologi. Jakarta:

Grasindo.

Soerjono, 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Soejono, Imam. 1983. Teknik Memimpin Pegawai dan Pekerja. Jakarta: Aksara.

Zimmerer, Thomas, W., & Scarborough, Norman, M. 1998. Pengantar

Kewirausahaan dan Manajemen Bisnis Kecil, edisi Bahasa Indonesia. Jakarta:

Prenhalindo.