TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

75
i TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU HAMIL SETELAH PEMBERIAN EKSTRAK DAN TEPUNG DAUN KELOR (MORINGA OLEIFERA LEAVES) DI KABUPATEN JENEPONTO TRI NOVIANTY MANSYUR P4400215055 HALAMAN JUDUL SEKOLAH PASCA SARJANA PROGRAM STUDI MAGISTER KEBIDANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017

Transcript of TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

Page 1: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

i

TESIS

PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU HAMIL

SETELAH PEMBERIAN EKSTRAK DAN TEPUNG DAUN

KELOR (MORINGA OLEIFERA LEAVES)

DI KABUPATEN JENEPONTO

TRI NOVIANTY MANSYUR

P4400215055

HALAMAN JUDUL

SEKOLAH PASCA SARJANA

PROGRAM STUDI MAGISTER KEBIDANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

Page 2: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

ii

Page 3: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

iii

PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU HAMIL

SETELAH PEMBERIAN EKSTRAK DAN TEPUNG DAUN

KELOR (MORINGA OLEIFERA LEAVES)

DI KABUPATEN JENEPONTO

HALAMAN PERSETUJUAN

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister

Program Studi

Ilmu Kebidanan

TRI NOVIANTY MANSYUR

SEKOLAH PASCA SARJANA PROGRAM STUDI MAGISTER KEBIDANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2017

Page 4: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

iv

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Tri Novianty Mansyur

Nomor mahasiswa : P4400215055

Program Studi : Ilmu Kebidanan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini

benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan

pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari

terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini

hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

tersebut.

Makassar, Agustus 2017

Yang menyatakan,

Tri Novianty Mansyur

Page 5: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

v

PRAKATA

Alhamdulillah, puji dan syukur peneliti panjatkan pada Allah SWT

atas nikmat kesehatan serta karunia-Nya sehingga tesis ini dapat

diselesaikan. Shalawat dan salam kepada Rasulullah Muhammad SAW

beserta sahabatnya. Tesis ini merupakan bagian dari rangkaian

persyaratan dalam rangka penyelesaian program studi Magister Kebidanan

Sekolah Pascasarjana Universitas Hasanudidin.

Dengan selesainya tesis ini, perkenalkan peneliti dengan segenap

ketulusan hati menyampaikan ungkapan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada yang terhormat;

1. Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA., selaku Rektor Universitas

Hasanuddin Makassar.

2. Prof. Dr. Muhammad Ali, SE, MS., selaku Dekan Sekolah Pasca

Sarjana Universitas Hasanuddin Makassar.

3. Prof. Dr. dr. Suryani As’ad, M.Sc, selaku Wakil Dekan Bidang Akademik

dan Publikasi Ilmiah dan PLT Ketua Program Studi Magister Kebidanan

Sekolah Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar.

4. Dr. dr. Nur Asni, Sp. OG selaku pembimbing I dan Prof.dr. Veni Hadju,

Ph.D., MSc selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktu

dan memberikan arahan serta bantuannya sehingga siap untuk diujikan

di depan penguji.

Page 6: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

vi

5. Dr. dr. Burhanuddin Bahar, M.S, Prof. DR. dr. Andi Wardihan Sinrang,

Ms dan Dr. dr. Isharyah Sunarno, Sp.OG(K) selaku penguji.

6. Kepala Dinas Kesehatan Kab. Jeneponto dan Kepala Puskesmas

Bangkala Kab. Jeneponto yang telah memberikan izin dalam

pengembilan data awal.

7. Para Dosen dan Staff Program Studi Magister Kebidanan yang telah

dengan tulus memberikan ilmunya selama menempuh pendidikan.

8. Kepada ibunda Rara Aminah Andi yang telah mencurahkan kasih

sayang, kesabaran mendidik memberikan bantuan, dukungan, doa juga

telah mencurahkan perhatian dan kasih sayangnya kepada peneliti.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat, keselamatan,

kesehatan yang tak terhingga bagi mereka.

9. Kepada kakak Evi Radmayanti dan Dwi Kurniawati atas segala

bantuan, motivasi dan doa yang telah diberikan selama peneliti

menempuh pendidikan.

10. Teman-teman seperjuangan Magister Kebidanan FK-UNHAS angkatan

IV khususnya untuk teman-teman dari Pondok Alina yang telah

memberikan dukungan, bantuan, serta semangatnya dalam

penyusunan proposal ini.

11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penyusunan

tesis ini.

Dengan segenap kerendahan hati, peneliti mengharapkan saran dan

kritik membangun guna perbaikan dan penyempurnaan tesis ini. Semoga

Page 7: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

vii

Allah SWT memberikan balasan kebaikan yang berlipat ganda dan

senantiasa melimpahkan berkah dan rahmatnya kepada pihak yang telah

membantu penyelesaian tesis ini. Semoga proposal ini nantinya bisa

bermanfaat bagi kemaslahatan umat dan bagi kita semua. Aamiin

Makassar, Agustus 2017

Tri Novianty Mansyur

Page 8: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

viii

ABSTRAK

TRI NOVIANTY MANSYUR. Perbedaan Kadar Malondialdehid (MDA) Ibu

Hamil Setelah Pemberian Ekstrak dan Tepung Daun Kelor (Moringa

Oleifera Leaves) di Kabupaten Jeneponto. (Dibimbing oleh St Nur Asni dan

Veni Hadju)

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan kadar

malondialdehid (MDA) ibu hamil antara kelompok intervensi ekstrak daun

kelor, kelompok intervensi tepung daun kelor serta kelompok sulfas ferosus

sebagai kontrol.

Penelitian ini menggunakan desain eksperimen dengan post test

only. Sampel penelitian adalah ibu hamil trimester II sejumlah 30 orang di

kelompok intervensi ekstrak daun kelor, 30 orang di kelompok intervensi

tepung daun kelor dan 30 di kelompok kontrol. Uji one way anova digunakan

untuk membandingkan kadar MDA pada tiga kelompok.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna

antara kadar MDA pada kelompok intervensi ekstrak daun kelor, kelompok

intervensi tepung daun kelor serta kelompok sulfas ferosus sebagai kontrol

(24.0518±1.88113 nmol/ml, 21.7584±3.40198 nmol/ml, 23.1637±3.40198

nmol/ml; p<0.05).Kelompok intervensi tepung daun kelor menunjukkan

kadar MDA yang lebih rendah.

Kata Kunci : Ekstrak daun kelor, tepung daun kelor dan malondialdehid

Page 9: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

ix

ABSTRACT

TRI NOVIANTY MANSYUR. The differencess level of malondialdehid

(MDA) in pregnant women after intervention of moringa oleifera extract and

powder (moringa oleifera leaves) in jeneponto district. (Supervised by St

Nur Asni and Veni Hadju)

The aim of this research was to know the difference of pregnant

women malondialdehid (MDA) level between the intervention group with

moringa leaves extract, the moringa leaves powder intervention group and

the sulfas ferosus group as the control.

This study employed an experimental design with post test only.

Sampel were 30 trimester II pregnant women in the intervention group of

moringa leaves extract, 30 people in the moringa leaves powder

intervention group and 30 in the control group. One-way anova test were

used to compare MDA levels in the three group.

The results showed that there were significant differences between

MDA levels in the intervention group of Moringa leaves extract, moringa

leaves powder intervention group and sulfas ferosus group as control

(24.0518 ± 1.88113 nmol / ml, 21.7584 ± 3.40198 nmol / ml, 23.1637 ±

3.40198 nmol / ml; P <0.05). Intervention group with moringa leaves powder

showed lower MDA levels

Keywords: Moringa leaves extract, moringa leaves powder and

malondialdehid

Page 10: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ......................... Error! Bookmark not defined.

HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ............................................................. iv

PRAKATA .................................................................................................. v

ABSTRAK ................................................................................................ viii

ABSTRACT ................................................................................................ ix

DAFTAR ISI ............................................................................................... x

DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiv

DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN .......................................... xv

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang .............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................ 5

C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 5

1. Tujuan Umum. .............................................................................. 5

2. Tujuan khusus. ............................................................................. 6

D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 6

E. Ruang Lingkup/Batasan Penelitian ............................................... 7

F. Sistematika Penulisan................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 8

A. Tinjauan Umum Tentang Kehamilan ............................................ 8

1. Perubahan Fisiologi Pada Ibu Hamil ............................................. 8

2. Kebutuhan Gizi Masa Kehamilan. ............................................... 13

3. Stress Oksidatif Pada Masa Kehamilan ...................................... 16

B. Tinjauan Umum Tentang Malondialdehid ................................... 18

1. Radikal Bebas ............................................................................. 18

2. Antioksidan ................................................................................. 22

3. Reactive Oxygen Species (ROS) ................................................ 23

Page 11: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

xi

4. Stress Oksidatif ........................................................................... 26

5. Peroksidasi lipid .......................................................................... 27

6. Malondialdehid (MDA) ................................................................ 30

C. Tinjauan Umum Tentang Daun Kelor.......................................... 34

1. Deskripsi Tanaman Kelor ............................................................ 34

2. Kandungan Nutrisi Kelor. ............................................................ 38

3. Sifat Kimiawi Daun Kelor ............................................................ 40

4. Ektrak daun kelor, Tepung Daun Kelor dan Tablet tambah

darah/sulfas Ferosus ......................................................................... 42

5. Hubungan Ekstrak Daun Kelor Dan Tepung Daun Kelor Terhadap

Kadar Malondialdehid ........................................................................ 47

6. Studi intervensi Moringa oleifera leave pada ibu hamil ............... 51

D. Kerangka Teori ........................................................................... 54

A. Kerangka Konseptual.................................................................. 55

B. Hipotesis ..................................................................................... 56

C. Definisi Oprasional ...................................................................... 56

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 59

A. Rancangan Penelitian ................................................................. 59

B. Lokasi dan Waktu ....................................................................... 61

1. Lokasi Penelitian. ........................................................................ 61

2. Waktu Penelitian. ........................................................................ 61

C. Populasi dan Taknik Sampel ...................................................... 61

1. Populasi. ..................................................................................... 61

2. Sampel ........................................................................................ 61

D. Instrumen Pengumpulan Data .................................................... 63

1. Instrumen Penelitian. .................................................................. 63

2. Prosedur Pengumpulan Data ...................................................... 64

3. Prosedur Kerja ............................................................................ 65

4. Alur Penelitian ............................................................................. 68

E. Analisis Data ............................................................................... 69

F. Etika Penelitian ........................................................................... 69

Page 12: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

xii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 72

A. Hasil Penelitian .......................................................................... 72

B. Pembahasan Penelitian .............................................................. 80

C. Keterbatasan Penelitian .............................................................. 90

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 92

A. Kesimpulan ................................................................................. 92

B. Saran .......................................................................................... 92

Daftar Pustaka

Lampiran

Page 13: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

xiii

DAFTAR TABEL

nomor halaman

Tabel 1. Analisi kandungan nutrisi daun segar dan kering 41

Tabel 2. Unsur nutrisi ekstrak daun kelor dan tepung daun kelor 44

Tabel 3. Penelitian intervensi yang pernah dilakukan 51

Tabel 4. Rancangan Eksperimen 59

Tabel 5. Distribusi frekuensi responden berdasarkan

karakteristik di PKM Bangkala kabupaten jeneponto

74

Tabel 6. Perbedaan rerata kadar MDA ibu hamil pada

kelompok A kelompok B dan kelompok C

77

Tabel 7. Perbedaan kadar MDA ibu hamil pada kelompok A

kelompok B dan Kelompok C dengan uji Post Hoc

78

Tabel 8. Hubungan indeks massa tubuh terhadap kadar MDA

pada masing-masing kelompok A kelompok B dan

kelompok C

79

Page 14: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Master Tabel

Lampiran 2. Lembar Penjelasan Penelitian

Lampiran 3. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 4. Rekomendasi Persetujuan Etik

Lampiran 5. Hasil Uji SPSS

Lampiran 6. Surat Izin Penelitian dari Sekolah Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar

Lampiran 7 Surat Izin Penelitian dari BKPMD – P2T Prov. Sulawesi Selatan

Lampiran 8. Surat Keterangan Izin Penelitian dari Pemerintah Kabupaten Jeneponto

Lampiran 9. Surat Keterangan Selesai Pengambilan Data Di RSP UNHAS

Lampiran 10. Dokumentasi

Page 15: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

xv

DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN

.OOH : Radikal Peroksil

µl : Micro liter

8OHDG : 8-hydroxy-2’-deoxyguanosin

ACTH : Adrenocorticotropic hormone

ADH : Diuretic Hormon

AKG : Angka Kecukupan Gizi

BAF : Besi asamfolat

BBLR : Berat Badan Lahir Rendah

BOSS : Biomarker Oxidative Stress Study

C2H6 : Etana

C5H12 : Pentena

CAT : Catalase

CU : Cupper

Cu : Tembaga

DM : Diabetes Melitus

DNA : Deoxyribose Nucleic Acid

ELISA : Enzyme-Linked Immunosorbent Assays

Fe : Besi

GFR : Glomerular filtrasi rate

GPx : Gluta hione Peroxidase

H202 : Hidroksi Peroksida

Page 16: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

xvi

H2O : Air

Hb : Haemoglobin

HNE : Hidroksil-nonenal

ICPS : Internation Programme On Chemical Safety

IL-6 : Interlukin 6

IMT : Indeks MassaTubuh

Kg : Kilogram

LILA : Lingkar Lengan Atas

LOO : Radikal Lipid Peroxyl

MCH : Mean Corpuscular Hemoglobin

MCHC : Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration

MCV : Mean Corpuscular Volume

MDA : Malondialdehid

MGM : Multi gizi mikro

Ml : Mililiter

Mn : Mangan

nmol : Nano Mol

O2 : Oksigen

O2 : Radikal Superoksida

OH : Radikal Hidroksil

PUFA : Poly Unsaturated Fatty Acids

ROS : Reactive oxidasi Species

RSP : Rumah Sakit Pendidikan

Page 17: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

xvii

SD : Standar Deviasi

Se : Selenium

SF : Sulfas Ferosus

SOD : Superoksida Dismutase

SPSS : Statistichal Package for Social Science

TBARS : Thiobarbituric Acid Reactive Substances

UNHAS : universitas Hasanuddin

WHO : World Health Organization

Zn : Seng

Page 18: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan ibu selama masa pra hamil, kehamilan serta proses

persalinan sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan bayi dan

kandungannya. Pencapaian kesehatan ibu yang optimal selama masa

tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu; akses terhadap pelayanan

kesehatan, status gizi ibu selama hamil, keberhasilan program KIA/KB,

lingkungan, sosial budaya klien yang berhubungan dengan kesehatan ibu

dan bayi selama masa kehamilan dan persalinan serta kemampuan

ekonomi keluarga. Jika salah satu faktor tersebut tidak mendukung status

kesehatan klien maka akan berdampak negative terhadap pertumbuhan

dan perkembangan janin jika tidak ditangani dengan baik. (Depkes, 2008)

Setiap hari, 800 perempuan meninggal dari komplikasi kelahiran.

Wanita hamil di negara berkembang 36 kali lebih memungkinkan untuk

menderita komplikasi terkait kehamilan dibandingkan dengan seorang

perempuan yang mengandung dari negara maju. (WHO, 2016)

Angka cakupan penanganan kejadian komplikasi kehamilan di

Indonesia mengalami peningkatan, di tahun 2014 sebanyak 74,56%

menjadi 79,13% pada tahun 2015. Dan cakupan penanganan kejadian

komplikasi di Sulawesi selatan pada tahun 2015 sebanyak 73,65%.

Page 19: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

2

(Kementerian Kesehatan RI, 2016), dan angka cakupan penanganan

kejadian komplikasi kehamilan di kabupaten jeneponto sebanyak 67,13 %

pada tahun 2014. Kematian ibu di jeneponto tahun 2013 sebanyak 5 orang

(82 per 100.000 KH) dan pada tahun 2014 sebanyak 13 orang ( 235 per

100.000 KH) (Depkes, 2015)

Kehamilan normal disertai dengan peningkatan metabolisme dan

kebutuhan oksigen tinggi untuk oksigen jaringan yang dapat menghasilkan

peningkatan stres oksidatif. Stres oksidatif terjadi karena reactive oxygen

species (ROS) melebihi kapasitas dari antioksidan yang tersedia.

Gangguan dalam keseimbangan antioksidan prooksidan dapat

menyebabkan kerusakan. (Idonije, et al., 2011)

Hingga saat ini MDA merupakan marker yang paling banyak diteliti,

dan dianggap sebagai marker peroksidasi lipid in vivo yang baik, baik pada

manusia maupun pada binatang, yang secara signifikan akurat dan stabil

daripada senyawa lainnya. (Susantha, 2013) Kadar MDA dalam cairan

biologis dapat mencapai 10 kali kadar HNE oleh karenanya MDA

merupakan indeks peroksidasi lipid yang paling banyak dipelajari (Winarsi,

2007)

Peningkatan stress oksidatif sesuai dengan peningkatan

pembentukan Malondialdehid (MDA). MDA adalah salah satu produk

peroksidasi lipid yang merupakan penyebab degenerasi organ atau

jaringan. (Winarsi, 2007) Seperti penelitian oleh Souza 2016 didapatkan

Page 20: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

3

tingkat MDA yang lebih tinggi pada wanita dengan Preeklamsia

dibandingkan dengan kontrol (D'Souza, et al., 2016), dan penelitian oleh

Susanta 2013 didapatkan rerata kadar serum malondialdehid pada abortus

iminens lebih tinggi dari pada yang normal. Dan kadar serum

malondialdehid yang tinggi meningkatkan risiko terjadinya abortus iminens.

Maka dari itu pada tubuh membutuhkan antioksidan untuk menetralisirnya

(Susantha, 2013).

Ketika kehamilan rentan terhadap stres oksidatif maka diperlukan

antioksidan tambahan. (Nadimin, 2015) sehingga diperlukan suplemen

yang mengandung antioksidan, terutama bagi golongan yang rentan,

seperti anak,ibu hamil atau menyusui dan lanjut usia. (Kurniali & Nugroho

Abikusno, 2007)

Kelor (Moringa oleifera) merupakan salah satu dari 13 spesies yang

termasuk dalam genus moringa, ekstrak tanaman ini telah terbukti secara

signifikan menurunkan peroksidasi lipid, dengan peningkatan simultan pada

enzim antioksidan endogen. (Dubey, 2015)

Penelitian yang menggunakan daun kelor sebagai suplemen gizi

makin meluas, di dukung dengan makin banyaknya laporan penelitian yang

dilakukan di berbagai tempat baik pada hewan coba ataupun manusia.

Dengan menggunakan ekstrak daun kelor maupun tepung daun kelor.

Daun kelor mengandung berbagai unsur hara makro dan mikro.

(Zakaria, et al., 2015). Berbagai penelitian yang menggunakan sediaan

Page 21: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

4

kelor baik ekstrak daun kelor dan tepung daun kelor dalam menurunkan

MDA, Penelitian yang dilakukan oleh (Nadimin 2016) mengenai pengaruh

ekstrak daun kelor terhadap MDA ibu hamil dan hasil yang diperoleh bahwa

pemberian ekstrak daun kelor dapat menghambat peningkatan kadar MDA

pada wanita hamil.(Nadimin, 2016)

Penelitian yang menggunakan tepung daun kelor adalah penelitian

yang dilakukan oleh (Kushwaha, et al., 2014) pada wanita menopaus

dengan pemberian supplement tepung dari daun Moringa oleifera and

amaranth (Amaranthus tricolor) dan hasilnya terjadi penurunan penanda

oksidatif stres yaitu malondialdehid pada wanita menopause. (Kushwaha,

et al., 2014)

Namun ada pula penelitian lain yang menggunakan zat besi

terhadap kadar MDA seperti penelitian oleh Zaka, 2016 pada anak anemia

defisiensi besi dengan terapi zat besi oral hasilnya Setelah delapan minggu

terapi zat besi setiap hari, kenaikan yang sangat signifikan dari Hb, MCV,

MCH, MCHC, besi serum, kejenuhan transferrin, dan kadar feritin serum.

Kenaikan pada SOD, CAT, dan tingkat GPx Di sisi lain, tingkat MDA diamati

menurun pasca terapi. Namun, bahkan setelah pemberian zat besi SOD,

CAT, dan tingkat GPx lebih rendah pada pasien dari non-anemia kontrol

serta tingkat MDA pada kelompok anemia secara signifikan lebih tinggi

dibandingkan kontrol. (Zaka, et al., 2016) hal ini bertentangan dengan hasil

penelitian oleh King SM 2008 Dalam sebuah studi pada wanita dengan

kadar besi rendah, terjadi peningkatan lebih dari 40% dalam MDA plasma

Page 22: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

5

setelah enam minggu suplementasi zat besi setiap hari dalam dosis yang

direkomendasikan 98 mg per hari. (King, et al., 2008)

Beberapa penelitian menggunakan ekstrak daun kelor, tepung

daun kelor atau zat besi dalam menurunkan stress oksidatif, namun

penelitian yang membandingkan antara ekstrak, tepung daun kelor serta

sulfas ferosus sebagai kontrol terhadap kadar MDA belum tersedia.

Berdasarkan uraian di atas peneliti berasumsi perlu dilakukan

penelitian untuk mengetahui perbandingan kadar malondialdehid (MDA) ibu

hamil setelah pemberian ekstrak dan tepung daun kelor (Moringa oleifera

leaves) di kabupaten Jeneponto.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka yang

menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah ada

perbedaan antara pemberian ekstrak dan tepung daun kelor (Moringa

oleifera leaves) terhadap kadar Malondialdehid (MDA) ibu hamil?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum.

Mengetahui perbedaan kadar Malondialdehid (MDA) ibu hami

setelah pemberian ekstrak dan tepung daun kelor serta pada kelompok

kontrol.

Page 23: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

6

2. Tujuan khusus.

a. Menilai kadar Malondialdehid (MDA) ibu hamil yang mengkonsumsi

ekstrak daun kelor

b. Menilai Malondialdehid (MDA) ibu hamil yang mengkonsumsi

tepung daun kelor

c. Menilai kadar Malondialdehid (MDA) ibu hamil yang mengkonsumsi

sulfas ferosus

d. Membandingkan kadar MDA ibu hamil setelah pemberian intervensi

pada kelompok yang menerima ekstrak daun kelor, tepung daun

kelor, dan sulfas ferosus

D. Manfaat Penelitian

A. Aspek Klinis

Sebagai informasi bagi sejawat dalam menurunkan kadar MDA dengan

pemberian tepung daun kelor.

B. Aspek Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan

dalam bidang kebidanan khususnnya peranan pemberian tepung daun

kelor dalam menurunkan kadar MDA

C. Aspek Praktis

Dapat menjadi masukan dalam memberikan tindakan herbal dengan

pemberian tepung daun kelor pada ibu hamil dalam upaya menurunkan

kadar MDA

Page 24: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

7

E. Ruang Lingkup/Batasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan desain studi Eksperimen. Data

yang digunakan adalah data sekunder puskesmas. Intervensi yang

dilakukan yaitu pemberian kapsul daun kelor selama 12 minggu dan

pengambilan sampel urine pada ibu hamil setelah pemberian kapsul daun

kelor. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang

memeriksakan kehamilannya di puskesmas wilayah kecamatan Bangkala

Kabupaten Jeneponto sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi yang telah

ditetapkan oleh peneliti.

F. Sistematika Penulisan

Bab I: Pendahuluan, menguraikan latar belakang; rumusan

masalah;tujuan penelitian; manfaat penelitian; lingkup penelitian

dan sistematika penelitian

Bab II: Tinjauan Pustaka berisi tentang tinjauan umum tentang kehamilan,

tinjauan umum tentang Malondialdehid (MDA), tinjauan umum

tentang daun kelor,kerangka teori, kerangka konsep, hpotesis dan

definisi oprasional

Bab III: Metode Penelitian, dikemukakan mengenai rancangan penelitian;

lokasi dan waktu penelitian; populasi dan sampel; instrument

pengumpulan data; dan teknik analisis data.

Bab IV: Hasil penelitian dan pembahasan

Bab V : Kesimpulan dan saran

Page 25: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Kehamilan

1. Perubahan Fisiologi Pada Ibu Hamil

Perubahan fisiologis pada kehamilan menginduksi perubahan yang

mendalam. Wanita hamil mengalami beberapa adaptasi di banyak sistem

organ. Beberapa adaptasi sekunder perubahan hormon kehamilan,

sementara yang lain terjadi untuk mendukung wanita gravid dan janinnya

berkembang. (Costantine, 2014)

a. Perubahan Metabolik

Sebagai akibat dari peningkatan sekresi dari berbagai macam

hormon selama masa kehamilan, termasuk tiroksin, adrenokortikal dan

hormon seks, maka laju metabolisme basal pada wanita hamil meningkat

sekitar 15 % selama mendekati masa akhir dari kehamilan. Sebagai hasil

dari peningkatan laju metabolisme basal tersebut, maka wanita hamil sering

mengalami sensasi rasa panas yang berlebihan. Selain itu, karena adanya

beban tambahan, maka pengeluaran energi untuk aktivitas otot lebih besar

dari pada normal. (Rosita, 2015)

b. Perubahan Kardiovaskular

Perubahan kardiovaskular terjadi pada awal masa kehamilan.

Pertumbuhan uterus dan plasenta membuat kebutuhan akan aliran darah

Page 26: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

9

dan O2 naik. Keadaan itu membuat jantung bekerja lebih keras. (Suharjana,

2010)

Pada kehamilan trimester pertama, curah jantung naik sekitar 20%

di atas normal, sedangkan selama trimester ke dua dan ke tiga kenaikannya

lebih kecil. Kenaikan curah jantung tersebut disebabkan oleh naiknya heart

rate (HR) dan volume sekuncup (SV). Heart rate naik sekitar 15 denyut per

menit. Sedangkan volume sekuncup naik sekitar 10-12%. (Suharjana,

2010)

c. Perubahan Hematologi.

Jumlah sal darah merah semakin meningkat, untuk bias

mengimbangi pertumbuhan janin dalam Rahim. Tetapi pertambahan sel

darah tidak seimbang dengan peningkatan volume darah sehingga terjadi

hemodilusi, yang disertai anemia fisiologi. Sel darah putih meningkat hingga

mencapai jumlah sebesar 10.000/ml. dengan hemodilusi dan anemia

fisiologis, laju endap darah semakin tinggi dan dapat mencapai 4 kali dari

angka normal. (Asrinah, et al., 2010)

d. Perubahan Sistem Respirasi

Kebutuhan oksigen meningkat 15-20%, diafragma terdorong ke

atas, hiperventilasi pernapasan dangkal (20-24x/menit) mengakibatkan

penurunan kompliansi dada, volume residu, dan kapasitas paru serta

terjadinya peningkatan volume tidal. Oleh karena itu system respirasi

selama kehamilan dapat mengakibatkan peningkatan inspirasi dan

Page 27: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

10

ekspirasi dalam pernapasan yang secara langsung juga mempengaruhi

suplai oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2) ke janin. (Hutahaean, 2013)

Ibu hamil bernapas lebih dalam (peningkatan volume tidal) tetapi

frekuensi napasnya kira-kira dua kali lebih cepat bernapas dalam 1 menit.

Peningkatan volume tidal menyebabkan peningkatan volume napas selama

1 menit sekita 26%. Peningkatan volume napas selama 1 menit disebut

hyperventilasi kehamilan. Yang menyebabkan konsentrasi CO2 di alveoli

menurun. Peningkatan kadar progesterone menyebabkan hyperventilasi

kehamilan. (Hutahaean, 2013)

Berbagai jenis keracunan kimia mengakibatkan terbentuknya

radikal bebas, begitu pula pasokan oksigen yang berlebihan dari

penghirupan oksigen murni. (Asrinah, et al., 2010)

e. Perubahan Sistem Renal

Terdapar perubahan fungsi ginjal yang diakibatkan oleh

Adrenocorticotropic hormon (ACTH), Anti diuretic hormon (ADH), koerisol

dan aldosterone. Piala ginjal melebar sampai 60 cc. Sedangkan bila tidak

hamil 10 cc. Panjang dan berat ginjal bertambah 1-1,5 cm. Glomerular

filtration rate (GFR) meningkat sampai 50%. Aliran plasma ginjal meningkat

25-50%. Peningkatan GFR terkadang tidak dibarengi dengan kemampuan

tubulus menyerap glukosa yang tersaring sehingga mengakibatkan

glukosuria. Hal ini harus dipantau untuk mendeteksi adanya tanda awal dari

diabetes kahemila. (Iskandar, et al., 2015)

Page 28: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

11

f. Perubahan pada Sistem Gastrointestinal

Estrogen menyebabkan pengeluaran asam lambung meningkat

yang dapat menyebabkan, pengeluaran air liur berlebihan, daerah lambung

merasa panas, terjadi mual dan sakit/pusing kepala terutama pagi hari,

munta, dan progesterone menimbulkan gerak usus makin berkurang dan

dapat menyebabkan konstipasi. (Asrinah, et al., 2010)

g. Perubahan Sistem Persarafan

Pada ibu hamil akan ditemukan rasa sering kesemutan atau

acroestresia pada ekstremitas disebabkan posutur tubuh ibu yang

membungkuk. Oedema pada trimester III, edema menekan saraf perifer

bawah ligament carpal pergelangan tangan menimbulkan carpal turner

sindrom, yang ditandai dengan parestisia dan nyeri pada tangan yang

menyebar kesiku. (Asrinah, et al., 2010)

h. Perubahan Sistem Muskoloskeletal

Peningkatan hormone progesterone dan relaxing menyebabkan

pengenduran jaringan ikat dan otot. Sehingga symphisis pubis dan

articulasio sacro cocsigeal melunak dan bergeser sehingga menimbulkan

nyeri pinggang dan persendian. (Miratu, et al., 2015)

Postur tubuh berubah menyesuaikan perubahan pusat gaya berat,

pada masa hamil Rahim mendorong tubuh kedepan sehingga tubuh

condong ke belakang agar seimbang dengan lekuk pinggang yang

berlebihan. Lekukan lumbal lebih dari normal dapat menyebabkan lordosis

dan gaya beratnya berpusat pada kaki bagian balakang sehingga

Page 29: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

12

menyebabkan rasa sakit yang berulang terutama di bagian punggung.

(Miratu, et al., 2015)

i. Sirkulasi Uteroplasental

Aliran darah uterin meningkat secara progresif selama kehamilan

dan mencapai nilai rata rata antara 500ml sampai 700ml di masa aterm.

Aliran darah melalui pembuluh darah uterus sangat tinggi dan memiliki

resistensi rendah. Perubahan dalam resistensi terjadi setelah 20 minggu

masa gestasi. Aliran darah uterus kurang memiliki mekanisme autoregulasi

(pembuluh darah dilatasi maksimal selama masa kehamilan) dan aliran

arteri uterin sangat bergantung pada tekanan darah maternal dan curah

jantung. Hasilnya, faktor yang mempengaruhi perubahan aliran darah

melalui uterus dapat memberikan efek berbahaya pada suplai darah fetus.

Aliran darah uterin menurun selama periode hipotensi maternal, dimana

hal tersebut terjadi dikarenakan hipovolemia, perdarahan, dan kompresi

aortocaval, dan blokade simpatis. (Ronald, 2009)

j. Perubahan Hormonal

Selama masa kehamilan, hormone steroid dihasilkan oleh “

maternal-fetal-placenta complex”. Plasenta membuat beberapa macam

estrogen dan juga dapat mengubah endrogen dalam siekulasi menjadi

estrogen. Sejalan dengan bertambahnya usia kehamilan kadar

progesterone darah juga meningkat. (Suharjana, 2010)

Metabolisme yang meningkat pada masa kehamilan, memerlukan

oksigen lebih banyak, maka semakin meningkat pula radikal bebas yang

Page 30: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

13

ditimbulkan. Stres oksidatif yang terjadi dapat mengganggu kehamilan jika

antioksidan tidak dapat mengimbanginya. (Anantasika, 2013)

2. Kebutuhan Gizi Masa Kehamilan.

Kebutuhan gizi ibu selama hamil meningkat karena selain

diperlukan untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu, juga diperlukan untuk janin

yang dikandungnya. Kebutuhan gizi pada ibu hamil setiap trimester

berbeda, hal ini disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan janin

serta kesehatan ibu. Pemenuhan pada trimester pertaman dimana pada

trimester ini terjadi pembentukan system saraf, otak, jantung dan organ

reproduksi janin sehingg lebih diutamakan pada kualitas dibanding

kuantitas, terlebih pada trimester satu tidak sedikit ibu yang mengalami

mual muntah sehingga tidak memungkingkan untuk dilakukan pemenuhan

kebutuhan gizi secara kuantitas. Dan selanjutnya pemenuhan kebutuhan

gizi pada trimester II dan III selain memperhatikan kualitas juga harus

terpenuhi kuantitas. (Iskandar, et al., 2015)

Beberapa zat gizi yang diketahui meningkat kebutuhannya selama

kehamilan adalah zat besi, vitamin C, vitamin A, dan protein. Salah satu

pangan yang memiliki kandungan zat besi yang baik untuk ibu hamil adalah

daun kelor (Moringa oleifera) (Hermansyah, et al., n.d.)

Pada saat hamil ibu harus makan makanan yang mengandung nilai

gizi bermutu tinggi meskipun tidak berarti makanan yang mahal.

Page 31: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

14

1. Kalori

Jumlah kalori yang diperlukan ibu hamil setiap harinya adalah 2500

kalori yang berlebihan dapat menyebabkan obesitas, dan ini merupakan

faktor predisposisi atas terjadinya preeklamsia. Total pertambahan berat

badan sebaiknya tidak melebihi 10-12 kg selama kehamilan. tergantung

dari berat badan sebelum hamil. (Asrinah, et al., 2010),

Menurut angka kecakupan Gizi (AKG) tahun 2013, penambahan

kebutuhan energy per hari bagi ibu hamil pada trimester I adalah 180 kkal,

trimester II dan III masing-masing 300 kkal. (Kementrian, 2014)

Asupan energi pada trimester I diperlukan untuk perumbuhan dan

perkembangan pada plasenta yang digunakan untuk menyalurkan

makanan dan pembentukan hormone. Pada janin diperlukan untuk

pembentukan organ organogenesis dan pertumbuhan kepala janin dan

badan. Asupan gizi pada trimester II diperlukan untuk pertumbuhan kepala,

badan dan tulang janin serta diikuti pertambanahan berat badan ibu,

sementara pada trimester III pertumbuhan akan berlansung cepat pada

pertumbuhan janin, plasenta dan cairan amnion. (Iskandar, et al., 2015)

2. Protein

Jumlah protein yang diperlukan oleh ibu hamil adalah 85 gram per

hari. Sumber protein tersebut bisa diperoleh dari tumbuh-tumbuhan,

hewani. Defisiensi protein dapat menyebabkan kelahiran premature,

anemia dan edema. (Asrinah, et al., 2010)

Page 32: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

15

Pangan protein nabati mempunyai keunggulan mengandung

proporsi lemak tidak jenuh yang lebih banyak dibanding pangan

hewani.Juga mengandung isoflavon, yaitu kandungan fitokimia yang turut

berfungsi mirip hormon estrogen (hormon kewanitaan) dan antioksidan

serta anti kolesterol. (Kementrian, 2014)

Hamper 70% protein digunakan untuk perumbuhan janin yang

dikandungnya. Pertumbuhan dimulai dari pertumbuhan sebesar sel

samapai tubuh janin mencapai kurang dari 3.5 kg, protein juga digunakan

untuk pembentukan plasenta. Protein juga diperlukan untuk pembentukan

sel-sel otak dan myelin pada janin yang berkaitan erat dengan kecerdasan,

protein juga diperlukan untuk persiapa persalinan sebab sebanyak 300-500

ml darah akan hilang melalui proses persalinan, sehingga cadangan darah

diperlukan dan tidak terlepas pula dari peran protein. (Iskandar, et al., 2015)

3. Kalsium

Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah 1,5 kg per hari. Kalsium

dibutuhkan untuk pertumbuhan janin, terutama bagi pengembangan otot

dan rangka. Sumber kalsium yang mudah diperoleh adalah susu, keju,

yoghrt, dan kalsium karbonat. (Asrinah, et al., 2010)

Kalsium juga dibutuhkan untuk mencegah preeklamsia atau

tekanan darah tinggi pada ibu hamil yang dapat menyebabkan kejang pada

ibu, prematuritas bahkan kematian. (Iskandar, et al., 2015)

Page 33: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

16

4. Zat besi

Diperlukan asupan zat besi bagi ibu hamil dengan jumlah 300 mg

per hari terutama setelah trimester kedua. Bila tidak ditemukan anemia

pemberian besi per minggu telah cukup. Kekurangan zat besi pada ibu

hamil dapat menyebabkan anemia defisiensi zat besi. (Asrinah, et al., 2010)

Anemia karena kekurangan zat besi masih banyak terjadi di Negara

berkembang. Kebutuhan akan zat besi pada perempuan hamil meningkat

200-300% .oleh karena itu pemberian suplemen zat besi sangat diperlukan.

Pemberian dilakukan selama trimester II dan III. (Iskandar, et al., 2015)

5. Asam folat

Jumlah asam folat yang dibutuhkan ibu hamil sebesar 400 mikro

gram per hari. Kekurangan asam folat dapat menyebabkan anemia

megaloblastik pada ibu hamil. (Asrinah, et al., 2010), dan juga BBLR,

ablasio plasenta serta defect neural tube. Jenis makanan yang

mengandung asam folat yakni ragi, brokoli, sayuran hijau, asparagus dan

kacang-kacangan. (Iskandar, et al., 2015)

3. Stress Oksidatif Pada Masa Kehamilan

Stress oksidatif diketahui meningkat pada kehamilan normal.

Peningkatan berkembang dari peningkatan metabolism, peningkatan

oksigen basal dan peningkatan konsumsi energi. Organ utama yang

memproduksi radikal bebas adalah plasenta dengan vaskularisasi yang

tinggi dan kaya mitokondria dan makrofag. Organel sel-sel memproduksi

oksidan dalam jumlah yang besar yang dapat merusak plasenta. Namun

Page 34: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

17

untuk mencegah kerusakan ini, maka produksi antioksidan juga meningkat.

(Tiwari, et al., 2016)

Ulasan lain menunjukkan bahwa penanda peroksidasi lipid, rata-

rata lebih tinggi dalam kasus preeklamsia, dengan vitamin C dan E, secara

signifikan lebih rendah. (Cohen, et al., 2015) Ibu hamil harus menyediakan

sumber makanan dan pertukaran gas untuk memungkinkan embrio

maksimal dan pertumbuhan janin terjadi, sementara pada saat yang sama

mempersiapkan tubuhnya untuk tenaga, partus dan tuntutan nanti laktasi.

Selain keseimbangan harus dipertahankan antara memberikan kekebalan

untuk melindungi ibu dari infeksi dan sementara pada saat yang sama

memungkinkan implantasi dan kelangsungan hidup hasil konsepsi,

Pengembangan dan pembentukan plasenta dan sistem sirkulasi yang

sangat penting dalam pemeliharaan kesehatan ibu dan juga memungkinkan

perkembangan embrio dan pertumbuhan janin. Patogenesis hasil

kehamilan yang merugikan termasuk preeklamsia dan pertumbuhan janin

pembatasan dan jumlah hasil neonatal telah terbukti dikaitkan dengan stres

oksidatif. (Mistry & Paula J Williams, 2011)

Pada tubuh ibu hamil terjadi peningkatan produksi species oksigen

reaktif. Hal ini menyebabkan stres oksidatif meningkat. Untuk memerangi

stres oksidatif, dapat dilakukan dengan meningkatkan antioksidan sebab

antioksidan menghambat atau menunda aktivitas oksidan. Stres oksidatif

terjadi karena ketidakseimbangan antara spesies oksigen reaktif dan

antioksidan. (Saikumar, et al., 2013)

Page 35: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

18

B. Tinjauan Umum Tentang Malondialdehid

1. Radikal Bebas

Radikal bebas adalah atom/gugusan atom yang kulit luarnya

memiliki elektron yang tidak berpasangan, sedangkan oksidan adalah suatu

senyawa yang dapat menerima elektron. (Winarsi, 2007)

Pada keadaan normal reduksi O2 menjadi H2O dalam rantai

pernafasan yang dikatalisasi oleh sitokrom oksidase membutuhkan empat

buah elektron namun Produksi radikal bebas terjadi terus menerus di

semua sel sebagai bagian dari fungsi sel normal. Namun, kelebihan

produksi radikal bebas yang berasal dari sumber endogen atau eksogen

mungkin memainkan peran dalam banyak penyakit (Siswonoto, 2008).

Pada konsumsi oksigen tersebut juga bisa terjadi proses lain, yaitu hanya

sebuah eletron yang diambil sehingga terbentuk spesies oksigen reaktif

(ROS) yang toksis dimana penerimaan elektron pertama akan terbentuk

redikal superoksida (O2), selanjutnya dengan penerimaan electron kedua

terbentuk hidroksi peroksida (H2O2), dan selanjutnya pada penerimaan

electron yang ketiga terbentuk radikal hidroksil (OH). (Winarsi, 2007)

Radikal bebas dapat berasal dari dua sumber, yaitu sumber

endogen dan eksogen. Radikal bebas yang bersifat eksogen antara lain

radikal bebas yang berasal dari asap rokok, polusi, radiasi, obat, pestisida,

limbah industri, dan ozon. Sebagai sumber endogen yang berasal dari

Page 36: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

19

dalam tubuh kita sendiri antara lain radikal bebas yang berasal dari

mitokondria (proses fosforilasi oksidatif rantai pernapasan), proses

fagositosis, inflamasi, iskemia, jalur arakhidonat, peroksisom, dan xantin

oksidase. (Adnyana, 2013).

Radikal bebas pun dapat dipicu oleh stress, aktifitas berlebihan

atau status gizi. (Wikana, 2011) Stres oksidatif dan nitrosatif (O & NS) dapat

memainkan peran penting dalam patofisiologi depresi berat. Beberapa

penelitian menunjukkan status stres oksidatif yang meningkat pada serum

pasien major depression, yang ditunjukkan oleh penurunan yang signifikan

dari aktivitas spesifik SOD dan GPX dan peningkatan penanda peroksidasi

lipid MDA yang signifikan, dibandingkan dengan kelompok kontrol. Ketika

kami menganalisis status stres oksidatif pada pasien depresi berdasarkan

kronisitas, kami mengamati penurunan yang signifikan dari aktivitas spesifik

SOD dan GPX pada kelompok depresi berulang, dibandingkan dengan

kelompok episode pertama. Selain itu, peningkatan konsentrasi MDA yang

sangat signifikan diamati pada pasien depresi berulang, dibandingkan

dengan kelompok episode pertama. (Stefanescu & Alin Ciobica, 2012)

Aktifitas fisik Aktivitas fisik adalah pergerakan tubuh karena adanya

kontraksi otot yang berakibat pada peningkatan pengeluaran energi.

Aktivitas fisik meliputi aktivitas fisik di tempat kerja, aktivitas fisik dalam

perjalanan, aktivitas fisik di rumah maupun aktivitas fisik di waktu luang

yang dapat digolongkan sebagai aktivitas fisik sehari - hari secara umum,

Beberapa teori mengungkapkan bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik

Page 37: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

20

dan stres oksidatif, yang merupakan salah satu patogenesis dasar penyakit

degeneratif. Aktivitas fisik memiliki respon akut untuk meningkatkan stres

oksidatif dengan beberapa mekanisme: cedera hiperoksik pada

mitokondria, cedera iskemik reperfusi dan pembengkakan. Selain itu,

aktivitas fisik reguler dapat menyebabkan respon kronis untuk mengurangi

stres oksidatif dengan beberapa mekanisme: meningkatkan aktivitas

proteasom & enzim perbaikan DNA, mengurangi ikatan DNA dengan faktor

transkripsi sensitif redoks (NF-κB, AP-1, MAPK, dan CREB) Dan

meningkatkan antioxidant endogen (superoksida dismutase / SOD &

glutathione peroxidase / GSH-px). Oleh karena itu, penting untuk

melakukan aktivitas fisik reguler untuk pencegahan penyakit degeneratif

(Candrawati, 2013)

Status gizi dalam hal ini indeks massa tubuh dimana Indonesia

menggunakan klasifikasi berat badan lebih dan obesitas WHO sesuai

dengan kriteria Asia Pasifik yaitu berat badan kurang dengan IMT < 18,5

kg/m² berat badan normal dengan IMT antara 18,5-22,9 kg/m², kelebihan

berat badan dengan IMT 23,0-24,9 kg/m², Obesitas I dengan IMT > 25,0-

29,9 kg/m², Obesitas II dengan IMT > 30,0 kg/m² (Sugondo, 2009), Pada

obesitas jaringan adipose tidak hanya sebagai cadangan trigliserida organ,

namun pada suatu studi menjelaskan bahwa jaringan adipose putih

berperan juga pada produksi substansi bioaktif yang disebut adipokin.

Selain adipokin, dapat ditemukan komponen inflamasi, seperti interleukin-6

(IL-6), oleh karena itu mempengaruhi efek langsung pada kontrol berat

Page 38: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

21

badan. Hal ini merupakan peran leptin, yang bertindak pada sistim limbik

dengan menstimulasi pengeluaran dopamine yang dapat membuat merasa

penuh, sehingga adipokin tersebut menginduksi Reactive Oxigen Species

(ROS), sehingga dapat menimbulkan suatu proses yang disebut stress

oksidatif (Sánchez, et al., 2011) Yang diketahui bahwa peningkatan

produksi ROS dapat berhubungan dengan kerusakan sel, termasuk

oksidasi sel membrane dan protein yang berkonjungasi dengan gangguan

homeostatis redoks selular. Reaksi demikian dapat menyebabkan

peroksidasi lipid dan akhirnya terjadi stress oksidatif. (Irawan, 2013)

Gambar 1: Sumber eksogen dan endogen radikal bebas (Siswonoto, 2008)

Endogenous sources Mitochondrial leak Respiratory burst Enzyme reactions Autooxidation reactions

Environmental Sources Cigarette smoke Pollutants UV light Ionising radiation Xenobiotics

Free Radical production

O2, H2O2

Transition Metals Fe2+,Cu+

OH

Modified DNA bases Lipid Peroxidation Protein damage

Tissue damage

Page 39: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

22

2. Antioksidan

Tubuh memiliki sistem pertahanan untuk melindungi diri dari

ancaman radikal bebas. Mekanisme sistem pertahanan tersebut terdiri atas

enzymatik dan nonenzymatik. Pada sistem pertahanan enzymatik,

glutathione peroxidase (GSH-Px), catalase (CAT), dan superoxide

dismutase (SOD) memainkan peranan yang utama.Superoksida akan

didetoksifikasi oleh mangan (dalam mitokondria) atau oleh cooper/zinc

(dalam sitosol) enzim superoxide dismutase (MnSOD atau Cu/ZnSOD).

SOD mengubah superoksida menjadi hidrogen peroksida (H202), yang

kemudian dikonversi menjadi air oleh enzim catalase atau glutation

peroksidase (Adnyana, 2013).Antioksidan enzimatik bekerja dengan cara

melindungi jaringan dari kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas

oksigen seperti anion superoksida (O2.-), radikal hidroksil (.OH) dan

hydrogen peroksida(H2O2). (Winarsi, 2007)

Antioksidan non-enzimatik banyak ditemukan dalam sayuran dan

buah-buahan. Komponen yang bersifat antioksidan dalam sayur dan buah

meliputi vitamin C, E, β-karoten, flavonoid, isoflavon, flavon, antosianin,

katekin, dan isokatekin, serta asam lipoat. Senyawa fitokimia ini membantu

melindungi sel dari kerusakan oksidatif yang disebabkan oleh radikal bebas.

(Winarsi, 2007) Sebagai tambahan, senyawa tiol, thioredoxin, mampu

detoksifikasi hidrogen peroksida. (Burton & Eric Jauniaux, 2011)

Page 40: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

23

Gambar 2: Spesies oksigen reaktif utama, asal potensi mereka dan jalur

detoksifikasi. NADPH, nicotinamide adenin dinukleotida fosfat. (Burton &

Eric Jauniaux, 2011)

3. Reactive Oxygen Species (ROS)

Pada proses reduksi oksigen, diperlukan 4 elektron untuk

dipindahkan. Pemindahan 4 elektron tersebut tidak dapat terjadi sekaligus,

melainkan melalui 4 tahap pemindahan. Proses seperti ini berdampak pada

molekul oksigen yang kurang reaktif. Di sisi lain, tahapan reaksi

pemindahan electron tersebut juga dapat menimbulkan senyawa oksigen

reaktif dalam bentuk ion superoksida (O2.-), hydrogen peroksida

(H2O2),radikal peroksil (.OOH), dan radikal hidroksil (.OH). (Winarsi, 2007)

Keberdaan senyawa H2O2 dapat berbahaya bila bersama-sama

ion superoksida karena akan membentuk radikal hidroksil (.OH) melalui

reaksi Haber-Weiss dimana reaksi ini memerlukan Fe+++ atau Cu++. Dari

Page 41: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

24

berbagai bentuk senyawa oksigen reaktif tersebut, radikal hidroksil

merupakan senyawa yang paling reaktif dan berbahaya. Radikal hidroksil

bukan merupakan produk primer proses biologis, melainkan berasal dari

H2O2 dan O2.-. (Winarsi, 2007)

Gambar 3: Reactive oxygen species (Castelo, 2010)

Secara fisiologis tubuh memang menghasilkan ROS (radikal bebas

atau oksidan), adapun sumber penghasil ROS antara lain mitokondria,

fagosit, Xantin oxidase, peroksisome, iskemi/reper fusi, jalur pada

pembetukan asam arakhidonat, dan sebagainya. Bahan tersebut

dihasilkan oleh tubuh untuk membunuh bakteri yang masuk dalam tubuh.

tubuh mempunyai kemampuan untuk menjaga kadar ROS. (Keman, 2014)

Namun bila radikal bebas atau oksidan dihasilkan oleh tubuh

secara berlebihan, maka bahan tersebut akan dinetralisasi oleh anti radikal

bebas atau antioksidan. Yang dikenal dengan Scavenger enzyme, seperti

superoksida dismutase (SOD), katalese atau glutation peroksida. Apabila

Page 42: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

25

rasio antara radikal bebas atau oksidan lebih besar dari pada antiradikal

bebas atau antioksidan, maka keadaan ini dikenal sebagai stress oksidatif.

(Winarsi, 2007)

Peningkatan produksi ROS yang dikenal dengan kondisi stres

oksidatif memiliki implikasi pada berbagai macam penyakit seperti

hipertensi, aterosklerosis, diabetes, gagal jantung, stroke, dan penyakit

kronis lainnya. Peningkatan ROS tersebut dapat terjadi sebagai akibat dari

metabolisme oksigen, reperfusi oksigen saat kondisi hipoksia, oksidasi

hemoglobin dan mioglobin, dan lain-lai. ROS dapat memicu proses

peroksidasi terhadap lipid. Peroksida lipid tidak saja bertanggungjawab

atas perusakan makanan, tetapi yang lebih penting adalah perusakan

jaringan tubuh in vivo. Peroksidasi terhadap lipid dalam membran sel akan

sangat menganggu fungsi membran, menimbulkan kerusakan yang

irreversible terhadap fluiditas dan elastisitas membran yang dapat

menyebabkan ruptus membrane sel. Salah satu produk akhir dari

peroksidasi lipid adalah molondyaldehyde (MDA). (Puspitasari, et al., 2016)

Namun demikian, reaktivitas radikal bebas dapat dihambat melalui

3 cara berikut:1) mencegah atau menghambat pembentukan radikal bebas

baru, 2) menginaktivasi atau menangkap radikal dan memotong propagasi

(pemutus rantai), 3) memperbaiki kerusakan oleh radikal. (Winarsi, 2007)

Page 43: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

26

4. Stress Oksidatif

Stres oksidatif merupakan suatu keadaan dimana terjadi

pembentukan radikal bebas yang berlebihan sehingga melebihi kapasitas

pertahanan antioksidan. Stress oksidatif disebabkan adanya beberapa

ROS di dalam sel yang tidak dapat distabilkan. Hasilnya terjadi beberapa

kerusakan satu atau beberapa biomolekuler termasuk DNA, protein dan

lipid. Pada lipid akan terjadi lipid peroksidasi. Lipid peroksidasi merupakan

penanda stres oksidatif yang tidak stabil yang mengubah suatu bentuk yang

kompleks menjadi reaktif. (Keman, 2014)

Gambar 4: Oksidatif dan "antioksidan" stres: penyebab, konsekuensi dan

metode untuk kontrol.(Polsjak, 2013)

Page 44: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

27

(Sari, 2012) Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa

radikal bebas bereaksi dengan PUFA (poly unsaturated fatty acids).

(Winarsi, 2007) Bila radikal hidroksil beraksi dengan asam lemak tak jenuh

ini, maka aka terjadi reaksi berantai yang dikenal sebagai lipid peroxidase.

(Sari, 2012)

Molekul reaktif seperti radikal hidroksil menarik atom hydrogen dari

ikatan rangkap asam lemak tak jenuh dan membentuk radikal peroksidasi

lipid. Radikal ini kemudian beraksi dengan asam lemak tak jenuh lainnya

membentuk hidroperoksida lipid dan radikal peroksidasi lipid yang baru,

yang kemudian meneruskan reaksi oksidasi terhadap lipid lainnya,

biasanya disebut dengan auto-oksidasi lipid atau peroksidasi lipid (Kilic,et

al.,2003). (Sari, 2012) . Proses tersebut juga akan membentuk

endoperoksida siklik yang akan terurai ke berbagai aldehida, seperti

Malondialdehid (MDA), 4-hydroxynonenal (HNE) dan dienals. (Gadoth &

Hans Hilmar Gobel, 2011)

5. Peroksidasi lipid

Komponen penting pada membran lipid adalah fosfolipid dan

glikolipid. Kedua asam lemak ini mengandung asam lemak tak jenuh yang

sangat rawan terhadap terjadinya seragan radikal bebas, terutama radikal

hidroksil

Page 45: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

28

Gambar 5. Tiga fase reaksi berantai peroksidasi lipid (Siswonoto, 2008)

Peroksidasi lipid terbentuk melalui 3 proses, yaitu :

- Insiasi

Inisiasi merupakan langkah pertama dari serangkaian peroksidasi yang

terjadi pada sam lemak tak jenuh (Poly Unsaturated Faatty Acid/PUFA).

Reaksi ini dihasilkan akibat serangan beberapa spesies yang

menyerang hidrogen pada atom karbon diantara ikatan rangkap dua.

Akibat serangan ini, akan terjadi pemisahan grup H dari grup metilen.

Oleh karena itu hidrogen hanya memiliki 1 elektron, pemisahan ini akan

Page 46: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

29

mengahasilkan elektron tidak berpasangan pada karbon sehingga

terbentuk fatty acid radikal. Karbon radikal yang terbentuk dapat

mengalami berbagai reaksi seperti saling bertabrakan dalam membran

sehingga dapat menjadi insiatot pada proses lainnya. (Keman, 2014)

- Propagasi

Apabila radikal karbon bereaksi dengan oksigen, akan terbentuk radikal

peroksil. Radikal peroksil dapat mengasbtraksi atom hidrogen pada lipid

yang lain. Apabila terjadi abstraksi atom hidrogen lipid lain oleh radikal

peroksil, akan terbentuk lipid hidroperoksida. Lipid hidroperoksida

adalah produk primer peroksidasi yang bersifat sitotoksik. Melalui

pemanasan atau reaksi yang melibatkan logam, lipid hidroperoksida

akan dipecah menjadi produk peroksidasi lipid sekunder, yakni radikal

lipid alkoksil dan peroksi lipid. Radikal lipid alkoksil dan lipid peroksil

juga dapat menginisiasi reaksi rantai lipid selanjutnya. Selain itu, radikal

lipid alkoksil akan melangsungkan reaksi beta cleavage membentuk

aldehid sitotoksik dan genotoksik. (Setiawan & Eko Suhartono, 2007)

Aldehid pada produk tersebut terlibat pada sebagian besar patofisiologi

terkait stres oksidatif pada sel maupun jaringan dan merupakan produk

akhir peroksidasi lipid. Meskipun sebagai produk akhir, secara kimiawi

aldehid tersebut tetap aktif dan mempunyai kereaktifan terhadap

berbagai biomolekul, termasuk protein dan fosfolipid. (Setiawan & Eko

Suhartono, 2007)

Page 47: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

30

- Terminasi

Dalam reaksi terminasi, antioksidan seperti vitamin E menyumbangkan

atom hidrogen pada LOO spesies dan membentuk vitamin sesuai E

radikal yang bereaksi dengan LOO yang lain membentuk produk

nonradical. Setelah peroksidasi lipid dimulai, propagasi dari reaksi

berantai akan berlangsung hingga produk penghentian diproduksi.

(Ayala, et al., 2014)

Produk primer dari peroksida lipid yang sangat reaktif yaitu lipid

hidroksiperoksida, terbentuk saat radikal bebas menyerang asam lemak tak

jenuh ganda atau kolestrol dalam membran atau lipoprotein. Selain itu, juga

dapat dibentuk oleh siklooksigenase atau lipoksigenese. Hidroperoksida

Lipid berfungsi pada fisiologis normal yaitu mengatur enzim dan gen

sensitive redoks. Namun demikian, peroksidasi lipid yang tidak terkontrol

dapat berdampak pada disfungsi dan kerusakan sel. (Ayala, et al., 2014)

6. Malondialdehid (MDA)

Malondialdehid (MDA) adalah senya organik dengan rumus

CH2(CHO)2. Struktur senyawa ini lebih kompleks dan sangat reaktif, terjadi

secara alami dan merupakan penanda stres oksidatif (Iskandar, et al., 2015)

Malondialdehid (MDA) adalah produk dari lipid peroksidasi dan

telah ditemukan meningkat pada kondisi stres oksidatif. PUFA akan

teroksidasi menjadi peroksida bentuk lipid yang tidak stabil dan menjalani

dekomposisi membentuk senyawa karbonil yang reaktif. Malondialdehid

Page 48: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

31

adalah produk pemecahan utama lipid peroksidasi. (Dhananjay, et al.,

2013)

MDA dibentuk sebagai bahan dikarbonil (C3H4O2) dengan

berat molekul rendah (berat formula = 72,07), rantai pendek, dan bersifat

volatil asam lemah (pKa =4,46), dihasilkan sebagai produk sampingan

pembentukan eikosanoid enzimatik dan produk akhir degradasi oksidatif

asam lemak bebas non enzimatik. Hingga saat ini, MDA telah ditemukan

hampir di seluruh cairan biologis, termasuk pada plasma, urin, cairan

persendian, cairan bronkoalveolar, cairan empedu, cairan getah bening,

cairan mikrodialisis dari pelbagai organ, cairan amnion, cairan

perikardial dan cairan seminal. Namun plasma dan urin merupakan

sampel yang paling umum digunakan karena paling mudah didapatkan

dan paling tidak invasive. Data yang tersedia hingga saat ini juga

menunjukkan pengukuran kadar MDA baik dari plasma maupun urin

memberikan hasil yang sama akurat dan presis dari indeks stres

oksidatif. (Keman, 2014)

MDA sangat cocok sebagai biomarker untuk stres oksidatif karena

beberapa alasan, yaitu : (1) Pembentukan MDA meningkat sesuai dengan

stres oksidatif, (2) kadarnya dapat diukur secara akurat dengan berbagai

metode yang telah tersedia, (3) bersifat stabil dalam sampel cairan tubuh

yang diisolasi, (4) pengukurannya tidak dipengaruhi oleh variasi diurnal dan

tidak dipengaruhi oleh kandungan lemak dalam diet, (5) merupakan produk

spesifik dari peroksidasi lemak, (6) terdapat dalam jumlah yang dapat

Page 49: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

32

dideteksi pada semua jaringan tubuh dan cairan biologis, sehingga

memungkinkan untuk menentukan referensi interval. (Susantha, 2013)

Winarsi, et al. (2005) menemukan bahwa dalam tubuh wanita

perimenopause banyak terbentuk radikal bebas. Ini diketahui melalui kadar

MDA plasma. Tingginya produk MDA ini merupakan bukti rendahnya status

antioksidan tubuh sehingga tidak dapat mencegah reaktivitas senyawa

radikal bebas. Penurunan MDA plasma dari 2.36 µmol/l menjadi 1,94 µmol/l

juga ditunjukkan oleh peran antioksidan gingerol pada jahe yang

diintervensi selama30 hari pada mahasiswa laki-laki usia 19-27 tahun di

bogor. (Winarsi, 2007)

a) Malondialdehyde Sebagai Penanda Biologis Stress Oksidatif

Menurut NIH biomarker working group (1998). Definisi penanda

biologis adalah suatu karakteristik yang bisa diukur, dan dievaluasi sebagai

indikator proses biologis normal, proses patologis dan respon farmakologis

terhadap intervensi terapi. WHO internation programme on chemical safety

(ICPS) memberikan definisi sebagai suatu substansi, struktur atau proses

yang dapat diukur pada tubuh, dan produk tersebut dapat berpengaruh atau

memprediksi insiden penyakti. Sebagai perediktor suatu penyakit harus

mempunyai validitas berupa sensitifitas, sepesifisitas dan pengetahuan

mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi. Faktor tambahan lain seperti

tidak invasitif dan dapat diperiksa ulang. (Siswonoto, 2008)

BOSS (biomarker oxidative stress study) tahun 2002, penelitian

yang secara lengkap, yang disponsori dan diorganisir oleh National Institute

Page 50: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

33

of environmental Health Sciences (NIEHS) di Amerika serikat, yang

merupakan penelitian komprehensif pertama untuk menentukan penanda

biologis yang tidak invasive, mempunyai spesifikasitas, sensitifitas dan

selektifitas terbaik. Dengan model pada tikus yang diberikan CCI4 yang

dapat menginduksi terbentuknya kerusakan jaringan akibat radikal bebas.

Efek kerusakan yang dilihat dari produk hasil peroksidasi lipid, protein dan

DNA diukur dari sampel plasma darah dan urin, dan dinilai hubungannya

dengan dosis dan waktu. Berbagai substansi yang diteliti meliputi lipid

hidroperoksida. TBARS, MDA, isoprostan, protein karbonil, 8-hidroksi-2-

deoksiguanosin (8-OhdG), leukosit DNA-MDA adduct dan DNA Strand

break. Disimpulkan kadar plasma MDA, kadar isoprostan dalam plasma dan

urin, sebagai penanda biologis stres oksidatif yang dapat dipercaya MDA

dan 4 hidroksinonenal (HNE) merupakan produk utama hasil oksidasi

PUFA. (Nasrullah, 2013)

Malondialdehid merupakan satu dari beberapa substansi dengan

berat molekul ringan yang dihasilkan pada proses peroksidasi lipid., MDA

juga sangat mudah disekreri melalui urin. (Irawan, 2013)

Page 51: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

34

C. Tinjauan Umum Tentang Daun Kelor

1. Deskripsi Tanaman Kelor

Gambar 6: Tanaman Kelor (Ganatra, et al., 2012)

Kelor (Moringa oleifera) adalah jenis tanaman pengobatan herbal

India yang telah akrab di negara-negara tropis dan subtropis. Nama lain

atau istilah yang digunakan untuk kelor adalah pohon lobak,

Mulangay,Mlonge, benzolive, pohon Paha, Sajna, Kelor, Saijihan dan

Marango. Moringa oleifera divisi dari Kingdom: Plantae, Divisi:

Magnoliphyta, Kelas: Magnoliopsida, Ordo: brassicales, Keluarga:

Moringaceae, Genus: Moringa, Spesies: M.Oleifera. (Razis & Muhammad

Din Ibrahim S, 2014). Dan kelor (Moringa oleifera) merupakan salah satu

dari 13 spesies yang termasuk dalam genus moringa. (Dubey, 2015) dan

Kelor dapat tumbuh pada lokasi tropis dan subtropicalregions dunia dengan

suhu sekitar 25-35◦C. (Gopalakrishnan, et al., 2016)

Page 52: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

35

Beberapa bagian dari tumbuhan kelor telah digunakan sebagai

obat tradisional pada masyarakat di Asia dan Afrika. Tanaman Obat

tersebut telah digunakan untuk menyembuhkan berbagai macam penyaki.

(Iskandar, et al., 2015). Moringa oleifera merupakan komoditas makanan

yang mendapat perhatian khusus sebagai nutrisi alami dari daerah tropis

bagian kelor dari daun, buah, bunga dan polong dari pohon ini digunakan

sebagai

sayuran bernutrisi di banyak Negara seperti di India, Pakistan, Filipina,

Hawai dan afrika yang lebih luas lagi. (Prasanna & S. Sreelatha, 2014).

Beberapa bagian pohon Moringa oleifera :

a. Daun

Daun kelor memiliki lebar 1-2 cm halus dan berwarna hijau dengan

ranting daun yang halus berwarna hijau agak kecoklatan. (Ganatra, et

al., 2012) dianggap sumber yang kaya akan vitamin, mineral dan

merupakan aktivitas antioksidan yang kuat, sering dikaitkan dengan

vitamin tanaman dan senyawa fenolik asquercetin dan kaempferol.

(Silva, et al., 2014). Daun Kelor sebagai sumber vitamin C yang tinggi,

kalsium, β karoten, potassium serta protein yang bekerja sebagai

sumber yang efektif dari antioksidan alami. karena kehadiran beberapa

macam senyawa antioksidan seperti flavonoid, asam askorbat,

cerotenoids dan fenolat. (Razis & Muhammad Din Ibrahim S, 2014)

Daun kelor memiliki potensi antioksidan yang signifikan. Oleh karena

itu penelitian pada hewan suplemen diet dengan konsumsi daun kelor

Page 53: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

36

bisa menjadi sumber yang berguna untuk melindungi hewan dari

penyakit yang disebabkan oleh stres oksidatif bahkan, ekstrak daun

kelor memiliki antioksidan yang kuat pada percobaan di kedua in vitro

dan ex vivo. (Silva, et al., 2014)

b. Bunga

Bunga tumbuhan daun kelor berwarna putih kekuning-kuningan, dan

memiliki pelepah bunga yang berwara hijau, bunga ini tumbuh di ketiak

daun yang biasanya ditandai dengan aroma atau bau semerbak.

(Ganatra, et al., 2012)

c. Kulit polong (Pod Husks)

Buah tumbuhan daun kelor berbentuk segita memanjang berkisar 30-

120 cm, buah ini berwarna hijua muda hingga kecokelatan. (Ganatra,

et al., 2012) Kulit polong kelor mengandung alkaloid, flavonoid, tanin,

tritepenoids, diterpenoid dan glikosida.

d. Biji

Biji tumbuhan daun ini berbentuk bulat dengan diameter 1 cm berwarna

cokelat kehitaman,dengan 3 sayap tipis mengelilingi biji. Setiap pohon

dapat menghasilkan sekitar 15000 sampai 25000 biji per tahun.

(Ganatra, et al., 2012) Polong kelor pada berbagai penelitian

melaporkan penggunaan polong kelor dengan potensi yang berbeda

terhadap masalah kesehatan. Polong kelor mengandung berbagai

phytochemical, termasuk antioksidan seperti vitamin C, β-karoten, α-

dan γ-tokoferol, β-sitosterol, vitamin A, senyawa fenolik quercetin dan

Page 54: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

37

kaempferol, flavonoid, dan antosianin, bersama dengan beberapa kelas

langka senyawa, termasuk alkaloid, glucosinolates, dan

isothiocyanates. (Silva, et al., 2014)

e. Akar

Akar tumbuhan daun kelor ini tunggang, berwarna putih kotor, biasanya

bercabang atau serabut dan juga dapat mencapai kedalaman 5-10

meter. (Ganatra, et al., 2012)Ekstrak akar kulit kelor memiliki potensi

untuk menyembuhkan ulkus lambung dan lesi mukosa lambung. Hal ini

juga mengurangi keasaman dan meningkatkan pH lambung. Temuan

ini menunjukkan bahwa kelor memiliki antiulcer dan aktivitas

antisecretory karenanya, dapat digunakan sebagai sumber untuk obat

antiulcer di masa depan. Potensi antimutagenik dan antioksidan dari

ekstrak akar kelor natrium azida di strain TA100 percobaan pada

Salmonella typhimurium terjadi penghambatan microsomal peroksidasi

lipid, menunjukkan bahwa akar kelor memiliki antimutagenik serta

aktivitas antioksidan. (Silva, et al., 2014)

Page 55: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

38

Gambar 7: bagian dari tanaman Kelor ( (Ganatra, et al., 2012)

2. Kandungan Nutrisi Kelor.

Setiap bagian dari M. oleifera adalah gudang penting nutrient dan

antinutrient. Daun M. oleifera yang inminerals kaya seperti kalsium, kalium,

seng, magnesium, besi andcopper. Vitamin seperti beta-karoten vitamin A,

vitaminB seperti asam folat, piridoksin dan asam nikotinat, vitaminC, D dan

E juga hadir dalam M. oleifera. Phytochemi-cals seperti tanin, sterol,

terpenoid, flavonoid, saponin, antrakuinon, alkaloid dan mengurangi gula

hadir bersama agen withanti-kanker seperti glucosinolates,

isothiocyanates, senyawa gly-coside dan gliserol-1-9-octadecanoate.

Moringa leaves juga memiliki nilai kalori rendah dan dapat digunakan dalam

diet tersebut yang obesitas. (Gopalakrishnan, et al., 2016)

a. Antioksidan

Antioksidan adalah zat kimia yang membantu melindungi tubuh dari

kerusakan sel-sel oleh radikal bebas. Kelor mengandung 46

antioksidan kuat senyawa yang melindungi tubuh dari kerusakan sel-

sel oleh radikal bebas. Kelor mengandung 46 antioksidan kuat.

Senyawa yang melindungi tubuh terhadap efek merusak dari radikal

bebas dengan menetralkannya sebelum dapat menyebabkan

kerusakan sel dan menjadi penyakit. (Utami, et al., 2013)

Senyawa antioksidan yang terkandung dalam kelor adalah, Vitamin A,

Vitamin C, Vitamin E, Vitamin K, Vitamin B (Choline), Vitamin B1

Page 56: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

39

(Thiamin), Vitamin B2 (Riboflavin), Vitamin B3 (Niacin), Vitamin B6,

Alanine, Alpha-Carotene, Arginine, Beta-Carotene, Beta-sitosterol,

Caffeoylquinic Acid, Campesterol, Carotenoids, Chlorophyll, Chromium,

Delta-5-Avenasterol, Delta-7-Avenasterol, Glutathione, Histidine, Indole

Acetic Acid, Indoleacetonitrile, flavonoid, Kaempferal, Leucine, Lutein,

Methionine, Myristic-Acid, Palmitic-Acid, Prolamine, Proline, Quercetin,

Rutin, Selenium, Threonine, Tryptophan, Xanthins, Xanthophyll, Zeatin,

Zeaxanthin, Zinc. (Syahruni, 2015)

b Vitamin

Vitamin adalah zat organic bertindak sebagai koenzim atau mengatur

proses metabolism dan sangat penting bagi banyak fungsi tubuh yang

vital. Kelor mengandung Vitamin seperti beta-karoten vitamin A, vitamin

B seperti asam folat, piridoksin dan asam nikotinat, vitaminC, D dan E.

(Gopalakrishnan, et al., 2016)

c Mineral

Mineral adalah nutrisi yang dibutuhkan untuk menjaga kesehata. Elemen

seperti tembaga, besi, kalsium, kalium dan lain-lain yang diperlukan oleh

tubuh dalam jumlah tertentu(sering dalam jumlah kecil) mineral

merupakan zat anororganik (unsur Atau senyawa kimia)yang ditemukan

dialam.kandungan mineral dalam kelor berupa Kalsium, Kromium,

Tembaga, Fluorin, Besi, Mangan, Magnesium, Molybdenum, Fosfor,

Kalium, Sodium, Selenium, Sulphur, Zinc. (Syahruni, 2015)

Page 57: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

40

d Asam amino

Asam amino adalah senyawa organic yang mengandung amino (NH2).

Sebuah gugusan asam karboksilat (COOH), dan salah satu gugus

lainnya. terutama dari kelompok 20 senyawa yang memiliki rumus dasar

NH2CHCOOH dan dihubungkan bersama oleh ikatan peptide untuk

membentuk protein. Asam amino merupakan komponen utama

penyusuna protein yang terbagi dalam 2 kelompok yaitu asam amino

esensial dan non-esensial. Kandungan asam amino essensial dalam

kelor berupa; Kalsium, Kromium, Tembaga, Fluorin, Besi, Mangan,

Magnesium, Molybdenum, Fosfor, Kalium, Sodium, Selenium, Sulphur,

Zinc. Dan non-esesial; Alanin, Arginine, asam aspartat, sistin, Glutamin,

Glycine, Histidine, Proline, Serine, Tyrosine. (Syahruni, 2015)

3. Sifat Kimiawi Daun Kelor

Tanaman kelor memiliki daun yang mengandung nutrisi paling

lengkap dibandingkan tanaman jenis apapun. Selain vitamin dan mineral

daun kelor juga mengandung semua asam amino essensial. Hasil

penelitian juga membuktikan bahwa daun kelor sama sekali tidak

mengandung zat yang berbahaya bagi tubuh. Kandungan vitamin A dalam

daun kelor jauh lebih banyak dibandingkan wortel. Dengan perbandingan

berat yang sama daun kelor juga mengandung vitamin C lebih banyak dari

jeruk, kalsium empat kali lipat lebih banyak dari susu, potassium dua kali

lebih banyak dari yogurt, serta zat besi yang jauh lebih banyak dari pada

bayam. (Iskandar, et al., 2015)

Page 58: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

41

Perbandingan kandungan gizi daun kelor yang segar dan kering:

Table 1: Analisi kandungan nutrisi daun segar dan kering

Sumber : (Gopalan, 2012)

Analisi kandungan Nutrisi Satuan Per 100g

Daun segar Daun Kering

Nutrisi

Kandungan air (%) 75.0 7.50

Kalori Cal 92.0 205.0

Protein Gr 6.7 27.1

Lemak Gr 1.7 2.3

Karbohidrat Gr 13.4 38.2

Fiber Gr 0.9 19.2

Mineral Gr 2.3

Calsium (Ca) Mg 440.0 2.003

Magnesium (Mg) Mg 24.0 368.0

Phospor (P) Mg 70.0 204.0

Kalium (K) Mg 259.0 1324.0

Copper (Cu) Mg 1.1 0.6

Iron Mg 0.7 28.2

Asam Oksalat Mg 101.0 0.0

Sulphur (S) Mg 137.0 870.0

Zinc Mg 0.16 3.29

Vitamin

Vitamin A ( β Caroten) µg 6.80 16.3

Vitamin B (Cholin) Mg 423.00

Vitamin B1 ( Thiamin) Mg 0.21 2.6

Vitamin B2 (Riboflamin) Mg 0.05 20.5

Vitamin B3 (Niacin) Mg 0.80 8.2

Vitamin C (Ascorbid Acid) Mg 220.00 17.3

Vitamin E (Tocopherol Acetat) Mg 113.0

Asam Amino

Arginin Mg 406.60 1.328

Histidin Mg 149.8 613

Lysine Mg 342.4 1.325

Tryptophan Mg 107.0 425

Phenylanaline Mg 310.3 1.388

Methionine Mg 117.7 350

Threonine Mg 117.7 1.188

Leucine Mg 492.2 1.95

Isoleucine Mg 299.6 825

Valin Mg 374.5 1.063

Page 59: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

42

Semua kandungan gizi yang terdapat dalam daun kelor akan

segera akan mengalami peningkatan konsentrasi apabila dikonsumsi

setelah dikeringkan dan dilumatkan dalam bentuk serbuk ( tepung). (Jonni,

et al., 2008)

4. Ektrak daun kelor, Tepung Daun Kelor dan Tablet tambah

darah/sulfas Ferosus

a. Ekstrak daun kelor

Ekstrak daun kelor dibuat dengan daun kelor dipetik dari pohon

atau tangkai kelor yang berwarna hijau setelah itu daun kelor dicuci

bersama dahan sampai bersih dan dilakukan minimal 3 kali

penggantian air bersih atau menggunakan air mengalir. Kemudian

dikeringkan dengan cara dianginkan selama 2 jam, setalah kering

kemudian dirontokkan dari dahannya. Kemudian daun yang telah lepas

dari dahannya di tebar di atas rank plastik dengan menggunakan lampu

pijar pada suhu ±38-39oC selama 2 kali 24 jam. Daun kelor yang telah

kering kemudian diremas menggunakan sarung tangan. Setelah itu

daun kelor kering direndam dalam pelarurt (air) 1 kali 24 jam dilakukan

3 kali pengulangan yang kemudian hasil rendaman tadi diperas dan

disaring. Setelah itu hasil perasan dimasukkan dalam rotavator selama

48 jam dengan suhu 30-400C. kemudian ekstrak kental dimasukkan

dalam freezer drayer selama 24 jam. Maka jadilah ekstrak daun kelor.

Daun kelor yang telah menjadi ekstrak daun kelor kemudian

Page 60: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

43

dimasukkan dalam kapsul ukuran 00 dengan berat 500g. (Iskandar, et

al., 2015)

Dalam beberapa penelitian seperti penelitian oleh iskandar

2015 bahwa ekstrak moringa oleifera mampu mempertahankan tingkat

serum feritin hingga 50% dan ekstrak daun kelor juga telah terbukti

memiliki aktivitas anti oksidan yang kuat, mencegah kerusakan

oksidatif, dan mampu memberikan perlindungan yang signifikan

terhadap kerusakan oksidatif (Iskandar, et al., 2015) yang ditandai

dengan ekstrak daun kelor dapat menghambat peningkatan kadar MDA

pada wanita hamil.(Nadimin, 2016)

b. Tepung daun kelor

Tepung daun kelor dibuat dengan daun kelor dipetik dari pohon

atau tangkai kelor yang berwarna hijau setelah itu daun kelor dicuci

bersama dahan sampai bersih dan dilakukan minimal 3 kali

penggantian air bersih atau menggunakan air mengalir. Setelah itu

daun kelor yang telah bersih di blenching pada suhu ±70oC selama 1

jam, kemudian daun kelor diangin-anginkan agar air yang melekat pada

daun menguap atau mengering. Setelah daun mengering kemudian

daun dirontokkan dari dahannya kemudian daun yang telah lepas dari

dahannya di tebar di atas jaring-jaring atau rank plastik dan

menggunakan lampu pijar pada suhu ±38-39oC. selama berada di rank

plastik, daun kelor dibolak-balik setiap ±12 jam, ini lakukan agar daun

mongering dengan merata. Dan pengeringan dilakukan selama ±3 hari

Page 61: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

44

(3 kali 24 jam). Kemudian daun kelor yang telah dikeringkan tadi

diblender dan diayak dengan menggunakan ukuran 200 mush. Daun

kelor yang telah menjadi tepung daun kelor kemudian dimasukkan

dalam kapsul ukuran 00 dengan berat 500g. (Zakaria, et al., 2015)

Dalam beberapa penelitian seperti penelitian oleh idohou 2011

dengan hasil ferritin plasma tidak berubah pada kelompok Moringa

powder selama intervensi (Dossou N, et al., 2011) Dan pada Serum

MDA diamati secara signifikan lebih rendah pada tikus yang diberi

makan dengan Moringa Oleifera powder dibandingkan dengan diet

normal. (Oparinde & Adeniran Samuel Atiba, 2014)

Table 2: Unsur nutrisi ekstrak daun kelor dan tepung daun kelor

TK : Tepung Daun Kelor

EK : Ekstrak Daun Kelor

Sumber : Zakaria, 2013 (Iskandar, et al., 2015), Khuzaimah, 2015, Krisnadi 2015

Unsur Nutrisi TK/1g EK/1g

Besi (mg) 0.28 0.11

Ca (mg) 1.65 64.3

Zn (mg) 0.05 0.05

Vitamin A (µg) 0.16 72.62

Vitamin E (mg) 1.13 14.96

Vitamin C (mg) 0.17 12.91

Lemak (g) 0.02 0.1

Protein (g) 0.27 0.24

Selenium (µg) 0.009 0.6

Page 62: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

45

c. Tablet Tambah Darah/Sulfat Ferosus

Besi merupakan unsur vital untuk pembentukan hemoglobin,

juga merupakan komponen penting pada system enzim pernafasan

seperti sitokrom-oksidase, katalase peroksidase. (Ibrahim &

Proverawati, 2010)

Zat besi dibutuhkan oleh tubuh untuk berbagai hal seperti

pembentukan Hb pada sel darah merah di sumsum tulang,

menggantikan sejumlah kecil Fe yang dikeluarkan tubuh secara

konstan terutama lewat urine dan darah haid, serta pembentukan

hemoglobin baru pada anak-anak dan remaja. Jumlah zat besi yang

diperoleh tubuh dari makanan harus seimbang dengan yang

dikeluarkan. Kebutuhan zat besiyang dianjurkan untuk ibu hamil adalah

30mg. pada ibu hamil kenutuhan zat besi meningkat dikarenakan oleh

peningkatan kebutuhan untuk ekspansi sel darah merah ibu hamil.

(Iskandar, et al., 2015)

Meskipun penting, zat besi juga bisa menjadi racun dalam

jumlah berlebih. Melalui reaksi Fenton besi sebagai mineral angkutan

dapat menghasilkan berbagai oksigen atau nitrogen spesies reaktif.

(Shaaban, et al., 2016)

Suplemen besi merupakan suplemen yang mudah didapatkan

masyarakat tanpa resep dokter sehingga berpotensi menimbulkan

penggunaan yang berlebihan. Walaupun suplementasi besi merupakan

salah satu bagian dari program pemerintah, yang terutama ditujukan

Page 63: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

46

untuk ibu hamil, konsumsi besi yang berlebihan dapat memicu

pembentukan oksigen reaktif, nitrogen spesies yang reaktif, peroksidasi

lipid, dan stress oksidatif. Tingginya kadar besi dalam jaringan

berhubungan dengan patologi penyakit tertentu seperti kanker,

inflamasi, diabetes, penyakit liver,dan jantung. (Wijayanti, et al., 2014)

tetapi kekurangan zat besi kronis dengan anemia dapat mempercepat

perkembangan penyakit kardiovaskular pada pasien non-diabetes dan

diabetes (Q, et al., 2009)

Oksidan yang terbentuk di dalam sel darah merah (eritrosit)

adalah superoksida, hidrogen peroksida, radikal peroksil, hingga

peroksida lipid. Eritrosit sangat rentan terhadap kerusakan oksidatif

sebagai akibat dari peroksidasi lipid di eritrosit. Peroksidasi lipid pada

eritrosit menyebabkan lisis atau yang dikenal dengan hemolisis.

Peroksidasi (autooksidasi) lipid, khususnya asam lemak tak jenuh

ganda, adalah suatu reaksi berantai radikal bebas yang menghasilkan

Malondelhyde (MDA), 4 hidroksi-nonenal, etana (C2H6), dan pentane

(C5H12). MDA merupakan produk akhir peroksidasi lipid dan sebagai

biomarker peroksidasi lipid untuk menilai stress oksidatif. (Wijayanti, et

al., 2014) Pemberian suplementasi zat besi dapat meningkatkan kadar

MDA karena zat besi adalah logam transisi redoks-aktif yang artinya zat

besi dapat dengan mudah berpindah antara Ferrous (Fe2+) dan Ferric

(Fe3+) melalui proses transfer elektron ke berbagai substansi biologis

Page 64: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

47

yang mengkatalisis berbagai reaksi yang merusak dalam sel. (Q, et al.,

2009)

Penelitian oleh (Lilik, 2014) mengenai kadar hemoglobin dan

pengaruhnya pada perubahan kadar MDA paska suplementasi besi

dan didapatkan hasil bahwa Terjadi penurunan kadar MDA paska

suplementasi dan perubahan kadar MDA dipengaruhi oleh status

anemia. MDA, suplementasi besi, peroksidasi lipid. Hasil penelitian lain

menemukan kekurangan folat dapat mempromosikan stres oksidatif

dan beberapa fitur dari sindrom metabolik yang berkaitan dengan

peningkatan risiko diabetes dan penyakit kardiovaskular. (Pravenec, et

al., 2013)

Prosedur pembuatan kapsul sulfat ferosus. (Zakaria, et al., 2015)

1. Tablet tambah darah ( 200 mg Fe + 0,25 mg asam folat ) ditepungkan

dengan blender obat.

2. Satu tablet tambah darah dibuat dalam 2 kapsul dengan bahan

pengizi amilum ( tepung maezena)

5. Hubungan Ekstrak Daun Kelor Dan Tepung Daun Kelor Terhadap

Kadar Malondialdehid

MDA adalah salah satu produk peroksidasi lipid yang merupakan

penyebab degenerasi organ atau jaringan. (Winarsi, 2007) Jumlah radikal

bebas yang berlebihan mengakibatkan peningkatan proses peroksidasi

lipid sehingga produk MDA juga meningkat. Bahan toksik ini dapat berikatan

dengan protein, menghancurkan integritas membrane sel, merusak

Page 65: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

48

aktivitas transport protein, membuat kolaps ion gradient dan akhirnya

memicu kematian sel. (Susilowati, et al., 2016)

Tubuh manusia sangat memerlukan perlindungan terhadap

kerusakan akibat radikal bebas. Zat yang dapat menetralkan radikal bebas

itu dapat berupa antioksidan. dan antioksidan dapat berupa antioksidan

enzimatik yang terdapat dalam tubuh dan antioksidan non enzimati berupa

vitamin A, vitamin C, Vitamin E dan lain-lain. Salah satu sumber antioksidan

non enzimatik adalah daun kelor. (Susilowati, et al., 2016)

Pada olahan daun kelor seperti ekstrak kelor pada 100 gr kapsul

ekstrak daun kelor mengandung besi 9.72mg, Ca 9.4mg, Zn 3.77,g, vitamin

A 313.47µg, vitamin E 1549.47mg, vitamin C 1514.96mg, lemak 18.62g,

protein 12.31g, dan Selenium 47g. Dan pada tepung daun kelor pada 100gr

kapsul tepung daun kelor mengandung besi 28.2 mg, Ca 165.4 mg, Zn 5.2

g, vitamin A 16.3 g, vitamin E 113 mg, vitamin C 17.3 mg, lemak 2.3 g, dan

protein 27.1 g. (Iskandar, et al., 2015)

Meningkatnya kadar MDA dipengaruhi oleh ketidak seimbangan

antara ROS dan antioksidan dalam tubuh, stress oksidatif dapat di cegah

atau di antisipasi dengan antioksidan,

Radikal bebas akan membentuk Ion superoksida menjadi hydrogen

peroksida. Namun hal ini bisa di cegah agar tidak terbentuk hydrogen

peroksida dengan adanya antioksidan enzimatik yang telah ada dalam

tubuh manusia seperti Enzim SOD yang berfungsi melindungi membran sel-

sel tubuh namun aktivitas SOD bergantung pada besi (Fe), mangan (Mn),

Page 66: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

49

seng (Zn) dan tembaga (Cu) agar bisa bekerja melindungi membran dan

kebergantungan SOD dapat diperoleh dari antioksidan. (Winarsi, 2007)

seperti ekstrak daun kelor atau tepung daun kelor yang mengandung

mineral untuk mengaktivasi SOD.

Radikal bebas yang menjadi hydrogen peroksidan dapat menjadi

radikal hidroksil yang reaktif, namun hal ini dapat dicegah dengan adanya

enzim katalase dan enzim glutation peroksidase yang telah ada dalam

tubuh manusia namun aktivitasnya juga bergantung pada besi (Fe), dan

selenium (Se). Sehingga kandungan dalam olahan daun kelor dapat

mengaktivasi antioksidan enzimatis yang bekerja dengan cara mencegah

terbentuknya senyawa radikal bebas baru (Winarsi, 2007)

Olahan daun kelor seperti ekstrak daun kelor atau tepung daun

kelor juga memiliki antioksidan non enzimati dapat berfungsi dalam

menurunkan kadar MDA. Bila radikal hidroksil yang reaktif terjadi maka

fungsi dari antioksidan enzimatik seperti beta karoten yang akan diubah

menjadi vitamin A dan sekaligus dapat menghentikan reaksi rantai dari

radikal bebas, sehingga tidak menyerang membrane lipid. (Sumarno, et al.,

n.d.) dan vitamin E berfungsi sebagai donor ion hydrogen yang mampu

mengubah radikal peroksil (hasil peroksidasi lipid) menjadi radikal tokoferol

yang kurang reaktif, sehingga tidak mampu merusak rantai asam lemak.

(Winarsi, 2007). Dan juga Vitamin C ( asam askorbat), bertindak sebagai

antioksidan pemutus reaksi rantai. (Sumarno, et al., n.d.)

Page 67: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

50

Rangkaian kerja kandungan ekstrak daun kelor dan tepung daun

kelor selain dapat membantu aktivasi dari antioksidan enzimatik dan

mencegah peroksidasi lipid dari antioksidan non enzimatik maka dapat

terjadi keseimbangan antara radikal bebas dan antioksidan sehingga akan

menurunkan peroksidasi lipid dimana MDA adalah salah satu senyawa

yang terbentuk sebagai produk akhir proses peroksidasi lipid. (Susilowati,

et al., 2016)

Semakin tinggi oksidasi sel dalam tubuh maka semakin tinggi

kemungkinan tidak menderita penyakit degeneratif dan semakin rendahnya

peroksidasi dalam tubuh, maka tubuh akan semakin terhindar dari serangan

penyakit. (Utami, et al., 2013).

Beberapa penelitian seperti Penelitian oleh Sumarno mengenai

pengaruh daun kelor antara lain terdapat pengaruh pemberian ekstrak

tepung daun kelor terhadap penurunan kadar MDA (Hepar) tikus yang

dipapari asap rokok akut dengan keefetifitasan pada dosis 400 mg/hari.

Penelitian lain yang menggunakan tepung daun kelor adalah

penelitian oleh Kushwaha, et al., (2014), pada wanita menopaus dengan

pemberian supplement tepung dari daun Moringa oleifera dan amaranth

(Amaranthus tricolor) hasilnya terjadi penurunan penanda oksidatif stres

yaitu malondialdehid.

Page 68: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

51

6. Studi intervensi Moringa oleifera leave pada ibu hamil

Table 3: Penelitian intervensi yang pernah dilakukan

Nama

peneliti/tahun

Judul penelitian Jenis

penelitian

Subjek Penelitian Hasil/kesimpulan penelitian

Hermansyah,

Veni Hadju,

Burhanuddin

Bahar/ 2014

Pengaruh ekstrak daun

kelor terhadap asupan

dan berat badan ibu hamil

pekerja sektoral informal

Randomized

controlled

double blind

Ibu hamil Pemberian ekstrak daun kelor

berpengaruh terhadap

peningkatan berat badan dan

lingkar lengan atas tetapi tidak

berpengaruh terhadap

peningkatan asupan

Anang

otuluwa,et

al/2014

Effect of Moringa oleifera

leaft extracts

supplementation in

preventing maternal DNA

damage

Double

blind,randomiz

ed, control trial

Ibu hamil trimester I tidak ada perbedaan yang signifikan dalam tingkat 8-OHdG antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol

Masyita

Muis,Veni

Hadju,

Syamsiar

Effect of moringa leave

extract on occupational

stress and nutritional

Randomized

controllrd

intervension

Ibu hamil pekerja Pemberian ekstrak moringa

leaft pada ibu hamil pekerja

dapat menurnkan Muddle

Upper Arm Circumference

Page 69: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

52

Russeng, dan

M.Furqan

Naiem/2014

status of pregnant women

informal sector workers

with double

blind

(MUAC) tapi tidak pada kadar

Hb

Nadimin/2016 The influence provision of

moringa leaft

extracy(moringa oliefera)

againt the level of Mda

(Malondialdehyde) in

pregnant women

Randomized

double blind

Ibu hamil Pemberian ekstrak daun kelor menghambat peningkatan MDA. Dan kadar MDA pada ibu hamil normal ≤ 4.0 nmol/ml, tinggi ≥ 4.0 nmol/ml,

M.Ishaq

Iskandar/2015

Effect of Moringa Oleifera

Leaf Extracts

Supplementation in

Preventing Maternal

Anemia and Low Birth

Weight

Double blind,

randomized

trial, pre-post

controlled

Ibu hamil Pemberian ekstrak daun kelor

menunjukkan pertambahan

berat badan, LILA signifikan

pada kelompok intervensi dari

pada kontrol. Namun tidak

signifikan pada peningkatan

kadar Hb.

Nadimin/2015 Pengaruh pemberian

ekstak daun kelor

(moringa oliefera)

terhadap pencegahan

anemia, kerusakan DNA

Double blind,

randomized

trial, pre-post

controlled

Ibu hamil Pemberian ekstrak daun kelor

dapat mencegah anemia dan

kerusakanDNA akibat stress

oksidatif pada ibu hamil, serta

mencegah BBLR

Page 70: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

53

oksidatif pada ibu hamil

dan berat badan lahir bayi

Anna

Khuzaimaha/20

16

Pengaruh Madu dan

Moringa oleifera Daun

Ekstrak Suplementasi

untuk Mencegah

Kerusakan DNA di Pasif

Kehamilan Merokok

Randomized

trial, Pra-post

test

Ibu hamil trimester III Ada pengaruh madu dan

ekstrak daun kelor pada

pencegahan kerusakan DNA

pada wanita hamil perokok

pasif

Shalini

Kushwaha,Par

amjit Chawla,

Anita

Kochhar/2014

Effect of supplementation of drumstick ((Moringa oleifera) and amaranth (Amaranthus tricolor) leaves powder on antioxidant profile and oxidative status among postmenopausal women

Randomized

trial

Wanita menopause Penelitian menunjukkan bahwa tanaman ini memiliki sifat antioksidan dan memiliki potensi terapi untuk pencegahan komplikasi selama postmenopause

Page 71: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

54

D. Kerangka Teori

,

Normal sell,Damage

repair

Peroksidasi lipid

Disfungsi & Kerusakan sel

Metabolisme Kebutuhan gizi

Respirasi

Radikal Bebas

Stress oksidatif

DNA Protein Lipid

Malondialdehid

Sulfas ferosus

(Fe+asam folat)

Ekstrak daun kelor

(vit,C,E,β-karoten,

flavonoid,Fe,Zn,Cu,Se)

Antioksidan Enzimatis

SOD,katalase,glutation oksidase

Antioksidan Non-enzimatis

Vitamin,A,C,E,β-

karoten,flavonoid

Tepung daun kelor ( vit,C,E,

β-karoten,

flavonoid,Fe,Zn,Cu)

Vit. C,E, β-

karoten, flavonoid,

asam folat

Dienals 4-HNE

Ion superoksida(O2.-) Hidrogen peroksida

(H2O2)

Transisi metal Fe++,Cu+

Radikal hidrosil (.OH)

Air(H2O)

,O2

Reaktif oksidasi spesies ROS ( O2.-,H2O2, .OH)

Mn-SOD,

Cu,Zn-SOD CAT. GPX

Kehamilan Normal

Page 72: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

55

A. Kerangka Konseptual

Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Karakteristik Sampel

Kadar MDA

ibu hamil

Ekstrak Daun Kelor

Tepung Daun Kelor

Sulfas Ferosus

usia kehamilan 12 – 28 minggu

Paritas < 3

Umur ibu ≥ 20 tahun ≤ 35 tahun

Kadar Hb ≥ 10,5 mg/dL

Lila ≥ 23,5

Janin tunggal

Indeks massa tubuh

Page 73: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

56

B. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah “ada perbedaan kadar MDA

ibu hamil setelah pemberian ekstrak dan tepung daun kelor (Moringa

oleifera leaves) di kabupatenJeneponto”.

C. Definisi Oprasional

1. Definisi Oprasional

a. Kapsul ekstrak daun kelor

Daun kelor yang telah dicuci bersih dan dikeringkan dengan

menggunakan lampu pijar pada suhu 38-390C selama 2x24 jam

yang kemudian direndam dalam pelarurt (air) 1x24 jam dilakukan

3 kali pengulangan. Kemudian diperas dan dimasukkan dalam

rotavator selama 48 jam pada suhu 30-400C. Ekstrak kental daun

kelor kemudian dimasukkan dalam freezer drayer selama 24 jam.

setelah itu dimasukkan dalam kapsul ukuran 00. Produksi

dilakukan di PT. Farmako Biopelindo Indonesia.

Pada 100gr kapsul ekstrak daun kelor mengandung besi 9.72mg,

Ca 9.4mg, Zn 3.77,g, vitamin A 313.47µg, vitamin E 1549.47mg,

vitamin C 1514.96mg, lemak 18.62g, protein 12.31g, dan

Selenium 47g.

1 kapsul 500mg,diberikan selama 12 minggu kepada ibu hamil

dengan dosis 2 kapsul per hari. Dengan metode pemeriksaan

lembar kontrol dengan skala nominal.

Page 74: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

57

b. Tepung daun kelor (variable dependen)

Daun kelor yang telah dicuci bersih dan dikeringkan dengan

menggunakan lampu pijar pada suhu 38-390C daun dibolak-balik

setiap ±12 selama ±3 hari, setelah menjadi daun kelor kering

kemudian diblender dengan ukuran mush 200 setelah itu

dimasukkan dalam kapsul ukuran 00. Produksi dilakukan di bawah

pengawasan Zakaria.

Pada 100gr kapsul tepung daun kelor mengandung besi 28.2 mg,

Ca 165.4 mg, Zn 5.2 g, vitamin A 16.3 g, vitamin E 113 mg, vitamin

C 17.3 mg, lemak 2.3 g, dan protein 27.1 g.

1 kapsul 500mg,diberikan selama 12 minggu kepada ibu hamil

dengan dosis 2 kapsul per hari. Dengan metode pemeriksaan

lembar kontrol dengan skala nominal.

c. Sulfas Ferosus (variable dependen)

Tablet penambah darah ( 200 mg Fe ditambah 0,25 mg asam

folat) di blender kemudian menjadi tepung tablet penambah darah

kemudian dimasukkan dalam 2 kapsul 00. Produksi dilakukan di

bawah pengawasan Zakaria. Diberikan selama 12 minggu kepada

ibu hamil dengan dosis 2 kapsul per hari. Dengan metode

pemeriksaan lembar kontrol dengan skala nominal.

Page 75: TESIS PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) IBU …

58

d. Kadar Malondialdehid (MDA) (variabel independen)

MDA suatu senyawa aldehida yang berasal dari peroksidasi lipid

yang diakibatkan oleh stres oksidtaif. Pada penelitian ini MDA

diperoleh dari urine tegah pagi hari, urine diukur berdasarkan

satuan nmol/ml, Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

ELISA dengan tes TBA. skala rasio