MMQ 2003.pdf
Transcript of MMQ 2003.pdf
-
8/15/2019 MMQ 2003.pdf
1/13
H a l | 1
KESETARAAN GENDER DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN
“Keadilan Kesetaraan Gender dalam Perspektif Islam”
oleh: Aziza Nurul Amanah
(MTQ Kab. OI 2016)
Latar Belakang
Al-Qur’an Al-karim merupakan kalamullah yang di turunkan kepada Nabi
Muhammad SAW sebagai pedoman umat muslim di dunia. Al-Qur’an merupakan
kitab yang keotentikannya dijamin oleh Allah, dan ia adalah kitab yang di pelihara1. Firman Allah SWT dalam Surah Al-Hijr ayat 9:
Artinya: Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an, dan pasti Kami
(pula) yang memeliharanya2.
Dalam kajian-kajian tentang masalah perempuan yang dilakukan oleh
kalangan feminis, terhadap perbedaan alat vital yang menjadi fokus perhatian.
Pertama, konsep “Seks” dan Kedua, konsep “Gender”. Perbedaan kedua konsep
ini oleh para feminis dianggap penting karena dalam pandangan mereka,
perbedaan gender (gender diferences) dan ketidakadilan gender (gender
inequalities) dianggap menjadi penyebab terjadinya subordinasi yang dialami oleh
kaum perempuan. Menurut kalangan feminis, ada keterkaitan erat antara persoalan
gender dengan masalah ketidakadilan sosial pada umumnya3.
Dalam studi Al-Qur’an, kemunculan penafsiran-penafsiran feminis
merupakan kecenderungan baru, meski sebagian dari “unsur -unsur”-nya bukan
sesuatu yang baru sama sekali. Kehadiran tafsir-tafsir feminis ini tampaknya
sangat di latarbelakangi oleh ketidakpuasan mufasir-mufasir feminis terhadap
1 M.Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan Media Utama 2007), hal 27
2
Al-Qur’anul Karim, Mushaf Aisyah, (Bandung: Penerbit hilal 2012), hal 262 3 Nasaruddin Umar, Qur’an untuk perempuan, (Jakarta: Jil 2002), hal 5-24
-
8/15/2019 MMQ 2003.pdf
2/13
H a l | 2
penafsiran-penafsiran yang ada selama ini yang dianggap kurang berhasil
menjadikan Al-Qur’an sebagai “kitab petunjuk”, khususnya untuk konteks yang
telah mengalami perubahan sosial. Dalam masyarakat yang relatif telah
menghargai (dan oleh karenanya menuntut) kesetaraan gender, penafsiran-
penafsiran yang bersifat literal atas Al-Qur’an, tampak menjadi sesuatu yang
“Asing”. Perbedaan posisi laki-laki dan perempuan, pembagian yang berbeda
dalam harta waris, ketidaksamaan dalam status persaksian, dan hal-hal serupa
yang dikemukakan dalam Al-Qur’an, memunculkan persoalan-persoalan
mendasar 4.
A. Pengertian gender
Gender berasal dari bahasa Inggris berarti “Jenis Kelamin”5. Istilah gender 6,
belum masuk dalam pembendarahan Kamus Besar Bahasa Indonesia, tetapi istilah
tersebut sudah lazim digunakan, khususnya di Kantor Menteri Negara Urusan
Persarana. Anne Oakley, ahli Sosiologi Inggris, adalah orang yang mula-mula
membedakan istilah “Seks” dan “Gender”7. Apa yang disebut sebagai perbedaan
seks adalah perbedaan atas dasar ciri-ciri biologis dari laki-laki dan perempuan,
terutama yang menyangkut pro-kreasi. Jika laki-laki memiliki penis dan
memproduksi sperma, perempuan memiliki vagina dan alat reproduksi seperti
rahim dan saluran untuk hamil, melahirkan dan menyusui. Allah berfirman dalam
Surah Al-Mu’minum ayat 12-14 yang mengenai penciptaan manusia.
4 Ahmad baidowi, Tafsir Feminis: Kajian perempuan dalam Al-Qur’an dan para mufasir Kontemporer ,
(Bandung: Penerbit Nuansa , 2005), hal 25-26 5 Nasaruddin Umar, Argument Kesetaraan Jender perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: Paramadina 2001), hal 33
6 Sebagai Suatu konsep (belum menggunakan istilah gender) Pertama kali dituliskan oleh Antropolog
perempuan, Margaret mead, perilaku laki-laki dan perempuan adalah produksi budaya dalam bukunya, Sexdan Temperament in 3 Primitive Societies (1935)7
Dikutip dari Siti Ruhaini Dzuhayatin, “Gender dalam Perspektif Islam”dalam Mansor Fakih dkk, Membincang Feminisme: Diskursus Gender Perspektif Islam (Surabaya: Risalah Gusti, 1996) hal: 231
-
8/15/2019 MMQ 2003.pdf
3/13
H a l | 3
Artinya: Dan sungguh, kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal)
dari tanah. Kemudian kami menjadikan air mani (yang disimpan) dalam tempat
yang kokoh (rahim). Kemudian, air mani itu kami jadikan sesuatu yang melekat,
lalu sesuatu yang melekat itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal
daging itu, lalu kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang belulang itu kami
bungkus dengan daging. Kemudian, kami menjadikannya makhluk yang
(berbentuk) lain. Mahasuci Allah, Pencipta yang paling baik 8.
Perbedaan secara biologis antara laki-laki dan perempuan yaitu senantiasa
digunakan untuk menentukan dalam relasi gender, seperti pembagian status, hak-
hak, peran, fungsi di dalam masyarakat. Padahal, gender yang dimaksud yaitu
mengacu kepada peran perempuan dan laki-laki yang di konstruksi secara sosial.
Dimana peran-peran sosial tersebut di konstruksikan secara sosial9.
Allah menciptakan bentuk fisik dan tabiat wanita berbeda dengan pria. Kaum
pria diberikan kelebihan oleh Allah SWT baik fisik maupun mental atas kaum
wanita sehingga pantas kaum pria sebagai pemimpin atas kaum wanita.
Sebagaimana firman Allah dalam Surah An- Nisa’ Ayat 1:
8
Al-Quranul karim, Mushaf Aisyah (Bandung: Penerbit Hilal, 2012) hal: 3429 Istibsyaroh , Hak-hak perempuan Relasi Gender menurut Tafsir Al-Sya’rawi, (Jakarta: Teraju 2004), hal: 3
-
8/15/2019 MMQ 2003.pdf
4/13
H a l | 4
.................
Artinya: Wahai manusia! Berkawalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan
kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa)
dari dirinya, dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan
perempuan yang banyak 10.
Sementara itu, gender adalah sifat dari laki-laki atau perempuan yang di
konstruksi secara sosial dan kultural, sehingga tidak identik dengan seks.
Pensifatan (simbolisasi) dalam gender ini sangat terkait dengan sistem budaya
maupun struktur sosial suatu masyarakat.
Sebagai misal, fungsi pengasuhan anak yang di sementara tempat
diidentikkan dengan sifat perempuan, di tempat lain fungsi itu bisa saja dilakukanoleh laki-laki. Stereotip sifat-sifat cantik, emosional, keibuan, dan lain-lain yang
diberikan kepada perempuan serta sifat-sifat kuat, rasional, perkasa kepada laki-
laki adalah gender 11. Perubahan ciri dan sifat gender ini bisa terjadi dan
mengalami perubahan dari waktu ke waktu, dari satu tempat ke tempat yang lain
tergantung sistem sosial dan budaya yang berlaku di masing-masing tempat.
Semua sifat dan ciri yang dipertukarkan inilah yang disebut dengan konsep
“Gender”12. Sejarah perbedaan gender terjadi melalui sebuah proses yang sangat
panjang. Terbentuknya perbedaan gender ini disebabkan oleh banyak hal, antara
lain, dibentuk, disosialisasikan, diperkuat bahkan dikonstruksi secara sosial dan
kultural melalui berbagai wacana seperti agama, politik maupun psikologi13.
10 Al-Quranul karim, Mushaf Aisyah, (Bandung: Penerbit Hilal, 2012),hal:77
11 Mansor Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial (Yogaykarta: Pustaka pelajar, 1996) hal 6
12 Ahmad baidowi, Tafsir feminis: mengkaji Al-Qur’an untuk Transformasi Sosial , (Bandung: Penerbit
Nuansa, 2005) hal: 3113
Jalaluddin Rakhmat, Dari Psikologi Androsentris ke Psikologi feminis, “dalam Ulumul Qur’an” No. 5 dan6 tahun 1994, hal: 12-29.
-
8/15/2019 MMQ 2003.pdf
5/13
H a l | 5
Melalui proses yang panjang, sosialisasi gender akhirnya dianggap sebagai kodrat,
upaya untuk menolak perbedaan gender tersebut dianggap sebagai perbuatan
melawan ketentuan tuhan14.
Anggapan seperti inilah yang kemudian menciptakan patriarkhi dan pada
gilirannya melahirkan ideologi gender. Perbedaan gender yang melahirkan peran
gender sesungguhnya tidak menjadi masalah dan tidak menjadi sumber gugatan
dalam feminisme.
Sehingga kalau secara biologis perempuan bisa hamil dan melahirkan
kemudian mempunyai peran gender sebagai perawat, pengasuh dan pendidik
anak, hal ini tidak menjadi masalah. Apalagi kalau peran-peran ini merupakan
pilihan perempuan sendiri. Persoalan barulah muncul apabila peran gender ini
menyebabkan munculnya struktur ketidakadilan. Dalam kenyataannya,
ketidakadilan itu memang kerapkali terjadi. Hal ini sebagaimana dikemukakan
Mansor Fakih, terbukti dengan terjadinya sub-ordinasi, pelabelan negatif atau
bahkan kekerasan terhadap perempuan15.
Kata “Patriarkhi” sendiri berasal dari kata Latin atau Yunani, pater yang
berarti “bapak” dan kata Yunani arche yang berarti “kekuasaan”. Patriarkhi
merupakan sistem struktur atau praktik sosial dimana laki-laki mendominasi,
menekan dan mengeksploitasi perempuan16 . Dalam segala bidang laki-laki
menjadi pusat (Androsentris berasal dari bahasa Yunani aner-andros = laki-laki
atau bahasa Latin Centrum = pusat) dan kaum perempuan dimarginalkan.
Patriarkhi merupakan dominasi atau kontrol laki-laki terhadap perempuan atas
badannya, seksualitasnya, pekerjaannya, perannya dan statusnya baik dalam
keluarga maupun masyarakat17.
14 Pandangan seperti ini sangat umum dikalangan Masyarakat. Lihat, Yuni Ma’rufah , “kaum santri” hal 98-
104 15 Mansor fakih,” Posisi Perempuan”, hal 47-48
16 Sylvia Walby, Theorizing Patriachy (UK: Basil Blackwell Ltd, 1990), hal 20
17
Ahmad Baidowi, Tafsir Feminis: kajian perempuan dalam Al-Qur’an dan Para Mufasir Kontemporer ,(Bandung: Penerbit Nuansa, 2005) hal 32
-
8/15/2019 MMQ 2003.pdf
6/13
H a l | 6
Sistem yang berdasarkan patriarkhi pada akhirnya selalu mengasingkan
perempuan ke dalam rumah, sehingga, dengan demikian laki-laki menjadi lebih
leluasa daripada perempuan. Sementara itu pengasingan perempuan di rumah
menjadikan perempuan tidak mandiri secara ekonomis dan akhirnya bergantung
secara psikologis kepada laki-laki. Dunia Publik menjadi milik laki-laki sementara
milik perempuan adalah dunia domestik 18.
B. Prinsip Keadilan Kesetaraan Gender dalam Al-Qur’an
Yvonne Yazbeck Haddad yang menegaskan bahwa Al-Qur’an merupakan
sumber nilai yang pertama kali menggagas konsep keadilan gender dalam sejarah
panjang umat manusia. Diantara kebudayaan dan peradaban dunia yang hidup
pada masa turunnya Al-Qur’an, seperti Yahudi, Romawi, Cina, India, Persia,
Kristen dan Arab pra Islam, tidak satu pun yang menempatkan perempuan lebih
bermartabat dan lebih terhormat dari pada nilai-nilai yang diperkenalkan oleh Al-
Qur’an19.
Dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang menegaskan prinsip-prinsipkesetaraan gender. Ayat-ayat tentang prinsip-prinsip kesetaraan gender itu bisa
dirangkum ke dalam beberapa variabel.
1. Laki-laki dan perempuan sama-sama sebagai hamba Allah, seperti
tercantum dalam Qur’an surah Al-Dzariyat ayat 56:
“ Aku tidak menciptakan Jin dan Manusia melaikan agar mereka
beribadah kepada-Ku20.
Terdapat juga dalam surah Al-Hujurat ayat 16:
18 Mansor fakih , Analisis Gender dan Transpormasi Sosial (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996) hal 15-20
19 Yvonne Yhaddad, Contemporary Islam and the Challenge Of History (New york: State University Of New
York, 1980) hal 5620 Al-Quranul karim, Mushaf Aisyah (Bandung: Penerbit Hilal, 2012) hal 523
-
8/15/2019 MMQ 2003.pdf
7/13
H a l | 7
“ Katakanlah (kepada mereka), “apakah kamu akan memberitahukan
kepada Allah tentang agamamu (keyakinanmu), padahal Allah mengetahui
apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, dan Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu21.
Sementara dalam surah An-nahl ayat 97:
“ Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, maka pasti akan kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik 22 dan kami beri balasan dengan pahala yang lebih
baik dari apa yang telah mereka kerjakan.
2. Laki-laki dan perempuan sama-sama khalifah Allah dimuka bumi, seperti
tercantum dalam Q.s Al-An’am ayat: 165
21 Al-Quranul karim, Mushaf Aisyah (Bandung: Penerbit Hilal, 2012) hal 51722 Menurut Ath-thabari, yaitu rezeki yang halal di Dunia. Satu pendapat mengatakan bahwa maksudnya
adalah dengan ditanamkannya sikap qana’ah (merasa cukup dengan yang ada) terhadap perkara dunia.
Pendapat lain mengatakan bahwa maksudnya adalah surga, terdapat dalam Al Quranul Karim, Mushaf Aisyah, (Bandung: Penerbit Hilal, 2012) hal 278
-
8/15/2019 MMQ 2003.pdf
8/13
H a l | 8
“Dan Dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di muka
bumi dan Dia mengangkat (derajat) sebagian kamu di atas yang lain,
untuk mengujimu atas (karunia) yang diberikan-Nya kepadamu. Sesun
gguhnya Tuhanmu sangat cepat memberi hukuman dan sungguh, Dia
Maha Pengampun, Maha penyayang”23.
3.
Laki-laki dan Perempuan sama-sama menerima Perjanjian primordial
dengan Tuhan, seperti tercantum dalam Al-Qur’an Surah Al-Araf ayat
172:
“Dan (Ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang
belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil
kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman), “bukankah aku ini
Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan Kami), kami
bersaksi.”(kami lakukan yang sedemikian itu) agar di hari kiamat kamu
tidak mengatakan, “Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini”24.
4.
Adam dan Hawa sama-sama terlibat dalam drama Kosmis seperti terlihat
dalam Al-Qur’an Surah Al-baqarah ayat : 35 dan 187
23
Al Quranul Karim , Mushaf Aisyah, (Bandung: Penerbit Hilal, 2012) hal 15024 Al-Quranul Karim, Mushaf Aisyah, (Bandung: penerbit Hilal, 2012) hal 174
-
8/15/2019 MMQ 2003.pdf
9/13
H a l | 9
“ Dan Kami berfirman: “Wahai Adam! Tinggallah engkau dan istrimu di
dalam Surga, dan makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada
disana sesukamu. (tetapi) janganlah kamu dekati pohon ini, nanti kamu
termasuk orang-orang yang dzalim!”25.(Q.S 2: 35)
25 Menurut Setan, siapa yang memakan buah pohon itu, akan kekal di dalam surga. Orang yang dzalim ialah
orang yang melakukan perbuatan aniaya terhadap dirinya sendiri maupun orang lain.Terdapat di dalam Al Quranul karim, Mushaf Aisyah (Bandung: Penerbit Hilal, 2012) hal 6
-
8/15/2019 MMQ 2003.pdf
10/13
H a l | 10
“ Dihalalkan bagimu pada malam hari puasa bercampur dengan istrimu.
Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu adalah pakaian bagi mereka.
Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menahan dirimu sendiri, tetapi
Dia menerima Tobatmu dan memaafkanmu. Maka sekarang campurilah
mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah bagimu. Makan dan
Minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan
benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa sampai
datang malam. Tetapi jangan kamu campuri mereka ketika kamu
beritikaf 26 dalam masjid. Itulah ketentuan Allah, maka janganlah kamu
mendekatinya. Demikian Allah menerangkan ayat-ayat Nya kepada
manusia, agar mereka bertakwa27 .(Q.S 2: 187)
Di dalam Surah al-A’raf ayat 20,22,23
“kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepada mereka agar
menampakkan aurat mereka (yang selama ini ) tertutup. Dan (setan)
berkata, “Tuhanmu hanya melarang kamu berdua mendekati pohon ini,
agar kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang
kekal (dalam surga).(Q.S 7: 20)
“dia(setan) membujuk mereka dengan tipu daya. Ketika mereka mencicipi
(buah) pohon itu, tampaklah oleh mereka auratnya, maka mulailah
mereka menutupi nya dengan daun-daun surga. Tuhan menyeru mereka,
“Bukankah Aku telah mengatakan bahwa sesungguhnya setan adalah
musuh yang nyata bagi kamu berdua?”.(Q.S 7:22)
“Keduanya berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah mendzalimi diri kami
sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat
kepada kami niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi”28.(Q.S 7:23)
26Itikaf ialah berada dalam masjid dengan niat beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah.
27 Al Quranul karim, Mushaf Aisyah, (Bandung: penerbit hilal,2012) hal 30
28
Dari Ath-thabari, kalimat: Robbana Dzalamna Anfusana adalah kalimat yang diperoleh Nabi Adam dariAllah SWT. terdapat dalam Al Quranul Karim, Mushaf Aisyah, (Bandung: Penerbit hilal, 2012) hal 152-153
-
8/15/2019 MMQ 2003.pdf
11/13
H a l | 11
5.
Laki-laki dan perempuan sama-sama berpotensi meraih prestasi seperti
tercantum dalam Al-Qur’an Surah Ali-Imran ayat 195:
“Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan
berfirman), “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang yang
beramal di antara kamu, baik laki-laki maupun perempuan, (karena)
sebagian kamu adalah (keturunan) dari sebagian yang lain”29....
Sebagaimana pula di sebutkan dalam surah An- Nisa’ ayat 124:
“Dan Barangsiapa mengerjakan amal kebajikan, baik laki-laki maupun
perempuan sedang dia beriman, maka mereka itu akan masuk ke dalam
surga dan mereka tidak dizalimi sedikit pun”30.
Kesimpulan:
Dapat kita simpulkan bahwasannya, gender tidak hanya sebatas arti jenis
kelamin, melainkan, gender merupakan suatu sifat dari laki-laki atau perempuan
yang dikonstruksi secara sosial dan kultural. Dalam gender ini sangat terkait
dengan sistem budaya maupun struktur sosial suatu masyarakat. Misalnya sifat
identik dari kaum perempuan cantik, emosional, keibuan dan lainnya. Sementara
sifat identik dari kaum laki-laki sangat berbanding jauh dengan perempuan.
Misalnya laki-laki memiliki struktur tubuh yang kuat sehingga bisa melindungi
29 Maksudnya sebagaimana laki-laki berasal dari laki-laki dan perempuan, maka demikianlah pula halnya
perempuan berasal dari laki-laki dan perempuan. Kedua-keduanya sma-sama manusia, tidak ada kelebihanyang satu dari yang lain tentang penilaian iman dan amalnya. Terdapat dalam Al Quranul karim, mushafaisyah, (bandung: penenrbit Hilal, 2012) hal 7630 Ayat ini menerangkan kebaikan, kemurahan, dan rahmat Allah dalam penerimaan-Nya terhadap amal
shaleh hamba-hambaNya, baik laki-laki maupun perempuan, dengan syarat iman mereka. Bahwa Allah akan
memasukkan mereka kedalam surga, Allah tidak akan menganiaya mereka dengan menguranginya barangsedikit pun. Terdapat dalam Al Quranul Karim, Mushaf Aisyah, (Bandung: penerbit hilal, 2012) hal 98
-
8/15/2019 MMQ 2003.pdf
12/13
H a l | 12
perempuan, laki-laki juga merupakan kepala bagi keluarganya. Dari ayat di atas
juga dapat kita ketahui tentang keadilan kesetaraan gender antara laki-laki dan
perempuan. Perempuan boleh saja bekerja selayaknya laki-laki, hanya saja tugas
utama seorang wanita adalah sebagai pendidik bagi anak-anaknya. sabda
rasulullah saw :” suatu negara yang makmur dan sejahtera di belakangnya terdapat
wanita yang hebat, sehingga wanita adalah tiang negara.”
-
8/15/2019 MMQ 2003.pdf
13/13
H a l | 13
DAFTAR PUSTAKA
Abduh, S. M. (2005). Islam Ilmu Pengetahuan dan Masyarakat Madani. Jakarta:
PT Rajagrafindo Persada.
Baidowi, A. (2005). Tafsir Feminis kajian perempuan dalam Al-Qur'an dan para
mufasir kontemporer. Bandung: Penerbit Nuansa.
Dzuhayatin, S. R. (1996). Gender dalam Perspektif Islam. Surabaya: Risalah
Gusti.
fakih, M. (1996). Analisis gender dan Transpormasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Istibsyaroh. (2004). Hak-Hak Perempuan Relasi Gender menurut Tafsir Al-
Sya'rawi. Jakarta: Teraju.
karim, A.-Q. (2012). Mushaf Aisyah. Bandung: Penerbit Hilal.
Sabiq, S. (1981). Unsur-unsur dinamika dalam Islam. Jakarta: Penerbit PT
Intermasa.
Shihab, M. Q. (2007). Membumikan Al-Qur'an Fungsi dan Peran Wahyu dalam
kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan Media Utama.
Umar, N. (2001). Argument Kesetaraan jender Perspektif Al-Qur'an. Jakarta:
Paramadina.
Umar, N. (2002). Qur'an untuk perempuan. Jakarta: JIL.