MMQ 2003.pdf

download MMQ 2003.pdf

of 13

Transcript of MMQ 2003.pdf

  • 8/15/2019 MMQ 2003.pdf

    1/13

    H a l | 1

    KESETARAAN GENDER DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN 

    “Keadilan Kesetaraan Gender dalam Perspektif Islam” 

    oleh: Aziza Nurul Amanah

    (MTQ Kab. OI 2016) 

    Latar Belakang

    Al-Qur’an Al-karim merupakan kalamullah yang di turunkan kepada Nabi

    Muhammad SAW sebagai pedoman umat muslim di dunia. Al-Qur’an merupakan

    kitab yang keotentikannya dijamin oleh Allah, dan ia adalah kitab yang di pelihara1. Firman Allah SWT dalam Surah Al-Hijr ayat 9:

                                                 

    Artinya: Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an, dan pasti Kami

    (pula) yang memeliharanya2.

    Dalam kajian-kajian tentang masalah perempuan yang dilakukan oleh

    kalangan feminis, terhadap perbedaan alat vital yang menjadi fokus perhatian.

    Pertama, konsep “Seks” dan Kedua, konsep “Gender”. Perbedaan kedua konsep

    ini oleh para feminis dianggap penting karena dalam pandangan mereka,

     perbedaan gender (gender diferences) dan ketidakadilan gender (gender

    inequalities) dianggap menjadi penyebab terjadinya subordinasi yang dialami oleh

    kaum perempuan. Menurut kalangan feminis, ada keterkaitan erat antara persoalan

    gender dengan masalah ketidakadilan sosial pada umumnya3.

    Dalam studi Al-Qur’an, kemunculan penafsiran-penafsiran feminis

    merupakan kecenderungan baru, meski sebagian dari “unsur -unsur”-nya bukan

    sesuatu yang baru sama sekali. Kehadiran tafsir-tafsir feminis ini tampaknya

    sangat di latarbelakangi oleh ketidakpuasan mufasir-mufasir feminis terhadap

    1 M.Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan Media Utama 2007), hal 27  

    2

     Al-Qur’anul Karim, Mushaf Aisyah, (Bandung: Penerbit hilal 2012), hal 262 3  Nasaruddin Umar, Qur’an untuk perempuan, (Jakarta: Jil 2002), hal 5-24 

  • 8/15/2019 MMQ 2003.pdf

    2/13

    H a l | 2

     penafsiran-penafsiran yang ada selama ini yang dianggap kurang berhasil

    menjadikan Al-Qur’an sebagai “kitab petunjuk”, khususnya untuk konteks yang

    telah mengalami perubahan sosial. Dalam masyarakat yang relatif telah

    menghargai (dan oleh karenanya menuntut) kesetaraan gender, penafsiran-

     penafsiran yang bersifat literal atas Al-Qur’an, tampak menjadi sesuatu yang

    “Asing”. Perbedaan posisi laki-laki dan perempuan, pembagian yang berbeda

    dalam harta waris, ketidaksamaan dalam status persaksian, dan hal-hal serupa

    yang dikemukakan dalam Al-Qur’an, memunculkan persoalan-persoalan

    mendasar 4.

    A.  Pengertian gender

    Gender berasal dari bahasa Inggris berarti “Jenis Kelamin”5. Istilah gender 6,

     belum masuk dalam pembendarahan Kamus Besar Bahasa Indonesia, tetapi istilah

    tersebut sudah lazim digunakan, khususnya di Kantor Menteri Negara Urusan

    Persarana. Anne Oakley, ahli Sosiologi Inggris, adalah orang yang mula-mula

    membedakan istilah “Seks” dan “Gender”7. Apa yang disebut sebagai perbedaan

    seks adalah perbedaan atas dasar ciri-ciri biologis dari laki-laki dan perempuan,

    terutama yang menyangkut pro-kreasi. Jika laki-laki memiliki penis dan

    memproduksi sperma, perempuan memiliki vagina dan alat reproduksi seperti

    rahim dan saluran untuk hamil, melahirkan dan menyusui. Allah berfirman dalam

    Surah Al-Mu’minum ayat 12-14 yang mengenai penciptaan manusia.

    4 Ahmad baidowi, Tafsir Feminis: Kajian perempuan dalam Al-Qur’an dan para mufasir Kontemporer ,

    (Bandung: Penerbit Nuansa , 2005), hal 25-26 5  Nasaruddin Umar, Argument Kesetaraan Jender perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: Paramadina 2001), hal 33 

    6 Sebagai Suatu konsep (belum menggunakan istilah gender) Pertama kali dituliskan oleh Antropolog

     perempuan, Margaret mead, perilaku laki-laki dan perempuan adalah produksi budaya dalam bukunya, Sexdan Temperament in 3 Primitive Societies (1935)7

     Dikutip dari Siti Ruhaini Dzuhayatin, “Gender dalam Perspektif Islam”dalam Mansor Fakih dkk, Membincang Feminisme: Diskursus Gender Perspektif Islam (Surabaya: Risalah Gusti, 1996) hal: 231

  • 8/15/2019 MMQ 2003.pdf

    3/13

    H a l | 3

                                                                               

                                                                                          

                                                                            

    Artinya:  Dan sungguh, kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal)

    dari tanah. Kemudian kami menjadikan air mani (yang disimpan) dalam tempat

     yang kokoh (rahim). Kemudian, air mani itu kami jadikan sesuatu yang melekat,

    lalu sesuatu yang melekat itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal

    daging itu, lalu kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang belulang itu kami

    bungkus dengan daging. Kemudian, kami menjadikannya makhluk yang

    (berbentuk) lain. Mahasuci Allah, Pencipta yang paling baik 8.

    Perbedaan secara biologis antara laki-laki dan perempuan yaitu senantiasa

    digunakan untuk menentukan dalam relasi gender, seperti pembagian status, hak-

    hak, peran, fungsi di dalam masyarakat. Padahal, gender yang dimaksud yaitu

    mengacu kepada peran perempuan dan laki-laki yang di konstruksi secara sosial.

    Dimana peran-peran sosial tersebut di konstruksikan secara sosial9.

    Allah menciptakan bentuk fisik dan tabiat wanita berbeda dengan pria. Kaum

     pria diberikan kelebihan oleh Allah SWT baik fisik maupun mental atas kaum

    wanita sehingga pantas kaum pria sebagai pemimpin atas kaum wanita.

    Sebagaimana firman Allah dalam Surah An- Nisa’ Ayat 1: 

    8

     Al-Quranul karim, Mushaf Aisyah (Bandung: Penerbit Hilal, 2012) hal: 3429 Istibsyaroh , Hak-hak perempuan Relasi Gender menurut Tafsir Al-Sya’rawi, (Jakarta: Teraju 2004), hal: 3

  • 8/15/2019 MMQ 2003.pdf

    4/13

    H a l | 4

                                                                                            

                                                                    .................

    Artinya: Wahai manusia! Berkawalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan

    kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa)

    dari dirinya, dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan

     perempuan yang banyak 10.

    Sementara itu, gender adalah sifat dari laki-laki atau perempuan yang di

    konstruksi secara sosial dan kultural, sehingga tidak identik dengan seks.

    Pensifatan (simbolisasi) dalam gender ini sangat terkait dengan sistem budaya

    maupun struktur sosial suatu masyarakat.

    Sebagai misal, fungsi pengasuhan anak yang di sementara tempat

    diidentikkan dengan sifat perempuan, di tempat lain fungsi itu bisa saja dilakukanoleh laki-laki. Stereotip sifat-sifat cantik, emosional, keibuan, dan lain-lain yang

    diberikan kepada perempuan serta sifat-sifat kuat, rasional, perkasa kepada laki-

    laki adalah gender 11. Perubahan ciri dan sifat gender ini bisa terjadi dan

    mengalami perubahan dari waktu ke waktu, dari satu tempat ke tempat yang lain

    tergantung sistem sosial dan budaya yang berlaku di masing-masing tempat.

    Semua sifat dan ciri yang dipertukarkan inilah yang disebut dengan konsep

    “Gender”12. Sejarah perbedaan gender terjadi melalui sebuah proses yang sangat

     panjang. Terbentuknya perbedaan gender ini disebabkan oleh banyak hal, antara

    lain, dibentuk, disosialisasikan, diperkuat bahkan dikonstruksi secara sosial dan

    kultural melalui berbagai wacana seperti agama, politik maupun psikologi13.

    10 Al-Quranul karim, Mushaf Aisyah, (Bandung: Penerbit Hilal, 2012),hal:77 

    11 Mansor Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial  (Yogaykarta: Pustaka pelajar, 1996) hal 6

    12 Ahmad baidowi, Tafsir feminis: mengkaji Al-Qur’an untuk Transformasi Sosial , (Bandung: Penerbit

     Nuansa, 2005) hal: 3113

     Jalaluddin Rakhmat, Dari Psikologi Androsentris ke Psikologi feminis, “dalam Ulumul Qur’an” No. 5 dan6 tahun 1994, hal: 12-29.

  • 8/15/2019 MMQ 2003.pdf

    5/13

    H a l | 5

    Melalui proses yang panjang, sosialisasi gender akhirnya dianggap sebagai kodrat,

    upaya untuk menolak perbedaan gender tersebut dianggap sebagai perbuatan

    melawan ketentuan tuhan14.

    Anggapan seperti inilah yang kemudian menciptakan patriarkhi dan pada

    gilirannya melahirkan ideologi gender. Perbedaan gender yang melahirkan peran

    gender sesungguhnya tidak menjadi masalah dan tidak menjadi sumber gugatan

    dalam feminisme.

    Sehingga kalau secara biologis perempuan bisa hamil dan melahirkan

    kemudian mempunyai peran gender sebagai perawat, pengasuh dan pendidik

    anak, hal ini tidak menjadi masalah. Apalagi kalau peran-peran ini merupakan

     pilihan perempuan sendiri. Persoalan barulah muncul apabila peran gender ini

    menyebabkan munculnya struktur ketidakadilan. Dalam kenyataannya,

    ketidakadilan itu memang kerapkali terjadi. Hal ini sebagaimana dikemukakan

    Mansor Fakih, terbukti dengan terjadinya sub-ordinasi, pelabelan negatif atau

     bahkan kekerasan terhadap perempuan15.

    Kata “Patriarkhi” sendiri berasal dari kata Latin atau Yunani,  pater   yang

     berarti “bapak” dan kata Yunani arche  yang berarti “kekuasaan”. Patriarkhi

    merupakan  sistem struktur atau praktik sosial dimana laki-laki mendominasi,

    menekan dan mengeksploitasi perempuan16 . Dalam segala bidang laki-laki

    menjadi pusat (Androsentris berasal dari bahasa Yunani aner-andros = laki-laki

    atau bahasa Latin Centrum = pusat) dan kaum perempuan dimarginalkan.

    Patriarkhi merupakan dominasi atau kontrol laki-laki terhadap perempuan atas

     badannya, seksualitasnya, pekerjaannya, perannya dan statusnya baik dalam

    keluarga maupun masyarakat17.

    14 Pandangan seperti ini sangat umum dikalangan Masyarakat. Lihat, Yuni Ma’rufah , “kaum santri” hal 98-

    104 15 Mansor fakih,” Posisi Perempuan”, hal 47-48 

    16 Sylvia Walby, Theorizing Patriachy (UK: Basil Blackwell Ltd, 1990), hal 20 

    17

     Ahmad Baidowi, Tafsir Feminis: kajian perempuan dalam Al-Qur’an dan Para Mufasir Kontemporer ,(Bandung: Penerbit Nuansa, 2005) hal 32

  • 8/15/2019 MMQ 2003.pdf

    6/13

    H a l | 6

    Sistem yang berdasarkan patriarkhi pada akhirnya selalu mengasingkan

     perempuan ke dalam rumah, sehingga, dengan demikian laki-laki menjadi lebih

    leluasa daripada perempuan. Sementara itu pengasingan perempuan di rumah

    menjadikan perempuan tidak mandiri secara ekonomis dan akhirnya bergantung

    secara psikologis kepada laki-laki. Dunia Publik menjadi milik laki-laki sementara

    milik perempuan adalah dunia domestik 18.

    B.  Prinsip Keadilan Kesetaraan Gender dalam Al-Qur’an 

    Yvonne Yazbeck Haddad yang menegaskan bahwa Al-Qur’an merupakan

    sumber nilai yang pertama kali menggagas konsep keadilan gender dalam sejarah

     panjang umat manusia. Diantara kebudayaan dan peradaban dunia yang hidup

     pada masa turunnya Al-Qur’an, seperti Yahudi, Romawi, Cina, India, Persia,

    Kristen dan Arab pra Islam, tidak satu pun yang menempatkan perempuan lebih

     bermartabat dan lebih terhormat dari pada nilai-nilai yang diperkenalkan oleh Al-

    Qur’an19.

    Dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang menegaskan prinsip-prinsipkesetaraan gender. Ayat-ayat tentang prinsip-prinsip kesetaraan gender itu bisa

    dirangkum ke dalam beberapa variabel.

    1.  Laki-laki dan perempuan sama-sama sebagai hamba Allah, seperti

    tercantum dalam Qur’an surah Al-Dzariyat ayat 56:

                                      

    “ Aku tidak menciptakan Jin dan Manusia melaikan agar mereka

    beribadah kepada-Ku20. 

    Terdapat juga dalam surah Al-Hujurat ayat 16:

    18 Mansor fakih , Analisis Gender dan Transpormasi Sosial  (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996) hal 15-20 

    19 Yvonne Yhaddad, Contemporary Islam and the Challenge Of History (New york: State University Of New

    York, 1980) hal 5620 Al-Quranul karim, Mushaf Aisyah (Bandung: Penerbit Hilal, 2012) hal 523

  • 8/15/2019 MMQ 2003.pdf

    7/13

    H a l | 7

                                                         

                      

    “ Katakanlah (kepada mereka), “apakah kamu akan memberitahukan

    kepada Allah tentang agamamu (keyakinanmu), padahal Allah mengetahui

    apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, dan Allah Maha

     Mengetahui segala sesuatu21.

    Sementara dalam surah An-nahl ayat 97:

                                                                   

                                                 

    “ Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan

    dalam keadaan beriman, maka pasti akan kami berikan kepadanya

    kehidupan yang baik 22 dan kami beri balasan dengan pahala yang lebih

    baik dari apa yang telah mereka kerjakan.

    2.  Laki-laki dan perempuan sama-sama khalifah Allah dimuka bumi, seperti

    tercantum dalam Q.s Al-An’am ayat: 165 

                                                                             

                                                                     

    21 Al-Quranul karim, Mushaf Aisyah (Bandung: Penerbit Hilal, 2012) hal 51722 Menurut Ath-thabari, yaitu rezeki yang halal di Dunia. Satu pendapat mengatakan bahwa maksudnya

    adalah dengan ditanamkannya sikap qana’ah (merasa cukup dengan yang ada) terhadap perkara dunia.

    Pendapat lain mengatakan bahwa maksudnya adalah surga, terdapat dalam Al Quranul Karim, Mushaf Aisyah, (Bandung: Penerbit Hilal, 2012) hal 278

  • 8/15/2019 MMQ 2003.pdf

    8/13

    H a l | 8

    “Dan Dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di muka

    bumi dan Dia mengangkat (derajat) sebagian kamu di atas yang lain,

    untuk mengujimu atas (karunia) yang diberikan-Nya kepadamu. Sesun

     gguhnya Tuhanmu sangat cepat memberi hukuman dan sungguh, Dia

     Maha Pengampun, Maha penyayang”23.

    3. 

    Laki-laki dan Perempuan sama-sama menerima Perjanjian primordial

    dengan Tuhan, seperti tercantum dalam Al-Qur’an Surah Al-Araf ayat

    172:

                                                                     

                                                                   

                        

    “Dan (Ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang

    belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil

    kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman), “bukankah aku ini 

    Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan Kami), kami

    bersaksi.”(kami lakukan yang sedemikian itu) agar di hari kiamat kamu

    tidak mengatakan, “Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini”24.

    4. 

    Adam dan Hawa sama-sama terlibat dalam drama Kosmis seperti terlihat

    dalam Al-Qur’an Surah Al-baqarah ayat : 35 dan 187

    23

     Al Quranul Karim , Mushaf Aisyah, (Bandung: Penerbit Hilal, 2012) hal 15024 Al-Quranul Karim, Mushaf Aisyah, (Bandung: penerbit Hilal, 2012) hal 174 

  • 8/15/2019 MMQ 2003.pdf

    9/13

    H a l | 9

                                                                                 

                                               

    “ Dan Kami berfirman: “Wahai Adam! Tinggallah engkau dan istrimu di

    dalam Surga, dan makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada

    disana sesukamu. (tetapi) janganlah kamu dekati pohon ini, nanti kamu

    termasuk orang-orang yang dzalim!”25.(Q.S 2: 35)

                                                                  

                                                                   

     

       

            

       

      

     

      

           

       

                 

     

       

          

          

       

         

          

                                                                     

                                                                    

                                                           

          

    25 Menurut Setan, siapa yang memakan buah pohon itu, akan kekal di dalam surga. Orang yang dzalim ialah

    orang yang melakukan perbuatan aniaya terhadap dirinya sendiri maupun orang lain.Terdapat di dalam Al Quranul karim, Mushaf Aisyah (Bandung: Penerbit Hilal, 2012) hal 6

  • 8/15/2019 MMQ 2003.pdf

    10/13

    H a l | 10

    “ Dihalalkan bagimu pada malam hari puasa bercampur dengan istrimu.

     Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu adalah pakaian bagi mereka.

     Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menahan dirimu sendiri, tetapi

     Dia menerima Tobatmu dan memaafkanmu. Maka sekarang campurilah

    mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah bagimu. Makan dan

     Minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan

    benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa sampai

    datang malam. Tetapi jangan kamu campuri mereka ketika kamu

    beritikaf 26   dalam masjid. Itulah ketentuan Allah, maka janganlah kamu

    mendekatinya. Demikian Allah menerangkan ayat-ayat Nya kepada

    manusia, agar mereka bertakwa27 .(Q.S 2: 187)

    Di dalam Surah al-A’raf ayat 20,22,23 

    “kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepada mereka agar

    menampakkan aurat mereka (yang selama ini ) tertutup. Dan (setan)

    berkata, “Tuhanmu hanya melarang kamu berdua mendekati pohon ini,

    agar kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang

    kekal (dalam surga).(Q.S 7: 20)

    “dia(setan) membujuk mereka dengan tipu daya. Ketika mereka mencicipi

    (buah) pohon itu, tampaklah oleh mereka auratnya, maka mulailah

    mereka menutupi nya dengan daun-daun surga. Tuhan menyeru mereka,

    “Bukankah Aku telah mengatakan bahwa sesungguhnya setan adalah

    musuh yang nyata bagi kamu berdua?”.(Q.S 7:22)

    “Keduanya berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah mendzalimi diri kami

     sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat

    kepada kami niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi”28.(Q.S 7:23)

    26Itikaf ialah berada dalam masjid dengan niat beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah. 

    27 Al Quranul karim, Mushaf Aisyah, (Bandung: penerbit hilal,2012) hal 30

    28

     Dari Ath-thabari, kalimat: Robbana Dzalamna Anfusana adalah kalimat yang diperoleh Nabi Adam dariAllah SWT. terdapat dalam Al Quranul Karim, Mushaf Aisyah, (Bandung: Penerbit hilal, 2012) hal 152-153

  • 8/15/2019 MMQ 2003.pdf

    11/13

    H a l | 11

    5. 

    Laki-laki dan perempuan sama-sama berpotensi meraih prestasi seperti

    tercantum dalam Al-Qur’an Surah Ali-Imran ayat 195:

    “Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan

    berfirman), “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang yang

    beramal di antara kamu, baik laki-laki maupun perempuan, (karena)

     sebagian kamu adalah (keturunan) dari sebagian yang lain”29....

    Sebagaimana pula di sebutkan dalam surah An- Nisa’ ayat 124: 

                                                                        

                          

    “Dan Barangsiapa mengerjakan amal kebajikan, baik laki-laki maupun

     perempuan sedang dia beriman, maka mereka itu akan masuk ke dalam

    surga dan mereka tidak dizalimi sedikit pun”30.

    Kesimpulan:

    Dapat kita simpulkan bahwasannya, gender tidak hanya sebatas arti jenis

    kelamin, melainkan, gender merupakan suatu sifat dari laki-laki atau perempuan

    yang dikonstruksi secara sosial dan kultural. Dalam gender ini sangat terkait

    dengan sistem budaya maupun struktur sosial suatu masyarakat. Misalnya sifat

    identik dari kaum perempuan cantik, emosional, keibuan dan lainnya. Sementara

    sifat identik dari kaum laki-laki sangat berbanding jauh dengan perempuan.

    Misalnya laki-laki memiliki struktur tubuh yang kuat sehingga bisa melindungi

    29 Maksudnya sebagaimana laki-laki berasal dari laki-laki dan perempuan, maka demikianlah pula halnya

     perempuan berasal dari laki-laki dan perempuan. Kedua-keduanya sma-sama manusia, tidak ada kelebihanyang satu dari yang lain tentang penilaian iman dan amalnya. Terdapat dalam Al Quranul karim, mushafaisyah, (bandung: penenrbit Hilal, 2012) hal 7630 Ayat ini menerangkan kebaikan, kemurahan, dan rahmat Allah dalam penerimaan-Nya terhadap amal

    shaleh hamba-hambaNya, baik laki-laki maupun perempuan, dengan syarat iman mereka. Bahwa Allah akan

    memasukkan mereka kedalam surga, Allah tidak akan menganiaya mereka dengan menguranginya barangsedikit pun. Terdapat dalam Al Quranul Karim, Mushaf Aisyah, (Bandung: penerbit hilal, 2012) hal 98 

  • 8/15/2019 MMQ 2003.pdf

    12/13

    H a l | 12

     perempuan, laki-laki juga merupakan kepala bagi keluarganya. Dari ayat di atas

     juga dapat kita ketahui tentang keadilan kesetaraan gender antara laki-laki dan

     perempuan. Perempuan boleh saja bekerja selayaknya laki-laki, hanya saja tugas

    utama seorang wanita adalah sebagai pendidik bagi anak-anaknya. sabda

    rasulullah saw :” suatu negara yang makmur dan sejahtera di belakangnya terdapat

    wanita yang hebat, sehingga wanita adalah tiang negara.” 

  • 8/15/2019 MMQ 2003.pdf

    13/13

    H a l | 13

    DAFTAR PUSTAKA

    Abduh, S. M. (2005). Islam Ilmu Pengetahuan dan Masyarakat Madani. Jakarta:

    PT Rajagrafindo Persada.

    Baidowi, A. (2005). Tafsir Feminis kajian perempuan dalam Al-Qur'an dan para

    mufasir kontemporer. Bandung: Penerbit Nuansa.

    Dzuhayatin, S. R. (1996). Gender dalam Perspektif Islam.  Surabaya: Risalah

    Gusti.

    fakih, M. (1996).  Analisis gender dan Transpormasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka

    Pelajar.

    Istibsyaroh. (2004).  Hak-Hak Perempuan Relasi Gender menurut Tafsir Al-

    Sya'rawi. Jakarta: Teraju.

    karim, A.-Q. (2012). Mushaf Aisyah. Bandung: Penerbit Hilal.

    Sabiq, S. (1981). Unsur-unsur dinamika dalam Islam.  Jakarta: Penerbit PT

    Intermasa.

    Shihab, M. Q. (2007).  Membumikan Al-Qur'an Fungsi dan Peran Wahyu dalam

    kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan Media Utama.

    Umar, N. (2001).  Argument Kesetaraan jender Perspektif Al-Qur'an.  Jakarta:

    Paramadina.

    Umar, N. (2002). Qur'an untuk perempuan. Jakarta: JIL.