implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

176
IMPLEMENTASI METODE PEMBIASAAN DALAM PENANAMAN KARAKTER ASWAJADI PONDOK PESANTREN DARUL A’MAL METRO TESIS Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Magister Pendidikan dalam Bidang Pendidikan Agama Islam Oleh : M. SUKRON NPM. 1403741 Program Studi: Pendidikan Agama Islam PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI(IAIN) METRO TAHUN 1438 H/2017 M

Transcript of implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

Page 1: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

IMPLEMENTASI METODE PEMBIASAAN DALAM

PENANAMAN KARAKTER ASWAJADI PONDOK

PESANTREN DARUL A’MAL

METRO

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Magister Pendidikan

dalam Bidang Pendidikan Agama Islam

Oleh :

M. SUKRON

NPM. 1403741

Program Studi: Pendidikan Agama Islam

PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI(IAIN) METRO

TAHUN 1438 H/2017 M

Page 2: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

IMPLEMENTASI METODE PEMBIASAAN DALAM PENANAMAN

KARAKTER ASWAJADI PONDOK PESANTREN

DARUL A’MAL METRO

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister

Pendidikan Agama Islam

Oleh :

M. SUKRON

NPM. 1403741

Pembimbing 1. Dr. Mahrus As’ad, M.Ag Pembimbing 2. Dr. Khoirurrijal, M.A

Program Studi: Pendidikan Agama Islam

PASCASARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI(IAIN)METRO 1438 H/2017

Page 3: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

ABSTRAK

M.Sukron. NPM 1403741. Implementasi Metode Pembiasaan dalam

Penanaman Karakter Aswaja di Pondok Pesantren Darul A’mal Metro.

Tesis. Program Studi PAI Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Metro Lampung Tahun 2017.

Penanaman karakter tidak cukup hanya dilaksanakan di sekolah dan

perguruan tinggi saja. Bahkan dalam langkah selajutnya penanaman karakter perlu dilaksanakan oleh seluruh lapisan masyarakat terutama dilingkungan pondok

pesantren. Penanaman karakter melalui penerapan metode pembiasaan. Metode Pembiasaan sebagai salah satu cara yang efektif untuk menanamkan karakter Aswaja, karena murid/santri dilatih dan dibiasakan untuk melakukannya setiap

hari. Kebiasaan yang dilakukan setiap hari serta diulang-ulang senantiasa akan tertanam dan diingat oleh santri sehingga mudah untuk melakukannya tanpa harus

diperingatkan. Karena penanaman karakter tidak terbentuk secara instan, tetapi harus dilatih secara serius, terus-menerus dan proporsional agar mencapai bentuk karakter yang ideal.

Penelitimerumuskan masalah yaitu bagaimana implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswaja di Pondok Pesantren Darul A’mal

Metro? Dan faktor-faktor apa yang menjadi pendukung dan penghambat implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswaja di Pondok Pesantren Darul A’mal Metro? Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk

menganalisis implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswaja di Pondok Pesantren Darul A’mal Metro, serta faktor pendukung dan penghambat

implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswaja di Pondok Pesantren Darul A’mal Metro.

Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Adapun sumber data yang

digunakan adalah sumber data primer dan sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, dan dokumentasi. Setelah data-data terkumpul

dan dianalisis dengan cara reduksi data yaitu mengolah data mentah yang dikumpulkan dari hasil wawancara, dokumentasi dan observasi. Penyajian data yaitu, menyusun informasi secara baik dan akurat untuk memperoleh kesimpulan

yang valid, dan penarikan kesimpulan yaitu bagian dari aktivitas data. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Implementasi

metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswaja di Pondok Pesantren Darul A’mal Metro, melalui empat karakter aswaja yaitu tawassut, tawazun, ta’adul, dan tasamuh. Keempat karakter tersebut diaplikasikan dalam bentuk aktivitas

pembiasaan yang telah dijadwalkan oleh Pondok Pesantren. Adapun faktor pendukungnya adalah 1) Lingkungan Pondok yang kondusif dan strategis. 2)

Bimbingan dan pengawasan dari ustadz/ustadzah baik di dalam asrama maupun di luar asrama. Dan faktor penghambatnya adalah a) Tidak semua santri tinggal di asrama/pondok pesantren.b) Latar belakang pendidikan ustadz/ustadzah

Page 4: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

ABSTRACT

M. Sukron, NPM 1403741, The Implementation of Refraction Method in

implanting Aswaja Characters at Pondok Pesantren Darul A’mal Metro. A

Master Thesis, Graduate Program of IAIN Metro.

It is not enough to implant Aswaja characters only at schools or colleges. Implanting the characters is needed to conduct by the whole societies especially at Pondok Pesantren. One of them is implanting Aswaja characters through

Refraction Method. Refraction Method is an effective way to implant Aswaja characters because the santri (students) are practiced to apply them everyday. The

habit which is done everyday again and again will be planted and remembered by the santri therefore it will be easy to conduct without having to remember. Implanting characters can not be conducted instantly, nevertheless, it must be

practiced seriously, continuously, and proportionally in order to achieve the ideal characters.

The research problems of this study are: 1) How does the implementation of Refraction Method in implanting Aswaja characters at Pondok Pesantren Darul A’mal Metro? 2) What factors become supporters and inhibators in implanting

Aswaja characters at Pondok Pesantren Darul A’mal Metro?. this study aims to analyze the implementation of Refraction Method in implanting Aswaja

characters at Pondok Pesantren Darul A’mal Metro and to find out supporting and inhibating factors in implanting Aswaja characters at Pondok Pesantren Darul A’mal Metro.

Thisis qualitative descriptive research. Data resources used in this study were primary and secondary data. Data collecting techniques used in this research

were interview, observation, and documentation. Then, the data were analyzed using data reduction by processing the data which are collected through interview, documentation, and observation. The data display namely, compiling the accurate

information to receive a valid conclusion, and drawing conclusion is a part of data activities.

Based on the research findings, it can be concluded that the

implementation of Refraction Method in implanting Aswaja characters at Pondok

Pesantren Darul A’mal Metro, conducted through four Aswaja characters namely

tawassut, tawazun, ta’adul, and tasamuh. Those four characters are applied

through refraction activities which are scheduled by Pondok Pesantren. The

supporting factors are 1) pondok environment which is conducive and strategic 2)

guidance and supervision by ustadz/ustadzah both inside and outside the hostel.

In addition, the inhibating factors are 1) not all the santri stay at hostel / pondok

pesantren 2) the educational background of ustadz/ustadzah..

Page 5: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a
Page 6: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a
Page 7: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS PENELITIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : M. Sukron

NPM : 1403741

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa Tesis ini secara keseluruhan adalah asli hasil penelitian Saya

kecuali bagian-bagian tertentu yang dirujuk dari sumbernya dan disebutkan dalam

daftar pustaka. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka Saya

bersedia menerima sanksi berupa pencabutan gelar.

Demikian pernyataan ini dibuat sebenar-benarnya.

Metro, Maret 2017

Yang menyatakan

M. SUKRON

NPM. 1403741

Page 8: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

M O T T O

.......

Artinya: “…Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaan sesuatu kaum sehingga

mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri … (QS. Ar-Rad : 11)1

1Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Pustaka Al faith,

2009), h. 215

Page 9: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur kehadirat Allah SWT, tesis ini kupersembahkan kepada:

1. Ibuku Robingatun dan AyahkuRobikan yang kusayangi, dengan kasih

sayangnya telah mendidik, membimbing, membina, memberikan dorongan

baik moril maupun materil dan senantiasa mendo’akan dan menantikan

keberhasilan dengan penuh kesabaran.

2. Kakakku Aziz Purwanto, dan Syaifudin yang selalu memberikan dorongan

semangat kepadaku selama aku menempuh studi.

3. Adiku Khusnul Khotimah yang selalu memberikan dukungan serta

semangat demi keberhasilanku

4. Teman-teman seperjuanganku Prodi PAI angkatan 2014 dan terkhusus

KelasA Pascasarjana PAI.

5. Almamater Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI)

PascasarjanaInstitut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro, yang telah

mendidik dan membinaku.

Page 10: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

PEDOMAN TRANSLITERASI

1) Huruf Arab dan Latin.2

Huruf Arab Huruf Latin Huruf Arab Huruf Latin

t ط Tidak Dilambangkan ا

z ظ b ب

' ع t ت

g غ ś ث

f ف j ج

q ق h ح

k ك kh خ

l ل d د

m م ż ذ

n ن r ر

w و z ز

h ه s س

ء sy ش

y ي s ص

d ض

2Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Tesis, (STAIN, Metro: STAIN Pers, 2014), h.

14

Page 11: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

2) Maddah atau Vokal Panjang.3

Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harkat dan huruf,

transliterasinya berupa huruf tanda sebagai berikut:

Harkat dan Huruf Huruf danTanda

â يـاـ

î يـ

û وـ

ai يا

au واـ

3Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Tesis, h. 14

Page 12: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas taufik dan inayah-Nya sehingga Penulis

dapat menyelesaikan penulisan Tesis ini. Penulisan Tesis ini adalah sebagai salah satu

bagian dari persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Program Strata Dua (S2) atau

Magister pada Pascasarjana IAIN Metro guna memperoleh gelar M.Pd. Upaya

penyelesaian Tesis ini, Penulis telah menerima banyak bantuan dan bimbingan dari

berbagai pihak, oleh karena itu, Penulis ucapkan banyak terimakasih:

1. Prof. Dr. Hj. Enizar, M.Ag Rektor IAIN Metro

2. Dr. Hj. Tobibatus Sa’adah, M.Ag Direktur Pascasarjana IAIN Metro

3. Dr. Mahrus As’ad, M.AgWakil Direktur Pascasarjana IAIN Metro sekaligus

Pembimbing I yang banyak memberikan kontribusi bagi perbaikan penulisan Tesis

selama bimbingan berlangsung

4. Dr. H. Khoirurrijal, MA Ka. Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI) Pascasarjana

IAIN Metro sekaligus sebagai Pembimbing II yang banyak memberikan koreksi

dalam penulisan Tesis ini.

5. Bapak Ibu dosen serta staf karyawan IAIN Metro

Kritik dan saran demi perbaikan Tesis ini sangat diharapkan dan akan diterima

dengan sepenuh hati. Semoga tesis ini dapat beranfaat bagi pengembangan ilmu

pengetahuan Agama Islam.

Metro, Juni2017 Penulis

M. Sukron

NPM. 1403741

Page 13: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN .................................................................. i HALAMAN JUDUL ..................................................................................... ii

ABSTRAK ..................................................................................................... iii ABSTRACT ................................................................................................... iv PERSETUJUAN............................................................................................ v

PENGESAHAN ............................................................................................. vi PERNYATAAN ORISINILITAS PENELITIAN ...................................... vii

MOTTO ......................................................................................................... viii PERSEMBAHAN ......................................................................................... ix PEDOMAN TRANSITERASI..................................................................... x

KATA PENGANTAR................................................................................... xii DAFTAR ISI ................................................................................................. xiv

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xvii DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xviii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xix

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah................................................................ 1

B. Fokus Penelitian ............................................................................ 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian...................................................... 7

D. Penelitian Relevan ......................................................................... 8

BAB II KAJIAN TEORI.............................................................................. 11

A. Penanaman Karakter Aswaja di Pondok Pesantren ...................... 11

1. Pengertian Penanaman Karakter Aswaja ................................ 11

2. Pokok-pokok Ajaran Aswaja .................................................. 14

3. Nilai-nilai Karakter dalam Ajaran Aswaja ............................. 20

4. Pondok Pesantren sebagai Model dalam Penanaman Karakter

Aswaja .................................................................................... 36

a. Pengertian Pondok Pesantren............................................... 36

b. Tujuan Pendidikan Aswaja di Pondok Pesantren ................ 38

c. Peran Kyai dalam Penanaman Karakter Aswaja ................. 43

1) Pengertian Kyai........................................................... 43

Page 14: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

2) Peran Kyai dalam Penanaman Karakter Aswaja ........ 45

B. Metode Pembiasaan....................................................................... 48

1. Pengertian Metode Pembiasaan............................................... 48

2. Dasar dan Tujuan Metode Pembiasaan ................................... 51

3. Prinsip dan Syarat Metode Pembiasaan .................................. 56

a. Prinsip Metode Pembiasaan ................................................. 56

b. Syarat Metode Pembiasaan .................................................. 57

4. Kelebihan dan Kelemahan Metode Pembiasan ............................ 58

5. Metode Pembiasaan yang Digunakan di Pondok Pesantre ........... 60

C. Implementasi Metode Pembiasaan dalam Penanaman Karakter

Aswaja di Pondok Pesantren ........................................................ 61

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 68

A. Jenis dan sifat penelitian .......................................................... 68

B. Sumber Data .............................................................................. 69

C. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 70

D. Teknik Penjamin Keabsahan Data ............................................ 71

E. Analisa Data .............................................................................. 72

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................... 74

A. Temuan Umum Penelitian.......................................................... 74

1. Sejarah Singkat Pondok Pesantren Darul A’mal ................. 74

2. Visi, Misi Pondok Pesantren Darul A’mal .......................... 83

3. Letak Geografis Pondok Pesantren Darul A’mal................. 84

4. Kondisi Pondok Pesantren Darul A’mal .............................. 84

5. Data Ustadz/UstadzahPondok Pesantren Darul A’mal ........ 85

6. Data SantriPondok Pesantren Darul A’mal ......................... 87

7. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Darul A’mal ........... 89

8. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Darul A’mal ........ 90

B. Temuan Khusus Penelitian ......................................................... 91

Page 15: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

1. Implementasi Metode Pembiasan dalam Penanaman

KarakterAswaja di Pondok Pesantren Darul A’mal Metro . 91

2. Faktor Pendukung Metode Pembiasan dalam Penanaman

KarakterAswaja di Pondok Pesantren Darul A’mal

Metro ................................................................................... 106

3. Faktor Penghambat Metode Pembiasan dalam Penanaman

KarakterAswaja di Pondok Pesantren Darul A’mal

Metro ................................................................................... 109

C. Pembahasan .............................................................................. 111

BAB V PENUTUP ......................................................................................... 123

A. Simpulan ....................................................................................... 123

B. Implikasi ....................................................................................... 124

C. Saran ............................................................................................ 124

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 126

LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................... 129

RIWAYAT HIDUP....................................................................................... 165

Page 16: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Tabel 1 Data Ustadz dan Pengurus Pondok Pesantren Darul A’mal…….. 73

2. Tabel 2 Data Santri Pondok Pesantren Darul A’mal .................................... 75

Page 17: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Alat Pengumpul Data .............................................................................. 129

2. Lampiran 1 Pedoman Wawancara (Petikan hasil wawancara)…………137

3. Lampiran 2 Lembar Observasi ……………………………………….. 149

4. Lampiran 3 Pedoman Dokumentasi…………………………………….. 150

5. Lampiran 4 Foto Penelitian …………………………………………….. 151

6. Surat Tugas …………………………………………………………….. 154

7. Surat Izin Riset ………………………………………………………… 155

8. Balasan Surat Izin Riset ……………………………………………….. 156

9. Kartu Konsultasi Bimbingan Tesis ……………………………………... 157

10. Riwayat Hidup………………………………………………………….. 164

Page 18: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu dari tujuan pendidikan nasional adalah pembentukan

karakter bagi generasi muda penerus bangsa. Hal ini dijelaskan dalam

Undang-Undang Tahun 2003 yang menyatakan bahwa di antara

“mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan

kepribadian dan akhlah mulia”.4

Amanah undang-undang tersebut dimaksudkan agar pendidikan

tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga

berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi

bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter bernafas nilai-nilai

luhur bangsa serta agama.

Nilai-nilai karakter adalah budi pekerti plus yaitu yang

melibatkan pengetahuan, perasaan dan tindakan. Tanpa ketiga aspek ini

karakter tidak akan efektif. Dengan demikian karakter yang diterapkan

secara sistematis dan berkelanjutan, seorang anak akan menjadi cerdas

emosinya. Kecerdasan inilah yang menjadi bekal penting dalam

mempersiapkan anak untuk menyongsong masa depan, karena seseorang

akan lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macam tantangan untuk

4 Mendiknas, Undang-Undang Republik Inodneisa No 20 Tahun 2003 Tentang

Sistem Pendidikan Nasional dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005

Tentang Guru dan Dosen, (Jakarta: Visimedia, 2008), h.5

Page 19: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

berhasil secara akademis. Oleh karenanya suatu bangsa akan merasa

terancam punah apabila moralitas generasi penerusnya suram.

Pendidikan merupakan aspek penting bagi kehidupan manusia.

Untuk itu eksitensi pendidikan sangat diperlukan, karena pendidikan yang

bertanggung jawab dalam pembentuakan anak didiknya. Terutama guru

Agama, guru Agama memiliki tugas dan tanggung jawab yang berat,

mengingat selain tanggung jawab terhadap pembetukan pribadi anak yang

sesuai dengan ajaran Islam, ia juga bertanggung jawab terhadap Allah

SWT.

Situasi dan kondisi karakter bangsa yang sedang memprihatinkan

telah mendorong pemerintah untuk mengambil inisiatif untuk

mempriotiskan pembangunan bangsa. Pembangunan karakter bangsa

dijadikan arus utama pembangunan nasional. Hal ini mengandung arti

bahwa setiap upaya pembangunan harus selalu diarahkan untuk memberi

dampak positif terhadap pengembangan karakter.5

Bangsa Indonesia tidak hanya membutuhkan generasi yang pintar

dan cerdas secara intelektual, akan tetapi bangsa ini juga membutuhkan

generasi yang memiliki karakter yang baik. Penanaman karakter

sebenarnya bukan hal baru bagi masyarakat Indonesia, bahkan sejak awal

kemerdekaan, masa orde lama, masa orde baru, dan kini orde reformasi

telah banyak langkah-langkah yang sudah dilakukan dalam kerangka

penanaman karakter dalam nama dan bentuk yang berbeda-beda.

5 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter:Konsepsi Dan Aplikasi Dalam Lembaga

Pendidikan , (Jakarta:Kencana,2011), H.7

Page 20: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

Pelaksanaan penanaman karakter kini diserahkan sepenuhnya kepada guru

agama, yang hingga saat ini belum menunjukan hasil yang optimal. Hal ini

terbukti dari fenomena sosial yang menunjukan perilaku yang tidak

berkarakter.Prilaku yang tidak berkarakter itu misalnya sering terjadi

tawuran antar pelajar dan antar mahasiswa, pergaulan bebas, suka minum-

minuman keras, berjudi, pemalakan, penganiayaan, bahkan pembunuhan.

Penanaman karakter tidak cukup hanya dilaksanakan di sekolahan

dan perguruan tinggi saja. Bahkan dalam langkah selajutnya penanaman

karakter perlu dilaksanakan oleh seluruh lapisan masyarakat terutama

dilingkungan pondok pesantren.

Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang

minimal terdiri dari tiga unsur yaitu Kyai/ syekh/ ustadz yang mendidik

serta mengajar, santri dengan asramanya, dan masjid. Kegiatannya

mencakup Tri Dharma Pondok Pesantren yaitu keimanan dan ketaqwaan

terhadap Allah SWT; pengembangan keilmuan yang bermanfaat; dan

pengabdian terhadap agama, masyarakat dan negara.6

Pesantren lembaga pendidikan tertua khas negara Indonesia.

Eksistensinya tidak diragukan, telah teruji oleh sejarah dan berlangsung

hingga era kini. Bahkan bukanlah hal yang berlebihan bila dikatakan

bahwa pesantren telah menjadi satu budaya Indonesia dan telah diakui dan

diterima kehadiranya.Untuk mempertahankan eksistensinya, setidaknya

6Departemen Agama RI,Pola Pembelajaran di Pesantren, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2001), h.

10.

Page 21: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

pesantren harus mampu mempertahankan pola-pola yang selama ini

dikembangkan dengan tidak mengabaikan begitu saja kekinian yang

semakin menggelobal (al-muhafadzatu a’la qodimi as-shalih wal ahdu bil-

jadidi al-aslah) setidaknya ada dua aspek yang perlu dipertahankan yaitu;

pertama, terkait dengan stuktur, metode, dan bahkan literatur yang bersifat

tradisional. kedua, terkait dengan pemeliharaan sub-kultural (tata nilai)

yang berdiri di atas pondasi ukhrawi yang terimplementasikan dalam

bentuk ketundukan dan ketaatan dengan mengutamakan ibadah, hanya

demi untuk memperoleh tujuan hakiki dan mencapai keluhuran jiwa.

Memperhatikan kondisi moral bangsa Indonesia, Indonesia

membutuhkan formula untuk memperbaiki moral bangsa Indonesia

melalui penanaman karakter. Indikator nilai-nilai penanaman karakter

yang ditetapkan pemerintah terdapat dalam ajaran Aswaja. Aswaja yang

menjadi inti ajaran NU telah sesuai dengan indikator nilai-nilai penanaman

karakter yang ditetapkan Kementerian Pendidikan Nasional.

Nahdlatul Ulama merupakan organisasi yang didirikan dengan

latar belakang memperjuangkan ajaran Ahlussunnah Wal-

jama’ah(Aswaja). Aswaja menurut KH. Muhammad Hasyim Asy’ari yang

dikutip oleh KH. Muhyiddin Abdusshomad adalah kelompok ahli tafsir,

ahli hadits dan ahli fiqih. Merekalah yang mengikuti dan berpegang teguh

dengan sunnah Nabi SAW dan sunnah Khulafaur Rasyidin dan sekarang

Page 22: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

ini terhimpun dalam madzhab empat, yaitu pengikut Madzhab Hanafi,

Syafi’i, Maliki dan Hambali.7

Ajaran Aswaja terdapat tradisi amaliyah NU. Aswaja memiliki

lingkup yang lebih luas dari tradisi amaliyah NU. Dengan demikian, tradisi

amaliyah NU memiliki keterkaitan dengan penanaman karakter.

Mengingat ajaran Aswaja yang memiliki nilai-nilai karakter yang sesuai

dengan harapan pemerintah Indonesia, maka tradisi amaliyah NU dapat

menjadi salah satu alternatif strategi pembentukan karakter bangsa.

Pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan, memegang

peran yang sangat penting dalam mengembangkan nilai-nilai tersebut.

Dengan konsep pendidikannya yang on time “24 jam” pesantren dapat

membekali pribadi-pribadi anak didiknya (santri) dengan sikap-sikap rajin,

jujur, kreatif, inovatif, bertanggung jawab,bekerja keras serta nilai-nilai

terpuji lainnya. Sehingga akhirnya dapat menelorkan insan yang

berkepribadian muslim yang tangguh, harmonis, mampu mengatur

kehidupan pribadinya, mengatasi masalah-masalah yang timbul,

mencukupi kebutuhan serta mengendalikan dan mengarahkan tujuan

hidupnya.

Penanaman karakter tidak dapat hanya semata-mata melalui

bangku sokolah melainkan penanaman nilai-nilai itu diagendakan dalam

aktifitas sosial. Dalam hal ini para santri mendapat bimbingan dan

keteladan langsung oleh para ustadznya. Selanjutnya apa yang dilakukan

7 Muhyiddin Abdusshomad, Hujjah NU: Akidah, Amaliah dan Tradisi, (Surabaya: Khalista,

2008), h. 6

Page 23: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

dipesantren tidak hanya menekankan pentingnya pengaplikasian nilai-nilai

itu saja. melainkan, memberikan contoh langsung dalam kehidupan sehari-

hari di pesantren.

Hasil survey yang penulis lakukan masih terdapat perilaku atau

karakter santri yang perlu diperbaiki. Salah satu upaya yang dilakukan

oleh pondok pesantren dalam menanamkan karakter Aswajakepada

santrinya. Penanaman karakter Aswaja merupakan salah satu karakter

yang perlu dikembangkan dalam diri santri untuk menumbuhkan perilaku

sesuai dengan ajaran agama Islam yang berlandaskan Al-Qur’an dan

Hadis. Banyak sekali santri bertindak tidak sesuai dengan nilai-nilai

agama Islam yang berlaku baik itu dilembaga formal maupun non formal .

Semakin tinggi pendidikan yang diperoleh, baik dari lembaga formal

maupun non formal, maka kualitas hidup juga akan semakin baik, begitu

juga sebaliknya.

Penanaman karakter melalui penerapan metode pembiasaan.

Metode Pembiasaan sebagai salah satu cara yang efektif untuk

menanamkan karakter Aswaja, karena murid/santri dilatih dan dibiasakan

untuk melakukannya setiap hari. Kebiasaan yang dilakukan setiap hari

serta diulang-ulang senantiasa akan tertanam dan diingat oleh santri

sehingga mudah untuk melakukannya tanpa harus diperingatkan. 8Karena

penanaman karakter tidak terbentuk secara instan, tetapi harus dilatih

8Heri Gunawan, Pendidikan karakter, (Bandung : Alfabeta, 2014), h. 5

Page 24: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

secara serius, terus-menerus dan proporsional agar mencapai bentuk

karakter yang ideal.

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Implementasi Metode Pembiasaan dalam

Penanaman Karakter Aswaja NU di Pondok Pesantren Darul A’mal Metro

Lampung.”

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka fokus penelitian

ini adalah:

1. Bagaimana Implementasi Metode Pembiasaan dalam Penanaman

Karakter Aswaja di Pondok Pesantren Darul A’mal Metro?

2. Apa faktor pendukung implementasi metode pembiasaan dalam

penanaman karakter Aswaja di Pondok Pesantren Darul A’mal Metro?

3. Apa faktorpenghambat implementasi metode pembiasaan dalam

penanaman karakter Aswaja di Pondok Pesantren Darul A’mal Metro?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian ini adalah untuk menganalisis:

a) Implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter

Aswaja di Pondok Pesantren Darul A’mal Metro.

b) Faktor pendukung dalam implementasi metode pembiasaan dalam

penanaman karakter Aswaja di Pondok Pesantren Darul A’mal

Metro.

Page 25: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

c) Faktor penghambat dalam implementasi metode pembiasaan dalam

penanaman karakter Aswaja di Pondok Pesantren Darul A’mal

Metro.

2. Kegunaan Penelitian

a) Menambah wawasan berfikirtentang berbagaimacammetode yang

tepat untuk penanaman karakter Aswajadi pondok pesantren.

b) Sebagai sumbangsih pemikiran dalam rangka peningkatan kualitas

kemampuan guru / kyai dalam kegiatan belajar-mengajar.

c) Sebagai sumbangsih pemikiran dalammeningkatkan penanaman

karakter Aswaja di pondok pesantren terutama di Pondok Pesantren

Darul A’mal Metro.

D. Penelitian Relevan

Penelitian relevan sama halnya dengan tinjauan pustaka (prior

research) berisi tentang uraian mengenai hasil penelitian terdahulu tentang

persoalan yang akan dikaji.9 Terdapat beberapa penelitian yang

berhubungan dengan permasalahan yang diangkat dalam pembahasan atau

topik penelitian ini. Oleh karena itu, dalam kajian pustaka lapangan ini,

penulis memaparkan perkembangan beberapa karya ilmiah terkait dengan

pembahasan penulis diantaranya adalah:

1. Tesis yang ditulis oleh M. Nasrun Fatoni, Prodi Tarbiyah Prodi

Pendidikan Agama Islam 2010, UIN Sultan Syarif Kasim Riau,

9 Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah , Edisi Revisi, (Bandar Lampung:

IAIN Raden Intan Lampung, 2013), h. 27

Page 26: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

menulis tesis dengan judul “Pembentukan Karakter Anak dengan

Metode Cerita di RA Muslimat Pondok Pesantren Dar Aswaja

Kabupaten HolanHilir”.

Tesis ini berisi tentang proses pembelajaran dengan menggunakan

metode cerita dan pengaruh cerita terhadap pembentukan karakter

anak pada RA Muslimat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1)

Pelaksanaan kegiatan bercerita dilakukan guru di awal kegiatan.

Adapun teknik yang guru gunakan membacakan langsung dari buku

cerita, menggunakan ilustrasi gambar dan dramatisasi cerita. (2) Hasil

pembelajaran dengan menggunakan metode cerita ini membentuk

karakter cinta kepada Allah, tanggungjawab, jujur, hormat, santun,

kepedulian, dan toleransi. Semua karakter tersebut dapat ditunjukkan

oleh anak-anak dalam perilakunya sehari-hari di sekolah.

2. Tesis yang ditulis oleh Dwi Rangga Vischa Dewiyanie, Prodi

Pendidikan agama Islam 2012, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN

Sunan Kalijaga, yang berjudul tentang “Peranan Guru Pendidikan

Agama Islam Dalam Pembentukan Karakter Siswa MAN

Wonosari”.10 Kesimpulan dari skripsi tersebut, (1) Peran guru

pendidikan agama Islam dalam pembentukan karakter siswa MAN

Wonosari begitu penting, tanpa adanya guru maka proses penanaman

10Dwi Rangga Vischa Dwiyanie,Peranan Guru PAI dalam Pembentukan Karakter

Siswa MAN Wonosari, Skripsi, (Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah Keguruan UIN Sunan

Kalijogo, 2012. Web.uinsunankalijagayogyakarta.ac.id/PAI.126030007 diunduh pada tanggal

10Januari 2017

Page 27: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

karakter siswa sulit dikembangkan. (2) Dengan adanya penanaman

nilai karakter secara terus menerus terhadap siswa terdapat tingkat

perubahan yang baik walaupun masih ada beberapa siswa yang masih

sulit menerapkannya. (3) Faktor-faktor pendukung dalam proses

penanaman pendidikan karakter guru pendidikan agama Islam dalam

menanamkan pendidikan karakter terhadap siswa MAN Wonosari

adalah dukungan dari sekolah, dan masyarakat sekitar.

Perbedaan dengan penelitian yang di kaji adalah, 1. Penelitian ini

meneliti metode pembiasaan secara keseluruhan kemudian peneliti

memfokuskan kepada penanaman karakter aswaja NU. 2. Lokasi

penelitian yang diambil oleh Dwi Rangga Vischa dewiyanie adalah MAN

Wonosari sedangkan peneliti mengambil lokasi di Pondok Pesantren

Darul A’mal Metro yang secara letak geografis sudah sangat berbeda.

Page 28: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penanaman Karakter Aswaja

1. Pengertian Penanaman Karakter Aswaja

Penanaman artinya “menanamkan sesuatu di tempat yang telah

ditentukan”.11Karakter berasal dari bahasa latin kharakter, kharassein,

kharax, dalam bahasa inggris: character, dan bahasa Indonesia karakter,

yunani character dari charassein. Dalam kamus besar bahasa Indonesia,

karakter diartikan sebagai “tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau

budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain”.12

Menurut bahasa Ahlussunah Wal Jama’ah berasal dari kata Ahlun

yang artinya keluarga, golongan atau pengikut. Ahlussunnah berarti orang

orang yang mengikuti sunnah (perkataan, pemikiran atau amal perbuatan

Nabi Muhammad SAW). Sedangkan Wal Jama’ah memiliki arti Mayoritas

ulama dan jama’ah umat Islam pengikut sunnah Rasul. Dengan demikian

secara bahasa Aswaja berarti orang-orang atau mayoritas para ‘Ulama atau

umat Islam yang mengikuti sunnah Rasul dan para Sahabat atau para

‘Ulama.13

11 Meity Taqdir Qodratilah dkk, Kamus Bahasa Indonesia untuk Pelajar, (Jakarta:

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,

2011), h. 530

12Ibid

13 Nur Sayyid Santoso Kristeva, Sejarah Teologi Islam Dan Akar Pemikiran

Ahlusssunnah Wal Jamaah, Cet.1, ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar , 2014), h. 243

Page 29: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

Sedangkan secara istilah berarti golongan umat Islam yang dalam

bidang Tauhid menganut pemikiran Imam Abu Hasan Al Asy’ari dan Abu

Mansur Al-Maturidi, sedangkan dalam bidang ilmu fiqih menganut Imam

Madzhab 4 (Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hambali) serta dalam bidang tasawuf

menganut pada Imam Al Ghazali dan Imam Junaid al Baghdadi. Nahdlatul

Ulama sebagai Jamiyyah Diniyyah Islamiyyah berakidah Islam menurut

faham Ahlussunnah wal Jamā’ah mengikuti salah satu madzhab empat :

Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali.14

Pembahasan pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

penanaman karakter Aswaja adalah menanamkan nilai Islami yang hendak

dibentuk dalam pribadi peserta didik dalam wujud watak, tabiat, akhlak

atau kepribadian yang berlandaskan ajaran-ajaran agama (Islam) dan

dalam praktek peribadatan mengikuti salah satu empat madzhab yaitu

madzhab Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali, dan dalam bertawasuf

mengikuti Imam Abu Qosim Al Junaidi dan Imam Abu Hamid Al Gozali.

Mempelajari Ahlussunnah dengan sebenarnya, batasan seperti itu

nampak begitu simple dan sederhana, karena pengertian tersebut

menciptakan definisi yang sangat eksklusif Untuk mengkaji secara

mendalam, terlebih dahulu harus kita tekankan bahwa Ahlussunnah Wal

Jamaah (Aswaja) sesungguhnya bukanlah madzhab.

Aswaja hanyalah sebuah manhaj Al fikr (cara berpikir) tertentu

yang digariskan oleh para sahabat dan muridnya, yaitu generasi tabi’in

14 Jamal Ma’mur, Rezim Gender di NU, Cet.1, ( Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2015),

h. 222

Page 30: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

yang memiliki intelektualitas tinggi dan relatif netral dalam mensikapi

situasi politik ketika itu. Meski demikian, bukan berarti dalam

kedudukannya sebagai Manhaj Al-fikr sekalipun merupakan produk yang

bersih dari realitas sosio-kultural maupun sosio politik yang

melingkupinya.

Salah satu karakter Aswaja adalah selalu bisa beradaptasi dengan

situasi dan kondisi, oleh karena itu Aswaja tidaklah jumud, tidak kaku,

tidak eksklusif, dan juga tidak elitis, apa lagi ekstrim. Sebaliknya Aswaja

bisa berkembang dan sekaligus dimungkinkan bisa mendobrak kemapanan

yang sudah kondusif. Tentunya perubahan tersebut harus tetap mengacu

pada paradigma dan prinsip Al-Sholih Wa Al-Ahslah.

Karena pelaksanaan dari qaidah Al-Muhafadhoh Ala Qodim Al-

Sholih Wa Al-Akhdzu Bi Al Jadid Alashlah adalah menyamakan langkah

sesuai dengan kondisi yang berkembang pada masa kini dan masa yang

akan datang. Yakni pemekaran relevansi implementatif pemikiran dan

gerakan kongkrit ke dalam semua sektor dan bidang kehidupan baik,

aqidah, syariah, akhlaq, sosial budaya, ekonomi, politik, pendidikan dan

lain sebagainya. Semua itu dilakukan sebagai wujud dari upaya untuk

senantiasa melaksanakan ajaran Islam dengan sungguh-sungguh.

Hadits yang dapat dijadikan dalil tentang paham Aswaja, sebagai

paham yang menyelamatkan umat dari kesesatan, dan juga dapat dijadikan

pedoman secara substantive adalah sebagai berikut:

عن ابى هريرةرضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلمنوسبعين اقترقت اليهودعلى إحدى وسبعين فرقة واقترقت النصارى على ثنتي

Page 31: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

فرقة و ستقترق هذهالأمة على ثلث وسبعين فرقة،كلها في النار إلأ واحدة.

؟ قال: من كان على مثل ماأنا عليهم اليوم قلنا: من هي يا رسول الله داودوالترمذيوابن ماجه(وأصحابي. )رواه أبو

Dari Abi Hurayrah ra. Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “Terpecah umat Yahudi menjadi 71 golongan. Dan terpecah umat

Nasrani menjadi 72 golongan. Dan akan terpecah umatku menjadi 73 golongan. Semuanya masuk neraka kecuali satu.” Berkata para

sahabat, “Siapakah mereka wahai Rasulullah?” Rasulullah saw. Menjawab, “Mereka adalah yang mengikuti aku dan para sahabatku.” (HR. Abu Dawud, Turmudzi, dan Ibnu Majah)15

Jadi inti paham Ahlussunnah wal jama’ah (Aswaja) seperti yang

tertera dalam Hadits di atas adalah paham keagamaan yang sesuai dengan

sunnah Nabi SAW dan petunjuk para sahabatnya.

2. Pokok-pokok Ajaran Aswaja

Pokok-pokok arajan Aswaja berpedoman kepada teladan

Rasulullah SAW, dan para sahabat, dalam aspek keyakinan, amal lahiriah,

maupun akhlak hati. Ketiga dimensi ini menjadi ajaran pokok agama

Islam. Isyarat dalam redaksi hadist riwayat Imam Muslim yang

mengisahkan datangnya malaikat Jibril kepada Rasulullah SAW, untuk

bertanya mengenai iman, Islam dan ihsan. Iman, Islam dan ihsan

merupakan tiga pilar yang harus diyakini dan diamalkan seorang muslim

secara universal. Ketiganya harus dijalankan secara seimbang dan

menyeluruh agar tidak terjadi ketimpangan.

Objek ajaran iman adalah penataan hati. esensi Islam diartikan

sebagai penataan aspek lahiriah, sedangkan ihsan menata aspek rohaniah.

15 Khofifah Indar Parawanza, Aswaja, (Jakarta: Himpunan Da’iyah dan Majelis

Ta’lim Muslimat NU (HIDMAT), 2009), h. 2

Page 32: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

Menengok sejarahnya muncul pula berbagai disiplin ilmu yang serius

membahas tiap-tiap aspek ajaran tersebut. Demensi iman dipelajari dalam

ilmu akidah (tauhid), Islam diteliti dalam ilmu syari’at (fiqih), sedang

ihsan dibahas dalam ilmu akhlak (tasawuf).16

Adapun ketiga pokok ajaran aswaja tersebut dapat sebutkan di

bawah ini yaitu.

a. Aqidah (Iman)

Aqidah (Iman) adalah pengakuan dan pembenaran yang

berkonsekuensi adanya penerimaan dan ketundukan. Masalah iman

banyak dibicarakan di dalam ilmu tauhid, akidah tauhid merupakan

bagian yang paling mendasar dalam ajaran Islam. Tauhid ini sendiri

adalah men-satu-kan Allah dalam dzat, sifat, af’al dan hanya beribadah

kepada-Nya.17

Aqidah dapat di prinsipkan menjadi tiga bagian yaitu:

1) Keseimbangan dalam penggunaan dalil ‘aqli dan dalil naqli

2) Memurnikan aqidah dari pengaruh luar Islam

3) Tidak gampang menilai salah atau menjatuhkan vonis syirik,

bid’ah apalagi kafir.18

Menurut paham Aswaja, para ulama sepakat bahwa orang yang

sudah mati bisa mendapat manfaat atau pahala dari doa dan amal

16 Massyhudi Muchtar, Aswaja An Nahdliyah, (Surabaya: Khalista, 2007), h. 47

17 Nurcholish Madjid, Masyarakat Religius Membumikan Nilai-Nilai Islam dalam

Kehidupan Masyarakat, (Jakarta: Paramadina, 2001), h. 98-100

18 Khofifah Indar Parawanza, Aswaja, h. 23

Page 33: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

shaleh dari orang yang masih hidup. Adapun diantara amalan-amalan

tersebut akan diperinci beserta dalilnya sebagai berikut:

a) Membaca Al-Qur’an dan doa tahlil dan shadaqah

Artinya: “dan orang-orang yang datang sesudah mereka

(Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: "Ya Rabb Kami,

beri ampunlah Kami dan saudara-saudara Kami yang

telah beriman lebih dulu dari Kami, dan janganlah

Engkau membiarkan kedengkian dalam hati Kami

terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb Kami,

Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha

Penyayang." (QS. Al-Hasyr : 10).19

Ayat di atas menjelaskan bahwa seseorang dapat

mendoakan saudara-saudaranya yang telah meninggal dunia.

Selanjutnya tentang tahlil. Istilah tahlil berasal dari bahasa Arab

yang berarti membaca la ilaha illa Allah, dalam istilah yang berlaku

kemudian pengertian tahlilan merupakan kegiatan orang atau

sekelompok orang untuk membaca serangkaian kalimat yang

umumnya terdiri dari:

19 Departemen Agama RI, Al-Qur’andan Terjemahnya, (Jakarta: Pustaka Alfatih,

2009), h. 407

Page 34: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

1) Ayat-ayat Al-Qur’an (biasanya terdiri dari surat al-

Fatihah, al-Ikhlash, al-Falaq, al-Nas, kemudian awal surat al-Baqarah, ayat Kursi dan duz ztzu iga akhir surat al-Baqarah.

2) Sholawat kepada Nabi Muhammad SAW 3) Dzikir/tahlil (bacaan la ilaha illa Allah dan seringkali

ditambah dengan bacaan ya Allahu ya Rohim, atau ya Rohmanu ya Rohim)

4) Tasbih dan tahmid (Subhanallahu wa bihamdihi

subhanallahil ‘Adzim atau kalimat lain yang searti) 5) Istighfar (untuk dirinya sendiri, maupun untuk orang

lain, baik yang masih hidup maupun yang sudah wafat). 6) Doa sesuai dengan tujuan dan konteks dimana tahlil itu

diadakan.20

Semua bacaan di atas mempunyai dasar yang kuat baik dari

ayat Al-Qur’an maupun dari Sunnah Nabi Muhammad SAW yaitu:

1) Perintah/anjuran membaca Al-Qur’an 2) Perintah/anjuran membaca sholawat (al-Ahzab 56) 3) Bacaan dzikir atau tahlil (Ali ‘Imran 4, al-Ahzab 41-42,

al-Ra’d 28) 4) Kalimat tasbih dan tahmid (Thoha 130)

5) Istighfar (al-Nisa’ 110) 6) Doa (Ghafir 60)21

Berdasarkan keterangan di atas bahwa membaca al-Qur’an

adalah perintah, sholawat kepada Nabi Muhammad SAW perintah

terlihat dari surat al-Ahzab ayat 56, dzikir lihat surat Ali ‘Imran 4,

al-Ahzab 41-42, al-Ra’d 28, Tasbih dan tahmid surat Thoha ayat

130, Istighfar surat al-Nisa’ 110, dan doa surat Ghafir 60.

20 Khofifah Indar Parawansa, Aswaja, h. 48-49

21Ibid

Page 35: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

b. Syariat

Syariat adalah hukum-hukum yang ditetapkan oleh Allah

untuk hamba-Nya yang dibawa oleh salah seorang Nabi-Nya SAW.22

Syariat adalah hukum agama yang menetapkan peraturan hidup

manusia berdasarkan Al-Quran dan hadis.

1) Al-Qur’an

Al-Qur’an sebagai sumber utama dalam pengambilan hukum

(instinbath al-hukum) tidak dibantah oleh semua madzhab fiqh.

Sebagai sumber hukum naqli posisinya tidak diragukan. Al-Qur’an

merupakan sumber hukum tertinggi dalam Islam.23

2) As-Sunnah

As-sunnah meliputi al-Hadist dan segala tindak dan perilaku Rasul

SAW. Penempatannya ialah setelah proses istinbath al-hukum

tidak ditemukan dalam Al-Qur’an atau digunakan sebagai

komplemen (pelengkap) dari apa yang telah dinyatakan dalam Al-

Qur’an.

3) Ijma’

Menurut Abu Hasan Ali Ibn Ali Ibn Muhamamd Al-Amidi, Ijma’

adalah kesepakatan kelompok legislative (ahl al-halli wa al-aqdi)

dan umat Muhammad pada suatu masa terhadap suatu hukum dari

22 A. Djazuli, Ilmu Fiqh Penggalian, Perkembangan dan Penerapan Hukum Islam,

(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), h. 2

23 Yusuf Hasyim, Aswaja Annahdlisyah dari Madzhabi Menuju Manhaji, dalam

http://asjawacenterpati.wordpress.com/2017/04/17/aswaja-annahdliyah-dari-madzhabi-

menuju-manhaji/

Page 36: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

suatu kasus atau kesepakatan orang-orang mukallaf dari umat

Muhammad pada suatu masa terhadap suatu hukum dari suatu

kasus.

4) Qiyas

Qiyas sebagai sumber hukum Islam merupakan salah satu hasil

ijtihad para ulama. Qiyas yaitu mempertemukan sesuatu yang tak

ada nash hukumnya dengan hal lain yang ada nash hukumnya

karena ada persamaan ‘illat hukum. Qiyas sangat dianjurkan untuk

digunakan oleh Imam Syafi’i.24

Pendapat yang lain mengemukaan bahwa syariah dalam ajaran

aswaja ada tiga pokok penting yaitu:

a) Berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan Hadis dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan

secara ilmiah. b) Akal baru dapat digunakan pada masalah yang tidak ada

nash yang jelas (sharih/qath’i) c) Dapat menerima perbedaan pendapat dalam menilai masalah

yang memiliki dalil yang multi interpretative (zhanni).25

Berdasarkan keterangan di atas bahwa ajaran pokok aswaja

sangat berpegan teguh dengan Al-Qur’an, Al-Hadits, Ijma’ dan Qiyas.

Sebagai contoh mengucapkan niat (lafal ushalli dan seterusnya ketika

hendak melakukan shalat. Niat merupakan inti dari setiap pekerjaan,

sebab baik tidaknya pekerjaan itu tergantung pada niatnya.

24Ibid

25 Khofifah Indar Parawansa, Aswaja, h. 23

Page 37: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

c. Akhlak (Tasawuf)

Akhlak adalah “suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia

yang melahirkan perbuatan-perbuatan yang mudah, tanpa melalui

proses pemikiran, pertimbangan atau penelitian”.26Akhlak dalam

ajaran aswaja meliputi:

1) Tidak mencegah, bahkan menganjurkan usaha memperdalam

penghayatan ajaran Islam, selama menggunakan cara-cara yang

tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum Islam.

2) Mencegah sikap berlebihan (ghuluw) dalam menilai sesuatu.

3) Berpedoman kepada Akhlak yang luhur. Misalnya sikap syaja’ah

atau berani (antara penakut dan ngawur atau sembrono), sikap

tawadhu’ (antara sombong dan rendah diri) dan sikap dermawan

(antara kikir dan boros).27

Berdasarkan penjelasan di atas bahwa akhlak (tasawuf) dalam

ajaran aswaja adalah tidak mencegah, bahkan menganjurkan usaha

memperdalam penghayatan ajaran Islam, selama menggunakan cara-

cara yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum Islam,

mencegah sikap berlebihan, dan berpedoman kepada Akhlak yang

luhur.

3. Nilai-nilai Karakter dalam ajaran Aswaja

26 Kementerian AgamaRI, Akidah Akhlak, (Jakarta: Kementerian Agama, 2014), h. 32

27Ibid

Page 38: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

Secara subtansi aswaja meliputi tiga aspek Islam, yakni aspek

akidah, fikih, dan akhlak. Meskipun diskursus para ulama sering hanya

membicarakan aspek akidah dan syari’ah (fiqh), hal itu tidak berarti tidak

ada aspek akhlak. Pengalaman (practice) dari dua aspek yang disebut

pertama itu mengandung aspek akhlak atau tashawuf.

Seperti disepakati oleh para ulama penulis, aspek yang paling

krusial di dalam paham aswaja adalah aspek akidah. Aspek ini krusial,

karena pada saat Mu’tazilah dijadikan sebagai paham keagamaan resmi

pemerintah oleh penguasa Abbasiyah, di mana telah terjadi kasus mihnah

(inquisition) yang cukup menimbulkan keresahan umat Islam. Imam al-

Asy’ari saat itu telah tampil untuk mengoreksi kebijakan pemerintah dan

sekaligus mengkonter teologi Mu’tazilah, yang dalam beberapa hal

dianggap bid’ah atau menyimpang.28

Pemikiran-pemikiran teologi Islam yang disampaikan Imam al-

Asy’ari ternyata diterima secara positif oleh masyarakat Islam, sehingga

kemudian terbentuk kelompok asy’ariyah (pengikut al Asy’ari). Cikal

bakal ini akhirnya terinstitusi dalam bentuk mazhab al-Asy’ari.

Aspek kedua dalam paham aswaja adalah syari’ah atau fikih, yakni

paham keagamaan yang berhubungan dengan ibadah dan muamalah, yang

dimaksud dengan ibadah adalah tuntutan formal yang berhubungan dengan

tata cara seorang hamba berhadapan dengan Tuhan, seperti sholat, zakat,

haji dan sebagainya. Adapun yang dimaksud dengan mu’amalah adalah

28 Googleweblight…KH. Husein Muhammad,dalam Imam Baihaqi (ed), Kontroversi

Aswaja: Aula Perdebatan dan Reinterpretasi, (Yogyakarta: LKiS, 1999), h. 37

Page 39: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

bentuk ibadah yang bersifat sosial, menyangkut hubungan manusia dengan

sesama manusia secara horizontal, misalnya dalam hal jual beli, pidana

perdata, sosial politik dan sebagainya, yang pertama disebut habl min

Allah (hubungan manusia dengan Allah, dan yang kedua disebut habl min

al-nas (hubungan manusia dengan manusia).29

Para ulama telah sepakat bahwa aspek syari’ah aswaja bersumber

dari empat mazhab besar dalam Islam, yakni Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan

Hambali. Menurut mereka aswaja bersumber pada empat mazhab besar ini

karena paham akidah mereka sejalan dengan paham akidah mazhab

aswaja.

Imam Asy’ari sendiri sebagai pelopor aswaja adalah penganut

mazhab Imam Syafi’i, sementara al-Muturidi adalah penganut mazhab

Imam Hanafi di bidang syari’ah atau fikih. Aswaja juga bersumber pada

Imam Maliki karena ia adalah pelopor pembanding al-ra’y (orang yang

mendewakan akal) dari kalangan ulama Irak di mana manhaj berpikirnya

adalah taqdim al nashsh ala al-‘aql (mendahulukan apa yang tertulis dari

Qur’an dari pada akal). Demikian juga mazhab Hambali dijadikan rujukan

karena Imam Hambali.30

Aspek ketiga dari paham aswaja adalah akhlak atau tashawuf, yang

dalam banyak hal difokuskan kepada wacana akhlak Imam al-Ghazali,

Yazid al-Bustami dan Junaid al Baghdadi, serta ulama-ulama sufi yang

sepaham. Aspek ketiga ini, dalam diskursus Islam dinilai penting, karena

29Ibid, k. 41

30Ibid

Page 40: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

mencerminkan faktor ihsan dalam diri seseorang. Iman menggambarkan

keyakinan, sedangkan Islam menggambarkan syari’ah, dan kesempurnaan

Iman dan Islam dalam diri seseorang.31

Iman ibarat akar, Islam ibarat pohon dan ihsan ibarat buah yang

dihasilkan oleh sebuah pohon, artinya manusia sempurna adalah manusia

yang di samping bermanfaat untuk dirinya, karena dia sendiri kuat, juga

memberi manfaat kepada yang lain. Kalau manusia memiliki keyakinan

atau kepercayaan tetapi tidak ada pohonya, artinya tidak ada gunanya,

tetapi pohon yang berakar dan rindang tidak akan menghasilkan buah jika

kurang berarti atau kurang bermanfaat bagi kehidupan (bukan sama sekali

tidak manfaatnya), atau dengan kata lain, kurang sempurna. Jadi aspek ini

juga terkaita dengan aspek yang kedua, sehingga keberadaannya sama

pentingnya dengan keberadaan aspek yang pertama dan kedua untuk

membetuk menusia menjadi insan kamil atau the perfect man.

Nilai-nilai yang diajarkan, baik dalam aqidah (iman), syariat

(Islam) ataupun akhlak (ihsan), Adapun nilai-nilai karkater Aswaja ada

tiga yang diajarkan oleh Rasulullah SAW yaitu: Tawassuth, Al-Tawazun,

dan I’tidal. Namun Tasamuh menjadi dasar sikap kemasyarakatan

Aswaja.32 Diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Tawassuth (moderat)

Tawassuth ialah sebuah sikap tengah atau moderat yang tidak

cenderung ke kanan dan ke kiri (netral). dalam konteks berbangsa dan

31Ibid, h. 41

32 Khofifah Indar Parawansa, Aswaja, h. 25-26

Page 41: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

bernegara, pemikiran moderat ini sangat urgen menjadi semangat

dalam mengakomodir beragam kepentingan dan perselisihan, lalu

berikhtiar mencari solusi yang paling terbaik.33 Firman Allah SWT

dalam surat al-Baqarah ayat 143.

Artinya: “Dan demikianlah kami jadikan kamu sekalian (umat

Islam) umat pertengahan (adil dan pilihan) agar kamu menjadi saksi

(ukuran penilaian) atas (sikap dan perbuatan) manusia umumnya dan

supaya Allah SWT menjadi saksi (ukuran penilaian) atas (sikap dan

perbuatan) kamu sekalian …(QS. Al-Baqarah : 143)34

Berdasarkan ayat di atas bahwasannya umat Islam dijadikan

umat yang adil dan pilihan, karena mereka akan menjadi saksi atas

perbuatan orang yang menyimpang dari kebenaran baik didunia

maupun di akherat.

2) Tawazun (berimbang atau harmoni),

Tawazun ialah sikap berimbang dan harmonis dalam

mengintregrasikan dan menyinergikan dalil-dalil (pijakan hukum) atau

pertimbangan-pertimbangan untuk mencetuskan sebuah keputusan dan

kebijakan.35 Dalam konteks pemikiran dan amalia keagamaan, prinsip

33Ibid

34 Departemen Agama RI, Al-Qur’andan Terjemahnya, h. 22

35 Khofifah Indar Parawansa, Aswaja, h. 26

Page 42: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

Tawazun menghindari sikap ekstrem yang serba ke kanan melahirkan

fundamentalis dan menghindari sikap ekstrem serba kekiri melahirkan

yang melahirkan liberalisme dalam pengalaman ajaran agama.

Firman Allah SWT dalam surat al-Hadid ayat 25:

Artinya: “Sungguh kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan

membawa bukti kebenaran yang nyata dan telah kami

turunkan bersama mereka al-kitab dan neraca (penimbang

keadilan) supaya manusia dapat melaksanakna keadilan”.

(QS. Al-Hadid : 25)36

3) Ta’adul (netral atau adil),

Ta’adul ialah sikap adil dan netral dalam melihat, menimbang,

menyikapi dan menyelesaikan segala permasalahan. Adil tidak

selamanya sama atau setara. Adil adalah sikap profesional berdasarkan

hak dan kewajiban masing-masing. Kalupun keadilan menuntut adanya

kesamaan atau kesetaraan, hal itu hanya berlaku ketika realitas

individu benar-benar sama dan setara secara persis dalam segala

sifat.37 Firman Allah SWT dalam surat al-Maidah ayat 8:

36 Departemen Agama RI, Al-Qur’andan Terjemahnya, h. 541

37 Khofifah Indar Parawansa, Aswaja, h. 26

Page 43: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-

orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah,

menjadi saksi dengan adil dan janganlah sekali-kali

kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu

untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu

lebih dekat kepada takwa, dan bertakwalah kepada Allah,

sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu

kerjakan”. (QS. Al-Maidah : 8)38

Ayat di atas menjelaskan bahwasannya manusia hendaklah

selalu menegakkan kebenaran karena Allah dan menjadi saksi dengan

adil, karena kebenaran dan adil lebih dekat dengan takwa kepada

Allah SWT.

4) Tasamuh (toleran).

Tasamuh ialah sikap toleran yang bersedia menghargai terhadap

segala kenyataan perbedaan dan keanekaragaman, baik dalm

pemikiran, keyakinan, dan sosial kemasyarakatan, suku, bangsa,

agama, tradisi-budaya dan lain sebagainya. Toleransi dalam konteks

agama dan keyakinan bukan berarti kompromi aqidah. Bukan berarti

mengakui kebenaran keyakinan dan kepercayaan orang lain/ toleransi

agama juga bukan berarti mengakui kesesatan dan kebatilan sebagai

38 Departemen Agama RI, Al-Qur’andan Terjemahnya, h. 108

Page 44: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

sesuatu yang hak dan benar. Yang salah dan yang sesat tetap harus

diyakini sebagai kesalahan dan kesesatan. Dan yang hak dan yang

benar harus tetap diyakini sebagai kebenaran yang hak. Dalam

kaitannya dengan toleransi agama.39

Firman Allah SWT dalam surat Thaha ayat 44 yang berbunyi:

Artinya: “Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-

kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau

takut”. (QS. Thaha : 44)40

Keempat nilai karater Aswaja di atas dapat terwujudkan dalam

beberapa hal sebagai berikut:

a. Akidah b. Syari’ah

c. Tashawuf/akhlak d. Pergaulan antar golongan e. Kehidupan berbegara

f. Kebudayaan g. Dakwah.41

Ketujuh sumber-sumber di atas maka akan dijelaskan satu persatu

yaitu:

a. Akidah

1) Keseimbangan dalam penggunaan dalil ‘aqli dan dalil naqli

39Ibid

40 Departemen Agama RI, Al-Qur’andan Terjemahnya, h. 108

41 www://nu.or.id.Khitah Nahdliyah, h. 40-44 di akses tanggal 16 Juni 2017

Page 45: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

2) Memurnikan akidah dari pengaruh luar Islam.

3) Tidak gambang menilai salah satu menjatuhkan vonis syirik, bid’ah

apalagi kafir.42

b. Syari’ah

1) Berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Hadis dengan menggunakan

metode yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. 2) Akal baru dapat digunakan pada masalah yagn tidak ada nash yagn

jelas. 3) Dapat menerima perbedaan pendapat dalam menilai masaah yang

memiliki dalil yang multi- interpretatif.43

c. Tashawuf/akhlak

1) Tidak mencegah, bahkan menganjurkan usaha memperdalam penghayatan ajaran Islam, selama menggunakan cara-cara yang

tidak bertentangan dengan prinsip hukum Islam. 2) Mencegah sikap berlebihan dalam menilai sesuai 3) Berpedoman kepada akhlak yang luhur. Misalnya sikap syaja’ah

atau berani (antara penakut dan ngawur atau sembrono), sikap tawadhu’ (antara sombong dan rendah diri) dan sikap derawan

(antara kikir dan boros)44

d. Pergaulan antar golongan

1) Mengakui watak manusia yang senang berkumpul dan berkelompok berdasarkan unsur pengikatnya masing-masing

2) Mengembangkan toleransi kepadak elompok yang berbeda 3) Pergaulan antar golongan harus atas dasar saling menghormati dan

menghargai

4) Bersikap tegas kepada pihak yang nyata-nyata memusuhi agama Islam.45

e. Kehidupan bernegara

42Ibid

43Ibid

44Ibid

45Ibid

Page 46: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

1) NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) harus tetap

dipertahankan karena merupakan kesepakatan seluruh komponen bangsa.

2) Selalu taat dan patuh kepada pemerintah dengan semua aturan yang

dibuat, selama tidak bertentangan dengan ajaran agama. 3) Tidak melakukan pemberontakan atau kudeta keapda pemerintah

yang sah. 4) Kalau terjadi penyimpangan dalam pemerintahan, maka

mengingatkannya dengan cara yang baik.46

f. Kebudayaan

1) Kebudayaan harus ditempatkan pada kedudukan yang wajar. Dinilai dan diukur dengan norma dan hukum agama.

2) Kebudayaan yang baik dan tidak bertentangan dengan agama dapat diterima, dan manapun datangnya. Sedangkan yang tidak baik harus ditinggal.

3) Dapat menerima budaya baru yang baik dan melestarikan budaya lama yang masih relevan.47

g. Dakwah

1) Berdakwah bukan untuk menghukum atau memberikan vonis

bersalah tetapi mengajak masyarakat menuju jalan yang diridahi Allah SWT.

2) Berdakwah dilakukan dengan tujuan dan sasaran yang jelas. 3) Dakwah dilakukan dengan petunjuk yang baik dan keterangan yang

jelas, disesuaikan dengan kondisi dan keadaan sasaran dakwah.48

Berdasarkan ketujuh sumber di atas, teridentifikasi sejumlah

nilai untuk pendidikan budaya dan karakter bangsa sebagai berikut ini:

a. Religious b. Kejujuran c. Toleransi

d. Kedisplinan e. Kerja Keras

f. Kreatif g. Kemandirian h. Demokratis

46Ibid

47Ibid

48Ibid

Page 47: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

i. Rasa Ingin Tahu

j. Semangat Kebangsaan k. Cinta Tanah Air l. Menghargai Prestasi

m. Bersahabat/Komunikatif n. Cinta Damai

o. Gemar Membaca p. Peduli Lingkungan q. Peduli Sosial

r. Tanggung Jawab.49

Berdasarkan kedelapan belas nilai karakter di atas dapat

dijelaskan yaitu:

a. Nilai religius merupakan sikap yang mengarah pada keagamaan,

mencerminkan ajaran agama yang dianutnya.

b. Nilai kejujuran merupakan perilaku pada diri seseorang yang selalu

dapat dipercaya perkataan, tindakan, dan perbuatannya.

c. Nilai toleransi merupakan sikap yang menghargai segala

perbedaan, baik itu agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan

tindakan orang lain yang berbeda.

d. Nilai kedisiplinan merupakan tindakan yang menunjukkan perilaku

tertib dan patuh pada suatu peraturan.

e. Nilai kerja keras merupakan upaya dengan sungguh-sungguh dalam

mengatasi hambatan, baik itu hambatan belajar dan menyelesaikan

tugas dengan sungguh-sungguh.

49 Kementerian Pendidikan Nasional, LITBANG, Bahan Pelatihan Penguatan

Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya untuk Membentuk daya Saing dan

Karakter,Bangsa: Pengembangan Pendidikan Budayadan Karakter Bangsa, (Jakarta: Pusat

Kurikulum, 2010), h. 7-18

Page 48: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

f. Nilai kreatif merupakan usaha berfikir dan melakukan sesuatu

untuk menghasilkan cara, ide, atau hasil baru dari sesuatu yang

dimiliki.

g. Nilai kemandirian merupakan perilaku yang tidak menggantungkan

pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.

h. Nilai demokratis merupakan cara berfikir dan bertindak yang

menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

i. Nilai rasa ingin tahu merupakan sikap rasa ingin mengembangkan

rasa ingin tahunya yang lebih mendalam dari sesuatu yang telah

dipelajari, dilihat, dan didengar.

j. Nilai semangat kebangsaan merupakan cara berfikir, bertindak, dan

berwawasan menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas

kepentingan pribadi.

k. Nilai cinta tanah air merupakan cara berfikir dan bertindak yang

menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi

terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan

politik bangsa.

l. Nilai menghargai prestasi merupakan tindakan yang mendorong

seseorang untuk berhasil berguna untuk masyarakat serta mengakui

dan menghargai keberhasilan orang lain.

m. Nilai bersahabat/komunikatif merupakan tindakan yang

menunjukkan senang bergaul, berbicara, dan bekerjasama dengan

orang lain.

Page 49: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

n. Nilai cinta damai merupakan sikap yang membuat orang lain

nyaman dan damai atas kehadiran dirinya.

o. Nilai gemar membaca merupakan kebiasaan menyediakan waktu

untuk membaca yang bermanfaat bagi dirinya.

p. Nilai peduli lingkungan merupakan tindakan yang mempedulikan

lingkungan alam serta memperbaiki kerusakan alam.

q. Nilai peduli sosial merupakan sikap yang selalu ingin memberikan

bantuan kepada orang lain atau masyarakat yang membutuhkan.

r. Nilai tanggung jawab merupakan sikap atau perilaku seseorang

untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya

Berdasarkan kedelapan belas nilai karakter di atas bahwasannya

dapat dimasukan ke katagori nilai karakter Aswaja yang kemudian

diturunkan menjadi karakter Aswaja. Adapun nilai-nilai karakter yang

penulis temukan di pondok pesantren dari delapan belas (18) nilai

karakter hanya tujuh (8) yang digunakan, masing- masing sudah masuk

kedalam nilai-nilai karakter Aswaja.

Dengan rincian sebagai berikut :

a. Tawassuth (moderat),

1. Religius sebagai salah satu nilai karakter yaitu sikap dan perilaku

yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianut, toleran

terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan

pemeluk agama lain. Karakter religious ini sangat dibutuhkan oleh

santri dalam menghadapi perubahan zaman dan degradasi moral,

Page 50: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

dalam hal ini santri diharapkan mampu memiliki dan berprilaku

dengan ukuran baik dan buruk yang di dasarkan pada ketentuan dan

ketetapan agama. Pembentukan karakter religious ini tentu dapat

dilakukan jika seluruh komponen stake holders pendidikan dapat

berpartisipasi dan berperan serta, termasuk orang tua dari santri itu

sendiri.

Ada lima aspek religious dalam Islam yaitu:

a) Aspek iman, menyangkut keyakinan dan hubungan manusia dengna Tuhan, Malaikat, para Nabi dan

sebagainya. b) Aspek Islam, menyangkut frekuensi, intensitas pelaksanaan

ibadah yang telah ditetapkan, misalnya shoat, puasa dan

zakat. c) Aspek ihsan, menyangkut pengalaman dan perasaan

tentang kehadiran Tuhan, takut melanggar larangan dan lain-lain.

d) Apske ilmu, yang menyangkut pengetahuan seseorang

tentang ajaran-ajran agama. e) Aspek amal, menyangkut tingkah laku dalam kehidupan

bermasyarakat, misalnya menolong orang lain, membela orang lemah, bekerja dan sebagainya.50

2. Kejujuran merupakan perilaku pada diri seseorang yang selalu

dapat dipercaya perkataan, tindakan, dan perbuatannya. Peran

ustadz/ustadzah dalam membangun tradisi kejujuran di lungkungan

Pondok Pesantren ada tiga aspek yaitu:

pertama membangun kejujuran harus dimulai dari dirinya sendiri sebagai seorang ustadz/ustadzah, yakni antara perkataan, perbuatan

dan tindakan harus sesuai dengan orma-norma yang berlaku. Kedua, sebagai seorang ustadz/ustadzah yang tugas utamanya

adalah mendidik, melatih, mengarahkan, menilai didiknya, maka ustadz/ustadzah mempunyai kwajiban untuk membentuk karakter

50 A. Thontowi, Hakekat Religiusitas, (http://www.sumsel.kemenag.go.id) diakses 16

Juni 2017

Page 51: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

santrinya memiliki sikap disiplin, jujur, mandiri, demokratis dan

bertanggung jawab. Ketiga, ustadz/ustadzah secara akademik juga mempunyai tanggung jawab untuk membesarkan lembaga (pondok pesantren),

makadalam konteks ini ustadz/ustadzah harus mampu membangun dan memberi teladan kepada teman seprofesinya untuk terus

menerus menanamkan nilai-nilai kejujuran baik untuk dirinya sendiri (teman seprofesi), maupun santrinya melalui materi yang diajarkan.51

b. Tawazun (berimbang atau harmoni),

1. Peduli sosial merupakan sikap yang selalu ingin memberikan

bantuan kepada orang lain atau masyarakat yang membutuhkan.

Peduli sosial adalah perasaan bertanggungjawab atas kesulitan yang

dihadapi oleh orang lain di mana seseorang terdorong untuk

melakukan sesuatu untuk mengatasinya.

Sikap dan perilaku kepedulian sosial bukan pembawaan, tetapi

dapat dibentuk melalui pengalaman dan proses belajar, dapat

dilakukan melalui tiga model yaitu:

a. Mengamati dan meniru perilaku peduli sosial, orang-orang

yang diidolakan. b. Melalui proses pemerolehan informasi verbal tentang kondisi

dan keadaan sosial orang yang lemah sehingga dapat diperoleh pemahaman dan pengetahuan tentang apa yang menimpa dan dirasakan oleh orang lain, dan harus bersikap dan berperilaku

peduli kepada orang lemah. c. Melalui penerimaan penguat berupa konsekuensi logis yang

akan diterima seseorang setelah melakukan kepedulian sosial.52 2. Tanggung jawab merupakan sikap atau perilaku seseorang untuk

melaksanakan tugas dan kewajibannya yang seharusnya dilakukan

terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan

51Ibid

52Ibid

Page 52: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. Indikator Pondok

Pesantren dalam karakter tanggung jawab yaitu:

a) Membuat laporan setiap kegaitan yang dilakukan dalam bentuk lisan maupun tertulis.

b) Melakukan tugas tanpa disuruh. c) Menunjukan prakarsa untuk mengatasi masalah dalam lingkup

terdekat.

d) Menghidarkan kecurangan dalam pelaksanaan tugas.53

c. Ta’adul (netral atau adil),

1. Kedisiplinan merupakan tindakan yang menunjukkan perilaku

tertib dan patuh pada suatu peraturan. Kedisiplinan sangat penting

bagi para santri, disiplin bukan hanya dilakukan dan di jalankan

hanya karena suatu aturan dan kebijakan yang harus ditaati sesuai

dengan aturan itu melainkan kedisiplinan itu dilakukan karena

kesadaran sendiri untuk meningkatkan tingkat keberasilan yang

tinggi. Contoh disiplin waktu, seorang santri yang menjalankan

aktivitas dengan disiplin cenderung akan menghargai waktu dan

mengerjakan tugas sesuai waktu yang ditetapkan.

2. Peduli lingkungan merupakan tindakan yang mempedulikan

lingkungan alam serta memperbaiki kerusakan alam. Salah satu

karakter yang perlu dikembangkan pada para santri adalah sikap

peduli terhadap lingkungan, dengan pemebntukan karakter ini

dapat menjadikan lingkungan bersih, aman dan terawatt baik

53Ibid

Page 53: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

dilingkungan rumah, sekolah, pondok pesantren dan lingkungan di

mana individu itu berada.

d. Tasamuh (toleran).

1. Nilai toleransi merupakan sikap yang menghargai segala

perbedaan, baik itu agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan

tindakan orang lain yang berbeda. Sasaran yang ingin dicapai dari

para santri setelah mendapatkan pembelajaran tentang nilai

toleransi adalah :

a) Santri mampu mengendalikan emosi b) Santri menjadi individu yang penyabar c) Santri mampu menjalani kehidupan di bawah tekanan

d) Santri mampu mengatasi kesulitan yang dihadapi e) Santri mampu mengakomodasi perbedaan sudut pandang.

f) Santri mampu menjadi individu yang mudah memaafkan.54

2. Nilai kemandirian merupakan perilaku yang tidak

menggantungkan pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-

tugasnya. Untuk membangun karakter mandiri diperlukan tiga

teknik yang merupakan satu kesatuan, yaitu:

a) Proses pembentukan akal kemandirian

Proses pembentukan karakter mandiri barawal dari

pembentukan kemandirian akal. Akal merupakan penentu

awal dari pembentukan karakter. Untuk dapat membentuk

akal mandiri guru sebagai ujung tombak pendidikan harus

54 Kawsar. Kouchok , Teaching Tolerace Through Moral & Value Education

(Papaers and Resources Materials for the Global Meeting of Esperts, Oslo 2004.

http://www.abrarrkt.blogspot.com. Diakses tanggal 16 Juni 2017

Page 54: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

melakukan hal-hal seperti menjadi teladan dalam hal

kemandirian bagi para santri atau siswanya. Contoh teladan

merupakan media pembelajaran yang paling efektif.

Pengetahuan yang diberikan yang tidak terintegrasi dengan

orang yang kepribadian guru akan mubadzir karena siswa

lebih peka kepada apa yang dilakukan oleh gurunya dari pada

apa yang disampaikannya.

b) Proses pembentukan hati kemandirian

Inti dari proses pembentukan hati kemandirian adalah

memunculkan kesadaran santri atau siswa untuk menjadi

orang yang mandiri.

c) Proses pembentukan amal kemandirian

Hal yang paling menentukan dari karakter mandiri adlaah

amal atau perbuatan. Tingkat ini merupakan puncak dan

bentuk internalisasi kemandirian.

4. Pondok Pesantren sebagai Model dalam Penanaman Karakter Aswaja

b. Pengertian Pondok Pesantren

Secara etimologis, pondok pesantren adalah gabungan dari

pondok dan pesantren. Pondok, berasal dari bahasa Arab funduk yang

berarti hotel, yang dalam pesantren Indonesia lebih disamakan dengan

lingkungan padepokan yang dipetak-petak dalam bentuk kamar

sebagai asrama bagi para santri. Sedangkan pesatren merupakan

gabungan dari kata pe-santri-an yang berarti tempat santri. Dengan

Page 55: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

demikin pondok pesantren adalah lembaga keagamaan, yang

memberikan pendidikan dan pengajaran serta mengembangkan dan

menyebarkan ilmu agama Islam.55Pondok pesantren adalah “artefak

peradaban Indonesia yang dibangun sebagai institusi pendidikan

keagamaan bercorak tradisional, unik, dan indigenous (asli)”.56

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa

pondok pesantren adalah tempat atau asrama belajar bagi santri yang

mempelajari agama dari seorang Kyai atau Syaikh guna untuk

mengembangkan dan menyebarkan ilmu agama Islam.

Pondok Pesantren secara umum berfungsi sebagai lembaga

tafaquh fiddin (pendalaman ilmu-ilmu agama). Sesuai dengan

kemampuan dan pertimbangan situasional dewasa ini, sedangkan

secara khusus mengarahkan diri untuk berfungsi sebagai :

1. Lembaga dakwah yang menyebar luaskan nilai-nilai Islam Aswaja di

masyarakat.

2. Lembaga pendidikan yang aktif menanamkan nilai-nilai ke-Islaman,

kemasyarakatan, dan kebangsaan.

3. Lembaga pengajaran yang mencerdaskan para santri dengan

berbagai ilmu dan pengetahuan.

4. Lembaga pelatihan yang membekali para santri dengan keterampilan

sebagai bekal hidup dikemudian hari.

55 Ridwan Nasir, Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal, Pondok Pesantren di

Tengah Arus Perubahan, (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2005), h. 80 56 Nurcholish Madjid, Bilik-Bilik Pesantren, Sebuah Potret Perjalanan, (Jakarta:

Paramadina, 2000), h. 10

Page 56: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

5. Lembaga pengembangan masyarakat yang mengentaskan/

menginspirasikan santri dari kalangan kurang mampu untuk dibina.

Atas tanggung jawab dan keswadayaan mereka menuju kehidupan

yang lebih baik.

c. Tujuan Pendidikan Karakter Aswaja di Pondok Pesantren

UU Sisdiknas No. 20 Th. 2003 Pendidikan Nasional bertujuan

untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia

yang beriman, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab.57

Adapun tujuan dari pendidikan aswaja di Pondok Pesantren ini

adalah untuk membentuk manusia yang bermoral baik, keras kemauan,

sopan dalam berbicara dan perbuatan, mulia dalam bertingkah laku,

bijaksana, sempurna, sopan dan beradab, ikhlas, jujur, dan suci.

Dengan kata lain pendidikan aswaja bertujuan untuk melahirkan

manusia yang memiliki keutamaan (al-fadh}ilah).58

Kemudian pendidikan aswaja dalam Pondok Pesantren ter-

cover dalam prinsip “berpegang teguh pada kebaikan dan menjauhi

57 Mendiknas, Katalog dalam Terbitan (KDT), Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional & Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Cet. 2, (Jakarta: Visimedia

Pustaka, 2007), h. 5

58Khozin, Khazanah Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Rosda Karya, 2013), h. 143

Page 57: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

keburukan dan kemungkaran”.59 Prinsip ini berhubungan erat dengan

upaya mewujudkantujuan dasar pendidikan Islam, yaitu ketakwaan

kepada Allah swt. Jadi fungsi pendidikan aswaja menekankan pada

sikap, tabi’at, dan perilaku yang menggambarkan nilai-nilai kebaikan

yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan santri dalam sehari-hari.

Agar hidupnya selalu terkontrol dengan nilai-nilai ajaran agama Islam

yang dibawa oleh nabi Muhammad SAW, yang pada hakikatnya

menyempurnakan akhlak.

Pada hakekatnya tujuan pendidikan karakter aswaja di Pondok

Pesantren adalah sebagai berikut:

a) Tawassuth (moderat)

Tawassuth (moderat dan berlaku adil) yang berintikan

kepada prinsip hidup yang menjujung tinggi keharusan berlaku adil

dan lurus di tengah-tengah kehidupan bersama. Tujuan aswaja

dengan sikap dasar ini akan selalu menjadi kelompok panutan yang

bersikap moderat dan bertindak lurus dan selalu bersifat

membangun dan menjadi umatan wasthan (kelompok moderat)

serta menghindari segala bentuk pendekatan yang bersifat tatharruf

(ekstrim).60

Sikap tengah dari tujuan karakter aswaja terwujud dalam

berbagai bidang antara lain:

59 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya Dalam Lembaga

Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 65 60 Khofifah Indah Parawanza, Aswaja, h. 25

Page 58: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

1. Bidang Aqidah

2. Bidang Fiqh

3. Bidang Budaya

4. Bidang Akhlak.61

Keempat bidang di atas akan dijelaskan satu persatu sebagai

berikut:

1. Bidang Aqidah: pertengahan / keseimbangan antara

penggunaan dalil Naqli dan dalil Aqli. Pertengahan /

keseimbangan antara pendapat Jabariah dan Qodariyah.

2. Bidang Fiqih: pertengahan antara Ijtihad sembrono dan taqlid

buta, dengan cara bermadzab. Tegas dalam hal-hal yang

qoth’iyat dan toleran dalam hal-hal yang dhanniyat.

3. Bidang budaya: mempertahankan budaya lama yang baik dan

menerima budaya baru yang lebih baik. tidak apriori menolak

atau menerima salah satunya.

4. Bidang Akhlak: syaha’ah (berani) antara penakut dengan

ngawur. Tawadlu adalah antara takabbur (sombor) dengan

madzallah (rasa rendah diri) rendah hati baik, rendah diri tidak

baik.

b) Tawazun (berimbang atau harmoni)

Tawazun adalah sikap seimbang dalam berkhidmah. Menyerasikan

khidmah kepada Allah SWT, khidmah kepada sesama manusia

61Ibid, h. 26

Page 59: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

serta kepada lingkungan hidupnya. Menyelaraskan kepentingan

masa lalu, masa kini dan masa mendatang. Tawazun juga

menyelaraskan kepentingan pribadi sosial, bangsa dan

kemanusiaan demi kepentingan yang lebih baik, lebih luas dan

lebih abadi.62

Penjelasan di atas dapat dipahami bahwa tawazun sikap seimbang

dalam berkhimad kepada Allah SWT dan sesama manusia.

c) Ta’adul (netral atau adil),

Ta’adul ialah sikap adil dan netral dalam melihat, menimbang,

menyikapi dan menyelesaikan segala permasalahan. Adil tidak

selamanya sama atau setara. Adil adalah sikap profesional

berdasarkan hak dan kewajiban masing-masing. Kalupun keadilan

menuntut adanya kesamaan atau kesetaraan, hal itu hanya berlaku

ketika realitas individu benar-benar sama dan setara secara persis

dalam segala sifat.

d) Tasamuh (toleran).

Tasamuh berarti memberikan tempat dan kesempatan yang sama

pada siapapun tanpa memandang perbedaan latar belakang apapun.

Dasar pertimbangannya murni karena integritas, kualitas dan

kemampuan pribadi. Sikap tasamuh juga nampak dalam

memandang perbedaan pendapat baik dalam masalah keagamaan,

terutama hal-hal yang bersifat furu’ atau menjadi masalah

62Ibid, h. 26-27

Page 60: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

khilafiyah, serta dalam masalah kemasyarakatan dan kebudayaan,

dengan kata lain tasamuh berarti menjujung tinggi perbedaan

dengan kesediaan menerima kebenaran dan kebaikan yang berasal

dari pihak lain.63

e) Amar ma’ruf nahi munkar

Amar ma’ruf nahi munkar selalu memiliki kepekaan, keterlibatan,

dan tanggung jawab untuk mendorong perbuatan yang baik,

berguna dan bermanfaat bagi kehidupan bersama, serta menolak

dan mencegah semua hal yang dapat menjerumuskan dan

merendahkan nilai-nilai kehidupan. Amar ma’ruf nahi munkar

lebih memiliki makna dan fungsi ruh keagamaan yang senantiasa

memberikan motivasi, makna, arah dan kontrol agar manusia dan

masyarakatnya senantiasa tetap terjaga pada kemartabatan dirinya

sebagai khalifah Allah di dunia.64

Pendapat lain mengemukakan bahwa tujuan pendidikan

karakter aswaja di Pondok Pesantren adalah sebagai berikut:

1. Terciptanya suasana keagamaan di Pondok Pesantren dalam peribadatan,pergaulan, pembiasaan ucapan

kalimat tayyibah, akhlak karimah dalam perilaku sehari-hari.

2. Terwujudnya rasa harga diri, mengagungkan Tuhan, mencintai orang tua dan menghormati gurunya.

3. Terwujudnya semangat belajar, cinta tanah air dan

memuliakan agama.

63Ibid

64Ibid, h. 27

Page 61: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

4. Terlaksananya amal saleh dalam kehidupan nyata yang

sarwa ibadah sesuai dengan ajaran aswaja dikalangan murid, guru dan masyarakat lingkungan sekolah.65

Berdasarkan keterangan-keterangan di atas bahwa tujuan

pendidikan karakter aswaja di Pondok Pesantren adalah

membentuk tawassuth (moderat), tawazun (seimbang), ta’adul

(netral atau adil), tasamuh (toleran), dan amar ma’ruf nahi munkar.

d. Peran Kyai dalam Penanaman Karakter Aswaja

1) Pengertian Kyai

Istilah kyai yang lekat dengan masalah agama Islam pada

dasarnya bukan berasal dari bahasa Arab melainkan berasal dari

bahasa Jawa. Istilah kyai dalam bahasa Jawa dipakai untuk tiga

jenis gelar yang saling berbeda, yaitu:

b. Kyai dipakai sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang dianggap keramat. Kyai Garuda Kencana

dipakai untuk sebutan ”kereta emas” yang abadi di Keraton Yogyakarta.

c. Kyai dipakai sebagai gelar kehormatan untuk orang-orang tua pada umumnya.

d. Kyai sebagai gelar yang diberikan oleh masyarakat

kepada seseorang ahli agama Islam yang memiliki atau menjadi pimpinan pesantren dan mengajar kitab-kitab

klasik kepada para santrinya.66

Berdasarkan ketiga pemakaian istilah tersebut, yang paling

banyak dipakai oleh masyarakat adalah yang terakhir yaitu

65 Busyairi Harits, Islam NU Pengawal Tradisi Sunni Indonesia, (Surabaya: Khalista,

2010), h. 24 66 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai,

(Jakarta: LP3ES, 2011), h. 93

Page 62: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

seseorang yang menjadi pimpinan pesantren. Pendapat lain

dikemukakan bahwa “pengertian kyai yang paling luas dalam

Indonesia modern adalah pendiri dan pimpinan sebuah pesantren,

yang sebagai muslim terpelajar telah membaktikan hidupnya demi

Allah serta menyebarkan dan memperdalam ajaran-ajaran dan

pandangan Islam melalui kegiatan pendidikan”.67 Kedudukan

seorang kyai sebagai pimpinan sentral yang berkuasa penuh di

dalam pesantren memiliki otoritas, wewenang yang menentukan

semua aspek kegiatan pendidikan dan kehidupan agama atas

tanggungjawabnya sendiri.

Pengertian kyai sebagai hierarki kekuasaan satu-satunya

yang ditegakkan di atas kewibawaan moral sebagai

penyelamat para santri dari kemungkinan melangkah ke

arah kesesatan, kekuasaan ini memiliki perwatakan absolut

sehingga santri senantiasa terikat dengan kyainya seumur

hidupnya, minimal sebagai sumber inspirasi dan sebagai

penunjang moral dalam kehidupan pribadinya.68

Pada sisi lain, istilah “ulama” dan “kyai” tak dapat

dipisahkan dari “ahli agama”. Kendati demikian, peran keduanya

dapat dibedakan; ulama sebagai kepemimpinan “administratif”,

sedangkan kyai sebagai kepemimpinan “simbolik”. Eksistensi kyai

dalam pesantren merupakan “lambang kewahyuan” yang selalu

disegani, dipatuhi dan dihormati secara ikhlas, jauh dari hipokrit.

67 Ziemek Manfred, Pesantren dalam Perubahan Sosial, (Jakarta: P3M, 1986), h. 138

68 Abdurrahman Wahid, Menggerakan Tradisi, Esai-esai Pesantren , (Yogyakarta:

LKIS, 2001), h. 6-7

Page 63: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

Para santri dan masyarakat sekitar selalu berusaha agar dapat dekat

dengan para kyai/ulama untuk memperoleh “berkah” dari mereka.

Tegasnya, kyai adalah tempat bertanya, sumber referensi, dan

tempat meminta nasihat dan fatwa.69

Berdasarkan beberapa pendapat di atas bahwa pengertian

kyai itu adalah seseorang yang menjadi pimpinan pesantren,

adapun kedudukan seorang kyai adalah sebagai pimpinan sentral

yang berkuasa penuh di dalam pesantren memiliki otoritas,

wewenang yang menentukan semua aspek kegiatan pendidikan dan

kehidupan agama atas tanggungjawabnya sendiri.

2) Peranan Kyai dalam Penanaman Karkater Aswaja

Kehidupan bermasyarakat, seorang kyai sebagai kelompok

elit dalam struktur sosial, politik, ekonomi dan lebih-lebih di

kalangan kelompok agama Islam mempunyai peranan yang sangat

penting, yaitu:

a. Sebagai ulama

Kyai sebagai ulama artinya ia harus mengetahui, menguasai

ilmu tentang agama Islam, kemudian menafsirkan ke dalam

tatanan kehidupan masyarakat, menyampaikan dan memberi

contoh dalam pengamalan dan memutuskan perkara yang

dihadapi oleh masyarakat. Ulama adalah seseorang yang ahli

69 Abudin Nata, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-lembaga Islam

di Indonesia, (Jakarta: PT Grasindo, 2001), h. 143

Page 64: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

dalam ilmu agama Islam dan ia mempunyai integritas

kepribadian yang tinggi dan mulia, serta berakhlakul karimah

dan ia sangat berpengaruh di tengahtengah masyarakat.70

b. Sebagai pengendali sosial

Para kyai khususnya di daerah Jawa merupakan kepemimpinan

Islam yang dianggap paling dominan dan selama berabad-abad

telah memainkan peranan yang menentukan dalam proses

perkembangan sosial, kultur, dan politik. Berkat pengaruhnya

yang besar di masyarakat, seorang kyai mampu membawa

masyarakat ke mana ia kehendaki. Dengan demikian, seorang

kyai mampu mengendalikan keadaan sosial masyarakat yang

penuh dengan perkembangan dan perubahan zaman. Kyai

mengendalikan masyarakat akibat dari perubahan yang terjadi

dengan cara memberikan solusi yang tidak bertentangan

dengan kaidah-kaidah ajaran Islam.71

c. Sebagai penggerak perjuangan

Kyai sebagai pimpinan tradisional di masyarakat sudah tidak

diragukan lagi fungsinya sebagai penggerak perjuangan

masyarakat setempat untuk mencapai tujuan yang diharapkan

70Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, h.

94

71Ibid, h. 95-96

Page 65: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

oleh masyarakatnya. Sejak zaman colonial Belanda, para kyai

sudah banyak yang memimpin rakyat untuk mengusir penjajah.

Islam pada zaman penjajahan Belanda merupakan faktor nomor

satu bagi kelompok-kelompok suku bangsa yang tinggal

berpencar-pencar diberbagai kepulauan itu semua tidak lepas

dari gerakan perjuangan para kyai.72

Kewibawaan kyai dan kedalaman ilmunya adalah modal

utama bagi berlangsungnya semua wewenang yang diajarkannya.

Kyai juga dikenal sebagai tokoh kunci. Kata-kata dan

keputusannya dipegang teguh oleh para santri dan masyarakat.

Meskipun demikian, kyai lebih banyak menghabiskan waktunya

untuk mendidik santri daripada hal-hal lainnya

Keberadaan kyai dalam lingkungan pesantren laksana

jantung bagi kehidupan manusia. Intensitas kyai memperlihatkan

perannya yang otoriter, disebabkan karena kyailah perintis, pendiri,

pengelola, pengasuh, pemimpin, penanggungjawab, dan bahkan

sebagai pemilik tunggal. Banyak pesantren yang mengalami

kemunduran karena meninggalnya sang kyai, sementara ia tidak

memiliki keturunan atau penerus untuk melanjutkan

kepemimpinannya.

Selain peranan-peranan tersebut, kyai juga memiliki peran

penting dalam menjadikan pondok pesantren yang sesuai dengan

72Ibid, h. 96-97

Page 66: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

fungsi pesantren itu sendiri, yakni sebagai transfer ilmu dan nilai

agama seperti yang diterapkan oleh kebanyakan pondok pesantren

pada umumnya.

B. Metode Pembiasaan

1. PengertianMetode Pembiasaan

Pembelajaran pendidikan agama Islam membutuhkan metode

dalam upaya pencapaian tujuan yang dicita-citakan, karena tanpa metode

suatu materi pendidikan tidak mungkin terserap secara efektif dan efisien

oleh santri. Oleh karena itu dari segi bahasa metode berasal dari dua

perkataan , yaitu meta dan hodos, meta berarti “melalui “ dan hodos berarti

“jalan “ atau “cara “. Dengan demikian metode dapat berarti cara atau

jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.73

Pembiasaan adalah sesuatu yang dibiasakan. Pembiasaan dalam

pendidikan agama hendaknya dimulai sedini mungkin. Rasulullah SAW

memerintahkan kepada orang tua, dalam hal ini para pendidik agar mereka

menyuruh anak-anak mengerjakan sholat, tatkala mereka berumur tujuh

tahun.

Pengertian metode pembiasaan yaitu sebagaimana yang

dikemukakan oleh para ahli pendidikan, di antaranya:

1) Metode pembiasaan adalah suatu keadaan dimana seseorang

mengaplikasikan prilaku-prilaku yang belum pernah atau jarang

73Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam ,(Jakarta: Logos, 2001), h. 91

Page 67: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

dilaksanakan menjadi sering dilaksanakan hingga pada akhirnya

menjadi kebiasaan.74

2) Metode pembiasaan adalah cara untuk menciptakan suatu

kebiasaan atau tingkah laku tertentu bagi anak didik.75

3) Metode pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk

membiasakan anak didik berpikir, bersikap dan bertindak sesuai

dengan tuntunan ajaran agama Islam.76

4) Metode pembiasaan adalah teknik belajar yang direncanakan dan

dilakukan secara rutin dan terus-menerus. Dengan kata lain ada

semacam penjadwalan belajar .77

5) Metode pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja dilakukan secara

berulang-ulang agar sesuatu itu menjadi kebiasaan.78

Berdasarkan beberapa definisi di atas, terlihat adanya kesamaan

pandangan walaupun redaksinya berbeda-beda. Namun pada prinsipnya,

mereka sepakat bahwa metode pembiasaan merupakan salah satu upaya

pendidikan yang baik dalam pembentukan manusia dewasa. Oleh karena

itu, dapat diambil suatu pengertian bahwa yang dimaksud implementasi

metode pembiasaan adalah suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan,

74Hermawati , Pendidikan Sebagai Model, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2016),

h.180. 75Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), h.103. 76Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat

Press, 2002), h. 110. 77Jasa Ungguh Muliawan, 45 Model Pembelajaran Spektakuler (Jogjakarta : Ar-Ruzz

Media, 2016), h.118.

78Heri Gunawan , Pendidikan Karakter , (Bandung : Alfabeta, 2014), h. 93.

Page 68: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

inovasi atau cara yang dipakai pendidik untuk membiasakan santri agar

terbiasa berpikir dan bersikap sesuai dengan ajaran agama Islam.

Ciri khas metode pembiasaan adalah kegiatan yang berupa

pengulangan berkali-kali dari suatu hal yang sama. Pengulangan ini

sengaja dilakukan berkali-kali supaya asosiasi antara stimulus dengan

suatu respon menjadi sangat kuat dan tidak mudah dilupakan. Dengan

demikian, terbentuklah pengetahuan dan keterampilan yang setiap saat

siap untuk dipergunakan oleh yang bersangkutan. Oleh karena itu, sebagai

awal dalam proses pendidikan, pembiasaan merupakan cara yang sangat

efektif dalam menanamkan nilai-nilai moral ke dalam jiwa anak. Nilai-

nilai yang tertanam dalam dirinya ini kemudian akan termanifestasikan

dalam kehidupannya semenjak ia mulai melangkah ke usia dewasa.79

Pentingnya penanaman pembiasaan ini sejalan dengan

sabdaRasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Abu Daud, yaitu:

واضربوهم عليها وهم أبناء ,صلة وهم أبناء سبع سنين مروا أولادكم باال

قوا بينهم فى المضاجع )رواه الحاكم( ,عشر وفر

Artinya: “Perintahkan anak-anakmu menjalankan ibadah sholat jika

mereka sudah berusia tujuh tahun. Dan jika mereka sudah

berusia sepuluh tahun, maka pukullah mereka jika tidak mau

melaksanakannya dan pisahkanlahtempat tidur mereka” (HR. Al-

Hakim).80

79Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam; h. 110

80 Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, (Jakarta: Pustaka Amani,

2007), h. 167

Page 69: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

Haditst di atas dapat diambil kesimpulan bahwa hukum salat,

bilangan rakaatnya dan cara-caranya hendaknya dapat diajarkan kepada

anak sedini mungkin, kemudian dibiasakan untuk melaksanakannya

dengan berjamaah, sehingga shalat itu menjadi akhlaq dan kebiasaan bagi

anak.

Teori perkembangan anak didik, dikenal ada teori konvergensi,

pribadi dapat dibentuk oleh lingkungannya dengan mengembangkan

potensi dasar yang ada padanya. Potensi dasar ini dapat menjadi penentu

tingkah laku (melalui proses). Potensi dasar harus selalu diarahkan agar

tujuan pendidikan tercapai dengan baik. Salah satu cara yang dapat

dilakukan untuk mengembangkan potensi dasar tersebut adalah melalui

kebiasaan yang baik. Menurut Burghardt, sebagaimana dikutip oleh

Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Pendidikan, kebiasaan itu timbul

karena proses penyusutan kecenderunganrespon dengan menggunakan

stimulasi yang berulang-ulang. Dalam prosesbelajar, pembiasaan juga

meliputi pengurangan perilaku yang tidak diperlukan. Karena proses

penyusutan atau pengurangan inilah muncul suatu pola bertingkah laku

baru yang relatif menetap dan otomatis.81

Oleh karena itu, metode pembiasaan sesungguhnya sangat efektif

dalam menanamkan nilai-nilai positif ke dalam diri anak didik/santri, baik

pada aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.

81Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h.

118.

Page 70: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

2. Dasar dan Tujuan Metode Pembiasaan

a. Dasar Agama

Pendidik muslim mengambil banyak cara-cara, tujuan-tujuan,

dan prinsip pengajarannya dari Allah dan sunnah Nabi-Nya, dan juga

dari perkataan dan amalan ulama-ulama Islam dari nenek moyang yang

soleh, baik diambil dari pengalaman-pengalamannya yang khas maupun

dari hasil penyelidikan dan penelitiannya sendiri atau orang lain yang

diambil dari firman Allah, contohnya dalam QS. Ar-Rum: 30

Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama

Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan

manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah

Allah. (Itulah) agama yang lurus”. (QS. Ar-Rum : 30) 82

Firman Allah tersebut dapat disimpulkan bahwa manusia

dilahirkan dengan naluri tauhid dan iman kepada Allah. Dari sini

tampak peranan pembiasaan, pengajaran dan pendidikan bagi

pertumbuhan dan perkembangan anak dalam menemukan tauhid yang

82 Departemen Agama RI, Al-Qur’andan Terjemahnya, (Jakarta: Pustaka Alfatih,

2009), h. 407

Page 71: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

murni, budi pekerti yang mulia, rohani yang luhur dan etika religi yang

lurus.

b. Dasar Bio-Psikologis

Adanya dasar biologis, mewajibkan guru untuk memelihara

metode teknik pengajarannya ciri-ciri, kebutuhan-kebutuhan jasmaniah,

dan tahap kematangan muridnya. Ia harus memperhatikan bahwa

murid-murid itu mempunyai kebutuhan bio-fisik yang harus dipuaskan

dan dipenuhi supaya tercapai penyesuaian jasmani, psikologis dan

sosial yang sehat, seperti kebutuhan kepada udara yang bersih,

kebutuhan kepada gerakan dan aktivitas dan kebutuhan kepada istirahat

dan tidur dan sebagainya.

Sedangkan dasar psikologis, yang dimaksudkan adalah sejumlah

kekuatan psikologis termasuk motivasi, kebutuhan emosi, minat, sikap

keinginan, kesediaan, bakat-bakat dan kecakapan akal (intelektual).

Oleh karena itu guru harus berusaha memelihara kebutuhan-kebutuhan

tersebut.

c. Dasar Sosisl

Metode mengajar guru muslim juga terpengaruh oleh faktor-

faktor masyarakat tempat tinggalnya, oleh karena itu guru seharusnya

dalam metode mengajarnya seia sekata dan bersesuaian dengan nilai-

nilai masyarakat dan tradisi-tradisinya yang baik dan dengan tujuan-

tujuan, kebutuhan-kebutuhan, harapan-harapannya terhadap anggota-

Page 72: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

anggotanya dan tuntutan-tuntutan kehidupan yang berada dalam

masyarakat tersebut. Begitu juga ia harus menjaga perubahan-

perubahan yang berlaku di dalamnya dan berusaha mengadakan

perubahan yang baik, mengambil manfaat dari fasilitas dan peluang-

peluang yang ada di dalamnya

Pembiasaan merupakan salah satu metode pendidikan yang

sangat penting, terutama bagi anak didik. Mereka sudah mengenal apa

yang disebut baik dan buruk dalam arti susila serta sudah mengenal

kewajiban-kewajiban yang harus dikerjakan sehingga mereka perlu

dibiasakan dengan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, dan pola

pikir tertentu yang baik.

Membina anak didik agar mempunyai sifat-sifat terpuji tidaklah

mungkin dengan penjelasan pengertian saja, akan tetapi perlu

membiasakannya untuk melakukan yang baik yang diharapkan nanti

mereka akan mempunyai sifat-sifat baik dan menjauhi sifat tercela.

Demikian pula dengan pendidikan agama, semakin kecil umur si

anak, hendaknya semakin banyak latihan dan pembiasaan agama

dilakukan pada anak. Dan semakin bertambah umur si anak, hendaknya

semakin bertambah pula penjelasan dan pengertian tentang agama itu

diberikan sesuai dengan perkembangan kecerdasannya.83

Islam menggunakan pembiasaan sebagai salah satu teknik

pendidikan. Islam mengubah seluruh sifat-sifat baik menjadi kebiasaan,

83Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: P.T. Bulan Bintang, 2005), h. 74.

Page 73: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

sehingga jiwa dapat menunaikan kebiasaan itu tanpa terlalu payah,

tanpa kehilangan banyak tenaga dan banyak menemukan banyak

kesulitan. Oleh karena itu, pembiasaan merupakan salah satu penunjang

pokok kependidikan, sarana, dan metode paling efektif dalam upaya

menumbuhkan karakter anak.

Penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa seseorang yang

telah mempunyai kebiasaan tertentu akan dapat melaksanakannya

dengan mudah dan senang hati. Bahkan segala sesuatu yang telah

menjadi kebiasaan dalam usia muda sulit untuk diubah dan tetap

berlangsung sampai hari tua.

Para ahli pendidikan senantiasa mengingatkan agar anak-anak

segera dibiasakan dengan sesuatu yang diharapkan menjadi kebiasaan

baik sebelum terlanjur mempunyai kebiasaan lain yang buruk.Tindakan

praktis mempunyai kedudukan penting dalam Islam, dan pembiasaan

merupakan upaya praktis, pembentukan (pembinaan), dan persiapan.

Oleh karena itu, Islam dengan segalapenjelasan menuntut manusia

untuk mengarahkan tingkah laku, insting, bahkan hidupnya untuk

merealisasikan hukum-hukum Ilahi secara praktis. Praktik ini akan sulit

terlaksana manakala seseorang tidak terlatih dan terbiasa untuk

melaksanakannya.

d. Tujuan Metode Pembiasaan

Pembiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan

baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Pembiasaan

Page 74: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

selain menggunakan perintah suri tauladan dan pengalaman khusus,

juga menggunakan hukuman dan ganjaran. bertujuan untuk

pembentukan kepribadian, metode pembiasaan juga penting

dilaksanakan untuk membentuk akhlak dan agama anak pada

umumnya, karena pembiasaan-pembiasaan agama itu akan

memasukkan unsur-unsur politik dalam pribadi anak yang sedang

bertumbuh.

Semakin banyak pengalaman agama yang didapatnya melalui

metode pembiasaan itu, akan semakin banyaklah unsur agama dalam

pribadinya dan semakin mudahnya ia memahami ajaran agama yang

akan dijelaskan oleh guru agama di kemudian hari.

Metode pembiasaan dalam pembelajaran di pondok juga

merupakan kesempatan yang sangat baik untuk membina pribadi

santri setelah orangtua atau dengan kata lain untuk memperbaiki

pribadi santri yang telah terlanjur rusak karena pendidikan dalam

keluarga.84

Tujuan selanjutnya, dengan membiasakan santri dengan tingkah

laku yang baik akan menjadikan pola pikir dan kelakuan moral yang

unggul serta membentuk karakter yang mengagumkan.

84Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 57.

Page 75: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

3. Prinsip dan Syarat Metode Pembiasaan

a. Pengertian Prinsip Metode Pembiasaan

Pendekatan pembiasaan sesungguhnya sangat efektif dalam

menanamkan nilai-nilai positif ke dalam diri santri, baik pada aspek

kognitif, afektif dan psikomotorik. Selain itu, pendekatan pembiasaan

juga dinilai sangat efisien dalam mengubah kebiasaan negatif menjadi

positif.

Namun demikian metode ini akan jauh dari keberhasilan jika

dilakukan dengan tidak memperhatikan situasi dan kondisi dengan

cara yang kaku, salah/tidak cocok dengan siswa. Oleh karena itu pada

pelaksanaan metode pembiasaan hendaklah memperhatikan prinsip

dan syarat metode pembiasaan.

Prinsip-prinsip penggunaan metode (termasuk di dalamnya

adalah metode pembiasaan), adalah sebagai berikut:

a) Mengetahui motivasi, kebutuhan dan minat santrinya.

b) Mengetahui tujuan pendidikan yang sudah ditetapkan sebelum pelaksanaan pendidikan.

c) Mengetahui tahap kematangan, perkembangan serta perubahan santrinya.

d) Mengetahui perbedaan-perbedaan individu di dalam santri.

e) Memperhatikan kepahaman dan mengetahui hubungan-hubungan integrasi pengalaman dan kelanjutannya, keaslian,

pembaharuan dan kebebasan berpikir. f) Menjadikan proses pendidikan sebagai pengalaman yang

menggembirakan bagi santri.

g) Menegakkan uswah khasanah.85

85Armai Arief,Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Cet. 1, (Jakarta:

Ciputat Pers, 2002), h. 93-94.

Page 76: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

Berdasarkan keterangan di atas maka dapat disimpulkan bahwa

prinsip-prinsip penggunaan metode pembiasaan adalah motivasi,

tujuan, tahap kematangan, perbedaan-perbedaan, kepahaman,

pengalaman, dan uswah khasanah.

b. Syarat Metode Pembiasaan

Sedangkan syarat-syarat pemakaian metode pembiasaan86

adalah sebagai berikut :

1) Mulailah pembiasaan itu sebelum terlambat. Usia sejak bayi dinilai

waktu yang sangat tepat untuk mengaplikasikan pendekatan ini,

karena setiap anak mempunyai rekaman yang cukup kuat dalam

menerima pengaruh lingkungan sekitarnya dan secara langsung

akan dapat membentuk kepribadian seorang anak. Kebiasaan positif

maupun negatif itu akan muncul sesuai dengan lingkungan yang

membentuknya.

2) Pembiasaan hendaklah dilakukan secara kontinue, teratur dan

terprogram, sehingga pada akhirnya akan membentuk sebuah

kebiasaan yang utuh, permanen dan konsisten. Oleh karena itu

faktor pengawasan sangat menentukan dalam pencapaian

keberhasilan dari proses ini.

86Kemendiknas, Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa , Pedoman

Sekolah, (Jakarta :Balibang, 2010), h. 4.

Page 77: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

3) Pembiasaan hendaknya diawasi secara ketat, konsisten dan tegas,

jangan memberi kesempatan yang luas kepada anak didik untuk

melanggar kebiasaan yang telah ditanamkan.

4) Pembiasaan yang pada mulanya hanya bersifat mekanistis,

hendaknya secara berangsur-angsur dirubah menjadi kebiasaan

yang tidak verbalistik dan menjadi kebiasaan yang disertai dengan

kata hati anak didik itu sendiri.

4. Kelebihan dan Kelemahan Metode Pembiasaan

Setiap metode pembelajaran tidak ada yang lebih sempurna

dibandingkan dengan metode yang lainnya. Tiap metode tersebut memiliki

kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Satu metode dengan metode

yang lainnya bersifat saling melengkapi. Dengan demikian seorang

guru/kyai dalam mencapai tujuan pembelajarannya dianjurkan untuk tidak

hanya menggunakan satu metode saja.

Di antara kelebihan dan kelemahan metode pembiasaan adalah

sebagai berikut:87

a. Kelebihan

1) Dapat menghemat tenaga dan waktu dengan baik.

2) Pembiasaan tidak hanya berkaitan dengan aspek lahiriah tetapi juga

berhubungan dengan aspek bathiniyah.

3) Pembiasaan dalam sejarah tercatat sebagai metode yang paling

berhasil dalam pembentukan kepribadian santri.88

87Armai Arief,ibid., h. 115-116.

Page 78: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

b. Kelemahan

1) Membutuhkan tenaga pendidik yang benar-benar dapat dijadikan

sebagai contoh tauladan didalam menanamkan sebuah nilai kepada

anak didik.89 Oleh karena itu pendidik yang dibutuhkan dalam

mengaplikasikan pendekatan ini adalah pendidik pilihan yang

mampu menyelaraskan antara perkataan dan perbuatan, sehingga

tidak ada kesan bahwa pendidik hanya mampu memberikan nilai-

nilai tetapi tidak mampu mengamalkan nilai yang disampaikannya

terhadap anak didik.

2) Metode pembiasaan tidak mendidik siswa untuk menyadari dengan

analisis apa yang dilakukannya.90 Kelakuannya berlaku secara

otomatis tanpa ia mengetahui baik buruknya sehingga mereka belum

tahu kebiasaan mana yang baik dan mana yang buruk. Oleh karena

itu orang tua harus selalu mengawasi kebiasaan-kebiasaan yang

dilakukan oleh anaknya dan memberikan pengetahuan tentang

kebiasaan yang baik terhadap tingkah laku, perkataan dan sikap.

5. Metode Pembiasaan yang Digunakan di Pondok Pesantren

Metode pembiasaan yang digunakan di pondok pesantren yaitu

masih menggunakan metode lama atau tradisional, menurut kebiasaan-

88Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidik dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja

Rosdakarya,2005), h. 114. 89Ibid

90Ibid

Page 79: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

kebiasaan yang lama dipergunakan dalam institusi itu, metode pembiasaan

tersebut antara lain:

a. Sorogan yaitu suatu sistem belajar secara individual dimana seorang santri berhadapan dengan seorang guru, dengan sistem pengajaran

secara sorogan ini memungkinkan hubungan Kyai dengan santri sangat dekat, sebab Kyai dapat mengenal kemampuan pribadi santri secara satu persatu.

b. Bandungan yaitu sistem bandungan ini sertin disebut dengan Halaqoh dimana dalam pengajaran, kitab yang dibaca oleh Kyai hanya satu,

sedang para santri membawa kitab yang sama, lalu santri mendengarkan dan menyimak bacaan Kyai.

c. Weton. Istilah weton berasal dari bahasa Jawa yang diartikan berkala

atau berwaktu. Pengajian weton bukan merupakan pengajian rutin harian, tapi dilaksanakan pada saat tertentu misalnya pada setiap

selesai sholat Jum’at dan sebagainya.91

Pendapat yang lain mengatakan bahwa metode pembiasaan yang

digunakan di Pondok Pesantren adalah sebagai berikut:

a. Metode Sorogan b. Metode Wetonan/Bandongan

c. Metode Musyawarah/Bahtsul Masa’il d. Metode Pengajian Pasaran

e. Metode Hafalan (Muhafazhah) f. Metode Demonstrasi/Praktik Ibadah g. Metode Muhawarah

h. Metode Mudzakarah92

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas bahwa metode pembiasaan

yang digunakan di pondok pesantren adalah seperti sorogan, wetonan

(waktu), musyawarah, pengajian pasaran, hafalan, praktik ibadah, muhawarah

(berlatih bahasa Arab) dan mudzakarah (diniyah)

91 Ismail SM, Dinamika Pesantren dan Madrasah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2002), h. 15

92 Departemen Agama RI, Pola Pembelajaran di Pesantren, (Jakarta: Departemen

Agama RI, 2001), h. 10-25

Page 80: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

C. Implementasi Metode Pembiasaan dalam Penanaman Karakter Aswaja

di Pondok Pesantren

Penanaman karakter aswaja merupakan sistem penanaman yang

mengembangkan nilai-nilai karakater aswaja kepada santri sehingga mereka

memiliki nilai-nilai dan karakter serta menerapkan nilai-nilai aswaja tersebut

dalam kehidupan. Nilai karakter aswaja seperti tawasuth, tawazun, dan

ta’adul, yang diajarkan oleh Rosulullah SAW sedangkan tasamuh menjadi

dasar sikap kemasyarakatan aswaja. Nilai karakter aswaja tersebut yang

dikembangkan dalam lingkungan pondok pesantren melalui metode

pembiasaan.

Impelementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswaja

di Pondok Pesantren dilakukan dengan 4 prinsip yaitu tawasuth, tawazun,

ta’adul, dan tasamuh. Nilai tawasuth dalam karakter aswaja di pondok

pesantren mengajarkan tentang sikap yaitu dengan menggunakan metode

pembiasaan. Aswaja mengajarkan tentang sikap menghargai mayoritas dan

perbedaan karena aswaja lebih apresiatif teradap paradigma demokrasi.

Perbedaan di tengah umat merupakan keniscayaan, karena itu harus disikapi

secara arif dengan mengedepankan musyawarah tidak bisa disikapi secara

radikal dan ekstrim hanya karena keyakinan atas kebenaran sepihak. Di dalam

pondok pesantren diajarkan kepada seluruh para santri bahwa setiap santri

harus dapat membiasakan memiliki sikap kemasyarakatan yang dapat

diterima dan bekerjasama dengan semua kalangan, baik dalam internal umat

Islam, lintas agama dan bahkan dalam hubungan-hubungan internasional.

Page 81: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

Nilai karakter aswaja yaitu tawazun (berimbang) di ajarkan kepada

para santri gunanya untuk menanamkan nilai sikap berimbang dalam

melakukan pertimbangan-pertimbangan hukum atau proses. Seperti proses

harmonisasi dan integralisasi antara dalil nash dengan pertimbangan-

pertimbangan rasio menyebabkan posisinya seimbang dalam melakukan

putusan/kebijakan. Dalam hal sosial politik pun sikap tawazun diwujudkan

dengan pertimbangan secara komprehensip an holistic baik ekonomi politik,

dan hal-hal lainnya. Begitu juga dengan karakter ta’adul yaitu adil, para santri

diajarkan untuk bersikap adil dalam menyikapi suatu persoalan baik di

lingkungan asrama pondok pesantren maupun di luar pondok pesantren.

Pondok Pesantren memiliki kelebihan dalam menerapkan penanaman

karakter aswaja. Dengan adanya pondok pesantren implementasi penanaman

karakter aswaja lebih terpantau karena semua kegiatan santri telah terjadwal

dan terpantau dalam 24 jam. Implementasi penanaman karakter aswaja tidak

hanya berlangsung di asrama saja, namun juga terjadi sinkronisasi antara

pendidikan di asrama dan kegiatan di sekolah formal.

Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep,

kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan

dampak, baik perubahan, pengetahuan, keterampilan, maupun nilai dan

sikap.93Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep,

kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan

dampak, baik perubahan, pengetahuan, keterampilan, maupun nilai dan sikap.

93 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. 9,

(Jakarta: Balai Pustaka, 1997), h. 384

Page 82: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

Di dalam Pondok Pesantren pengembangan penanaman karakter

aswaja dilakukan melalui kegiatan pembelajaran, kegiatan rutin, kegiatan

spontan, pembiasaan dan pengkondisian, untuk kegiatan pembelajaran

penanaman karakter aswaja terintegrasi ke dalam setiap mata pelajaran

khususnya mata pelajaran aswaja.

Pengembangan penanaman karakter aswaja dalam metode pembiasaan

diantaranya para santri dibiasakan memanggil guru dengan panggilan ustadz

atau ustadzah. Pembiasaan ini dilakukan agar tercipta atmosfer keislaman

yang kental di lingkungan asrama. Santri juga dibiasanya untuk mencium

tangan guru ketika bertemu. Dengan hal ini diharapkan dapat mempeerat rasa

persaudaraan antar keluarga besar pondok pesantren.

Dalam kehidupan asrama para santri ditanamkan pendidikan karakter

aswaja dan situasi sosial kekeluargaan selama dua puluh empat jam, sehingga

tercipta ras kekeluargaan yang erat dan diimplementasikan dengan tasamuh

seperti menjenguk atau menunggu teman yang sakit, swadana untuk

membantu teman yang kesulitan dan infaq bulanan setiap asrama.

Metode pembiasaan pada penanaman karakter Aswaja di Pondok

Pesantren meliputi:

1. Kegiatan rutin, yaitu pembiasan yang dilakukan secara terjadwal, seperti shalat berjama’ah, mengaji kitab, shalat duha bersama, dan kegiatan lainnya.

2. Kegiatan yang dilakukan secara spontan, adalah pembiasaan yang dilakukan tidak terjadwal dalam kejadian khusus, misalnya pembentukan

prilaku memberi salam, menolong sesama, melakukan antian, dan kegiatan yang lainnya.

Page 83: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

3. Kegiatan dengan keteladanan, adalah pembiasaan dalam bentuk prilaku

sehari-hari, seperti berpakaian rapih dan sopan, berbaha baik dan santun, rajin dan tepat waktu.94

Pelaksanaan penanaman karakter, pembiasaan santri akan lebih efektif

jika ditunjang dengan keteladanan dari kyai, ustadz, ustadzah, serta pengurus

lainnya. Oleh kerenanya metode ini dalam pelaksanaannya tidak akan terlepas

dari keteladanan dan metode teladanan. Dimana ada kebiasaan disana ada

keteladanan. Kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus ini dalam teori

pendidikan akan membentuk karakter.

Pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja dilakukan secara berulang-

ulang agar sesuatu yang dilakukan menjadi kebiasaan. Metode pembiasaan

(habituation) ini berintikan pengalaman. Karana yang dibiasakan itu ialah

suatu yang diamalkan. Dan inti kebiasaan adalah pengulangan. Pembiasaan

menempatkan manusia sebagai sesuatu yang istimewa, yang dapat

menghemat kekuatan, karena akan menjadi kebiasaan yang melekat dan

spontan, agar kegiatan itu dapat dilakukan dalam setiap pekerjaan. Oleh

karena itu metode pembiasaan ini sangat efektif dalam rangka penanaman

karakter dan kepribadian santri. Pembiasaan pada pendidikan anak sangatlah

penting, khususnya dalam pembentukan pribadi dan akhlak. Pembiasaan

Aswaja akan memasukkan unsur-unsur positif pada perkembangan murid.

Semakin banyak pengalaman agama yang didapat murid melalui pembiasaan,

94 Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, (Bandung:

Alfabeta, 2012), h. 95

Page 84: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

maka semakin banyak pula unsur agama dalam pribadinya, dan semakin

mudahlah ia memahami ajaran agama.95

Dengan demikian, implementasi metode pembiasaan merupakan suatu

proses penerapan ide, konsep, kebijakan, inovasi atau cara yang dipakai

pendidik untuk membiasakan santri agar terbiasa berpikir dan bersikap sesuai

dengan ajaran agama Islam.

Implementasi metode pembiasaan sangat tepat diterapkan pada anak

pondok pesantren. Hal ini disebabkan karena anak tumbuh dan berkembang

menjadi mumayyiz (bisa membedakan), mulai bisa menalar, memahami, dan

mengetahui, Oleh karena itu, pembiasaan yang baik perlu diterapkan agar

kelak bisa menjadi kebiasaannya. Mendidik dan melatih setelah dewasa

sangat sukar untuk mencapai kesempurnaan.96

Setiapimplementasi metode pembiasaan, ada faktor pendukung dan

ada faktor penghambatnya yaitu sebagai berikut:

1. Faktor Pendukung

Faktor pendukung yang menunjang pelaksanaan metode

pembiasaan guna menanamkan karakter Aswaja adalah sebagai berikut:

a. Adanya dukungan penuh dari seluruh pihak seperti wali santri, warga

sekitar, serta kyai untuk membimbing dan membina santri

menanamkan karakter Aswaja.

95 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2005), h. 64-65.

96 Abdullah Ibnu Sa’d al-Falih, Tarbiyatul Abna`, terj. Kamran As’at Irsyady, Langkah

Praktis Mendidik Anak Sesuai Tahapan Usia , (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2007), h. 96.

Page 85: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

b. Adanya sarana dan prasana yang lengkap untuk memudahkan

pelaksaanan ajaran Aswaja serta adanya jadwal bagi guru/kyai untuk

mengontrol murid yang tidak melasanakannya.

c. Keteladanan ustadz atau ustadzah yang memberikan dampak positif

terhadap penanaman karakter aswaja.

d. Metode yang digunakan yaitu metode pembiasaan yang sarat dengan

penanaman karakter aswaja.

e. Bentuk keterlibatan organisasi pelajar dalam penanaman karakter

aswaja. Misalnya IPNU/IPPNU

2. Faktor Penghambat

Faktor penghambat dalam pelaksanaan metode pembiasaan guna

menanamkan karakter Aswaja adalah sebagai berikut:

a. Kurangnya penyatuan dan pemahaman guru dalam hal proses

pengembangan penanaman karakter aswaja

b. Kurangnya kesadaran santri untuk mengaplikasikan apa yang telah

dipelajari yaitu penanaman karakter aswaja di Pondok Pesantren.

c. Adanya perbedaan perilaku dari masing-masing santri (individu) yang

terkadang santri tidak mau melaksanakan pembiaasaan, teman sebaya.

d. Ada beberapa wali santri yang tidak bisa memantau aktifitas anaknya

saat dirumah dikarenakan mereka bekerja jauh dan ada juga anak yang

brokenhome (latar belakang keluarga).

Page 86: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

e. Dampak negatif teknologi seperti handphone, gameplay station serta

televisi yang bisa mempengaruhi perilaku santri dalam menjalani

kehidupan mereka sehari- hari.

f. Keberagaman latar belakang pendidikan santri sebelum masuk dalam

lingkungan Pondok Pesantren.

Page 87: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenisdan Sifat Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian Field Research atau disebut dengan

penelitian lapangan artinya “Penelitian yang secara intensif tentang latar

belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan sesuatu unit sosial,

individu, kelompok, lembaga dan masyarakat”.97

Berdasarkan pendapat tersebut Penulis mengadakan penelitian lapangan,

di Pondok Pesantren Darul A’mal Metro.

2. Sifat Penelitian

Sifat penelitian yang dilaksanakan ini merupakan penelitian yang

bersifat deskriptif yaitu Penelitian yang dilakukan untuk memberikan

gambaran tentang suatu peristiwa yang terjadi.98

Berdasarkan keterangan tersebut bahwa penelitian deskriptif merupakan

penelitian yang dilakukan untuk membuat gambaran secara sistematis, faktual

dan akurat mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian yang digambarkan

dengan kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang dapat diamati untuk

memperoleh kesimpulan.

97 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Edisi 1, (Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 2008), h. 80

98 Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 2002), h. 23

Page 88: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

B. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini menggunakan dua macam sumber data yaitu:

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah data yang diperoleh secara langsung

dari sumber asli, data primer dalam penelitian ini adalah sumber yang

penulis dapatkan langsung dari Pengasuh Pondok Pesantren, Ustadz dan

Ustadzah serta Santri.Adapun sampel yang digunakan adalah sampel

secara purposive yaitu sampel yang diambil secara acak dari seluruh santri

yang menjadi sumber langsung. Adapun santri yang menjadi sampel

adalah berjumlah 2 santri.

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak

langsung berupa jumlah keterangan atau fakta dengan memperlajari

bahan-bahan perpustakaan. Sumber sekunder merupakan sumber yang

diperoleh dari sumber pendukung untuk melengkapi dan memperjelas

sumber primer, yang berupa perpustakaan yang berhubungan erat dengan

obyek penelitian. Data yang diperoleh daripermasalahan di lapangan yang

terdapat pada lokasi penelitian berupa bacaan, bahan pustaka, dan laporan-

laporan penelitian.

Page 89: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

C. Teknik Pengumpulan Data

1. Interview / Wawancara

Teknik interview yang digunakan dalam penelitian ini adalah dalam

rangka mengumpulkan data melalui wawancara atau tatap muka langsung.

Interview yang sering juga disebut dengan wawancara atau kuesioner lisan

adalah “sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer)

untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviewer)”.99

Metode interview yang digunakan adalah metode interview bebas

terpimpin, artinya interview berjalan dengan bebas tetapi masih dalam

bingkai persoalan penelitian. Interview dilakukan dengan Pengasuh

Pondok Pesantren, Ustadz dan Ustadzah serta Santri untuk mengetahui

proses penanaman karkater Aswaja NU, dan lain sebagainya.

2. Observasi

Observasi adalah “suatu proses yang tersusun dari perbagai proses

biologis dan psikologis. Dua di antara yang penting adalah proses-proses

pengamatan dan ingatan”.100

Observasi ini untuk mendukung data-data yang telah dikumpulkan

melalui wawancara dengan Pengasuh Pondok Pesantren, Ustadz dan

Ustadzah dalam menggambarkan kinerja para ustadz/ustadzah dalam

99 Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, h. 132

100 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Cet. 14, (Bandung:

Alfabeta, 2011), h. 145

Page 90: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

proses penanaman karakter aswaja NU. Observasi dilakukan dengan cara

melihat langsung proses penanaman karakter aswaja NU.

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah “mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,

notulen rapat, agenda dan lain sebagainya”.101

Dokumentasi dalam penelitian ini adalah diambil dari dokumentasi

yang ada di Pondok Pesantren Darul A’mal Metro yaitu sejarah berdirinya

Pondok Pesantren Darul A’mal Metro, Visi Misi Pondok Pesantren Darul

A’mal Metro, Letak Geografis Pondok Pesantren Darul A’mal Metro, data

ustadz dan karyawan Pondok Pesantren Darul A’mal Metro, data santri

Pondok Pesantren Darul A’mal Metro, sarana prasarana Pondok Pesantren

Darul A’mal Metro, dan struktur organisasi Pondok Pesantren Darul

A’mal Metro.

D. Teknik Penjamin Keabsahan Data

Penyajian data atau teknik untuk mencapai kreadibilitas data perlu di

uji keabsahan serta kebenarannya dengan menggunakan trianggulasi.

Trianggulasi dalam penelitian ini diartikan “sebagai sumber dengan berbagai

101 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, h. 135

Page 91: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

cara dan waktu”.102 Namun dalam penelitian ini yang digunakan adalah

trianggulasi teknik pengumpulan data.

Trianggulasi teknik pengumpulan data adalah “penggunaan beragam

teknik pengungkapan data yang dilakukan kepada sumber data”.103 Menguji

kreadibilitas data dengan trianggulasi teknik yaitu mengecek data kepada

sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Contoh mengungkapkan data

tentang aktivitas santri di lingkungan Pondok Pesantren dengan teknik

wawancara, lalu dicek dengan observasi ke lingkungan Pondok Pesantren

melihat aktivitas kegiatan santri.

E. Analisis Data

Setelah data dikumpulkan di lapangan, maka analisis yang digunakan

adalah Analisis kualitatif interaktif yang terdiri dari alur kegiatan yang

berjalan simultan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan

kesimpulan. Sebagaimana Miles dan Huberman mengemukakan bahwa:

"Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukann secara interaktif dan

berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah

jenuh. Aktivitas dalam nalisis data, yaitu data reduction, data display, dan

conclusiondrawing/ verification”.104

102 Djam’an Satori, Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet. 4,

(Bandung: Alfabeta, 2012), h. 170

103Ibid, h. 171

104 Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif dan R&D, (Bandung: Al-

Fabaeta, 2006), h. 337

Page 92: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

1. Reduksi Data

Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan,

perhatianpada penyederhanaan, pengabsahan, dan transformasi data kasar

yang muncul di lapangan. Reduksi data ini berlangsung terus

menerusselama penelitian. Caranya antara lain melalui seleksi data yang

ketat menggolongkan dalam pola yang lebih luas.

2. Penyajian Data

Alur kegiatan analisis data yang kedua adalah penyajian data, yaitu

menggelar data dalam bentuk sekumpulan informasi. Dengan cara ini

diharapkan mempermudah penarikan kesimpulan, pengambilan verifikasi

atau bisa melengkapi data yang masih kurang melalui pengumpulan data

tambahan dan reduksi data.

3. Penarikan Simpulan

Penarikan kesimpulan merupakan bagian dari aktivitas data.

Aktivitas ini dimaksudkan untuk memberikan makna terhadap analisis,

menjelaskan pola urutan dan mencari hubungan di antara dimensi-dimensi

yang diuraikan. Di samping itu, kendati data telah disajikan bukan berarti

proses analsis data sudah final, akan tetapi masih ada tahapan berikutnya

yaitu penarikan kesimpulan dan verivikasi yang merupakan pernyataan

singkat sekaligus merupakan jawaban dari persoalan yang dikemukakan.

Page 93: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Umum Penelitian

1. Sejarah Singkat Pondok pesantren Darul A’mal Metro

Berdirinya pondok pesantren Darul A’mal berawal dari

keprihatinan para tokoh masyarakat, khususnya yang berada di lingkungan

V dan VI, kelurahan Mulyojati kota Metro Propinsi Lampung. Mereka

melihat perbandingan sekolah umum dan agama tidak berimbang. Selain

para itu juga terjadi krisis moral di kalangan pemuda setempat.

Keprihatin para warga tersebut disampaikan kepada KH.Khusnan

Mustofa Ghufron, ketua DPRD Lampung Tengah pada waktu itu, saat ia

sedang mengisi pengajian di musholla Al-Hidayah, dalam peringatan Isra’

Mi’raj Nabi Muhammad SAW tahun 1983. Keinginan warga tidak

bertepuk sebelah tangan, sebab KH.Khusnan Mustofa Ghufron memiliki

keinginan yang sama. Mendirikan pondok pesantren didaerahnya,

sehingga dukungan masyarakat terus mengalir.

Kemudian warga pun menginformasikan tentang lahan yang bisa

dipakai untuk pesantren. Kebetulan lahan itu dijual oleh pemiliknya.

Lahan tersebut merupakan lingkungan terisolir, diapit sungai dan

persawahan. KH. Khusnan segera membeli lahan seluas 2,5 hektar

tersebut, dari situlah bermula pembanguna pondok pesantren. Pondok

pesantren Darul A’mal pertama kali didirikan tahun 1986 dan diberi nama

Page 94: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

Darul A’mal. Lokasinya di mulyojati 16 B, kecamatan Metro Barat Kota

Metro Propinsi Lampung.

Mulyojati merupakan sebuah kelurahan yang terletak dijantung

kecamatan Bantul, sehingga segala aktivitas kegiatan pemerintahan di

pusatkan di mulyojati. Termasuk pendidikan formal dari tingkat taman

kanak-kanak hingga setara SMA. Mengelola pondok pesantren KH.

Khusnan tidak bisa bekerja sendirian. Beliau segera mencari Ustadz dari

beberapa tempat di pulau Jawa. Sebagai pendatang baru, hanya sembilan

orang yang tercatat sebagai santrinya. Mereka berasal dari desa setempat,

itupun tidak diasramakan.

Setelah 25 tahun berdiri, jumlah santrinya mencapai 1065 orang.

Mereka bukan saja datang dari kawasan Lampung, tetapi juga dari

beberapa daerah Sumatera dan Jawa. Para santri dibimbing para kyai dan

alumni Pondok Pesantren.

Pondok Pesantren Darul A’mal berafiliasi ke kalangan Nahdliyin,

sebab KH. Khusan Musthafa Ghufron tercatat sebagai ketua Pimpinan

Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Lampung. Karena itu para santri

diarahkan agar prilaku dan ibadahnya tidak terlepas dari ajaran organisasi

NU. Mendidik para santrin yang berhaluan Ahlussunnah Wal Jama’ah,

Pondok Pesantren Darul a’mal mempunyai kekhususan. Meliputi bidang

Aqidah mengikuti ajaran KH. Hasyim Asy’ari dan Imam Al mansyur Al

Maturidi. Bidang Fiqih Mengikuti Imam Syafi’i. Bidang Tasawuf

Mengikuti Imam Alghozali.

Page 95: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

Pada pendidikan Formal, Pondok Pesantren Darul A’mal

menyelenggarakan Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, dan

Madrasah non Formal, Madrasah Diniyah Salafiyah. Selain itu juga, untuk

menunjang kegiatan para santri, Pondok Pesantren Darul A’mal menjalin

kerjasama dengan Departemen Tenaga Kerja, berupa pelatihan

ketrampilan.seperti menjahit, instalasi listrik, anyaman atau kursi rotan,

perbengkelan dan peternakan. Cara ini dimaksudkan untuk memberikan

bekal kepada para santri. Terutama bila kelak telah menyelesaikan

pendidikannya, sehingga mereka bisa mandiri dan berwirausaha.

Kepemimpinan pondok pesantren Darul a’mal Metro terbagi dalam

dua generasi, yaitu masa KH. Khusnan Mustofa Ghufron (Alm), dan

generasi dipegang oleh KH. Dahlan Rosyid.105

1. Generasi Pertama KH. Khusnan Mustofa Ghufron (Alm)

Seorang pemuda yang berasal dari tanah Jawa Timur (Blitar),

dengan kehidupan yang serba sederhana yang berbudi pekerti luhur dan

menjunjung tinggi nilai-nilai syari’at Islam dalam wadah nahdliyin yang

bernama mansur, merupakan salah seorangputra dari toko cendikiawan

m,uslim ditanah Jawa yaitu Abah Jaswadi. Mansyur merupakan putra

pertama dari 10 bersaudara, sehingga secara otomatis Dia menjadi panutan

sekaligus tumpuan tanggung jawab atas adik-adiknya. Mansyur kian

beranjak dewasa sampai akhirnya dapat melangsungkan kehidupannya

dengan seorang wanita sholihah yang bernama Sri Aminah. Dengan

105Hasil Dokumentasi dan Wawancara dengan Pengasuh Pondok Pesantren Darul

A’mal pada Tanggal 17 Februari 2017

Page 96: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

kehidupan yang seadanya dengan mata pencarian petani, Mansyur dapat

mencukupi kebutuhan sehari-hari bersama sang istri, sehingga tanpak

mesra dan tentram. Karena selalu dilandasi dengan keimanan, menjunjung

tinggi akhlak dan berpegang teguh kepada hukum Allah, karena ini

merupakan poin center dalam menjalani sebuah kehidupan. Keluarga yang

sakinah, mawadah dan warohmah adalah nuansa yang terindah yang

menjadi idaman bagi kaum Adam dan Hawa ketika telah mengikrarkan

akad nikah. Keluarga Mansyur tampak semakin harmonis tatkala dalam

rahim istri telah tertanam benih buah hati yang selama ini sangat

dirindukan dan menjadi kebanggaan dalam satu keluarga.

Tiga tahun sebelum Proklamasi Kemerdekaan pada tahun 1942,

bertambahlah kebahagiaan keluarga Kiai Mansyur dan Nyai Sri Aminah.

Dimana pada saat itu lahirlah putra pertamanya yang kelak akan menjadi

seorang ulama besar yang tak kenal takut dalam menegakkan kebenaran.

Bayi yang telah lahir tersebut diberi nama Khusnan Musthofa

Ghufron yang lahir disaat Banggsa Indonesia sedang mengalami revolusi

fisik, dalam rangka memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari para

penjajah Belanda. Dimana pada saat itu cengkraman penjajah masih pada

kuat, saat menentang menginjak-injak hak, kebidohan dan kesengsaraan

masih begitu lekat.

Sebuah suasana kelahiran yang mengingatkan lahirnya tokoh-tokoh

besar, seakan memberi isyarat bahwa calon tokoh inilah yang nantinya

akan menegakkan yang hak dan yang menghilangkan kemungkaran.

Page 97: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

Khusnan Musthofa Ghufron yang sejak lahir sudah diperkenalkan dengan

semaraknya suara ledakan senapan dan dentuman bom, telah merasakan

pahit getirnya Bangsa yang dijajah. Sehingga terbentuklah dalam jati diri

Beliau keperibadian yang gigih, pemberani, tegas, sangat membenci

terhadap semua kemungkaran.

Pada tahun 1960, KH. Khusnan Musthofa Ghufron masuk kedalam

sebuah organisasi dan juga sekaligus menjadi masa-masa awal Beliau

berkenalan dalam dunia politik. Organisasi yang pertama kali Beliau jejaki

pada saat itu cukup besar, salah satu organisasi dibawah naungan

Nahdlotul Ulama’ yaitu organisasi Anshor yang pada saat itu Beliau

langsung menjabat sebagai ketua Anshor dan didampingi oleh K.H

Syamsudin Thohir sebagai sekertaris.

Masuk KH. Khusnan Musthofa Ghufron kedalam organisasi

Anshor pada saat itu semata-mata pengabdian terhadapNahdlotul Ulama’.

Kepemimpinan Beliau sangat royal dan komitmen dalam bertindak dan

menentukan sebuah kebijakan, selain itu Beliau juga menjunjung tinggi

nilai-nilai Syari’at Islam yang termuat dalam wadah Nahdiyyin yang

berbasis Ahlusunnah wal Jama’ah.

KH. Khusnan Musthofa Ghufron adalah seorang pribadi yang

sederhana, namun beliau mampu memikul beban dan amanah yang telah

Beliau sandang. Masyarakat Lampung semakin yakin dan mengakui akan

keberhasilan Beliau dalam memimpin, sehingga pada masa periode 1982-

1987 beliau menjabat sebagai anggota DPRD dan wakil DPRD selama dua

Page 98: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

periode. Ini adalah sebuah bukti yang riil bahwa kepemimpinan Beliau

dapat terpercaya.

KH. Khusnan Musthofa Ghufron adalah sesosok ulama yang bijak,

memiliki kecerdasan, emosional yang mapan dan dapat mengertikan

situasi dan kondisi yang ada, mampu mnyesuaikan terhadap lingkungan,

disamping itu Beliau memiliki berbagai kelebihan yang tidak dimiliki oleh

orang0orang awam, Beliau memiliki keilmuan batin yang sangat dalam

dan Beliau juga dapat mengetahui suatu perkara yang belum terjadi. Maka

sudah sewajarnya keberadaan beliau dalam pandangan masyarakat sangat

beribawa, dan menjadi panutan sekaligus tumpuan ketika mereka tertimpa

beragam maslah.

Selang waktu yang tidak cukup lama, pondok pesantren pun dapat

didirikan, yang diberi nama Darul A’mal. Dimulai dengan membangun

sebuah musholla kecil, guna untuk tempat sarana peribadatan dan dalem

untuk tempat istirahat Beliau bersama keluarga berikut santrinya. Santri

pertama pada awal didirikan pondok pesantyren Darul A’mal ini kurang

lebih berjumlah sepuluh santri yang mukim bersama Beliau. Adapun

tenaga pengajar pada saat itu adalah K.H. Syamsudin Thohir, Beliau

adalah rekan yang setia berjuang bersama KH. Khusnan Musthofa

Ghufron, dari masa muda dan ikut serta dalam membangun dan merintis

pondok pesantren Darul A’mal.

Selang beberapa tahun, pondok pesantren Darul A’mal tanpaknya

mulai mangalami kemajuan, mengingat santri yang mukim sudah lumayan

Page 99: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

banyak, akhirnya KH. Khusnan Musthofa Ghufron memutuskan untuk

mendirikan sebuah masjid dan asrama putra dan putri. Adapun dana

anggaran dana yang digunakan itu adalah merupakan hasil peras keringat

beliau sendiri, Beliau tidak mengajukan proposal guna untuk

penggalangan dana, bahkan ada yang mengkisahkan ketika Beliau hendak

diberi sumbangan dana untuk pembangunan pondok pesantren, Beliau pun

sempat menolaknya. Hal ini dilakukan Beliau, bukan semata-mata karena

beliau sombong atau menganggap remeh, namun Beliau hanya tidak ingin

merepotkan pihak lain. Inilah salah satu bukti bahwa Beliau sangat

bersungguh-sungguh untuk mengabdikan jiwa dan raga bahkan harta yang

Beliau miliki, semua direlakan demi terwujudnya pondok pesantren Darul

A’mal.

Pondok pesantren Darul A’mal terletak disebuah pedukuan yang

masuk dalam wilayah desa Mulyojati 16 b, Kec. Metro Barat. Sebagai

umumnya pondok pesantren lain yang berbasis Nahdlatul Ulama (NU),

pondok pesantren ini mengikuti faham Ahlusunnah wal Jama’ah (NU).

Dengan semangat juang yang tiada tara, beliaua terus melanjutkan

perjuangan hingga akhir hayat.

Selain itu, muncul usulan ini berlatar belakang oleh satu hal yang

menjadi keinginan masyarakat, bahwa Darul A’mal harus menjadi salah

satu sumber ilmu, bagi para calon cendekiawan Muslim khusus golongan

Ahlusunnah wal Jama’ah (NU), di Bumi Lampung ini. Karena beragam

Page 100: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

cara untuk menyiarkan agama, salah satu diantaranya yaitu dalam sistem

pendidikan.

Begitulah kisah seorang KH. Khusnan Musthofa Ghufron, yang

telah memulai sesuatu dari bawah, sehingga mampu meletakan sebuah

tongkat sejarah pesantren berikut lembaga pendidikan formal, sekaligus

menciptkan nasab yang sekarang meneruskan estafet perjuangan Beliau.

Dan yang terlebih tidak ternilai lagi telah mampu membuat karya besar

sebuah nama pesantren Darul A’mal, yang tiap hari ratusan santri

menuntut ilmu dan sejuta hikmah didalamnya.

Bandar Lampung, 21 Agustus 2001 dalam usia 54 tahun Beliau

KH. Khusnan Musthofa Ghufron menghembuskan nafas terakhir. Beliau

seorang toko ulama dan seorang toko masyarakat yang selama ini

dikagumi dan disayangi oleh masyarakat khususnya warga Nahdliyin hari

itu semua berduka cita dan bergabung. Sesuai dengan wasiat beliau ingin

dimakamkan di kompleks pondok pesantren Darul A’mal, pondok yang

didirikan pada tahun 1987.

2. Generasi Kedua KH. Dahlan Rosyid

Setelah KH. Khusnan Musthofa Ghufron meninggal kemudian

dilanjutkan oleh KH. Dahlan Rosyid sehingga sekarang. Beliau dilahirkan

di simpang NP. Sukaraja Nuban tanggal 08 Agustus 1968. Pendidikan di

pesantren Beliau tempuh di pondok pesantren Nasrul Ulum Blitar Jwa

Timur selama kurang lebih 18 tahun.

Page 101: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

Pengajian Al-Qur’an dan kitan kuning makin teratur, sehingga

dipandang perlu mendirikan Madrasah Diniyah pada tahun 1999.

Kemudian Madrasah/sekolah mulai menyusul didirikan. Hal ini

dimungkinkan karena pengajian kitab kuning menjadi inti pengajaran.

Madrasah diniyah itu bersama-sama sekolah dan madrasah kurikulum

Nasional, serta kegiatan kepesantrenan lainnya menempatkan Darul A’mal

dalm keaktifan meningkatkan mutu sumber daya manusia.

Menjawab tantangan pembangunan nasional mendatang, Pondok

pesantren ini dituntut untuk terus mengembangkan diri, lahan di kompleks

Mulyojati yang hanya seluas kurang lebih 3.650 m2 sudah tidak memadai

lagi untuk perkembangan jumlah santri dan satuan pendidikan yang

dirintis, sehingga dukungan besar dari semua pihak sangat diperlukan.

Darul A’mal secara umum berfungsi sebagai lembaga tafaquh fiddin (

pendalaman ilmu-ilmu agama). Sesuai dengan kemampuan dan

pertimbangan situasional dewasa ini, sedangkan secara khusus

mengarahkan diri untuk berfungsi sebagai :

6. Lembaga dakwah yang menyebar luaskan nilai-nilai Islam Aswaja di

masyarakat.

7. Lembaga pendidikan yang aktif menanamkan nilai-nilai ke-Islaman,

kemasyarakatan, dan kebangsaan.

8. Lembaga pengajaran yang mencerdaskan para santri dengan berbagai

ilmu dan pengetahuan.

Page 102: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

9. Lembaga pelatihan yang membekali para santri dengan keterampilan

sebagai bekal hidup dikemudian hari.

10. Lembaga pengembangan masyarakat yang mengentaskan/

menginspirasikan santri dari kalangan kurang mampu untuk dibina.Atas

tanggung jawab dan keswadayaan mereka menuju kehidupan yang

lebih baik.106

2. Visi , Misi, dan Tujuan Pondok Pesantren Darul A’mal

Visi, Misi dan Tujuan Pondok Pesantren Darul A’mal Metro antara

lain adalah sebagai berikut:

a. Visi Pondok Pesantren Darul A’mal Metro

Mewujudkan santri yang beriman, taqwa, berwawasan luas dan

memiliki skill.

b. Misi Pondok Pesantren Darul A’mal Metro

1) Mengoptimalkan semua elemen pembelajaran

2) Mengikutsertakan Santri dalam kegiatan eksternal dan internal

3) Melengkapi sarana dan prasarana pondok pesantren

4) Meningakatkan pelayanan dalam berbagai sektor

5) Open management

c. Tujuan Pondok Pesantren Darul A’mal Metro adalah :

1) Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang

Maha Esa

106Ibid

Page 103: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

2) Mengembangkan potensi santri, agar menjadi manusia yang

berakhlakul karimah, berilmu, berdedekasi tinggi, kreatif, peduli,

mandiri, dan tanggung jawab.107

3. Letak Geografis Pondok Pesantren Darul A’mal

Pondok Pesantren Darul A’mal terletak tepatnya di jalan pesantern

Kelurahan Mulyojati Kota Metro Propinsi Lampung. Pemilihan lokasi

dalam penelitian ini, di nilai sangat strategis bagi para santri yang mondok

di Darul a’mal, baik santri yang berpendidikan formal maupun non formal.

Adapun batas-batas lokasi Pondok Pesantren Darul a’mal kota metro

adalah sebagai berikut:

1. Sebelah Barat berbatasan dengan sungai

2. Sebelah Timur berbatan dengan jalan sungai

3. Sebelah Utara berbatasan dengan sungai

4. Sebelah Selatan berbatasan dengan pondok putri.108

4. Kondisi Pondok Pesantren Darul A’mal Metro

Adapun Identitas Pondok pesantren Darul A’mal Metroadalah

sebagai berikut:

No. Statistik Lama : 042187207001

No. Statistik Baru : -

Nama pondok : Darul A’mal Metro

Alamat Pondok : Jln. Pesantren Mulyojati 16 B

107Ibid 108Ibid

Page 104: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

Provinsi : Lampung

Kabupaten / Kota : Kota Metro

Kecamatan : Metro Barat

Desa / Kelurahan : Mulyojati

Kode Pos : 35124

No. Tlpn : 0725-44418

E- Mail : [email protected]

Tahun Berdiri : 1407 Hijriyah/1987 Masehi109

5. Data Guru/Ustadz/ Pengurus Pondok Pesantren Darul A’mal

Keadaan atau data guru dan karyawan Pondok Pesantren Darul

A’mal Metro tahun 2017 adalah sebagai berikut dikemukakan pada tabel

di bawah ini:

Tabel 1

Data Ustadz dan Ustadzah Pondok Pensantren Darul A’mal Tahun

Pelajaran 2016/2017

NO USTADZ NO USTAZDH

1 Ust. Ahmad Faizun,S.Pd.I. 1 Ustadzah Yusni Setiawati

2 Ust. Khoirul Imam,A.Md. 2 Ustadzah Khoirotul

Fathonah,S.Pd.I.

3 Ust. Syaikhoni 3 Ustadzah Nur Azizah,S.Pd.I.

4 Ust. M Sholih 4 Ustadzah Lina

Baiturrohmah,A.Md.Keb.

5 Ust. M. Ridwan 5 Ustadzah Masruroh

6 Ust. Mahfudz Zaini,S.Pd.I. 6 Ustadzah Dewi Parwanti

109Ibid

Page 105: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

7 Ust. Muthohar 7 Ustadzah Dian Ristianti

8 Ust. Zakaria Mahmudi 8 Ustadzah Indah Khusnaini

9 Ust. A. Saiful Bahri 9 Ustadzah Anisa Fitri

10 Ust. Muh Rifa'i 10 Ustadzah Binti Nafsiah

11 Ust. Syahrul Munir 11 Ustadzah Eka Vila Ilmiyah

12 Ust. Dedi Ridho Ramadhan 12 Ustadzah Eva Puspita,S.Pd.I.

13 Ust. Hendriyanto 13 Ustadzah Italiatul Mutoharoh

14 Ust. Luqmanul Hakim,S.Pd.I 14 Ustadzah Linda Meiliawati

15 Ust. M Muhsin 15 Ustadzah Nur Rohmatul Laili

16 Ust. Muhtar Fauzi 16 Ustadzah Siti Muhimmatur R

17 Ust. Ahmad Badawi 17 Ustadzah Sri Kurnia Zain

18 Ust. Nur Saifudin 18 Ustadzah Uswatun Hasanah J

19 Ust. Rijal fadli 19 Ustadzah Uswatun Khasanah kb

20 Ust. Rahmat Hidayat 20 Ustadzah Yeni Putri Wulantini

21 Ust. Luthfi Hakim,S.Pd.I. 21 Ustadzah Husniah Nur Janah

22 Ust. Rodhul Ahyar,S.Pd.I. 22 Ustadzah Yunita Sari

23 Ust. Rahmat,S.Pd.I. 23 Ustadzah Alfi Nur Khotamin

24 Ustadzah Khairani Elfandari

Sumber: Dokumentasi Pondok Pesantren Darul A’mal 16 C Metro Tahun

Pelajaran 2016/2017110

110Ibid

Page 106: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

Berdasarkan tabel di atas bahwa jumlah seluruh Ustadz, Ustadzah

serta pada karyawan Pondok Pesantren Darul A’mal Metro adalah jumlah

Ustadz seluruh ada 23 orang, sedangkan Ustadzah seluruh ada 24 orang.

Jadi jumlah keseluruhan adalah 47 orang.

6. Data Santri Pondok Pesantren Darul A’mal

Keadaan atau data santriPondok Pesantren Darul A’mal Metro

tahun 2017 adalah sebagai berikut dikemukakan pada tabel di bawah ini:

Tabel 2

Data Santri Pondok Pesantren Darul A’mal Tahun Pelajaran

2016/2017

No. Kelas Abjad Putra Putri Jumlah Jumlah

Seluruh

1

Sabrowi

A 32 30 62

252 2 B 33 31 64

3 C 33 31 64

4 D 32 30 62

5

Nahwu Jowo

A 33 35 68

333

6 B 32 34 66

7 C 33 34 67

8 D 30 37 67

9 E 28 37 65

10

Jurumiyah

A 35 37 72

366

11 B 37 37 74

12 C 36 37 73

13 D 36 37 73

14 E 37 37

15 F 37 37

16

Al-Imrithi

A 27 34 61

227 17 B 28 35 63

18 C 28 37 65

19 D 38 38

Page 107: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

20 Alfiyah Awal

A 52 31 83

150 21 B 33 33

22 C 34 34

23 Alfiyah Tsani

A 37 30 67

126 24 B 26 26

C 33 33

Total 1454

Sumber: Dokumentasi Pondok Pesantren Darul A’mal 16 C Metro Tahun Pelajaran 2016/2017111

Berdasarkan tabel di atas bahwa jumlah seluruh santri Pondok

Pesantren Darul A’mal Metro adalah jumlah santri kelas Sabrowi ada 252

santri, jumlah santri kelas Nahwu Jowo ada 333 santri, jumlah santri

Jurumiyah ada 366, jumlah santri kelas Al-Imrithi ada 227 santri, jumlah

santri kelas Alfiyah Awal ada 150 santri, dan jumlah santri kelas Alfiyah

Tsani ada 126 santri. Jadi jumlah keseluruhan adalah 1454 santri.

7. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Darul A’mal

Pondok pesantren yang didalamnya terdapat banyak personil yaitu

pengasuh, pengurus, serta para santri yang semuanya memerlukan suatu

wadah atau organisasi, agar perjalanan belajar mengajarnya bisa berjalan

lancar. Berikut ini adalah Struktur Organisasi Pondok Pesantren Darul

A’mal.

111Ibid

Page 108: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

Gambar 1

Struktur Organisasi

Pondok Pesantren Darul A’mal Tahun Pelajaran 2016 / 2017112

112Ibid

Pengasuh Pondok Pesantren Darul A”Amal

Gus Umar Anshori Khusnan

Ketua Umum

Gus Qodratullah

Dewan Tahkim 1. Gus Wahid Asyari, M.Pd.I

2. Uts. Mufid Arsyad, M.H.I 3. Ust. Luthfi Hakim, S.Pd.I

4. Ust. Tamyizul Maksum, S.Pd.I

5. Ust. Alwi Rosyid, S.Pd.I

6. Ust. Rahmat, S.Pd.I

7. Dewan Asatidz

Dewan A’wam 1. KH. Ahmad Dahlan

Rosyid 2. KH. Zainal Abidin

Ketua

M. Zakaria Mahmaudi

Wakil Ketua

muthohar

Sekretaris

Hendriyanto

Wakil Sekretaris

Fuad Hasan Ulinuha

Bendahara

Rijal Fadli

Dep. Pendidikan dan

Dakwah 1. M. Muhsin

2. Dedi Ridho R 3. Ihsanuddin 4. Ahmad Badawi

5. Syaiful Anwar 6. Al Ma’rufudin

7. Imam Hanafi 8. Imam Syafi’i 9. Ari Andika

Bendahara

Rijal Fadli

Dep. Pertahanan dan keamanan

1. Misbahul Munir 2. Rahmat Hidayat

3. Rendi Sonia Tarmendi 4. Nasrudin 5. A. Riyan Syaifudin

6. Khoiruman Azam 7. Budi Saputra

8. Sigit Saputra 9. Khoirul Anam 10. Ali Zainal Abidin

Dep Kesehatan 1. Muhtar Dauzi

2. Syaiful Fatah

3. Farhan Ali

Santri

Page 109: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

8. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Darul A’mal

Untuk menunjang kegiatan belajar mengajar di pondok pesantren

Darul A’maldilakukan berbagai upaya dengan memenuhi sarana dan

fasilitas belajar mengajar. Untuk tercapainya kelancaran dan diadakan

proses belajar mengajar sarana dan prasarana merupakan faktor yang

sangat penting.

Kondisi lingkungan pondok pesantren Darul A’mal disini

mencakup sarana fisik yang disediakan oleh pondok sebagai santri Darul

A’mal maupun bagi tamu yang berkepentingan dengan pondok pesantren

Darul A’mal. Adapun saran fisik pondok pesantrean Darul A’mal metro

dapat diketahui secara terperinciyaitu asrama putra ada 5 ruang (baik),

asrama putrid ada4 ruang (baik), masjid 1 (baik), ruang belajar ada26

(baik), ruang pimpinan / kyai ada 3 ruang (baik), ruang kantor ada 2 ruang

(baik), klinik 1 ruang (baik), ruang kegiatan santri 26 ruang (baik), kamar

madi/WC ustadz 4 ruang (baik), dan kamar mandi WC santri ada 17 ruang

(baik).

Lebih jelasnya akan di uraikan lewat tabel di bawah ini sebagai

berikut:

Tabel 4

Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Darul A’mal Tahun

Pelajaran 2016/2017

No Sarana Dan Prasarana Jumlah Ket

1 Asrama Putra 5 Ruang Baik

Page 110: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

2 Asrama Putri 4 Ruang Baik

3 Masjid 1 Ruang Baik

4 Ruang Belajar 26 Ruang Baik

5 Ruang Pimpinan/Kyai 3 Ruang Baik

6 Ruang Kantor 2 Ruang Baik

7 Musulla 2 Ruang Baik

8 Klinik 1 Ruang Baik

9 Ruang Kegiatan Santri 26 Ruang Baik

10 Kamar Mandi/Wc Ustadz 4 Ruang Baik

11 Kamar Mandi/Wc Santri 17 Ruang Baik

Sumber: Dokumentasi Pondok Pesantren Darul A’mal Tahun Pelajaran 2016/2017.113

B. Temuan Khusus Penelitian

1. Implementasi Metode Pembiasaan dalam Penanaman Karakter

Aswaja di Pondok Pesantren Darul A’mal Metro Lampung

Penanaman karakter Aswaja merupakan suatu upaya yang dilakukan

secara sadar, terarah dan berkesinambungan untuk memperkenalkan dan

menanamkan paham keagamaan Aswaja kepada santri, agar mereka

mengetahui, meyakini dan mengamalkannya dalam pengertian

menjadikannya sebagai pedoman kehidupan pribadi, bermasyarakat,

113Ibid

Page 111: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

berbangsa dan bernegara. Penanaman karakter Aswaja dilakukan melalui

aktivitas bimbingan, pengajaran, latihan, serta pengalaman belajar.

Ada tiga pokok ajaran penanaman karakter aswaja yaitu aqidah,

syariat dan akhlak (tawasuf). Aqidah adalah pengakuan dan pembenaran yang

berkonsekuensi adanya penerimaan dan ketundukan. Aqidah dapat di

prinsipkan menjadi tiga bagian yaitu:Keseimbangan dalam penggunaan dalil

‘aqli dan dalil naqli, memurnikan aqidah dari pengaruh luar Islam, dan Tidak

gampang menilai salah atau menjatuhkan vonis syirik, bid’ah apalagi kafir

Selanjutnya adalah syariat, yaitu sumber-sumber hukum yang

digunakan dalam pembelajaran aswaja seperti Al-Qur’an, hadits, ijma’, dan

qiyas. Syariat dalam ajaran aswaja ada tiga pokok penting yaitu: berpegang

teguh kepada Al-Qur’an dan Hadis dengan menggunakan metode yang dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah, akal baru dapat digunakan pada

masalah yang tidak ada nash yang jelas (sharih/qath’i), dan dapat menerima

perbedaan pendapat dalam menilai masalah yang memiliki dalil yang multi

interpretative (zhanni)

Sedangkan akhlak (tasawuf) dalam ajaran aswaja meliputi: tidak

mencegah, bahkan menganjurkan usaha memperdalam penghayatan ajaran

Islam, selama menggunakan cara-cara yang tidak bertentangan dengan

prinsip-prinsip hukum Islam, mencegah sikap berlebihan (ghuluw) dalam

menilai sesuatu, dan nerpedoman kepada Akhlak yang luhur. Misalnya sikap

syaja’ah atau berani (antara penakut dan ngawur atau sembrono), sikap

Page 112: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

tawadhu’ (antara sombong dan rendah diri) dan sikap dermawan (antara kikir

dan boros)

Adapun nilai-nilai yang diajarkan dalam karakter aswaja, baik dalam

aqidah (iman), syariat (Islam) ataupun akhlak (ihsan), yang diajarkan oleh

Rasulullah SAW yaitu: Tawassuth, Al-Tawazun, dan I’tidal. Namun Tasamuh

menjadi dasar sikap kemasyarakatan Aswaja.

Pendidikan karakter juga menjadi dasar dalam pembentukan kualitas

bangsa. Karakter bangsa yang perlu dipelihara terkait dengan nilai-nilai sosial

seperti toleransi, kebersamaan, kegotongroyongan, saling membantu dan

menghormati. Pendidikan karakter memerlukan metode khusus yang tepat

agar tujuan pendidikan tercapai. Metode yang sesuai adalah metode

pembiasaan.

Metode pembiasaan merupakan proses pembentukan sikap dan

perilaku yang relative menetap dan bersifat otomatis melalui proses

pembelajaran yang berulang-ulang, baik dilakukan secara bersama-sama

ataupun sendiri-sendiri. Hal tersebut juga akan menghasilkan kompetensi.

Di Pondok Pesantren Darul A’mal Kota Metro selain ada sekolah

formal ada juga sekolah non formal atau jalur luar sekolah yaitu madrasah

diniyyah. Madrasah diniyyah adalah salahsatu lembaga pendidikan keagamaan

pada jalur luar sekolah sebagai pelengkap bagi siswa pendidikan umum yang

diharapkan mampu secara menerus memberikan pendidikan agama Islam

Page 113: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

kepada anak didik yang tidak terpenuhi pada jalur sekolah yang diberikan

melalui sistem klasikal serta menerapkan jenjang pendidikan.114

Selain madrasah diniyyah ada lagi yaitu majelis ta’lim. Jelas

diungkapkan oleh pengasuh Pondok Pesantren Darul A’mal Kota Metro

“majelis taklim merupakan salah satu lembaga pendidikan keagamaan khas

Islam yang tumbuh subur di tentah-tengah masyarakat. Majelis taklim adalah

salah satu lembaga pendidikan diniyah non formal yang bertujuan

meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT dan akhlak mulia

bagi jamaahnya, serta mewujudkan rahmat bagi alam semesta”. (W1/PP/1/17-

2-2017)

Penelitian yang dilakukan di Pondok Pesantren Darul A’mal Kota

Metro dalam penanaman karakter aswaja terhadap santri melalui metode

pembiasaan ditemukan pembiasakan perilaku positif tertentu dalam kehidupan

sehari-hari. Pengembangan karakter melalui pembiasaan dapat dilakukan

secara terjadwal atau tidak terjadwal baik di dalam maupun di luar pondok

pesantren.

Adapaun karakter aswaja dalam penelitian ini mencakup:

a) Tawassuth yaitu sikap tengah atau moderat yang tidak cenderung ke kanan dan ke kiri.

b) Tawazun ialah sikap berimbang dan harmonis dalam mengintegrasikan dan menyinergikan dalil-dalil (pijakan hukum atau pertimbangan-pertimbangan untuk mencetuskan sebuah

keputusan dan kebijakan. c) Ta’adul ialah sikap adil dan netral dalam melihat, menimbang,

menyikapi dan menyelesaikan segala permasalahan. Adil tidak selamanya sama atau setara. Adil adalah sikap propefional

114Hasil Observasi di Pondok Pesantren Darul A’mal Kota Metro pada tanggal 17

Februari 2017.

Page 114: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

berdasarkan hak dan kewajiban masing-masing, kalaupun keadilan

menuntut adanya kesamaan atau kesetaraan, hal itu hanya berlaku ketika realitas individu benar-benar sama dan setara secara persis dala segala sifat.

d) Tasamuh ialah sikap toleran yang bersedia menghargai terhadap segala kenyataan perbedaan dan keanekaragaman, baik dalam

pemikiran, keyakinan dan sosial kemasyarakatan, suku, bangsa, agama, tradisi budaya dan lain sebagainya.115

Berdasarkan keterangan di atas bahwa penanamankarakter aswaja

mencakup tawassuth, tawazun, ta’adul dan tasamuh. Keempat karakter

tersebut hanya ada tiga karkater yang utama ajaran Ahl al-Sunnah Wa al-

Jama’ah atau disebut dengan Aswaja yang selalu diajarkan oleh Rosulullah

SAW dan sahabatnya. Pertama karakter tawasut atau sikap tengah-tengah,

sedang-sedang, tidak ekstrim kiri ataupun ekstrim kanan. Kedua karakter

tawazun atau seimbang dalam segala hal, termasuk dalam pengunaan dalil aqli

(pikiran rasional) dan dalil naqli (Al-Qur’an Hadis). Ketiga Ta’adul yang

bermakna tegak lurus.

Selain ketiga karakter tersebut, aswaja juga mengamalkan sikap

tasamuh (toleransi) yakni menghargai perbedaan serta mengormati oang yang

memiliki prinsip hidup yang tidak sama. Namun bukan berarti mengakui atau

membenarkan keyakinan yang berbeda tersebut dalam menegakkan apa yang

diyakini.

Penanaman karakter aswaja suatu upaya yang dilakukan secara sadar,

terarah dan berkesinambungan untuk memperkenalkan dan menanamkan

paham keagamaan aswaja kepada para santri, agar mereka mengetahui,

115 Mansykur Hasyim, Merakit Negeri Berserakkan, (Surabaya: Yayasan 95, 2002),

h. 213-215

Page 115: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

meyakini dan mengamalkannya sebagai pedoman kehidupan pribadi,

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Penanaman karakter aswaja

dilakukan di Pondok Pesantren Darul A’mal Kota Metro melalui metode

pembiasaan serta aktivitas bimbingan, pengajaran, latihan serta pengalaman

belajar.

Pondok Pesantren Darul A’mal Metro berada di Kota Metro dan

berbasis Nahdlatul Ulama. Pondok Pesantren Darul A’mal Metro sudah

menempatkan dirinya sebagai pondok pesantren berlatar belakang Nadhlatul

Ulama telah menerapkan pendidikan karakter dengan Grand Design Pesantren

Kota yang bertumpu pada nilai-nilai aswaja menurut Nahdlatul Ulama atau

NU. (W1/PP/2/17-2-2017)

Gagasan Pesantren Kota yang dimaksud ialah menjadikan komunitas kampung santri atau kampung aswaja, yang indikatornya berupa

munculnya aktivitas-aktivitas kajian agama yang intens dan terutama (sebagai ciri Pesantren NU) ialah dikajinya kitab kuning, busana yang

dipakai warga santri ialah busana muslim (termasuk tamu yang masuk kompleks Pondok Pesanttren Darul A’aml) serta mempraktekan amaliyah para wali/Kyai yang biasa dilaksanakan oleh Pesantren NU,

seperti istighashah, tahlilan, yasinan, membaca solawat Nabi, wiridan dan sebagainya. Juga aktivitas santri yang belajar qiro’ah, khitobah,

diskusi, latihan musik sholawat, belajar kaligrafi dan sebagainya. (W2/US/1/17-2-2017)

Implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswaja

di Pondok Pesantren Darul A’mal Metro sudah berjalan, ialah diaplikasikan

pada bentuk nilai karakter aswaja yaitu tawasuth, tawazun, ta’adul, dan

tasamuh. Aktivitas pembiasaan tawasuth seperti aktivitas harian.

Aktivitas pembiasaan harian di Pondok Pesantren Darul A’mal Metro

dilakukan setiap hari seperti “membaca Al-Qur’an yaitu surat-surat pendek

Page 116: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

pada setiap awal pelajaran selama 10 menit. Kemudian membaca doa “Raditu

billahirobbah” dan seterusnya diawal pelajaran. Semua itu dilakukan supaya

para santri mampu mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari dan selalu

istiqomah dengan apa yang telah di dapat dari ilmu yang diberikan selama

berada di dalam Pondok Pesantren Darul A’mal Metro, dan jangan sampai

santri bersikap ekstrim kanan (berkedok agama) maupun ekstrim kiri

(komunis) karena kebajikan memang selamanya terletak antara dua ujung”.

(W2/US/2/17-2-2017)

Hal tersebut di benarkan oleh ungkapan salah satu santri bahwa “Kami

setiap hari sebelum belajar di mulai membaca Al-Qur’an terlebih dahulu yaitu

surat-surat pendek.. (W3/SN/1/18-2017)

Dan dibenarkan oleh santri yang lain bahwa “kegiatan pembacaan Al-

Qur’an yaitu surat-surat pendek wajib dibaca setiap harinya sebelum proses

belajar di mulai”. (W3/SN/2/18-2-2017)

“Kemudian di akhir pelajaran tidak lupa membaca suara al-Asr sebagai

penutup bahwa akhir proses pembelajaran hari ini telah selesai”.

(W2/US/3/17-2-2017).

“Selanjutnya sholat dhuhur berjama’ah dan sholat rowatib setiap hari

dengan penertiban dan pengecekan kembali sebelum sholat berjama’ah

terlebih dahulu puji-pujian atau sholawatan”. (W2/US/4/17-2-2017). Ungkap

salah satu Ustadz di Pondok Pesantren Darul A’mal Metro

“Kemudian dilanjutkan dengan membaca sholawat nariyah supaya

mendapat rezki yang berkah”. Ungkap salah satu ustadz (W2/US/5/16-2-2017)

Page 117: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

Berdasarkan keterangan di atas dapat dianalisis bahwa aktivitas

pembiasaan harian di Pondok Pesantren Darul A’mal Metro dilakukan setiap

harinya dengan dimulai dari awal pembelajaran dengan membaca Al-Qur’an

terlebih dahulu yaitu surat-surat pendek selama 10 menit. Kemudian sholat

dhuhur perjama’ah dan sholat rowatib setiap hari dengan protokoler yang

lengkap, namun terlebih dahulu puji-pujian atau sholawatan. Dan terakhir

sebagai penutup akhir pembelajaran adalah membaca suara al-Asr.

Nilai karakter aswaja tawasuth yang telah dijelaskan di atas dapat

diambil hikmah bahwasannya pembiasaan yang dilakukan di pondok

pesantren Darul A’mal Metro sebelum proses belajar dimulai selalu istiqomah

dan mampu membawa para santri untuk mengamalkan dalam kehidupan

sehari-hari. Jangan sampai para santri merubah dirinya menjadi orang yang

bersikap ekstrim kanan maupun kiri (berkedok agama atau komunis), karena

Islam mengajarkan untuk mengambil jalan tengah atau pertengahan.

Selanjutnya karakter aswaja yang kedua adalah tawazun. Karakter

tawazun ini di pondok Darul A’mal selalu diajarkan kepada seluruh para santri

supaya para santri mampu bersifat seimbang maksudnya tidak berat sebelah,

tidak berlebihan sesuatu unsur atau kekurangan unsur lain. Dalam kehidupan

terdapat suatu kejadian dimana seseorang hanya mementingkan urusan

dunianya saja atau berprinsip hidupnya hanyalah untuk mencari kesenangan

semata dan hal ini diwujudkan dalam aktivitas sehari-hari. Seperti yang

diungkapkan oleh salah satu ustadz bahwa:

Page 118: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

“Merokok, minuman keras, berjudi, narkoba dan semua perbuatan

maksiat lainnya atau meskipun tidak berbuat maksiat dia memenuhi kebutuhan

secara berlebihan, seperti makan dan tidur dengan berlebih-lebihan atau

bermalas-malasan fenomena seperti ini merupakan suatu kecenderungan terus

menerus terhadap hal yang negatif”. (W2/US/6/17-2-2017)

Sedang kecenderungan yang terus menerus terhadap hal negatif

diungkapkan oleh salah satu ustadz bahwa “seseorang yang terus menerus

melakukan ibadah dengan cara mengurung diri serta tak memperdulikan

lingkungan sosial sekitar, itupun juga tidak baik”. (W2/US/7/17-2-2017)

Penyatakaan tersebut di benarkan oleh santri bahwa setiap melakukan

perbuatan maksiat baik merokok, narkoba, minuman keras serta memenuhi

kebutuhan secara berlebihan seperti makan terlalu berlebihan, tidur juga

terlalu berlebihan tidak baik. begitupula dengan hal positif terlalu melakukan

ibadah dengan cara mengurung diri serta tak memperdulikan lingkungan sosial

sekitar, itupun juga tidak baik . (W3/SN/3/18-2-2017)

Meskipun diartikan sebagai suatu keseimbangan atau adil, hal itu

bukan berarti harus menempatkan posisi ditengah-tengah atau jalan tengah,

karena realitanya suatu pertengahan belum tentu menunjukan suatu

keseimbangan, karena tergantung bobotnya. (W2/US/8/17-2-2017)

Hal tersebut dibenarkan oleh santri bahwa suatu keseimbangan tidak

mesti adil seperti saya, saya kelas jurumiyah sedangkan kakak saya kelas

alfiyah awal, materi yang diberikan oleh ustadz atau ustadzah akan berbeda,

Page 119: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

artinya itu tidak seimbang kata ustadz atau ustadzah materi kelas jurumiyah

sangat berbeda jauh dengan materi kelas alfiyah awal”. (W3/SN/4/17-2-2017)

Kemudian hal tersebut di benarkan oleh salah satu ustadz bahwa

“masing-masing anak yang berbeda tingkat pendidikannya tidaklah sama

dalam segi materi pelajaran ataupun tugas, kelas alfiyah awal lebih tinggi atau

lebih dalam materi yang akan dipelajari sedangkan kelas jurumiyah belum

begitu tinggi atau dalam, karena jika seorang ustadz atau ustadzah berpegang

pada prinsip keadilan tentu ia akan memberikan materi pelajaran yang sama

antara kelas jurumiyah dan kelas alfiyah awal dan itu akan mengakibatkan

tidak baik bagi anak atau santri yang kelas jurumiyah karena tidak akan

sampai pola pemikirannya”. (W2/US/9/17-2-2017)

Itupun dibenarkan oleh para santri putri maupun santri putra

bahwasannya tingkat materi yang diberikan oleh ustadz atau ustadzah sangat

berbeda”. (W3/SN/5/18-2-2017)

Kegiatan pembiasaan karakter aswaja tawazun di Pondok Pesantren

Darul A’mal bertujuan “agar kita sebagai insan yang muslim tidak melakukan

sesuatu hal yang berlebihan dan mengesampingkan hal-hal yang lain atau

malah melupakannya, padahal hal yang dimaksud memiliki hak yang harus

ditunaikan pada diri kita”. (W2/US/10/17-2-2017)

Selain metode pembiasaan para ustdaz atau ustadzah dalam

memberikan penjelasan tentang karakter aswaja tawazun melalui metode kisah seperti yang dijelaskan oleh salah satu ustadz bahwa

metode kisah seperti kisah para sahabat Rasulullah SAW ada tiga orang sabahat Rasulullah SAW yang datang kepada beliau dan mengutarakan maksudnya masing-masing orang yang pertama

mengatakan bahwa dia tidak akan menikah selama hidupnya, kemudian orang yang kedua mengatakan bahwa dia akan berpuasa

Page 120: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

setiap hari dan terus menerus seumur hidupnya dan yang terakhir

mengatakan bahwa ia akan sholat tanpa henti-hentinya, namun apa kata Rasulullah SAW, kalian jangan seperti itu, masing-masing urusan ada haknya, urusan dunia haknya sedangkan urusan akhirat ada juga

haknya, jalankan hal itu dengan seimbang. (W2/US/11/17-2-2017)

Berdasarkan keterangan-keterangan di atas maka dapat dianalisis

bahwa Allah SWT menciptakan alam ini dengan seimbang dan

memerintahkan kita untuk menjaga keseimbangan itu seperti yang termaktup

dalam surat ar-Rahman ayat 7-9 yang berbunyi:

Artinya “dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan

neraca (keadilan). supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu.

dan Tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi

neraca itu.

Kemampuan manusia untuk bertawazun didukung oleh fitrahnya,

manusia diciptakan dengan ditrahnya oleh Allah SWT yang mana fitrahnya itu

adalah hanif yaitu kecenderungan untuk melakukan kebaikan dan mengakui

ketauhidan.

Selanjutnya adalah karakter aswaja yang ketiga yaitu ta’adul (adil). Di

dalam Pondok Pesantren Darul A’mal Metro ta’adul (adil) sudah berjalan

sebagaimana mestinya terlihat dari hasil wawancara dengan beberapa ustadz

Page 121: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

atau ustadzah serta para santri. Seperti yang dipaparkan oleh salah satu ustadz

tentang penanaman karakter aswaja ta’adul bahwa:

“Sebelum berbuat adil kepada orang lain terlebih dahulu kita harus

berbuat adil kepada diri sendiri. Berbuat adil pada diri sendiri berarti

menempatkan diri sendiri pada tempat yang baik dan benar serta tidak

menuruti hawa nafsu yagn dapat mencelakakan diri sendiri, karakter aswaja

seperti itu selalu kami ajarkan kepada seluruh para santri supaya menjadi satu

kewajiban yang terbiasa” (W2/US/12/17-2-2017)

Penyataan di atas dibenarkan oleh santri bahwa “di Pondok Pesantren

Darul A’amal Metro ini kami diberi ilmu tentang penanaman karakter yaitu

perilaku adil, dan para ustadz atau ustadzah selalu memberikan penjelasan

serta pengertian bahwasannya kita sebagai umat muslim harus dapat berbuat

adil kepada diri sendiri sebelum berbuat adil kepada orang lain, dan itu terus

menerus dijelaskan oleh ustadz atau ustadzah agar menjadi suatu kebiasaan

dalam sehari-hari baik itu dilingkungan Pondok Pesantren maupun di luar

Pondok Pesantren”. (W3/SN/6/17-2017)

Ditambahkan lagi oleh salah satu ustadz bahwa “jika seseorang mampu

berbuat adil terhadap dirinya, maka ia akan meraih keberhasilan dalam

hidupnya, bahagia secara batiniah, menjadi pribadi yang menyenangkan

sehingga disukai banyak orang, dapat meningkatkan kualitas dirinya dan

nantinya memperoleh kesejahteraan baik di dunia maupun di akherat”

(W2/US/13/17-2-2017)

Page 122: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

“Sebagai contoh santri melakukan aktivitas pada waktunya seperti

waktu sholat dhuhur berjamaah santri langsung menjalankan ibadah sholat

duhur berjamaah, masuk waktu makan, santri langsung makan, pada saat

masuk waktu tidur para santri tidur secukupnya dan seterusnya sehingga

menjadi kebiasaan yang positif”.(W2/US/14/17-2-2017)

Selanjutnya adil kepada orang lain. Berbuat adil kepada orang lain

berarti memperlakukan orang lain dengan layak, memberikan hak orang lain

dengan jujur dan benar serta tidak menyakiti ataupun merugikan orang lain.

Jika seseorang mampu berbuat adil kepada orang lain, maka ia akan mampu

membangun relasi yang baik sehingga disukai banyak orang, peka terhadap

masalah lingkungan serta menjadikan lingkungan damai dan tentram.

Seperti yang dipaparkan oleh ustad bahwa berbuat adil kepada orang

lain dicontohkan kepada para santri seperti berkata dengan santun. Lidah itu

tajam dan akibat ucapan yang salah dapat menyakiti hati orang lain. Oleh

karena itu hendaknya kita harus berhati-hati terhadap apa yang dibicarakan

yang sekiranya tidak menyinggung orang lain. Memposisikan diri kita sebagai

lawan bicara tentu tidak ingin disakiti sebab apa yang diucapkan.

(W2/US/15/17-2-2017)

Hal tersebut dibenarkan oleh santri bahwa di dalam lingkungan

Pondok Pesantren Darul A’mal ini kita sebagai santriwan ataupun santriwati

diharuskan bertutur sapa yang baik sopan santun, baik berkata santun dengan

orang yang lebih tua maupun dengan yang lebih muda. (W3/SN/7/17-2017)

Page 123: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

Kemudian berfikir sebelum bertindak. Segala tindakan yang dilakukan

hendaknya tidak merugikan orang lain. Jangan sampai terpengaruh emosi

sehingga tindakan yang dilakukan sembrono dan penyesalan yang didapat.

Selanjutnya berprasangka baik kepada orang lain. Ungkapan ustadz bahwa

“berprasangka baik kepada orang lain dapat menciptakan enerti positif dan

menjadikan orang lain senang untuk bergaul dengan kita. Kita pun akan

memiliki banyak relasi karena perlakuan baik kepada orang lain berfek baik

pula kepada diri kita”.(W2/US/16/17-2-2017)

Nilai karakter tersebut selalu ditanamkan di lingkungan Pondok

Pesantren Darul A’mal agar seluruh para santri memiliki jiwa yang positif dan

menjadikan orang lain atau sesama santri senang bergaul.

Berdasarkan keterangan di atas bahwa nilai karakter aswaja yaitu

ta’adul (adil) di Pondok Pesantren Darul A’mal selalu di tanamkan pada diri

seluruh santri, karena prilaku adil tidak hanya bagi diri sendiri tetapi juga pada

orang lain. Semua yang dikerjakan akan berimbas kepada diri kita. Semua

yang menjadi harapan kita akan menjadi harapan bagi orang lain, karena itu

perlakukan orang lain dengan layak agar kita diperlakukan dengan layak.

Terakhir penanaman karakter aswaja adalah tasamuh. Pondok

Pesantren Darul A’mal dalam mengembangkan Islam selalu mengajarkan

paham Islam yang moderat, tasamuh, Islam wasatiyah yang dikenal dengan

Islam ahlussunnah waljamaah.

Seperti ungkapan ustad bahwa “Tasamuh atau toleransi ini

menyadarkan pada satu sikap sama-sama berlaku baik, lemah lembut dan

Page 124: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

saling pemaaf. Tasamuh adalah sikap akhlak terpuji dalam pergaulan, yakni

terdapat rasa saling menghargai antara sesama manusia dalam batas-batas

yang digariskan ajaran Islam. Itulah salah satu ciri pokok dari tradisi yang

dikembangkan dari lorong pondok pesantren, khususnya Pondok Pesantren

darul A’mal Metro”.(W2/US/17/17-2-2017)

Kemudian diungkapkan kembali bahwa tradisi Pondok Pesantren

Darul A’mal adalah para santri dan kyainya tidak mudah menyalahkan orang

lain, mengkafirkan sesama. Itulah sesungguhnya yang dibangun karena pada

setiap manusia ada keterbatasan diri, sehingga Allah menciptakan

keberagamanan. Keberagamaan ialah anugerah Tuhan dan karena keterbatasan

sehingga bisa saling melengkapi. (W2/US/18/17-2-2017)

Hikmah dari keterangan di atas adalah salah satu cara memudahkan

kita semua mencari pandangan lain. Cara menyikapi keragamanan dengan

cara tawasut, tawazun bukan saling menegasikan satu sama lain, keragamana

harus di lihat dengan kelembutan dan kasih sayang Pondok Pesantren Darul

A’mal memiliki kontribusi dalam pembentukan karakter Islam yaitu aswaja.

Pondok Pesantren Darul A’mal Metro mengajarkan santrinya untuk

wajib mencintai tanah air. Sikap cinta tanah air ini sebagai representasi dari

ajaran hubbul wathan minal iman, cinta tanah air itu sebagian dari iman.

Hanya di daerah atau negara yang tidak bergolak yang penuh damai nilai

dalam syariat Islam bisa ditegakkan. Jadi syarat untuk menunaikan ajaran

Islam ialah kondisi negara yang aman, itulah mengapa cinta tanah air bagian

Page 125: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

dari iman. Nasionalisme ditanamkan di Pondok Pesantren Darul A’mal.

(W1/PP/3/17-2-2017)

Seluruh ustadz atau ustadzah memberikan arahan kepada para santri

agar selalu mencintai tanah air, karena cinta tanah air sebagian dari iman, cinta

yang didasari oleh iman akan menjadikan diri seseorang lebih bertakwa

kepada Allah SWT. Oleh karena itu cintailah tanah air kita yang damai,

tentram, dan indah ini. Ungkap salah satu satri. (W3/SN/8/18-2-2017)

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, dapat ditegaskan bahwa

format penanaman karakter aswaja di Pondok Pesantren Darul A’mal Metro

ialah memasukan nilai-nilai pendidikan karakter yang bernuansa Tawasut,

Tawazun, ta’adul, dan tasamuh (dogma inti dari aswaja) seperti yang telah

ditetapkan oleh Pondok Pesantren Darul A’mal Metro.

Nilai-nilai karakter aswaja tersebut dijadikan nilai-nilai inti aswaja di

setiap harinya dalam pembelajaran. Dengan kata lain, nilai-nilai karakter

bernuansa aswaja tersebut menjadi ruh karakter pada setiap pembelajaran yang

dilakukan di Pondok Pesantren Darul A’mal Metro.

2. Faktor-faktorPendukung

Faktor pendukung metode pembiasaan dalam penanaman karakter

Aswaja di Pondok Pesantren Darul A’mal Metro adalah unsur-unsur positif

yang memungkinkan nilai-nilai karakter terinternalisasi dalam diri santri.

Faktor pendukung metode pembiasaan dalam penanaman karakter

Aswaja di Pondok Pesantren Darul A’mal Metro adalah sebagai berikut:

a. Lingkungan Pondok Pesantren

Page 126: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

Lingkungan Pondok Pesantren yang kondusif juga menjadi faktor yang

mendukung keberhasilan penanaman karakter aswaja dalam diri santri.

Menurut pengasuh Pondok Pesantren hal yang mendukung proses penanaman

karakter aswaja adalah:

Lingkungan Pondok Pesantren yang kondusif dan strategis, di mana

tersedia fasilitas pembelajaran yang memadai dan lokasi Pondok Pesantren yang berada dalam lingkup kota Metro. Iklim Pesantren ini

mendukung proses penanaman karakter Aswaja. Di lingkungan Pondok Pesantren, santri ditutut untuk berperilaku sesuai dengan pedoman agama Islam. (W1/PP/4/17-2-2017)

Selanjutnya tentang lingkungan Pesantren yang mendukung

penanaman karakter Aswaja, seorang santri mengemukakan bahwa:

Di lingkungan Pesantren, kami terbiasa untuk bangun pagi-pagi sebelum subuh untuk bersama-sama melakukan shalat Tahajjud,

setelah itu tadarus Al-Qur’an sampai menjelang subuh. Ketika subuh tiba, semua warga Pesantren pergi ke masjid untuk bersama-sama menunaikan shalat subuh berjamaah, setelah berzikir bersama

kemudian kami mengaji dengan guru/kyai sesuai dengan pelajaran yang diambil oleh santri masing-masing. Keseharian kami selalu

diwarnai dengan kehidupan yang Islami. (W3/SN/9/18-2-2017) Berdasarkan keterangan di atas dapat dijelaskan bahwa faktor

pendukung yang pertama adalah lingkungan Pondok Pesantren yang kondusif

dan strategi sehingga dalam penanaman karakter aswaja kepada para santri

dapat berjalan dengan baik, terlihat dari hasil wawancara dengan salah satu

santri yang menyatakan bahwa di dalam lingkup Pondok terdapat beberapa

aturan yang harus di patuhi seperti bangun pagi-pagi untuk sholat tahajud

dilanjutkan tadarus Al-Qur’an menjelang subuh dan seterusnya, sehingga apa

yang didapat dari kebiasaan-kebiasaan tersebut, akan menjadikan pribadi

yang muslim.

Page 127: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

b. Peran Ustazd dan Ustazdah.

Selain faktor lingkungan Pesantren yang kondusif dan strategis bagi

penanaman karakter aswaja dalam diri santri, faktor lain adalah adanya

bimbingan dan pengawasan dari ustadz/ustadzahbaik di dalam asrama maupun

di luar asrama. Menurut Ustadzbahwa:

Agar nilai-nilai karakter aswaja dapat terinternalisasi dalam diri santri, maka ia tidak hanya mendidik dan mengawasi santri dalam lingkungan asrama semata, tetapi juga di sekolah formal, dalam

aktivitas sehari-hari, ia mengupayakan agar santri terbiasa melaksanakan pengetahuan ke-Islaman yang diperoleh di asrama

pondok dalam kehidupan sehari-hari. (W2/US/19/18-2-2017)

Menurut salah satu Ustad bahwa:

Para ustadz/ustadzahtidak hanya membimbing santri di dalam asrama

pondok semata, tetapi juga mengawasi santri dan membimbing mereka di asrama seperti sekolah formal, dalam keseharian, ustadz/ustadzahselalu menjadi panutan bagi para santri yang berada di

lingkungan Pesantren untuk bertindak sesuai dengan aturan dan pelajaran yang telah diberikan. Biasanya ustadz/ustadzahakan menegur

santri apabila terlihat santri tidak bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai ke-Islaman yang telah diajarkan di asrama atau sekolah. Ustadz/ustadzahselalu mengawasi santri yang tinggal di lingkungan

Pesantren sehingga secara perlahan santri akan terbiasa untuk bertindak dan berperilaku sesuai dengan norma-norma ke-

Islaman”.(W2/US/20/17-2-2017)

Hal senada juga diakui oleh santri, menurutnya bahwa:

Di lingkungan Pondok ustadz/ustadzahselalu memberikan bimbingan

kepada santri untuk berprilaku sesuai dengan norma-norma karakter aswaja. Disamping itu, juga selalu melakukan pengawasan terhadap santrinya baik putra maupun putri agar selalu berperilaku sesuai

dengan nilai-nilai karakter aswaja, dalam hubungan antara santri dengan santri lainnya, santri dengan ustadz/ustadzahdan dengan

orangtua guru selalu memberikan arahan agar santri menjujung tinggi norma agama”. (W3/SN/10/18-2-2017)

Page 128: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

Perubahan perilaku pada dasarnya dipengaruhi oleh pendidikan yang

ia terima sepanjang hanyatnya, pendidikan ini bukan saja sebatas yang formal

seperti sekolah atau kursus-kursus namun dalam arti luas artinya segala

sesuatu yang diterima manusia melalui panca indera itu menjadi bagian dari

pendidikan. Melihat, mendengar, merasa, dan meraba merupakan komponen

penting dalam pendidikan dan itu sangat-sangat mudah ia dapatkan dari

lingkungan, baik lingkungan pendidikan formal atau non formal.

Lingkungan juga berperan penting dalam perilaku manusia khususnya

Pondok Pesantren, sebab dari sinilah perlakuan-perlakuan yang terus menerus

dan terstruktur masih diberikan kepada santri, sehingga santri diharapkan

dapat merubah perilakunya sesuai yang diharapkan. Pondok Pesantren yang

telah memberikan lingkungan yang menunjang bagi kesuksesan pendidikan

maka secara langsung dan tidak langsung memberikan sentuhan perlakuan

kepada santri. Lingkungan itu meliputi 1) fisik seperti bangunan, alat, sarana ,

dan ustadz dan ustadzah, 2) non fisik yaitu kurikulum, norma, dan

pembiasaan nilai-nilai kehidupan yang terlaksana di Pondok Pesantren itu.

Berdasarkan paparan di atas terlihat bahwa faktor yang mendukung

bagi penanaman karakter aswaja dalam diri santri di Pondok Pesantren Darul

A’mal Metro adalah faktor lingkungan dan adanya pengawasan dari para

ustadz dan ustadzah di lingkungan pesantren. Lingkungan berperan penting

dalam perilaku santri khususnya di Pondok Pesantren, sebab dari sinilah

perlakuan-perlakuan yang terus menerus dan terstruktur masih diberikan

kepada santri, sehingga santri diharapkan dapat merubah perilakunya sesuai

Page 129: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

yang diharapkan. Pondok Pesantren yang telah memberikan lingkungan yang

menunjang bagi kesuksesan pendidikan maka secara langsung dan tidak

langsung memberikan sentuhan perlakuan kepada santri. Lingkungan itu

meliputi fisik seperti bangunan, alat, sarana, dan ustadz dan ustadzahnya

kemudian non fisik yaitu kurikulum, norma, dan pembiasaan nilai-nilai

kehidupan yang terlaksana di Pondok Pesantren tersebut.

3. Faktor-faktor Penghambat

Faktor-faktor penghambat metode pembiasaan dalam penanaman

karakter Aswaja di Pondok Pesantren Darul A’malMetro adalah unsur-unsur

negatif yang menyebabkan nilai-nilai karakter aswaja tidak dapat dengan

mudah diinternalisasikan dalam diri santri. Adapun faktor yang menghambat

penanaman karakter aswaja dalam diri santri antara lain adalah:

a. Santri yang Tidak Seluruhnya Tinggal di Lingkungan

Pesantren/Asrama.

Menurut ustadz bahwa faktor penghambat dalam penanaman

karakter aswaja adalah:

Santri yang tidak seluruhnya tinggal di asrama menyebabkan tidak

meratanya tingkat penanaman karakter aswaja dalam diri santri. Pada sebagian santri mereka tinggal di asrama, nilai-nilai karakter

aswaja terlihat telah ternanam dalam diri santri secara baik yang tercermin dalam perilaku keseharian mereka di lingkungan Pesantren, sementara pada sebagian santri yang tidak tinggal di

lingkungan Pesantren terlihat perbedaan yang cukup signifikan dalam perilaku sehari-hari. Mereka yang tidak tinggal di asrama

terlihat kurang dalam pengamalan keagamaan dalam kehidupan sehari-hari. (W2/US/21/17-2-2017)

Page 130: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

Memang benar santri yang tidak tinggal di lingkungan Pondok

Pesantren memang sangat mempengaruhi proses penanaman karakter

aswaja, karena menyebabkan tidak meratanya proses penanaman karakter

aswaja pada santri dan itu terlihat perbedaan yang cukup signifikan dalam

perilaku santri dalam sehari-hari baik di dalam lingkungan Pondok

pesantren maupun di luar lingkungan Pondok Pesantren.

b. Latarbelakang Ustadz/Ustadzah

Latarbelakang ustadz/ustadzahmerupakan faktor penghambat dalam

proses penanaman karakter aswaja, karena dalam proses penanaman

karakter aswaja jika latarbelakang ustadz/ustadzahberbeda itu sangat sulit

dalam proses penanaman karakter aswaja. Misalnya, dalam penanaman

karakter aswaja seperti menerangkan apa itu aswaja kepada para santri

kalau ustadz/ustadzahlatar belakang pendidikan berasal dari Pondok

Pesantren akan mudah untuk menerangkan, tetapi jika ada ustazd/ustazdah

yang tidak berasal dari Pondok Pesantren yang berbasis NU akan sulit,

karena pemahaman tentang aswaja kurang. Terkadang

ustadz/ustadzahyang latar belakang pendidikannya tidak berasal dari

Pondok Pesantren kurang mencontohkan seorang pendidik, sehingga para

santri kadang mengkritis perilaku pendidik yang berasal dari luar Pondok

Pesantren.

Menurut ustadz/ustadzahbahwa “Memang benar latarbelakang

ustadz/ustadzahyang bukan berasal dari Pondok Pesantren sangat sulit

untuk menerangkan pembelajaran agama tengan aswaja, karena dasar-

Page 131: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

dasar keagamaan mereka sangat terbatas, dan sering dikritis oleh para

santri”. (W2/US/22/17-2-2017).

Berdasarkan paparan di atas terlihat bahwa faktor yang menghambat

penanaman karakter aswaja dalam diri santri adalah karena tidak semua

ustadz/ustadzahmemiliki latar belakang pendidikan keluaran dari Pondok

Pesantren. Hal ini menyebabkan penanaman karakter aswaja yang tidak

dapat secara merata terlaksana bagi semua santri di Pondok Pesantren

Darul A’mal Metro.

C. Pembahasan

1. Implementasi Metode Pembiasaan dalam Penanaman Karakter

Aswaja di Pondok Darul A’mal Metro

Berdasarkan hasil dari observasi dan beberapa wawancara dengan

pengasuh Pondok Pesantren, ustadz/ustadzah, serta santri di Pondok

Pesantren Darul A’mal Metro maka dapat dianalisis sebagai berikut:

Penanamankarakter aswaja mencakup tawassuth, tawazun, ta’adul

dan tasamuh seperti yang diungkapkan oleh Mansykur Hasyim dalam

bukunya Merakit Negeri Berserakkan, yang telah dikutip di dalam bab

sebelumnya bahwa:

a. Tawassuth yaitu sikap tengah atau moderat yang tidak cenderung ke kanan dan ke kiri.

b. Tawazun ialah sikap berimbang dan harmonis dalam mengintegrasikan dan menyinergikan dalil-dalil (pijakan hukum atau pertimbangan-pertimbangan untuk mencetuskan sebuah

keputusan dan kebijakan. c. Ta’adul ialah sikap adil dan netral dalam melihat, menimbang,

menyikapi dan menyelesaikan segala permasalahan. Adil tidak selamanya sama atau setara. Adil adalah sikap propefional

Page 132: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

berdasarkan hak dan kewajiban masing-masing, kalaupun keadilan

menuntut adanya kesamaan atau kesetaraan, hal itu hanya berlaku ketika realitas individu benar-benar sama dan setara secara persis dala segala sifat.

d. Tasamuh ialah sikap toleran yang bersedia menghargai terhadap segala kenyataan perbedaan dan keanekaragaman, baik dalam

pemikiran, keyakinan dan sosial kemasyarakatan, suku, bangsa, agama, tradisi budaya dan lain sebagainya.

Keempat karakter tersebut hanya ada tiga karkater yang utama

ajaran Ahl al-Sunnah Wa al-Jama’ah atau disebut dengan Aswaja yang

selalu diajarkan oleh Rosulullah SAW dan sahabatnya. Pertama karakter

tawasut atau sikap tengah-tengah, sedang-sedang, tidak ekstrim kiri

ataupun ekstrim kanan. Kedua karakter tawazun atau seimbang dalam

segala hal, termasuk dalam pengunaan dalil aqli (pikiran rasional) dan

dalil naqli (Al-Qur’an Hadis). Ketiga Ta’adul yang bermakna tegak lurus.

Selain ketiga karakter tersebut, aswaja juga mengamalkan sikap

tasamuh (toleransi) yakni menghargai perbedaan serta mengormati oang

yang memiliki prinsip hidup yang tidak sama. Namun bukan berarti

mengakui atau membenarkan keyakinan yang berbeda tersebut dalam

menegakkan apa yang diyakini.

Penanaman karakter aswaja suatu upaya yang dilakukan secara

sadar, terarah dan berkesinambungan untuk memperkenalkan dan

menanamkan paham keagamaan aswaja kepada para santri, agar mereka

mengetahui, meyakini dan mengamalkannya sebagai pedoman kehidupan

pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Penanaman karakter

aswaja yang dilakukan di Pondok Pesantren Darul A’mal Kota Metro

melalui metode pembiasaan serta aktivitas bimbingan, pengajaran, latihan

Page 133: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

serta pengalaman belajar. Metode pembiasaan yang digunakan dalam

penanaman karakter aswaja di Pondok Pesantren Darul A’mal melalui

prinsip-prinsip metode pembiasaan seperti yang diungkapkan oleh Armai

Arief,dalam bukunya Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islamyang

telah dikutip di bab sebelumnya adalah sebagai berikut:

h) Mengetahui motivasi, kebutuhan dan minat santrinya.

i) Mengetahui tujuan pendidikan yang sudah ditetapkan sebelum pelaksanaan pendidikan.

j) Mengetahui tahap kematangan, perkembangan serta perubahan

santrinya. k) Mengetahui perbedaan-perbedaan individu di dalam santri.

l) Memperhatikan kepahaman dan mengetahui hubungan-hubungan integrasi pengalaman dan kelanjutannya, keaslian, pembaharuan dan kebebasan berpikir.

m) Menjadikan proses pendidikan sebagai pengalaman yang menggembirakan bagi santri.

n) Menegakkan uswah khasanah.

Ketujuh prinsip metode pembiasaan di atas,dalam penanaman

karakter aswaja di Pondok Pesantren Darul A’mal Metro dilakukan

melalui proses pembiasaan atau aktivitas pembiasaan, seperti empat

karaktar aswaja yaitu tawasuth, tawazun, ta’adul dan tasamuh yang telah

dilakukan di dalam Pondok Pesantren Darul A’mal Metro.

Aktivitas pembiasaan harian di Pondok Pesantren Darul A’mal

Metro dilakukan setiap hari seperti “membaca Al-Qur’an yaitu surat-surat

pendek pada setiap awal pelajaran selama 10 menit. Kemudian membaca

doa “Raditu billahirobbah” dan seterusnya diawal pelajaran. Semua itu

dilakukan supaya para santri mampu mengamalkan dalam kehidupan

sehari-hari dan jangan sampai santri bersikap ekstrim kanan (berkedok

Page 134: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

agama) maupun ekstrim kiri (komunis) karena kebajikan memang

selamanya terletak antara dua ujung.

Nilai karakter aswaja tawasuth yang telah dijelaskan di atas dapat

diambil hikmah bahwasannya pembiasaan yang dilakukan di pondok

pesantren Darul A’mal Metro sebelum proses belajar dimulai selalu

istiqomah dan mampu membawa para santri untuk mengamalkan dalam

kehidupan sehari-hari. Jangan sampai para santri merubah dirinya menjadi

orang yang bersikap ekstrim kanan maupun kiri (berkedok agama atau

komunis), karena Islam mengajarkan untuk mengambil jalan tengah atau

pertengahan.

Selanjutnya karakter aswaja yang kedua adalah tawazun. Karakter

tawazun ini di pondok Darul A’mal selalu diajarkan kepada seluruh para

santri supaya para santri mampu bersifat seimbang maksudnya tidak berat

sebelah, tidak berlebihan sesuatu unsur atau kekurangan unsur lain. Dalam

kehidupan terdapat suatu kejadian dimana seseorang hanya mementingkan

urusan dunianya saja atau berprinsip hidupnya hanyalah untuk mencari

kesenangan semata dan hal ini diwujudkan dalam aktivitas sehari-hari.

Sedang kecenderungan yang terus menerus terhadap hal positif

adalah seseorang yang terus menerus melakukan ibadah dengan cara

mengurung diri serta tak memperdulikan lingkungan sosial sekitar, itupun

juga tidak baik. Meskipun diartikan sebagai suatu keseimbangan atau adil,

hal itu bukan berarti harus menempatkan posisi ditengah-tengah atau jalan

Page 135: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

tengah, karena realitanya suatu pertengahan belum tentu menunjukan suatu

keseimbangan, karena tergantung bobotnya.

Kegiatan pembiasaan karakter aswaja tawazun di Pondok

Pesantren Darul A’mal memiliki tujuan yaitu agar kita sebagai insan yang

muslim tidak melakukan sesuatu hal yang berlebihan dan

mengesampingkan hal-hal yang lain atau malah melupakannya, padahal

hal yang dimaksud memiliki hak yang harus ditunaikan pada diri kita.

Selain metode pembiasaan di pondok pesantren Darul A’mal dalam

memberikan penjelasan tentang karakter aswaja tawazun juga melalui

metode kisah. Seperti kisah para sahabat Rasulullah SAW seperti yang

telah di jelaskan sebelumnya. Keterangan-keterangan di atas maka dapat

dianalisis bahwa Allah SWT menciptakan alam ini dengan seimbang dan

memerintahkan kita untuk menjaga keseimbangan itu seperti yang

termaktup dalam surat ar-Rahman ayat 7-9 yang berbunyi:

Artinya “dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan

neraca (keadilan). supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca

itu. dan Tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu

mengurangi neraca itu”.

Kemampuan manusia untuk bertawazun didukung oleh fitrahnya,

manusia diciptakan dengan ditrahnya oleh Allah SWT yang mana

Page 136: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

fitrahnya itu adalah hanif yaitu kecenderungan untuk melakukan kebaikan

dan mengakui ketauhidan.

Kemudian karakter aswaja yang ketiga yaitu ta’adul (adil). Di

dalam Pondok Pesantren Darul A’mal Metro ta’adul (adil) sudah berjalan

sebagaimana mestinya. Bahwasanya sebelum berbuat adil kepada orang

lain terlebih dahulu harus berbuat adil kepada diri sendiri. Berbuat adil

pada diri sendiri berarti menempatkan diri sendiri pada tempat yang baik

dan benar serta tidak menuruti hawa nafsu yagn dapat mencelakakan diri

sendiri.

Jika seseorang mampu berbuat adil terhadap dirinya, maka ia akan

meraih keberhasilan dalam hidupnya, bahagia secara batiniah, menjadi

pribadi yang menyenangkan sehingga disukai banyak orang, dapat

meningkatkan kualtias dirinya dan nantinya memperoleh kesejahteraan

baik di dunia maupun di akherat.

Selanjutnya adil kepada orang lain. Berbuat adil kepada orang lain

berarti memperlakukan orang lain dengan layak, memberikan hak orang

lain dengan jujur dan benar serta tidak menyakiti ataupun merugikan orang

lain. Jika seseorang mampu berbuat adil kepada orang lain, maka ia akan

mampu membangun relasi yang baik sehingga disukai banyak orang, peka

terhadap masalah lingkungan serta menjadikan lingkungan damai dan

tentram.

Dalam lingkungan Pondok Pesantren Darul A’mal santriwan ataupun

santriwati diharuskan bertutur sapa yang baik sopan santun, baik berkata

Page 137: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

santun dengan orang yang lebih tua maupun dengan yang lebih muda.

Kemudian berfikir sebelum bertindak. Segala tindakan yang dilakukan

hendaknya tidak merugikan orang lain. Jangan sampai terpengaruh emosi

sehingga tindakan yang dilakukan sembrono dan penyesalan yang didapat.

Selanjutnya berprasangka baik kepada orang lain. Berprasangka baik kepada

orang lain dapat menciptakan enerti positif dan menjadikan orang lain senang

untuk bergaul dengan kita. Kita pun akan memiliki banyak relasi karena

perlakuan baik kepada orang lain berfek baik pula kepada diri kita.

Nilai karakter tersebut selalu ditanamkan di lingkungan Pondok

Pesantren Darul A’mal agar seluruh para santri memiliki jiwa yang positif dan

menjadikan orang lain atau sesama santri senang bergaul.

Terakhir penanaman karakter aswaja adalah tasamuh. Pondok

Pesantren Darul A’mal dalam mengembangkan Islam selalu mengajarkan

paham Islam yang moderat, tasamuh, Islam wasatiyah yang dikenal dengan

Islam ahlussunnah waljamaah.

Tasamuh atau toleransi ini menyadarkan pada satu sikap sama-sama

berlaku baik, lemah lembut dan saling pemaaf. Tasamuh adalah sikap akhlak

terpuji dalam pergaulan, yakni terdapat rasa saling menghargai antara sesama

manusia dalam batas-batas yang digariskan ajaran Islam. Itulah salah satu ciri

pokok dari tradisi yang dikembangkan dari lorong pondok pesantren,

khususnya Pondok Pesantren darul A’mal Metro.

Tradisi Pondok Pesantren Darul A’mal adalah para santri dan kyainya

tidak mudah menyalahkan orang lain, mengkafirkan sesama. Itulah

Page 138: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

sesungguhnya yang dibangun karena pada setiap manusia ada keterbatasan

diri, sehingga Allah menciptakan keberagamanan. Keberagamaan ialah

anugerah Tuhan dan karena keterbatasan sehingga bisa saling melengkapi.

Cara menyikapi keragamanan dengan cara tawasut, tawazun bukan

saling menegasikan satu sama lain, keragamana harus di lihat dengan

kelembutan dan kasih sayang Pondok Pesantren Darul A’ma; memiliki

kontribusi dalam pembentukan karakter Islam yaitu aswaja.

Pondok Pesantren Darul A’mal Metro mengajarkan santrinya untuk

wajib mencintai tanah air. Sikap cinta tanah air ini sebagai representasi dari

ajaran hubbul wathan minal iman, cinta tanah air itu sebagian dari iman.

Hanya di daerah atau negara yang tidak bergolak yang penuh damai nilai

dalam syariat Islam bisa ditegakkan. Jadi syarat untuk menunaikan ajaran

Islam ialah kondisi negara yang aman, itulah mengapa cinta tanah air bagian

dari iman. Nasionalisme ditanamkan di Pondok Pesantren Darul A’mal.

Nilai-nilai karakter aswaja tersebut dijadikan nilai-nilai inti aswaja di

setiap harinya dalam pembelajaran. Dengan kata lain, nilai-nilai karakter

bernuansa aswaja tersebut menjadi ruh karakter pada setiap pembelajaran yang

dilakukan di Pondok Pesantren Darul A’mal Metro.

2. Faktor Pendukung

a) Lingkungan Pondok Pesantren

Faktor pendukung yang pertama adalah lingkungan Pondok

Pesantren yang kondusif dan strategi sehingga dalam penanaman karakter

aswaja kepada para santri dapat berjalan dengan baik, terlihat dari hasil

Page 139: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

wawancara dengan salah satu santri yang menyatakan bahwa di dalam

lingkup Pondok terdapat beberapa aturan yang harus di patuhi seperti

bangun pagi-pagi untuk sholat tahajud dilanjutkan tadarus Al-Qur’an

menjelang subuh dan seterusnya, sehingga apa yang didapat dari

kebiasaan-kebiasaan tersebut, akan menjadikan pribadi yang muslim.

b) Peran Ustadz/Ustadzah.

Perubahan perilaku pada dasarnya dipengaruhi oleh pendidikan

yang ia terima sepanjang hanyatnya, pendidikan ini bukan saja sebatas

yang formal seperti sekolah atau kursus-kursus namun dalam arti luas

artinya segala sesuatu yang diterima manusia melalui panca indera itu

menjadi bagian dari pendidikan. Melihat, mendengar, merasa, dan meraba

merupakan komponen penting dalam pendidikan dan itu sangat-sangat

mudah ia dapatkan dari lingkungan, baik lingkungan pendidikan formal

atau non formal.

Lingkungan juga berperan penting dalam perilaku manusia

khususnya Pondok Pesantren, sebab dari sinilah perlakuan-perlakuan yang

terus menerus dan terstruktur masih diberikan kepada santri, sehingga

santri diharapkan dapat merubah perilakunya sesuai yang diharapkan.

Pondok Pesantren yang telah memberikan lingkungan yang menunjang

bagi kesuksesan pendidikan maka secara langsung dan tidak langsung

memberikan sentuhan perlakuan kepada santri. Lingkungan itu meliputi 1)

fisik seperti bangunan, alat, sarana , dan ustadz dan ustadzah, 2) non fisik

Page 140: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

yaitu kurikulum, norma, dan pembiasaan nilai-nilai kehidupan yang

terlaksana di Pondok Pesantren itu.

Faktor yang mendukung bagi penanaman karakter aswaja dalam

diri santri di Pondok Pesantren Darul A’mal Metro adalah faktor

lingkungan dan adanya pengawasan dari para ustadz dan ustadzah di

lingkungan pesantren. Lingkungan berperan penting dalam perilaku santri

khususnya di Pondok Pesantren, sebab dari sinilah perlakuan-perlakuan

yang terus menerus dan terstruktur masih diberikan kepada santri,

sehingga santri diharapkan dapat merubah perilakunya sesuai yang

diharapkan. Pondok Pesantren yang telah memberikan lingkungan yang

menunjang bagi kesuksesan pendidikan maka secara langsung dan tidak

langsung memberikan sentuhan perlakuan kepada santri. Lingkungan itu

meliputi fisik seperti bangunan, alat, sarana, dan ustadz dan ustadzahnya

kemudian non fisik yaitu kurikulum, norma, dan pembiasaan nilai-nilai

kehidupan yang terlaksana di Pondok Pesantren tersebut.

3. Faktor Penghambat

Faktor-faktor penghambat metode pembiasaan dalam penanaman

karakter Aswaja di Pondok Pesantren Darul A’mal Metro adalah unsur-unsur

negatif yang menyebabkan nilai-nilai karakter Aswaja tidak dapat dengan

mudah diinternalisasikan dalam diri santri.Adapun faktor penghambat metode

pembiasaan dalam penanaman karakter Aswaja adalah sebagai berikut:

a. Santri yang Tidak Seluruhnya Tinggal di Lingkungan Pondok Pesantren

atau Asrama.

Page 141: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

Santri yang tidak tinggal di lingkungan Pondok Pesantren memang

sangat mempengaruhi proses penanaman karakter aswaja, karena

menyebabkan tidak meratanya proses penanaman karakter aswaja pada

santri dan itu terlihat perbedaan yang cukup signifikan dalam perilaku

santri dalam sehari-hari baik di dalam lingkungan Pondok pesantren

maupun di luar lingkungan Pondok Pesantren.

b. Latarbelakang Ustadz/Ustadzah

Latarbelakang ustadz/ustadzahmerupakan faktor penghambat dalam

proses penanaman karakter aswaja, karena dalam proses penanaman

karakter aswaja jika latarbelakang ustadz/ustadzahberbeda itu sangat sulit

dalam proses penanaman karakter aswaja. Misalnya, dalam penanaman

karakter aswaja seperti menerangkan apa itu aswaja kepada para santri

kalau ustadz/ustadzahlatar belakang pendidikan berasal dari Pondok

Pesantren akan mudah untuk menerangkan, tetapi jika ada ustazd/ustazdah

yang tidak berasal dari Pondok Pesantren yang berbasis umum akan sulit,

karena pemahaman tentang aswaja kurang. Terkadang

ustadz/ustadzahyang latar belakang pendidikannya tidak berasal dari

Pondok Pesantren kurang mencontohkan seorang pendidik, sehingga para

santri kadang mengkritis perilaku pendidik yang berasal dari luar Pondok

Pesantren.

Faktor yang menghambat penanaman karakter aswaja dalam diri

santri adalah karena tidak semua ustadz/ustadzahmemiliki latar belakang

pendidikan keluaran dari Pondok Pesantren. Hal ini menyebabkan

Page 142: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

penanaman karakter aswaja yang tidak dapat secara merata terlaksana bagi

semua santri di Pondok Pesantren Darul A’mal Metro.

Page 143: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis pada bab sebelumnya, maka

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswaja di

Pondok Pesantren Darul A’mal Metro, melalui empat karakter aswaja

yaitu tawassut, tawazun, ta’adul, dan tasamuh. Keempat karakter tersebut

diaplikasikan dalam bentuk aktivitas pembiasaan yang telah dijadwalkan

oleh Pondok Pesantren.

2. Faktor-faktor mendukung metode pembiasaan dalam penanaman karakter

aswaja di Pondok Pesantren Darul A’mal Metro adalah:

a. Lingkungan Pondok Pesantren yang kondusif dan strategis .

b. Bimbingan dan pengawasan dari ustadz/ustadzah baik di dalam asrama

maupun di luar asrama.

3. Faktor-faktor penghambat metode pembiasaan dalam penanaman karakter

aswaja di Pondok Pesantren Darul A’mal Metro Metro adalah:

a. Tidak semua santri tinggal di asrama/pondok pesantren.

b. Latar belakang pendidikan ustadz/ustadzah.

Page 144: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

B. Implikasi

Setelah dilakukan dengan cara penelusuran terhadap petikan

wawancara dari informan maka ditemukan bahwa implementasi metode

pembiasaan dalam penanaman karakter aswaja di Pondok Pesantren Darul

A’mal Metro melalui empat karakter aswaja yaitu tawassut, tawazun, ta’adul,

dan tasamuh. Keempat karakter tersebut diaplikasikan dalam bentuk aktivitas

pembiasaan yang telah dijadwalkan oleh Pondok Pesantren. Aktivtas tersebut

sudah dijadwalkan secara maksimal, namun ada beberapa faktor yang

menjadi penghambat proses penanaman karakter aswaja yaitu tidak semua

santri tinggal di asrama/pondok pesantren dan latar belakang pendidikan

ustadz/ustadzah, sehingga dibutuhkan upaya peningkatan proses penanaman

karakter aswaja pada santri.

C. Saran

1. Pendidikan berbasis pesantren ini salah satu harapan baik bagi dunia.

Karena itu, untuk merubah karakter yang tidak baik, tidak memudah

membalikan sebelah tangan

2. Pondok Pesantren merupakan tempat yang tepat untuk merubah akhlak

dan karakter yang melanda generasi muda saat ini yang kurang baik.

dengan mengedepankan pendidikan tidaklah bangsa Indonesia kehilangan

jati diri sendiri sebagai bangsa yang kaya akan budaya dan dapat

menanamkan karakter yang dapat membangun dan memajukan bangsa.

3. Dalam penanaman karakter aswaja di Pondok Pesantren Darul A’mal

semoga menjadikan para santri yang mempunyai akhlak mulia atau

Page 145: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

akhlakul karimah. Yang merupakan misi dari Pondok Pesantren Darul

A’aml sendiri, yang menjadikan Pondok Pesantren yang berkualitas dan

dapat mencetak generasi-generasi yang intek dan akhlak baik. juga dapat

menanamkan nilai-nilai karakter yang masih dimiliki pada setiap orang.

Page 146: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos, 2001.

Abdullah Ibnu Sa’d al-Falih, Tarbiyatul Abna`, terj. Kamran As’at Irsyady, Langkah Praktis Mendidik Anak Sesuai Tahapan Usia, Bandung: Irsyad

Baitus Salam, 2007. Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, Jakarta: Pustaka

Amani, 2007.

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidik dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya,2005.

Andree Feillard, NU vis-à-vis Negara, Yogyakarta: L’Harmattan Archipel, 1999.

Amaliah dan Heri Gunawan, Pendidikan karakter, Bandung : Alfabeta, 2014.

Arifin HM, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum, Jakarta:Bumi

Aksara,2000. Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat

Press, 2002.

Departemen Agama R.I, Pola Pembelajaran Di Pesantren, Jakarta: Departemen Agama RI, 2001.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. 9, Jakarta: Balai Pustaka, 1997.

H. A. Hasyim Muzadi, Nahdlatul Ulama di tengah agenda persoaalan, Jakarta: PT.Logos Wacana Ilmu, 1999.

Heri Gunawan , Pendidikan Karakter , Bandung : Alfabeta, 2014.

Hermawati , Pendidikan Sebagai Model, Bandung : Remaja Rosda Karya, 2016.

Humaidi Abdusami, Ridwan Fakla AS., 5 Rais ‘Am Nahdlatul Ulama, yogyakarta:Pustaka Pelajar, 1995.

Jamal Ma’mu Rezim Gender di NU, Cet.1 Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2015

Page 147: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

Jasa Ungguh Muliawan, 45 Model Pembelajaran Spektakuler, Jogjakarta : Ar-

Ruzz Media, 2016.

Kementerian Pendidikan Nasional, LITBANG, Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nili-Nilai Budaya untuk

Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa: Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, Jakarta: Pusat Kurikulum, 2010.

Kemendiknas, Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, Pedoman Sekolah, Jakarta :Balitang, 2010.

Laode Ida, NU Muda, Jakarta: Erlangga, 2004.

Masykur Hasyim, Merakit Negeri Berserakan, Surabaya: Yayasan 95, 2002

Meity Taqdir Qodratilah dkk, Kamus Bahasa Indonesia untuk Pelajar, Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2011.

Masykur Hasyim, Merakit Negeri Berserakan, (Surabaya: Yayasan 95, 2002.

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007.

Muhammad Yaumi, Pendidikan Karakter Landasan, Pilar & Implementasi, Cet.1, Jakarta : Kencana, 2014

Muhyiddin Abdusshomad, Hujjah NU: Akidah, Tradisi, Surabaya: Khalista,

2008.

Nurcholish Madjid, Bilik-Bilik Pesantren, Sebuah Potret Perjalanan, Jakarta:

Paramadina, 2000. Nur Sayyid Santoso Kristeva, Sejarah Teologi Islam Dan Akar Pemikiran

Ahlusssunnah Wal Jamaah, Cet.1, ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar , 2014.

Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2005. Ridwan Nasir, Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal, Pondok Pesantren di

Tengah Arus Perubahan, Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2005.

Ridwan, Paradigma Politik NU, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004. S. Nasution. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung: Tarsito, 2002.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif dan R&D, Bandung: Al-

Fabaeta, 2006.

Page 148: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

Suharsimi Arikunto.Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2006.

Sulthon Masyhud dan Khusnurdilo. Manajemen Pondok Pesantren,Jakarta: DivaPustaka, 2003

Tim Redaksi Sinar Grafika, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

(Nomor 20 Tahun 2003), Jakarta: Sinar Grafika, 2007.

Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: P.T. Bulan Bintang, 2005.

Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2010.

Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter : Konsepsi Dan Aplikasi Dalam Lembaga Pendidikan , Jakarta:Kencana,2011.

Page 149: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

ALAT PENGUMPUL DATA

IMPLEMENTASI METODE PEMBIASAAN DALAM PENANAMAN

KARAKTER ASWAJA NU DI PONDOK PESANTREN DARUL A’MAL

METRO LAMPUNG

Oleh :

M. SUKRON

NPM. 1403741

Program Studi: Pendidikan Agama Islam

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO

1438 H/2017 M

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Makhrus As’ad, M.Ag

NIP. 19611221 199603 1 001

Dr. H.Khoirurrijal, M.A

NIP. 19730321 200312 1 002

Page 150: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

IMPLEMENTASI METODE PEMBIASAAN DALAM

PENANAMAN KARAKTER ASWAJA NU DI PONDOK PESANTREN

DARUL A’MAL METRO

KISI-KISI INSTRUMEN

No Fokus indikator Sub indikator Item Jml

1 Implementasi Metode Pembiasaan

1. Implementasi Metode Pembiasaan

1. Kegiatan harian 2. Kegiatan mingguan 3. Kegiatan bulanan

4. Kegiatan tahunan

3 3 3 3

12

2 Penanaman Karakter Aswaja NU

1. Tawassuth s. Religious t. Kejujuran

1 1

8

2. Tawazun a. Peduli Sosial b. Tanggung Jawab

1 1

3. Ta’adul a. Kedisplinan b. Peduli Lingkungan

1 1

4. Tasamuh a. Toleransi

b. Kemandirian

1 1

3 Pondok Pesantren Darul A’mal

1. Profil Pondok Pesantren Darul A’mal

1. Profil Pondok 2. Visi dan Misi 3. Letak Geografis

4. Data Guru/ Ustadz/ Pengurus

5. Data Santri

6. Struktur Organisasi 7. Sarana dan Prasarana

Page 151: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

PEDOMAN OBSERVASI

NO KOMPONEN KATEGORI

BS B CB KB

1 Keadaan Fisik a. Situasi lingkungan Pondoke Pesantren

Darul A’mal Metro

b. Ruang belajar santri dan fasilitas belajar

c. Sarana dan prasarana yang menunjang

kegiatan belajar mengajar

2 Kegiatan Ustadz/Ustadzah saat proses pembelajaran

a. Membuka pelajaran

Menarik perhatian santri

Gaya mengajar Ustadz/Ustadzah

Penggunaan alat-alat bantu peraga

Pola interaksi yang bervariasi

b. Pemberian motivasi

Memberikan pesan / nasehat supaya

belajar lebih tekun

c. Menutup pelajaran

Meninjau kembali

Memberikan kesimpulan

d. Melakukan evaluasi

Keterangan:

BS : Baik Sekali B : Baik

CB : Cukup Baik KB : Kurang Baik

Page 152: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

PEDOMAN DOKUMENTASI

No Nama Ada Tidak Ket.

1 Profil Pondok Pondok Pesantren Darul A’mal Metro Lampung

2 Visi dan Misi Pondok Pesantren Darul A’mal Metro Lampung

3 Letak Geografis Pondok Pesantren Darul A’mal Metro Lampung

4

Kondisi Pondok Pesantren Darul A’mal Metro Lampung

5 Data Guru/ Ustadz/ Pengurus Pondok Pesantren Darul A’mal Metro Lampung

6 Data SantriPondok Pesantren Darul A’mal Metro Lampung

7 Struktur Organisasi Pondok Pesantren Darul A’mal Metro Lampung

8 Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Darul A’mal Metro Lampung

Page 153: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

PEDOMAN WAWANCARA KEPADA PEMIMPIN

PONDOK PESANTREN DARUL A’MAL METRO

A. Petunjuk Pelaksanaan

1. Wawancara terpimpin

2. Selama penelitian berlangsung, peneliti mencatat dan mendeskripsikan

hasil wawancara

3. Waktu pelaksanaan wawancara sewaktu-waktu masih dapat berubah

mengikuti perkembangan situasi dan kondisi yang terjadi di lapangan

B. Identitas

Nama informan : ............................................................... Jabatan : ...............................................................

Alamat : ...............................................................

C. Pertanyaan

1. Jelaskan tentang majelis taklim di Pondok Pesantren Darul A’amal, serta

apa tujuan dari majelis taklim?

2. Jelaskan tentang Pondok Pesantren Darul A’mal yang berbasis NU!

3. Cinta tanah air selalu di ajarkan di Pondok Pesantren Darul A’amal Metro!

4. Apa faktor pendukung dalam proses penanaman karakter aswaja UN di

Pondok Pesantren Darul A’mal?

Page 154: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

PEDOMAN WAWANCARA KEPADA USTADZ

PONDOK PESANTREN DARUL A’MAL METRO

A. Petunjuk Pelaksanaan

1. Wawancara terpimpin

2. Selama penelitian berlangsung, peneliti mencatat dan mendeskripsikan hasil

wawancara

3. Waktu pelaksanaan wawancara sewaktu-waktu masih dapat berubah

mengikuti perkembangan situasi dan kondisi yang terjadi di lapangan

B. Identitas

Nama informan : ............................................................... Jabatan : ...............................................................

Alamat : ...............................................................

C. Pertanyaan

1. Jelaskan apa itu pesantren kota!

2. Aktivitas apa sebelum proses belajar di mulai? 3. Aktivitas apa diakhir pembelajaran yang dilakukan?

4. Apakah sholat dhuhur dilakukan dengan berjama’ah? Kemudian puji-puji atau sholawatan sebelum sholat dimulai?

5. Selesai sholat dhuhur aktivtas apa lagi yang dilakukan di Pondok ini?

6. Contoh dari nilai karakter tawazun yang sering diberikan kepada para santri, apa saja!

7. Selain contoh negatif nilai karakter tawazun, contoh yang positif seperti apa?

8. Jelasakan apa itu tawazun menurut pengertian ustadz sendiri!

9. Jelaskan contoh dari nilai karakter ta’adul atau adil! 10. Apa tujuan daru karakter tawazun yang dikembangkan di Pondok

Pesantren Darul A’mal Metro! 11. Selain metode pembiasaan adakah metode lain yang digunakan dalam

penanaman karaktr aswaja di Pondok Pesantren Darul A’aml Metro!

12. Bagaimana kita berbuat adil kepada orang lain? 13. Ketika berbuat adil pada diri sendiri maka akan meraih keberhasilan dalam

hidup, benarkah? 14. Jelaskan contoh dari nilai karakter ta’adul (adil) 15. Contoh berbuat adil kepada orang lain, jelaskan!

16. Jelaskan ketika kita berprasangkat baik kepada orang lain! 17. Jelasakan apa itu tasamuh menurut ustadaz!

18. Jelaskan tradisi Pondok Pesantren Darul A’mal dalam nilai karakter tasamuh!

19. Bagaimana proses penanaman karakter aswaja kepada santri

Page 155: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

20. Apa faktor pendukung penanaman karakter aswaja di Pondok Pesantren

Darul A’mal Metro? 21. Apa faktor penghambat proses penanaman karakter aswaja di Pondok

Pesantren Darul A’mal?

22. Faktor penghambat selain di sebutkan di atas yang lain apa?

Page 156: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

PEDOMAN WAWANCARA KEPADA SANTRI

PONDOK PESANTREN DARUL A’MAL METRO

A. Petunjuk Pelaksanaan

1. Wawancara terpimpin

2. Selama penelitian berlangsung, peneliti mencatat dan mendeskripsikan hasil

wawancara

3. Waktu pelaksanaan wawancara sewaktu-waktu masih dapat berubah

mengikuti perkembangan situasi dan kondisi yang terjadi di lapangan

B. Identitas

Nama informan : ............................................................... Jabatan : ...............................................................

Alamat : ...............................................................

C. Pertanyaan 1. Setiap hari Anda membaca Al-Qur’an sebelum pembelajaran dimulai?

2. Apa hukumnya membaca Al-Qur’an sebelum pembelajaran dimulai?

3. Menurut Anda melakukan perbuatan maksiat dikatakan baik!

4. Bagaimana menurut pendapat Anda tentang adil dalam pembelajaran

diniyah antara kelas jurumiyah dengan lafiyah awal?

5. Materi kelas jurumiyah dengan kelas alfiyah mempunyai perbedaan?

6. Apakah di Pondok Pesantren Darul A’mal Anda menerima ilmu

pengetahuan tentang karakter aswaja?

7. Di lingkungan Pondok Pesantren wajib melakukan tutur sapa yang sopan!

8. Kegiatan yang dilakukan setiap harinya seperti apa?

9. Menurut Anda bagaimana ustadz/ustadzah memberikan membimbing

kepada para santri?

Page 157: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

Lampiran 1 Pedoman Wawancara

PETIKAN HASIL WAWANCARA

Pewawancara : M. Sukron Informan : KH. Ahmad Dahlan Rosyid

Jabatan : Dewan A’wam Tempat : Ruang Pimpinan/Kyai

No Pertanyaan Jawaban

1 Jelaskan tentang majelis taklim di Pondok Pesantren Darul A’amal, serta apa

tujuan dari majelis taklim?

(W1/PP/1/17-2-2017)

Majelis taklim merupakan salah satu lembaga pendidikan keagamaan khas Islam yang tumbuh subur di tentah-tengah masyarakat. Majelis taklim adalah salah satu lembaga pendidikan diniyah non formal yang bertujuan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT dan akhlak mulia bagi jamaahnya, serta mewujudkan rahmat bagi alam semesta.

2 Jelaskan tentang Pondok Pesantren Darul A’mal yang

berbasis NU!

(W1/PP/2/17-2-2017)

Pondok Pesantren Darul A’mal Metro berada di Kota Metro dan berbasis Nahdlatul Ulama. Pondok Pesantren Darul A’mal Metro sudah menempatkan dirinya sebagai pondok pesantren berlatar belakang Nadhlatul Ulama telah menerapkan pendidikan karakter dengan Grand Design Pesantren Kota yang bertumpu pada nilai-nilai aswaja menurut Nahdlatul Ulama atau NU.

3 Cinta tanah air selalu di

ajarkan di Pondok Pesantren Darul A’amal Metro

(W1/PP/3/17-2-2017)

Pondok Pesantren Darul A’mal Metro mengajarkan santrinya untuk wajib mencintai tanah air. Sikap cinta tanah air ini sebagai representasi dari ajaran hubbul wathan minal iman, cinta tanah air itu sebagian dari iman. Hanya di daerah atau negara yang tidak bergolak yang penuh damai nilai dalam syariat Islam bisa ditegakkan. Jadi syarat untuk menunaikan ajaran Islam ialah kondisi negara yang aman, itulah mengapa cinta tanah air bagian dari iman. Nasionalisme ditanamkan di Pondok Pesantren Darul A’mal.

4 Apa faktor pendukung

dalam proses penanaman karakter aswaja di Pondok Pesantren Darul A’mal

Metro?

Lingkungan Pondok Pesantren yang kondusif dan strategis, di mana tersedia fasilitas pembelajaran yang memadai dan lokasi Pondok Pesantren yang berada dalam lingkup kota Metro. Iklim Pesantren ini mendukung proses penanaman karakter Aswaja. Di lingkungan

Page 158: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

(W1/PP/4/17-2-2017)

Pondok Pesantren, santri ditutut untuk berperilaku sesuai dengan pedoman agama Islam.

Page 159: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

PETIKAN HASIL WAWANCARA

Pewawancara : M. Sukron Informan : Ust. Nasrudin,S.Pd.I dan Ust Toni Wijaya, S.Pd.I

Jabatan : Dep. Pendidikan dan Dakwah Tempat : Ruang Kantor

No Pertanyaan Jawaban

1 Jelaskan apa itu pesantren kota!

(W2/US/1/17-2-2017)

Gagasan Pesantren Kota yang dimaksud ialah menjadikan komunitas kampung santri atau kampung aswaja NU, yang indikatornya berupa munculnyaaktivitas-aktivitas kajian agama yang intens dan terutama (sebagai ciri Pesantren NU) ialah dikajinya kitab kuning, busana yang dipakai warga santri ialah busana muslim (termasuk tamu yang masuk kompleks Pondok Pesanttren Darul A’aml) serta mempraktekan amaliyah para wali/Kyai yang biasa dilaksanakanoleh Pesantren NU, seperti istighashah, tahlilan, yasinan, membaca solawat Nabi, wiridan an sebagainya. Jugaaktivtas santri yang belajar qiro’ah, khitobah, diskusi, latihan musik sholawat, belajar kaligrafi dan sebagainya.

2 Aktivitas apa sebelum proses belajar di mulai? (W2/US/2/17-2-2017)

Membaca Al-Qur’an yaitu surat-surat pendek pada setiap awal pelajaran selama 10 menit. Kemudian membaca doa “Raditu billahirobbah” dan seterusnya diawal pelajaran.

3 Aktivitas apa diakhir pembelajaran yang dilakukan? (W2/US/3/17-2-2017).

Kemudian di akhir pelajaran tidak lupa membaca suara al-Asr sebagai penutup bahwa akhir proses pembelajaran hari ini telah selesai.

4 Apakah sholat dhuhur dilakukan dengan berjama’ah? Kemudian puji-puji atau sholawatan sebelum sholat dimulai? (W2/US/4/17-2-2017).

Sholat dhuhur perjama’ah dan sholat rowatib setiap hari dengan protokoler yang lengkap namun sebelum sholat berjama’ah terlebih dahulu puji-pujian atau sholawatan.

5 Selesai sholat dhuhur aktivtas apa lagi yang dilakukan di Pondok ini?

Kemudian dilanjutkan dengan membaca sholawat nariyah supaya mendapat rezki yang berkah.

Page 160: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

(W2/US/5/16-2-2017)

6 Contoh dari nilai karakter tawazun yang sering diberikan kepada para santri, apa saja! (W2/US/6/17-2-2017)

Merokok, minuman keras, berjudi, narkoba dan semua perbuatan maksiat lainnya atau meskipun tidak berbuat maksiat dia memenuhi kebutuhan secara berlebihan, seperti makan dan tidur dengan berlebih-lebihan atau bermalas-malasan fenomena seperti ini merupakan suatu kecenderungan terus menerus terhadap hal yang negatif”.

7 Selain contoh negatif nilai karakter tawazun, contoh yang positif seperti apa?

(W2/US/7/17-2-2017)

Seseorang yang terus menerus melakukan ibadah dengan cara mengurung diri serta tak memperdulikan lingkungan sosial sekitar, itupun juga tidak baik,

8 Jelasakan apa itu tawazunmenurut pengertian ustadz sendiri! (W2/US/8/17-2-2017)

Meskipun diartikan sebagai suatu keseimbangan atau adil, hal itu bukan berarti harus menempatkan posisi ditengah-tengah atau jalan tengah, karena realitanya suatu pertengahan belum tentu menunjukan suatu keseimbangan, karena tergantung bobotnya.

9 Jelaskan contoh dari nilai karakter ta’adul atau adil! (W2/US/9/17-2-2017)

Masing-masing anak yang berbeda tingkat pendidikannya tidaklah sama dalam segi materi pelajaran ataupun tugas, kelas alfiyah awal lebih tinggi atau lebih dalam materi yang akan dipelajari sedangkan kelas jurumiyah belum begitu tinggi atau dalam, karena jika seorang ustadz atau ustadzah berpegang pada prinsip keadilan tentu ia akan memberikan materi pelajaran yang sama antara kelas jurumiyah dan kelas alfiyah awal dan itu akan mengakibatkan tidak baik bagi anak atau santri yang kelas jurumiyah karena tidak akan sampai pola pemikirannya.

10 Apa tujuan daru karakter tawazun yang dikembangkan di Pondok Pesantren Darul A’mal Metro! (W2/US/10/17-2-2017)

Kegiatan pembiasaan karakter aswaja tawazun di Pondok Pesantren Darul A’mal bertujuan agar kita sebagai insan yang muslim tidak melakukan sesuatu hal yang berlebihan dan mengesampingkan hal-hal yang lain atau malah melupakannya, padahal hal yang dimaksud memiliki hak yang harus ditunaikan pada diri kita.

Page 161: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

11 Selain metode pembiasaan adakah metode lain yang digunakan dalam penanaman karaktr aswaja di Pondok Pesantren Darul A’aml Metro! (W2/US/11/17-2-2017)

Selain metode pembiasaan para ustdaz atau ustadzah dalam memberikan penjelasan tentang karakter aswaja tawazun melalui metode kisah seperti yang dijelaskan oleh salah satu ustadz bahwa metode kisah seperti kisah para sahabat Rasulullah SAW ada tiga orang sabahat Rasulullah SAW yang datang kepada beliau dan mengutarakan maksudnya masing-masing orang yang pertama mengatakan bahwa dia tidak akan menikah selama hidupnya, kemudian orang yang kedua mengatakan bahwa dia akan berpuasa setiap hari dan terus menerus seumur hidupnya dan yang terakhir mengatakan bahwa ia akan sholat tanpa henti-hentinya, namun apa kata Rasulullah SAW, kalian jangan seperti itu, masing-masing urusan ada haknya, urusan dunia haknya sedangkan urusan akhirat ada juga haknya, jalankan hal itu dengan seimbang.

12 Bagaimana kita berbuat adil kepada orang lain? (W2/US/12/17-2-2017)

Sebelum berbuat adil kepada orang lain terlebih dahulu kita harus berbuat adil kepada diri sendiri. Berbuat adil pada diri sendiri berarti menempatkan diri sendiri pada tempat yang baik dan benar serta tidak menuruti hawa nafsu yang dapat mencelakakan diri sendiri.

13 Ketika berbuat adil pada diri sendiri maka akan meraih keberhasilan dalam hidup, benarkah? (W2/US/13/17-2-2017)

Jika seseorang mampu berbuat adil terhadap dirinya, maka ia akan meraih keberhasilan dalam hidupnya, bahagia secara batiniah, menjadi pribadi yang menyenangkan sehingga disukai banyak orang, dapat meningkatkan kualtias dirinya dan nantinya memperoleh kesejahteraan baik di dunia maupun di akherat.

14 Jelaskan contoh dari nilai karakter ta’adul (adil) (W2/US/14/17-2-2017)

Sebagai contoh santri melakukan aktivitas pada waktunya seperti waktu sholat dhuhur berjamaah santri langsung menjalanakan ibadah sholat duhur berjamaah, masuk waktu makan, santri langsung makan, pada saat masuk waktu tidur para santri tidur secukupnya dan seterusnya.

15 Contoh berbuat adil kepada orang lain, jelaskan! (W2/US/15/17-2-2017)

Berbuat adil kepada orang lain dicontohkan kepada para santri seperti berkata dengan santun. Lidah itu tajam dan akibat ucapan yang salah dapat menyakiti hati orang lain. Oleh karena itu hendaknya kita harus berhati-hati terhadap apa yang dibicarakan yang sekiranya tidak menyinggung orang lain. Memposisikan

Page 162: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

diri kita sebagai lawan bicara tentu tidak ingin disakiti sebab apa yang diucapkan.

16 Jelaskan ketika kita berprasangkat baik kepada orang lain! .(W2/US/16/17-2-2017)

Berprasangka baik kepada orang lain dapat menciptakan enerti positif dan menjadikan orang lain senang untuk bergaul dengan kita. Kita pun akan memiliki banyak relasi karena perlakuan baik kepada orang lain berfek baik pula kepada diri kita.

17 Jelasakan apa itu tasamuh menurut ustadaz! (W2/US/17/17-2-2017)

Tasamuh atau toleransi ini menyadarkan pada satu sikap sama-sama berlaku baik, lemah lembut dan saling pemaaf. Tasamuh adalah sikap akhlak terpuji dalam pergaulan, yakni terdapat rasa saling menghargai antara sesama manusia dalam batas-batas yang digariskan ajaran Islam. Itulah salah satu ciri pokok dari tradisi yang dikembangkan dari lorong pondok pesantren, khususnya Pondok Pesantren darul A’mal Metro.

18 Jelaskan tradisi Pondok Pesantren Darul A’mal dalam nilai karakter tasamuh! (W2/US/18/17-2-2017).

Tradisi Pondok Pesantren Darul A’mal adalah para santri dan kyainya tidak mudah menyalahkan orang lain, mengkafirkan sesama. Itulah sesungguhnya yang dibangun karena pada setiap manusia ada keterbatasan diri, sehingga Allah menciptakan keberagamanan. Keberagamaan ialah anugerah Tuhan dan karena keterbatasan sehingga bisa saling melengkapi.

19 Bagaimana proses penanaman karakter aswaja kepada santri (W2/US/19/18-2-2017)

Agar nilai-nilai karakter aswaja dapat terinternalisasi dalam diri santri, maka ia tidak hanya mendidik dan mengawasi santri dalam lingkungan asrama semata, tetapi juga di sekolah formal, dalam aktivitas sehari-hari, ia mengupayakan agar santri terbiasa melaksanakan pengetahuan ke-Islaman yang diperoleh di asrama pondok dalam kehidupan sehari-hari.

20 Apa faktor pendukung penanaman karakter aswaja di Pondok Pesantren Darul A’mal Metro? .(W2/US/20/17-2-2017)

Para ustadz/ustadzah tidak hanya membimbing santri di dalam asrama pondok semata, tetapi juga mengawasi santri dan membimbing mereka di asrama seperti sekolah formal, dalam keseharian, ustadz/ustadzah selalu menjadi panutan bagi para santri yang berada di lingkungan Pesantren untuk bertindak sesuai dengan aturan dan pelajaran yang telah diberikan. Biasanya ustadz/ustadzah akan menegur santri apabila terlihat santri tidak

Page 163: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai ke-Islaman yang telah diajarkan di asrama atau sekolah. Ustadz/ustadzah selalu mengawasi santri yang tinggal di lingkungan Pesantren sehingga secara perlahan santri akan terbiasa untuk bertindak dan berperilaku sesuai dengan norma-norma ke-Islaman

21 Apa faktor penghambat proses penanaman karakter aswaja di Pondok Pesantren Darul A’mal? (W2/US/21/17-2-2017)

Santri yang tidak seluruhnya tinggal di asrama menyebabkan tidak meratanya tingkat penanaman karakter aswaja dalam diri santri. Pada sebagian santri mereka tinggal di asrama, nilai-nilai karakter aswaja terlihat telah ternanam dalam diri santri secara baik yang tercermin dalam perilaku keseharian mereka di lingkungan Pesantren, sementara pada sebagian santri yang tidak tinggal di lingkungan Pesantren terlihat perbedaan yang cukup signifikan dalam perilaku sehari-hari. Mereka yang tidak tinggal di asrama terlihat kurang dalam pengamalan keagamaan dalam kehidupan sehari-hari.

22 Faktor penghambat selain di sebutkan di atas yang lain apa? (W2/US/22/17-2-2017).

Memang benar latarbelakang ustadz/ustadzah yang bukan berasal dari Pondok Pesantren sangat sulit untuk menerangkan pembelajaran agama tengan aswaja, karena dasar-dasar keagamaan mereka sangat terbatas, dan sering dikritis oleh para santri.

Page 164: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

PETIKAN HASIL WAWANCARA

Pewawancara : M. Sukron Informan : Muhammad Derdiansyah Agustira

Jabatan : Santri Tempat : Ruang Belajar Santri

No Pertanyaan Jawaban

1 Setiap hari Anda membaca Al-Qur’an sebelum

pembelajaran dimulai?

(W3/SN/1/18-2017)

Kami setiap hari sebelum belajar di mulai membaca Al-Qur’an terlebih dahulu yaitu surat-surat pendek.

2 Apa hukumnya membaca

Al-Qur’an sebelum pembelajaran dimulai?

(W3/SN/2/18-2-2017)

Kegiatan pembacaan Al-Qur’an yaitu surat-surat pendek wajib dibaca setiap harinya sebelum proses belajar di mulai.

3 Menurut Anda melakukan perbuatan maksiat dikatakan

baik! (W3/SN/3/18-2-2017)

Setiap melakukan perbuatan maksiat baik merokok, narkoba, minuman keras serta memenuhi kebutuhan secara berlebihan seperti makan terlalu berlebihan, tidur juga terlalu berlebihan tidak sangatlah baik. begitupula dengan hal positif terlalu melakukan ibadah dengan cara mengurung diri serta tak memperdulikan lingkungan sosial sekitar, itupun juga tidak baik .

4 Bagaimana menurut pendapat Anda tentang adil

dalam pembelajaran diniyah antara kelas jurumiyah

dengan lafiyah awal? (W3/SN/4/17-2-2017

Suatu keseimbangan tidak mesti adil seperti saya, saya kelas jurumiyah sedangkan kakak saya kelas alfiyah awal, materi yang diberikan oleh ustadz atau ustadzah akan berbeda, artinya itu tidak seimbang kata ustadz atau ustadzah materi kelas jurumiyah sangat berbeda jauh dengan materi kelas alfiyah awal.

5 Materi kelas jurumiyah dengan kelas alfiyah

mempunyai perbedaan?

(W3/SN/5/18-2-2017)

itupun dibenarkan oleh para santri putri maupun santri putra bahwasannya tingkat materi yang diberikan oleh ustadz atau ustadzah sangat berbeda antara kelas jurumiyah dan kelas alfiyah awal.

Page 165: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

PETIKAN HASIL WAWANCARA

Pewawancara : M. Sukron Informan : Dimas Rinto

Jabatan : Santri Tempat : Ruang Belajar Santri

No Pertanyaan Jawaban

6 Apakah di Pondok Pesantren Darul A’mal Anda menerima ilmu pengetahuan tentang karakter aswaja? (W3/SN/6/17-2017)

Di Pondok Pesantren Darul A’amal Metro ini kami diberi ilmu tentang penanaman karakter yaitu perilaku adil, dan para ustadz atau ustadzah selalu memberikan penjelasan serta pengertian bahwasannya kita sebagai umat muslim harus dapat berbuat adil kepada diri sendiri sebelum berbuat adil kepada orang lain.

7 Di lingkungan Pondok Pesantren wajib melakukan

tutur sapa yang sopan!

(W3/SN/7/18-2-2017)

Di dalam lingkungan Pondok Pesantren Darul A’mal ini kita sebagai santriwan ataupun santriwati diharuskan bertutur sapa yang baik sopan santun, baik berkata santun dengan orang yang lebih tua maupun dengan yang lebih muda.

8 Kegiatan yang dilakukan

setiap harinya seperti apa?

(W3/SN/8/18-2-2017)

Di lingkungan Pesantren, kami terbiasa untuk bangun pagi-pagi sebelum subuh untuk bersama-sama melakukan shalat Tahajjud, setelah itu tadarus Al-Qur’an sampai menjelang subuh. Ketika subuh tiba, semua warga Pesantren pergi ke masjid untuk bersama-sama menunaikan shalat subuh berjamaah, setelah berzikir bersama kemudian kami mengaji dengan guru/kyai sesuai dengan pelajaran yang diambil oleh santri masing-masing. Keseharian kami selalu diwarnai dengan kehidupan yang Islami.

9 Menurut Anda bagaimana

ustadz/ustadzah memberikan membimbing

kepada para santri?

(W3/SN/9/18-2-2017)

Di lingkungan Pondok ustadz/ustadzah selalu memberikan bimbingan kepada santri untuk berprilaku sesuai dengan norma-norma karakter aswaja. Disamping itu, juga selalu melakukan pengawasan terhadap santrinya baik putra maupun putri agar selalu berperilaku sesuai dengan nilai-nilai karakter aswaja, dalam hubungan antara santri dengan santri lainnya, santri dengan ustadz/ustadzah dan dengan orangtua guru selalu memberikan arahan agar santri menjujung tinggi norma agama.

Page 166: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a
Page 167: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

Coding:

W.PP : Wawancara Pengasuh Pondok : KH. Ahmad Dahlan Rosyid

W.US: Wawancara Ustadz : Ust. Nasrudin, S.Pd.I dan

Ust. Towi Wijaya

W.SN : Wawancara Santri : Muhammad Ferdiansyah

Agustira dan Dimas Rinto

17-02-2017 : Tanggal/Bulan/Tahun Pengambilan Data

Page 168: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

Lampiran 2

LEMBAR OBSERVASI

NO KOMPONEN KATEGORI

BS B CB KB

1 Keadaan Fisik d. Situasi lingkungan Pondoke Pesantren

Darul A’mal Metro

e. Ruang belajar santri dan fasilitas belajar f. Sarana dan prasarana yang menunjang

kegiatan belajar mengajar

√ √

Baik

Baik Baik

2 Kegiatan Ustadz/Ustadzah saat proses pembelajaran e. Membuka pelajaran

Menarik perhatian santri

Gaya mengajar santri

Penggunaan alat-alat bantu peraga

Pola interaksi yang bervariasi

f. Pemberian motivasi

Memberikan pesan / nasehat supaya

belajar lebih tekun g. Menutup pelajaran

Meninjau kembali

Memberikan kesimpulan

h. Melakukan evaluasi

√ √

√ √

√ √ √

Baik Baik

Baik Cukup baik

Cukup baik Baik Baik

Baik

Baik Baik Baik

Keterangan:

BS : Baik Sekali

B : Baik CB : Cukup Baik

KB : Kurang Baik

Page 169: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

Lampiran 3

PEDOMAN DOKUMENTASI

No Nama Ada Tidak Ket.

1

2

3

4

5

6

7

Sejarah berdirinya Pondok Pesantren Darul A’mal Metro Letak Geografis Pondok Pesantren Darul

A’mal Metro Visi, Misi Pondok Pesantren Darul A’mal

Metro Data Ustadz/UstadzahPondok Pesantren Darul A’mal Metro

Data santriPondok Pesantren Darul A’mal Metro

Sarana dan prasarana Pondok Pesantren Darul A’mal Metro Struktur organisasi Pondok Pesantren Darul

A’mal Metro

√ √

√ √

Lengkap

Lengkap

Lengkap

Lengkap Lengkap Lengkap

Lengkap

Lengkap

Page 170: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

Lampiran 4

FOTO PENELITIAN

Foto 1 interview dengan Ustadz Nasrudin, S.Pd.I Pondok Pesantren Darul A’aml Metro

Foto 1 Interview dengan Ustadz Nasrudin, S.Pd

Foto 2 interview dengan Santri Pondok Pesantren Darul A’mal Muhammad Ferdiansyah Agustira

Page 171: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

Foto 3 interview Santri Pondok Pesantren Darul A’mal Dimas Rinto

Foto 4 Kegiatan belajar Santri kelas Jurumiyah Pondok Pesantren Darul A’mal

Page 172: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

Foto 5 Sholat bersajamaah Santri Pondok Pesantren Darul A’mal

Foto 6 Kegiatan ngaji kitab Santri Pondok Pesantren Darul A’mal

Page 173: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a
Page 174: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a
Page 175: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a
Page 176: implementasi metode pembiasaan dalam penanaman karakter aswajadi pondok pesantren darul a

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ogan Komering Ilir pada tanggal 2 Maret1990, anak

ke 3 dari 4 bersaudara dari pasangan ayahanda Robikan dan Ibunda Robin’atun.

Pendidikan dasar penulis tempuh di MI 3 Lubuk Seberuk lulus tahun 2002,

kemudian melanjutkan di SLTP N 08 Kayu Agung lulus tahun 2005. Selanjutnya

penulis melanjutkan di MA Darus Salam Bumi Agung selesai tahun 2009. Pada

jenjang S1 penulis melanjutkan di STAIN Jurai Siwo Metro Jurusan Tarbiyah

Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI) lulus tahun 2014. Kemudian melanjutkan

ke jenjang S2 di IAIN Metro mulai tahun 2014 sampai sekarang.