IMPLEMENTASI HIKMAH KISAH AL-QUR’AN...
Transcript of IMPLEMENTASI HIKMAH KISAH AL-QUR’AN...
1
IMPLEMENTASI HIKMAH KISAH AL-QUR’AN SURAT
AL-QASHASH AYAT 76-82 DALAM
MATA PELAJARAN MI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
ALIFATUL MAULA
NIM. 23040150176
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2019
i
ii
IMPLEMENTASI HIKMAH KISAH AL-QUR’AN SURAT
AL-QASHASH AYAT 76-82 DALAM
MATA PELAJARAN MI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
ALIFATUL MAULA
NIM. 23040150176
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2019
iii
iv
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
DAN
KESEDIAAN DI PUBLIKASIKAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Alifatul Maula
NIM : 23040150176
Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Judul : Implementasi Hikmah Kisah Al-Qur’an Surat Al-Qashash Ayat 76-82
dalam Mata Pelajaran MI
Menyatakan bahwa skripsi yang saya buat ini benar-benar merupakan hasil karya
sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain
yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Skripsi ini diperbolehkan untuk di publikasikan oleh e-repository IAIN Salatiga.
vi
MOTTO
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak
menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21)
vii
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas limpahan rahmat serta karunia-Nya, skripsi ini
penulis persembahkan untuk:
1. Ibu, Alm Bapak, nenek, dan Alm kakek tercinta yang telah memberikan kasih
sayang, perhatian, doa, nasihat, dan motivasi serta dukunganya selama ini;
2. Keluarga besarku yang selalu mendukungku dan mendoakanku;
3. Sahabat-sahabatku tercinta dan teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu
persatu, terimakasih atas dukungan kalian;
4. Teman seperjuangan angkatan 2015 khususnya jurusan PGMI.
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh
Puji syukur alhamdulillahi rabbil’alamin, senantiasa penulis panjatkan
kepada Allah Swt yang selalu melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tetap
dilimpahkan kepada Nabi Muhammad Saw, yang telah membawa risalah Islam yang
penuh dengan ilmu pengetahuan, sehingga dapat menjadi bekal hidup di dunia dan
akhirat kelak.
Merupakan kebahagiaan bagi penulis yang telah dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Implementasi Hikmah Kisah Al-Qur’an Surat Al-Qashash Ayat 76-82
dalam Mata Pelajaran MI”. Selanjutnya dengan penuh kerendahan hati penulis
sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesainya
skripsi ini.
Adapun ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya, penulis sampaikan
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Prof. Dr. Mansur, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan IAIN Salatiga.
3. Ibu Dr. Peni Susapti, M.Si. selaku ketua Program Studi PGMI IAIN Salatiga.
4. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si. selaku pembimbing skripsi yang telah dengan ikhlas
dan sabar memcurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan waktunya dalam
membimbing penyelesaian penulisan skripsi ini.
5. Ibu Khulalul Lutfiah. M.Pd.I. selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingan dan motivasi.
ix
6. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman
dengan penuh kesabaran, serta kariyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan
bekal ilmu dan pelayanan hingga studi ini selesai.
Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah Swt. serta
mendapatkan balasan yang berlipat ganda, Amin.
Penulis menyadari dan mengakui bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, semua ini dikarenakan keterbatasan kemampuan serta pengetahuan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan dalam
kesempurnaan skripsi ini. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya, serta pembaca pada umumnya, Amin.
Salatiga, 15 Juli 2019
Penulis
Alifatul Maula
NIM. 23040150176
x
ABSTRAK
Maula, Alifatul.2019. Implementasi Hikmah Kisah Al-Qur’an surat Al-Qashash Ayat
76-82 dalam Mata Pelajaran MI. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Institut
Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh, M.Si.
Kata Kunci: Hikmah Kisah Al-Qur’an
Hikmah Al-Qur’an merupakan bagian terpenting dalam kehidupan
manusia. Karena tanpa hikmah Al-Qur’an, manusia tidak akan memiliki
petunjuk, teladan, serta pegangan bagi kehidupan manusia di dunia ini,
dengan hikmah Al-Qur’an itulah dapat dibedakan antara manusia dengan
makhluk lainya karena, manusia memiliki akal pikiran yang dapat
membedakan antara perbuatan yang baik dan perbuatan yang buruk, jika
perbuatan itu baik maka dapat dikatakan akhlak terpuji dan jika perbuatan itu
jelek maka dapat dikatakan akhlak tercela.Untuk mengetahui hikmah yang
terkandung dalam ayat Al-Qur’an seseorang perlu memahami ayat, tetapi
kebanyakan orang pada masa sekarang hanya membaca Al Qur’an saja tanpa
mau memahami apa arti dari ayat tersebut.
Penelitian ini betujuan untuk mengetahui (1) Bagaimana isi kandungan
Al-Qur’an surat Al-Qashash ayat 76-82? (2) Bagaimana implementasi hikmah
kisah Al-Qur’an surat Al-Qashash ayat 76-82 dalam mata pelajaran MI?
Untuk menjawab penelitian tersebut, penulis menggunakan jenis penelitian
studi kepustakaan (library research).Karena penelitian ini adalah kajian
pustaka atau literer, maka penulis dalam mengkaji Pendidikan Akhlak pada
Anak dalam Al-Qur’an Surat Al-Qashash Ayat 76-82 dengan menggunakan
buku-buku mata pelajaran MI, , dan tafsir.
Penelitian ini menunjukkan isi kandungan Al-Qur’an surat Al-
Qashash ayat 76-82 adalah orang yang memiliki harta berlimpah itu bukanlah
bukti cinta Allah kepada seseorang, demikian juga sebaliknya. Sebagai hamba
Allah kita tidak perlu berbangga terhadap harta dengan melampaui batas
kewajaran karena, di dalamya masih tersimpan hak-Nya. Implementasi
hikmah kisah Al-Qur’an surat Al-Qashash ayat 76-82 dalam mata pelajaran
MI, dapat diimplementasikan pada mata pelajaran umum dan mata
pembelajaran agama, untuk mata pelajaran umum dapat diterapkan dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia, Ilmu Pengetahuan Sosial, Ilmu Pengetahuan
Alam, dan PPKN. Sedangkan, untuk mata pelajaran agama dapat diterapkan
dalam pembelajaran Akidah Akhlak.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
LEMBAR BERLOGO .................................................................................. i
JUDUL ........................................................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................. iii
PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DANKESEDIAAN DI
PUBLIKASIKAN .......................................................................................... v
MOTTO ........................................................................................................ vi
PERSEMBAHAN ......................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................. viii
ABSTRAK ..................................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................. xi
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian.................................................................... 6
D. Kegunaan Penlitian ................................................................ 6
E. Metode Penelitian ................................................................... 7
F. Kajian Pustaka ........................................................................ 8
G. Sistematika Penulisan Skripsi ................................................ 9
xii
BAB II : KOMPILASI AYAT
A. Redaksi Surat Al-Qashash Ayat 76-82.................................. 11
B. Arti Kosa kata (Mufrodat) dan Penjelasan dari Kata Kunci
yang Menunjukkan Hikmah Kisah Al-Qur’an Surat Al-
Qashash Ayat 76-82. ............................................................. 14
C. Ayat yang Relevan dengan Hikmah Al-Qur’an .................... 26
D. Hadits yang Relevan dengan Hikmah Al-Qur’an ................. 28
BAB III : ASBABUN NUZUL DAN MUNASABAH
A. Asbabun Nuzul Surat Al-Qashash ......................................... 30
B. Munasabah Al-Qur’an Surat Al-Qashash ayat 76-82 ........... 31
BAB IV : PEMBAHASAN
A. Isi kandungan dari Al-Qur’an surat Al-Qashash ayat 76-82 . 36
B. Implementasi Hikmah Kisah Al-Qur’an surat Al-Qashash ayat
76-82 dalam Mata Pelajaran MI ............................................ 39
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................ 60
B. Saran ...................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 62
LAMPIRAN-LAMPIRAN .......................................................................... 64
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hikmah Al-Qur’an merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia.
Karena tanpa hikmah Al-Qur’an, manusia tidak akan memiliki petunjuk, teladan,
serta pegangan bagi kehidupan manusia di dunia ini, dengan hikmah Al-Qur’an
itulah dapat dibedakan antara manusia dengan makhluk lainya karena, manusia
memiliki akal pikiran yang dapat membedakan antara perbuatan yang baik dan
perbuatan yang buruk, jika perbuatan itu baik maka dapat dikatakan akhlak terpuji
dan jika perbuatan itu jelek maka dapat dikatakan akhlak tercela. Dengan hal
demikian akhlak akan menenentukan ketenangan, keresahan, kesusahan, dan
kebahagiaan hidup manusia.
Secara bahasa, kata ‘akhlak’ berasal dari bahasa Arab, yaitu akhlaq, bentuk
jamak kata khuluq atau al khulq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku
atau tabi’at (Ali, 2008: 346). Sedangkan menurut istilah akhlak adalah sifat yang
tertanam dalam jiwa, yang denganya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau
buruk, tanpa membutuhkan pemikiran (Aminuddin, 2014: 152). Landasan dasar
yang menjadi tolak ukur akhlak seseorang baik atau buruk adalah Al-Qur’an dan
As-Sunnah. Apa yang baik menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah, itulah yang baik
untuk dijadikan pegangan dalam kehidupan sehari-hari. Sebaliknya apa yang
buruk menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah, berarti itu tidak baik dan harus dijauhi.
2
Sebagaimana yang telah dijabarkan dalam Q.S Al-Ahzab ayat 21
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (Departemen Agama RI, 2006: 420).
Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah menganjurkan pada hamba-Nya agar
meniru dan meneladani Rasulullah SAW berkaitan dengan masalah moralitas,
ibadah, dakwah, pendidikan, sosial, politik, perjuangan, ekonomi, rumah tangga,
bahkan dalam peperangan. Karena, Rasulullah itu diutus sebagai pembawa risalah
terakhir yang tidak lain untuk menyempurnakan akhlak semua umat manusia di
dunia ini.
Al-Qur’an adalah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan oleh
Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. didalamnya terkandung ajaran
pokok yang dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan
melalui ijtihad. Al-Qur’an merupakan kalamullah, keutamaannya atas segala
perkataan seperti keutamaan Allah atas seluruh makhluk-Nya. Membacanya dan
amalan yang paling utama dilakukan oleh lisan.
Al-Qur’an diturunkan Allah kepada manusia dengan penuh hikmah dan
berkah sehingga kita tidak perlu meragukan kandungan yang terdapat didalamnya.
Manusia diperintahkan untuk senantiasa menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman
hidup.
3
Pembelajaran Al-Qur’an pada hakekatnya adalah mengajarkan Al-Qur’an
pada anak yang merupakan suatu proses pengenalan Al-Qur’an tahap pertama
dengan tujuan agar siswa mengenal huruf sebagai tanda suara atau tanda bunyi.
Adapun tahap kedua siswa dapat mengetahui apa isi kandungan serta, hikmah
yang terdapat dalam ayat Al-Qur’an tersebut agar siswa dapat meneladani, dan
mencontoh kisah teladan yang terdapat dalam Al-Qur’an.
Hikmah Al-Qur’an dalam dunia pendidikan, menjadi suatu acuan yang perlu
mendapat perhatian lebih oleh masyarakat, khususnya bagi guru Madrasah
Ibtidaiyah, karena hikmah Al-Qur’an juga bisa diterapkan dalam pembelajaran di
Madrasah Ibtidaiyah. Baik mata pelajaran agama ataupun, mata pelajaran umum.
Selain itu, juga dapat menjadi cerminan manusia di lingkungan masyarakat.
Hikmah adalah salah satu kata yang perlu dipahami maknanya, karena setiap
saat sering diungkap oleh berbagai pihak dan diberbagai tempat, tetapi untuk
menemukan suatu formulasi yang jelas dan lengkap tentu seseorang harus kembali
kepada Al-Qur’an sehingga kata tersebut tidak disalahpahami. Oleh karena itu,
upaya untuk menafsirkan kata hikmah dalam Al-Qur’an penting dilakukan.
Salah satu cara yang dapat diberikan untuk meningkatkan proses
pembelajaran dengan yang berbasis Al-Qur’an dalam Madrasah Ibtidaiyah ialah
dengan memberikan contoh kisah-kisah teladan dan mengetahui isi kandungan
ayat-ayat dalam Al-Qur’an hal tersebut dapat dijadikan pedoman bagi kehidupan
manusia. Mempelajari kisah-kisah teladan dan isi kandungan ayat-ayat dalam Al-
Qur’an sesorang dapat mengambil hikmahnya dan diterapkan dalam kehidupan
4
sehari-hari, sehingga memberikan stimulus dan manfaat secara lebih khusus untuk
kelangsungan hidup manusia. Dengan mempelajari kisah-kisah teladan dan isi
kandungan ayat-ayat dalam Al-Qur’an tersebut, secara otomatis akan memberikan
informasi yang dapat diserap dan mempengaruhi siapa saja yang mengetahuinya,
sehingga secara sistematis dapat menyusun pola berfikir seseorang dan mampu
memberikan dampak dalam menyusun kekuatan spiritual seseorang guna
terciptanya paripurna akhlak seseoarang.
Penelitian ini memilih Al-Qur’an surat Al-Qashash ayat 76-82 sebagai sumber
penelitian, karena dalam ayat tersebut mengandung kisah yang cukup dahsyat di
kalangan umat Islam terdahulu sekaligus mampu mempengaruhi peradaban umat
Islam ialah kisah nyata perjalanan hidup Qarun. Qarun adalah kaum Nabi Musa.
Qarun termasuk kaum Bani Israil dan salah seorang paman Nabi Musa AS. Ia
paling banyak membaca kitab Taurat diantara teman-temannya Bani Israil secara
mendalam, hanya dia itu munafik seperti halnya Samiri yang munafik itu. Ia
berlaku aniaya dan sombong terhadap sesamanya Bani Israil. Kekayaan melimpah-
limpah yang diberikan Allah kepadanya, dan perbendaharaan harta yang cukup
banyak itu, sehingga kunci-kunci tak sanggup rasanya dipikul oleh sejumlah
orang-orang yang kuat karena beratnya, menyebabkan ia sangat bangga dan
berlaku aniaya dan sombong terhadap sesamanya serta memandang enteng dan
hina mereka itu.
Kisah Qarun di atas, menyimpan hikmah yang berguna bagi kehidupan
manusia, pelajaran yang dapat memudahkan jalannya ke akhirat, serta ibrah yang
5
bisa membuat hidup indah di dunia dan akhirat, tetapi kebanyakan orang hanya
membaca Al Qur’an saja tanpa mau memahami apa arti dari ayat tersebut. Padahal
dari perjalanan kisah Qarun tersebut manusia dapat menjauhi perbuatan akhlak
tercela yang sudah dilakukan Qarun kepada Allah. Kisah Qarun juga seakan-akan
mendeskripsikan keadaan pada zaman sekarang yang sangat relevan, dimana
setiap manusia memiliki ambisi untuk memenuhi kebutuhan duniawi yaitu
menumpuk harta benda secara instan dengan menghalalkan segala cara dan
seringkali manusia mengabaikan seruan agama. Selain hal tersebut dalam ayat ini
Allah memaparkan kekuatan harta dan pengetahuan yang berakhir dengan
kebinasaan saat disertai dengan kedurhakaan dan keangkuhan. Atas pertimbangan
tersebut maka penulis membuat penelitian: “IMPLEMENTASI HIKMAH
KISAH AL-QUR’AN SURAT AL-QASHASH AYAT 76-82 DALAM MATA
PELAJARAN MI”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka pokok permasalahan yang
akan dibahas dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana isi kandungan Al-Qur’an surat Al-Qashash ayat 76-82?
2. Bagaimana implementasi hikmah kisah Al-Qur’an surat Al-Qashash ayat 76-
82 dalam mata pelajaran MI?
6
C. Tujuan Penelitian
Bedasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui isi kandungan Al-Qur’an surat Al-Qashash ayat 76-82.
2. Mendeskripsikan implementasi hikmah kisah Al-Qur’an surat Al-Qashash
ayat 76-82 dalam mata pelajaran MI.
D. Kegunaan Penelitian
1. Secara Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan isi
kandungan Al-Qur’an surat Al-Qashash ayat 76-82.
b. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan tentang
implementasi hikmah kisah Al-Qur’an surat Al-Qashash ayat 76-82 dalam
mata pelajaran MI.
c. Penelitian ini diharapkan dapat menambah kepustakaan dalam dunia
pendidikan, khususnya yang berkaitan dengan hikmah Al-Qur’an.
2. Secara Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat mempermudah pembaca dalam menangkap
pesan-pesan atau implementasi hikmah kisah Al-Qur’an surat Al-Qashash
ayat 76-82 dalam mata pelajaran MI.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan sebagai bahan
referensi yang dapat digunakan oleh pemerhati keilmuan untuk melakukan
penelitian lebih lanjut tentang Al-Qur’an.
7
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian dari skripsi ini adalah studi pustaka (literature). Kajian
pustaka dalam penelitian ini adalah jenis penelitian tematik berbasis Al-Qur’an.
Penelitian tematik, adalah cara menafsirkan kitab suci dengan menghimpun
ayat-ayat Al-Qur’an dari berbagai surat yang berkaitan dengan persoalan atau
topik yang ditetapkan.
2. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini
adalah metode dokumentasi. Metode dokumentasi yaitu metode penelitian
dengan mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berhubungan dengan
pokok penelitian di atas yaitu berupa Al-Qur’an Al-Karim dan terjemah Bahasa
Indonesia (ayat pojok) dari Depag, Tafsir Al Misbah Jilid 9 Pesan dan Kesan
Al-Qur’an yang disusun oleh M. Quraish Shihab serta buku-buku lain yang
bersangkutan dengan pokok pembahasan penulis.
3. Sumber Data
Karena jenis penelitian ini adalah kepustakaan (library research), maka
data yang diperoleh bersumber dari literatur. Adapun yang menjadi sumber data
primer adalah Al-Qur’an Al-Karim dan terjemah Bahasa Indonesia (ayat pojok)
dari Depag dan Tafsir Al Misbah Jilid 9 Pesan dan Kesan Al-Qur’an yang
disusun oleh M. Quraish Shihab. Sumber data sekunder diantaranya adalah ,
buku Pendidikan Agama Islam karya Mohammad Daud Ali, buku Pendidikan
8
Agama Islam untuk Perguruan Tinggi Umum karya Aminuddin, dkk., buku
Tafsir 2 untuk Madrasah Aliyah Program Keagamaan, serta buku-buku relevan
yang lainya.
4. Metode Analisis Data
Dalam menganalisis data metode yang digunakan adalah metode tahlili.
Metode tahlili adalah metode analisis (penafsiran) Al-Qur’an yang berusaha
untuk menjelaskan Al-Qur’an dengan cara menguraikan berbagai seginya dan
menjelaskan apa yang dimaksudkan oleh Al-Qur’an (Ma’ruf, 2012: 237).
Sedangkan menurut M. Quraish Shihab (2015: 378) metode tahlili adalah
metode yang berusaha menjelaskan kandungan ayat-ayat Al-Qur’an dari
berbagai seginya, sesuai dengan perurutan ayat-ayat dalam mushaf. Metode ini
adalah metode yang paling tua dan paling sering digunakan. Tafsir ini
dilakukan secara berurutan ayat demi ayat dan surat demi surat dari awal hingga
akhir sesuai dengan susunan Al-Qur’an.
F. Kajian Pustaka
Ada beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan
dilakukan. Penelitian tersebut antara lain adalah:
1. Penelitian Khifdhotul Kholifah (2017) penelitian yang berjudul Nilai-Nilai
Pendidikan Akhlak dalam Al-Qur’an Surat Ali Imron Ayat 159-160.
Penelitian ini mengkaji dan menganalisis tentang pendidikan akhlak yang
terkandung dalam Al-Qur’an Surat Ali Imron Ayat 159-160.
9
2. Penelitian Siti Aminah (2017) penelitian yang berjudul Nilai-Nilai Pendidikan
Ahklak dalam Al-Qur’an Surat An-Nur Ayat 58, 59, 60, dan 61. Penelitian ini
mengkaji dan menganalisis tentang pendidikan yang terkandung dalam Al-
Qur’an Surat An-Nur Ayat 58, 59, 60, dan 61.
3. Penelitian Taufiqurrahman (2016) penelitian yang berjudul Nilai-Nilai
Pendidikan Akhlak dalam Surat Yusuf Ayat 20-29 pada Tafsir Al Misbah
Karya M. Quraish Shihab. Penelitian ini mengkaji dan menganalisis tentang
pendidikan yang terkandung dalam Surat Yusuf Ayat 20-29 pada Tafsir Al
Misbah Karya M. Quraish Shihab.
Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang
kandungan hikmah yang bersumber dari Al-Qur’an. Namun dalam penelitian
terdapat perbedaan yaitu dalam penelitian ini membahas tentang implementasi
hikmah Al-Qur’an Surat Al-Qashash ayat 76-82 dalam mata pembelajaran MI.
G. Sistematika Penulisan Skripsi
Untuk mempermudah membahas persoalan yang tercakup di dalam skripsi,
maka dibuat sistematika pembahasan susunan pembahasan dari skripsi ini. Adapun
sistematika pembahasan yang penulis sajikan adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian, kajian pustaka, serta
sistematika penulisan.
10
BAB II : KOMPILASI AYAT
Dalam bab ini membahas tentang redaksi ayat dari Al-Qur’an Surat Al-Qashash
ayat 76-82 yang berisi tentang mufrodat (kosa kata) dan penjelasan dari kata
kunci yang menunjukkan hikmah kisah Al-Qur’an Surat Al-Qashash ayat 76-82,
serta ayat, dan hadis yang relevan dengan hikmah Al-Qur’an.
BAB III : ASBABUN NUZUL DAN MUNASABAH
Dalam bab ini menguraikan tentang sejarah turunya Surat Al-Qashash dan
dilanjutkan dengan munasabah Al-Qur’an surat Al-Qashash ayat 76-82.
BAB IV : PEMBAHASAN
Dalam bab ini berisi tentang:
1. Isi kandungan dari Al-Qur’an surat Al-Qashash ayat 76-82.
2. Implementasi hikmah kisah Al-Qur’an surat Al-Qashash ayat 76-82 dalam
mata pelajaran MI.
BAB V : PENUTUP
Bab ini merupakan bab akhir yang memuat tentang kesimpulan, dan saran.
11
BAB II
KOMPILASI AYAT
Bab ini akan membahas tentang kompilasi ayat. Kompilasi menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah kumpulan yang tersusun secara teratur
(Departemen Pendidikan Nasional, 2007: 584). Kompilasi ayat ini akan dibahas
sebagai berikut:
A. Redaksi Surat Al-Qhashas Ayat 76-82.
Sesungguhnya Karun adalah Termasuk kaum Musa[1138], Maka ia Berlaku
aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya
perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah
orang yang kuat-kuat. (ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: "Janganlah
kamu terlalu bangga; Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
terlalu membanggakan diri".
[1138] Karun adalah salah seorang anak paman Nabi Musa a.s.
12
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah
berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
“Karun berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada
padaku". dan Apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah
membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih
banyak mengumpulkan harta? dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang
yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka.”
Maka keluarlah Karun kepada kaumnya dalam kemegahannya[1139]. berkatalah
orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: "Moga-moga kiranya kita
mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Karun; Sesungguhnya ia
benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar".
[1139] Menurut mufassir: Karun ke luar dalam satu iring-iringan yang lengkap
dengan pengawal, hamba sahaya dan inang pengasuh untuk memperlihatkan
kemegahannya kepada kaumnya.
13
Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah
bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan
beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang- orang yang
sabar".
“Maka Kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak
ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. dan
Tiadalah ia Termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).”
Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Karun itu,
berkata: "Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezki bagi siapa yang Dia
kehendaki dari hamba-hambanya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak
melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita
(pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang- orang yang mengingkari (nikmat
Allah)" (Departemen Agama RI, 2006: 394-395).
14
B. Arti Kosa Kata (Mufrodat) dan Penjelasan dari Kata Kunci yang
Menunjukkan Hikmah Kisah Al-Qur’an Surat Al-Qashash ayat 76-82.
Setelah menyajikan teks dan terjemahannya, penulis menyajikan beberapa
kosa kata dengan ayat-ayat tersebut. kosa kata disajikan sesuai dengan urutan
ayat yaitu, surat Al-Qashash ayat 76-82.
1. Surat Al-Qashash ayat 76.
Arti Lafal Arti Lafal
Karun Sesungguhnya
Dari Adalah
Musa Kaum
Atas mereka Lalu dia berbuat
aniaya
Dari Dan Kami telah
memberikanya
Apa (harta) Perbendaharaan
Kuncinya Sesungguhnya
Dengan golongan/
sejumlah Sungguh berat
15
Kekuatan Orang yang
mempunyai
Berkata Ketika
Kaumnya Kepadanya
Kamu terlalu
gembira/ bangga Jangan
Allah Sesungguhnya
Dia menyukai Tidak
Orang-orang yang membanggakan
diri
Ayat diatas kata kunci yang menunjukkan tentang hikmah kisah Surat Al-
Qashash ayat 76 dalam mata pelajaran MI adalah sebagai berikut:
a. Kata فبغى fabagha terambil dari kata (بغى) bagha yang berarti
menghendaki. Kata ini kebanyakan digunakan untuk kehendak yang bersifat
sewenang-wenang dan penganiayaan. Hal tersebut, dapat diartikan Qarun
melakukan agresi, permusuhan, perampasan hak. Kejahatan dimaksud dapat
mencakup banyak hal, bermula dari pelanggaran terhadap ketentuan agama
dan peraturan yang berlaku dan dihormati sampai kepada penghinaan dan
16
pelecehan terhadap orang per orang dalam masyarakat, huruf fa’ pada awal
kata tersebut mengisyaratkan terjadinya kesewenangan itu secara cepat dan
serta merta tanpa dipikirkan oleh yang bersangkutan (Shihab, Jilid 9, 2009:
662).
b. تفرح artinya kamu terlalu gembira/ bangga. Maksud dari kata kamu terlalu
bangga mengandung maksud bahwa Qarun itu membanggakan dirinya
dengan cara memamerkan harta kekayaanya kepada kaumnya.
la tafrah bukanya larangan untuk bergembira, tetapi larangan untuk لآتفرح
melampaui batas ketika bergembira, yakni yang mengantar kepada
keangkuhan dan yang menjadikan seseorang tenggelam dalam bidang
material, melupakan fungsi harta, serta mengabaikan akhirat dan nilai-nilai
spiritual. Disini, ia dapat diartikan dengan kebanggaan yang luar biasa
(Shihab, Jilid 9, 2009: 663).
2. Surat Al-Qashash ayat 77.
Arti Lafal Arti Lafal
Pada apa Dan carilah
Allah Telah
memberikan
kepadamu
Akhirat Rumah/ kampung
Kamu melupakan Dan jangan
17
Dari Bahagianmu
Dan berbuat
baiklah Dunia
Telah berbuat
baik Sebagaimana
Kepadamu Allah
Kamu mencari/
berbuat Dan janganlah
Di Kerusakan
Sesungguhnya Muka bumi
Tidak Allah
Orang-orang yang
berbuat kerusakan Dia menyukai
Ayat di atas kata kunci yang menunjukkan tentang implementasi hikmah
kisah Surat Al-Qashash ayat 77 dalam mata pelajaran MI adalah sebagai
berikut:
a. أحسن artinya berbuat baiklah. Maksud dari kata tersebut yaitu, Allah SWT
menyuruh manusia untuk berbuat baik kepada sesama sebagaimana Allah
telah berbuat baik kepada hambanya.
Kata ( أحسن) ahsin terambil dari kata ( حسن) hasan yang berarti baik.
Kata yang digunakan pada ayat ini berbentuk perintah dan membutuhkan
objek. Namun, objeknya tidak disebutkan sehingga ia mencakup segala
18
sesuatu yang dapat disentuh oleh kebaikan, bermula terhadap lingkungan,
harta benda, tumbuh-tumbuhan, binatang, manusia, baik orang lain maupun
diri sendiri (Shihab, Jilid 9, 2009: 664).
b. الفسادفى ألأرض artinya berbuat kerusakan dimuka bumi. Maksud تبغ
dari kata tersebut yaitu, janganlah semangatmu hanya menjadi perusak di
muka bumi dan berbuat buruk kepada makhluk Allah, dengan mengerjakan
perbuatan-perbuatan maksiat seperti, perbuatan yang dilakukakuan oleh
Qarun yang zalim terhadap lingkungan (Alu Syaikh, , M. Abdul Guffar,
Jilid 7, 2017: 128).
3. Surat Al-Qashash ayat 78.
Arti Lafal Arti Lafal
Sesungguhnya
hanyalah (Karun) berkata
Atas Aku diberinya
(harta itu)
Disisiku/ ada
padaku Ilmu
Dia mengetahui Ataukah tidak
Allah Bahwasanya
Telah
membinasakan Sungguh
Sebelumnya Dari
19
Karun/ ummat-
ummat Dari
Ia Orang
Dari padanya Lebih/ sangat
Dan lebih banyak Kekuatan
Dan tidak Pengumulan
Dari/ tentang Ditanya
Orang-orang yang
berdosa
Dosa-dosa
mereka
Ayat di atas kata kunci yang menunjukkan tentang implementasi hikmah
kisah Surat Al-Qashash ayat 78 dalam mata pelajaran MI adalah (
) innamaa uutituhuu ‘ala ‘ilmin ‘indii. Mendengar nasihat yang
disampaikan di atas, Qarun lupa diri dan angkuh. Ia berkata: “Sesengguhnya
aku hanya diberikannya, yakni memperoleh harta itu, karena ilmu, yakni
kepandaian, yang demikian mantap yang ada padaku menyangkut tata cara
perolehan harta. Tidak ada jasa siapapun atas perolehanku itu.” Demikian
jawabanya. Sungguh aneh sikapnya itu. Apakah ia tidak takut juga sampai
20
Allah membinasakan harta dan dirinya akibat keangkuhannya itu? Sungguh
kedurhakaan Qarun telah demikian jelas (Shihab, Jilid 9, 2009: 669).
4. Surat Al-Qashash ayat 79.
Arti Lafal Arti Lafal
Atas/ kepada Maka dia keluar
Dalam Kaumnya
Berkata Perhiasan/
kemegahan
(Mereka)
menghendaki
Orang-orang
yang
Dunia Kehidupan
Bagi kita (kita
mempunyai) Seandainya
Apa Seperti
Karun Diberikan
Benar-benar
mempunyai
Sesungguhnya
dia
Yang besar Nasib baik/
peruntungan
Ayat di atas kata kunci yang menunjukkan tentang implementasi hikmah
kisah Surat Al-Qashash ayat 79 dalam mata pelajaran MI adalah Kata زينته
zinatihi terambil dari kata zinah, yakni perhiasan, yaitu segala yang dinilai
indah dan baik oleh seseorang. Boleh jadi sesuatu itu buruk dalam pandangan
21
anda, tetapi jika dipandang indah oleh orang lain, bukan bagi anda. Sekian
banyak amal buruk yang diperindah oleh setan sehingga dinilai indah oleh
pendurhaka. Ayat di atas menyatakan bahwa Qarun keluar dengan hiasanya.
Besar kemungkinan bahwa apa yang dianggapnya hiasan justru merupakan hal-
hal buruk dalam pandangan Allah. Di sisi lain, kata perhiasan dapat mencakup
banyak hal, termasuk pengikut, kendaraan, pakaian, dan lain-lain, yang
semuanya ditampilkan menunjukkan keangkuhan dan kekayaannya. Atas dasar
itu, kata zinatihi dipahami dalam arti kemegahan (Shihab, Jilid 9, 2009: 671).
5. Surat Al-Qashash ayat 80.
Arti Lafal Arti Lafal
Orang-orang yang Dan berkata
Ilmu (Mereka) diberi
Pahala Kecelakaan kamu
Lebih baik Allah
Ia beriman Bagi orang
22
Kebajikan/ saleh Dan beramal
Ditemuinya/
diperolehnya Dan tidak
Orang-orang yang
sabar Kecuali
Ayat di atas kata kunci yang menunjukkan tentang implementasi hikmah
kisah Surat Al-Qashash ayat 80 dalam mata pelajaran MI adalah Kata برون ألص
“Orang-orang yang sabar.” As-Suddi berkata: “Surga tidak diperoleh kecuali
oleh orang-orang yang sabar.” Seakan-akan hal itu dijadikan kalimat
penyempurna dari perkataan ahli ilmu, mereka yang bersabar atas fitnah
kehidupan dan godaanya, sabar ketidakpunyaan harta benda yang banyak serta
di impikan oleh banyak orang. Ketika Allah mengetahui kesabaran mereka itu,
Allah pun mengangkat mereka ke tingkatan yanag dimana posisinya sangat
tinggi atas seluruh benda yang ada di dunia ini (Alu Syaikh, , M. Abdul Guffar,
Jilid 7, 2017: 132).
23
6. Surat Al-Qashash ayat 81.
Arti Lafal Arti Lafal
Denganya Maka Kami
benamkan
Bumi Dan dengan
rumahnya
Ada Maka tidak
Dari Baginya
Mereka
menolongnya Golongan
Selain Dari
Dan tidak Allah
Dari/ termasuk Ada
Orang-orang yang dapat menolong
24
Ayat di atas kata kunci yang menunjukkan tentang implementasi hikmah
kisah Surat Al-Qashash ayat 81 dalam mata pelajaran MI adalah kata
“Maka tidak ada baginya suatu golongan pun yang
menolongnya terhadap azab Allah,” yaitu harta, kekayaan, pembantu, dan
pelayannya tidak dapat menolongnya dari Azab Allah, serta tidak mampu
menolak kemurkaan, siksaan dan penghinaan dari Allah. Dia pun tidak dapat
menolong dirinya sendiri (Alu Syaikh, , M. Abdul Guffar, Jilid 7, 2017: 134).
7. Surat Al-Qashash ayat 82.
Arti Lafal Arti Lafal
Orang-orang yang Dan jadilah
Kedudukannya (Mereka)
menginginkan
Mereka berkata Dengan kemarin
Allah Aduh
Rizeki Melapangkan
Dia kehendaki Bagi siapa
25
Hamba-hamba-
Nya Dari
Jika tidak Dan Dia
menyempitkan
Karunia Bahwa
Atas kami Allah
Dengan kami Tentu Dia telah
membenamkan
Tidak Aduh
Orang-orang yang
ingkar Beruntung
Ayat ini Allah menerangkan tentang seseorang tidak boleh sombong dan
membanggakan diri karena hanya Allahlah yang melapangkan rezki bagi siapa
yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya, secara tidak langsung
membuktikan kekeliruan Qarun, bahwa harta benda Qarun diperoleh karena
pengetahuanya, bukan oleh jasa siapa pun, atau kekayaan dari pertanda kasih
sayang Allah. Nah, di sini dapat disimpulkan bahwa tidak dari pengetahuan,
tidak juga dari ketaatan atau kekufuran yang menjadi penyebab sempit atau
luasnya rezeki. Tetapi, karena adanya sunnatullah yang ditetapkan-Nya di luar
itu semua (Shihab, Jilid 9, 2009: 674).
26
C. Ayat yang Relevan dengan Hikmah Al-Qur’an
Hikmah yang terkandung dalam kisah-kisah teladan sangat penting dan perlu
ditanamkan sedini mungkin pada anak, dengan berdasarkan atas ajaran Islam yang
bersumber dari Al-Qur’an dan sunnah, selain ayat-ayat di atas masih banyak sekali
ayat yang membahas tentang hikmah yang ada dalam Al-Qur’an. Diantara ayat-
ayat yang dapat dijadikan rujukan dan (relevan) bersangkutan dengan hikmah yang
ada dalam Al-Qur’an adalah sebagai berikut:
1. Surat Al-Baqarah Ayat 231
...
...Dan ingatlah nikmat Allah padamu, dan apa yang telah diturunkan Allah
kepadamu Yaitu Al kitab dan Al Hikmah (As Sunnah). Allah memberi
pengajaran kepadamu dengan apa yang diturunkan-Nya itu. dan bertakwalah
kepada Allah serta ketahuilah bahwasanya Allah Maha mengetahui segala
sesuat (Departemen Agama RI, 2006: 37).
Dari keterangan di atas dapat dipahami bahwa hikmah adalah segala
sesuatu yang dapat memberi pelajaran, yang memerintahkan kepada segala
perbuatan yang baik dan menghindari segala perbuatan yang jelek, dan
pembelajaran tersebut tertuang dalam Al-Qur’an dan hadits.
27
2. Surat Al-Luqman Ayat 12
Dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, Yaitu:
"Bersyukurlah kepada Allah. dan Barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah),
Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang
tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji"
(Departemen Agama RI, 2006: 412).
Hikmah yang dimaksud pada ayat di atas menurut al-Tabari adalah
pemberian pemahaman terhadap agama, akal, serta perkataan yang jujur.
Makna yang mendalam dari ungkapan hikmah dari ayat di atas adalah bahwa
kesyukuran dan kekufuran atas nikmat Allah adalah masing-masing berpulang
kepada masing-masing yang bersyukur dan yang ingkar. Allah sama sekali
tidak akan terpengaruh kepada pilihan hambanya apakah ia bersyukur atau tidak
bersyukur. Karena Allah Maha Kaya atas segala sesuatu.
3. Surat An-Nahl Ayat 125
28
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-
Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
[845] Hikmah: ialah Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan
antara yang hak dengan yang bathil (Departemen Agama RI, 2006: 281).
Ayat di atas, jelas bahwa hikmah adalah usaha untuk memahami dan
mempelajari Al-Qur’an dan hadits yang dibawa oleh Rasulullah saw. sehingga
dapat dijadikan sebagai pengendalian dalam kehidupan sehari-hari.
Ayat-ayat Al-Qur’an di atas, menunjukkan merupakan sebuah bukti bahwa
Al-Qur’an menaruh perhatian pada hikmah Al-Qur’an, tidak hanya melalui
perintah tetapi juga melalui kisah teladan yang di dalamnya, misalnya kisah Qarun
yang terdapat dalam surat Al-Qashash ayat 76-82, dari ayat-ayat tersebut maka
kita dapat mengetahui, membedakan antara perbuatan yang baik dan perbuatan
yang buruk.
D. Hadits yang Relevan dengan Hikmah Al-Qur’an
Sebagai seorang muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah. Tentu
kita harus mengetahui hikmah-hikmah yang terkandung dalam ayat-ayat Al-
Qur’an agar dapat meneladani serta, selalu menjaga sikap, etika dan akhlak kita
kepada siapapun dan dimanapun agar setiap gerak-gerik kita selalu diridhoi Allah.
Usaha untuk memahami dan mempelajari Al-Qur’an dan hadits yang dibawa oleh
29
Rasulullah saw. sehingga dapat dijadikan sebagai pengendalian dalam kehidupan
sehari-hari, serta pemberian pemahaman terhadap agama, akal, serta perkataan
yang jujur. Karena itulah doa Rasulullah saw. kepada Abdullah bin Abbas ra.
Yang berbunyi semoga Allah swt. Mengajarkan kepadanya hikmah, kitab dan
pemahaman agama, dan digabungkan dalam riwayat Al-Bukhari dengan sabda
nabi:
الل هم عل مه الحكمة
Ya Allah, ajarkanlah kepadanya hikmah.
Maksudnya adalah paham terhadap Al-Quran dan sunah, serta mengamalkan
keduanya, seperti yang ditegaskan oleh mayoritas tabi’in dan dikuatkan oleh Ibnu
Taimiyah yang mengatakan: ‘...adapun hikmah dalam Al-Qur’an, maka
maksudnya adalah mengenal kebenaran dan mengamalkannya...’ (Tahir, 2012:
90).
Demikianlah hadis Raslullah tentang hikmah Al-Qur’an, sebagaimana yang
dijelaskan di atas dalam merealisasikan hikmah Al-Qur’an, baik secara individual,
berkeluarga, maupun bermasyarakat dan bernegara.
30
BAB III
ASBABUN NUZUL DAN MUNASABAH
A. Asbabun Nuzul Surat Al-Qashash
Surat Al-Qashash terdiri 88 ayat. Mayoritas ulama menilai ayat-ayat surat
ini turun sebelum Nabi Muhammad SAW berhijrah ke Madinah. Memang ayat 85
menjanjikan bahwa Allah SWT akan mengembalikan Nabi SAW ke Mekah dinilai
oleh sementara ulama turun di Juhfah, sebuah lokasi dekat Mekkah arah Madinah
dalam perjalanan Beliau berhijrah. Namun, karena ketika Beliau belum tiba di
tempat tujuan, maka ini masih dinilai sebagai surat Makkiyah. Ada juga yang
berpendapat bahwa ayat 52 sampai dengan ayat 55 adalah Madaniah, tidak dikenal
nama lain dari kumpulan ayat-ayat surat ini, kecuali Al-Qashash. Penamaan ini
agaknya disebabkan karena lafazh tersebut ditemukan pada ayat 25 surat ini
(Shihab, Jilid 3, 2012: 43).
Al-Qur’an Surat Al-Qashash sebagai bahan kajian skripsi ini, ada ayat yang
diketahui asbab an-nuzulinya dan ada juga yang tidak diketahui asbab an-
nuzulnya. Ayat dari Surat Al-Qashash yang diketahui asbab an-nuzulnya adalah
ayat 51, 52, 56, 57, 61, dan 85 (Shaleh, 1990: 113).
Berdasarkan keterangan mengenai ayat-ayat yang diketahui asbab an-
nuzulnya dari Al-Qur’an Surat Al-Qashash di atas, maka Al-Qur’an Surat Al-
Qashash ayat 76-82 yang menjadi bahan kajian dalam skripsi ini, tidak diketahui
31
asbab an-nuzulnya. Dengan kata lain, ayat ini tidak memiliki sebab khusus ketika
ayat tersebut diturunkan.
B. Munasabah Al-Qur’an Surat Al-Qashash 76-82
1. Munasabah Antar Ayat
Al-Qur’an surat Al-Qashash ayat 76-82 mempunyai hubungan dengan
ayat sebelumnya dan ayat sesudahnya, diantaranya sebagai berikut:
a. Munasabah Al-Qashash ayat 74 dan 75 dengan Al-Qashash ayat 76-78
Ayat 74 dan 75 menerangkan kehinaan yang dijumpai orang-orang
sesat di hari Kiamat. Mereka dipanggil Allah di tengah-tengah orang
banyak untuk menyatakan kesesatan mereka. Ayat 76-78, menerangkan
kisah Qarun untuk menunjukkan akibat yang buruk bagi orang zalim dan
takabur di dunia dan akhirat. Qarun yang telah dibinasakan dengan
dibenamkan ke dalam tanah kemudian dijadikan contoh bagi orang-orang
yang zalim dan sombong serta akibat perbuatan mereka yang berujung
pada siksaan dan bencana yang mereka terima di dunia dan akhirat
(Departemen Agama RI, Jilid 7, 2007: 337).
Berdasarkan menjelasan di atas hubungan antara ayat 74 dan 75
dengan ayat 76-78, adalah sama-sama membahas tentang contoh kisah
orang-orang berakhlak tercela serta akibat dari berbuatan mereka di dunia
dan akhirat.
32
b. Munasabah Al-Qashash ayat 76-78 dengan Al-Qashash ayat 79-82
Ayat menerangkan 76-78 penganiayaan Qarun, kebanggaan, dan
kesombongannya. Juga diterangkan banyaknya harta benda yang diberikan
kepadanya sehingga kunci-kuncinya tidak dapat dipikul oleh sejumlah laki-
laki yang kuat dan tegap. Ayat 79-82 menerangkan perincian sebagian dari
penjelasan kesombongan dan ketakaburannya (Departemen Agama RI,
Jilid 7, 2007: 342).
Berdasarkan menjelasan di atas hubungan antara ayat 76-78
dengan 79-82, adalah sama-sama membahas tentang perbuatan Qarun yang
suka menganiaya umatnya, bangga dan sombong akan harta yang
dimilikinya. Namun, dalam ayat 79-82 adalah perincian sebagian dari
penjelasan kesombongan dan ketakaburannya
c. Munasabah Al-Qashash ayat 79-82 dengan ayat 83 dan 84
Ayat 79-82 menerangkan bahwa pahala di sisi Allah adalah lebih
baik daripada kekayaan di dunia. Ayat 83 dan 84 menerangkan bahwa
pembalasan di akhirat dan pahala diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang
beriman, merendahkan diri, tidak menyombongkan diri kepada sesama
manusia, tidak berlaku kasar, dan tidak berbuat kerusakan. Satu kebaikan
dibalas sekurang-kurangnya sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali lipat,
bahkan lebih dari itu menurut keikhlasan yang mengerjakannya
(Departemen Agama RI, Jilid 7, 2007: 345-346).
33
2. Munasabah antar surat
Munasabah antar surat dalam Al-Qur’an, yaitu: penyesuaian atau
korelasi antara surat yang satu dengan surat yang lain. Dalam mencari
munasabah antar satu surat dengan surat yang lain, para ulama mengacu
kepada pandangan yang mengatakan, bahwa urutan-urutan surat dalam Al-
Qur’an adalah bersifat tauqifi. Namun urutan surat-surat yang bersifat tauqifi
tersebut tidak mesti mengandung munasabah yang jelas. Pada umumnya,
dalam satu surat terdapat suatu topik yang menonjol yang keseluruhannya
terdiri dari ayat-ayat yang saling berkaitan dan berkesinambungan (Usman,
2009: 187).
Surat Al-Qashash mempunyai munasabah dengan surat sebelemnya
(An-Naml) dan juga memiliki hubungan dengan surat sesudahnya (Al-
Ankabut). Munasabah Surat Al-Qashash dengan surat sebelumnya yaitu Surat
An-Naml, adalah sebagai berikut:
a. Kedua surat ini sama-sama dimulai dengan huruf hijaiyah, menerangkan
sifat-sifat Al-Qur’an, kisah Nabi Musa dalam Surat Al-Qashash
diterangkan lebih lengkap dibandingkan dengan yang terdapat dalam Surat
An-Naml.
b. Surat An-Naml menerangkan secara global keingkaran orang-orang kafir
terhadap adanya hari kebangkitan itu tidak beralasan, kemudian
dikemukakan kepada mereka persoalan-persoalan yang ada hubunganya
dengan kebangkitan tersebut. Hal ini diterangkan dalam Surat Al-Qashash.
34
c. Surat An-Naml dan Surat Al-Qashash masing-masing menerangkan
kehancuran kaum Shaleh dan kaum Luth akibat durhaka pada Allah dan
Nabi-Nya.
d. Surah An-Naml dan Surat Al-Qashash masing-masing menyebutkan
balasan pada hari kiamat terhadap orang-orang yang membuat kerusakan/
keburukan di dunia.
e. Bagian akhir kedua surat ini masing-masing menyebutkan perintah
menyembah Allah dan membaca ayat-ayat Al-Qur’an (Departemen Agama
RI, Jilid 7, 2007: 261).
Selanjutnya munasabah Surat Al-Qashash dengan surat sesudahnya
yaitu Surat Al-Ankabut, adalah sebagai berikut:
a. Surat Al-Ankabut dibuka dengan hiburan dari Allah kepada Nabi
Muhammad dan para sahabatnya yang selalu disakiti, diejek, dan diusir
oleh orang-orang musyrik Makkah dengan menerangkan bahwa orang-
orang yang beriman itu akan menerima cobaan atas keimanan mereka
kepada nabi mereka. Sedangkan Surat Al-Qashash menerangkan aneka
rupa cobaan yang di alami oleh Nabi Musa dan Bani Isra’il dalam
menghadapi kekejaman Fir’aun. Oleh sebab itu, Allah menyuruh agar Nabi
Muhammad dan para sahabatnya selalu sabar dalam menghadapi cobaan-
cobaan itu.
35
b. Surat Al-Qashash mengisahkan selamatnya Nabi Musa dari pengejaran
Fir’aun setelah dengan tidak sengaja membunuh oranga Qibti, kemudian
mengisahkan selamatnya Nabi Musa dan pengikutnya dari pengejaran
Fir’aun dan tentaranya, serta tenggelamnya Fir’aun dan bala tentaranya di
Laut Merah. Sedangkan Surat Al-Ankabut, mengisahkan selamatnya Nabi
Nuh dan pengikutnya di atas bahtera serta tenggelamnya orang-orang yang
mengingkari seruannya. Semua ini menunjukkan pertolongan Allah kepada
hamba-hamba-Nya yang beriman.
c. Surat Al-Qashash mengemukakan kelemahan kepercayaan orang-orang
yang mmenyembah berhala dengan menerangkan keadaan penyembah-
penyembah berhala dengan berhala itu sendiri di hari kiamat, sedangkan
Surat Al-Ankabut menyatakan (kesesatan) kesalahan kepercayaan mereka
dengan membandingkannya dengan laba-laba yang mempercayakan
kekuatan sarangnya yang sangat lemah.
d. Kedua surat ini sama-sama menerangkan kisah Fir’aun dan Qarun, serta
akibat perbuatan keduanya. Selain itu keduanya sama-sama menyinggung
soal hijrah Nabi Muhammad (Departemen Agama RI, Jilid 7, 2007: 355).
36
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Isi Kandungan Al-Qur’an Surat Al-Qashash Ayat 76-82.
Setelah menyajikan teks ayat dan terjemahnya dalam bab sebelumnya,
maka ada beberapa pokok kandungan Surat Al-Qashash Ayat 76-82.
1. Redaksi Surat Al-Qashash Ayat 76-80
37
Adapun isi kandungan yang terdapat dalam Surat Al-Qashas ayat 76-80
(Shihab, Jilid 3, 2012: 81-82):
a. Berbangga dengan sesuatu yang haq dapat dibenarkan, selama tidak
melampaui batas dan selama dibarengi dengan perasaan rendah hati dan
bersyukur kepada Allah SWT.
b. Allah SWT tidak mengecam jika seseorang mengambil bagiannya dari
kenikmatan duniawi selama bagian itu tidak atas resiko kehilangan bagian
kenikmatan ukhrawi; siapa pun boleh menggunakan hartanya untuk tujuan
kenikmatan duniawi selama hak Allah menyangkut harta telah
dipenuhinya.
c. Hidup duniawi dan ukhrawi merupakan satu kesatuan. Dunia adalah tempat
menanam dan akhirat adalah tempat menuai. Semua amal dapat menjadi
amal dunia walau shalat dan sedekah bila ia tidak tulus. Semua pun dapat
menjadi amal akhirat jika ia dibarengi dengan keimanan dan ketulusan
demi untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Walaupun amal itu
adalah pemenuhan naluri seksual.
d. Sangat penting mengarahkan pandangan kepada akhirat sebagai tujuan dan
kepada dunia sebagai sarana mencapai tujuan. Dengan demikian, semakin
banyak yang diperoleh secara halal dalam kehidupan dunia ini, semakin
terbuka kesempatan untuk memperoleh kebahagiaan ukhrawi itu.
38
e. Dalam pandangan ayat ini, kehidupan dunia tidaklah seimbang dengan
kehidupan akhirat. Perhatian pun semestinya lebih banyak diarahkan
kepada akhirat sebagai tujuan, bukan kepada dunia, karena ia hanya sarana
yang dapat mengantar ke sana. Karena itulah ayat di atas menggunakan
redaksi yang bersifat aktif ketika berbicara tentang kehidupan akhirat, sedangkan
perintahnya menyangkut kebahagiaan duniawi berbentuk pasif.
2. Redaksi Surat Al-Qashash Ayat 81-82.
Adapun isi kandungan yang terdapat dalam Surat Al-Qashas ayat 81-82
(Shihab, Jilid 3, 2012: 83-84):
a. Melimpahnya kekayaan bukan bukti cinta Allah SWT kepada seseorang,
demikian juga sebaliknya. Allah SWT menganugerahi masing-masing
sesuai dengan kebijaksanaan-Nya.
b. Mempunyai harta yang banyak tidak terlarang. Yang terlarang adalah
memamerkanya dengan angkuh dan tidak mensyukurinya, yakni
mengfusikanya sebagaimana tuntunan Allah SWT.
39
c. Keangkuhan mengantar kepada kedurhakaan dan perusakan. Bukankah
Iblis melakukan dosanya terhadap Allah SWT akibat dorongan
keangkuhannya terhadap Nabi Adam AS.
d. Keangkuhan yang terlarang adalah sikap yang lahir dari motivasi/
kehendak angkuh pelaku, karena itu jika yang bersangkutan tidak
menghendaki keangkuhan, maka dapat ditoleransi.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa isi kandungan
surat Al-Qashash ayat 76-82 adalah orang yang memiliki harta berlimpah itu
bukanlah bukti cinta Allah kepada seseorang, demikian juga sebaliknya. Sebagai
hamba Allah kita tidak perlu berbangga terhadap harta dengan melampaui batas
kewajaran karena, di dalamya masih tersimpan hak-Nya, tetaplah rendah hati dan
bersyukur kepada-Nya. Memiliki harta banyak tidak dilarang, yang dilarang
adalah memamerkannya dengan angkuh dan tidak mensyukurinya, yakni kita
harus mengfusikannya sebagai tuntunan Allah untuk bekal di kehidupan dunia dan
akhirat
B. Implementasi Hikmah Kisah Al-Qur’an Surat Al-Qashash Ayat 76-82 dalam
Mata Pelajaran MI.
Masa anak-anak adalah merupakan masa yang paling subur, paling
panjang, dan paling dominan bagi seseorang untuk mendidik dan menanamkan
norma-norma yang baik. Berbagai kesempatan terbuka lebar untuk seseorang
untuk mendidik, karena semua potensi tersedia secara berlimpah dalam fase ini
40
dengan adanya fitrah yang bersih, masa anak-anak yang masih lugu, kepolosan
yang begitu jernih, dan jiwa yang masih belum terkontaminasi. Apabila masa
anak-anak dapat dimanfaatkan seorang untuk mendidiknya secara maksimal
dengan sebaik-baiknya, tentu harapan yang besar untuk berhasil, mudah diraih
pada masa mendatang, sehingga kelak sang anak akan tumbuh menjadi seorang
pemuda yang tahan dalam menghadapi berbagai macam tantangan, beriman, kuat
kokoh, lagi tegar, dalam Al-Qur’an banyak sekali gambaran tentang kisah hikmah
yang ada mengandung pesan dan juga dapat diterapkan untuk mendidik anak-anak
agar menjadi manusia yang baik budi pekertinya, sebelum membahas tentang hal
tersebut kita perlu mengetahui hikmah Al-Qur’an secara global.
Dalam bahasa Indonesia, kata “hikmah” diartikan kebijaksanaan dari Allah
serta kesaktian, sehingga orang yang memiliki hikmah adalah orang yang memiliki
kebijaksanaan atau kesaktian, sedangkan “kata-kata hikmah” adalah kata-kata
yang mengandung kebijaksanaan atau kesaktian.
41
Kata hikmah mempunyai makna yang berbeda-beda, menurut Muhyiddin
Tahir (2012: 88), kata hikmah mempunyai empat pengrtian, yaitu: Mawaiz al-
Qur’an, Al-Fahm wa al-‘ilm’, kenabian, dan penanaman yang mendalam terhadap
Al-Qur’an.
1. Mawaiz al-Qur’an
Hal tersebut ditemukan dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 231
berikut ini:
...
...Dan ingatlah nikmat Allah padamu, dan apa yang telah diturunkan Allah
kepadamu Yaitu Al kitab dan Al Hikmah (As Sunnah). Allah memberi
pengajaran kepadamu dengan apa yang diturunkan-Nya itu. dan bertakwalah
kepada Allah serta ketahuilah bahwasanya Allah Maha mengetahui segala
sesuat (Departemen Agama RI, 2006: 37).
Dari keterangan di atas dapat dipahami bahwa hikmah adalah segala
sesuatu yang dapat memberi pelajaran, yang memerintahkan kepada segala
perbuatan yang baik dan menghindari segala perbuatan yang jelek, dan
pembelajaran tersebut tertuang dalam Al-Qur’an dan hadits.
42
2. Al-Fahm wa al-‘ilm’
Ungkapan tersebut dapat dipahami dari firman Allah dalam Al-Qur’an
surat Luqman ayat 12 berikut ini:
Dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, Yaitu:
"Bersyukurlah kepada Allah. dan Barangsiapa yang bersyukur (kepada
Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan
Barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya
lagi Maha Terpuji" (Departemen Agama RI, 2006: 412).
Hikmah yang dimaksud pada ayat di atas menurut al-Tabari adalah
pemberian pemahaman terhadap agama, akal, serta perkataan yang jujur.
Karena itulah doa Rasulullah saw. kepada Abdullah bin Abbas ra. Yang
berbunyi semoga Allah swt.
Mengajarkan kepadanya hikmah, kitab dan pemahaman agama, dan
digabungkan dalam riwayat Al-Bukhari dengan sabda nabi:
الل هم عل مه الحكمة
Ya Allah, ajarkanlah kepadanya hikmah.
43
Maksudnya adalah paham terhadap Al-Quran dan sunah, serta
mengamalkan keduanya, seperti yang ditegaskan oleh mayoritas tabi’in dan
dikuatkan oleh Ibnu Taimiyah yang mengatakan: ‘...adapun hikmah dalam Al-
Qur’an, maka maksudnya adalah mengenal kebenaran dan
mengamalkannya...’ (Tahir, 2012: 90).
Makna yang mendalam dari ungkapan hikmah dari ayat di atas adalah
bahwa kesyukuran dan kekufuran atas nikmat Allah adalah masing-masing
berpulang kepada masing-masing yang bersyukur dan yang ingkar. Allah
sama sekali tidak akan terpengaruh kepada pilihan hambanya apakah ia
bersyukur atau tidak bersyukur. Karena Allah Maha Kaya atas segala sesuatu.
3. Kenabian
Pengertian ini dapat ditemukan di dalam Al-Qur’an Surat Al-Nisa ayat
54 berikut ini:
54. Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran
karunia[311] yang Allah telah berikan kepadanya? Sesungguhnya Kami telah
memberikan kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah
memberikan kepadanya kerajaan yang besar.
44
[311] Yaitu: kenabian, Al Quran, dan kemenangan (Departemen Agama RI,
2006: 87).
Pemberian hikmah kepada keluarga Nabi Ibrahim adalah menyangkut
masalah lenabian, Allah swt. Mengangkat keturunan Nabi Ibrahim as. Seperti
Nabi Ismail, nabi Ya’kub, dan Nabi Muhammad saw.
4. Penanaman yang mendalam terhadap Al-Qur’an
Pengertian ini dikemukakan dalam Al-Qur’an surat Al-Nahl ayat 125
berikut ini:
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk.
[845] Hikmah: ialah Perkataan yang tegas dan benar yang dapat
membedakan antara yang hak dengan yang bathil (Departemen Agama RI,
2006: 281).
Ayat di atas, jelas bahwa hikmah adalah usaha untuk memahami dan
mempelajari Al-Qur’an dan hadits yang dibawa oleh Rasulullah saw. sehingga
dapat dijadikan sebagai pengendalian dalam kehidupan sehari-hari.
45
Hikmah tidak hanya dijadiakan pelajaran saja tertapi, dapat juga
dimasukkan dalam mata pelajaran yang ada di Madrasah Ibtidaiyah misalnya,
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu
Pengetahuan Sosial, Pendidikan Kewarga Negaraan, dan Aqidah Akhlak. Selain
dapat dijadikan pelajaran dan dimasukkan dalam mata pelajaran hikmah Al-
Qur’an juga menjadi petunjuk bagi seluruh umat manusia dalam kehidupan di
dunia.
Allah memberikan petunjuk kepada hamba-Nya melalui berbagai macam
cara. Salah satunya Allah menurunkan Al-Qur’an sebagai pedoman manusia
melalui kisah-kisah teladan umat terdahulu untuk kehidupan di bumi ini agar
selamat di dunia dan akhirat. Selain menjadi teladan kisah-kisah tersebut juga
dapat diterapkan dalam pembelajaran di sekolah khususnya Madrasah Ibtidaiyah,
salah satu kisah yang dapat di terapkan dalam mata pelajaran Madrasah Ibtidaiyah
adalah kisah yang ada dalam Surat Al-Qashash ayat 76-82:
1. Implementasi Hikmah Kisah Surat Al-Qashash ayat 76 dalam Mata Pelajaran
MI.
Sesungguhnya Karun adalah Termasuk kaum Musa[1138], Maka ia Berlaku
aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya
46
perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh
sejumlah orang yang kuat-kuat. (ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya:
"Janganlah kamu terlalu bangga; Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang terlalu membanggakan diri".
[1138] Karun adalah salah seorang anak paman Nabi Musa a.s. (Departemen
Agama RI, 2006: 394).
Berdasarkan ayat dan terjemah di atas menunjukkan bahwa Qarun
berlaku aniaya terhadap kaumnya, dalam ayat tersebut sudah disinggung
tentang perilaku Qarun yang tidak baik yaitu diambil dari kata (بغى) bagha
yang artinya aniaya. Maksud dari kata aniaya disini karena secara implisit
sebenarnya Qarun itu menganiaya kaumnya Nabi Musa dengan cara menindas
dan merampas hak orang lain.
Menurut M. Quraish Shihab, kata فبغى fabagha terambil dari kata (بغى)
bagha yang berarti menghendaki. Kata ini kebanyakan digunakan untuk
kehendak yang bersifat sewenang-wenang dan penganiayaan. Hal tersebut,
dapat diartikan Qarun melakukan agresi, permusuhan, perampasan hak.
Kejahatan dimaksud dapat mencakup banyak hal, bermula dari pelanggaran
terhadap ketentuan agama dan peraturan yang berlaku dan dihormati sampai
kepada penghinaan dan pelecehan terhadap orang per orang dalam masyarakat,
huruf fa’ pada awal kata tersebut mengisyaratkan terjadinya kesewenangan itu
47
secara cepat dan serta merta tanpa dipikirkan oleh yang bersangkutan (Shihab,
Jilid 9, 2009: 662).
Selanjutnya berdasarkan ayat dan terjemahan di atas, menunjukkan
percakapan ketika kaumnya Qarun berkata kepadanya: “Janganlah kamu terlalu
bangga”, dalam kalimat tersebut sudah disinggung tentang perilaku Qarun yang
tidak baik yaitu diambil dari kata ( رح تف ) tafrah yang artinya terlalu bangga,
Maksudnya Qarun membanggakan dirinya dengan cara memamerkan harta
kekayaannya kepada kaumnya.
Menurut M. Quraish Shihab, kata تفرح la tafrah bukanya larangan untuk لا
bergembira, tetapi larangan untuk melampaui batas ketika bergembira, yakni
yang mengantar kepada keangkuhan dan yang menjadikan seseorang tenggelam
dalam bidang material, melupakan fungsi harta, serta mengabaikan akhirat dan
nilai-nilai spiritual. Disini, ia dapat diartikan dengan kebanggaan yang luar
biasa (Shihab, Jilid 9, 2009: 663).
Berdasarkan uraian di atas implementasi hikmah kisah yang dapat
diterapkan dalam mata pelajaran MI adalah sebagai berikut:
a. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Materi pembelajaran Bahasa Indonesia yang berkaitan dengan hikmah
kisah dalam ayat tersebut adalah menentukan gagasan pokok dan gagasan
penjelas pada sebuah paragraf dalam cerita, terdapat dalam KD 3.1 Kelas
48
IV Tema 1 Indahnya Kebersamaan Sub Tema 1 Keberagaman Budaya
Bangsaku.
b. Mata pelajaran PPKN
Materi pembelajaran yang terkait dengan hikmah kisah ayat di atas
yaitu gotong royong serta kerja sama atas keberagaman, terdapat dalam KD
3.4 kelas IV Tema 1 Indahnya Kebersamaan Sub Tema 2 kebersamaan
dalam keberagaman.
c. Mata Pelajaran Akidah Akhlak
Materi pembelajaran yang terkait dengan hikmah kisah ayat di atas
adalah kasih sanyang dan hidup rukun, terdapat mata pelajaran Akidah
Akhlak kelas I pembelajaran ke 4.
2. Implementasi Hikmah Kisah Surat Al-Qashash ayat 77 dalam Mata Pelajaran
MI
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu
dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat
49
kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan.” (Departemen Agama RI, 2006: 394).
Berdasarkan ayat dan terjemah di atas menunjukkan bahwa terdapat
perintah Allah untuk berbuat baik kepada orang lain, yang di ambil dari kata
ahsin artinya berbuat baiklah. Maksud dari kata tersebut yaitu, Allah (أحسن )
SWT menyuruh manusia untuk berbuat baik kepada sesama sebagaimana Allah
telah berbuat baik kepada hambanya.
Menurut M. Quraish Shihab, kata ( أحسن) ahsin terambil dari kata ( حسن)
hasan yang berarti baik. Kata yang digunakan pada ayat ini berbentuk perintah
dan membutuhkan objek. Namun, objeknya tidak disebutkan sehingga ia
mencakup segala sesuatu yang dapat disentuh oleh kebaikan, bermula terhadap
lingkungan, harta benda, tumbuh-tumbuhan, binatang, manusia, baik orang lain
maupun diri sendiri (Shihab, Jilid 9, 2009: 664).
Kata hasan disini termasuk dalam teori pendidikan akhlak terhadap
sesama manusia dan termasuk dalam pendidikan akhlak mahmudah atau akhlak
terpuji.
Selanjutnya berdasarkan ayat dan terjemahan di atas, menunjukkan
bahwa Qarun berbuat kerusakan dimuaka bumi, yang di ambil dari kata (
) artinya berbuat kerusakan dimuka bumi, maksudnya Qarun
50
melakukan kerusakan dengan cara melakukan perbuatan zalim terhadap
lingkunganya.
Menurut Syaikh Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq,
kata artinya berbuat kerusakan dimuka bumi. Maksud
dari kata tersebut yaitu, janganlah semangatmu hanya menjadi perusak di muka
bumi dan berbuat buruk kepada makhluk Allah, dengan mengerjakan
perbuatan-perbuatan maksiat seperti, perbuatan yang dilakukakuan oleh Qarun
yang zalim terhadap lingkungan (Alu Syaikh, , M. Abdul Guffar, Jilid 7, 2017:
128).
Berdasarkan uraian di atas implementasi hikmah kisah yang dapat
diterapkan dalam mata pelajaran MI adalah sebagai berikut:
a. Mata Pelajaran PPKN
Materi pembelajaran yang terkait dengan hikmah kisah dalam ayat
tersebut adalah bentuk kebersatuan dalam keberagaman di lingkungan
sekitar, terdapat dalam KD 3.4 dan 4.4 Kelas III Tema 3 Benda di sekitarku
Sub Tema 4 Keajaiban Perubahan Wujud di Sekitarku.
51
b. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Materi pembelajaran Bahasa Indonesia yang berkaitan dengan hikmah
kisah dalam ayat tersebut adalah poster, siswa dapat membuat poster
mengenai hemat energi, terdapat dalam KD 4.4 Kelas IV Tema 2 Selalu
Berhemat Energi Sub Tema 2 Manfaat Energi.
c. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Materi pembelajaran yang terkait dengan hikmah kisah ayat di atas
yaitu sumber daya alam yang dapat di perbarui dan sember daya alam yang
tidak dapat diperbarui, terdapat dalam KD 3.1 kelas IV Tema 2 Selalu
Berhemat Energi Sub Tema 1 Sumber Energi.
d. Mata pelajaran Iimu Pengetahuan Alam
Materi pembelajaran yang sesuai dengan hikmah kisah ayat di atas
adalah kerusakan lingkungan, terdapat dalam KD 3.8 dan 4.8 Kelas IV
Tema 3 Perduli terhadap Makhluk Hidup Sub Tema 1 Hewan dan
Tumbuhan Di Lingkungan Rumahku.
e. Mata Pelajaran Akidah Akhlak
Materi pembelajaran yang terkait dengan hikmah kisah ayat di atas
adalah berakhlak terhadap lingkungan, terdapat mata pelajaran Akidah
Akhlak kelas VI pembelajaran ke 8.
52
3. Implementasi Hikmah Kisah Surat Al-Qashash ayat 78 dalam Mata Pelajaran
MI
“Karun berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang
ada padaku". dan Apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh
telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan
lebih banyak mengumpulkan harta? dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-
orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka.”
(Departemen Agama RI, 2006: 395).
Berdasarkan ayat dan terjemah di atas menunjukkan perkataan Qarun
yaitu "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku",
maksud dari kalimat tersebut Qarun menunjukkan sifat keangkuhannya dengan
mengatakan bahwa harta yang ia miliki itu didapat dari ilmu yang ada padanya,
ia menganggap harta dan ilmu itu bukan anugerah dari Allah tetapi muncul
dengan jerih payah dia dalam belajar.
53
Menurut M. Quraish Shihab, kata ( )
innamaa uutituhuu ‘ala ‘ilmin ‘indii. Mendengar nasihat yang disampaikan di
atas, Qarun lupa diri dan angkuh. Ia berkata: “Sesengguhnya aku hanya
diberikannya, yakni memperoleh harta itu, karena ilmu, yakni kepandaian, yang
demikian mantap yang ada padaku menyangkut tata cara perolehan harta.
Tidak ada jasa siapapun atas perolehanku itu.” Demikian jawabanya. Sungguh
aneh sikapnya itu. Apakah ia tidak takut juga sampai Allah membinasakan
harta dan dirinya akibat keangkuhannya itu? Sungguh kedurhakaan Qarun telah
demikian jelas (Shihab, Jilid 9, 2009: 669).
Berdasarkan uraian di atas implementasi hikmah kisah yang dapat
diterapkan dalam mata pelajaran MI adalah mata pelajaran Akidah Akhlak,
materi pembelajaran yang terkait dengan hikmah kisah ayat di atas adalah
akhlak tercela, terdapat mata pelajaran Akidah Akhlak kelas III pembelajaran
ke 6.
4. Implementasi Hikmah Kisah Surat Al-Qashash ayat 79 dalam Mata Pelajaran
MI
54
Maka keluarlah Karun kepada kaumnya dalam kemegahannya[1139].
berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: "Moga-moga
kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Karun;
Sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar".
[1139] Menurut mufassir: Karun ke luar dalam satu iring-iringan yang
lengkap dengan pengawal, hamba sahaya dan inang pengasuh untuk
memperlihatkan kemegahannya kepada kaumnya. (Departemen Agama RI,
2006: 395).
Berdasarkan ayat dan terjemah di atas menunjukkan bahwa Qarun
memamerkan kemegahannya kepada kaumnya, diambil dari kata ( زينته) yang
artinya kemegahan, maksud dari kata tersebut yaitu Qarun itu ingin
memamerkan harta kekayaannya kepada kaumnya dengan cara keluar dari
istana dan berjalan di depan kaum Nabi Musa dengan membawa seluruh
hartanya.
Menurut M. Quraish Shihab, kata ( نته زي ) zinatihi terambil dari kata
zinah, yakni perhiasan, yaitu segala yang dinilai indah dan baik oleh seseorang.
Boleh jadi sesuatu itu buruk dalam pandangan anda, tetapi jika dipandang indah
oleh orang lain, bukan bagi anda. Sekian banyak amal buruk yang diperindah
oleh setan sehingga dinilai indah oleh pendurhaka. Ayat di atas menyatakan
bahwa Qarun keluar dengan hiasanya. Besar kemungkinan bahwa apa yang
dianggapnya hiasan justru merupakan hal-hal buruk dalam pandangan Allah. Di
55
sisi lain, kata perhiasan dapat mencakup banyak hal, termasuk pengikut,
kendaraan, pakaian, dan lain-lain, yang semuanya ditampilkan menunjukkan
keangkuhan dan kekayaannya. Atas dasar itu, kata zinatihi dipahami dalam arti
kemegahan (Shihab, Jilid 9, 2009: 671).
Berdasarkan uraian di atas implementasi hikmah kisah yang dapat
diterapkan dalam mata pelajaran MI adalah mata pelajaran Akidah Akhlak,
materi pembelajaran yang terkait dengan hikmah kisah ayat di atas adalah
menghindari akhlak tercela yang dimiliki Qarun, terdapat mata pelajaran
Akidah Akhlak kelas V pembelajaran ke 10.
5. Implementasi Hikmah Kisah Surat Al-Qashash ayat 80 dalam Mata Pelajaran
MI
Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah
bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan
beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang- orang yang
sabar" (Departemen Agama RI, 2006: 395).
Berdasarkan ayat dan terjemah di atas menunjukkan bahwa orang-orang
yang sabar, beriman, beramal saleh, akan mendapatkan pahala yang besar dari
Allah, yang diambil dari kata ( برون ,yang artinya orang-orang yang sabar (الص
56
maksud dari kata tersebut adalah sabar dapat mengantarkan kita memperoleh
pahala dari Allah.
Menurut Syaikh Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq,
kata ( برون Orang-orang yang sabar.” As-Suddi berkata: “Surga tidak“ (الص
diperoleh kecuali oleh orang-orang yang sabar.” Seakan-akan hal itu dijadikan
kalimat penyempurna dari perkataan ahli ilmu, mereka yang bersabar atas
fitnah kehidupan dan godaanya, sabar ketidakpunyaan harta benda yang banyak
serta di impikan oleh banyak orang. Ketika Allah mengetahui kesabaran mereka
itu, Allah pun mengangkat mereka ke tingkatan yanag dimana posisinya sangat
tinggi atas seluruh benda yang ada di dunia ini (Alu Syaikh, , M. Abdul Guffar,
Jilid 7, 2017: 132).
Berdasarkan uraian di atas implementasi hikmah kisah yang dapat
diterapkan dalam mata pelajaran MI adalah mata Pelajaran Akidah Akhlak,
materi pembelajaran yang terkait dengan hikmah kisah ayat di atas adalah
akhlak terpuji, terdapat mata pelajaran Akidah Akhlak kelas V pembelajaran ke
5.
6. Implementasi Hikmah Kisah Surat Al-Qashash ayat 81 dalam Mata Pelajaran
MI
57
“Maka Kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka
tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah.
dan Tiadalah ia Termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).”
(Departemen Agama RI, 2006: 395).
Berdasarkan ayat dan terjemah di atas menunjukkan bahwa Qarun telah
menggunakan harta dan pengetahuan dengan kedurhakaan dan keangkuhan,
maka ia diazab oleh Allah dengan menenggelamkannya beserta hartanya
kebumi. Kalimat “Maka tidak ada baginya
suatu golongan pun yang menolongnya terhadap azab Allah,” Akibat
perbuatan tercela tersebut harta, kekayaan, pembantu, dan pelayannya tidak
dapat menolongnya dari Azab Allah.
Menurut Syaikh Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq,
kalimat “Maka tidak ada baginya suatu
golongan pun yang menolongnya terhadap azab Allah,” yaitu harta, kekayaan,
pembantu, dan pelayannya tidak dapat menolongnya dari Azab Allah, serta
tidak mampu menolak kemurkaan, siksaan dan penghinaan dari Allah. Dia pun
tidak dapat menolong dirinya sendiri (Alu Syaikh, , M. Abdul Guffar, Jilid 7,
2017: 134).
58
Secara tersirat dalam ayat ini menerangkan akibat dari akhlak tercela
yang telah dilakukan oleh Qarun yaitu berbuat aniaya terhadap kaumnya, terlalu
bangga terhadap dirinya dengan memamerkan hartanya, melakukan kerusakan
dengan cara melakukan perbuatan zalim terhadap lingkunganya, ia menganggap
harta dan ilmu itu bukan anugerah dari Allah tetapi muncul dengan jerih payah
dia dalam belajar, dan memamerkan harta kekayaannya kepada kaumnya
dengan cara keluar dari istana dan berjalan di depan kaum Nabi Musa dengan
membawa seluruh hartanya. Jadi, dalam ayat ini lebih merujuk pada akhlak
tercela yang di lalukan Qarun dalam ayat-ayat sebelumnya.
7. Implementasi Hikmah Kisah Surat Al-Qashash ayat 82 dalam Mata Pelajaran
MI
Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Karun itu,
berkata: "Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezki bagi siapa yang Dia
kehendaki dari hamba-hambanya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak
melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita
(pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang- orang yang mengingkari
(nikmat Allah)" (Departemen Agama RI, 2006: 395).
59
Berdasarkan ayat dan terjemah di atas, secara tersirat dalamnya
menerangkan bahwa kita harus bersyukur dengan apa yang kita miliki, yang di
ambil dari kalimat “Aduhai benarlah, tidak beruntung orang- orang yang
mengingkari (nikmat Allah)”, maksud dari kalimat tersebut orang yang tidak
beruntung adalah orang yang tidak mau bersyukur atau tidak pandai berterima
kasih kepada Allah, dalam ayat ini secara tersirat menyuruh kita untuk selalu
bersyukur atas nikmat yang telah Ia berikan kita, dengan mengsyukuri nikmat
kita akan menjadi orang yang beruntung di dunia maupun di akhirat.
Berdasarkan uraian di atas implementasi hikmah kisah yang dapat
diterapkan dalam mata pelajaran MI adalah sebagai berikut: mata pelajaran
Akidah Akhlak, materi pembelajaran yang terkait dengan hikmah kisah ayat di
atas adalah membasahi lisan dengan banyak menyebut kalimah thayyibah,
terdapat mata pelajaran Akidah Akhlak kelas V pembelajaran ke 1.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa implementasi hikmah kisah Qarun, yang
terdapat pada Al-Qur’an Surat Al-Qashash ayat 76-82 dalam mata pelajaran MI
dapat diterapkan mata pelajaran umum dan mata pembelajaran agama, untuk mata
pelajaran umum dapat diterapkan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, Ilmu
Pengetahuan Sosial, Ilmu Pengetahuan Alam, dan PPKN. Sedangkan, untuk mata
pelajaran agama dapat diterapkan dalam pembelajaran Akidah Akhlak.
60
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Atas hasil penelitian tentang pendidikan akhlak pada anak yang
terkandung dalam Al-Qur’an Surat Al-Qashash ayat 76-82, peneliti menarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Isi kandungan Al-Qur’an Surat Al-Qashash ayat 76-82, di dalamnya
mengandung sebuah pesan bahwa, orang yang memiliki harta berlimpah itu
bukanlah bukti cinta Allah kepada seseorang, demikian juga sebaliknya.
Sebagai hamba Allah kita tidak perlu berbangga terhadap harta dengan
melampaui batas kewajaran karena, di dalamya masih tersimpan hak-Nya,
tetaplah rendah hati dan bersyukur kepada-Nya. Memiliki harta banyak tidak
dilarang, yang dilarang adalah memamerkannya dengan angkuh dan tidak
mensyukurinya, yakni kita harus mengfusikannya sebagai tuntunan Allah
untuk bekal di kehidupan dunia dan akhirat.
2. Implementasi hikmah kisah Al-Qur’an Surat Al-Qashash ayat 76-82 dalam
Mata Pelajaran MI, dapat diimplementasikan pada mata pelajaran umum dan
mata pembelajaran agama, untuk mata pelajaran umum dapat diterapkan dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia, Ilmu Pengetahuan Sosial, Ilmu Pengetahuan
Alam, dan PPKN. Sedangkan, untuk mata pelajaran agama dapat diterapkan
dalam pembelajaran Akidah Akhlak.
61
B. Saran
Sesuai dengan hasil penelitian dan kesimpulan yang di dapatkan penulis
pada penelitian ini, penulis akan mengemukakan masukan atau saran, antara lain
sebagai berikut:
1. Bagi Pendidik
Hikmah Al-Qur’an sangat berperan penting dalam upaya terciptanya
individu dan masyarakat yang beradap. Karena pada dasarnya Al-Qur’an itu
sebagai petunjuk bagi kehidupan manusia. Hal ini telah nyata dan dijelaskan
dalam kisah Qarun yang terkandung dalam surat Al-Qashash ayat 76-82. Oleh
karena itu, penulis menyarankan kepada pendidik agar menggali pelajaran dari
kisah tersebut sehingga dapat diaplikasikan atau diterapkan pada pendidik
sebagai tauladan bagi peserta didik, dengan melakukan perbaikan akhlak
manusia dalam menjalani hidup di dunia dan juga dapat di aplikasikan dalam
mata pelajaran yang sesuai dengan materi yang ada.
2. Bagi Peneliti
Hasil dari analisis implementasi hikmah Al-Qur’an surat Al-Qashash ayat
76-82 dalam mata pelajaran MI ini masih banyak kekurangan, maka dari itu
diharapkan bagi peneliti paru dapat mengkaji ulang penulisan ini.
62
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad Daud. 2008. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Alu Syaikh, Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq. 1994. Tafsir Ibnu
Katsir Jilid 7. Terjemah oleh M. Abdul Guffar. 2017. Jakarta: Pustaka Imam
Asy-Syafi’i.
Aminuddin, dkk. 2014. Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi Umum.
Bogor: Ghalia Indonesia.
Departemen Agama RI. 2006. Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemah Bahasa Indonesia
(Ayat Pojok). Kudus: Menara Kudus.
. 2007. Al-Qur’an dan Tafsirnya (Edisi yang
Disempurnakan) Jilid 7. Jakarta: Departemen Agama RI.
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Irene, dkk. 2016. Bupena Buku Penilaian Tema Indahnya Kebersamaa, Tema Selalu
Berhemat Energi, dan Tema Perduli terhadap Makhluk Hidup Jilid 4A. Jakarta:
Erlangga.
Nasucha, Arif Fajar, dkk. 2019. Bahan Ajar Kelas 4 Tema 1 Indahnya Kebersamaan
untuk SD/MI. Surakarta: CV. Surya Badra.
. 2019. Bahan Ajar Kelas 4 Tema 2 Selalu Berhemat
Energi untuk SD/MI. Surakarta: CV. Surya Badra
Ma’ruf, Amari dan Nurhadi. 2012. Tafsir 2 untuk Madrasah Aliyah Program
Keagamaan. Solo: PT Wangsa Jatra Lestari.
Mujahidin, Khiorul, dkk. 2014. Buku Siswa Akidah Akhlak Kelas 1. Jakarta:
Kementrian Agama Republik Indonesia.
Pedoman Penyusunan Skripsi IAIN SALATIGA. 2017.
Rindho, Miftakur, dkk. 2015. Buku Siswa Akidah Akhlak Kelas 5. Jakarta:
Kementrian Agama Republik Indonesia.
63
Sadi. 2016. Buku Siswa Akidah Akhlak Kelas 6 MI. Jakarta: Kementrian Agama
Republik Indonesia.
Safitri, Ani. 2016. Buku Siswa Akidah Akhlak Kelas 3 MI. Jakarta: Kementrian
Agama Republik Indonesia.
Shihab, M. Quraish. 2009. Tafsir Al Misbah Jilid 9 Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-
Qur’an. Jakarta: Lentera Hati.
. 2012. Al-Lubab Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-Surah
Al-Qur’an Jilid 3. Tangerang: Lentera Hati.
. 2015. Kaidah Tafsir. Tangerang: Lentera Hati.
Shaleh, Qamaruddin. 1990. Asbabun Nuzul Latar Belakang Turunnya Ayat-Ayat Al-
Qur’an. Bandung: CV. Diponegoro.
Tahir, Muhyiddin. 2012. Hikmah dalam Persepektif Al-Qur’an. (Online), Vol. 9 No.
1 (http://oaji.net/articles/2014/1163-1409557866.pdf, diakses 17 Agustus
2019).
Yayasan Pembina Masyarakat Islam Al-Hikmah. 1980. Terjemah Al Qur’an Secara
Lafzhiyah Jilid VII. Jakarta: Yayasan Pembina Masyarakat Islam Al-Hikmah.
64
LAMPIRAN-LAMPIRAN
65
66
SATUAN KREDIT KEGIATAN
Nama : Alifatul Maula Jurusan : PGMI
NIM : 23040150176 Dosen P.A. : Khulatul Lutfiah, M.Pd.I.
No Nama Kegiatan Pelaksanaan Sebagai Nilai
1 Seminar Internasional
“Petani untuk Negeri ”
18 September
2016 Peserta 8
2
Seminar Nasional 2015
“Epistemologi Tafsir Kontemporer
; Integrasi Hermeneutika Dalam
Metode Penafsiran Al- Qur’an”
25 September
2015 Peserta 8
3 Seminar Nasional “Jenderal
Sudirman Inspirasi Anak Bangsa”
11 November
2015 Peserta 8
4
LPM IAIN Salatiga
Seminar Nasional “Geliat
Masyarakat Urban”
25 Maret 2016 Peserta 8
5
Seminar Nasional Problematika
Hakim dan Peradilan
“Rekonstruksi Ideal Sistem
Peradilan di Indonesia”
22 September
2016 Peserta 8
6
Seminar Nasional Edupreneurship
“Strategi Marketing Kunci Sukses
Wirausaha”
13 November
2016 Peserta 8
7
HMI Cabang Salatiga
“ Pelantikan Pengurus Cabang dan
Kohati HMI Cabang Salatiga
Periode 2017/2018 dan Seminar
Nasional
Kontekstualisasi peran HMI:
Peneguhan Kembali Ikhtiar
Perjuangan HMI dalam Rangka
Mengawal Kemaslahatan Umat dan
Bangsa”
29 Agustus 2017 Peserta 8
8
Seminar Nasional “Inovasi
Pembelajaran dan Media
Pembelajaran Matematika Berbasis
IT”
11 November
2017 Peserta 8
9 Seminar Nasional 20 September Peserta 8
67
“Pemberdayaan Masyarakat;
Peluang dan Tantanan di Era
Global”
2018
10 Seminar Nasional “Peran Media
dalam Menghadapi Tahun Politik”
29 September
2018 Peserta 8
11
Seminar Nasional
“Polemik Bakal Calon Legislatif
Mantan Narapidana”
2 Oktober 2018 Peserta 8
12
Seminar Nasional
“Reaktualisasi Kesetaraan Gender
di Era Millenial”
13 Oktober 2018 Peserta 8
13
Seminar Nasional
“Implikasi Iptek dan
Pengembangan Ekonomi Kreatif
Untuk Indonesia Mandiri”
27 Oktober 2018 Peserta 8
14 Seminar Nasional
“Budaya Literasi di Era Mienial” 31 Oktober 2018 Peserta 8
15
Sertifikat UPTPB “Intensive
English Language Program”
22 Februari
2016- 10 Juni
2016
Peserta 6
16
Sertifikat UPTPB “Siba” 22 Februari
2016- 10 Juni
2016
Peserta 6
17
OPAK IAIN Salatiga:
“Penguatan Nilai-nilai Islam
Indonesia Menuju Negara yang
Aman dan Damai”
10-15 Agustus
2015 Peserta 3
18
OPAK Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan
“Integrasi Pendidikan Karakter
Mahasiswa Melalui Kampus
Edukatif Humanis dan Religius”
13 Agustus 2015 Peserta 3
19 UPT PERPUSTAKAAN IAIN
Salatiga: Library User Education 21 Agustus 2015 Peserta 3
20
Pengakraban Mahasiswa Baru
Jurusan PGMI “One Soul, One
Fight, One Goal Membentuk
Mahasiswa PGMI yang Unggul
dan Berkarakter”
5 September
2015 Peserta 3
21 Pagelaran Pentas Seni Media
Pembelajaran Educatif PGMI
27 November
2016 Peserta 3
68
“Cipta Karya Media Pembelajaran
Educatif”
22
Praktikum Mata Kuliah
Kewirausahaan (Mahasiswa
Jurusan PAI, PGMI, dan PGRA)
“Keren itu Mahasiswa Kreatif,
Inovatif, Mandiri, dan Berani
Berwirausaha”
22 Desember
2016 Peserta 3
23 Seminar Aswaja “Pelajari, Pahami,
dan Bela Aqidahmu” 11 Maret 2018 Peserta 3
24 Diskusi Literasi
“Pendidikan dan Sejarah Salatiga” 1 Oktober 2018 Peserta 3
Jumlah 148
69
70
71
72
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Dengan ini saya cantumkan daftar riwayat hidup sebagai berikur:
Nama : Alifatul Maula
Tempat/Tgl. Lahir : Kab. Semarang, 14 Juni 1996
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Dsn. Dukun, Rt.01/Rw.01, Ds. Banding, Kec. Bringin, Kab,
Semarang.
No. Telp/Hp. : 083109001716
Riwayat Pendidikan
a. RA Tarbiyatul Banin 37 Kec. Bringin 2003
b. MI Al-Islam Kec. Bringin lulus 2009
c. MTs Al-Manar Kec. Tengaran lulus 2012
d. MA Al-Manar Kec. Tengaran lulus 2015
Demikian daftar riwayat hidup saya, saya buat yang sebenar-benarnya.
Salatiga, 15 Juli 2019
Penulis
Alifatul Maula
NIM. 23040150176