Evaluasi Tata Guna Lahan dan Analisis Vegetasi Desa ...

25
5 Abstract Rawa Pening Lake is a lake located in the province of Central Java and flanked by mountains Merbabu, mountain Telomoyo, Ungaran mountain, and the mountain Full Solo. Lake Swamp Dizziness used by residents about the source of irrigation water for power generation, fisheries, peatland resource to the tourism sector. Rawa Pening Lake has main problems of sedimentation or siltation which could potentially lead to the landing on the lake, the lake eventually unable to maintain its function. Sedimentation comes from two sources, namely land and water bodies around. Of land around, sedmentasi a result of various factors, namely land use and vegetation conditions. This study aims to determine the use of land and vegetation conditions in the village Kebondowo. The land use consists of residential, agricultural or paddy fields, plantations, fields and forests. The land in the village of Kebondowo has a low diversity index is 1.8, 2.04, 1.5 and 1.39. Keywords: land use, vegetation, Kebondowo Village. Pendahuluan Danau Rawa Pening berada dalam provinsi Jawa Tengah,Desa Bukit Cinta, Kabupaten Ambarawa, berjarak 45 KM dari Semarang, yang diapit lereng gunung Merbabu, gunung Telomoyo, gunung Ungaran, dan gunung Kendali Solo. Danau Rawa Pening tersebut mencakup 4 wilayah kecamatan yaitu Ambarawa, Bawen, Tuntang, dan Banyubiru. Danau Rawa Pening dimanfaatkan diantaranya sebagai daerah tangkapan air, sumber listrik tenaga air (PLTA), sumber eceng gondok (Eichhornia crassipes), perikanan, sumber tanah gambut, irigasi bagi para petani, area pemancingan alam, dan sektor pariwisata (Sittadewi, 2008). Danau Rawa Pening mengalami berbagai masalah lingkungan seperti peningkatan populasi Eceng Gondok (Eichhornia crassipes), penurunan kualitas air, eutrofikasi hingga sedimentasi yang dapat menyebabkan pendangkalan pada danau sehingga danau tidak mungkin lagi dapat mempertahankan fungsinya sesuai dengan konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Sedimentasi merupakan salah satu masalah utama pada danau Rawa Pening (Sutarwi, 2008), yang telah berlangsung selama kurang lebih tiga dekade (Balitbang Prov. Jateng, 2004) menyebabkan Danau Rawa Pening mengalami penurunan fungsi.Tingkat laju erosi tanah pada Danau Rawa Pening termasuk kategori berat dengan laju erosi 180-480 ton/ha/th (Sutarwi, 2008). Sedimentasi sendiri berasal dari 2 sumber yaitu dari dalam danau atau badan air danau dan dari luar danau yaitu lahan sekitar. Dari dalam danau atau badan air, sedimentasi dapat disebabkan oleh penyuburan atau eutrofikasi yang

Transcript of Evaluasi Tata Guna Lahan dan Analisis Vegetasi Desa ...

Page 1: Evaluasi Tata Guna Lahan dan Analisis Vegetasi Desa ...

5

Abstract

Rawa Pening Lake is a lake located in the province of Central Java and flanked by

mountains Merbabu, mountain Telomoyo, Ungaran mountain, and the mountain

Full Solo. Lake Swamp Dizziness used by residents about the source of irrigation

water for power generation, fisheries, peatland resource to the tourism sector.

Rawa Pening Lake has main problems of sedimentation or siltation which could

potentially lead to the landing on the lake, the lake eventually unable to maintain

its function. Sedimentation comes from two sources, namely land and water bodies

around. Of land around, sedmentasi a result of various factors, namely land use

and vegetation conditions. This study aims to determine the use of land and

vegetation conditions in the village Kebondowo. The land use consists of

residential, agricultural or paddy fields, plantations, fields and forests. The land in

the village of Kebondowo has a low diversity index is 1.8, 2.04, 1.5 and 1.39.

Keywords: land use, vegetation, Kebondowo Village.

Pendahuluan

Danau Rawa Pening berada dalam provinsi Jawa Tengah,Desa Bukit Cinta,

Kabupaten Ambarawa, berjarak 45 KM dari Semarang, yang diapit lereng gunung

Merbabu, gunung Telomoyo, gunung Ungaran, dan gunung Kendali Solo. Danau

Rawa Pening tersebut mencakup 4 wilayah kecamatan yaitu Ambarawa, Bawen,

Tuntang, dan Banyubiru. Danau Rawa Pening dimanfaatkan diantaranya sebagai

daerah tangkapan air, sumber listrik tenaga air (PLTA), sumber eceng gondok

(Eichhornia crassipes), perikanan, sumber tanah gambut, irigasi bagi para petani,

area pemancingan alam, dan sektor pariwisata (Sittadewi, 2008).

Danau Rawa Pening mengalami berbagai masalah lingkungan seperti

peningkatan populasi Eceng Gondok (Eichhornia crassipes), penurunan kualitas air,

eutrofikasi hingga sedimentasi yang dapat menyebabkan pendangkalan pada

danau sehingga danau tidak mungkin lagi dapat mempertahankan fungsinya sesuai

dengan konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

Sedimentasi merupakan salah satu masalah utama pada danau Rawa Pening

(Sutarwi, 2008), yang telah berlangsung selama kurang lebih tiga dekade (Balitbang

Prov. Jateng, 2004) menyebabkan Danau Rawa Pening mengalami penurunan

fungsi.Tingkat laju erosi tanah pada Danau Rawa Pening termasuk kategori berat

dengan laju erosi 180-480 ton/ha/th (Sutarwi, 2008).

Sedimentasi sendiri berasal dari 2 sumber yaitu dari dalam danau atau

badan air danau dan dari luar danau yaitu lahan sekitar. Dari dalam danau atau

badan air, sedimentasi dapat disebabkan oleh penyuburan atau eutrofikasi yang

Page 2: Evaluasi Tata Guna Lahan dan Analisis Vegetasi Desa ...

6

berdampak pada blooming alga dan peningkatan populasi tumbuhan tertentu,

seperti eceng gondok.

Faktor yang menyebabkan tingginya laju sedimentasi pada danau lebih

banyak bergantung pada bagian luar danau meliputi kondisi tanah, penggunaan

lahan dan kondisi tegakan atau vegetasi. Kondisi atau tekstur tanah adalah kondisi

fisik tanah meliputi kekuatan atau keremahan tanah, porositas tanah dan tingkat

permeabilitas tanah. Tata guna lahan adalah kondisi pemanfaatan tanah untuk

aktifitas manusia seperti pertanian, perkebunan, hutan dan pemukiman.

Penggunaan lahan yang memiliki kontribusi secara konservasiyaitu penggunaan

lahan yang tepat sesuai peruntukkannya mengikuti kondisi ketinggian lahan,

kemiringan lahan dan jenis tanah. Tegakan atau vegetasi adalah tutupan pada

lahan yang terdiri atas 5 kelompok yaitu pepohonan, epifit, herba, semak dan

sapihan (Syafiuddin, 1990). Tekstur atau partikel tanah tergantung pada

keberadaan vegetasi, sebab vegetasi akan membentuk zona rhizosfer atau daerah

perakaran kuat pada tanah dan membantu penyerapan air. Sehingga, kondisi

vegetasi yang baik tentu akan membentuk struktur tanah yang kokoh, sumber

penyerapan air tanah yang akhirnya meminimalisir sedimentasi. Tak keberadaan

vegetasi, tata guna lahan yang baik dan tepat juga berpengaruh pada kondisi

tanah. Tata guna lahan disebut tepat atau baik apabila sesuai dengan

peruntukkannya. Semisal, pada lahan miring disarankan untuk tidak menanam

atau membentuk kultur pertanian yang hasil panennya berada pada akar seperti

singkong, ubi jalar, kentang, sebab proses pemanenan bersifat membongkar tanah

dan menyebabkan tanah menjadi remah dan mudah terbawa aliran air.

Pada pengelolaan ekosistem secara adaptif berdasarkan konsep

pembangunan berkelanjutan (sustainable development), dilakukan pemantauan

atau monitoring untuk melihat kondisi lingkungan secara riil dan

berkesinambungan agar dapat meminimalisir kerusakkan pada lingkungan.

Pemantauan atau monitoring pada kondisi tanah, vegetasi dan penggunaan lahan

disebut evaluasi tata guna lahan atau evaluasi lahan.

Evaluasi tata guna lahan digunakan sebagai satu implementsi dari

pengelolaan ekosistem secara adaptif sebagai alat atau metode untuk memantau

atau memonitoring ketepatan fungsi lahan pada suatu daerah atau kawasan.

Evaluasi tata guna lahan meliputi parameter ketepatan fungsi lahan dan vegetasi

sebagai aspek lingkungan sebagai sumber daya alam serta sosial ekonomi

penduduk seperti jumlah penduduk desa, jenis pekerjaan, dan jenjang pendidikan

yang mempengaruhi penggunaan lahan, vegetasi dan kondisi tanah. Vegetasi

dilakukan dalam evaluasi tata guna lahan untuk memantau jenis dan banyaknya

vegetasi dalam suatu kawasan.

Page 3: Evaluasi Tata Guna Lahan dan Analisis Vegetasi Desa ...

7

Danau Rawa Pening adalah danau yang secara administratif dikelilingi oleh

15 desa, salah satunya adalah Desa Kebondowo. Desa Kebondowo merupakan

desa yang terletak di Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah

dengan luas wilayah 694.600 ha. (Profil Desa Kebondowo th. 2012). Desa

Kebondowo berada tepat di pinggir Danau Rawa Pening dan termasuk areal desa

yang berada di Kecamatan Banyubiru yang merupakan daerah konservasi dalam

rangka pemeliharaan danau Rawa Pening (Mitchell et al 2003), serta memiliki

prioritas dalam program swasembada pangan, yaitu produksi beras. Desa

Kebondowo juga merupakan desa yang penduduknya ikut berpartisipasi dalam

memanfaatkan eceng gondok sebagai sumber penghasilan dan bahan baku

kerajinan tangan. Aktifitas penduduk Desa Kebondowo tentu mempengaruhi

kondisi fisik lingkungan yang terus mengalami perubahan, yang cenderung pada

kerusakan lingkungan.

Dampak dari aktifitas penduduk dan perubahan yang mengikuti menjadi

dasar pentingnya dilakukan monitoring atau evaluasi tata guna lahan pada Desa

Kebondowo untuk dilakukan dan mengetahui kondisi riil yang terbaru. Evaluasi

tata guna lahan penting dilakukan untuk mengetahui jenis penggunaan lahan,

kesesuaian lahan dengan jenis tegakkan yang ditanam dari fungsi ekologis. Hal

tersebut dapat membantu mengungkapkan kondisi lahan dan tanah. Kondisi yang

diperoleh dapat juga membantu menjelaskan bagaimana sedimentasi berat dapat

terjadi di Rawa Pening.

Metode penelitian

Lokasi dan Waktu penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Desa Kebondowo, Kecamatan Banyubiru,

Kabupaten Semarang. Penelitian dilakukan selama bulan Februari-April, 2012.

Bahan penelitian

Bahan atau objek penelitian yaitu penggunaan lahan di Desa Kebondowo

dan vegetasi tiap jenis tata guna lahan di Desa Kebondowo. Data penggunaan

lahan berupa data primer yaitu pengamatan langsung pada lokasi sampel dan data

sekundermengenai penggunaan lahan dengan perbandingan waktu dari tahun

2003, 2008 dan 2012. Studi pustaka dilakukan untuk melengkapi data sekunder

yang berhubungan dengan kelengkapan evaluasi tata guna lahan yaitu data

monografi meliputi jumlah penduduk, mata pencaharian atau pekerjaan, tingkat

pendidikan penduduk Desa Kebondowo dengan perbandingan waktu dari tahun

2003, 2008, dan 2012.

Page 4: Evaluasi Tata Guna Lahan dan Analisis Vegetasi Desa ...

8

Vegetasi dilakukan dengan 2 metode yaitu observasi atau pengamatan

jenis-jenis tumbuhan pada tiap penggunaan jenis lahan di Desa Kebondowo dan

metode analisis vegetasi pada lahan hutan dengan parameter kerapatan,

frekuensi, dominansi, dan nilai penting dari kondisi vegetasi lahan hutan.

Metode Penelitian

Penggunaan lahan diperoleh dengan data primer dan data sekunder. Data

primer penggunaan lahan diperoleh dengan metode garis transek atau garis

imajiner dan wawancara. Garis transek merupakan garis khayal atau garis imajiner

yang menghubungkan lokasi dengan ketinggian tertinggi hingga lokasi dengan

ketinggian terendah yang mencangkup atau merepresentatifkan tiap penggunaan

lahan, sehingga dapat mewakili setiap jenis penggunaan fungsi lahan. Wawancara

dilakukan untuk mendapatkan data yang menunjang hasil observasi kepada

beberapa pihak terkait seperti Kepala Desa, Kepala Dusun, dan penduduk. Data

sekunder pengggunaan lahan dilakukan melalui studi pustaka meliputi luas

penggunaan tiap lahan, penggunaan lahan dan konversi lahan dilihat dari tahun

2003, 2008, dan 2012, serta data monografi Desa Kebondowo meliputi jumlah

populasi penduduk, mata pencaharian atau pekerjaan penduduk, dan pendidikan

penduduk dengan perbandingan tahun 2003, 2008 dan 2012.

Data vegetasi diperoleh dengan 2 metode yaitu metode observasi pada

tiap jenis penggunaan lahan (inventarisasi) dan analisis vegetasi pada lahan hutan

dengan parameter kerapatan, frekuensi, dominansi, dan nilai penting dari kondisi

vegetasi lahan hutan.

Analisis vegetasi diperoleh dengan metode berpetak dengan luas petak

ukur 20m x 20m. Sample diambil sebanyak 100% untuk lahan kurang dari 100 ha,

10% untuk lahan 100-500 ha dan 5-10% untuk lahan seluas 500-1000 ha

(Syafiuddin, 1990).

Hasil yang didapatkan kemudian dihitung kerapatan, kerapatan relatif,

dominansi, dominansi relatif, frekuensi, frekuensi relatif dan nilai penting dengan

rumus sebagai berikut:

Jumlah individu

Kerapatan =

Luas petak ukur

Kerapatan satu jenis

Kerapatan relatif = x 100%

Kerapatan seluruh jenis

Page 5: Evaluasi Tata Guna Lahan dan Analisis Vegetasi Desa ...

9

Jumlah petak penemuan suatu jenis Frekuensi =

Jumlah seluruh petak

Frekuensi suatu jenis

x 100% Frekuensi relatif = Frekuensi seluruh jenis

Luas penutupan suatu jenis Dominansi =

Luas petak

Dominansi suatu jenis

Dominansi relatif = x 100% Dominansi seluruh jenis

Nilai penting = Kerapatan relatif + Frekuensi relatif +

Dominansi Relatif

Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (Brower dkk, 1977)

H' = pipi ln. Nnipi /

Di mana :

H' = Indeks keanekaragaman

ni = Nilai penting jenis ke-

N = Jumlah nilai penting semua jenis

Michael (1995), mengelompokkan indeks keanekaragaman menjadi 3,

yaitu apabila nilai H' ≤ 1,5, maka tingkat keanekaragaman rendah; bila nilai 1,5 < H'

≤ 3,5, maka tingkat keanekaragaman sedang; dan bila nilai H' > 3,5, maka tingkat

keanekaragaman tinggi.

Page 6: Evaluasi Tata Guna Lahan dan Analisis Vegetasi Desa ...

10

Hasil

Hasil penelitian yang diperoleh terdiri atas dua bagian yaitu, penggunaan lahan

dan vegetasi, serta dilengkapi dengan data sekunder mengenai data monografi

Desa Kebondowo meliputi jumlah penduduk, pekerjaan dan tingkat pendidikan

dengan perbandingan dari tahun 2003, 2008 dan 2012.

Penggunaan Lahan

Hasil observasi penggunaan lahan pada tahun 2012, dengan metode garis transek

serta data sekunder terdiri atas 6 jenis yaitu sawah, pemukiman, tegalan, hutan,

perkebunan dan kategori lain-lain seperti jalan raya, jalan perkampungan,

kuburan, sungai, lahan kosong dan lahan pasang surut yang tidak berbeda dengan

penggunaan lahan tahun 2003 dan tahun 2008. Tiap jenis pengggunaan lahan dan

luasannya dari tahun 2003, 2008 dan 2012 dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Penggunaan Lahan dari Tahun 2003, 2008 dan 2012.

Jenis Lahan Luas Lahan (Ha)

2003 2008 2012

Sawah 72,692 72,692 72,692

Pemukiman 108,91 121,67 162,17

Tegalan 255,85 256 288,2

Hutan 3 3 3

Perkebunan 0 3 12,1

Lain-lain 251,15 235,24 153,44

Sumber: Profil Desa Kebondowo Th. 2003, 2008, 2012.

Pada Tabel 1, dapat dilihat bahwa terjadi penambahan tata guna lahan yaitu

perkebunan dari tahun 2008 dan 2012, yang tidak dimiliki oleh tahun 2003 dan

terjadi perluasan fungsi lahan yaitu pada fungsi lahan pemukiman, tegalan dan

perkebunan. Perubahan lahan areal pemukiman dari tahun 2003 ke tahun 2008

naik menjadi 12,76 ha atau sebesar 11.72%, dan pada tahun 2008-2012 naik

menjadi 40,5 ha atau sebesar 33.86%. Perubahan lahan areal tegalan dari tahun

2003-2008 yaitu sebesar 0,15 ha, sedangkan 2008-2012 terjadi perubahan luas

lahan sebesar 32,2 ha. Perubahan luas lahan areal perkebunan dari tahun 2003-

2008 yaitu 3 ha, sedangkan dari 2008-2012 sebesar 9,1 ha. Perubahan luas lahan

pemukiman, tegalan dan perkebunan diambil dari lahan kategori lain-lain, yakni

berupa lahan atau bangunan kosong milik pemerintah yang kemudian

dipergunakan secara bebas oleh masyarakat setempat untuk dibangun rumah

(pemukiman), menjadi tegalan dan perkebunan.

Page 7: Evaluasi Tata Guna Lahan dan Analisis Vegetasi Desa ...

11

Gambar 1. Kenaikan luasan fungsi lahan pemukiman, tegalan dan perkebunan

108.91 121.67

162.17

255.85 256

288.2

0 3 12.1

0

50

100

150

200

250

300

350

2003 2008 2012

Luas

Lah

an

Tahun

Pemukiman

Tegalan

Perkebunan

Page 8: Evaluasi Tata Guna Lahan dan Analisis Vegetasi Desa ...

12

Vegetasi

Vegetasi dilakukan dengan metode observasi atau inventaris dari tiap penggunaan

lahan di Desa Kebondowo dan metode analisis vegetasi pada lahan hutan. Jenis

vegetasi hasil inventaris pada tiap penggunaan lahan ditampilkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Vegetasi pada Tiap Jenis Penggunaan Lahan Tahun 2012.

No Jenis Lahan Jenis Vegetasi Famili Keterangan

1 Sawah Oryza sativa (Padi) Poaceae ++++

Musa paradisiaca (Pisang) Musaceae +

Colocasia giganteum (Talas) Araceae ++

Cyperus elatus Cyperaceae ++

Cyperus brevifolius Cyperaceae ++

Mimosa pudica Fabaceae ++

Manihot esculenta (Singkong) Euphorbiaceae ++

2 Pemukiman Plumeria acuminata (Kamboja) Apocynaceae ++

Dimocarpus longan (Kelengkeng) Sapindaceae +++

Gnetum gnemon (Melinjo) Gnetaceae +++

Casuaria equisetifolia (Cemara) Casuarinaceae +

Mangifera indica (Mangga) Anacardiaceae +++

Rosa sp. (Mawar) Rosaceae +

Averrhoa carambola (Belimbing) Oxalidaceae +

Opuntia vulgaris (Kaktus) Cactaceae +

Adenium obesum (Kamboja

Jepang) Apocynaceae

+

Allium fistulotum (Bawang Daun) Liliaceae ++

3 Tegalan Gnetum gnemon (Melinjo) Gnetaceae ++

Dimocarpus longan (Kelengkeng) Sapindaceae +++

Spondias dulcis (Kedondong) Anarcadiaceae +

Colocasia giganteum (Talas) Araceae ++++

Manihot esculenta (Singkong) Euphorbiaceae ++

Tectona grandis (Jati) Verbenaceae +++

Durio zibethinus (Durian) Bombacaceae ++

Curcuma longa (Kunyit) Zingiberaceae ++

Zingiber officinale (Jahe) Zingiberaceae ++

Kaempferia galanga (Kencur) Zingiberaceae +

4 Perkebunan Zea mays (Jagung) Poaceae +++

Manihot esculenta (Singkong) Euphorbiaceae +++

Coffea arabica (Kopi) Rubiaceae ++++

Page 9: Evaluasi Tata Guna Lahan dan Analisis Vegetasi Desa ...

13

5 Hutan Tectona grandis (Jati) Verbenaceae ++++

Durio ziethinus (Durian) Bombacaceae +++

Dimocarpus longan (Kelengkeng) Sapindaceae ++

Gnetum gnemon (Melinjo) Gnetaceae ++

Coffea arabica (Kopi) Rubiaceae +++

Paraserianthes falcataria (Sengon) Leguminosae ++++

Cocos nucifera (Kelapa) Araceae +++

Elaeis guineensis (Kelapa Sawit) Araceae ++

Carica papaya (Pepaya) Caricaceae +++

Swietenia mahagoni (Mahoni) Meliaceae ++

Mangifera indica (Mangga) Anarcadiaceae ++

Arenga pinnata (Aren) Arecaceae ++

Persea americana (Apokat) Lauraceae +

Artocarpus heterophyllus (Nangka) Moraceae ++

Moringa oleifera (Kelor) Moringaceae +

Punica granatum (Delima) Punicaceae +

Terdapat 28 jenis tumbuhan dari seluruh tiap jenis penggunaan lahan yaitu

lahan sawah, pemukiman, tegalan, perkebunan dan hutan. Inventarisasi bagi lahan

pemukiman diambil sebanyak 50% sampel dari 191 rumah yang terletak di Dusun

Pundan yaitu sebanyak 96 rumah. Masing-masing lahan memiliki tumbuhan yang

mendominansi. Tanaman dominansi pada sawah yaitu padi, diikuti pisang dan talas

yang dibiarkan tumbuh di jalan pematang sawah oleh pemilik sawah atau petani.

Tanaman dominansi pada lahan pemukiman yaitu kelengkeng, melinjo dan

mangga, pada lahan tegalan yaitu talas, kelengkeng dan jati, pada lahan

perkebunan yaitu kopi, singkong dan jagung, dan pada lahan hutan yaitu jati,

sengon, durian, kopi dan kelapa.

Hasil data vegetasi pada lahan hutan diperoleh berdasarkan tingkat

ketinggian. Berdasarkan survey, terdapat 4 ketinggian yaitu ketinggian 760 mdpl,

780 mdpl, 800 mdpl dan 820 mdpl. Lahan hutan di Desa Kebondowo terdapat pada

Dusun Jrakah yang memiliki ketinggian 730-820 mdpl dengan luas areal hutan

sebanyak 3 Ha, sehingga pengambilan sampel sebanyak 100%. Data vegetasi pada

lahan hutan ditampilkan oleh Tabel 3, Tabel 4, Tabel 5 dan Tabel 6.

Page 10: Evaluasi Tata Guna Lahan dan Analisis Vegetasi Desa ...

14

Tabel 3. Analisis vegetasi pada lahan hutan pada ketinggian 760 mdpl.

Jenis Tumbuhan Jumlah K Kr F Fr D Dr NP

Jati (Tectona grandis) 28 43.75 19.05 0.5625 18.37 7.35 11.48 48.90

Durian (Durio zibethinus) 9 14.06 6.12 0.25 8.16 3.7 5.78 20.07

Sengon (Paraserianthes

falcatarina) 67 104.69 45.58 0.875 28.57 16.2 25.31 99.46

Mahoni (Swietenia

mahogani) 15 23.44 10.20 0.5 16.33 8.4 13.13 39.66

Nangka (Artocarpus

heterophyllus) 1 1.56 0.68 0.0625 2.04 0.41 0.64 3.36

Kelapa (Elaeis gueeninsis) 4 6.25 2.72 0.125 4.08 1.56 2.44 9.24

Pepaya (Carica papaya) 6 9.38 4.08 0.125 4.08 1.33 2.08 10.24

Aren (Arenga pinnata) 5 7.81 3.40 0.1875 6.12 1.3 2.03 11.56

Mangga (Mangifera

indica) 1 1.56 0.68 0.0625 2.04 0.17 0.27 2.99

Alpukat (Persea

americana) 1 1.56 0.68 0.0625 2.04 0.11 0.17 2.89

Melinjo (Gnetum gnemon) 10 15.63 6.80 0.25 8.16 1.36 2.13 17.09

Sumber: Data primer Th. 2012.

Ket: K:Kerapatan, KR: Kerapatan relatif, F: Frekuensi, FR: Frekuensi relatif, D: Dominansi,

DR: Dominansi relatif, INP: Indeks Nilai Penting.

Pada ketinggian 760 mdpl dengan luas lahan 10800 m2 (27 plot), terdapat

11 jenis tumbuhan atau vegetasi yang terdiri atas jati, durian, sengon, mahoni,

nangka, kelapa, pepaya, aren, mangga, alpukat, dan melinjo.

Page 11: Evaluasi Tata Guna Lahan dan Analisis Vegetasi Desa ...

15

Tabel 4. Analisis vegetasi pada lahan hutan pada ketinggian 780 mdpl.

Jenis Tumbuhan Jumlah K Kr F Fr D Dr NP

Jati (Tectona grandis) 21 29.17 19.44 0.61 25.57 12.8 0.31 45.33

Durian (Durio zibethinus) 2 2.78 1.85 0.06 2.32 1.4 0.03 4.21

Sengon (Paraserianthes

falcatarina) 48 66.67 44.44 0.83 34.87 10.46 0.26 79.57

Mahoni (Swietenia

mahogani) 18 25.00 16.67 0.39 16.27 8.19 0.20 33.14

Nangka (Artocarpus

heterophyllus) 1 1.39 0.93 0.06 2.32 0.43 0.01 3.26

Kelapa (Elaeis gueeninsis) 1 1.39 0.93 0.06 2.32 0.34 0.01 3.26

Pepaya (Carica papaya) 6 8.33 5.56 0.11 4.65 2.8 0.07 10.27

Aren (Arenga pinnata) 4 5.56 3.70 0.11 4.65 1.9 0.05 8.40

Alpukat (Persea americana) 1 1.39 0.93 0.06 2.32 0.3 0.01 3.26

Melinjo (Gnetum gnemon) 6 8.33 5.56 0.11 4.65 2.1 0.05 10.26

Sumber: Data primer Th. 2012.

Pada ketinggian 780 mdpl dengan luas lahan 6400 m2 (16 plot), terdapat 10 jenis

tumbuhan atau vegetasi yang terdiri atas jati, durian, sengon, mahoni, nangka,

kelapa, pepaya, aren, alpukat dan melinjo.

Tabel 5. Analisis vegetasi pada lahan hutan pada ketinggian 800 mdpl.

Jenis Tumbuhan Jumlah K Kr F Fr D Dr NP

Jati (Tectona grandis) 18 16.67 16.07 0.37 65.93 12.12 0.33 82.33

Sengon (Paraserianthes

falcatarina) 74 68.52 66.07 0.89 158.22 21.8 0.60 224.90

Mahoni (Swietenia

mahogani) 6 5.56 5.36 0.19 32.96 0.75 0.02 38.34

Kelapa (Elaeis gueeninsis) 1 0.93 0.89 0.04 6.59 0.24 0.01 7.49

Pepaya (Carica papaya) 6 5.56 5.36 0.11 19.78 0.26 0.01 25.14

Alpukat (Persea americana) 1 0.93 0.89 0.04 6.59 0.16 0.00 7.49

Melinjo (Gnetum gnemon) 1 0.93 0.89 0.04 6.59 0.24 0.01 7.49

Kopi (Coffea arabica) 5 4.63 4.46 0.11 19.78 0.71 0.02 24.26

Sumber: Data primer Th. 2012.

Pada ketinggian 800 mdpl dengan luas lahan 7200 m2 (18 plot), terdapat 8 jenis

tumbuhan atau vegetasi yang terdiri atas jati, sengon, mahoni, kelapa, pepaya,

alpukat, melinjo dan kopi.

Page 12: Evaluasi Tata Guna Lahan dan Analisis Vegetasi Desa ...

16

Tabel 6. Analisis vegetasi pada lahan hutan pada ketinggian 820 mdpl.

Jenis Tumbuhan Jumlah K Kr F Fr D Dr NP

Jati (Tectona grandis) 22 39.29 27.85 0.57 28.29 12.77 28.27 84.41

Durian (Durio zibethinus) 1 1.79 1.27 0.07 3.54 0.42 0.94 5.74

Mahoni (Swietenia

mahogani) 37 66.07 46.84 0.57 28.29 17.10 37.86 112.98

Sengon (Paraserianthes

falcatarina) 11 19.64 13.92 0.64 31.82 11.50 25.46 71.21

Melinjo (Gnetum gnemon) 1 1.79 1.27 0.06 2.75 0.48 1.06 5.08

Kopi (Coffea arabica) 7 12.50 8.86 0.11 5.50 2.90 6.42 20.78

Sumber: Data primer Th. 2012.

Pada ketinggian 820 mdpl dengan luas lahan 5600 m2 (14 plot), terdapat 8 jenis

tumbuhan atau vegetasi yang terdiri atas jati, sengon, mahoni, durian, melinjo dan

kopi.

Perhitungan indeks Shannon-Wienner pada lahan hutan menunjukkan

angka yang hampir sama yaitu tingkat rendah.

Tabel 7. Indeks Shannon-Wienner pada lahan hutan di berbagai ketinggian

Ketinggian Indeks Shannon-Wienner

760 mdpl 1.8

780 mdpl 2.04

800 mdpl 1.5

820 mdpl 1.39

Tumbuhan dominansi pada lahan hutan yaitu sengon, mahoni dan jati. Dominansi

lahan oleh 3 jenis tumbuhan tersebut berkenaan dengan sejarah atau histori dari

regulasi pemerintah pada jaman orde lama yang menetapkan Desa Kebondowo

sebagai penghasil produksi kayu keras untuk kebutuhan pembangunan.

Berdasarkan hasil observasi lapang mengenai kondisi hutan sebagai daerah

konservasi dan penyerapan air, kondisi hutan sangat memprihatinkan. Hal ini

disebabkan karena adanya penebangan pohon usia dibawah 10 tahun (Gambar 2)

dan pohon tingkat pancang atau pohon muda bahkan pohon tingkat tiang (Gambar

3), serta penambangan batu andesit tiap tahunnya (Gambar 4). Ini menyebabkan

kerapatan vegetasi menjadi remah dan tanah yang terbongkar menjadi mudah

Page 13: Evaluasi Tata Guna Lahan dan Analisis Vegetasi Desa ...

17

untuk terbawa aliran air, terlebih pada musim hujan dengan kemiringan lahan yang

curam.

Gambar 2. Hasil pemotongan kayu usia dibawah 10 tahun

Pemotongan pohon di lahan hutan dilakukan oleh warga yang dimanfaatkan

menjadi kayu bakar untuk kebutuhan memasak atau dijual bagi warga yang

berprofesi sebagai pedagang kayu atau buruh bangunan. Pemotongan kayu ini

dilakukan hampir setip hari.

Gambar 3. Pemotongan pohon usia pancang – usia tiang

Page 14: Evaluasi Tata Guna Lahan dan Analisis Vegetasi Desa ...

18

Pemotongan pohon juga dilakukan pada pohon usia muda atau permudaan pohon

dengan usia pancang – tiang. Kayu ini biasanya digunakan sebagai kayu bakar

untuk kebutuhan memasak.

Gambar 4. Penambangan batu andesit

Kondisi hutan semakin rusak dengan adanya penambangan batu andesit yang

dilakukan warga secara ilegal untuk diperjualbelikan. Penambangan batu andesit

termasuk pada penambangan galian C yang dilarang di Desa Kebondowo yang

termasuk kawasan konservasi. Penambangan ini menyebabkan tanah terbongkar

secara luas dan dalam, ditambah bongkaran tanah dibiarkan begitu saja dan tidak

adanya pengembalian tutupan tanah setelah penggalian yang menyebabkan

struktur tanah menjadi remah dan mudah terbawa aliran air.

Page 15: Evaluasi Tata Guna Lahan dan Analisis Vegetasi Desa ...

19

Monografi Desa Kebondowo

Kependudukan

Data yang didapatkan mengenai jumlah penduduk pada tahun 2003 yaitu

sebanyak 6.310 jiwa, tahun 2008 yaitu sebanyak 6.718 jiwa dan tahun 2012 pada

bulan Maret yaitu 7.780 jiwa yang dapat dilihat pada Grafik 3.

Gambar 5. Jumlah Penduduk Desa Kebondowo tahun 2003, 2008 dan 2012

Sumber: BPS Kabupaten Semarang.

Berdasarkan data populasi Desa Kebondowo tahun 2003, 2008 dan 2012,

menunjukkan bahwa peningkatan populasi berbanding lurus dengan satuan waktu

(tahun). Peningkatan populasi dari tahun 2003-2008 sebanyak 408 jiwa atau

sebesar 6,45%, sedangkan peningkatan populasi dari tahun 2008-2012 sebanyak

1062 jiwa atau sebesar 15,8%.

6,310 6,718

7,780

0

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

9,000

2003 2008 2012

Jum

lah

Pe

nd

ud

uk

(jiw

a)

Tahun

Page 16: Evaluasi Tata Guna Lahan dan Analisis Vegetasi Desa ...

20

Pekerjaan

Data yang didapat mengenai jumlah penduduk menurut mata pencaharian pada

tahun 2003, 2008 dan 2012 dapat dilihat pada Gambar 5, Gambar 6 dan Gambar 7.

Gambar 6. Persentase Pekerjaan Tahun 2003.

Jenis pekerjaan pada tahun 2003 terdapat 8 jenis pekerjaan dengan persentase

PNS 8.9%, ABRI 0.2%, wairaswasta 11.8%, tani 35.4%, pertukangan 4.4%,

pensiunan 4%, nelayan 4.4% dan jasa 30.9%.

Gambar 7. Persentase Pekerjaan Tahun 2008.

8.9% 0.2%

11.8%

35.4%

4.4%

4.0%

4.4%

30.9%

PNS

ABRI

Wiraswasta/Pedagang

Tani

Pertukangan

Pensiunan

Nelayan

Jasa

29.75%

14.46%

6.18%

9.30%

11.46%

6.69% Ibu rumah tangga

Buruh Tani

Petani

Pedagang/Wiraswasta

Karyawan Swasta

TNI/Polri

Page 17: Evaluasi Tata Guna Lahan dan Analisis Vegetasi Desa ...

21

Jenis pekerjaan pada tahun 2008 terdapat 6 jenis pekerjaan dengan persentase ibu

rumah tangga 29.75%, buruh tani 14.46%, petani 6.18%, wiraswasta/pedagang

9.3%, karyawan swasta 11.46% dan TNI/Polri 6.69%.

Gambar 8. Persentase Pekerjaan Th. 2012.

Pekerjaan pada tahun 2012, bulan Maret sesuai dengan data sekunder terbaru dari

data kelurahan, terdapat 8 jenis pekerjaan yaitu karyawan dengan persentase

19.38%, wiraswasta 16.76%, petani 22.4%, pertukangan 2.14%, buruh tani 22.93%,

pensiunan 6.41%, nelayan 2.83% dan jasa 7.16%.

19.38%

16.76%

22.40% 2.14%

22.93%

6.41%

2.83% 7.16% Karyawan

Wiraswasta

Petani

Pertukangan

Buruh Tani

Pensiunan

Nelayan

Jasa

Page 18: Evaluasi Tata Guna Lahan dan Analisis Vegetasi Desa ...

22

Pendidikan

Berdasarkan data monografi tingkat pendidikan penduduk Desa Kebondowo dari

tahun 2003, 2008 dan tahun 2012 rata-rata pendidikan terakhir yang ditempuh

adalah tingkat Sekolah Dasar (SD).

Gambar 9. Persentase Pendidikan Th. 2003

Gambar 10. Persentase Pendidikan Th. 2008.

Gambar 11. Persentase Pendidikan Th. 2012.

56% 27%

13%

4%

SD

SMP

SMA

S1

45%

35%

15%

5%

SD

SMP

SMA

S1

51%

29%

17%

3%

SD

SMP

SMA

S1

Page 19: Evaluasi Tata Guna Lahan dan Analisis Vegetasi Desa ...

23

Pembahasan

Tata guna lahan dan vegetasi

Berdasarkan hasil data yang didapatkan mengenai tata guna lahan,

pemanfaatan lahan terdiri atas 6 jenis lahan yaitu lahan sawah, pemukiman,

tegalan, hutan, perkebunan dan kelompok lain-lain meliputi jalan raya, jalan

perkampungan, sungai, daerah pasang surut, dan lahan atau bangunan kosong.

Tabel 1 menunjukkan terjadi perubahan luasan tanah tiap tahunnya untuk 3 jenis

lahan, yaitu pemukiman, tegalan dan perkebunan.

Luas lahan sawah tdak mengalami perubahan disebabkan karena lahan

pada ketinggian paling rendah dan teririgasi oleh Danau Rawa Pening di Desa

Kebondowo yaitu 470 mdpl sudah maksimal terpakai sehingga tidak mengalami

perluasan lahan. Selain lahan sawah, lahan hutan tidak mengalami perubahan. Hal

ini disebabkan karena aturan Dinas untuk menjaga luas lahan hutan sebagai

daerah resapan air.

Luas jenis lahan pemukiman mengalami kenaikan luas lahan sebesar 12.76

ha atau 11.72% dari tahun 2003-2008 dan kenaikan luas lahan 40.5 ha atau 33.86%

dari tahun 200-2012. Kenaikan luas lahan ini berkaitan dan sesuai dengan data

pertambahan jumlah populasi yang semakin meningkat (Grafik 2). Peningkatan

jumlah populasi pada tahun 2008-2012 sebanyak 1062 jiwa atau sebesar 15.8%

yang signifikan dibanding tahun 2003 yang menyebabkan bertambahnya luasan

lahan pemukiman yang tinggi yaitu sebesar 33.86%.

Lahan tegalan juga mengalami perubahan luasan lahan dari tahun 2003-

2008 yaitu sebesar 0,15 ha, sedangkan 2008-2012 terjadi perubahan luas lahan

sebesar 32,2 ha. Perubahan lahan tegalan berdasarkan wawancara dengan

Sekretaris Desa Kebondowo dan penduduk sekitar, disebabkan oleh warga yang

mengubah area atau lahan kosong menjadi tegalan untuk ditanami oleh tanaman

atau sayuran kebutuhan pangan seperti kunyit, jahe, melinjo serta tanaman umbi-

umbian seperti singkong.

Selain pemukiman dan tegalan, lahan perkebunan juga mengalami

kenaikan luas dari tahun 2003-2008 yaitu 3 ha, sedangkan dari 2008-2012 sebesar

9,1 ha. Kenaikan luas lahan menjadi perkebunan, berdasarkan wawancara dengan

Sekretaris Desa Kebondowo, disebabkan oleh faktor ekonomi yang berkaitan

dengan sumber penghasilan atau tambahan penghasilan. Perkebunan ini ditanami

singkong, jagung dan kopi yang dapat dijual di pasar bagi mereka yang memiliki

pekerjaan sebagai pedagang.

Hasil data mengenai vegetasi di Desa Kebondowo menunjukkan bahwa

terdapat 28 jenis tumbuhan di semua jenis penggunaan lahan. Tumbuhan yang

mendominasi di Desa Kebondowo yaitu padi yang disebabkan oleh aturan

Page 20: Evaluasi Tata Guna Lahan dan Analisis Vegetasi Desa ...

24

pemerintah bahwa Desa Kebondowo merupakan daerah swasembada pangan

yang memprioritaskan produksi pangan beras, pisang, talas, kelengkeng, melinjo,

mangga, talas, kelengkeng yang ditemukan banyak di daerah pemukiman,

kemudian jati, sengon, dan mahoni pada lahan hutan. Hal ini disebabkan karena

pada masa orde lama, Desa Kebondowo ditetapkan sebagai desa produsen kayu

hutan, sehingga penanaman jati, sengon dan mahoni merupakan tumbuhan yang

dominan di lahan hutan.

Keadaan lahan hutan, walau tidak mengalami penurunan luasan lahan, di

Desa Kebondowo yang berada di Dusun Jrakah sebagai daerah resapan air

tergolong mengkhawatirkan seperti yang ditunjukkan pada hasil analisis vegetasi

yang dihitung dengan indeks keragaman Shannon-Wienner dan hasil observasi

lapang. Indeks keragaman Shannon-Wienner pada masing-masing ketingian lahan

hutan 760 mdpl, 780 mdpl, 800 mdpl da 820 mdpl yaitu 1,8, 2,04, 1,5 dan 1, 39.

Kondisi hutan diperparah dengan adanya pemotongan pohon untuk kebutuhan

ekonomi penduduk, baik karena berkaitan dengan kebutuhan sehari-hari dan

terkait pekerjaan. Pemotongan pohon dilakukan oleh warga setiap hari dengan

usia pohon kurang dari 10 tahun sesuai anjuran pemerintah dan permudaan pohon

yaitu pohon usia tiang hingga pancang. Hal ini menyebabkan kuantitas dan

kerapatan vegetasi pada hutan terus berkurang, diperparah pemotongan pohon

usia pancang dan tiang yang semakin lambat atau terhambat untuk meregenerasi

tegakan atau vegetasi pada hutan.

Selain pemotongan pohon, pada lahan hutan Desa Kebondowo juga

mengalami penambangan batu andesit yang di kelompokkan pada penambangan

galian C, yang sebenarnya secara tegas diatur oleh Pemerintah Daerah Kabupaten

Semarang untuk tidak melakukan penambangan tersebut berkenaan dengan fungsi

kawasan Banyubiru sebagai daerah konservasi dan daerah penyerapan air.

Penambangan ini dilakukan secara ilegal oleh warga untuk diperjualbelikan sebagai

bahan bangunan atau fondasi rumah. Akibat dari penambangan ini, tanah yang

semula memiliki struktur yang kokoh menjadi terbongkar dan remah, sehingga

dapat dengan mudah terbawa aliran air, apalagi pada musim hujan. Penambangan

batu andesit ini juga memiliki implikasi pada pemotongan atau pembongkaran

tumbuhan yang tumbuh di atas lahan.

Kajian Masalah

Perubahan lahan yang besar pada lahan pemukiman, perkebunan dan

tegalan kemungkinan besar diduga karena populasi penduduk yang semakin

bertambah. Populasi yang semakin meningkat tentu akan mendesak lahan

pemukiman semakin melebar untuk kebutuhan tempat tinggal. Sedangkan lahan

Page 21: Evaluasi Tata Guna Lahan dan Analisis Vegetasi Desa ...

25

perkebunan dan tegalan yang semakin bertambah luas disebabkan karena faktor

ekonomi penduduk Desa Kebondowo untuk menanam tumbuhan pangan seperti

singkong dan jagung sebagai pangan alternatif dan diversifikasi bahan dagangan di

pasar.

Lahan hutan sebagai daerah konservasi yang berfungsi sebagai daerah

resapan air memiliki kondisi yang mengkhawatirkan. Penebangan hutan tanpa

tebang pilih tanam dan penambangan batu andesit disebabkan oleh beberapa

faktor yaitu terkait dengan kurangnya kesadaran penduduk, dan regulasi atau

aturan pemerintahan dan faktor ekonomi.

Kurangnya kesadaran penduduk terkait dengan pendidikan terakhir yang

rata-rata adalah lulusan SD. Penduduk kurang dengan adanya edukasi mengenai

pentingnya menjaga fungsi ekologi agar tetap lestari dan memberikan kebutuhan

yang dibutuhkan oleh manusia. Kurangnya peran Dinas atau Instansi pemerintah

juga menmbawa andil dari kondisi pendidikan penduduk dengan kurangnya

penyuluhan atau edukasi tentang pelestarian ekologi.

Lemahnya regulasi atau aturan pemerintah juga menjadi faktor tersendiri.

Penebangan hutan tidak memiliki aturan jelas, serta tidak adanya pengawasan

ketat dan pemberlakukan sanksi atas kesalahan seperti yang terjadi pada

penambangan galian C batu andesit.

Analisis Dampak

Kondisi hutan sebagai daerah resapan air di Desa Kebondowo sebagai

bagian dalam mempertahankan keberlangsungan fungsi Danau Rawa Pening

tergolong mengkhawatirkan mengingat penebangan pohon yang terus menerus

dan penambangan batu andesit yang berkontribusi pada sedimentasi Danau Rawa

Pening. Penebangan pohon secara terus menerus dan penebangan dilakukan

tanpa melihat usia pohon memiliki dampak jangka pendek maupun jangka

panjang. Dampak jangka pendek, hutan akan terus kehilangan kuantitas tegakan

dan mengalami penurunan luasan areal lahan tanpa adanya regenerasi dari

permudaan pohon karena pohon usia muda juga ditebangi untuk keperluan

konsumsi dan kayu bakar. Sedangkan, dampak jangka panjang, hutan akan

memeliki kerapatan yang rendah, bahkan memiliki indeks keragaman jenis yang

bepindah dari kategori sedang menjadi rendah dalam jangka waktu 5-10 tahun

kedepan. Akibatnya, banyak masalah lingkungan akan terjadi, seperti longsor dan

erosi, laju sedimentasi yang tinggi karena materi tanah terbawa aliran air dan

sungai, simpanan air tanah berkurang, sehingga bukan tidak mungkin lagi

beberapa mata air di Desa Kebondowo memiliki debit yang semakin menurun

Page 22: Evaluasi Tata Guna Lahan dan Analisis Vegetasi Desa ...

26

bahkan mati/hilang. Padahal, berdasarkan wawancara, mata air digunakan warga

sebagai sumber air tawar, mandi dan mencuci.

Penambanagan galian C batu andesit juga memiliki dampak jangka pendek

dan dampak jangka panjang. Apalabila penambangan terus dilakukan, tanah akan

terus-menerus terbongkar dan semakin mempercepat berkurangnya kuantitas

tegakan, sedangkan dampak jangka panjangnya adalah tutupan tanah akan terkikis

terus menerus akibatnya tanah akan kehilangan kemampuannya untuk menyerap

air.

Penanggulangan Masalah

Masalah yang dialami lahan hutan Desa Kebondowo yang memiliki fungsi

vital bagi ekologi dan keberlangsungan Danau Rawa Pening agar tetap lestari yaitu

terkait penebangan pohon tanpa tebang pilih tanam dan penambangan batu

andesit galian C. Penanggulangan atau solusi bagi lahan kritis apalagi lahan hutan

konservasi sebagai daerah resapan air memerlukan perhatian dan tindakan

multisektor, baik lingkungan (ekologis), ekonomi, sosial dan stakeholders.

Dalam pengelolaan adaptif yang berkonsep pada pembangunan

berkelanjutan, terdapat beberapa metode untuk mengurangi keadaan tersebut

yakni dengan dilakukannya edukasi pada masyarakat secara menyeluruh dan terus

menerus, menjalin kerja sama dengan LSM-LSM terkait lingkungan hidup untuk

semakin membuka wawasan warga, peningkatan kinerja Dinas atau Instansi terkait

untuk mengawasi kondisi lapangan dan mengatur kembali perundang-undangan

atau aturan, dan melakukan monitoring pada kondisi lahan secara berkala.

Penanggulangan secara ekologis yaitu dengan adanya program konservasi

pada laha kritis seperti penanaman bibit tumbuhan produksi (sengon, jati dan

mahoni) secara berkala. Namun, tidak hanya penanaman yang dilakukan,

monitoring dan perawatan pada bibit juga harus dilakukan untuk memastikan

bahwa bibit dapat hidup.

Penanggulangan ekologis berdasarkan prinsip ekonomis juga dapat

melibakan metode remediasi lahan, yaitu metode penghijauan lahan kritis dengan

mengganti tumbuhan semak dengan tumbuhanyang memiliki nilai ekonomis

seperti cabai, tomat, terong dan tmun dengan tetap memperhatikan keberadaan

pohon utama untuk fungsi resapan.

Page 23: Evaluasi Tata Guna Lahan dan Analisis Vegetasi Desa ...

27

Kesimpulan

Penggunaan lahan di Desa Kebondowo terdiri atas lahan sawah,

pemukiman, tegalan, hutan perkebunan dan kategori lain-lain (lahan kosong, jalan

raya, jalan kampung, sungai). Perubahan lajan terjadi pada lahan pemukiman,

tegalan dan perkebunan. Perubahan lahan areal pemukiman dari tahun 2003 ke

tahun 2008 naik menjadi 12,76 ha atau sebesar 11.72%, dan pada tahun 2008-

2012 naik menjadi 40,5 ha atau sebesar 33.86%. Perubahan lahan areal tegalan

dari tahun 2003-2008 yaitu sebesar 0,15 ha, sedangkan 2008-2012 terjadi

perubahan luas lahan sebesar 32,2 ha. Perubahan luas lahan areal perkebunan dari

tahun 2003-2008 yaitu 3 ha, sedangkan dari 2008-2012 sebesar 9,1 ha.

Kondisi vegetasi pada lahan hutan menunjukkan nilai indeks keragaman

yang rendah yaitu 1,8, 2,04, 1,5 dan 1,39.

Page 24: Evaluasi Tata Guna Lahan dan Analisis Vegetasi Desa ...

28

Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Pembimbing Drs.

Sucahyo, M.Sc. yang dengan sangat sabar membimbing penulis dalam melakukan

penelitian dan tahap penulisan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih

kepada orang tua Drs. Sunandoro dan Ruslinda, serta keluarga Bethlehem N. D. A

dan T. Fitri Ratna Cempaka.

Page 25: Evaluasi Tata Guna Lahan dan Analisis Vegetasi Desa ...

29

Daftar Pustaka

Anonim1. Balitbang Provinsi Jateng. 2004. Penelitian Karakteristik Danau Rawa

Pening.

Anonim2. Badan Pusat Statistik Kabupaten Semarang. 2003-2012. Kecamatan

Banyubiru dalam Angka.

Anonim2. Profil Desa Kebondowo. 2003, 2008 dan 2012. Kecamatan Banyubiru,

Kabupaten Semarang.

Aswandi., Harahap, R. M. S. 2006. Kajian Sistem Silvikultur dan Pertumbuhan

Hutan Bekas Tebangan pada Bergbagai Tipe Hutan di Sumatera Bagian

Utara. Dalam: Prosiding Seminar Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya

Hutan. Padang, 20 September 2006.

Brower, J. E., Zar, J. H. 1977. Field and Laboratory Methods for General Ecology.

WM. J. Brown Company Publishing. Iowa.

Kusmana, C., Istomo, Wilarso, S., Dahlan, E. N., Onrizal. 2004. Upaya Rehabilitasi

Hutan dan Lahan dalam Pemulihan Kualitas Lingkungan. Dalam: Seminar

Nasional Lingkungan Hidup dan Kemanusiaan. Jakarta, 4 Juni 2004.

Michael. Metode ekologi untuk penelitian lapangan dan laboratorium. 1995.

Jakarta: UI Press.

Mitchell, B., Setiawan, B., Rahmi, D. H. 2003. Pengelolaan Sumber Daya dan

Lingkungan. Edisi ke 3. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sittadewi, E. H. 2008. Pengaruh Kondisi Ekosistem Darat Koridor Sungai Terhadap

Rawa Pening. Teknik Lingkungan 4: 119-129.

Sutarwi. 2008. Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air Danau dan Peran

Kelembagaan Informal. Program Pascasarjana Studi Pembangunan.

Salatiga.

Syafiuddin. 1990. Analisis Vegetasi di Gunung Enarotali.

Skripsi.(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5807/1/0570040

20.pdf.