Aspirasi Pneumonia

23
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ASPIRASI PNEUMONIA A. Definisi Aspirasi adalah suatu keadaan dimana paru-paru terisi cairan akibat dari obstruksi jalan nafas kecil yang dapat menimbulkan kegawatan pernafasan. Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang terdapat konsolidasi dan terjadi pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang dapat disebabkan oleh, bakteri, virus, jamur, dan benda-benda asing (Muttaqin, 2009). Pneumonia aspirasi merupakan peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.yang disebabkan oleh aspirasi benda asing baik yang berasal dari dalam tubuh maupun dari luar tubuh penderita. Pemeriksaan histologis terdapat pneumonitis atau reaksi inflamasi berupa alveolitis dan pengumpulan eksudat yang dapat ditimbulkan oleh berbagai penyebab dan berlangsung dalam jangka waktu yang bervariasi. B.Anatomi Fisiologi a. Saluran Nafas Atas 1. Hidung

Transcript of Aspirasi Pneumonia

Page 1: Aspirasi Pneumonia

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ASPIRASI PNEUMONIA

A. Definisi

Aspirasi adalah suatu keadaan dimana paru-paru terisi cairan akibat dari obstruksi

jalan nafas kecil yang dapat menimbulkan kegawatan pernafasan.

Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang terdapat konsolidasi dan

terjadi pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang dapat disebabkan oleh, bakteri, virus,

jamur, dan benda-benda asing (Muttaqin, 2009).

Pneumonia aspirasi merupakan peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari

bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta

menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.yang

disebabkan oleh aspirasi benda asing baik yang berasal dari dalam tubuh maupun dari

luar tubuh penderita. Pemeriksaan histologis terdapat pneumonitis atau reaksi inflamasi

berupa alveolitis dan pengumpulan eksudat yang dapat ditimbulkan oleh berbagai

penyebab dan berlangsung dalam jangka waktu yang bervariasi.

B. Anatomi Fisiologi

a. Saluran Nafas Atas

1. Hidung

Hidung atau naso atau nasal merupakan saluran udara pertama,

mempunyai dua lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung. Didalamnya

terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu, dan kotoran yang

masuk kedalam hidung.

2. Faring

Tekak atau faring mrupakan tempat persimpangan antara jalan napas dan

jalan makanan, terdapat dibawah dasar tengkorak, dibelakang rongga hidung dan

mulut sebelah depan ruas tulang leher.

Rongga tekak terbagi dalam 3 bagian, yaitu:

- Bagian sebelah atas yang sama tingginya dengan koana disebut nasofaring

- Bagian tengah yang sama tingginya dengan istimus fausium disebut orofaring.

Page 2: Aspirasi Pneumonia

- Bagian bawah sekali dinamakan laringofaring.

3. Laring

Laring atau pangkal tenggorok merupakan saluran udara dan bertindak

sebagai pembentukan suara, terletak dibagian depan faring sampai ketinggian

vertebrata servikalis dan masuk kedalam trakea dibawahnya. Pangkal tenggorok

dapat ditutup oleh sebuah simpang tenggorok yang disebut epiglottis.

Laring terdiri dari 5 tulang rawan, antara lain:

- Kartilago tiroid (1 buah) depan jakun (adam’s apple)

- Kartilago ariteanoid (2 buah)

- Kartilago krikoid (1 buah)

- Kartilago epiglottis (1 buah)

4. Trakea

Trakea (batang tenggorok) adalah tabung berbentuk pita seperti huruf C

yang di bentuk oleh tulang-tulang rawan yang di sempurnakan oleh selaput. Trakea

terletak di antara vertebrata servikalis ke-6 sampai ke tepi bawah kartilago.Trakea

Page 3: Aspirasi Pneumonia

mempunyai dinding fibroelastis yang panjang nya sekitar 13 cm, berdiameter 2,5

cm dan dilapisi oleh otot polos. Diameter trakea tidak sama pada seluruh bagian,

pada daerah servikal agak sempit, bagian pertengahan agak sedikit melebar dan

mengecil lagi dekat percabangan bronkus.

Bagian dalam trakea terdapat sel-sel bersilia untuk mengeluarkan benda

asing yang masuk. Bagian dalam trakea terdapat septum yang disebut karina yang

terletak agak ke kiri dari bidang median.

Saluran Nafas Bawah

1. Bronkus

Bronkus (cabang tenggorok) merupakan lanjutan trakea yang terdapat

ketinggian vertebrata torakalis ke-4 dan ke-5.

Bronkus memiliki struktur yang sama dengan trakea, yang dilapisi oleh

sejenis sel yang sama dengan trakea yang berjalan ke bawah menuju tampuk paru-

paru.

Bronkus terbagi menjadi dua cabang :

a. Bronkus prinsipalis dekstra.

Panjangnya sekitar 2,5 cm masuk ke hilus pulmonalis paru-paru kanan dan

mempercabangkan bronkus lobularis superior. Pada masuk ke hilus, bronkus

prinsipalis dekstra bercabang tiga menjadi bronkus lobularis medius, bronkus

lobularis inferior, bronkus lobularis superior.

b. Bronkus prinsipalis sinistra.

Lebih sempit dan lebih panjang serta lebih horizontal dibanding bronkus kanan,

panjangnya sekitar 5 cm berjalan ke bawah aorta dan di depan esophagus,

masuk ke hilus pulmonalis kiri dan bercabang menjadi dua, yaitu bronkus

lobularis inferior, bronkus lobularis superior.

Dari tiap-tiap bronkiolus masuk ke dalam lobus dan bercabang lebih

banyakdengan diameter kira-kira 0,5 mm. bronkus yang terakhir membangkitkan

pernapasan dan melepaskan udara ke permukaan pernapasan di paru-paru.

Pernapasan bronkiolus membuka dengan cara memperluas ruangan pembuluh

Page 4: Aspirasi Pneumonia

alveoli yang merupakan tempat terjadinya pertukaran udara antara oksigen dengan

karbondioksida.

2. Paru-paru

Paru-paru adalah salah satu organ system pernapasan yang berada di

dalam kantong yang di bentuk oleh pleura parietalis dan viseralis. Kedua paru

sangat lunak, elastic dan berada dalam rongga torak, sifatnya ringan dan terapung di

air. Masing-masing paru memiliki apeks yang tumpul yang menjorok ke atas

mencapai bagian atas iga pertama.

Paru-paru kiri :

Pada paru-paru kiri terdapat satu fisura yaitu fisura obliges. Fisura ini membagi

paru-paru kiri atas menjadi dua lobus, yaitu :

a. Lobus superior, bagian yang terletak di atas dan di depan fisura.

b. Lobus inferior, bagian paru-paru yang terletak di belakang dan di bawah fisura.

Paru-paru kanan :

Pada paru-paru kanan terdapat dua fisura, yaitu : fisura oblique (interlobularis

primer) dan fisura transversal (interlobularis sekunder). Kedua fisura ini membagi

paru-paru kanan menjadi tiga lobus, lobius atas, lobus tengah dan lobus bawah.

3. Pleura

Pleura adalah suatu membaran serosa yang halus membentuk suatu

kantong tempat paru-paru berada yang jumlahnya ada dua buah dan masing-masing

tidak berhubungan.

Pleura mempunyai dua lapisan, parietalis dan viseralis.

a. Lapisan permukaan disebut permukaan parietalis, lapisan ini langsung

berhubungan dengan paru-paru serta memasuki fisura dan memisahkan lobus-

lobus dari paru-paru.

b. Lapisan dalam disebut pleura viseralis, lapisan ini berhubungan denganfasia

endotorakika dan merupakan permukaan dalam dari dinding toraks.

c. Sinus pleura : tidak seluruh kantong yang dibentuk oleh lapisan pleura diisi

secara sempurna oleh paru-paru, baik kearah bawah maupun ke arah depan.

Kavum pleura dibentuk oleh lapisan pleura parietalis saja, rongga ini disebut

Page 5: Aspirasi Pneumonia

sinus pleura. Pada waktu inspirasi, bagian paru-paru memasuki sinus dan pada

waktu ekspirasi ditarik kembali dari rongga tersebut.

4. Fungsi respirasi

Sistem pernafasan atau disebut juga sistem respirasi yang berarti “bernafas

lagi” mempunyai peran atau fungsi menyediakan oksigen (O2) serta mengeluarkan

carbon dioksida (CO2) dari tubuh. Fungsi penyediaan O2 serta pengeluaran CO2

merupakan fungsi yang vital bagi kehidupan.

Proses respirasi berlangsung beberapa tahap antara lain :

1) Ventilasi

Adalah proses pengeluaran udara ke dan dari dalam paru. Proses ini terdiri

atas 2 tahap :

Inspirasi yaitu pergerakan udara dari luar ke dalam paru. Inspirasi terjadi

dengan adanya kontraksi otot diafragma dan interkostalis eksterna yang

menyebabkan volume thorax membesar sehingga tekanan intra alveolar

menurun dan udara masuk ke dalam paru.

Ekspirasi yaitu pergerakan udara dari dalam ke luar paru yang terjadi bila

otot-otot expirasi relaxasi sehingga volume thorax mengecil yang secara

otomatis menekan intra pleura dan volume paru mengecil dan tekanan intra

alveola menurun sehingga udara keluar dari paru.

2) Pertukaran gas di dalam alveol dan darah.

3) Transport gas, yaitu perpindahan gas dari paru ke jaringan dan dari jaringan ke

paru dengan bantuan darah (aliran darah).

4) Pertukaran gas antara darah dengan sel-sel jaringan.Metabolisme penggunaan O2

di dalam sel serta pembuatan CO2 yang juga disebut pernafasan seluler.

C. Etiologi

1. Refleks gastroesofagus

2. Fistula trakeoesofagus

3. Obstruksi esofagus dan duodenum

4. Cara pemberian makanan yang tidak tepat

Page 6: Aspirasi Pneumonia

5. Pengobatan anti depresan

6. Tertelan cairan amnion/mekonium

D. Patofisiologi

Pada kelahiran yang lama dan persalinan yang sukar, bayi sering memulai

gerakan pernafasan yang kuat di dalam uterus akibat terganggunya masukan oksigen

melalui placenta. Pada keadaan demikian bayi dapat mengaspirasi cairan amnion yang

mengandung vernix caseosa, sel epitel, mekonium atau benda-benda dari saluran lahir

yang dapat memblokade jalan nafas yang paling kecil serta mengganggu pertukaran

O2 dan CO2. Bakteri patogen ditemukan menyertai benda-benda yang teraspirasi dan

dapat terjadi pneumonia.

E. Tanda dan Gejala

1. Tachipnoe (RR >60x/menit)

2. Tachicardie

3. Retraksi dada

4. Nafas cuping hidung

5. Sianosis

6. Gelisah, irritable

7. Dipsnoe

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Radiologi

Foto thorax merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk menegakkan diagnosis.

Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan “air

bronchogram”, penyebaran bronkogenik dan interstitial dengan atau  tanpa  disertai

gambaran kaviti pada  segmen  paru yang terinfeksi. Gambaran lusen disertai dengan

infiltrat menunjukkan nekrotik pneumonia. Air fluid level mengindikasikan abses

paru atau fistula bronkopleura.Sudut costofrenicus yang blunting dan meniscus yang

positif menunjukkan para pneumonic pleural effusion.

Page 7: Aspirasi Pneumonia

2. Pemeriksaan Laboratorium

- DL, Serologi, LED: leukositosis menunjukkan adanya infeksi bakteri, menentukan

diagnosis secara spesifik, LED biasanya meningkat.

- Elektrolit : Sodium dan Klorida menurun, bilirubin biasanya meningkat.

- Analisis gas darah dan Pulse oximetry menilai tingkat hipoksia dan kebutuhan O2.

- Pewarnaan Gram/Cultur sputum dan darah: untuk mengetahui oganisme

penyebab.

- Analisa cairan lambung, bila leukosit (+) menunjukkan adanya inflamasi amnion

(risiko pneumonia tinggi).

G. Komplikasi

1. Pneumotoraks atau pneumomediastinum

2. Efusi pleura

3. Empyema

4. Abses paru

5. Infeksi sekunder

H. Penatalaksanaan Medis

1. Pembersihan jalan nafas

2. Pemberian oksigen

3. Pemasangan endotrakeal tube untuk penghisapan dan ventilasi mekanik

4. Pemberian antibiotik

5. Pemberian cimetidin dan ranitidin

6. Pemberian cairan intravena

Page 8: Aspirasi Pneumonia

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA BAYI DENGAN ASPIRASI PNEUMONIA

A. Pengkajian

1. Identitas orang tua

2. Identitas bayi

Tanggal lahir ....  jam….

Jenis kelamin ….

Kelahiran tunggal / ganda

Ukuran : BB, TB, LK, LD, LLA

Apgar score

Lama proses persalinan

6. Riwayat persalinan

Persalinan di ….

Cara persalinan …. Ditolong oleh …. Atas indikasi ….

Lama proses persalinan kala I ….

Lama proses persalinan kala II ….

Perdarahan ….

Ketuban pecah jam …. Jumlah …. Cc

Warna air ketuban …. Bau ….

Masalah ….

7. Pemeriksaan fisik

Tanggal …. Jam ….

Keadaan umum : lemah, letargis

8. Sistem pernafasan : Nafas cepat, saat bernafas ada retraksi dada, kadang-kadang

terjadi dipsnoe. Di saluran nafas terdapat sisa cairan / air ketuban.

9. Sistem kardiovaskuler :Denyut jantung cepat > 120 x / menit, tampak sianosis.

10. Sistem pencernaan: kadang-kadang dijumpai obstruksi esofagus dan duodenum.

11. Pemeriksaan penunjang :

Rontgen thorak : Terlihat bercak infiltrat, gerakan kedua lapang paru kasar, diameter

antero posterior tambah dan diafragma mendatar.

Page 9: Aspirasi Pneumonia

B. Diagnosa Keperawatan

1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi.

2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas.

3. Pola makan bayi tidak efektif berhubungan dengan kegagalan neurologik.

4. Resiko kekurangan volume cairan.

5. Resiko infeksi berhubungan dengan teraspirasi cairan amnion.

Rencana Keperawatan

No Diagnosis

KeperawatanTujuan Intervensi

1 Kerusakan

pertukaran gas

berhubungan

dengan

ketidakseimbangan

perfusi ventilasi

Batasan

karakteristik :

          tachicardi

          dispnea

          sianosis

          nafas cuping

hidung

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan

selama … x 24

jam diharapkan

tak terjadi

kerusakan

pertukaran gas.

NOC : - status

pernafasan

-  status tanda

vital

outcome :

kandungan

O2dalam darah

d.b.n.

NIC :

•) Monitor pernafasan

Intervensi :

          monitor irama, frekuensi,

kedalaman, usaha dalam respirasi.

          Monitor bunyi dan pola nafas

          Menjaga kepatenan jalan nafas.

          Memposisikan pasien dengan

tepat dengan tujuan adekuatnya

ventilasi

•) Manajemen asam basa

          monitor status hemodinamik

          monitor AGD

2 Bersihan jalan nafas

tak efektif

berhubungan

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan

NIC :

1)      Manajemen jalan nafas

          buka jalan nafas

Page 10: Aspirasi Pneumonia

dengan obstruksi

jalan nafas oleh

mukus.

Batasan

karakteristik :

          dispnea

selama … x 24

jam diharapkan

bersihan jalan

nafas efektif

          NOC : bersihan

jalan nafas /

    posisikan pasien untuk

memaksimalkan ventilasi dan

mengurangi dispnea

          sianosis

          perubahan ritme

dan frekuensi

          pernafasan

          gelisah

trackeobronkial

bersih

Indikator :

          Rr dbn

          Suara nafas

bersih

          Tidak ada

sianosis

          auskultasi suara nafas, catat

adanya suara tambahan

          identifikasi pasien perlunya

pemasangan jalan nafas buatan

          keluarkan sekret dengan suction

          monitor respirasi dan status

oksigen bila memungkinkan

2)      Manajemen suction

          kaji kebutuhan suction oral /

trakeal

          auskultasi bunyi nafas sebelum

dan sesudah suction

          gunakan selang kateter suction

sesuai ukuran

          gunakan alat-alat proteksi :

sarung tangan, masker

          berikan O2 dengan konsentrasi

100% gunakan respirator atau

resusitator manual

          monitor status oksigen dan

kemodinamik sebelum dan sesudah

prosedur suction

          catat tipe dan jumlah sekret

Page 11: Aspirasi Pneumonia

3 Pola makan bayi

tidak efektif

berhubungan

dengan kegagalan

neurologik

Batasan

karakteristik :

-    tidak mampu

dalam menghisap,

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan

selama … x 24

jam diharapkan

pola makan bayi

efektif

NOC : Pola makan

bayi efektif

NIC :

•) Enteral tube feeding

          pasang NGT, OGT

          monitor ketepatan insersi NGT /

OGT

      menelan dan

bernafas

          tidak mampu

dalam memulai atau

menunjang

penghisapan efektif

          cek peristaltik usus

          monitor terhadap muntah /

distensi abdomen

          cek residu 4-6 jam sebelum

pemberian enteral

•) TPN ( Total Parenteral Nutrisi )

          pelihara tehnik steril dalam

persiapan cairan

          cek TPN kebenaran cairan

nutrisi sesuai order

          gunakan infus pump

          monitor intake – output

          monitor hasil GDS elektrolit,

protein

          timbang berat badan bayi tiap

hari

•) Membantu menyusui bayi :

          monitor reflek hisap bayi

          ajarkan orangtua untuk

menyusui

          ajarkan orang tua untuk

Page 12: Aspirasi Pneumonia

memeras ASI

          berikan formula bila perlu

4 Resiko kekurangan

volume cairan

Faktor esiko :

- obstruksi esofagus

dan  duodenum

NOC :

keseimbangan

cairan setelah

dilakukan

tindakan ke-

perawatan selama

… x 24 jam

NIC :

•) Manajemen cairan

-   timbang popok bila diperlukan

diharapkan tak

terjadi defisit

volume cairan.

Indikator :

          tanda vital dbn

          turgor kulit

elastis

-     urine output

( + )

          pertahankan catatan in take dan

output

          monitor status

hidrasi( kelembaban membran

mukosa, nadi adekuat )

          monitor vital sign

          monitor indikasi retensi /

kelebihan cairan ( crackes, edema,

asites )

          monitor masukan makanan  /

cairan dan hitung intake kalori

harian

          lakukan terapi iv

          monitor nutrisi

•) Terapi intra vena

          verifikasi perintah terapi intra

vena

          pertahanan tehnik aseptik

          periksa jenis cairan, jumlah,

tanggal kadaluarsa,  karakter cairan

dan kerusakan kontainer

Page 13: Aspirasi Pneumonia

          pilih dan persiapkan pompa

intra vena

          pasangkan kontainer dengan

tube yang sesuai

          simpan cairan iv pada suhu

ruangan

          identifikasi apakah pasien

mendapatkan obat yang tidak

     cocok dengan pengobatan yang

diintruksikan

          berikan pengobatan iv dan

monitor hasilnya

          monitor kecepatan iv dan area

iv selama infusion

          monitor overload cairan dari

reaksi fisik

          monitor kepatenan iv sebelum

pemberian iv

          ganti canul infus set tiap 48 jam

          pertahankan dressing

          lakukan pengecekan area iv

secara teratur

          lakukan perawatan iv secara

teratur

          monitor tanda dan gejala flebitis

5 Resiko infeksi

dengan faktor resiko

:

          mengaspirasi

cairan amnion

NOC :

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan

selama … x 24

NIC :

•) Kontrol infeksi

          bersihkan lingkungan setelah

dipakai pasien lain

          pertahankan tehnik isolasi bagi

Page 14: Aspirasi Pneumonia

          prosedur invasif jam diharapkan

tak terjadi infeksi :

          vital sign dbn

          integritas kulit

baik

          integritas

mukosa baik

pasien berpenyakit menular

          batasi pengunjung bila perlu

          intruksikan pengunjung selalu

cuci tangan sebelum dan sesudah

berkunjung

          gunakan sabun anti mikroba

untuk cuci tangan

          cuci tangan sebelum dan

sesudah melakukan tindakan

          gunakan baju pelindung dan

sarung tangan

          pertahankan lingkungan aseptik

selama pemasangan alat

          ganti letak iv cateter, dresing

sesuai petunjuk umum

          tingkatkan intake nutrisi

          berikan tx anti biotik sesuai

advis dokter

•) Proteksi infeksi

          monitor tanda dan gejala infeksi

sistemik dan lokal

          saring pengunjung terhadap

penyakit menular

          pertahankan tehnik aseptik pada

pasien beresiko

          beri perawatan kulit pada area

aritema

          inspeksi kulit dan membran

mukosa terhadap kemerahan, panas

dan drainase

          dorong masukan nutrisi cairan

Page 15: Aspirasi Pneumonia

yang cukup

          beri tx anti biotik sesuai

program dokter.