Post on 26-Nov-2021
Naskah Publikasi Sarjana Farmasi
Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan
OPTIMASI SUSPENSI EKSTRAK ETANOL DAUN PRASMAN (Eupatorium
Triplinerve Vahl.) DENGAN SUSPENDING AGENT KOMBINASI PULVIS
GUMMI ARABICI DAN HIDROKSIETIL SELULOSA MENGGUNAKAN
METODE SIMPLEX LATTICE DESIGN
OPTIMIZATION OF PRASMAN LEAF ETHANOL EXTRACT SUSPENSION
(Eupatorium Triplinerve Vahl.) WITH SUSPENDING AGENT COMBINATION OF
PULVIS GUMMI ARABICI AND HYDROXYETHYL CELLULOSE USING THE
SIMPLEX LATTICE DESIGN METHOD
Dina Salwa Atiqi*, S Slamet, Wirasti, Dwi Bagus Pambudi
Program Studi Sarjana Farmasi, Fakulltas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
Pekajangan Pekalongan
E-mail: dinasalwaatiqi@gmail.com
ABSTRAK
Suspending agent merupakan zat yang dapat membuat perubahan viskositas dalam
penyimpanan serta pendispersian pada sediaan suspensi. Ekstrak daun prasman memiliki
kelarutan yang rendah di dalam air, sehingga dapat diformulasikan dalam sediaan suspensi
untuk menghasilkan sediaan yang stabil dalam bentuk cair. Optimasi formula menggunakan
program design expert versi 11.1.2.0 dengan metode simplex lattice design menggunakan dua
komponen yaitu PGA dan hidroksietil selulosa. Dari metode tersebut, diperoleh delapan formula
(formula I, II, III, IV, V, VI, VII, dan VIII) yang diamati sifat fisiknya, meliputi organoleptis,
pH,viskositas, volume sedimentasi, dan redispersibilitas. Penelitian ini bertujuan untuk
mengoptimasi kombinasi suspending agent PGA dan hidroksietil selulosa agar menghasilkan
sifat fisik suspensi yang optimum. Dari hasil analisis diperoleh persamaan grafik untuk setiap
respon sehingga formula optimum dapat ditentukan. Formula optimum yaitu formula II dengan
tidak adanya perubahan fisik yang drastis selama penyimpanan 30 hari, pada uji organoleptis
memiliki warna dan bau yang stabil, nilai pH 5, nilai viskositas 59 cP, sedimentasi 0,04 mL, dan
nilai redispersibilitas 95% dengan konsentrasi suspending agent PGA 6,25% dan hidroksietil
selulosa 0,775% dan nilai desirability yang diperoleh yaitu 0,579, hal ini menunjukkan bahwa
sediaan suspensi memiliki karakteristik viskositas yang rendah, partikel cepat mengendap dan
mudah untuk terdispersi kembali. Analisis statistik ANOVA formula optimum hasil percobaan
menunjukkan nilai p<5 atau signifikan berarti metode Simlpex Lattice Design berpengaruh
dalam peningkatan dan penurunanan nilai respon.
Kata kunci: Ekstrak daun prasman, Suspensi, Suspending agent, Optimasi, Simplex lattice
design.
ABSTRAC
Suspending agent is a substance that can make changes in viscosity in storage and dispersion in
suspension preparations. Prasman leaf extract has low solubility in water, so it can be
formulated in suspension preparations to produce stable preparations in liquid form. The
optimization of the formula used the design expert program version 11.1.2.0 with the simplex
lattice design method using two components, namely PGA and hydroxyethyl cellulose. From
this method, eight formulas were obtained (formula I, II, III, IV, V, VI, VII, and VIII) which
were observed for their physical properties, including organoleptic, pH, viscosity,
Naskah Publikasi Sarjana Farmasi
Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan
sedimentation volume, and redispersibility. This study aims to optimize the combination of
suspending agent PGA and hydroxyethyl cellulose in order to produce optimum physical
properties of the suspension. From the results of the analysis obtained a graph equation for
each response so that the optimum formula can be determined. The optimum formula is formula
I with no drastic physical changes during 30 days of storage, the organoleptic test has a stable
color and odor, pH 5, viscosity value 33 cP, sedimentation 0.04 mL, and redispersibility value
100% with suspending concentration. PGA agent 10% and 1% hydroxyethyl cellulose and the
obtained desirability value is 0.385, this indicates that the suspension preparation has low
viscosity characteristics, particles settle quickly and are easy to be re-dispersed. Statistical
ANOVA analysis of the optimum formula of the experimental results showed a p value <5 or
significant meaning that the Simlpex Lattice Design method had an effect on increasing and
decreasing the response value.
Keywords: Prasman leaf extract, suspension, suspending agent, optimization, simplex lattice
design.
PENDAHULUAN
Daun Prasman (Eupatorium
triplinerve Vahl.) merupakan tanaman obat
yang biasa digunakan oleh masyarakat
sebagai obat tradisional, seperti obat
sariawan, diare, batuk, demam, pilek, serta
kurang nafsu makan (Badrunasar dan
Santoso, 2016). Kandungan utama daun
Prasman (Eupatorium triplinerve Vahl.)
ialah senyawa flavonoid, fenolik, alkaloid
dan tanin (Munte dkk., 2015). Daun
Prasman (Eupatorium triplinerve Vahl.)
mempunyai rasa yang pahit dan getir
sehingga banyak orang enggan
mengkonsumsinya terutama anak-anak
(Badrunasar dkk., 2016), sehingga untuk
menutupi rasa yang tidak enak, daun
prasman dibuat dalam sediaan suspensi
dengan penambahan zat pemberi rasa.
Suspensi dapat didefinisikan
sebagai sediaan yang mengandung bahan
obat padat yang tidak larut, terdispersi
dalam cairan pembawa, serta tidak boleh
cepat mengendap, apabila di kocok,
sedimen harus terdispersi kembali dalam
cairan pembawa dan larutan mudah untuk
dituang (Nurlisani dkk., 2019). Alasan
pembuatan sediaan farmasi dalam bentuk
suspensi yaitu, zat aktif yang digunakan
tidak larut dalam air. Ekstrak etanol daun
Prasman (Eupatorium triplinerve Vahl.)
diformulasikan dalam bentuk suspensi
karena ekstrak etanol daun Prasman
(Eupatorium triplinerve Vahl.) tidak larut
dalam air. Zat aktif yang tidak larut dalam
air bisa dibuat sediaan suspensi dengan
adanya bantuan suspending agent (Suena,
2015). Suspending agent merupakan zat
tambahan pembuatan sediaan suspensi yang
digunakan untuk mendispersikan partikel
tidak larut kedalam cairan pembawa,
meningkatkan viskositas serta
memperlambat pengendapan (Florensita,
2017). Dalam sediaan suspensi bahan
pensuspensi sangat berperan penting untuk
menjaga kestabilan pada waktu
penyimpanan, meningkatkan viskositas
serta memperlambat sedimentasi, sehingga
bisa menghasilkan suspensi yang stabil
(Emilia dkk., 2013).
Optimasi merupakan metode
eksperimental yang digunakan untuk
mendapatkan formula yang terbaik. Metode
optimasi formula menggunakan metode
simplex lattice design (SLD). Metode
simplex lattice design merupakan suatu
teknik yang digunakan dalam program
optimasi untuk mengatasi masalah pada
formulasi yaitu perubahan komposisi serta
untuk mendapatkan campuran kosentrasi
masing-masing komponen pada formula
untuk mendapatkan nilai desirability yang
terbaik (Bahri, 2016). Berdasarkan uraian
diatas, maka peneliti tertarik melakukan
penelitian tentang optimasi suspensi ekstrak
daun Prasman (Eupatorium triplinerve
Vahl.) dengan kombinasi suspensing agent
PGA dan hidroksietil selulosa
menggunakan metode simplex lattice
design. Adapun tujuan penelitian ini yaitu
untuk mengetahui berapa kosentrasi
suspending agent yang dapat
Naskah Publikasi Sarjana Farmasi
Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan
mempengaruhi sifat fisik suspensi yang
baik.
METODE PENELITIAN
Waktu dan tempat penelitian
Penelitian dilaksanakan
dilaboratorium Farmakognosi dan
Fitokimia Prodi Sarjana Farmasi Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan
(UMPP) dan laboratorium Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Waktu
penelitian dimulai dari bulan maret sampai
juni 2021.
Alat Timbangan digital, mikroskop,
objek glass, viskometer stromer, tabung
reaksi (pyrex), beaker glass (pyrex), batang
pengaduk, cawan, kertas perkamen, spatel,
gelas ukur (pyrex), mortir, stamper,
stopwach, oven, blender, ayakan mesh 40,
rotary evaporator dan alat-alat gelas
lainnya.
Bahan
Daun prasman (Eupatorium
Triplinerve Vahl.), PGA (Pulvis Gummi
Arabicum), hidroksietil selulosa, pipermint
oil, asam benzoat, sorbitol 70%, etanol
96%, aqua destilata.
Prosedur Kerja
Pengambilan dan penyiapan sampel
Sampel daun Prasman (Eupatorium
triplinerve Vahl.) diperoleh dari Kabupaten
Pemalang, pengambilan sampel dilakukan
pada waktu pagi hari yaitu jam 08.00-11.00
WIB, karena pada waktu itu terjadi proses
fotosisntesis maksimum, bagian yang
diambil yaitu seluruh daun yang tidak
rusak.
Determinasi Tanaman
Determinasi tanaman dilakukan di
laboratorium teknologi Farmasi Universitas
Ahmad Dahlan (UAD).
Penyiapan Simplisia
Daun prasman (Eupatorium
triplinerve Vahl.) sebanyak 5 kilogram
disortasi basah terlebih dahulu untuk
memisahkan bahan asing pada daun,
kemudian dicuci menggunakan air mengalir
sampai bersih, setelah itu ditiriskan,
kemudian dipotong kecil-kecil dan
dikeringkan dengan sinar matahari yang
dilapisi dengan kain hitam, lalu dilakukan
sortasi kering untuk memisahkan daun yang
rusak. Setelah kering daun prasman
(Eupatorium Triplinerve Vahl.) dihaluskan
dengan blender untuk mendapatkan serbuk
kasar, kemudian diayak menggunakan
ayakan mesh 40.
Ekstraksi
Daun prasman (Eupatorium
triplinerve Vahl.) sebanyak 5 kilogram
disortasi basah terlebih dahulu untuk
memisahkan bahan asing pada daun,
kemudian dicuci menggunakan air mengalir
sampai bersih, setelah itu ditiriskan,
kemudian dipotong kecil-kecil dan
dikeringkan dengan sinar matahari yang
dilapisi dengan kain hitam, lalu dilakukan
sortasi kering untuk memisahkan daun yang
rusak. Setelah kering daun prasman
(Eupatorium Triplinerve Vahl.) dihaluskan
dengan blender untuk mendapatkan serbuk
kasar, kemudian diayak menggunakan
ayakan mesh 40.
Optimasi Suspending Agent PGA dan
Hidroksietil selulosa dengan Metode
Simplex Lattice Design
Penentuan kosentrasi PGA dan
Hidroksietil selulosa dalam formula
Konsentrasi PGA dan Hidroksietil selulosa
ditentukan dengan mempertimbangkan
batas bawah dan batas atas. Kosentrasi
campuran PGA sebagai suspending agent
adalah 5-10% dan Hidroksietil selulosa
adlah 0,1-1% (Rowe et al., 2009).
Tabel 3.1 batas penggunaan PGA dan Hidroksietil selulosa sebagai suspending agent
Bahan Kosentrasi
Batas bawah (%) Batas atas (%)
PGA 5 10
Hidroksietil selulosa 0,1 1
Selanjutnya, proporsi PGA dan Hidroksietil
selulosa dalam formula ditentukan
menggunakan software Design Expert versi
11 dengan metode simplex lattice design
dan formula yang dihasilkan adalah
sebanyak 8 formula dengan konsentrasi
PGA dan Hidroksietil selulosa sebagaimana
tertera dalam tabel berikut:
Naskah Publikasi Sarjana Farmasi
Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan
Tabel 3.2 Proporsi PGA dan Hidroksietil selulosa dalam formula dari Design Expert versi 11
Bahan Formula
F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8
PGA 1 0,25 0,5 1 0 0,5 0 0,75
HEC 0 0,75 0,5 0 1 0,5 1 0,25
Kosentrasi PGA dan Hidroksietil
selulosa pada formula
Menurut Rowe et.,al (2009)
perhitungan konsentrasi suspending agent
dari masing – masing formula
menggunakan batas atas dan batas bawah.
Perhitungannya menggunakan rumus:
% konsentrasi = f x (batas atas – batas
bawah) + batas bawah
Keterangan:
f = komposisi eksipien asam pada formula.
Nilai 0 pada formula merupakan batas
bawah dan nilai 1 pada formula merupakan
batas atas. Tabel 3.3 komposisi suspending agent
Bahan Formula (%)
F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8
PGA 10 6,25 7,5 10 5 7,5 5 8,75
HEC 0,1 0,775 0,55 0,1 1 0,55 1 0,325
Rancangan Formula Tabel 3.4 Rancangan formulasi suspensi (Ulfa dkk., 2019)
Bahan Formula suspensi (%) Fungsi
F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8
Daun prasman 80
mg
80
mg
80
mg
80
mg
80
mg
80
mg
80
mg
80
mg
Zat aktif
PGA 10 6,25 7,5 10 5 7,5 5 8,75 Suspending
agent
Hidroksietil
Selulosa
0,1 0,77
5
0,55 0,1 1 0,55 1 0,32
5
Suspending
agent
Propilenglikol 25 25 25 25 25 25 25 25 Wetting agent
Pipermint oil 4 tts 4 tts 4 tts 4 tts 4 tts 4 tts 4 tts 4 tts Perasa
Sorbitol 20 20 20 20 20 20 20 20 Pemanis
Asam
Benzoat
0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 Pengawet
Dapar fosfat
pH 6
0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 Pendapar
Aqua dest 100
mL
100
mL
100
mL
100
mL
100
mL
100
mL
100
mL
100
mL
Cairan
pembawa
Pembuatan sediaan suspensi
Timbang semua bahan, PGA
(pulvis gummi arabici) dilarutkan dengan
air sebanyak 7 kali beratnya dalam mortir,
hidroksietil selulosa ditaburkan kedalam air
panas sebanyak 20 kali beratnya dan
biarkan mengembang dalam mortir lain,
kemudian dicampur. ekstrak daun prasman
(Eupatorium triplinerve Vahl.) dilarutkan
dalam propilen glikol di mortir lain.
Kemudian ekstrak daun prasman
ditambahkan sedikit demi sedikit kedalam
larutan PGA (pulvis gummi arabici) dan
hidroksietil selulosa aduk sampai homogen,
selanjutnya tambahkan sorbitol dan asam
benzoat aduk sampai homogen, tambahkan
dapar fosfat pH 6 dan perasa pipermint oil
aduk sampai homogen, ditambah dengan
aqua destilata hingga 100 mL.
Evaluasi sediaan suspensi
Uji organoleptis
Uji organoleptis dilakukan untuk
mengetahui hasil fisik suspensi ekstrak
etanol daun prasman (Eupatorium
triplinerve Vahl.) meliputi bentuk, bau, rasa
dan warna (Emilia dkk., 2013).
Uji pengukuran pH
Suspensi ekstrak etanol daun
prasman (Eupatorium Triplinerve Vahl.)
diukur menggunakan pH meter digital, alat
pH meter sebelumnya dikalibrasi terlebih
dahulu, suspensi dimasukkan kedalam
beaker glass, kemudian elektroda
dimasukkan kedalam sediaan selama 30
detik, catat hasil yang tertera pada pH
Naskah Publikasi Sarjana Farmasi
Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan
meter(Sinila, 2016). Uji pengukuran pH
diamati selama 30 hari dan dievaluasi setiap
7 hari (Emilia dkk., 2013).
Uji viskositas
Uji viskositas sediaan suspensi
dilakukan menggunakan viskometer digital
dengan cara menyelupkan spindel pada
viskometer dalam 100 mL sediaan dengan
kecepatan yang sesuai, viskositas sediaan
dilihat pada skala dalam alat setelah
tercapai kestabilan. Untuk melihat stabilitas
dari sediaan, uji viskositas ini dilakukan
tiap 7 hari sekali selama 30 hari, standar
viskositas suspensi yaitu 37-396 mPas.
Volume sedimentasi
Suspensi ekstrak etanol daun
prasman disimpan pada gelas ukur 10 mL
selama 4 minggu tanpa gangguan, catat
volume awal (Vo), volume sedimentasi
dievaluasi setiap 7 hari tanpa pengadukan,
sampai tinggi sedimentasi konstan (Emilia
dkk., 2013). Menurut Anief, 1994 volume
sedimentasi (F) merupakan salah satu
parameter pengendapan dari suspensi.
Rumus volume sedimentasi yaitu:
Keterangan :
F :Volume sedimentasi (mL)
Vu :Volume akhir sedimentasi (mL)
V0 :Volume awal sediaan (mL)
Uji redispersibilitas
Uji redispersibilitas dilakukan
secara manual dengan cara suspensi hasil
pengujian volume sedimentasi diputar 180
°C dan dibalik keposisi semula, bernilai
100% jika suspensi terdispersi sempurna.
Apabila setiap pembalikan suspensi belum
terdispersi sempurna maka ada
pengurangan sebanyak 5% dari total
sediaan (Suena, 2015).
Analisis data
Analisis data yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah kuantitatif. Data yang
diperoleh dari evaluasi fisik sediaan
suspensi yakni viskositas, volume
sedimentasi dan redispersibilitas dianalisis
menggunakan softwere design expert versi
11.1.2.0 untuk mendapatkan formula yang
optimum. Dilakukan uji ANOVA, uji
ANOVA digunakan untuk melihat nilai
signifikansi viskositas, volume sedimentasi
dan redispersibilitas pada evaluasi fisik
sediaan suspensi, dikatakan signifikan jika
nilai p<0,05 dengan taraf kepercayaan 95%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Determinasi
Determinasi dilakukan di
laboratorium Biologi Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Ahmad Dahlan (UAD), tujuan
dilakukannya determinasi tanaman adalah
untuk memastikan kebenaran tanaman yang
digunakan dalam penelitian. Hasil
determinasi menyatakan bahwa tanaman
yang digunakan dalam penelitian
merupakan Eupatorium triplinerve Vahl.
Pembuatan Ekstrak
Pembuatan ekstrak dalam
penelitian ini menggunakan metode ektraksi
cara dingin yaitu maserasi, maserasi
bertujuan untuk menarik senyawa kimia
yang terkandung dalam tanaman. Saat
proses maserasi dilakukan pengadukan
setiap hari selama 60 menit, tujuan
pengadukan selama ekstraksi adalah untuk
mempercepat terjadinya keluarnya zat
metabolit dari matrik simplisia kecairan
penyari sehingga terjadi keseimbangan,
sedangkan apabila dalam keadaan diam
selama maserasi maka akan menyebabkan
turunnya perpindahan bahan aktif
(Istiqomah, 2013).
Tabel 4.1 Hasil ekstrak daun prasman (Eupatorium triplinerve Vahl.)
Proses Berat simplisia
(g)
Berat ekstrak (g) Rendemen Ekstrak (%)
Maserasi 500 24,620 4,92
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa 500 g
serbuk simplisia daun Prasman
menghasilkan ektrak sebanyak 24,620 g dan
rendemen ekstrak sebesar 4,92%.
Rendemen ekstrak merupakan
perbandingan dari berat ekstrak yang telah
didapat dan berat simplisia awal. Semakin
tinggi nilai rendemen yang dihasilkan
menunjukkan bahwa senyawa kimia yang
terkandung dalam simplisia banyak
F = 𝑉𝑢
𝑉𝑜
Naskah Publikasi Sarjana Farmasi
Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan
sehingga ekstrak yang dihasilkan semakin
banyak (Fitri dkk, 2021). Serbuk simplisia
dimaserasi selama 5 hari dan remaserasi
selama 3 hari, tujuan dilakukannya remaseri
adalah untuk menyari senyawa yang belum
tersari. Filtrat hasil dari maserasi dan
remaserasi kemudian diupkan
menggunakan rotary evaporator untuk
menguapkan pelarutnya.
Penentuan formula suspensi ekstrak
daun Prasman (Eupatorium triplinerve
Vahl.)
Suspensi adalah suatu sediaan cair
yang mengandung partikel obat halus tidak
larut dalam cairan pembawa (Anggraeni,
2013). Dalam penelitian ini, suspensi
ekstrak daun Prasman dilakukan dengan
mengkombinasikan suspending agent PGA
dan hidroksietil selulosa, pemilihan
suspending agent PGA karena mempunyai
sifat mudah larut dalam air, dan dapat
menghasilkan larutan yang kental dan
tembus cahaya, serta tidak merubah struktur
kimia, dan bersifat alami (Anjani dkk,
2011), sedangkan hidroksietil selulosa
memiliki sifat yang tidak toksik, dapat
bercampur dengan banyak bahan,
mempunyai stabilitas dan viskositas yang
baik (Rowe et al, 2009). Optimasi
dilakukan dengan menggunakan softwere
Design Expert versi 11.1.2.0 dengan
metode yang digunakan adalah Simplex
Lattice Design. Penentuan formula awal
sediaan suspensi yaitu menentukan
komponen yang digunakan serta rentang
kosentrasinya. Komponen yang digunakan
yaitu PGA dengan rentang kosentrasi 5-
10% dan hidroksietil selulosa dengan
rentang kosentrasi 0,1-1%. Selanjutnya data
dimasukkan kedalam softwere Design
Expert versi 11.1.2.0 menggunakan metode
Simplex Lattice Design kemudian diperoleh
8 formula dan respon yang dilakukan untuk
menentukan formula optimum meliputi
viskositas, volume sedimentasi dan
redispersibilitas.
Evaluasi sifat fisik suspensi ekstrak
daun prasman
Uji organoleptis Pengamatan organoleptis sediaan
suspensi ekstrak daun Prasman
(Eupatorium triplinerve Vahl.) dilakukan
selama 30 hari dan dievaluasi setiap 7 hari
hasil pengamatan dapat dilihat pada tabel
4.3
Tabel 4.3 Hasil uji organoleptis suspensi
Formula Parameter Hari ke-
0 7 14 21 30
I. Warna Hijau muda
(++)
Hijau muda
(+)
Hijau muda
(+)
Hijau muda
(+)
Hijau
muda (+)
Bau Aromatik
khas mint
Aromatik
khas mint
Aromatik
khas mint
Aromatik
khas mint
Aromatik
khas mint
II. Warna Hijau muda
(++)
Hijau muda
(+) Hijau muda
(+) Hijau
muda (+) Hijau
muda (+) Bau Aromatik
khas mint
Aromatik
khas mint
Aromatik
khas mint
Aromatik
khas mint
Aromatik
khas mint
III. Warna Hijau muda
(++) Hijau muda
(+) Hijau muda
(+) Hijau muda
(+) Hijau
muda (+) Bau Aromatik
khas mint
Aromatik
khas mint
Aromatik
khas mint
Aromatik
khas mint
Aromatik
khas mint
IV. Warna Hijau muda
(++) Hijau muda
(+) Hijau muda
(+) Hijau muda
(+) Hijau
muda (+) Bau Aromatik
khas mint
Aromatik
khas mint
Aromatik
khas mint
Aromatik
khas mint
Aromatik
khas mint
V. Warna Hijau muda
(++) Hijau muda
(+) Hijau muda
(+) Hijau muda
(+) Hijau
muda (+) Bau Aromatik
khas mint
Aromatik
khas mint
Aromatik
khas mint
Aromatik
khas mint
Aromatik
khas mint
VI. Warna Hijau muda
(++) Hijau muda
(+) Hijau muda
(+) Hijau muda
(+) Hijau
muda (+) Bau Aromatik
khas mint
Aromatik
khas mint
Aromatik
khas mint
Aromatik
khas mint
Aromatik
khas mint
VII. Warna Hijau muda
(++) Hijau muda
(+) Hijau muda
(+) Hijau muda
(+) Hijau
muda (+) Bau Aromatik Aromatik Aromatik Aromatik Aromatik
Naskah Publikasi Sarjana Farmasi
Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan
khas mint khas mint khas mint khas mint khas mint
VIII. Warna Hijau muda
(++) Hijau muda
(+) Hijau
muda(+) Hijau muda
(+) Hijau
muda(+) Bau Aromatik
khas mint
Aromatik
khas mint
Aromatik
khas mint
Aromatik
khas mint
Aromatik
khas mint
Keterangan : ++ = Pekat
+ = Tidak pekat
Pengamatan uji organoleptis dilakukan
untuk mengetahui bau dan warna dari
sediaan suspensi serta melihat adanya
perubahan selama penyimpanan. Tujuan
dilakukannya pengamatan 30 hari adalah
untuk melihat adanya stabilitas warna dan
bau pada sediaan suspensi selama
penyimpanan. Dalam penelitian ini
pengamatan pada hari ke-0 sampai hari ke-
30 dari ke-8 formula tersebut tidak ada
perubahan yang signifikan selama
penyimpanan atau dapat dikatakan stabil
selama penyimpanan.
Uji pH Uji pH merupakan parameter
fisikokimia pada sediaan, karena Ph
berkaitan dengan efektivitas zat aktif dan
stabilitas suspensi. Uji pH dilakukan
menggunakan pH meter untuk mengetahui
keasaman dan kebasaan suatu sediaan.
(Sabdowati, 2015). Dalam penelitian ini ada
penambahan pendapar yaitu dapar phospat,
dimana tujuan dari penambahan pendapar
yaitu untuk menjaga stabilitas pH selama
penyimpanan.
Pengukuran pH sediaan suspensi ekstrak
daun Prasman (Eupatorium triplinerve
Vahl.) dilakukan selama 30 hari dan
dievaluasi setiap 7 hari, hasil pengukuran
pH dapat dilihat pada gambar 4.1
Gambar 4.1 Grafik nilai pH sediaan suspensi
Gambar 4.1 menunjukkan bahwa
pengukuran pH dari hari ke-0 sampai hari
ke-30 memiliki nilai pH yang sama yaitu 5,
hal ini dikarenakan dalam pembuatan
suspensi ada penambahan dapar phospat,
sehingga suspensi yang dihasilkan pHnya
stabil selama penyimpanan. pH optimum
suspensi berkisar antara 5-6 (Ansel, 2014).
Dengan demikian suspensi ekstrak daun
Prasman stabil dalam penyimpanan karena
tidak ada perubahan pH selama
penyimpanan.
Uji Viskositas
Pengujian viskositas penting
dilakukan karena viskositas memberikan
tahanan dari suatu suspensi untuk mengalir
serta merupakan salah satu parameter fisik
yang harus diamati, sebab viskositas dapat
mempengaruhi kemampuan redispersi,
dosis dan kemudahan dituang. Viskositas
yang terlalu tinggi tidak diharapkan karena
akan menyebabkan kesulitan suspensi saat
dituang dan sulit terdispersi kembali
(Artania dkk, 2020).
Berdasarkan data hasil, terdapat 3
formula yang tidak memenuhi persyaratan
0
2
4
6
Harike-0
Harike-7
Harike-14
Harike-21
Harike-30
pH
Waktu pengamatan
Nilai pH
Formula I
Formula II
Formula III
Formula IV
Formula V
Formula VI
Naskah Publikasi Sarjana Farmasi
Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan
yaitu formula I, IV, dan VIII karena
memiliki nilai viskositas kurang dari 37 cP,
persyaratan viskositas menurut SNI yaitu
37-396 cP. Tipe aliran pada suspensi
ekstrak daun prasman merupakan aliran
pseudoplastis, dimana shearing rate dan
shearing stress tidak memiliki hubungan
linear, dan viskositasnya berubah-ubah.
Tipe aliran pseudoplastis mengandung
partikel-partikel asimetri dengan berbagai
titik kontak yang menyususn suatu jaringan
tiga dimensi diseluruh sampel. Oleh karena
itu, pada keadaan diam struktur ini
memberikan bentuk yang rigid pada sampel
(menyerupai seperti gel), sedangkan ketika
sampel dituang atau ditekan keluar dari
wadah (diberikan gaya), aliran mulai terjadi
karena strktur tiga dimensi yang rigid
tersebut mulai pecah (titik kontak
terganggu) dan partikel-partikel mulai
berbaris. Sifat aliran pseudoplastis memiliki
konsistensi yang cukup tinggi dalam
wadah, tetapi dapat dituang dan disebar
dengan mudah (Melian, 2018).
Analisis statistik ANOVA yang
diperoleh dari respon viskositas
menghasilkan nilai signifikansi 0,0001 atau
p<0,05 yang artinya peningkatan atau
penurunan kosentrasi PGA dan hidroksietil
selulosa berpengaruh signifikan terhadap
nilai viskositas. Nilai R-Squared yang
diperoleh yaitu 0,9817.Nilai R-squared
mendekati 1 menunjukkan bahwa data hasil
respon semakin mendekati model. Dari
hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa
adanya hubungan signifikan antara
komponen yang divariasi dengan respon.
Komponen yang divariasi adalah PGA dan
hidroksietil selulosa memberikan respon
terhadap viskositas supensi. Berikut adalah
persamaan komponen yang divariasi
dengan respon tertera pada persamaan 4.1 Y= 28,09 (A) + 65,65 (B) + 3,45 (AB)..(4.1)
Keterangan :
Y = Volume sedimentasi
A = Proporsi PGA
B = Proporsi Hidroksietil selulosa
Nilai koefisien komponen A
(PGA), komponen B (Hidroksietil selulosa)
dan proporsi campuran komponen A dan B
bernilai positif, hal ini berarti bahwa
persamaan regresi diatas menunjukkan efek
yang diharapkan, dimana apabila komponen
ditingkatkan akan menghasilkan respon
yang meningkat juga. Besaran angka
menunjukkan besarnya pengaruh komponen
terhadap respon (Yu et al., 2015) Berikut
adalah bentuk grafik yang diperoleh:
Gambar 4.2 Grafik hubungan antara komponen
dengan viskositas
Gambar 4.3 menunjukan adanya
hubungan antara komponen A (PGA) dan
komponen (B) hidroksietil selulosa. Nilai
koefisien pada komponen A yaitu +28,09,
dan komponen B +65,65, yang berarti
bahwa penggunaan hidroksietil selulosa
sebagai suspending agent tunggal memiliki
efek yang dominan untuk meningkatkan
viskositas, semakin banyak kosentrasi
hidroksietil selulosa yang digunakan dalam
sediaan maka nilai viskositas semakin
tinggi. Sehingga peningkatan viskositas
yang dihasilkan hidroksietil selulosa lebih
besar dibandingkan dengan PGA, dan
interaksi antara komponen A dan B bernilai
positif (+3,45), hal ini menunjukkan bahwa
apabila kosentrasi komponen A dan B
ditingkatkan maka nilai respon akan
meningkat, sehingga nilai viskositas akan
semakin tinggi.
Uji volume sedimentasi
Pengamatan volume sedimentasi
dilakukan untuk mengetahui tinggi sedimen
yang terbentuk dari sediaan yang
sebelumnya didispersikan secara sempurna
dan didiamkan selama 30 hari (Wahyuni,
dkk, 2017).
Berdasarkan hasil data, volume sedimentasi
yang terbentuk selama penyimpanan 30 hari
Naskah Publikasi Sarjana Farmasi
Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan
berkisar antara 0,06-0,1 mL, dari ke 8
formula memiliki nilai volume sedimentasi
memenuhi persyaratan, karena volume
sedimentasi yang terbentuk <1.
Analisis statistik ANOVA yang
diperoleh dari respon volume sedimentasi
menghasilkan nilai signifikansi 0,0017 atau
p<0,05 yang artinya peningkatan atau
penurunan kosentrasi PGA dan hidroksietil
selulosa berpengaruh signifikan terhadap
nilai volume sedimentasi. Nilai R-Squared
yang diperoleh yaitu 0,9227. Nilai R-
squared mendekati 1 menunjukkan bahwa
data hasil respon semakin mendekati model.
Dari hasil yang diperoleh menunjukkan
bahwa hubungan signifikan antara
komponen yang divariasi dengan respon.
Komponen yang divariasi adalah PGA dan
hidroksietil selulosa memberikan respon
terhadap volume sedimentasi supensi.
Berikut persamaan hubungan antara respon
dengan komponen yang divariasi tertera
pada persamaan 4.2: Y= 0,0535 (A) + 0,1002 (B) + 0,0173
(AB)................(4.2)
Keterangan :
Y = Volume sedimentasi
A = Proporsi PGA
B = Proporsi Hidroksietil selulosa
Nilai koefisien komponen A
(PGA), komponen B (Hidroksietil selulosa)
dan proporsi campuran keduanya (AB)
bernilai positif, hal ini berarti bahwa
persamaan regresi diatas menunjukkan efek
yang diharapkan, dimana apabila komponen
ditingkatkan akan menghasilkan respon
yang meningkat juga. Berikut adalah bentuk
grafik yang diperoleh:
Gambar 4.3 Grafik hubungan antara komponen
dengan volume sedimentasi
Gambar 4.3 Menunjukkan bahwa
terdapat hubungan antara komponen A
(PGA) dan komponen B (hidroksietil
selulosa), nilai koefisien komponen A yaitu
+0,0535, komponen B +0,1002, dapat
dilihat bahwa komponen B memberikan
pengaruh paling dominan untuk
meningkatkan rasio volume sedimentasi
karena hidroksietil selulosa memiliki
viskositas yang tinggi. Meningkatnya
viskositas berpengaruh dalam rasio volume
sedimentasi dimana semakin tinggi nilai
viskositas rasio volume sedimentasi yang
dihasilkan besar. Sedangkan komponen
PGA tidak terlalu berpengaruh terhadap
volume sedimentasi sediaan karena
memiliki viskositas yang rendah. interaksi
antara komponen A dan B bernilai positif
(+0,0173), hal ini menunjukkan bahwa
apabila kosentrasi komponen A dan B
ditingkatkan maka nilai respon akan
meningkat, sehingga volume sedimentasi
akan semakin tinggi.
Uji Redispersibilitas
Pengujian redispersibilitas
bertujuan untuk mengetahui kemampuan
suspensi setelah terjadi pengendapan untuk
terdispersi secara sempurna dengan
pengocokan minimum. Uji redispersibilitas
merupakan salah satu parameter yang harus
dilakukan dalam penelitian untuk menjamin
keseragaman suatu sediaan.
Redispersibilitas juga dipengaruhi oleh nilai
viskositas, apabila suatu sediaan memiliki
viskositas yang tinggi maka kemampuan
redispersibilitas semakin rendah sehingga
Naskah Publikasi Sarjana Farmasi
Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan
sedimen membentuk caking dan dosisnya
tidak homogen (Anggraeni, 2013).
Berdasarkan data hasil pengujian
redispersibilitas bahwa ke 8 formula
suspensi memiliki kemampuan untuk
terdispersi kembali dengan mudah, Jumlah
putaran untuk mendispersikan kembali
sediaan suspensi 1x putaran (180°), hasil
pengujian redispersi pada uji
redispersibilitas setiap pengulangan akan
menurunkan nilai redispersi sebesar 5%,
dari ke 8 formula memiliki nilai redispersi
yang baik, dimana suspensi mudah untuk
terdispersi kembali dan tidak terjadi caking
pada sediaan, sehingga formula ini
termasuk dalam suspensi tipe flokulasi.
Analisis statistik ANOVA yang
diperoleh dari respon redispersibilitas
menghasilkan nilai signifikansi 0,0102 atau
p<0,05 yang artinya peningkatan atau
penurunan kosentrasi PGA dan hidroksietil
selulosa berpengaruh signifikan terhadap
redispersibilitas. Nilai R-Squared yang
diperoleh yaitu 0,8402. Nilai R-squared
mendekati 1 menunjukkan bahwa data hasil
respon semakin mendekati model. Dari
hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa
hubungan signifikan antara komponen yang
divariasi dengan respon. Komponen yang
divariasi adalah PGA dan hidroksietil
selulosa memberikan respon terhadap
redispersibilitas supensi. Berikut persamaan
hubungan antara respon dengan komponen
yang divariasi tertera pada persamaan 4.3: Y= 95,74 (A) + 82,40 (B) – 8,63 (AB)...(4.3)
Keterangan :
Y = Redispersibilitas
A = Proporsi PGA
B = Proporsi Hidroksietil selulosa
Nilai koefisien komponen A
(PGA), komponen B Hidroksietil selulosa
bernilai positif dan proporsi campuran
keduanya (AB) bernilai negatif, hal ini
berarti bahwa persamaan regresi diatas
menunjukkan efek yang diharapkan,
dimana apabila komponen diturunkan akan
menghasilkan respon yang menurun juga.
Nilai negatif menunjukkan efek yang
antagonis antara komponen dan respon,
besaran angka yang diperoleh menunjukkan
besarnya pengaruh komponen terhadap
respon. Berikut adalah bentuk grafik yang
diperoleh:
Gambar 4.4 Grafik hubungan antara komponen
dengan redispersibilitas
Gambar 4.4 Menunjukkan bahwa
terdapat hubungan antara komponen A
(PGA) dan komponen B (hidroksietil
selulosa), nilai koefisien komponen A yaitu
+95,74, komponen B +82,40, hal ini
menunjukkan bahwa PGA memberikan
pengaruh yang paling dominan dibanding
dengan hidroksietil selulosa karena PGA
memiliki nilai viskositas yang rendah,
sehingga sediaan mudah untuk terdispersi
kembali, sedangkan hidroksietil selulosa
memilki nilai koefisien lebih kecil dari
PGA hal ini dikarenakan semakin tinggi
penggunaan hidroksietil selulosa maka hasil
redispersibilitas semakin rendah, viskositas
yang tinggi sulit untuk terdispersi, dan
interaksi komponen A dan B memiliki nilai
koefisien –8,63, yang artinya bahwa
interaksi komponen A dan B dapat
menurunkan redispersibilitas sediaan
suspensi.
Penentuan Formula optimum
Penentuan formula optimum
dilakukan dengan menganalisis hasil
pengujian sifat fisik sediaan menggunakan
softwere Design Expert versi 11.1.2.0 untuk
mendapatkan grafik setiap respon sehingga
didapatkan formula yang optimum.
Parameter yang dioptimasi pada penelitian
ini meliputi viskositas, volume sedimentasi
dan redispersibilitas. Optimasi dilakukan
dengan menentukan target atau goal yang
ingin dicapai dalam memperoleh formula
optimum. Target atau goal yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah
Naskah Publikasi Sarjana Farmasi
Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan
viskositas, volume sedimentasi dan
redispersibilitas. viskositas dibuat goal
minimaze karena diharapkan sediaan
suspensi tidak terlalu kental sehingga
mudah untuk didispersikan kembali,
redispersibilitas dibuat goal maximize
karena diharapkan suspensi mempunyai
kemampuan terdispersi secara sempurna
dengan penggojokan yang minimum dan
volume sedimentasi dibuat goal maximize
karena diharapkan suspensi yang dihasilkan
memiliki nilai volume sedimentasi
maksimal. Saran yang ditawarkan dari hasil
analisis memiliki tingkat desirability dalam
bentuk grafik yang tertera pada gambar 4.5
. Nilai desirability merupakan nilai yang
menggambarkan suatu model yang
digunakan terhadap target yang diinginkan,
dimana nilai desirability yang baik yaitu
nilai yang mendekati 1 (Damayanti et al.,
2018).
Gambar 4.5 Kurva desirability sediaan suspensi
ekatrak daun Prasman (Eupatorium
triplinerve Vahl.)
Gambar 4.5 menunjukkan formula
optimum dengan komposisi PGA 6,25% :
hidroksietil selulosa 0,775% dengan nilai
desirability tertinggi yaitu 0,579. Nilai
desirability ini berarti kemampuan untuk
memprediksi sifat fisik formula optimum
bernilai sekitar 58%. Selain memprediksi
formula optimum softwere design expert
juga memberikan nilai respon yang
diprediksikan dari formula optimum. Nilai
prediksi viskositas sebesar 38,002 cP
volume sedimentasi 0,068 mL dan
redispersibilitas sebesar 90,842%. Formula
optimum yang diperoleh selanjutnya
dilakukan verifikasi formula dengan
membuat kembali formula yang disarankan
oleh softwere Design Expert dengan metode
Simplex Lattice Design dan diuji sifat
fisiknya untuk membuktikan dan
memverifikasi data yang diprediksi oleh
softwere tersebut dan untuk melihat apakah
hasil yang didapat sesuai atau tidak.
KESIMPULAN
Dari hasil data penelitian yang telah
dilakukan, maka dalam penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa didapatkan formula
optimum dari komposisi kombinasi PGA
dan hidroksietil selulosa pada pembuatan
suspensi berdasarkan parameter uji
viskositas, volume sedimentasi dan
redispersibilitas menggunakan metode
simplex lattice design dengan perbandingan
PGA 6,25% : Hidroksietil selulosa 0,775%
dengan nilai desirability 0,579. Dan
penambahan suspending agent PGA dan
hidroksietil selulosa serta interaksi kedua
komponen tersebut memberikan pengaruh
positif dalam meningkatkan sifat fisik
suspensi seperti viskositas, volume
sedimentasi dan redispersibilitas.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, B. dwi (2013) ‘Optimasi
Formula Suspensi Siprofloksasin
Menggunakan Kombinasi Pulvis
Gummi Arabici (PGA) dan
Hydroxypropil Methilcellulose
(HPMC) dengan Metode Desain
Faktorial’.
Anjani, M. R. et al. (2011) ‘Formulasi
Suspensi Siprofloksasin Dengan
Suspending Agent Pulvis Gummi
Arabici Dan Daya Antibakterinya’,
12(1), pp. 26–32.
Ansel H.C., and Allen L.V., Popovich N.G.,
2014, Bentuk Sediaan Farmasetis
& Sistem Penghantaran Obat,
Diterjemahkan oleh Lucia Hendriati
dan Kuncoro Foe, Edisi
Kesembilan, Penerbit Buku
Kedokteran EGC,
Jakarta.
Artania, N., Harta, I. and Pratama, G.
(2020) ‘Optimasi Propilenglikol
Dalam Sediaan Sirup Obat Batuk
Ekstrak Rimpang Jahe’, Jurnal
Kimia, 14(2), p. 185.
Naskah Publikasi Sarjana Farmasi
Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan
Badrunasar, A. and Santoso, H. B. (2016)
Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat.
Bahri, M. C. (2016) ‘Optimasi Emulgator
Pada Lotion Repelan Ekstrak N-
Heksana Batang Serai Wangi
(Cymbopogon Nardus L) : Studi
Eksperimental Metode Simplex
Lattice Design’, Universitas Islam
Sultan Agung.
Damayanti et al. (2018) ‘The formulation
of pacing (Costus speciosus) extract
tablet by using Avicel®PH 200 as
filler-binder and amylum as
disintegration agent’, Indonesian
Journal of Pharmacy, 29(1), pp. 29–
36. doi:
10.14499/indonesianjpharm29iss1pp
29. Emilia, Taurina, W. and Fahrurroji, A.
(2013) ‘Formulasi Dan Evaluasi
Stabilitas Fisik Suspensi Ibuprofen
Dengan Menggunakan Natrosol Hbr
Sebagai Bahan Pensuspensi’, media
farmasi indonesia, 8(2), pp. 585–595.
Fitri, D. R., Syafei, D. and Sari, C. P.
(2021) ‘Karakteristik Nanopartikel
Ekstrak Etanol 70 % Daun Jarak
Pagar ( Jatropha Curcas L .) dengan
Metode Gelasi Ionik’, 13(1).
Florensita, stevani H. (2017) ‘Pengaruh
Jenis Suspending Agent PGA,PGS
Dan Tragakan’, Sediaan Farmasi,
pp. 1–8.
Istiqomah (2013) Perbandingan Metode
Ekstraksi Maserasi Dan Sokletasi
Terhadap Kadar Piperin Buah
Cabe Jawa (Piperis retrofracti
fructus), International Journal of
Immunopharmacology. doi:
10.1016/0192-0561(91)90052-9.
Melian, E. (2018) ‘Formulasi Kaolin Facial
Wash dengan Variasi Kosentrasi
Sodium Laurileter Lulfat (SLES)
dan Uji Daya Bersih Terhadap
Bakteri Penyebab Jerawat
(Propionibacterium acnes)’, Skripsi.
Munte, L., Runtuwene, M. R. and
Citraningtyas, G. (2015) ‘Aktivitas
Antioksidan Dari Ekstrak Daun
Prasman (Eupatorium triplinerve
Vahl.)’, Pharmacon, 4(3), pp. 41–50.
doi: 10.35799/pha.4.2015.8836.
Nurlisani et al. (2019) ‘Formulasi Dan
Evaluasi Sediaan Suspensi
Ketoprefen Menggunakan
Perbandingan Konsentrasi
Suspending Agent Xantan Gum’,
Proceeding of Sari Mulia
University Pharmacy National
Seminars, I, pp. 66–74.
Rowe, R.C. et Al. (2009). Handbook Of
Pharmaceutical Excipients, 6th Ed,
The Pharmaceutical Press, London.
Sabdowati, R. A. (2019) ‘Uji Stabilitas
Spironolakton Terhadap Perubahan
pH dengan Menggunakan
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
(KCKT)’, Jurnal Farmasi
Indonesia, 16(1), pp. 8–13. doi:
10.31001/jfi.v16i1.450.
Sinila, S. (2016) Farmasi Fisika. Jakarta:
pusdik SDM kesehatan. Available
at:http://library1.nida.ac.th/termpap
er6/sd/2554/19755.pdf.
Suena, N. M. D. S. (2015) ‘Evaluasi Fisik
Sediaan Suspensi Dengan Kombinasi
Suspending Agent PGA dan CMC-
Na’, Jurnal Ilmiah Medicamento,
1(1), pp. 33–38. doi:
10.36733/medicamento.v1i1.724.
Ulfa, F., Wirasti and Rejeki, H. (2019)
‘Karakterisasi Nanopartikel Sediaan
Suspensi Ekstrak Etanol Daun
Afrika ( Vernonia amygdalina Del
.)’, pp. 1–13.
Wahyuni, R., Yunalti, S. and Syofyan
(2017) ‘Formulasi dan evaluasi
stabilitas fisik suspensi ibuprofen
menggunakan kombinasi polimer
serbuk gom arab dan natrium
karboksimetilselulosa’, jurnal
farmasi higea, vol 9 no 1, pp. 56–67.
Yu, H. Yue, H. dan Halling, P. (2016). A
Two-loop Optimization Strategy for Multi objective Optimal
Experimental Design. IFAC-
PapersOnline. 49. 803-808.