FORMULASI SEDIAAN GEL HAND SANITIZER EKSTRAK ETANOL …repository.helvetia.ac.id/599/25/KTI...

67
FORMULASI SEDIAAN GEL HAND SANITIZER EKSTRAK ETANOL DAUN MENGKUDU (Morinda citrifolia L.) KARYA TULIS ILMIAH Oleh: YOHANA SINAMBELA NIM: 1515194058 PROGRAM STUDI D3 FARMASI FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN INSTITUT KESEHATAN HELVETIA MEDAN 2018

Transcript of FORMULASI SEDIAAN GEL HAND SANITIZER EKSTRAK ETANOL …repository.helvetia.ac.id/599/25/KTI...

FORMULASI SEDIAAN GEL HAND SANITIZER

EKSTRAK ETANOL DAUN MENGKUDU

(Morinda citrifolia L.)

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:

YOHANA SINAMBELA

NIM: 1515194058

PROGRAM STUDI D3 FARMASI

FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN

INSTITUT KESEHATAN HELVETIA

MEDAN

2018

FORMULASI SEDIAAN GEL HAND SANITIZER

EKSTRAK ETANOL DAUN MENGKUDU

(Morinda citrifolia L.)

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan

Program Studi D3 Farmasi dan Memperoleh

Gelar Ahli Madya Farmasi

(Amd. Farm.)

Disusun oleh:

Yohana Sinambela

1515194058

PROGRAM STUDI D3 FARMASI

FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN

INSTITUT KESEHATAN HELVETIA

MEDAN

2018

Judul Karya Tulis Ilmiah : Formulasi Sediaan Gel Hand Sanitizer Ekstrak

Etanol Daun Mengkudu (Morinda Citrifolia L.)

Nama Mahasiswa : Yohana Sinambela

Nomor Induk Mahasiswa : 1515194058

Menyetujui

Pembimbing:

Medan, 22 September 2018

Pembimbing:

Darwin Syamsul, S.Si., M.Si., Apt

NIDN. (0125096601)

Mengetahui:

Dekan Fakultas Farmasi dan Kesehatan

Institut Kesehatan Helvetia Medan

Darwin Syamsul, S.Si., M.Si., Apt.

NIDN. (0125096601)

Telah diuji pada tanggal : 22 September 2018

Panitia Penguji Karya Tulis Ilmiah

Ketua : Darwin Syamsul, S.Si., M.Si., Apt.

Anggota : 1. Yulis Kartika, S.Farm., M.Si., Apt.

2. Zakiah Kurniati, S.Farm., M.Sc., Apt.

HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. KTI ini, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar

akademik Ahli Madya Farmasi (Amd.Farm) di Fakultas Farmasi dan

Kesehatan Umum Institut Kesehatan Helvetia Medan

2. KTI ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa

bantuan pihak lain, kecuali arahan Pembimbing dan masukan Tim Penguji.

3. Dalam KTI ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau

dipublikasi orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan

sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

dicantumkan dalam daftar pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian

hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini,

maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar

yang telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan

norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.

Medan, 2017

Yang membuat pernyataan,

Bellina Elizabeth Doloksaribu

1414194014

Materai

60000

i

ABSTRAK

FORMULASI SEDIAAN GEL HAND SANITIZER

EKSTRAK ETANOL DAUN MENGKUDU

(Morinda citrifolia L.)

YOHANA SINAMBELA

1515194058

Daun mengkudu (Morinda citrifolia L.) merupakan salah satu tanaman

yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sayuran. Selain dimanfaatkan sebagai

sayuran, daun mengkudu juga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk tanaman

obat. Kandungan kimia yang terdapat dalam daun mengkudu adalah antraquinon,

fenol, tanin, minyak atsiri, saponin, glikosida, triterpenoid dan flavonoid yang

mempunyai aktivitas antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

formulasi sediaan gel dengan penggunaan ekstrak daun mengkudu (Morinda

citrifolia L.) sebagai gel hand sanitizer.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental yang

menggunakan ekstrak daun mengkudu (Morinda citrifolia L.) dengan konsentrasi

0% (blanko), 10%, 15%, 20%. Evaluasi sediaan gel meliputi uji organoleptis,

homogenitas, pH, dan uji iritasi.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan. Hasil dari pengujian yang

dilakukan terhadap keempat formulasi diantaranya uji organoleptis ( setengah

padat dan agak cair. Semakin tinggi konsentrasi, warna yang dihasilkan semakin

coklat kehitaman dan aroma khas parfum). Uji pH berkisar 7,5-5,7, pada

konsetrasi blanko, 10% dan 15% homogen, konsentrasi 20% tidak homogen. Uji

iritasi yang memberikan hasil negatif terhadap reaksi iritasi yang diamati.

Kesimpulan dari penelitian ini bahwa ekstrak daun mengkudu (Morinda

citrifolia L.) dapat diformulasikan menjadi sediaan gel hand sanitizer. Disarankan

pada penelitian selanjutnya perlu dilakukan penyempurnaan dalam pebuatan

formula 20% agar diperoleh gel dengan homogenitas yang baik.

Kata Kunci : Ekstrak daun mengkudu (Morinda citirfolia L.),

Gel Hand Sanitizer, Antibakteri

ii

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang

telah melimpahkan kasih rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan tepat waktu.

Adapun judul Karya Tulis Ilmiah ini adalah : “Formulasi Sediaan Gel

Hand Sanitizer Ekstrak Etanol Daun Mengkudu (Morinda citrifolia L.)” yang

disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi D3 Farmasi

di Institut Kesehatan Helvetia Medan.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada

semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan sehingga Karya

Tulis Ilmiah ini dapat disusun dan selesai tepat waktu, antara lain penulis

sampaikan kepada :

1. Dr. dr. Hj. Razia Begum Suroyo, M.Sc., M.Kes. selaku Pembina Yayasan

Helvetia Medan.

2. Iman Muhammad, S.E., S.Kom., M.M., M.Kes. selaku Ketua Yayasan

Helvetia Medan.

3. Dr. H. Ismail Efendy, M.Si. selaku Rektor Institut Kesehatan Helvetia

Medan.

4. Dr. dr. Hj. Arifah Devi Fitriani, M.Kes., selaku Wakil Rektor I Institut

Kesehatan Helvetia Medan.

5. Teguh Suharto, SE.,M.Kes., Selaku Wakil Rektor II Institut Kesehatan

Helvetia Medan.

6. Darwin Syamsul, S.Si., M.Si., Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi dan

Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia Medan sekaligus sebagai dosen pembimbing yang telah banyak mengorbankan waktu, pikiran, dan tenaga

untuk membimbing dan memberikan arahan kepada penulis selama

penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Vivi Eulis diana, S.Si., M.EM., Apt Selaku Wakil Dekan Fakultas Farmasi

dan Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia Medan.

8. Hafizhatul Abadi, S.Farm., M.Kes., Apt. selaku Ketua Program Studi D3

Farmasi Institut Helvetia Medan.

9. Yulis Kartika., S.Farm., M.Si., Apt. Selaku Sekertaris Program Studi D3

Farmasi sekaligus selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan masukan

yang bermanfaat untuk Perbaikan Karya Tulis Ilmiah Iini.

10. Zakiah Kurniati S.Farm., M.Sc., Apt. selaku Dosen Penguji III yang

memberikan masukan yang bermanfaat untuk Perbaikan Karya Tulis

Ilmiah ini.

11. Drs. Indra Ginting, MM., Apt Selaku Kepala Laboratorium Farmasi Institut

Kesehatan Helvetia.

12. Seluruh Dosen dan Staf Pegawai tata usaha Institut Kesehatan Helvetia

Medan yang telah memberikan pengetahuan.

13. Teristimewa penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

kedua orang tua tercinta ayah dan ibu, Agus Virend Siahaan serta seluruh

keluarga besar penulis yang telah memberikan semangat, motivasi,

nasihat, doa dan dukungan kepada penulis.

iv

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini jauh dari kata sempurna,

sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun. Penulis

juga berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, September 2018

Penulis

YOHANA SINAMBELA

v

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN

ABSTRAK .................................................................................................... i

ABSTRACT .................................................................................................. ii

KATA PENGANTAR .................................................................................. iii

DAFTAR ISI ................................................................................................. v

DAFTAR TABEL ........................................................................................ vii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................. 4

1.3 Hipotesis ............................................................................... 4

1.4 Tujuan Penelitian .................................................................. 4

1.5 Manfaat Penelitian ................................................................ 4

1.5.1 Manfaat Teoritis ....................................................... 4

1.5.2 Manfaat Praktis ........................................................ 5

1.6 Kerangka Konsep ................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 6

2.1 Uraian Tanaman ................................................................... 6

2.1.1 Tanaman Mengkudu................................................. 6

2.1.2 Klasifikasi Tanaman Mengkudu .............................. 7

2.1.3 Morfologi Tanaman Mengkudu ............................... 7

2.1.3.1 Pohon............................................................ 7

2.1.3.2 Daun ............................................................. 8

2.1.3.3 Bunga ........................................................... 8

2.1.3.4 Buah ............................................................. 8

2.1.3.5 Biji ................................................................ 9

2.1.4 Kandungan Senyawa Kimia ..................................... 9

2.1.5 Manfaat Tanaman Mengkudu .................................. 10

2.2 Kulit...................................................................................... 10

2.2.1 Fungsi Kulit .............................................................. 11

2.2.2 Struktur Kulit ........................................................... 13

2.3 Antiseptik ............................................................................. 16

2.4 Gel ........................................................................................ 16

2.4.1 Komponen Gel ......................................................... 17

2.4.1.1 Carbopol ....................................................... 17

2.4.1.2 Gliserin ......................................................... 18

2.4.1.3 Metil Paraben ............................................... 18

2.4.1.4 TEA .............................................................. 18

2.4.2 Rancangan Formula Sediaan Gel ............................. 19

2.5 Simplisia ............................................................................... 19

2.6 Ekstrak.................................................................................. 20

vi

2.6.1 Definisi ekstrak dan ekstrak cair .............................. 20

2.6.2 Metode-metode ekstraksi ......................................... 20

2.6.2.1 Ekstraksi dengan menggunakan Pelarut....... 20

2.6.2.2 Destilasi Uap ................................................ 22

2.6.3 Macam-macam Pelarut............................................. 23

2.7 Hand Sanitizer ...................................................................... 25

BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 26

3.1 Metodologi Penelitian .......................................................... 26

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................... 26

3.2.1 Lokasi Penelitian ...................................................... 26

3.2.2 Waktu Penelitian ...................................................... 26

3.3 Sampel Penelitian ................................................................. 26

3.4 Alat dan Bahan ..................................................................... 26

3.4.1 Alat yang digunakan ................................................ 26

3.4.2 Bahan yang digunakan ............................................. 27

3.5 Prosedur kerja....................................................................... 27

3.5.1 Pengumpulan Sampel ............................................... 27

3.5.2 Pengolahan Sampel .................................................. 27

3.5.3 Pembuatan Ekstrak Daun Mengkudu ....................... 28

3.5.4 Formulasi Sediaan Gel ............................................. 28

3.5.5 Pembuatan Sediaan Gel Daun Mengkudu................ 29

3.6 Evaluasi Sediaan .................................................................. 29

3.6.1 Uji Organoleptis ....................................................... 29

3.6.2 Uji Homogenitas ...................................................... 29

3.6.3 Uji pH ....................................................................... 30

3.6.4 Uji Iritasi .................................................................. 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 31

4.1 Hasil Penelitian .................................................................... 31

4.1.1 Uji Organoleptis ....................................................... 31

4.1.2 Uji Homogeniitas ..................................................... 31

4.1.3 Uji pH ....................................................................... 32

4.1.4 Uji Iritasi .................................................................. 32

4.2 Pembahasan ............................................................................ 33

4.2.1 Uji Organoleptis ....................................................... 33

4.2.2 Uji Homogeniitas ..................................................... 34

4.2.3 Uji pH ....................................................................... 34

4.2.4 Uji Iritasi .................................................................. 35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 36

5.1 Kesimpulan ........................................................................... 36

5.2 Saran ..................................................................................... 36

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 37

LAMPIRAN

vii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1. Formulasi Standar Basis Gel .................................................. 19

Tabel 3.1. Formula Sediaan Gel Ekstrak Daun Mengkudu yang Telah

Dimodifikasi ........................................................................... 28

Tabel 4.1. Hasil Uji Organoleptis Gel Hand Sanitizer Ekstrak Daun

Mengkudu............................................................................... 31

Tabel 4.2. Hasil Uji Homogenitas Gel Hand Sanitizer Ekstrak Daun

Mengkudu............................................................................... 31

Tabel 4.3. Hasil Uji pH Gel Hand Sanitizer Ekstrak Daun Mengkudu .. 32

Tabel 4.4. Hasil Uji Iritasi Gel HandSanitizer Ekstrak Daun Mengkudu 32

viii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 1.1. Kerangka Konsep Penelitian ................................................ 5

Gambar 2.1. Tanaman Mengkudu ............................................................. 7

Gambar 2.2. Struktur Kulit........................................................................ 13

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian ....................................................... 39

Lampiran 2. Surat Permohonan Pengajuan Judul ................................... 47

Lampiran 3. Surat Permohonan Survey Awal ......................................... 48

Lampiran 4. Surat Permohonan Izin Penelitian ....................................... 49

Lampiran 5. Surat Balasan Izin Penelitian ............................................... 50

Lampiran 6. Lembar Bimbingan Proposal ............................................... 51

Lampiran 7. Lembar Bimbingan Karya Tulis Ilmiah .............................. 52

Lampiran 8. Berita Acara Perbaikan Sidang Karya Tulis Ilmiah ............. 53

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kesehatan merupakan suatu aspek yang sangat penting bagi kehidupan

manusia. Memelihara kebersihan tangan merupakan salah satu upaya dalam

menjaga kesehatan tubuh. Namun, kesadaran masyarakat Indonesia terhadap

pentingnya kebersihan tangan sering kali masih kurang. Masyarakat tidak sadar

bahwa dalam beraktivitas, tangan sering kali terkontaminasi dengan bakteri (1).

Salah satu cara yang paling sederhana dan paling umum dilakukan untuk

menjaga kebersihan tangan adalah dengan mencuci tangan menggunakan sabun.

Namun seiring dengan bertambahnya kesibukan masyarakat terutama di

perkotaan, dan banyaknya produk-produk instant yang serba cepat dan praktis,

maka muncullah produk inovasi pembersih tangan tanpa air yang dikenal dengan

pembersih tangan antiseptik atau hand sanitizer. Hand sanitizer adalah gel dengan

berbagai kandungan yang cepat membunuh mikroorganisme yang ada di kulit

tangan. Hand sanitizer banyak digunakan karena alasan kepraktisan dan pada saat

darurat tidak ada air (2,3).

Pemakaian antiseptik tangan dalam bentuk sediaan gel di kalangan

masyarakat sudah menjadi suatu gaya hidup. Beberapa sediaan patenantiseptik

tangan dapat dijumpai dipasaran. Cara pemakaiannya yaitu dengan diteteskan

pada telapak tangan, kemudian diratakan pada permukaan tangan. Konsumen

tidak perlu membersihkan tangan dengan air dan sabun. Respon yang positif

2

terhadap penggunaan antiseptik tangan barangkali berkaitan dengan paradigma

bersih itu sehat, serta pemakaiannya yang praktis (4).

Saat ini penggunaan hand sanitizer sudah semakin luas, tidak saja untuk

tujuan memelihara kesehatan tangan akan tetapi telah digunakan untuk tujuan-

tujuan yang lebih praktis misalnya di rumah makan, di restoran cepat saji, di toilet

umum, dan di rumah sakit. Jenis produk hand sanitizer ini pun juga semakin

beragam baik komposisinya,zat pembawanya, serta telah dipasarkan produk-

produk baru yang digunakan secara meluas di masyarakat (2).

Hand sanitizer yang beredar di pasaran banyak yang mengandung alkohol

sebagai bahan antiseptik dalam formula sediaannya yang berfungsi untuk

desinfeksi permukaan dan kulit yang bersih tetapi tidak dianjurkan pada

luka.Alkohol sebagai disinfektan mempunyai aktivitas bakterisidal, bekerja

terhadap berbagai jenis bakteri, tetapi tidak terhadap virus dan jamur. Disamping

itu alkohol mudah terbakar dan pada pemakaian berulang menyebabkan

kekeringan dan iritasi pada kulit (3,4). Karena itu, diperlukan antiseptik yang

berbahan dasar alam atau yang mengandung bahan alam yang aman apabila

diaplikasikan pada telapak tangan secara berulang. Salah satu tanaman yang dapat

menggantikan alkohol serta memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai

antiseptik adalah daun mengkudu (Morinda citrifolia L.).

Tanaman mengkudu (Morinda citrifolia L.) belakangan ini menjadi sangat

populer. Tanaman ini banyak terdapat di Indonesia sebagai tanaman liar atau

tanaman pekarangan yang dimanfaatkan sebagai sayuran atau tanaman obat. Daun

mengkudu digunakan untuk menyembuhkan luka luar yang bernanah dan

3

menurunkan tekanan darah tinggi. Khasiatnya yang dapat menyembuhkan

berbagai penyakit pada manusia mendorong banyak peneliti untuk melakukan

penelitian tentang kandungan tanaman mengkudu serta khasiatnya. Zat yang di

kandung dalam tanaman mengkudu yang berperan sebagai antibakteri seperti

antrakuinon. Zat ini terbukti dapat menekan pertumbuhan bakteri Pseudomonas

aeruginosa, Proteus morganii, Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, dan E.

coli (5,9).

Menurut hasil penelitian sebelumnya tentang pengaruh ekstrak daun

mengkudu terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus oleh Aryadi (2014) pada

konsentrasi 5%, 10%, 20%, 40%, dan 80%. Hasil penelitian menunjukkan adanya

penurunan jumlah koloni Staphylococcus aureus yang signifikan (p<0,05).

Berdasarkan hasil uji skrining fitokimia oleh Aryadi, zat aktif yang terkandung

dalam ekstrak daun mengkudu yaitu minyak atsiri, saponin, fenol, tannin,

triterpenoid, dan glikosida yang berfungsi sebagai antibakteri (7).

Menurut hasil penelitian sebelumnya tentang uji daya hambat ekstrak daun

dan buah mengkudu terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli oleh Cut

Nirawati (2016) pada daun mengkudu tua mempunyai daya antibakteri terhadap

Escherichia coli pada konsentrasi 30%, 40%, 50%, 60%, 70% masing-masing

dengan diameter zona hambat sebesar 1,7 mm, 2,7 mm, 4,7 mm, 6,8 mm, 6,5 mm

(6).

Hasil penelitian sebelumnya tentang perasan daun mengkudu menghambat

pertumbuhan bakteri Escherichia coli secara In Vitro mempunyai daya

antibakteriterhadap E. Coli pada konsentrasi 0%, 25%, 50%, 75%, 100% masing-

4

masing dengan diameter zona hambat sebesar 0,00 mm, 7,3 mm, 8,5 mm, 10,4

mm, 12,5mm (5).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka pada penelitian ini penulis

tertarik untuk memformulasikan daun mengkudu (Morinda citrifolia L.) menjadi

sediaan gel hand sanitizer.

1.2 Perumusan Masalah

Apakah ekstrak daun mengkudu (Morinda citrifolia L.) dapat

diformulasikan menjadi sediaan gel hand sanitizer.

1.3 Hipotesis Penelitian

Ekstrak daun mengkudu (Morinda citrifolia L.) dapat diformulasikan

menjadi sediaan gel hand sanitizer.

1.4 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui bahwa ekstrak daun mengkudu (Morinda citrifolia L.)

dapat diformulasikan menjadi sediaan gel hand sanitizer.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis, Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk dijadikan

sebagai sumber informasi atau sebagai referensi pada penelitian penelitian

selanjutnya yang berhubungan dengan pemanfaatan ekstrak daun mengkudu

(Morinda citrifolia L.).

5

1.5.2 Manfaat Praktis

Secara praktis,bagi penulis hasil penelitian ini diharapkan dapat

menambah wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memberikan

pengalaman dan pengetahuan tentang pemanfaatan ekstrak daun mengkudu. Bagi

masyarakat dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang daya guna dari

ekstrak daun mengkudu sebagai antiseptik tangan dari bahan alami.

1.6 Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter

Gambar 1.1 Kerangka Konsep Penelitian

Ekstrak Daun

Mengkudu

(Morinda

citrifolia L.)

Konsentrasi

0%,10%,15%,20

- Gel Hand

Sanitizer

- Organoleptis

- Homogenitas

- pH

- Iritasi

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tanaman

2.1.1 Tanaman Mengkudu

Mengkudu (Morinda citrifolia L.) termasuk tumbuhan keluarga kopi-

kopian (Rubiaceae), yang pada mulanya berasal dari wilayah daratan Asia

Tenggara dan kemudian menyebar sampai ke Cina, India, Filipina, Hawaii, Tahiti,

Afrika, Australia, Karibia, Haiti, Fiji, Florida, dan Kuba (7).

Tahun 100 SM, penduduk Asia Tenggara berimigrasi dan mendarat di

kepulauan Polinesia, mereka hanya membawa tanaman dan hewan yang dianggap

penting untuk hidup di tempat baru. Tanaman-tanaman tersebut memiliki banyak

kegunaan, antara lain untuk bahan pakaian,bangunan,makanan, dan obat-obatan.

Mengkudu yang bahasa setempat disebut “Noni” adalah salah satu jenis tanaman

obat penting yang turut di bawa. Bangsa Polinesia memanfaatkan “Noni” untuk

mengobati berbagai jenis penyakit, diantaranya: tumor, luka, penyakit kulit,

gangguan pernafasan (termasuk asma), demam dan penyakit usia lanjut.

Pengetahuan tentang pengobatan menggunakan mengkudu diwariskan dari

generasi ke generasi melalui nyayian dan cerita rakyat. Tabib Polinesia dan selalu

menggunakan mengkudu dalam resep pengobatanya (9).

Tanaman mengkudu tumbuh secara liar di hutan-hutan, tegalan, pinggiran

sungai dan pekarangan. Mengkudu dapat tumbuh di berbagai tipe lahan dan iklim

pada ketinggian tempat dataran rendah sampai 1.500m di atas permukaan

7

lautdengan curah hujan 1500-3500mm/tahun, pH tanah 5-7, suhu 22-30 C dan

kelembapan 50-70% (7).

2.1.2 Klasifikasi Tanaman Mengkudu

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Rubiales

Famili : Rubiaceae

Genus : Morinda

Spesies : Morinda citrifolia L (8).

2.1.3 Morfologi Tanaman mengkudu

Gambar 2.1 Tanaman Mengkudu

2.1.3.1 Pohon

Pohon mengkudu tidak begitu besar, tingginya antara 4-6m. Batang

bengkok-bengkok, berdahan kaku, kasar, dan memiliki akar tunggang yang

8

tertancap dalam. Kulit batang coklat keabu-abuan atau coklat kekuningan,

berlekah dangkal, tidak berbulu, anak cabangnya bersegi empat. Tajuknya selalu

hijau sepanjang tahun (9).

2.1.3.2 Daun

Daun mengkudu terletak berhadap-hadapan. Ukuran daun besar-besar,

tebal dan tunggal. Bentuknya jorong-lanset, berukuran 15-50 x 5-17 cm. Tepi

daun rata, ujung lancip sampai lancip pendek. Pangkal daun berbentuk pasak. Urat

daun menyirip. Warna hijau mengkilap, tidak berbulu. Pangkal daun pendek,

berukuran 0,5-2,5 cm. Ukuran daun penumpu bervariasi, berbentuk segi tiga lebar

(9).

2.1.3.3 Bunga

Bunga mengkudu betipe bonggol bulat, bergagang 1-4 cm. Bunga tumbuh

di ketiak daun penumpu yang berhadapan dengan daun yang tumbuh normal.

Bunganya berkelamin dua. Mahkota bunga putih, berbentuk corong, panjangnya

bisa mencapai 1,5 cm. Benangsari tertancap di mulut mahkota. Kepala putik

berkeping dua. Bunganya putih dan berbau harum (9).

2.1.3.4 Buah

Buah mengkudu memiliki bentuk bulat lonjong sebesar telur ayam bahkan

ada yang berdiameter 7,5-10cm. Permukaan buah seperti terbagi dalam sel-sel

poligonal(bersegi banyak) yang berbintik-bintik dan berkutil. Mula-mula buah

berwarna hijau, menjelang masak menjadi putih kekuningan. Setelah matang,

warnanya putih transparan dan lunak. Setelah lunak, daging buah mengkudu

banyak mengandung air yang aromanya seperti keju busuk. Bau itu timbul karna

9

pencampuran antara asam kaprik dan asam kaproat (senyawaan lipit atau lemak

yang gugusan molekulnya mudah menguap, menjadi bersifat seperti minyak

atsiri) yang berbau tengik dan asam kaprilat yang rasanya tidak enak. Diduga

kedua senyawa ini bersifat aktif sebagai antibiotik (9).

2.1.3.5 Biji

Biji mengkudu berwarna hitam, memlilikialbumen yang keras.

Perkecambahannya 3-9 minggu setelah biji di semaikan (9).

2.1.4 Kandungan senyawa Kimia

Beberapa bahan kimiayang terkandung dalam mengkudu, diantaranya

minyak menguap asam copron dan asam caprylat. Kulit akar mengkudu

mengandung morindin, morindon, aligarin-6-mthylether, dan soranjidol. Daun

mengkudu mengandung protein, zat kapur, zat besi, karoten, dan askorbin. Selain

itu daun mengkudu juga mengandung arginin,asam glutamat, trirosin, asam

askorbat, asam ursolat, thiamin, dan antraquinon. Kandungan Flavonoid total

dalam daun mengkudu adalah 254mg/100gram fw. Daun mengkudu juga

mengandung spektrum luas antaquinon seperti iridoid, glikosida flavonol, dan

triterpen. Senyawa ini berfungsi sebagai antibakteri seperti : Staphylococcus

aureus yang menyebabkan peradangan dan infeksi, Shigela yang menyebabkan

disentri, Pseudomonas aeruginosa, Proteus morgai, Salmonella, dan Escherichia

coli. Buah mengkudu mengandung alkaloid triterpenoid, acubin, asperuloside,

alizarin, asam askorbat, asam kaproat, asam kaprik (penyebab bau busuk pada

buah), asam kaprilat (penyebab rasa buah tidak enak), zat antrakuinon, protein,

10

proxeronine, xeronine, zat scolopetin,dan zat damnachantal(zat anti kanker).

Sementara itu, bunganya mengandung glykosida antrakuinon (7,10).

2.1.5 Manfaat Tanaman Mengkudu

Seluruh bagian tanaman mengkudu seperti akar, kulit batang, daun, dan

buah, berkhasiat untuk obat. Akar mengkudu dimanfaatkan untuk mengobati

kejang-kejang, disentri,eksim, luka terpukul dan tetanus. Juga untuk menormalkan

tekanan darah, obat demam, dan tonikum. Pepagan (kulit batang) mengkudu

digunakan sebagai tonikum, borok, menyembuhkan sakit demam malaria dan

luka. Daun mengkudu dimanfaatkan untuk mengobati disentri, sakit pega

linu,sakitpinggang karenamasuk angin, luka luar yang bernanah, membersihkan

darah, menurunkan tekanan darah tinggi, kejang usus, pusing-pusing, muntah-

muntah, dan demam. Buah mengkudu untuk obat peluruh kemih, urus-urus,

pelembut kulit, kejang-kejang, peluruh haid, bengek,melancarkan urine, radang

usus, baruk, radang amandel, sakit lever, sariawan, luka terpukul, tekanan darah

tinggi, membersihkan darah, cacar air, beri-beri, kencing manis, sembelit,

ketombe,ganguan pernafasan, radang selaput sendi. Bunga dipakai untuk

mengobati radang selaput mata, kudis, bisul, sakit kerongkongan, batuk. Akar,

daun, dan buah mengkudu memiliki khasiat anti cacing (9).

2.2 Kulit

Kulit merupakan organ tubuh paling besar yang melapisi seluruh bagian

tubuh, membungkus daging dan organ-organ yang ada di dalamnya. Kulit beserta

turunannya meliputi rambut, kuku, kelenjar sabasea, kelenjar keringat dan

kelenjar mamma disebut juga intergumen. Fungsi spesifik kulit terutama

11

tergantung sifat epidermis. Epitel pada epidermis ini merupakan pembungkus utuh

seluruh permukaan tubuh dan ada kekhususan setempat bagi terbentuknya turunan

kulit yaitu rambut, kuku dan kelenjar-kelenjar (12,13).

2.2.1 Fungsi Kulit

Kulit menutupi dan melindungi permukaan tubuh dan bersambung dengan

selaput lendir yang melapisi rongga yang berfungsi sebagai berikut :

1. Sebagai Pelindung (proteksi)

Epidermis terutama lapisan tanduk berguna untuk menutupi jaringan-

jaringan tubuh di sebelah dalam dan melindungi tubuh dari pengaruh-

pengaruh luar seperti luka dan serangan kuman. Lapisan paling luar dari

kulit ari diselubungi dengan lapisan tipis lemak, yang menjadi kulit tahan

air. Kulit relatif tak tembus air, dalam arti bahwa ia menghindarkan

hilangnya cairan dari jaringan dan juga menghindarkan masuknya air,

sehingga tidak terjadi penarikan dan kehilangan cairan. Kulit dapat

menahan suhu tubuh, menahan luka-luka kecil, mencegah zat kimia dan

bakteri masuk ke dalam tubuh serta menghalau rangsang-rangsang fisik

seperti sinar ultraviolet dari matahari.

2. Sebagai Peraba atau Alat Komunikasi

Kulit sangat peka terhadap berbagai rangsangan sensorik yang

berhubungan dengan sakit, suhu panas atau dingin, tekanan, rabaan, dan

getaran. Kulit sebagai alat perasa dirasakan melalui ujung-ujung saraf

sensasi. Kulit merasakan sentuhan, rasa nyeri, perubahan suhu dan tekanan

12

kulit dari jaringan subkutan, dan ditransmisikan melalui saraf sensorik ke

medula spinalis dan otak.

3. Sebagai Alat Pengatur Panas (termoregulasi)

Ketika terjadi perubahan pada suhu luar, darah dan kelenjar keringat kulit

mengadakan penyesuaian seperlunya dalam fungsinya masing-masing.

Pengatur panas adalah salah satu fungsi kulit sebagai organ antara tubuh

dan lingkungan. Panas akan hilang dengan penguapan keringat.

4. Sebagai Tempat Penyimpanan

Kulit beraksi sebagai alat penampung air dan lemak, yang dapat

melepaskannya bilamana diperlukan. Kulit dan jaringan dibawahnya

bekerja sebagai tempat penyimpanan air, jaringan adiposa dibawah kulit

merupakan tempat penyimpanan lemak yang utama pada tubuh.

5. Sebagai Alat Absorpsi

Kulit dapat menyerap zat-zat tertentu, terutama zat-zat yang larut dalam

lemak dapat diserap ke dalam kulit. Kulit juga dapat mengabsorpsi sinar

Ultraviolet yang beraksi atas prekusor vitamin D yang penting bagi

pertumbuhan dan perkembangan tulang.

6. Sebagai Ekskresi

Kulit mengeluarkan zat-zat tertentu yaitu keringat dari kelenjar keringat

yang keluar melalui pori-pori keringat dengan membawa garam, yodium

dan zat kimia lainnya. Zat berlemak, air dan ion-ion seperti Na+,

diekskresimelalui kulit. Produksi kelenjar lemak dan keringat di kulit

menyebabkan keasaman kulit pada pH 5-6,5.

13

7. Penunjang Penampilan

Fungsi yang terkait dengan kecantikan yaitu keadaan kulit yang tampak

halus, putih dan bersih akan dapat menunjang penampilan, fungsi lain dari

kulit yaitu kulit dapat mengekspresikan emosi seseorang seperti kulit

memerah, pucat maupun kontraksi otot penegak rambut (13).

Gambar 2.2Struktur Kulit

2.2.2 Struktur kulit

Lapisan kulit dari lapisan luar kedalam terdiri dari epidermis, dermis, sub

dermis dengan susunan sebagai berikut :

1. Lapisan Epidermis (kutikula)

Epidermis merupakan bagian kulit yang paling luar. Ketebalan epidermis

berbeda-beda pada berbagai bagian tubuh, yang paling tebal berukuran 1

milimeter misalnya pada telapak tangan dan telapak kaki, dan yang paling tipis

berukuran 0,1 milimeter terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi dan perut. Sel-sel

epidermis disebut keratinosit. Epidermis melekat erat pada dermis karena secara

fungsional epidermis memperoleh zat-zat makanan dan cairan antar sel dari

plasma yang merembes melalui dinding-dinding kapiler dermis ke dalam

epidermis.

14

Lapisan epidermis terdiri dari :

a. Lapisan tanduk (Stratum Korneum)

Merupakan lapisan epidermis yang paling atas, dan menutupi semua

lapisan epidermis lebih ke dalam. Lapisan tanduk terdiri atas beberapa

lapis sel pipih, tidak memiliki inti, tidak mengalami proses

metabolisme, tidak berwarna dan sangat sedikit mengandung air.

b. Lapisan bening (Stratum Lusidum)

Terletak tepat dibawah lapisan tanduk. Lapisan bening terdiri dari

protoplasma sel-sel jernih yang kecil-kecil, tipis dan bersifat

translusen sehingga dapat dilewati sinar. Lapisan ini sangat tampak

jelas pada telapak tangan dan telapak kaki.

c. Lapisan berbutir (Stratum Granulosum)

Merupakan sel gepeng berkulit kasar dan berinti, sel-sel tersebut

terdapat hanya 2-3 lapisan yang sejajar dengan permukaan kulit.

Tersusun oleh sel-sel keratinosit berbentuk kumparan yang

mengandung butir-butir di dalam protoplasmanya.

d. Lapisan bertaju (stratum spinosum-stratumakantosum)

Lapisan yang paling tebal dan terdiri dari banyak glikogen. Sel-selnya

disebut spinokum karena sel-selnya terdiri dari sel yang bentuknya

poligonal atau banyak sudut dan mempunyai banyak tanduk (spina)

dan disebut akantosum karena sel-selnya berduri.

15

e. Lapisan benih (Stratum Basale-erminatifum)

Merupakan lapisan terbawah epidermis, dibentuk oleh satu baris sel

torak (silinder) dengan kedudukan tegak lurus terhadap permukaan

dermis. Bentuknya silindris dengan inti yang lonjong, didalamnya

terdapat butiran-butiran yang halus disebut butir melanin warna (13).

2. Lapisan dermis (korium)

Dermis merupakan lapisan kedua dari kulit, batas dengan epidermis

dilapisi oleh membran basalis dan disebelah bawah berbatasan dengan subkutis.

Didalam lapisan ini mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf dan

juga lapisannya elastik, fibrosanya padat dan terdapat folikel rambut, kelenjar-

kelenjar palit(sebacea) atau kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh darah dan getah

bening, dan otot penegak.

Lapisan dermis terdiri dari :

a. Lapisan papila

Lapisan papila mengandung lekuk-lekuk papila sehingga stratum

malfigi juga ikut berlekuk. Lapisan papila terdiri dari serat kolagen

halus, alastin, dan retikulin yang tersusun membentuk jaring halus

terdapat di bawah epidermis. Lapisan ini memegang peranan penting

dalam peremajaan dan penggandaan unsur-unsur kulit.

b. Lapisan retikulosa

Lapisan retikulosa mengandung jaringan pengikat rapat dan serat

kologen.Sebagian besar lapisan ini tersusun bergelombang, sedikit

serat retikulin, dan banyak serat elastin (11).

16

3. Hipodermis

Hipodermis adalah lapisan bawah kulit (fasia superfisialis) terdiri dari

jaringan pengikat longgar. Komponennya serat longgar, elastis, dan sel lemak.

Dalam lapisan hipodermis terdapat anyaman pembuluh arteri, pembuluh vena,

anyaman saraf yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit di bawah dermis.

Lapisan ini mempunyai ketebalan bervariasi dan mengikat kulit secara longgar

terhadap jaringan di bawahnya (11).

2.3 Antiseptik

Antiseptik adalah senyawa kimia yang digunakan untuk menghambat atau

mematikan mikroorganisme pada jaringan hidup yang mempunyai efek

membatasi dan mencegah infeksi agar tidak menjadi lebih parah. Antiseptik

digunakan pada permukaan mukosa,kutan dan luka yang terinfeksi. Antiseptik

yang ideal adalah dapat mengambat pertumbuhan dan merusak sel-sel bakteri,

spora bakteri dan jamur, virus dan protozoa tanpa jaringan tubuh inang atau

hospes (14).

2.4 Gel (Jelly)

Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, Gel kadang-kadang disebut jeli

merupakan sistem semi padat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel

anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar terpenetrasi oleh suatu

cairan. Jika massa gel terdiri dari jaringan partikel kecil yang terpisah, gel

digolongkan sebagai sistem dua fase (misalnya Gel Aluminium Hidroksida).

17

Dalam sistem dua fase jika ukuran partikel dari fase terdispersi relatif besar,

massa gel kadang-kadang dinyatakan sebagai magma (misalnya Magma

Bentonit). Baik gel maupun magma dapat berupa tiksotropik, membentuk semi

padat jika dibiarkan dan menjadi cair pada pengocokan. Sediaan harus dikocok

dahulu sebelum digunakan untuk menjamin homogenitas dan hal lain yang tertera

pada etiket.

Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul organik yang tersebar serba

sama dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara

molekul makro yang terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari

makromolekul sintetik (misalnya Karbomer) atau dari gom alam (misalnya

Tragakan). Sediaan tragakan disebut juga musilago. Walaupun gel-gel ini

umumnya mengandung air, etanol dan minyak dapat digunakan sebagai fase

pembawa. Sebagai contoh minyak mineral dapat dikombinasikan dengan resin

polietilena untuk membentuk dasar salep berminyak. Gel dapat digunakan untuk

obat yang diberikan secara topikal atau dimasukkan ke dalam lubang tubuh (15).

2.4.1 Komponen Gel

2.4.1.1 Carbopol

Carbopol merupakan serbuk atau butiran berwarna putih halus bersifat

higroskopis dan memiliki sedikit bau khas. Carbopol memiliki sinonim Acrypol,

Polimer asam akrilat, Carbomera. Carbopol digunakan secara luas dalam

formulasi sediaan farmasi baik cairan atau semi padat, carbopol digunakan

sebagai gelling agent. Carbopol termasuk dalam basis gel liofilik yang sangat

umum digunakan oleh produk kosmetik dan obat, karena sifat stabilitas dan

18

kompatilibitas tinggi dan mempunyai ketoksikan yang rendah. Dengan

konsentrasi carbopol dalam membentuk gel 0,5%-2%. Selain itu , carbopol larut

dalam etanol dan gliserin (24).

2.4.1.2 Gliserin

Gliserin mengadung tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 101,0%

C3H8O3. Pemeriannya cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna, rasa manis,

hanya boleh berbau khas lemah (tajam atau tidak enak), higroskopik dan netral

terhadap lakmus. Gliserin dapat bercampur dengan air dan dengan etanol, tidak

larut dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak, minyak lemak dan dalam

minyak menguap (15).

2.4.1.3 Metil Paraben

Metil paraben mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari

100,5% C8H8O3, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemeriannya

hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau atau berbau

khas lemah, mempunyai sedikit rasa terbakar. Kelarutannya sukar larut dalam air,

dalam benzena dan dalam karbon tetraklorida, mudah larut dalam etanol dan eter

(15).

2.4.1.4 Triethanolamin

TEA merupakan cairan kental yang berwarna jingga pucat yang memiliki

sedikit bau amoniak. TEA merupakan campuran dari basa. Triethanolamin

digunakan secara meluas dalam formulasi sediaan farmasi topikal, terutama dalam

pembentukan emulsi. TEA juga digunakan sebagai baffer, pelarut, plasticizer

polimer dan sebagai humektan. TEA memiliki sinonim tealan trietilolanamina,

19

trolaminum. TEA harus disimpan dalam wadah kedap udara terlindung dari sinar

matahari (24).

2.4.2 Rancangan Formula Sediaan Gel

Pada penelitian ini dibuat sediaan gel dengan variasi konsentrasi 10%,

15%, dan 20%. (7) Rancangan formula menurut Widyawati, dkk., (2017) dapat

dilihat pada tabel 2.1

Tabel 2.1 Rancangan Formula sediaan Gel

Komponen b/v

Carbopol

Gliserin

2 g

10,25 g

Metil Paraben 0,2 g

TEA 2,5 g

Air ad 100 ml

Widyawati, dkk., (2017) (18)

2.5 Simplisia

Dalam buku “Materia Medika Indonesia” ditetapkan definisi bahwa

simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum

mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakan lain, berupa bahan

yangtelah dikeringkan. Simplisia dibedakan menjadi simplisia nabati, simplisia

hewani, dan simplisia pelikan (mineral).

Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tumbuhan utuh, bahan

tumbuhan atau eksudat tumbuhan. Eksudat tumbuhan adalah isi sel yang secara

spontan keluar dari tumbuhan atau isi sel yang dengan cara tertentu dipisahkan

dari tumbuhannya yang belum berupa senyawa kimia murni (16).

20

2.6 Ekstrak

2.6.1 Definisi Ekstrak dan Ekstrak Cair

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat

aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang

sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa

atauserbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang

telah ditetapkan.

Ekstrak cair adalah sediaan cair simplisia nabati yang mengandung etanol

sebagai pelarut atau sebagai pengawet atau sebagai pelarut dan pengawet. Jika

tidak dinyatakan lain pada monografi, tiap ml ektrak mengandung bahan aktif dari

1 gram simplisia yang memenuhi syarat (15).

2.6.2 Metode-Metode Ektraksi

2.6.2.1 Ekstraksi dengan Menggunakan Pelarut

Ekstraksi dengan menggunakan pelarut antara lain :

1. Cara Dingin

a. Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstrakansimplisia dengan menggunakan

pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada

temperatur ruangan (kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi

dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan.

Maserasi kinetik berarti dilakukan pengandukan yang kontinu (terus

menerus). Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan

21

pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan

seterusnya.

b. Perkolasi

Perkolasi adalah ekstrak dengan pelarut yang selalu baru sampai

sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada

temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan,

tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan

/penampung ekstrak) terus menerus sampai diperoleh ektrak (perkolat)

yang jumlahnya 1-5 kali bahan (17).

2. Cara Panas

a. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik

didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang

relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan

pengulangan proses pada residu pertama 3-5 kali sehingga dapat

termasuk proses ekstrak sempurna.

b. Soxhlet

Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang

umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi

kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya

pendingin balik.

22

c. Digesti

Digesti adalah adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu)

pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar),

yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50o C.

d. Infus

Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air

(bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur

terukur 96-98o C) selama waktu tertentu (15-20 menit).

e. Dekok

Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama ( >300C) dan

temperatur sampai titik didih air (17).

2.6.2.2 Destilasi Uap

Destilasi uap adalah ekstraksi senyawa kandungan menguap (minyak

atsiri) dari bahan (segar atau simplisia) dengan uap air berdasarkan peristiwa

tekanan parsial senyawa kandungan menguap dengan fase uap air dari ketel secara

kontinu sampai sempurna dan diakhiri dengan kondensasi fase uap campur

(senyawa kandungan menguap ikut terdestilasi) menjadi destilat air bersama

senyawa kandungan yang memisahkan sempurna atau memisahkan sebagian.

Destilasi uap, bahan (simplisia) benar-benar tidak tercelup ke air yang

mendidih, namun dilewati uap air sehingga senyawa kandungan menguap ikut

terdestilasi. Destilasi uap, bahan (simplisia) bercampur sempurna atau sebagian

dengan air mendidih, senyawa kandungan menguap tetap kontinu ikut terdestilasi

(16).

23

2.6.3 Macam-macam pelarut

Pelarut pada umumnya adalah zat yang berada pada larutan dalam jumlah

yang besar, sedangkan zat lainnya dianggap sebagai zat terlarut. Pelarut yang

digunakan dalam proses ekstrak memiliki beberapa sifat penting. Diantara sifat-

sifat penting tersebut antara lain:

1. Kemampuan melarutkan (solubility).

2. Kecepatan menguap.

3. Trayek didih.

4. Berat jenis (specificgravity).

5. Flashpoint.

Adapun pelarut yang dipakai dalam proses ekstrak antara lain:

1. Air

Air merupakan salah satu pelarut yang mudah, murah dan dipakai secara

luas oleh masyarakat. Pada suhu kamar, air merupakan pelarut yang baik

untuk melarutkan berbagai macam zat seperti: garam-garam alkaloida,

glikosida, asam tumbuh-tumbuhan, zat warna dan garam-garam mineral

lainnya.

2. Etanol

Berbeda dengan air yang dapat melarutkan berbagai macam zat aktif,

etanol hanya dapat melarutkan berbagai macam zat aktif, etanol hanya

dapat melarutkan zat-zat tertentu saja seperti alkaloida, glikosida, damar-

damar dan minyak atsiri.

24

3. Gliserin

Gliserin digunakan sebagai pelarut terutama untuk menarik zat aktif dari

simplisia yang mengandung zat samak. Gliserin juga merupakan pelarut

yang baik untuk golongan tanin dan hasil-hasil oksidannya, berbagai jenis

gom dan albumin.

4. Eter

Eter merupakan pelarut yang sangat mudah menguap sehingga tidak

dianjurkan untuk pembuatan sediaan obat yang akan disimpan dalam

jangka waktu yang lama.

5. Heksana

Heksana adalah pelarut yang berasal dari hasil penyulingan minyak bumi,

baik untuk lemak dan minyak. Pelarut ini biasannya dipergunakan untuk

menghilangkan lemak pengotor dari simplisia sebelum simplisia tersebut

dibuat sediaan galenik.

6. Aceton

Aceton memiliki kemampuan hampir sama dengan heksana dimanaaceton

mampu melarutkan berbagai macam lemak, minyak atsiri dan damar.

Akan tetapi, aceton tidak dipergunakan untuk sediaan galenik untuk

pemakaian dalam.

7. Chloroform

Chloroformtidak dipergunakan untuk sediaan dalam, karena secara

farmakologi, chloroform mempunyai efek toksik. Chloroform biasanya

25

digunakan untuk menarik bahan-bahan yang mengandung basa alkaloida,

damar, minyak lemak dan minyak atsiri (17).

2.7 Hand Sanitizer (Gel Pembersih Tangan)

Hand sanitizer adalah gel dengan berbagai kandungan yang cepat

membunuh mikroorganisme yang ada di kulit tangan. Hand sanitizer banyak

digunakan karena alasan kepraktisan pada saat darurat tidak ada air. Hand

sanitizer mudah dibawa dan bisa cepat digunakan tanpa perlu menggunakan air.

Kelebihan ini diutarakan menurut US FDA (Food and Drug Administration) dapat

membunuh kuman dalam waktu yang relatif cepat (21).

Hand sanitizer adalah zat antiseptik yang didalamnya terdapat alkohol

dengan persentase 60-95%. Selain alkohol, hand sanitizer mengandung bahan-

bahan antibakterial seperti triclosan, glycerol atau agen antimikroba lainnya (23).

26

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

eksperimental laboratorium.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Semi Solid Fakultas Farmasi dan

Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia Medan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei–Agustus 2018.

3.3 Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah daun mengkudu

(Morinda citrifolia L.) sebanyak 5 kg yang diperoleh dari Kelurahan Deli Tua

Medan. Pengambilan dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkan

tumbuhan serupa dari daerah lain.

3.4 Alat dan Bahan

3.4.1 Alat yang digunakan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas (pyrex)

seperti beakerglass, gelas ukur, pipet tetes, pH meter, lumpang dan stamper,

timbangan digital, timbangan kinetik, waterbath, objek glass, blender, dan cawan

penguap.

27

3.4.2 Bahan yang digunakan

Bahan yang digunakan dalam pembuatan gel antiseptik tangan ini adalah

ekstrak daun mengkudu (Morinda citrifolia L.), Carbopol , gliserin, TEA , methyl

paraben, pengharum, aquadest, dan etanol 70%.

3.5 Prosedur Kerja

3.5.1 Pengumpulan sampel

Bagian tanaman yang diambil adalah daun mengkudu tua. Pengambilan

dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkan dengan tumbuhan serupa

dari daerah lain. Sampel yang diambil dari kelurahan Deli Tua.

3.5.2 Pengolahan Sampel

1. Pencucian

Sebanyak 5 kg daun mengkudu yang akan digunakan terlebih dahulu

dipisahkan dari pengotor lalu dicuci hingga bersih pada air mengalir

kemudian simplisia ditiriskan lalu ditimbang kembali.

2. Pengeringan

Pengeringan simplisia dilakukan dengan cara diangin-anginkan, terhindar

dari sinar matahari langsung. Proses pengeringan dilakukan selama ± 2

minggu. Pengeringan diakhiri setelah terdapat beberapa tanda seperti

mudah dipatahkan atau rapuh.

3. Pembuatan serbuk

Pembuatan serbuk simplisia dilakukan dengan menggunakan blender dan

ditimbang berat serbuk keringnya sebanyak 500 g. Kemudian serbuk

28

simplisia disimpan dalam wadah tertutup baik dan terlindung dari sinar

matahari langsung.

3.5.3 Pembuatan Ekstrak Daun Mengkudu

Pembuatan ekstrak dilakukan dengan metode maserasi. Proses ekstrak

dilakukan selama 5 hari, dimana simplisia daun mengkudu dimasukkan ke dalam

wadah kemudian direndam dengan menggunakan pelarut etanol 70% sebanyak 75

bagian etanol ditutup dengan aluminium foil selama 5 hari (setiap hari diaduk)

kemudian disaring menggunakan kertas saring dan diperoleh filtrat 1 dan ampas 1.

Ampasnya direndam ulang dengan menggunakan pelarut etanol 70% sebanyak 25

bagian etanol selama 2 hari (setiap hari diaduk), kemudian disaring dan diperoleh

filtrat 2 dan ampas. Selanjutnya filtrat 1 dan 2 dicampur menjadi satu, kemudian

dipekatkan menggunakan penangas air sampai didapatkan ekstrak kental.

3.5.4 Formulasi Sediaan Gel

Pada penelitian ini dibuat sediaan gel dengan variasi konsentrasi 10%,

15%, 20%. Formulasi gel yang akan dibuat adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Formula Sediaan Gel Ekstrak Daun Mengkudu yang telah dimodifikasi

Bahan F1 F2 F3 F4

Ekstrak daun mengkudu 0 g 10 g 15 g 20 g

Carbopol 1,5 g 1,5 g 1,5 g 1,5 g

TEA 2,5 g 2,5 g 2,5 g 2,5 g

Gliserin 10,25 g 10,25 g 10,25 g 10,25 g

Metil Paraben 0,2 g 0,2 g 0,2 g 0,2 g

Pengharum 10 gtt 10 gtt 10 gtt 10 gtt

Aquadestad 100 ml 100 ml 100 ml 100 ml

Keterangan : F1 : Blanko

F2 : Konsentrasi 10%

F3 : Konsentrasi 15%

F4 : Konsentrasi 20%

29

3.5.5 Pembuatan Sediaan Gel Daun Mengkudu

Disiapkan mortil dan stamper. Carbopol ditimbang sebanyak 1,5 gram dan

ditaburkan di atas aquadest sebanyak 30 ml yang sudah dipanaskan. Carbopol

yang sudah ditaburkan digerus cepat didalam mortir sampai terbentuk massa gel

dan ditambahkan TEA sebanyak 2,5 gram. Setelah terbentuk massa gel,

selanjutnya ditambahkan ekstrak daun mengkudu kedalam mortil, digerus sampai

homogen. Metil paraben ditimbang sebanyak 0,2 gram dan dilarutkan kedalam

aquadest sebanyak 5 ml, kemudian dimasukkan kedalam mortir, digerus sampai

homogen. Gliserin ditimbang sebanyak 10 gram kemudian dimasukkan kedalam

mortir, digerus hingga homogen. Selanjutnya,semua bahan yang telah digerus

kemudian ditimbang dan di cukupkan kan hingga 100 gram dengan aquadest dan

ditambahkan pengharum. Kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang sesuai dan

diberi label.

3.6 Evaluasi Sediaan

Evaluasi sediaan gel antiseptik tangan meliputi uji organoleptis, uji

homogenitas, uji pH, dan uji iritasi.

3.6.1 Uji Organoleptis

Pengamatan dilihat secara langsung bentuk, warna dan bau dari gel yang

dibuat. Gel biasanya jernih dengan konsistensi setengah padat (1).

3.6.2 Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas dilakukan dengan cara sampel gel dioleskan pada

sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan

susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar (1).

30

3.6.3 Uji pH

Alat pH meter terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan

dapar standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar asam (pH 4,01) hingga alat

menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling,

lalu dikeringkan dengan tissu. 1 gram sediaan yang akan diperiksa dilarutkan

dengan 10 ml aquadest. Elektroda dicelupkan kedalam larutan yang diperiksa,

dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan

pH meter merupakan pH sediaan (20).

3.6.4 Uji Iritasi

Teknik yang digunakan pada uji iritasi ini adalah uji tempel terbuka

(Patch Test) Pada lengan bawah bagian dalam terhadap 5 panelis. Uji tempel

dilakukan dengan mengoleskan sediaan yang dibuat pada lokasi lekatan dengan

luas tertentu (2,5 x 2,5cm), dibiarkan terbuka dan diamati apa yang terjadi. Uji ini

dilakukan sebanyak 3 kali sehari dua hari berturut-turut.Reaksi iritasi positif

ditandai oleh adanya kemerahan, gatal-gatal atau bengkak pada kulit lengan

bawah bagian dalam yang diberi perlakuan. Adanya kulit merah diberi tanda (+),

gatal-gatal (++), bengkak (+++) dan yang tidak menunjukkan reaksi diberi tanda

(-) (19).

31

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Uji Organoleptis

Hasil penelitian organoleptis dilakukan terhadap sediaan dengan melihat

perubahan tekstur , warna, dan bau (1).

Tabel 4.1 Hasil uji organoleptis gel Hand Sanitizer ekstrak daun mengkudu

Konsentrasi Gel Bentuk Warna Bau

F1 Setengah padat

Kental

Jernih Aroma khas

parfum

F2 Setengah padat

Kental

Coklat Aroma khas

parfum

F3 Gel agak encer Coklat kehitaman Aroma khas

parfum

F4 Gel agak encer Coklat kehitaman Aroma khas

parfum

Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa gel yang dihasilkan memiliki

bentuk setengah padat dan agak encer, warna coklat hingga coklat kehitaman dan

bau yang dihasilkan aroma khas parfum.

4.1.2. Uji Homogenitas

Tabel 4.2 Hasil uji homogenitas gel hand sanitizer ekstrak daun mengkudu

Konsentrasi Gel Homogenitas

F1 Homogen

F2 Homogen

F3 Homogen

F4 Tidak homogen

Dari hasil pengujian homogenitas terhadap masing-masing konsentrasi gel

10% dan 15% menujukkan hasil yang homogen dan tidak memiliki butiran kasar.

31

32

Hasil yang sama juga ditunjukkan oleh blanko. Sedangkan pada konsentrasi 20%

menunjukkan hasil yang tidak homogen dan memiliki butiran kasar.

4.1.3. Uji pH

Pengujian terhadap tingkat keasaman dari sediaan gel dilakukan dengan

menggunakan pH meter. Hasil pengujian pH sediaan dapat dilihat pada tabel 4.3

Tabel 4.3 Hasil uji pH gel hand sanitizer ekstrak daun mengkudu

Konsentrasi Gel pH

F1 7,5

F2 6,1

F3 5,9

F4 5,7

Berdasarkan tabel 4.3 hasil uji menunjukkan pH berkisar 5,7-7,5. Pada

blanko dihasilkan pH 7,5, konsentrasi 10% dihasilkan pH 6,1, konsentrasi 15%

dihasilkan pH 5,9 dan pada konsentrasi 20% dihasilkan pH 5,7.

4.1.4. Uji Iritasi

Berdasarkan uji yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.4 Hasil Uji Iritasi Gel Hand Sanitizer ekstrak daun mengkudu

Panelis

Pengamatan Formula 1 2 3 4 5

Kulit

kemerahan

F1 (-) (-) (-) (-) (-)

F2 (-) (-) (-) (-) (-)

F3 (-) (-) (-) (-) (-)

F4 (-) (-) (-) (-) (-)

Kulit gatal-

gatal

F1 (-) (-) (-) (-) (-)

F2 (-) (-) (-) (-) (-)

F3 (-) (-) (-) (-) (-)

F4 (-) (-) (-) (-) (-)

Kulit

bengkak

F1 (-) (-) (-) (-) (-)

F2 (-) (-) (-) (-) (-)

F3 (-) (-) (-) (-) (-)

F4 (-) (-) (-) (-) (-)

33

Keterangan : (-) : tidak terjadi iritasi

(+) : kulit kemerahan

(++) : kulit gatal-gatal

(+++) : kulit bengkak

Berdasarkan hasil uji iritasi yang telah dilakukan pada 5 panelis

menunjukkan bahwa semua panelis memberikan hasil negatif terhadap iritasi yang

diamati, diantaranya kulit kemerahan, kulit gatal-gatal dan adanya pembengkakan.

4.2. Pembahasan

4.2.1. Uji Organoleptis

Pengujian organoleptis dilihat secara langsung bentuk, warna dan bau dari

gel yang dibuat. Gel biasanya jernih dengan konsentrasi setengah padat (1). Hasil

uji organoleptis pada sediaan blanko berwarna bening dan memiliki bentuk

setengah padat kental. Sedangkan hasil uji organoleptis pada sediaan gel

antiseptik tangan dengan penambahan ekstrak daun mengkudu menunjukkan

bahwa gel yang dihasilkan pada konsentrasi 10% memiliki bentuk setengah padat

kental, pada konsentrasi 15% dan 20% gel memiliki bentuk agak cair yang

merupakan karakterisrik dari gel antiseptik tangan tersebut. Warna coklat

merupakan warna yang dihasilkan dari kandungan ekstrak daun mengkudu.

Semakin tinggi konsentrasinya, warna yang dihasilkan semakin coklat kehitaman.

Bau yang dihasilkan pada formula blanko, konsentrasi 10%, 15% dan 20%

merupakan aroma khas parfum.

Pada penelitian ini parfum yang digunakan adalah parfum yang beraroma

khas apel. Parfum apel dibuat dengan formula yang tepat sehingga menghasilkan

tingkat keharuman buah apel yang menyegarkan dan khas. Penambahan parfum

34

apel ini pada keempat formula gel antiseptik tangan adalah untuk menutupi bau

khas dari ekstak daun mengkudu yang menyengat sehingga dapat meningkatkan

nilai estetika dari sediaan gel antiseptik tangan.

4.2.2. Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas dilakukan dengan cara sampel gel dioleskan pada

sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan

susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar (1).

Hasil pemeriksaan uji homogenitas pada sediaan gel menunjukkan bahwa

pada konsentrasi blanko, 10% dan 15% sediaan gel memperlihatkan hasil yang

homogen dan tidak ada butiran kasar. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan gel

yang dibuat mempunyai susunan yang homogen dengan persamaan warna yang

merata pada masing-masing gel. Pada konsentrasi 20% sediaan memperlihatkan

hasil yang tidak homogen dan memiliki butiran kasar, sehingga dapat disimpulkan

bahwa semakin tinggi konsentrasi dari ekstrak daun mengkudu maka sediaan gel

yang dihasilkan semakin tidak homogen.

4.2.3. Uji pH

Pengukuran pH bertujuan untuk melihat keamanan sediaan agar tidak

mengiritasi kulit ketika diaplikasikan sediaan topikal. Nilai pH suatu sediaan

topikal harus sesuai dengan pH kulit yaitu 4,5-6,5 (18). Nilai pH yang terlalu

asam dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan apabila terlalu basa dapat

menyebabkan kulit bersisik.

Hasil uji pH sediaan gel antiseptik ekstrak daun mengkudu berkisar 7,5-

5,7. Pada blanko dihasilkan pH 7,5, konsentrasi 10% dihasilkan pH 6,1, pada

35

konsentasi 15% dihasilkan pH 5,9 sedangkan pada konsentrasi 20% dihasilkan pH

5,7. Nilai pH yang didapat dari masing-masing konsentrasi gel sesuai dengan pH

kulit sehingga aman untuk digunakan.

Semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun mengkudu yang digunakan maka

pH sediaan gel semakin menurun. Hal ini menunjukkan penambahan ekstrak daun

mengkudu meningkatkan keasaman gel yang disebabkan oleh kandungan dari

ekstrak daun mengkudu berupa flavonoid dan tannin diantaranya senyawa fenol.

4.2.4. Uji Iritasi

Teknik yang digunakan pada uji iritasi ini adalah uji tempel terbuka

(Patch Test) Pada lengan bawah bagian dalam terhadap 5 panelis. Uji tempel

dilakukan dengan mengoleskan sediaan yang dibuat pada lokasi lekatan dengan

luas tertentu (2,5 x 2,5cm), dibiarkan terbuka dan diamati apa yang terjadi. Uji ini

dilakukan sebanyak 3 kali sehari dua hari berturut-turut.Reaksi iritasi positif

ditandai oleh adanya kemerahan, gatal-gatal atau bengkak pada kulit lengan

bawah bagian dalam yang diberi perlakuan. Adanya kulit merah diberi tanda (+),

gatal-gatal (++), bengkak (+++) dan yang tidak menunjukkan reaksi diberi tanda

(-) (19).

Berdasarkan hasil uji iritasi yang dilakukan terhadap 5 panelis

menunjukkan bahwa semua panelis memberikan hasil negatif terhadap reaksi

iritasi yang diamati yaitu adanya kemerahan, gatal-gatal atau pembengkakan pada

kulit. Dari hasil uji iritasi tersebut dapat disimpulkan bahwa sediaan gel ekstrak

daun mengkudu aman untuk digunakan.

36

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun

mengkudu (Morinda citrifolia L.) dapat diformulasikan menjadi sediaan gel hand

sanitizer. Tetapi sediaan Gel dari ekstrak daun mengkudu masih meninggalkan

warna jika diaplikasikan ke telapak tangan. Warna yang dihasilkan dari sediaan

gel tersebut adalah coklat sampai coklat kehitaman.

5.2. Saran

Perlu dilakukan penyempurnaan dalam pembuatan formula 20% agar

diperoleh gel dengan homogenitas yang baik.

36

37

DAFTAR PUSTAKA

1. Manus, N., Yamlean, Y.V.P., Novel S.K. Formulasi Sediaan Gel Minyak

Atsiri Daun Sereh (Cymbopogon citratus) Sebagai Antiseptik Tangan.

Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi – Unsrat, 5(3) : 85-93; 2016

2. Radji, M., Suryadi, H., Ariyanti, A. Uji Efektivitas Antimikroba Beberapa

Merek Dagang Pembersih Tangan Antiseptik. Majalah Ilmu Kefarmasian,

4(1) : 1-6; 2007

3. Permatasari, S.V. Pengaruh Konsetrasi Carbopol 940 Sebagai Gelling Agent

Terhadap Sifat Fisik dan Stabilitas Gel Hand Sanitizer Minyak Daun Mint

(Oleum Mentha Piperita). Skipsi. Yogyakarta : Fakulitas Farmasi Universitas

Sanata Dharma; 2014

4. Sari, R., Isardiartuti, D. Studi Efektivitas Sediaan Gel antiseptik tangan

ekstrak daun sirih (Piper betle Linn.) Majalah Farmasi Indonesia, 17(4) : 163-

169; 2006

5. Kameswari, S.M., Mahatmi, H., Besung, K.N.I. Perasan Daun Mengkudu

(Morinda citrifolia L.) Menghambat Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli

Secara In Vitro. Indonesia Medicus Veterinus, 2(2) : 216-224; 2013

6. Nirawati, C. Uji Daya Hambat Ekstrak Daun dan Buah Mengkudu (Morinda

citrifolia L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli Sebagai

Penunjang Praktikum Mata Kuliah Mikrobiologi. Skripsi. Banda Aceh :

Fakulitas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri AR. RANIRY

Darussalam; 2016

7. Aryadi, P.I.A.G.I. Pengaruh Ekstrak Daun Mengkudu (Morinda citrifolia L.)

Terhadap Pertumbuhan Stapyhlococcus Auretus Sebagai Penyebab Abses

Periodontal Secara In Vitro. Skripsi. Denpasar : Fakulitas Kedokteran Gigi

Universitas Mahasaraswati; 2014

8. Sasmito, E. Imunomodulator Bahan Alami. Yogyakarta : Andi; 2017

9. Bangun, A.P., Sarwono, B. Khasiat dan Manfaat Mengkudu. Jakarta : Agro

Media Pustaka; 2002

10. Hariana, A.H. 262 Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta : Penebar

Swadaya; 2013

11. Syaifuddin. Anatomi Fisiologi, Edisi 4. Jakarta : EGC ; 2011

12. Kalangi, R.J.S. Histologi Kulit. Jurnal Biomedik (JBM), 5(3); 2013

13. Setiadi. Dasar-Dasar Anatomi dan Fisiologi Manusia. Edisi 1. Yogyakarta:

Indomedia Pustaka; 2016

14. Ahmad, F.F. Formulasi dan Uji Efektifitas sediaan Gel Antiseptik Ekstrak

Sabut Kelapa (Cocos nucifera Linn.). Skripsi. Makkasar : Fakulitas Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin; 2012

15. Ditjen POM. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan

Republik Indonesia; 1995

16. Ditjen POM. Parameter Standart Umum Ektrak Tumbuhan Obat. Jakarta :

Departemen Kesehatan Republik Indonesia;2000

17. Marjoni Mhd. R. Dasar-dasar Fitokimia Untuk Diploma III Farmasi.

Jakarta:Trans Info Media; 2016

38

18. Widyawati, L., Mustariani, A.A.B., Purnafitriah, E. Formulasi Sediaan Gel

Hand Sanitizer Ekstrak Etanol Daun Sirsak (Annona Muricata Linn) Sebagai

Antibakteri Terhadap Staphylococcus Aureus. Jurnal Farmasetis, 6(2); 47-57;

2017

19. Risnawati, Nazliniwati., Djendakita, P. Formulasi Lipstik Menggunakan

Ekstrak Biji Coklat (Theobroma Cacao L.) Sebagai Pewarna. Jurnal of

Pharmaceutics and Pharmacology, 1(1); 78-86;2012

20. Dasopang, S.E., Simutuah, A. Formulasi Sediaan Gel Antiseptik Tangan dan

Uji Aktivitas Antibakteri Dari Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi (Pandanus

Amaryllifolius Roxb). BioLink, 3(1); 2016

21. Syaiful, D.S. Formulasi dan Uji Stabilitas Fisik Gel Ekstrak Etanol Daun

Kemangi (Ocimum Sanctum L.) Sebagai Hand Sanitizer. Skripsi. Makkasar :

Fakulitas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

Alauddin; 2016

22. Karmila. Daya Hambat Ekstrak Daun Mengkudu (Morinda citrifolia L.)

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Penyebab Diare. Skripsi. Makkasar : Fakultas

Sains dan Teknologi UIN Allauddin; 2016

23. Ramadhan, I. Efek Antiseptik berbagai Merk Hand Sanitizer Terhadap

Bakteri Staphylococcus aureus. Skripsi. Jakarta : Fakultas Kedokteran

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah; 2013

24. Rowe, R. C., Sheskey, P. J., Quinn, M.E. HandBook of Pharmaceutica

Excipicents Sixth Edition, Pharmaceutical Press and American Pharmacist

Association; 1979

39

Lampiran 1. Dokumentasi penelitian

Proses Pengeringan Daun Mengkudu

Proses Maserasi Daun Mengkudu

Hasil Filtrat Daun Mengkudu

40

Lampiran 1. (Lanjutan)

Proses Pengekstrakan daun Mengkudu Ekstrak Daun Mengkudu

Bahan yang digunakan Alat yang digunakan

Proses Pembuatan Gel

41

Lampiran 1. (Lanjutan)

Gel hand sanitizer Uji Homogenitas

42

Lanjutan 1. (Lampiran)

Uji pH pada Blanko Uji pH pada Konsentrasi 10%

Uji pH pada Konsentrasi 15% Uji pH pada Konsentasi 20%

43

Lampiran 1. (Lanjutan)

Uji Iritasi pada Blanko

44

Lampiran 1. (Lanjutan)

Uji Iritasi Pada Konsentrasi 10%

45

Lampiran 1. (Lanjutan)

Uji Iritasi pada Konsentrasi 15%

46

Lampiran 1.(Lanjutan)

Uji Iritasi pada Konsentrasi 20%

47

48

49

50

51

52

53