UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS IMPLEMENTASI PEMUNGUTAN PAJAK REKLAME ATAS REKLAME ... Tabel 4.1...

203
UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS IMPLEMENTASI PEMUNGUTAN PAJAK REKLAME ATAS REKLAME ROKOK PADA WARUNG DAN KIOS DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI DINA AULIA YULIASNI ASMADI 0706287284 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI FISKAL DEPOK 2011 Analisis implementasi..., Dina Aulia Yuliasni Asmadi, FISIP UI, 2011

Transcript of UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS IMPLEMENTASI PEMUNGUTAN PAJAK REKLAME ATAS REKLAME ... Tabel 4.1...

  • UNIVERSITAS INDONESIA

    ANALISIS IMPLEMENTASI PEMUNGUTAN PAJAK REKLAME ATAS

    REKLAME ROKOK PADA WARUNG DAN KIOS DI KABUPATEN

    BOGOR

    SKRIPSI

    DINA AULIA YULIASNI ASMADI

    0706287284

    FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

    PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI FISKAL

    DEPOK

    2011

    Analisis implementasi..., Dina Aulia Yuliasni Asmadi, FISIP UI, 2011

  • i

    UNIVERSITAS INDONESIA

    ANALISIS IMPLEMENTASI PEMUNGUTAN PAJAK REKLAME ATAS

    REKLAME ROKOK PADA WARUNG DAN KIOS DI KABUPATEN

    BOGOR

    SKRIPSI

    Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    Sarjana Ilmu Administrasi dalam bidang Ilmu Administrasi Fiskal

    DINA AULIA YULIASNI ASMADI

    0706287284

    FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

    PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI FISKAL

    DEPOK

    2011

    Analisis implementasi..., Dina Aulia Yuliasni Asmadi, FISIP UI, 2011

  • Analisis implementasi..., Dina Aulia Yuliasni Asmadi, FISIP UI, 2011

  • Analisis implementasi..., Dina Aulia Yuliasni Asmadi, FISIP UI, 2011

  • iv

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat

    dan karunia yang telah diberikan-Nya dalam setiap langkah yang peneliti tempuh

    dalam penyusunan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka

    memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu Administrasi pada

    Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia. Begitu banyak titikan

    keringat dan perhatian peneliti dalam penyusunan skripsi ini. Peneliti menyadari

    bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan

    sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit untuk menyelesaikan skripsi ini.

    Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada :

    1. Prof. Dr. Bambang Shergi Laksmono, M.Sc, selaku Dekan Fakultas Ilmu

    Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI);

    2. Dr. Roy Valiant Salomo, M.Soc.Sc, selaku Ketua Departemen Administrasi

    Fisip UI;

    3. Prof. Dr. Irfan Ridwan Maksum, M.Si, selaku Ketua Program Sarjana

    Reguler Departemen Ilmu Administrasi FISIP UI;

    4. Dra. Inayati, M.Si, selaku Ketua Program Studi Administrasi dan

    pembimbing peneliti yang telah memberikan masukan, saran dan literature-

    literatur yang berguna bagi peneliti dalam penyusunan skripsi;

    5. Dra, Titi M. Putranti, M.Si, selaku penasehat akademis yang telah

    memotivasi dan membimbing peneliti selama masa kuliah di FISIP UI;

    6. Seluruh Dosen Departemen Ilmu Administrasi FISIP UI yang telah

    memberikan pengetahuannya selama peneliti kuliah di FISIP UI;

    7. Kedua orang tua peneliti, terima kasih papa yang tanpa mengenal lelah

    selalu sabar dalam menemani peneliti dalam penyusunan skripsi ini. Terima

    kasih juga kepada mama yang setia menemani peneliti mencari data yang

    dibutuhkan dan selalu mendorong peneliti untuk menyelesaikan penyusunan

    skripsi ini. Tanpa doa yang papa mama panjatkan dalam setiap sholat

    kepada Allah SWT tidak mungkin peneliti bisa meraih ini semua. Terima

    Analisis implementasi..., Dina Aulia Yuliasni Asmadi, FISIP UI, 2011

  • v

    kasih mama papa. Semoha peneliti dapat membanggakan mama dan papa

    kelak. Amin;

    8. Kakak peneliti yang selalu memberikan dukungan bagi peneliti dalam

    penyusunan skripsi;

    9. Terima kasih untuk seluruh karyawan Dinas Pendapatan dan Kekayaan

    Barang Daerah, khususnya kepada Bapak Rachmat dari Seksi Pendataan dan

    Penagihan Pajak Reklame dan Bapak Fendri dari Seksi Penagihan Pajak

    yang telah berkenan dan membantu dalam memberikan informasi;

    10. Terima kasih kepada seluruh karyawan Badan Perizinan Terpadu Kabupaten

    Bogor, khususnya kepada Ibu Tina dari Bagian Perizinan Penyelenggaraan

    Reklame yang telah berkenan dan membantu dalam memberikan informasi;

    11. Terima kasih untuk seluruh karyawan Dinas Kebersihan dan Pertamanan

    Kabupaten Bogor, khususnya kepada Bapak Iwan yang telah berkenan

    memfasilitasi peneliti dalam penyusunan skripsi dan membantu dalam

    memberikan informasi;

    12. Terima kasih kepada seluruh petugas MBRC yang telah membantu peneliti

    dalam mencari data yang diperlukan;

    13. Kepada Nazlah Khaeroni S. yang dengan sabar mendampingi,

    mendengarkan curhatan serta memberikan dorongan untuk maju;

    14. Erpe, Ajeng, Suki, Vidya, Anggon, Ary, Djamul, Ia, Dias, Aya, teman-

    teman selama kuliah. Terima kasih atas empat tahun yang mengesankan ini.

    Terima kasih atas semua suka duka yang akan selalu menjadi kisah yang

    tidak terlupakan.

    Peneliti menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak

    kekurangan, namun peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua

    pihak. Atas segala kekurangan yang terdapat dalam penyusunan skripsi ini peneliti

    mohon maaf dan harap dimaklumi.

    Jakarta, 27 Desember 2011

    Peneliti

    Analisis implementasi..., Dina Aulia Yuliasni Asmadi, FISIP UI, 2011

  • Analisis implementasi..., Dina Aulia Yuliasni Asmadi, FISIP UI, 2011

  • vii

    ABSTRAK

    Nama : Dina Aulia Yuliasni A.

    Program studi : Ilmu Administrasi Fiskal

    Judul : Analisis Implementasi Pemungutan Pajak Reklame Atas

    Reklame Rokok Pada Warung Dan Kios Di Kabupaten Bogor

    Penelitian ini membahas implementasi pemungutan pajak reklame atas

    reklame rokok pada warung dan kios di Kabupaten Bogor. Pemberlakuan Perda

    KTR Kota Bogor membuat Pemerintah Kabupaten Bogor membuka peluang bagi

    penyelenggara reklame rokok untuk menyelenggarakan reklame rokoknya di

    daerahnya. Namun pemasangan pada media ini harus sangat selektif dan diawasi

    karena sasaran pasar sangat luas. Salah satunya melalui pajak reklame dan tahapan

    penyelenggaraan reklame yang harus dilalui. Tujuan penelitian ini adalah

    menganalisis tahapan administrasi pajak reklamenya dengan menggunakan teori

    tahapan administrasi pajak yang dikemukakan Ikhsan dan Salomo, serta

    menganalisis kendala penyelenggaraan reklame rokok pada warung dan kios di

    Kabupaten Bogor.

    Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

    kuantitatif dengan metode pengumpulan data secara studi literatur observasi dan

    wawancara mendalam dengan teknik analisis data secara kualitatif. Hasil penelitian

    ini menyatakan bahwa implementasi tahapan administrasi pajak reklame rokok

    pada warung dan kios di Kabupaten Bogor sudah dilaksanakan sesuai teori; proses

    pengawasan penyelenggaraan reklame rokok pada warung dan kios di Kabupaten

    Bogor masih belum dilaksanakan sesuai standar yang sudah ditetapkan; Kendala

    ditemukan dalam tiap tahapan penyelenggaran reklame. Baik dalam perizinan,

    administrasi pajak, maupun pengawasan dan berpengaruh terhadap hilangnya

    sejumlah potensi pajak.

    Kata Kunci :

    Administrasi Pajak, Sistem Pemungutan Pajak, Pajak Reklame

    Analisis implementasi..., Dina Aulia Yuliasni Asmadi, FISIP UI, 2011

  • viii

    ABSTRACT

    Name : Dina Aulia Yuliasni A.

    Study Program : Fiscal Administration

    Title : Implementation of Advertising Tax on Cigarette Products’

    Advertisements at Bogor County Stalls Analysis

    The aim of this research is to analyze the implementation of advertising tax

    on cigarette products’ advertisement at Bogor county stalls. The enforcement of

    No Smoking Area regulation makes a big opportunity to the county local

    government by allowing all of the cigarette products’ advertisement being held at

    their district. However, the accomplishment of this advertising has to be more

    selective and controlled because the target market is wider and closer by this

    media. Things that can be used to control them is advertising tax and the

    administration to permit the advertisement. The purposes of this study are to

    analyze the administration procedure of advertising tax with Ikhsan and Salomo’s

    theory, analyze the permit procedure and the controlling procedure, and analyze

    the obstacle of the implementation of this cigarette products’ advertisement,

    specifically advertisement at Bogor county stalls.

    The research’s approach that being used is quantitative approach, collecting

    data methods are field search, literature research, in-depth interviews, and

    observation. Analyze the data with qualitative method. And the result of this

    research stated that the implementation of the tax administration is already be

    implemented as the theory said; the controlling procedure are still not be

    implemented as the standard set; and there are some obstacles on each procedure

    and give a big impact to the collection of advertising tax.

    Keyword: Tax administration, Tax Collection System, Advertising tax

    Analisis implementasi..., Dina Aulia Yuliasni Asmadi, FISIP UI, 2011

  • ix

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL i

    HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ii

    LEMBAR PENGESAHAN iii

    KATA PENGANTAR iv

    LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH vi

    ABSTRAK vii

    DAFTAR ISI ix

    DAFTAR TABEL xi

    DAFTAR GAMBAR xii

    DAFTAR LAMPIRAN xiii

    BAB 1 PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang 1

    1.2 Pokok Permasalahan 7

    1.3 Tujuan Penelitian 9

    1.4 Signifikansi Penelitian 9

    1.5 Sistematika Penulisan 10

    BAB 2 KERANGKA TEORI

    2.1 Tinjauan Pustaka 12

    2.2 Kerangka Teori

    2.2.1 Pajak Daerah 18

    2.2.2 Reklame 22

    2.2.3 Pajak Reklame 23

    2.2.4 Sistem Pemungutan Pajak Daerah 24

    2.2.5 Administrasi Pajak 25

    2.3 Operasionalisasi Konsep 29

    BAB 3 METODE PENELITIAN

    3.1 Pendekatan Penelitian 31

    3.2 Jenis Penelitian

    3.2.1 Berdasarkan Tujuan Penelitian 31

    3.2.2 Berdasarkan Manfaat Penelitian 32

    3.2.3 Berdasarkan Dimensi Waktu 32

    3.2.4 Teknik Pengumpulan Data 33

    3.3 Teknik Analisis Data 34

    3.4 Narasumber 35

    3.5 Site Penelitian 36

    3.6 Pembatasan Penelitian 36

    Analisis implementasi..., Dina Aulia Yuliasni Asmadi, FISIP UI, 2011

  • x

    BAB 4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN

    PENYELENGGARAAN REKLAME DI KABUPATEN BOGOR

    4.1 Badan Perizinan Terpadu 37

    4.2 Dinas Kebersihan dan Pertamanan 40

    4.3 Dinas Pendapatan Keuangan dan Barang Daerah 44

    4.4 Mekanisme Penyelenggaraan Reklame di Kabupaten Bogor 47

    4.5 Pengendalian dan Pengawasan Penyelenggaraan di

    Kabupaten Bogor 52

    4.6 Pelaksanaan Pajak Reklame di Kabupaten Bogor 54

    BAB 5 ANALISIS IMPLEMENTASI PEMUNGUTAN PAJAK REKLAME

    ATAS REKLAME ROKOK PADA WARUNG DAN KIOS DI

    KABUPATEN BOGOR

    5.1 Implementasi Tahapan Administrasi Pajak Reklame atas

    Reklame Rokok pada Warung dan Kios di Kabupaten Bogor 67

    5.1.1 Pendataan / Identifikasi Subjek dan / atau Objek Pajak 69

    5.1.2 Pemeriksaan Wajib dan Objek Pajak 77

    5.1.3 Penetapan Nilai Pajak Terutang 86

    5.1.4 Penagihan atau Penerimaan Setoran Pajak 98

    5.2 Proses Pengawasan Penyelenggaraan Reklame Rokok pada

    Warung dan Kios di Kabupaten Bogor 105

    5.3 Kendala dalam Proses Penyelenggaraan Reklame Rokok pada

    Warung dan Kios di Kabupaten Bogor 109

    BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN

    6.1 Simpulan 115

    6.2 Saran 115

    DAFTAR REFERENSI

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    LAMPIRAN

    Analisis implementasi..., Dina Aulia Yuliasni Asmadi, FISIP UI, 2011

  • xi

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Perbandingan Tinjauan Pustaka 15

    Tabel 2.2 Operasionalisasi Konsep 30

    Tabel 4.1 Target Penerimaan Pajak Reklame Tahun 2006-2011 55

    Tabel 5.1 Rincian Jumlah Reklame Rokok pada Warung dan Kios di

    Kabupaten Bogor Tahun 2010 63

    Tabel 5.2 Target Penerimaan Pajak Reklame Tahun 2008-2011 65

    Tabel 5.3 Contoh Tabel Data Objek Pajak Reklame Rokok pada Warung

    dan Kios di Kabupaten Bogor 76

    Tabel 5.4 Laporan Penerimaan Pendapatan Daerah dari Pajak Reklame

    Kabupaten Bogor Tahun per 31 Desember 2010 102

    Analisis implementasi..., Dina Aulia Yuliasni Asmadi, FISIP UI, 2011

  • xii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1.1 Statistik Perokok di Indonesia Tahun 2008 2

    Gambar 1.2 Peta Kabupaten Bogor 4

    Gambar 1.3 Komponen Target Pajak Daerah Tahun 2006 6

    Gambar 4.1 Struktur Organisasi Badan Perizinan Terpadu Kabupaten Bogor 39

    Gambar 4.2 Struktur Organisasi Dinas Kebersihan dan Pertamanan

    Kabupaten Bogor 42

    Gambar 4.3 Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Keuangan dan Barang

    Daerah Kabupaten Bogor 46

    Gambar 4.4 Mekanisme Penyelenggaraan Reklame di Kabupaten Bogor 49

    Gambar 4.5 Mekanisme Pajak Reklame di Kabupaten Bogor 58

    Gambar 5.1 Reklame Rokok Jenis Front Tempel 64

    Gambar 5.2 Reklame Rokok Jenis Billboard Tanam 90

    Gambar 5.3 Reklame Rokok Jenis Billboard Tempel 91

    Gambar 5.4 Reklame Rokok Jenis Billboard Back Tanam 92

    Gambar 5.5 Reklame Rokok Jenis Billboard Front Tanam 93

    Gambar 5.6 Reklame Rokok Jenis Spanduk 94

    Gambar 5.7 Reklame Rokok Jenis Rombong 96

    Gambar 5.8 Reklame Rokok pada Warung dan Kios yang Berdekatan dengan

    Sekolah 111

    Gambar 5.9 Contoh Reklame Rokok pada Warung dan Kios yang Tidak

    Ditertibkan 114

    Analisis implementasi..., Dina Aulia Yuliasni Asmadi, FISIP UI, 2011

  • xiii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Pedoman Wawancara

    Lampiran 2 Wawancara dengan Bagian Perizinan ReklameBadan Perizinan

    Terpadu Kabupaten Bogor

    Lampiran 3 Wawancara dengan Bagian Pendataan Reklame Dinas Kebersihan dan

    Pertamanan Kabupaten Bogor

    Lampiran 4 Wawancara dengan Bagian Pendataan dan Penetapan Pajak Reklame

    Dinas Pendapatan dan Keuangan Barang Daerah Kabupaten Bogor

    Lampiran 5 Wawancara dengan Bagian Penagihan Pajak Daerah Dinas

    Pendapatan dan Keuangan Barang Daerah Kabupaten Bogor

    Lampiran 6 Wawancara dengan PT. Djarum

    Lampiran 7 Wawancara dengan CV. Sheilla Advertising

    Lampiran 8 Wawancara dengan CV. Wahyu

    Lampiran 9 Wawancara dengan Akademisi

    Analisis implementasi..., Dina Aulia Yuliasni Asmadi, FISIP UI, 2011

  • 1 Universitas Indonesia

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Indonesia merupakan negara berkembang yang terus menerus

    mengembangkan perekonomiannya. Diantara banyaknya faktor yang dapat

    mengembangkan perekonomian di Indonesia, periklanan memegang peranan yang

    cukup penting dalam perkembangan perekonomian di Indonesia. Keberhasilan

    dari suatu perekonomian secara nasional banyak ditentukan oleh kegiatan-

    kegiatan periklanan (Purwaningwulan, 2010). Keberadaan periklanan ini sangat

    menunjang usaha penjualan yang menentukan kelangsungan produksi serta

    mendukung terciptanya lapangan pekerjaan. Jika periklanan tidak ada, maka

    produsen dan distributor tidak dapat menjual produknya, dan sebaliknya

    konsumen tidak memiliki informasi yang cukup mengenai produk barang dan jasa

    yang tersedia. Salah satu bentuk periklanan yang banyak digunakaan sekarang

    adalah dalam bentuk reklame. Itulah sebabnya periklanan merupakan salah satu

    faktor penting dalam mengembangkan perekonomian Indonesia.

    Salah satu produsen yang menggunakan reklame dalam memasarkan

    produknya adalah produsen rokok. Jika dilihat dari produksi rokoknya, produksi

    rokok di Indonesia masih cenderung tinggi walaupun kampanye anti rokok sedang

    gencar dilakukan pemerintah. Selama tahun 2005 sampai tahun 2009 produksi

    rokok cenderung mengalami peningkatan sekitar 3,2% per tahun, yaitu dari 2005

    sebesar 240,1 miliar batang menjadi 245 miliar batang pada 2009 dan diprediksi

    hingga akhir 2010 mencapai 250 miliar batang (Media Data Riset, 2010). Jumlah

    produksi ini tidak terlepas dari tingginya konsumsi rokok di Indonesia. Dari

    sepuluh negara perokok terbesar di dunia, Indonesia menempati urutan ke-3

    setelah Cina dan India (World Health Organization, 2008).

    Analisis implementasi..., Dina Aulia Yuliasni Asmadi, FISIP UI, 2011

  • 2

    Universitas Indonesia

    Gambar 1.1 Statistik Perokok di Indonesia Tahun 2008

    Sumber : World Health Organization

    Berdasarkan gambar diatas, perokok di Indonesia berasal dari kalangan pria

    maupun wanita. Jika dilihat dari klasifikasi umur, perokok berasal dari kalangan

    anak-anak dan remaja, atau dibawah umur, dan dari kalangan dewasa. Rincian

    statistik perokok pria di Indonesia terdiri dari 21,4% pria dibawah umur dan 63%

    pria dewasa. Sedangkan statistik perokok wanita di Indonesia terdiri dari 4%

    wanita dibawah umur dan 4,5% wanita dewasa.

    Khusus di Kota Bogor, sekitar 7,22 persen perokok mulai mengonsumsi

    asap rokok pada usia di diatas 10 tahun. Angka ini merupakan angka tertinggi

    dibandingkan kabupaten atau kota lain di Jawa Barat (Republika, 23 Juli 2010).

    Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi individu untuk

    merokok. Faktor yang mempengaruhi tersebut terbagi menjadi faktor intrinsik dan

    ekstrinsik. Faktor instrinsik dari perokok itu berasal dari individu dari perokok itu

    sendiri. Seperti yang dikutip Sitepoe dari Conrad dan Miller yang menjelaskan

    faktor intrinsik secara lebih mendetail bahwa :

    “Seseorang akan menjadi perokok melalui dorongan psikologis dan fisiologis,

    dorongan psikologis pada anak remaja adalah untuk menunjukkan kejantanan

    (bangga diri), mengalihkan kecemasan, dan menunjukkan kedewasaan.

    Sedangkan dorongan fisiologis dari remaja adalah nikotin yang dapat

    menyebabkan ketagihan sehingga seseorang ingin terus merokok.” (Sitepoe,

    2000, h.17)

    0.00%

    10.00%

    20.00%

    30.00%

    40.00%

    50.00%

    60.00%

    70.00%

    Pria Wanita

    Anak-Anak dan Remaja

    Dewasa

    Analisis implementasi..., Dina Aulia Yuliasni Asmadi, FISIP UI, 2011

  • 3

    Universitas Indonesia

    Selain faktor instrinsik tersebut, keinginan untuk merokok juga dipengaruhi oleh

    faktor ekstrinsik. Faktor ekstrinsik tersebut antara lain adalah pengaruh keluarga

    dan lingkungan sekitar, pengaruh teman sebaya, pengaruh iklim, iklan rokok,

    kemudahan memperoleh rokok, tidak adanya peraturan, dan sikap petugas

    kesehatan (Hamzah, 2003). Jelas sekali bahwa iklan atau reklame iklan sangat

    berpengaruh terhadap tingginya konsumsi rokok. Iklan-iklan mengenai rokok ini

    terpampang di berbagai tempat seperti warung, toko swalayan, televisi, dan media

    lain agar masyarakat mengetahui dan membeli produk tersebut. Selain itu

    produsen rokok juga mengemas iklan rokok ini dengan begitu menarik sehingga

    daya tarik masyarakat menjadi tinggi.

    Keberadaan reklame rokok di Kota Bogor sangat berpengaruh terhadap

    pengkonsumsian rokok di Kota Bogor. Terlihat dari hasil survei yang dilakukan

    untuk mengetahui pendapat masyarakat mengenai pengaruh reklame rokok

    terhadap masyarakat Kota Bogor bahwa 66% dari responden berusia muda

    menyatakan memiliki keinginan untuk merokok setelah melihat reklame rokok

    (LSM No Tobacco Community, 2010). Jumlah ini memperjelas bahwa reklame

    rokok sangat berpengaruh terhadap konsumsi rokok di Kota Bogor.

    Pengkonsumsian rokok ini memberi efek negatif baik bagi perokok aktif

    maupun perokok pasif. Selain menyebabkan ketagihan terhadap nikotin, rokok

    juga menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan

    dan janin. Tidak hanya penyakit tersebut, rokok juga merupakan salah satu

    pembunuh berbahaya di dunia. Lebih dari 5 juta orang mati karena penyakit yang

    disebabkan oleh rokok (World Health Organization, 2008). Oleh sebab itu

    pengkonsumsian rokok di Indonesia harus dikurangi. Salah satu cara yang diambil

    pemerintah untuk mengurangi pengkonsumsian rokok adalah dengan

    pemberlakuan Kawasan Tanpa Rokok.

    Salah satu daerah yang memberlakukan Kawasan Tanpa Rokok ini adalah

    Kota Bogor. Program Kawasan Tanpa Rokok di Kota Bogor diatur dalam

    Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 12 tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa

    Rokok (KTR). Perda KTR ini bertujuan untuk mengurangi pengkonsumsian rokok

    di Kota Bogor dengan melarang pengkonsumsian di tempat-tempat umum. Tidak

    Analisis implementasi..., Dina Aulia Yuliasni Asmadi, FISIP UI, 2011

  • 4

    Universitas Indonesia

    hanya itu, Pemerintah Kota juga mengeluarkan kebijakan yang intinya

    mendukung pelaksanaan Perda KTR tersebut. Karena tingginya pengaruh reklame

    rokok terhadap pengkonsumsian rokok di Kota Bogor, maka Pemerintahan Kota

    mengeluarkan kebijakan untuk tidak lagi mengizinkan penyelenggaraan atau

    perpanjangan penyelenggaraan reklame rokok serta pengadaan acara dengan

    sponsor dari perusahaan rokok. Sejak pemberlakuan perda ini, Pemerintah Kota

    sudah mewujudkan penurunan jumlah reklame rokok di ruas-ruas jalan kota

    Bogor. Pada tahun 2008 unit reklame rokok yang terpasang berjumlah 372 unit,

    sedangkan pada tahun 2010 unit yang tertinggal sebanyak 77 unit (Kompas,

    2010). Penurunan jumlah reklame ini diharapkan dapat mengurangi jumlah

    perokok yang ada di Kota Bogor dan sekitarnya.

    Gambar 1.2 Peta Kabupaten Bogor

    Sumber: www.bogorkab.go.id

    Kota Bogor merupakan kota yang terletak ditengah Kabupaten Bogor

    sehingga untuk mencapai Kota Bogor harus melalui Kabupaten Bogor terlebih

    dahulu. Sebagian besar penduduk yang bekerja di Kota Bogor juga bertempat

    tinggal di Kabupaten Bogor. Letak wilayah dan domisili dari warga yang berada

    di Kota Bogor inilah yang menyebabkan setiap kebijakan yang berlaku di Kota

    Bogor memiliki efek ke Kabupaten Bogor yang berada di sekitarnya.

    Analisis implementasi..., Dina Aulia Yuliasni Asmadi, FISIP UI, 2011

    http://www.bogorkab.go.id/

  • 5

    Universitas Indonesia

    Salah satu kebijakan yang memberikan efek ke Kabupaten Bogor adalah

    tidak diizinkannya reklame rokok untuk dipasang di Kota Bogor untuk

    mendukung program Kawasan Tanpa Rokok. Dengan diberlakukannya kebijakan

    tersebut, imbas yang timbul di Kabupaten Bogor adalah berpindahnya

    penyelenggaraan reklame rokok di kabupaten Bogor.. Hal ini diperjelas dengan

    pernyataan Kabid Badan Perizinan Terpadu (BPT) kabupaten Bogor, Irwan

    Purnawan, menyebutkan bahwa :

    “Kita akui sejak Perda Kawasan Tanpa Rokok (KTR) diberlakukan di kota

    Bogor, kami kebanjiran order penyelenggaraan iklan dari produsen rokok,”

    (Poskota, 2010).

    Bupati Kabupaten Bogor, Rachmat Yassin, juga membuka peluang bagi produsen

    rokok untuk memasang reklamenya di Kabupaten Bogor sejak diberlakukannya

    Perda Kawasan Tanpa Rokok di kota Bogor. Bupati menyatakan kesiapannya

    untuk menerima reklame rokok di Kabupaten Bogor (Republika, 2010). Tidak

    hanya dari pihak pemerintah, penyelenggara reklame rokok pun juga menyatakan

    bahwa Kabupaten Bogor merupakan daerah pengalihan pertama penyelenggaraan

    reklame rokok dari Kota Bogor daripada daerah lainnya karena di Kabupaten

    Bogor masih diperbolehkan dan wilayah cakupannya lebih luas (Wawancara

    mendalam dengan PT. Djarum, 26 Juli 2011).

    Dipilihnya Kabupaten Bogor sebagai pengganti Kabupaten Bogor juga

    dipengaruhi oleh pengaruh iklim. Karena letaknya berdekatan dengan Kota Bogor,

    iklim Kabupaten Bogor sama seperti Kota Bogor. Suhu 20º-25º C dan curah hujan

    yang tinggi merupakan faktor eksternal yang membuat seseorang berkeinginan

    untuk merokok. Hal ini sangat menguntungkan bagi produsen rokok, sehingga

    reklame rokok diperlukan untuk mempermudah pemasaran rokok dan

    mempermudah pengkonsumsi rokok untuk mengetahui tempat dimana rokok bisa

    didapatkan.

    Reklame merupakan salah satu potensi daerah Kabupaten Bogor, terutama

    reklame rokok. Dengan meningkatnya permohonan izin penyelenggaraan reklame

    rokok di Kabupaten Bogor dan meningkatnya jumlah reklame yang ada di

    Kabupaten Bogor, potensi penerimaan daerah Kabupaten Bogor juga meningkat.

    Analisis implementasi..., Dina Aulia Yuliasni Asmadi, FISIP UI, 2011

  • 6

    Universitas Indonesia

    Karena reklame merupakan salah satu potensi penerimaan Kabupaten, maka

    Kabupaten berhak untuk menjadikan reklame sebagai objek pajak daerah, yaitu

    objek pajak reklame.

    Pajak reklame di Kabupaten Bogor memiliki dua fungsi, yaitu fungsi

    budgetair dan fungsi regulerend. Fungsi budgetair pajak reklame ini adalah

    menjadi sumber penerimaan daerah Kabupaten Bogor. Sedangkan fungsi

    regulerend-nya adalah untuk mengatur penyelenggaraan reklame yang ada di

    Kabupaten Bogor melalui besarnya tarif. Fungsi regulerend sangat ditekankan

    terutama pada penyelenggaraan reklame rokok, karena reklame ini menawarkan

    produk yang lebih banyak memberi dampak negatif daripada dampak positif

    kepada masyarakat.

    Gambar 1.3 Komponen Target Pajak Daerah Tahun 2006

    Sumber : dispenda.bogorkab.go.id

    Analisis implementasi..., Dina Aulia Yuliasni Asmadi, FISIP UI, 2011

  • 7

    Universitas Indonesia

    Potensi penerimaan pajak reklame termasuk cukup tinggi, terlihat dari

    penetapan target penerimaan daerah dari sektor pajak daerah. Dari keseluruhan

    pajak daerah yang ada di Kabupaten Bogor, pemerintah kabupaten memberi

    komposisi target penerimaan pajak reklame sebesar 6% sejak tahun 2006. Target

    penerimaan pajak reklame ini menempati urutan ke-5 dari delapan pajak daerah

    yang dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Bogor. Selain itu, berdasarkan

    informasi yang didapat dari Dinas Pendapatan dan Keuangan Daerah Kabupaten

    Bogor, realisasi penerimaan dari sektor pajak reklame selalu melebihi target yang

    ditentukan tiap tahunnya, dan target penerimaan pajak reklame juga meningkat

    tiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa potensi pajak reklame di Kabupaten

    Bogor juga meningkat tiap tahunnya.

    Untuk mengenakan Pajak Reklame kepada wajib pajak, Pemerintah

    Kabupaten Bogor memerlukan peraturan daerah yang mengatur tentang

    pelaksanaan Pajak Reklame di Kabupaten Bogor. Peraturan daerah tersebut antara

    lain adalah Peraturan Daerah Kabupaten Bogor No. 18 Tahun 2002 tentang Pajak

    Reklame dan Peraturan Bupati Kabupaten Bogor No. 60 Tahun 2010 tetang Nilai

    Jual Objek Pajak Reklame. Berdasarkan peraturan daerah tersebut, bentuk

    reklame yang berada di Kabupaten Bogor antara lain berupa papan / billboard /

    videotron / megatron dan media reklame eletronik lainya, reklame kain, reklame

    selembaran, reklame sticker, reklame berjalan, termasuk pada kendaraan, reklame

    udara, reklame suara, reklame film, reklame peragaan, dan reklame lainnya.

    Bentuk reklame tersebut juga digunakan dalam reklame rokok. Berdasarkan data

    DPKBD Kabupaten Bogor, bentuk reklame rokok yang banyak digunakan di

    Kabupaten Bogor berupa reklame billboard, reklame kain, dan reklame rombong

    (DPKBD, 2011). Penyelenggaraan reklame ini dilakukan di jalan-jalan raya,

    tempat umum tertentu, warung, dan kios.

    1.2 Pokok Permasalahan

    Pelarangan reklame rokok di Kota Bogor sebagai wujud pelaksanaan Perda

    No. 12 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok telah memberi imbas yang

    menguntungkan bagi Kabupaten Bogor. Penyelenggaraan reklame rokok yang di

    Kabupaten Bogor mengalami peningkatan daripada tahun sebelumnya.

    Analisis implementasi..., Dina Aulia Yuliasni Asmadi, FISIP UI, 2011

  • 8

    Universitas Indonesia

    Penyelenggaraan reklame rokok di Kabupaten Bogor dilakukan salah satunya

    pada warung dan kios. Untuk mempromosikan barangnya melalui warung dan

    kios, jenis reklame yang diberikan produsen rokok antara lain reklame berbentuk

    billboard, spanduk, dan rombong.

    Penyelenggaraan reklame rokok pada warung dan kios ini disebabkan oleh

    luasnya sasaran pemasaran karena warung dan kios merupakan tempat bagi

    konsumen dari segala kalangan, gender, maupun umur untuk membeli barang

    kebutuhan sehari-hari. Penyelenggaraan reklame pada warung dan kios juga tidak

    memakan biaya yang cukup besar dan menyebar ke seluruh pelosok kabupaten.

    Selain itu, Pemerintah Kabupaten Bogor membudidayakan warganya untuk

    berbelanja di warung atau kios daripada pasar modern atau perusahaan ritel yang

    masuk ke wilayah Kabupaten Bogor. Hal tersebut diperjelas dengan pernyataan

    Kepala Bidang Perindustrian Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan

    UKM Kabupaten Bogor, Aan Surya Priana, yang menyatakan keinginan pihak

    Pemerintah Kabupaten agar warganya gemar berbelanja di warung-warung

    maupun kios pasar tradisional yang tersebar di pemukiman penduduk atau di

    perkampungan (Tribun Jabar, 30 Juli 2010). Pernyataan itulah yang menyebabkan

    produsen rokok banyak memasangkan reklamenya pada warung dan kios,

    terutama di wilayah Kabupaten Bogor.

    Banyaknya reklame rokok yang dipasang di warung dan kios, khususnya di

    Kabupaten Bogor, pada satu sisi memberikan sumbangan penerimaan daerah yang

    tinggi bagi kas daerah. Namun hal tersebut membuat reklame rokok terkesan tidak

    terkontrol dan mudah perizinanannya dan membuat rokok menjadi lebih dekat

    kepada masyarakat, terutama kalangan anak-anak dan remaja, karena warung dan

    kios ini merupakan tempat yang sangat strategis. Kondisi tersebut membuat peran

    administrasi pajak reklame sebagai pengatur penyelenggaraan reklame

    dipertanyakan keefektifannya.

    Analisis implementasi..., Dina Aulia Yuliasni Asmadi, FISIP UI, 2011

  • 9

    Universitas Indonesia

    Berdasarkan uraian yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang

    akan dibahas adalah :

    1. Bagaimana implementasi tahapan administrasi pajak reklame yang dilakukan

    Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor atas reklame rokok pada warung dan

    kios di Kabupaten Bogor?

    2. Bagaimana proses pengawasan penyelenggaraan reklame rokok pada warung

    dan kios di Kabupaten Bogor?

    3. Apa saja kendala yang muncul dalam proses penyelenggaraan reklame rokok

    pada warung dan kios di Kabupaten Bogor?

    1.3 Tujuan Penelitian

    Dengan permasalahan yang telah disebutkan, tujuan dari peneilitian ini

    adalah untuk menganalisis :

    1. Implementasi tahapan administrasi pajak reklame atas reklame rokok pada

    warung dan kios di Kabupaten Bogor.

    2. Proses pengawasan penyelenggaraan reklame rokok pada warung dan kios di

    Kabupaten Bogor.

    3. Kendala dalam proses penyelenggaraan reklame rokok pada warung dan kios

    di Kabupaten Bogor.

    1.4 Signifikansi Penelitian

    Penelitian ini dilakukan berdasarkan tujuan-tujuan tertentu sehingga dapat

    memberikan manfaat bagi semua pihak yang membaca penelitian ini.

    1.4.1 Signifikansi Akademis

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan

    ilmu pengetahuan di bidang perpajakan, khususnya dalam hal yang berkenaan

    dengan implementasi pajak reklame atas reklame rokok. Penelitian ini juga

    diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan tambahan wawasan bagi

    peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis.

    Analisis implementasi..., Dina Aulia Yuliasni Asmadi, FISIP UI, 2011

  • 10

    Universitas Indonesia

    1.4.2 Signifikansi Praktisi

    Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang

    bermanfaat bagi Dinas Pendapatan Keuangan dan Barang Daerah Kabupaten

    Bogor agar dapat mengoptimalisasikan fungsi regulerend dan fungsi budgetair

    dari pemungutan Pajak Reklame atas reklame rokok pada warung dan kios di

    Kabupaten Bogor.

    1.5 Sistematika Penulisan

    Sistematika penulisa yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari enam

    bab, yang masing-masing terbagi menjadi beberapa sub bab. Garis besar

    sistematika penulisan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

    BAB 1 : PENDAHULUAN

    Bab ini membahas latar belakang penyusunan penelitian dan apa

    yang mendasari pemilihan tema analisis implementasi pemungutan

    pajak reklame atas reklame rokok pada warung dan kios di

    Kabupaten Bogor. Pada bab ini disampaikan juga pertanyaan

    penelitian yang mewakili apa yang hendak dibahas pada penelitian

    ini, tujuan penelitian yang dilakukan oleh peneliti serta manfaat

    penelitian dan sistematika penulisan.

    BAB 2 : KERANGKA TEORI

    Bab ini berisi tentang penelitian-penelitian sebelumnya mengenai

    pajak reklame serta berbagai konsep yang dibangun secara

    sistematis agar relevan dengan tema penelitian dan menunjang

    penulisan skripsi ini.

    BAB 3 : METODE PENELITIAN

    Bab ini membahas metode penelitian yang digunakan dalam

    penelitian skripsi ini yang meliputi pendekatan penelitian, jenis

    penelitian, teknik pengumpulan data, proses penelitian, penentuan

    site penelitian, batasan penelitian dan keterbatasan penelitian.

    Analisis implementasi..., Dina Aulia Yuliasni Asmadi, FISIP UI, 2011

  • 11

    Universitas Indonesia

    BAB 4 : GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN

    PENYELENGGARAAN REKLAME DI KABUPATEN

    BOGOR

    Bab ini membahas mengenai gambaran umum Badan Perizinan

    Terpadu (BPT), Dinas Pendapatan dan Keuangan Barang Daerah

    (DPKBD), Dinas Pertamanan dan Kebersihan (DKP), dan

    menggambarkan ketentuan umum penyelenggaraan reklame,

    pengendalian dan pengawasan reklame dan pelaksanaan pajak

    reklame di Kabupaten Bogor.

    BAB 5 : ANALISIS IMPLEMENTASI PEMUNGUTAN PAJAK

    REKLAME ATAS REKLAME ROKOK PADA WARUNG

    DAN KIOS DI KABUPATEN BOGOR

    Pada bab ini peneliti akan menguraikan dan menganalisis hasil

    temuan yang ada di lapangan. Bab ini akan membahas secara

    menyeluruh mengenai penyelenggaraan reklame rokok pada

    warung dan kios di Kabupaten Bogor, implementasi tahapan

    administrasi pajak reklame atas reklame rokok pada warung dan

    kios di Kabupaten Bogor, proses pengawasan penyelenggaraan

    reklame rokok pada warung dan kios di Kabupaten Bogor dan

    kendala dalam proses penyelenggaraan reklame rokok pada warung

    dan kios di Kabupaten Bogor.

    BAB 6 : SIMPULAN DAN SARAN

    Bab ini terdiri dari dua sub-bab yaitu simpulan yang merupakan

    hasil dari penelitian yang telah dilakukan dan rekomendasi

    berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan.

    Analisis implementasi..., Dina Aulia Yuliasni Asmadi, FISIP UI, 2011

  • 12 Universitas Indonesia

    BAB 2

    KERANGKA TEORI

    2.1 Tinjauan Pustaka

    Peneliti akan melakukan penelitian terkait dengan pajak reklame dengan

    judul penelitian “Analisis Implementasi Pemungutan Pajak Reklame atas

    Reklame Rokok pada Warung dan Kios di Kabupaten Bogor.” Sebelum

    memulai penelitian, peneliti melakukan peninjauan terhadap tiga hasil penelitian

    terdahulu yang terkait dengan pajak reklame. Penelitian yang terkait tersebut

    terdiri dari penelitian yang dilakukan oleh Techa Suprawardhani (2008), Lestari

    (2004), dan Deyra Sulistyaning Andrini (2008).

    Penelitian pertama yang menjadi bahan tinjauan adalah penelitian yang

    dilakukan oleh Techa Suprawardhani dengan judul “Optimalisasi Pendapatan

    Pajak Reklame melalui Pemeriksaan Pajak Daerah dengan Studi Kasus di

    Dinas Pendapatan Daerah Kota Bogor”. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui

    bahwa pemeriksaan pajak reklame yang sudah dilakukan Dinas Pendapatan

    Daerah Kota Bogor sudah sesuai dengan standar pemeriksaan yang seharusnya

    dilakukan atau sebaliknya, dan untuk mengetahui sejauh mana implikasi dari

    penerapan pemeriksaan pajak reklame dalam memenuhi target realisasi pajak

    reklam Kota Bogor yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Kota Bogor. Penelitian

    yang digunakan bersifat deskriptif dengan studi kasus, yang mana pendekatannya

    adalah kuantitatif dengan teknik pengumpulan datanya berupa studi literatur dan

    studi lapangan dengan wawancara mendalam kepada pihak-pihak terkait yang

    terlibat dalam penyelenggaraan reklame di Kota Bogor.

    Dari hasil pembahasan penelitian tersebut, diperoleh kesimpulan bahwa

    Dinas Pendapatan Kota Bogor telah melakukan dua pemeriksaan yaitu

    pemeriksaan kantor dan pemeriksaan lapangan. Penyelenggaraan pemeriksaan

    yang telah dilakukan telah memenuhi indikator dari tahapan pemeriksaan yaitu

    persiapan pemeriksaan, pelaksanaan pemeriksaan dan pembuatan laporan

    pemeriksaan. Pemeriksaan reklame ini telah sesuai dengan standar pemeriksaan

    yang seharusnya dilakukan. Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa implikasi

    dari pemeriksaan yang dilakukan oleh Dispenda Kota Bogor belum optimal.

    Analisis implementasi..., Dina Aulia Yuliasni Asmadi, FISIP UI, 2011

  • 13

    Universitas Indonesia

    Terbukti dengan realisasi yang masih belum memenuhi target dan denda pajak

    reklame yang semakin meningkat. Maka kinerja dari pegawai pemeriksaan masih

    perlu ditingkatkan.

    Pada penelitian kedua, tema yang diambil adalah penelitian dari Lestari

    yang berjudul “Analisis Pelaksanaan Pengawasan terhadap Pemungutan

    Pajak Reklame untuk Mencegah Hilangnya Penerimaan Pajak Reklame

    dengan Studi Kasus di Dipenda Provinsi DKI Jakarta.” Penelitian ini

    bertujuan untuk membahas mekanisme perizinan dan pengawasan

    penyelenggaraan reklame di Dipenda DKI Jakarta. penelitian yang digunakan

    bersifat deskriptif dengan studi kasus, yang mana pendekatannya adalah kualitatif

    dengan teknik pengumpulan datanya berupa studi kepustakaan, wawancara

    mendalam dan observasi terhadap pihak-pihak terkait yang terlibat dalam

    penyelenggaraan reklame.

    Dari hasil pembahasan, kesimpulan dari penelitian ini adalah proses

    perizinan penyelenggaraan reklame yang kompleks lebih dimudahkan dengan

    dikeluarkannya kebijakan satu pintu oleh Pemda. Terdapat keterbatasan jumlah

    personel pengawas sehingga personel dilapangan hanya bersedia mengawasi

    reklame yang ada dalam batas kewenangan masing-masing. Dampak dari

    pengawasan reklame dari adanya penelitian dan pembongkaran terhadap reklame

    bermasalah berpengaruh terhadap penerimaan pajak reklame. Masih banyak

    reklame yang belum ditertibkan, SKPD yang diterbitkan tidak dipenuhi WP yang

    secara langsung menunjukkan bahwa pengawasan yang berjalan belum efektif.

    Untuk penelitian terakhir yang dijadikan sumber adalah penelitian dari

    Deyra Sulistyaning Andrini dengan judul “Analisis Penetapan Nilai Sewa

    Reklame Berjalan / Kendaraan Dalam Rangka Optimalisasi Penerimaan

    Pajak Daerah (Studi Kasus Di Provinsi DKI Jakarta).” Penelitian ini bertujuan

    untuk mengetahui dan menganalisis penetapan nilai sewa reklame sebagai dasar

    pengenaan pajak reklame berjalan / kendaraan yang sesuai dengan tarif kelas

    jalan. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis penetapan

    nilai sewa reklame yang sesuai untuk optimalisasi penerimaan pajak daerah.

    Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik

    pengumpulan datanya berupa studi kepustakaan dan studi lapangan melalui

    Analisis implementasi..., Dina Aulia Yuliasni Asmadi, FISIP UI, 2011

  • 14

    Universitas Indonesia

    wawancara mendalam. Dari hasil pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa

    penetapan nilai sewa reklame sebagai dasar pengenaan pajak reklame berjalan /

    kendaraan tidak mengacu pada kelas jalan dan tarif kelas jalan tetapi

    menggunakan tarif khusus. Pemberlakuan tarif flat dibagi menjadi dua perlakuan

    yaitu untuk kendaraan umum yang memiliki jalur yang dilalui secara tetap dengan

    tarif kelas jalan yang dilaluinya dan untuk kendaraan umum yang tidak memiliki

    jalur tetap ditetapkan tarif rata-rata. Selain itu penetapan nilai sewa reklame

    berjalan / kendaraan sesuai dalam rangka optimalisasi penerimaan pajak daerah

    khususnya pajak reklame.

    Analisis implementasi..., Dina Aulia Yuliasni Asmadi, FISIP UI, 2011

  • 15

    Universitas Indonesia

    Tabel 2.1 Perbandingan Tinjauan Pustaka

    Peneliti Techa Suprawardhani Lestari Deyra Sulistyaning Andrini Dina Aulia Yuliasni Asmadi

    Judul Penelitian

    Optimalisasi Pendapatan Pajak

    Reklame Melalui Pemeriksaan

    Pajak Daerah (Studi Kasus Dinas

    Pendapatan Daerah Kota Bogor)

    Analisis Pelaksanaan Pengawasan

    terhadap Pemungutan Pajak

    Reklame untuk Mencegah

    Hilangnya Penerimaan Pajak

    Reklame (Studi Kasus di Dipenda

    Provinsi DKI Jakarta)

    Analisis Penetapan Nilai Sewa

    Reklame Berjalan/Kendaraan

    Dalam Rangka Optimalisasi

    Penerimaan Pajak Daerah (Studi

    Kasus Di Provinsi DKI Jakarta)

    Analisis Implementasi Pemungutan

    Pajak Reklame atas Reklame

    Rokok pada Warung dan Kios di

    Kabupaten Bogor

    Tahun 2008 2004 2008 2011

    Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Kualitatif Kuantitatif

    Tujuan Penelitian

    1. Untuk menjelaskan pemeriksaan pajak reklame yang dilakukan

    Dispenda Kota Bogor sudah

    sesuai dengan standar

    pemeriksaan yang seharusnya

    dilakukan atau tidak.

    2. Untuk mengetahui sejauh mana implikasi dari penerapan

    pemeriksaan Pajak reklame

    dalam memenuhi target realisasi

    pajak reklame khususnya Kota

    Bogor yang dilakukan oleh

    Dispenda Kota Bogor.

    1. Untuk membahas mekanisme perizinan dan pengawasan

    penyelenggaraan reklame di

    Dipenda DKI Jakarta.

    1. Untuk mengetahui dan menganalisis penetapan nilai

    sewa reklame sebagai dasar

    pengenaan pajak reklame

    berjalan / kendaraan yang sesuai

    dengan tarif kelas jalan.

    2. Untuk mengetahui dan menganalisis penetapan nilai

    sewa reklame yang sesuai untuk

    optimalisasi penerimaan pajak

    daerah.

    1. Untuk menganalisis implementasi tahapan

    administrasi pajak reklame atas

    reklame rokok pada warung

    dan kios di Kabupaten Bogor.

    2. Untuk menganalisis proses pengawasan penyelenggaraan

    reklame rokok pada warung

    dan kios di Kabupaten Bogor.

    3. Untuk menganalisis kendala dalam penyelenggaraan

    reklame rokok pada warung

    dan kios di Kabupaten Bogor.

    Analisis implementasi..., Dina Aulia Yuliasni Asmadi, FISIP UI, 2011

  • 16

    Universitas Indonesia

    Kesimpulan

    1. Penyelenggaraan Reklame dilihat dari ruang lingkup pemeriksaan

    Dispenda Kota Bogor telah

    melakukan dua pemeriksaan

    yaitu pemeriksaan kantor dan

    pemeriksaan lapangan.

    Pemeriksaan reklame telah sesuai

    dengan standar pemeriksaan yang

    seharusnya dilakukan.

    2. Implikasi dari pelaksanaan pemeriksaan pajak reklame di

    Kota Bogor seharusnya membuat

    Wajib Pajak menjadi lebih patuh.

    Tetapi dari hasil penelitian,

    masih diperlukan kinerja yang

    lebih baik karena implikasi dari

    pemeriksaan yang dilakukan oleh

    Dispenda Kota Bogor sampai

    saat ini belum optimal.

    1. Proses perizinan penyelenggaraan reklame yang

    kompleks sekarang menjadi

    lebih mudah dengan

    dikeluarkannya kebijakan satu

    pintu oleh Pemda.

    2. Terdapat keterbatasan jumlah personel pengawas sehingga

    personel dilapangan hanya

    bersedia mengawasi reklame

    yang ada dalam batas

    kewenangan masing-masing.

    3. Masih banyak reklame yang belum ditertibkan, SKPD yang

    diterbitkan tidak dipenuhi WP

    yang secara langsung

    menunjukkan bahwa

    pengawasan yang berjalan

    belum efektif.

    1. Penetapan Nilai Sewa reklame sebagai DPP reklame berjalan /

    kendaraan tidak mengacu pada

    kelas jalan dan tarif kelas jalan

    tetapi menggunakan tarif

    khusus. Penberlakuan tarif flat

    dibagi menjadi dua perlakuan

    yaitu untuk kendaraan umum

    yang memiliki jalur yang dilalui

    secara tetap dengan tarif kelas

    jalan yang dilaluinya dan untuk

    kendaraan umum yang tidak

    memiliki jalur tetap ditetapkan

    tarif rata-rata.

    2. Penetapan nilai sewa reklame berjalan / kendaraan sesuai

    dalam rangka optimalisasi

    penerimaan pajak daerah

    khususnya pajak reklame.

    1. Implementasi tahanpan administrasi pajak reklame

    rokok pada warung dan kios di

    Kabupaten Bogor sudah

    dilaksanakan sesuai dengan

    teori tahapan administrasi

    pajak.

    2. Proses pengawasan penyelenggaraan reklame rokok

    padawarung dan kios di

    Kabupaten belum dilaksanakan

    sesuai prosedur yang berlaku.

    3. Kendala masih ditemukan dalam tiap tahapan

    penyelenggaran reklame dan

    berpengaruh terhadap hilangnya

    sejumlah potensi pajak reklame.

    Sumber : Data diolah Peneliti

    Analisis implementasi..., Dina Aulia Yuliasni Asmadi, FISIP UI, 2011

  • 17

    Universitas Indonesia

    Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang pertama terletak pada

    tujuan penelitiannya. Penelitian tersebut lebih fokus kepada pemeriksaan pajak

    reklame sebagai salah satu cara untuk mengoptimalisasikan pendapatan daerah

    Kota Bogor. Selain tujuan dari penelitian tersebut, perbedaan juga terletak pada

    site penelitian. Site penelitian ini mengambil tempat di Dinas Pendapatan Kota

    Bogor,sedangkan penelitian ini mengambil tempat di Dinas Pendapatan Keuangan

    dan Barang Daerah Kabupaten Bogor, Badan Perizinan Terpadu.

    Pada penelitian kedua, perbedaan terletak pada metode penelitian yang

    digunakan. Penelitian kedua ini menggunakan metode penelitian kualitatif,

    sedangkan metode penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif.

    Selain itu site penelitian kedua ini dilakukan di Dinas Pendapatan Provinsi DKI

    Jakarta. Fokus dari penelitian kedua ini adalah untuk mengetahui proses perizinan

    dan pengawasan penyelenggaraan reklam, penelitian ini pun juga membahas hal

    pengawasan penyelenggaraan reklame namun terfokus pada reklame rokok yang

    diselenggarakan pada warung dan kios di Kabupaten Bogor.

    Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang terakhir juga ada pada

    metode penelitian, site penelitian dan tujuan penelitian. Penelitian ketiga ini

    menyorot menganalisis penetapan nilai sewa reklame berjalan untuk

    mengoptimalisasikan penerimaan pajak dan mengambil wilayah di DKI Jakarta.

    Metode yang digunakan dalam penelitian ketiga ini adalah metode penelitian

    kualitatif. Dan site penelitian yang diambil dalam penelitian ketiga ini adalah juga

    di Dinas Pendapatan DKI Jakarta.

    Selain perbedan-perbedaan tersebut, ketiga penelitian terdahulu ini memiliki

    persamaan dengan penelitian ini. Persamaan ketiga penelitian tersebut adalah

    kesamaan tema yang diambil, yaitu Pajak Reklame. Dengan kesamaan tema

    tersebut, beberapa teori yang digunakan juga sama, seperti teori pajak daerah,

    administrasi pajak dan pajak reklame.

    Analisis implementasi..., Dina Aulia Yuliasni Asmadi, FISIP UI, 2011

  • 18

    Universitas Indonesia

    2.2 Kerangka Teori

    2.2.1 Pajak Daerah

    Seiring dengan diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah daerah

    diberikan kewenangan dan diharapkan mampu untuk menjadi lebih mandiri dalam

    membiayai pengeluaran daerahnya sendiri. Sejalan dengan pemberian

    kewenangan tersebut, pemerintah daerah diharapkan mampu untuk menggali

    sumber-sumber keuangan khususnya untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan

    pemerintahan dan pembangunan di daerahnya melalui Pendapatan Asli Daerah

    (PAD). Kebijakan perimbangan keuangan antara pusat dengan daerah dilakukan

    dengan mengikuti pembagian wewenang (money follows function). Hal ini berarti

    bahwa hubungan keuangan pusat dan daerah perlu diberikan pengaturan

    sedemikian rupa sehingga kebutuhan pengeluaran yang akan menjadi tanggung

    jawab daerah dapat dibiayai dari sumber-sumber penerimaan yang ada

    (Abimanyu, 2005, h.29). Untuk itu, Pemerintah Daerah memerlukan sumber

    pendapatan yang cukup, salah satunya berasal dari pajak. Berdasarkan tingkat

    pemerintahannnya, pajak dibagi menjadi pajak pusat dan pajak daerah, sehingga

    pajak yang dapat dijadikan sumber Pendapatan Asli Daerah adalah Pajak Daerah.

    Definisi dari pajak daerah adalah :

    Pajak yang dipungut daerah berdasarkan peraturan pajak yang ditetapkan oleh

    daerah untuk kepentingan pembiayaan rumah tangga pemerintah daerah

    tersebut (Mardiasmo, 2003, h.51)

    Pajak daerah merupakan pajak yang dikelola oleh pemerintah daerah, baik

    provinsi maupun kabupaten / kota yang berguna untuk menunjang

    penerimaam pendapatan asli daerah dan hasil penerimaan tersebut masuk

    dalam Anggaran Penerimaan dan Belanja Daerah. (Kurniawan dan Agus

    Purwanto, 2004, h.47)

    Pemerintah Daerah dapat menetapkan dan memungut berbagai jenis pajak

    daerah sesuai dengan potensi yang dimiliki. Ruang lingkup pajak daerah terbatas

    pada objek yang belum dikenakan pajak pusat (Devano dan Kurnia, 2006, h.41).

    Pajak sifatnya dapat dipaksakan bahkan dalam memungut pajak fiskus juga

    mendapat wewenang dari undang-undang untuk mengadakan tindakan memaksa

    wajib pajak dalam bentuk penyitaan harta tetap. Dalam sejarah hukum pajak di

    Indonesia dikenal adanya lembaga sandera (Gijzeling), yakni wajib pajak yang

    Analisis implementasi..., Dina Aulia Yuliasni Asmadi, FISIP UI, 2011

  • 19

    Universitas Indonesia

    pada dasarnya mampu membayar pajak, akan tetapi selalu menhindar dengan

    berbagai dalih untuk tidak membayar pajak, maka fiskus dapat menyandera wajib

    pajak yang bersangkutan dengan memasukannya ke dalam kurungan (Nurmantu,

    2003, h.19). Hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah Daerah diberi kewenangan

    untuk menetapkan sendiri jenis pajak yang akan diterapkan dan menegakkan

    pelaksanaan pajak daerah.

    Antara pajak umum dan pajak daerah (terutama yang mengenai asas-asas

    hukumnya), dapat dikatakan tidak ada perbedaannya yang prinsip (Brotodiharjo,

    1998, h.104). Lapangan pajak daerah ialah lapangan yang belum digali oleh

    negara. Ketentuan seperti itu maksudnya adalah untuk mencegah pemungutan

    pajak ganda yang akibatnya sangat memberatkan para wajib pajak. Dalam hal

    suatu pungutan pajak oleh daerah merupakan suatu pajak ganda, maka daerah

    hanya dapat memungut tambahan (atau opsen) saja atas pajak yang dipungut oleh

    negara itu (Brotodiharjo, 1998, h.104). Itulah yang menyebabkan dalam setiap

    menetapkan pajak daerah yang akan digunakan dalam sebuah daerah, Pemerintah

    Daerah perlu mempertimbangkan pajak-pajak daerah yang sesuai untuk dijadikan

    sumber pendapatan. Karena itu kriteria Pajak Daerah yang baik sangat diperlukan.

    Menurut Achmad Lutfi (2006), kriteria Pajak Daerah yang baik adalah :

    1. Easy to administer locally; 2. Imposed solely (or mainly) on local resident; 3. Do not raise problem of ‘harmonization’ or ‘competition’ between

    subnational government or between sub national and national government.

    Dari kriteria tersebut, dapat disimpulkan bahwa Pajak Daerah yang akan

    dilaksanakan harus mudah untuk dilakukan oleh pemerintah daerah dan hanya

    dikenakan kepada masyarakat setempat. Kemusian pajak daerah tersebut tidak

    menimbulkan masalah yang mengganggu keseimbangan atau menimbulkan

    kompetisi antar pemerintah daerah maupun pemerintah daerah dengan pemerintah

    pusat.

    Analisis implementasi..., Dina Aulia Yuliasni Asmadi, FISIP UI, 2011

  • 20

    Universitas Indonesia

    Kriteria ini juga diperjelas oleh Davey yang menyebutkan bahwa pajak

    daerah harus memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut :

    1. Kecukupan dan elastisitas

    Dapat mudah naik turun mengikuti naik atau turunnya tingkat pendapatan

    masyarakat.

    2. Keadilan

    Adil dan merata secara vertical dan horizontal.

    3. Kemampuan administratif

    Administrasi yang fleksibel, yang berarti sederhana, mudah dihitung,

    pelayanan memuaskan bagi si wajib pajak.

    4. Kesepakatan politis

    Secara politis dapat diterima oleh masyarakat, sehingga timbul ketaatan

    membayar pajaknya tinggi. Kesepakatan ini diperjelas dengan keberadaan

    peraturan yang mengesahkan pelaksanaan pajak tersebut.

    5. Distorsi terhadap perekonomian

    Jangan sampai suatu pajak atau pungutan menimbulkan beban tambahan

    yang berlebihan, yang akan merugikan masyarakat secara menyeluruh.

    (Davey, 1988, h.40-59)

    Setelah sejumlah teori mengenai definisi dan kriteria pajak daerah di atas,

    terdapat beberapa ciri yang melekat dalam pengertian Pajak Daerah, antara lain :

    1. Pajak daerah berasal dari pajak asli daerah maupun pajak negara yang

    diserahkan kepada daerah sebagai pajak daerah;

    2. Pajak daerah dipungut oleh daerah terbatas di dalam wilayah administratif

    yang dikuasainya berupa provinsi dan kabupaten / kota;

    3. Hasil pungutan pajak daerah dipergunakan untuk membiayai urusan rumah

    tangga daerah atau untuk membiayai pengeluaran daerah sebagaimana yang

    tertera di Anggaran Penerimaan dan Pembelanjaan Daerah;

    4. Pajak daerah dipungut oleh daerah berdasarkan Peraturan Daerah, maka

    sifat pemungutan dapat dipaksakan terhadap masyarakat yang wajib

    membayar dalam lingkungan administratif kekuasaannya tersebut.

    Terkait dengan objek pajak, tidak semua objek yang menjadi potensi daerah

    bisa dijadikan objek pajak daerah. Jadi, selain memenuhi kriteria pajak daerah

    Analisis implementasi..., Dina Aulia Yuliasni Asmadi, FISIP UI, 2011

  • 21

    Universitas Indonesia

    yang baik, terdapat kriteria objek pajak daerah yang harus dipenuhi sebelum objek

    tersebut bisa disebut sebagai objek pajak daerah. Kriteria tersebut antara lain :

    1. Bersifat pajak dan bukan retribusi;

    2. Objek pajak terletak atau terdapat di wilayah daerah kabupaten / kota yang

    bersangkutan dan mempunyai mobilitas yang cukup rendah serta hanya

    melayani masyarakat di wilayah Daerah Kabupaten / Kota yang

    bersangkutan;

    3. Objek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan kepentingan

    umum;

    4. Objek pajak bukan merupakan objek pajak Provinsi dan / atau objek pajak

    Pusat;

    5. Potensinya memadai;

    6. Tidak memberikan dampak ekonomi yang negatif;

    7. Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat; dan

    8. Menjaga kelestarian lingkungan. (Samudra, 2005, h.51-52)

    Penetapan pajak daerah yang akan diterapkan pada suatu daerah harus tepat

    karena pajak daerah ini berkontribusi terhadap pendapatan asli daerah, sehingga

    harus dilaksanakan seefektif dan seefisien mungkin agar pendapatan daerah dapat

    terkumpul secara optimal dan tidak menambah biaya yang harus dikeluarkan oleh

    pemerintah. Tetapi peran pajak daerah dalam memberikan kontribusi terhadap

    pendapatan daerah tergantung dari cocok tidaknya pajak daerah tersebut untuk

    dijadikan sumber pendapatan daerah. (Ikhsan dan Salomo, 2002, h.86). Untuk itu

    pemilihan objek pajak reklame juga harus diperhitungkan walaupun objek pajak

    tersebut sangat berpotensi tinggi jika dipajaki.

    Pajak daerah yang dikelola oleh daerah dibedakan menjadi dua jenis, antara

    lain pajak yang dipungut oleh provinsi dan pajak yang dipungut oleh kabupaten

    atau kota. Perbedaan dari kedua jenis pajak ini terletak pada kewenangan

    pemungutan dan cakupan objek pajak dari daerah tersebut. Untuk pajak provinsi,

    kewenangan pemungutan terdapat pada pemerintah daerah provinsi. Sedangkan

    pajak kabupaten atau kota dipungut oleh pemerintah daerah kabupaten atau kota.

    Selain itu objek pajak kabupaten / kota lebih luas daripada objek pajak provinsi

    dan masih bisa untuk diperluas berdasarkan peraturan pemerintah selama tidak

    Analisis implementasi..., Dina Aulia Yuliasni Asmadi, FISIP UI, 2011

  • 22

    Universitas Indonesia

    bertentangan dengan ketentuan. Sedangkan pajak provinsi hanya dapat diperluas

    melalui perubahan perundang-undangan.

    Pajak daerah, baik provinsi dan kabupaten/kota, merupakan sumber

    pendapatan daerah yang memegang peranan penting dalam memberikan

    pelayanan yang maksimal kepada masyarakat. Dalam rangka memberikan

    pelayanan kepada publik, melalui tersedianya barang dan jasa yang dibutuhkan

    masyarakat, diharapkan timbul ketaatan dan kesadaran masyarakat dalam

    membayar pajak. Sehingga fungsi pajak daerah dapat dibedakan menjadi 2 (dua),

    yaitu fungsi budgetair dan fungsi regulerend (Rosdiana dan Rasin Tarigan, 2005,

    h.39-40). Pengertian kedua fungsi tersebut adalah :

    1. Fungsi budgetair

    Fungsi pajak yang paling utama adalah untuk mengisi kas negara (to raise

    government revenue), yang biasa disebut dengan fungsi budgeter atau gunfis

    penerimaan (revenue function).

    2. Fungsi regulerend

    Pada kenyataannya, pajak bukan hanya berfungsi untuk mengisi kas negara.

    Pajak juga digunakan pemerintah sebagai instrument untuk mencapai

    tujuan-tujuan tertentu yang telah ditetapkan pemerintah. Selain itu pajak

    juga dapat digunakan untuk menghambat atau mendistorsi suatu kegiatan.

    Sehingga pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur guna tercapainya

    tujuan-tujuan tertentuyang ditetapkan pemerintah.

    2.2.2 Reklame

    Banyak ahli yang sudah mengemukakan teorinya mengenai reklame, salah

    satunya adalah Berkhouwer, yang dikutip oleh Winardi, dan Weilbacher yang

    mendefinisikan reklame sebagai berikut :

    Setiap pernyataan yang secara sadar ditujukan kepada publik dalam bentuk

    apapun juga yang dilakukan oleh seorang peserta lalu lintas perniagaan, yang

    diarahkan ke arah sasaran memperbesar penjualan barang-barang atau jasa-jasa

    yang dimasukkan, oleh pihak yang berkepentingan dalam lalu lintas

    perniagaan. (Winardi,1992, h.1)

    Analisis implementasi..., Dina Aulia Yuliasni Asmadi, FISIP UI, 2011

  • 23

    Universitas Indonesia

    Advertising consist of media messages paid for and signed by a business firm

    or institution that wishes to increase the probability that those reached by these

    messages will behave or believe as the advertiser wishes them to behave or

    believe. (Weilbacher, 1979)

    Dari pengertian ini, disimpulkan bahwa reklame adalah pesan media yang

    digunakan oleh produsen dengan harapan perilaku dan keyakinan konsumen dapat

    diarahkan seperti yang produsen inginkan dari pesan media tersebut.

    Bentuk reklame bermacam-macam. Berdasarkan tujuan, reklame dibagi

    menjadi beberapa jenis reklame, antara lain :

    Reklame Komersial (Ekonomis)

    Reklame yang dibuat untuk menawarkan barang dan jasa. Dengan reklame

    diharapkan pembeli lebih tertarik untuk menggunakan produk yang

    ditawarkan dan keuntungan yang diperoleh lebih banyak. Jenis reklame ini

    banyak digunakan para pedagang atau pengusaha dalam meningkatkan

    keuntungan.

    Reklame Non-Komersial (Sosial)

    Reklame yang dibuat untuk mengajak atau menghimbau orang lain untuk

    mau melakukan sesuatu. Keuntungan yang diperoleh biasanya bukan dalam

    bentuk materi secara langsung. (MGMP Seni Budaya)

    2.2.3 Pajak Reklame

    Pajak reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Pajak reklame

    ini merupakan pajak Kabupaten / Kota yang berfungsi sebagai sumber

    Penerimaan Asli Daerah untuk membiayai pemerintahan dan pembangunan

    daerah. Salah satu pertimbangan diberlakukannya pajak reklame adalah azas

    pemungutan reklame tersebut. Azas pemungutan pajak reklame lebih menyorot

    masalah pengaturan kebersihan, keindahan dan ketertiban kota (Samudra, 1995,

    h.158). Sehingga awal diberlakukannya pajak reklame didasarkan atas fungsi

    pengaturan (regulerend).

    Dalam hal pengaturan ini, reklame dikelompokkan menjadi dua bagian,

    yaitu jenis reklame yang dipasang pada prasarana kota dan di luar prasarana kota

    (Samudra, 1995, h.159-160). Pada jenis reklame prasarana kota, penempatan dan

    pemasangannya menggunakan atau terletak pada prasarana kota seperti jalan-

    Analisis implementasi..., Dina Aulia Yuliasni Asmadi, FISIP UI, 2011

  • 24

    Universitas Indonesia

    jalan, taman, saluran kota, bangunan pada perpetakan milik pemerintah atau

    perorangan. Sedangkan jenis reklame di luar prasarana kora penempatan dan

    pemasangannya tidak menggunakan prasarana kota dan bangunan. Pemasangan

    reklame luar prasarana kota ini paling tidak harus memenuhi persyaratan bahwa

    pemasangannya tidak mengganggu ketertiban umum dan keamanan serta tidak

    mengganggu keindahan kota. Selain itu, reklame tersebut juga tidak mengganggu

    lalu lintas pejalan kaki maupun pengaturan lalu lintas. Inilah yang menjadi dasar

    bahwa nilai sewa reklame dari tiap media reklame berbeda antara satu sama lain.

    2.2.4 Sistem Pemungutan Pajak Daerah

    Sistem pemungutan pajak daerah pada dasarnya sama seperti pemungutan

    pajak pusat, yaitu menggunakan tiga sistem pemungutan pajak. Hal ini diperjelas

    dengan penjelasan Siahaan mengenai sistem pemungutan pajak daerah, yaitu :

    1. Self Assesment System

    Dalam sistem ini, wajib pajak diberi kepercayaan untuk menghitung,

    membayar dan melaporkan sendiri pajak daerah yang terhutang dengan

    menggunakan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD).

    2. Official Assesment System

    Dalam sistem ini, besarnya pajak ditetapkan terlebih dahulu oleh Kepala

    Daerah atau pejabat daerah yang ditunjuk melalui Surat Ketetapan Pajak

    Daerah (SKPD) atau dokumen lain yang dipersamakan.

    3. Withholding system

    Dalam sistem ini, pajak daerah dipungut oleh pemungut pajak pada

    sumbernya. (Siahaan, 2008, h.69)

    Dalam pemilihan sistem pemungutan pajak daerah yang akan digunakan, yang

    berhak menetapkan hal tersebut adalah Kepala Daerah yang bersangkutan.

    Pemilihan ini harus dipertimbangkan sebaik-baiknya karena akan berakibat pada

    penerimaan daerah dan proses pengawasan pemungutannya.

    Analisis implementasi..., Dina Aulia Yuliasni Asmadi, FISIP UI, 2011

  • 25

    Universitas Indonesia

    2.2.5 Administrasi Pajak

    Administrasi perpajakan mempunyai peran penting dalam rangka

    menunjang keberhasilan suatu kebijakan perpajakan yang telah diambil.

    Administrasi pajak adalah segala urusan administrasi sebagai salah satu instrumen

    pelaksanaan di bidang perpajakan dalam rangka menjalankan fungsi pelayanan

    masyarakat, pengawasan masyarakat dalam rangka pelaksanaan kewajiban

    perpajakan, dan pembinaan dari pelaksanaan pengawasan dimaksud (Gunadi,

    2005, h.2). Sedangkan pengertian administrasi pajak menurut Mansury

    mengandung tiga pengertian, antara lain :

    1. Instansi atau badan yang diberi wewenang dan tanggung jawab untuk

    menyelenggarakan pemungutan pajak.

    2. Orang-orang yang terdiri dari pejabat dan pegawai yang bekerja pada

    instansi perpajakan yang secara nyata melaksanakan kegiatan pemungutan

    pajak.

    3. Kegiatan penyelenggaraan pemungutan pajak oleh suatu instansi atau badan

    yang dilaksanakan untuk mencapai sasaran dalam kebijaksanaan perpajakan,

    berdasarkan saran hukum yang ditentukan oleh Undang-undang Perpajakan.

    (Mansury, 1996, h.23)

    Menurut Mansury, administrasi perpajakan merupakan kunci keberhasilan dari

    kebijakan perpajakan. Kebijakan perpajakan yang baik tidak akan berjalan tanpa

    dukungan administrasi perpajakan.

    Pada proses pengadministrasian pendapatan pajak daerah, terdapat

    serangkaian kegiatan yang dapat ditempuh. Menurut McMaster tahapan dalam

    proses administrasi pajak daerah, adalah sebagai berikut :

    1. Identification 2. Assesment 3. Collection (McMaster, 1991, h.45)

    Ketiga tahapan ini merupakan hal yang harus dilakukan agar pelaksanaan tahapan

    administrasi pajak berjalan dengan baik. Tidak dilakukannya salah satu tahapan

    membuat pelaksanaan tahapan administrasi pajak menjadi kurang lengkap.

    Tahapan administrasi lebih dijabarkan secara mendetail oleh Ikhsan dan Salomo

    Analisis implementasi..., Dina Aulia Yuliasni Asmadi, FISIP UI, 2011

  • 26

    Universitas Indonesia

    (2002) yang menyatakan bahwa tahapan-tahapan dalam administrasi perpajakan

    mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

    1. Melakukan Pendataan/Identifikasi Subjek dan/atau Objek Pajak

    Pada tahap pertama ini yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi subjek

    atau objek dari masing-masing jenis pajak yang akan dipungut. Tahap ini

    perlu dilakukan karena pada tahap inilah jumlah subjek atau objek dari suatu

    pajak ditentukan. Pengidentifikasian objek dan subjek pajak terutama perlu

    dilakukan terhadap jenis-jenis pajak yang objeknya relatif lebih mudah

    untuk dilakukan.

    2. Pemeriksaan Wajib dan Objek Pajak

    Untuk mengetahui wajib pajak yang belum memenuhi kewajibannya

    dibutuhkan sistem pencatatan yang baik, dalam arti kelalaian pajak dapat

    segera diketahui dari pencatatan tersebut sehingga dapat dilakukan

    pemeriksaan silang dengan jenis-jenis pajak daerah yang lain. Jadi setelah

    mendata subjek dan objek pajak tersebut, maka dilakukanlah penilaian oleh

    petugas pemeriksaan dinas luar terhadap keberadaan subjek dan objek pajak

    yang telah teridentifikasi tersebut. Pemeriksaan ini sangat diperlukan

    sebagai sarana untuk memperkirakan jumlah pendapatan yang akan diterima

    dari suatu objek pajak tertentu dan juga sebagai sarana untuk melakukan

    penetapan pajak terutang bagi objek pajak yang tidak terdata dengan baik.

    3. Penetapan Nilai Pajak Terutang

    Penetapan nilai pajak terutang lebih mudah dilakukan terhadap subjek dan

    objek pajak yang telah terdata dengan baik.Oleh karena itu, penetapan nilai

    pajak terutang juga harus memperhatikan aturan-aturan objek yang berlaku

    misalnya dengan nilai objek pajak, besarnya tarif dan sebagainya. Penetapan

    besarnya pajak terutang akan sangat membantu jika tarif yang berlaku ialah

    tarif advolerem, yakni penetapan tarif dengan presentase tertentu dari nilai

    objek pajak. Kesederhanaan perhitungan dan tingkat kepastian yang tinggi

    terhadap nilai pajak terutang akan dapat menutup ruang gerak bagi fiskus

    untuk melakukan korupsi dan kolusi.

    Analisis implementasi..., Dina Aulia Yuliasni Asmadi, FISIP UI, 2011

  • 27

    Universitas Indonesia

    4. Melakukan Penagihan atau Penerimaan Setoran Pajak

    Tahap ini merupakan tahap dimana instansi yang berwenang melakukan

    pemungutan pajak atau menerima setoran pajak dari wajib pajak sesuai

    dengan besarnya nilai pajak terutang yang harus dibayar. Sesuai dengan

    perkembangan yang terjadi dalam sistem perpajakan, aktivitas penagihan

    pajak telah bergeser menjadi pelayanan terhadap wajib pajak yang

    melakukan penyetoran pajak. Demikian pula, setoran pajak terutang tidak

    perlu lagi harus dilakukan di kantor-kantor pelayanan pajak yang disediakan

    oleh Pemerintah Daerah melainkan dapat dilakukan di berbagai tempat.

    Namun demikian, kemungkinan masih diperlukannya cara penagihan secara

    langsung oleh petugas pajak juga masih tinggi karena pajak-pajak tertentu

    masih sulit untuk menerapkan sistem self assessment system secara penuh.

    Dalam pelaksanaan administrasi pajak, pengawasan terhadap pelayanan yang

    diberikan juga harus dilakukan. Pengawasan memiliki pengertian sebagai proses

    pengamatan atas pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar

    semua pekerjaan yang sedang dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana yang

    telah ditentukan sebelumnya (Siagian, 1997, h.135). Pada pelaksanaan

    administrasi pajak, proses penerimaan setoran pajak daerah memerlukan sistem

    pengawasan yang baik. Salah satu fungsi pengawasan yang penting dalam

    perpajakan adalah adanya pemeriksaan pajak yang dilakukan oleh aparat pajak

    dalam mengawasi kepatuhan wajib pajak (Mardiasmo, 1996, h.13). Pengawasan

    ini harus dilakukan dalam rangka mewujudkan administrasi perpajakan yang

    efektif dan efisien.

    Suatu administrasi perpajakan dapat dikatakan sukses apabila mencapai

    sasaran yang diharapkan dalam menghasilkan penerimaan pajak yang optimal

    dikarenakanan administrasi perpajakannya mampu dengan efektif melaksanakan

    sistem perpajakan suatu negara. Administrasi pajak dikatakan efektif apabila

    mampu mengatasi masalah-masalah seperti :

    1. Wajib pajak yang tidak terdaftar (unregistered taxpayers)

    Dengan administrasi pajak yang efektif akan mampu mendeteksi dan

    menindak dengan sanksi tegas bagi masyarakat yang telah memenuhi

    Analisis implementasi..., Dina Aulia Yuliasni Asmadi, FISIP UI, 2011

  • 28

    Universitas Indonesia

    ketentuan menjadi wajib pajak akan tetapi belum terdaftar. Penambahan

    jumlah wajib pajak akan meningkatkan jumlah penerimaan pajak.

    2. Wajib pajak yang tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan dan

    Masa (SPT dan SPM)

    Administrasi perpajakan efektif akan dapat mengetahui penyebab wajib

    pajak tidak menyampaikan SPT melalui pemeriksaan pajak. Masalah ini

    biasa muncul pada pajak yang menggunakan sistem self-assessment.

    3. Penyelundupan pajak (tax evaders)

    Penyelundup pajak adalah wajib pajak yang melaporkan / membuat jumlah

    pajaknya lebih kecil dari yang seharusnya.

    4. Penunggak Pajak

    Wajib pajak yang tidak menyetorkan pajak terhutangnya cukup lama sampai

    melewati batas waktu yang ditetapkan. Upaya pencairan tunggakan pajak

    dapat dilakukan melalui pelaksanaan tindakan penagihan secara intensif

    dalam set administrasi pajak yang baik akan lebih efektif melaksanakan

    upaya tersebut. (Gunadi, 2003, h.3)

    Pada dasarnya sasaran administrasi perpajakan yang baik adalah meningkatkan

    kepatuhan wajib pajak dalam pemenuhian kewajiban perpajakan dan pelaksanaan

    ketentuan perpajakan secara seragam antara wajib pajak dan fiskus. Dalam

    menilai suatu ketentuan untuk mendapatkan tingkat efisiensi yang baik, yaitu

    tercapainya penerimaan maksimal dengan biaya minimal (Devano dan Kurnia,

    2006, h.72). Hal ini selaras dengan prinsip administrasi perpajakan yang baik di

    negara-negara berkembang menurut Richard, Bird dan Casanegra yang dikutip

    oleh Angelia dalam penelitiannya sebagai berikut :

    The best tax administration in not simply one that collects the most revenue.

    How that revenue is raised – that is, the effect of the revenue generation effort

    on equity, in the political fortunes of governments and on the level economic

    welfare – may be equally important. (Angelia, 2008, h.22)

    Dimana suatu administrasi perpajakan yang baik, tidak hanya mengumpulkan

    banyak penerimaan, tetapi juga ditunjang dengan hal yang lebih penting lagi yaitu

    keadilan, politik dan tingkat kesejahteraan ekonomi. Sehingga keberhasilan suatu

    administrasi tidak hanya mendapat penerimaan yang besar, tapi juga diimbangi

    Analisis implementasi..., Dina Aulia Yuliasni Asmadi, FISIP UI, 2011

  • 29

    Universitas Indonesia

    dengan pengeluaran biaya yang seminimal mungkin. Menurut pendapat Zain dan

    Arinta (1989, h.113) bahwa administrasi perpajakan adalah instrumen yang efektif

    untuk merealisasikan kebijakan perpajakan dan instrumen yang bertanggung

    jawab untuk mengelola dan melaksanakan undang-undang perpajakan. Oleh

    karena itu, masalah aparat dan instansi pajak merupakan tulang punggung dan

    memegang peranan penting dalam pelaksanaannya.

    2.3 Operasionalisasi Konsep

    Dalam penelitian ini, teori yang digunakan sebagai variable penelitian

    adalah teori tahapan administrasi pajak yang dicetuskan oleh Ikhsan dan Salomo.

    Menurut teori tersebut, tahapan administrasi pajak terdiri dari

    pendataan/identifikasi subjek dan/atau objek pajak; pemeriksaan wajib dan objek

    pajak; penetapan nilai pajak terutang; dan melakukan penagihan atau penerimaan

    setoran pajak. Identifikasi / pendataan terkait dalam hal kelengkapan dari data

    subjek / wajib dan objek pajak reklame rokok pada warung dan kios di

    Kabupaten Bogor. Pada pemeriksaan wajib dan objek pajak, hal yang harus

    diperhatikan adalah prosedur pemeriksaan dan kebenaran dari data yang dimiliki

    pemerintah daerah Kabupaten Bogor. Penetapan nilai pajak terkait dengan

    penghitungan dan penetapan pajak reklame rokok pada warung dan kios di

    Kabupaten Bogor. Pada penagihan dan penerimaan setoran pajak, hal yang harus

    diperhatikan adalah prosedur penerimaan setoran pajak reklame rokok pada

    warung dan kios dan prosedur penagihan pajak reklame rokok pada warung dan

    kios di Kabupaten Bogor. Selain itu, untuk menyempurnakan pelaksanaan

    penagihan dan penerimaan setoran, pengawasan pemungutan pajak juga perlu

    dinilai karena berperan penting dalam mengawasi kepatuhan Wajib Pajak.

    Analisis implementasi..., Dina Aulia Yuliasni Asmadi, FISIP UI, 2011

  • 30

    Universitas Indonesia

    Tabel 2.2 Operasionalisasi Konsep

    Variabel Dimensi Indikator Skala Sumber Data

    Primer Sekunder

    Tahapan

    Administrasi

    Pajak

    Pendataann /

    identifikasi

    subjek dan /

    atau objek

    pajak

    - Kelengkapan data wajib pajak reklame

    warung dan kios

    - Kelengkapan data objek pajak reklame

    warung dan kios

    Ordinal Wawancara Data subjek

    dan objek

    pajak

    reklame,

    Peraturan

    Daerah

    Pemeriksaan

    wajib dan

    objek pajak

    - Prosedur pemeriksaan wajib dan objek pajak

    reklame rokok pada

    warung dan kios

    Ordinal Wawancara Peraturan

    Daerah

    Penetapan nilai

    pajak terutang

    - Penghitungan pajak reklame rokok pada

    warung dan kios

    - Penetapan jumlah pajak reklame rokok

    pada warung dan kios

    Ordinal Wawancara Peraturan

    Daerah,

    Peraturan

    Bupati

    Penagihan atau

    penerimaan

    setoran pajak

    - Prosedur pelaksanaan penerimaan setoran

    pajak reklame rokok

    warung dan kios

    - Prosedur pelaksanaan penagihan pajak

    reklame rokok

    warung dan kios

    - Prosedur pelaksanaan pengawasan

    pemungutan pajak

    reklame rokok warung

    dan kios

    Ordinal

    Wawancara

    Peraturan

    Daerah

    Sumber : Ikhsan dan Salomo, 2002. Data diolah Peneliti

    Analisis implementasi..., Dina Aulia Yuliasni Asmadi, FISIP UI, 2011

  • 31 Universitas Indonesia

    BAB 3

    METODE PENELITIAN

    3.1 Pendekatan Penelitian

    Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    pendekatan kuantitatif. Pendekatan Kuantitatif adalah penelitian yang bersifat

    deduktif, dimana peneliti menempatkan teori sebagai titik tolak utama dalam

    kegiatan penggalian informasi dan kebenaran (Neuman, 2003, h.46). Pendekatan

    kuantitatif merupakan salah satu pendekatan yang menekankan pada prosedur

    ketat dalam menentukan variabel-variabel penelitiannya. Alasan penggunaan

    pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini adalah karena penelitian ini berusaha

    untuk menjelaskan suatu gejala atau permasalahan serta berusaha untuk

    menemukan hukum-hukum atau pola-pola umum / universal. Pendekatan

    kuantitatif menjadikan teori sebagai pedoman penting dalam merencanakan

    penelitian. Teori dalam hal ini memberi pedoman tentang kerangka berpikir yang

    harus dimiliki peneliti, data apa saja yang harus dikumpulkan oleh peneliti.

    3.2 Jenis Penelitian

    3.2.1 Berdasarkan Tujuan Penelitian

    Berdasarkan tujuan penelitian, jenis penelitian yang digunakan adalah

    penelitian deskriptif. Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif karena

    penelitian ini berusaha menggambarkan secara sistematis situasi dan masalah di

    dalam pelaksanaan pajak reklame atas reklame rokok. Hal ini sesuai dengan yang

    diungkapkan oleh Neuman yang menyebutkan bahwa

    Descriptive research present a picture of the specific details of situation, social

    setting, or relationship. The outcome of a descriptive study is a detailed picture

    of the subject” (Neuman, 2003).

    Hal ini menjelaskan bahwa penelitian deskriptif menyajikan rincian yang

    spesifik tentang situasi, latar sosial atau hubungan misalnya seperto memperlajari

    masalah dalam masyarakat, tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta proses

    yang sedang berlangsung. Peneliti mengembangkan konsep dan menghimpun

    fakta.

    Analisis implementasi..., Dina Aulia Yuliasni Asmadi, FISIP UI, 2011

  • 32

    Universitas Indonesia

    3.2.2 Berdasarkan Manfaat Penelitian

    Berdasarkan manfaat dari penelitian, penelitian ini merupakan penelitian

    murni, dimana penelitian ini ditujukan untuk pengembangan ranah keilmuan

    pengetahuan perpajakan. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Neuman bahwa

    penelitian murni memperluas pengetahuan dasar mengenai sesuatu.

    Basic research advances fundamental knowledge about the social world. It

    focuses on refutingorsupporting theories that explain how the social world

    operates, what make things happen, why social relation are a certain way, and

    why society changes. (Neuman, 2003)

    Pertanyaan penelitian murni sekilas tidak menjawab secara konkrit permasalahan

    yang ada di lapangan, namun penelitian murni menyediakan suatu landasan

    berfikir bagi penelitian praktis untuk memecahkan masalah. Tetapi penelitian ini

    diharapkan menjadi landasan berpikir bagi penelitian lain di masa depan

    mengenai implementasi pajak reklame atas reklame rokok pada warung dan kios

    di Kabupaten Bogor dan bagaimana pengaturannya terkait dengan fungsi

    regulerend dari pajak.

    3.2.3 Berdasarkan Dimensi Waktu

    Berdasarkan dimensi waktu, penelitian termasuk ke dalam penelitian cross-

    sectional research, karena dilakukan pada satu waktu tertentu yaitu pada saat

    peneliti melakukan penelitian hingga penelitian tersebut selesai dilakukan. Seperti

    yang diyatakan oleh Bailey dan Babbie yang menyebutkan bahwa :

    Most survey studies are in theory cross-sectional, even though in practice it

    may take several weeks or months for interviewing to be completed.

    Researchers observe at one point in time. (Moleong, 2004, h.7)

    Penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu Maret 2011 hingga Juni 2011,

    dimana reklame rokok pada warung dan kios semakin banyak di Kabupaten

    Bogor.

    Analisis implementasi..., Dina Aulia Yuliasni Asmadi, FISIP UI, 2011

  • 33

    Universitas Indonesia

    3.2.4 Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitinan ini adalah studi

    kepustakaan dan studi lapangan. Teknik pengumpulan data ini dijelaskan secara

    mendalam sebagai berikut :

    a. Studi Kepustakaan

    Studi kepustakaan dilakukan melalui pengumpulan literature buku dan data

    yang relevan dengan penelitian, seperti buku-buku, literature, jurnal, artikel,

    baik media cetak maupun elektronik.

    b. Studi Lapangan

    Studi Lapangan dilakukan melalui observasi, wawancara mendalam

    (interview) dan analisis data sekunder. Obsevasi merupakan metode paling

    dasar untuk memperoleh informasi,bila digunakan secara efektif, pengamatan

    merupakan metode kunci untuk mengumpulkan data yang sahih dan

    terpercaya. Prinsip pengamatan mendasari semua metode yang digunakan

    oleh ilmuwan dalam pengumpulan data (Kartono, 1996, p.157). Wawancara

    mendalam menggunakan instrumen penelitian berupa pedoman wawancara

    yang memuat hal-hal yang ingin diketahui dan dibutuhkan peneliti terkait

    dengan permasalahan yang diteliti dengan menggunakan pertanyaan terbuka

    sehingga informan dapat menjawab secara bebas menurut pengetahuannya.

    Selain itu, wawancara tidak hanya menangkap pemahaman atau ide, tetapi

    juga dapat menangkap perasaan, pengalaman, emosi, motif, yang dimiliki

    oleh responden yang bersangkutan (Gulo, 2003, p.119).

    Berdasarkan definisi ini, wawancara dilakukan berupa interaksi verbal dengan

    tujuan untuk mendapatkan informasi dan dilaksanakan dengan mengeliminasi

    materi yang tidak berkaitan dengan penelitian. Untuk melakukan wawancara

    mendalam, diperlukan pedoman wawancara. Pedoman wawancara adalah daftar

    pertanyaan terbuka yang tidak membatasi jawaban dari informan sehingga

    informan dapat memberikan jawaban sesuai dengan persepsi dan pengetahuan

    yang dimilikinya. Pedoman wawancara tidak bersifat mengikat sehingga jika

    dalam wawancara terdapat hal di luar pertanyaan yang dibahas namun memiliki

    keterkaitan dengan tema penelitian akan dijadikan bahan analisis oleh peneliti.

    Analisis implementasi..., Dina Aulia Yuliasni Asmadi, FISIP UI, 2011

  • 34

    Universitas Indonesia

    Wawancara dilakukan terhadap informan yang telah dipilih oleh peneliti terkait

    dengan topik penelitian.

    Dalam penetapan narasumber / informan, peneliti memiliki kategori untuk

    Adapun pemilihan narasumber / informan dalam penelitian ini,didasarkan atas

    keterkaitan narasumber / informan dengan tema yang diteliti oleh peneliti.

    Neuman mengemukakan bahwa kategori dari narasumber / informan adalah :

    The ideal informants has four characteristic :

    a. The informant is totally familiar with the culture

    b. The individual is currently involved in the field

    c. The person can spend time with the researcher

    d. Non-analytic individual. (Neuman, 2003)

    3.3 Teknik Analisis Data

    Penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif dimana analisis

    data dilakukan bersamaan atau hampir bersamaan dengan pengumpulan data,

    sehingga tidak ada panduan yang baku dalam melakukan analisis data. Sesuai

    dengan pengertian analisis data menurut Bogdan dan Biklen yang dikutip oleh

    Irawan, yaitu :

    Analisis data adalah proses mencari dan mengatur secara sistematis

    transkrip interview, yang kesemuanya itu Anda kumpulkan untuk

    meningkatkan pemahaman Anda terhadap suatu fenomena dan membantu

    Anda kepada orang lain. (Irawan, 2006, h.73)

    Untuk melaksanakan penelitian ini, peneliti mengumpulkan dara-data terkait

    dengan penelitian baik berupa data empiris maupun hasil wawancara informan

    yang relevan. Analisis dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data. Data-data

    yang diperoleh tidak dipaparkan seluruhnya, namun data yang terkait dengan

    penelitian saja yang dipaparkan. Peneliti juga memperhatikan waktu dari data

    tersebut didapatkan sehingga data yang dipaparkan adalah data yang terkait dan

    paling baru.

    Analisis implementasi..., Dina Aulia Yuliasni Asmadi, FISIP UI, 2011

  • 35

    Universitas Indonesia

    3.4 Narasumber

    Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan wawancara. maka

    peneliti memerlukan informan / narasumber sebagai sumber data untuk

    melengkapi penelitian ini. Sesuai dengan karakteristik menurut Neuman, maka

    peneliti menetapkan beberapa informan / narasumber, antara lain :

    1. Bagian Perizinan Badan Perizinan Terpadu Kabupaten Bogor untuk

    mendapatkan informasi mengenai proses perizinan pemasangan reklame

    rokok pada warung dan kios di Kabupaten Bogor.

    2. Bagian Reklame Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Bogor untuk

    mendapatkan informasi mengenai standarisasi penyelenggaraan reklame

    rokok di warung dan kios Kabupaten Bogor dan pengendaliannya.

    3. Bagian Pendataan dan Penetapan Pajak Reklame Dinas Pendapatan Keuangan

    dan Barang Daerah Kabupaten Bogor, untuk mendapatkan informasi tentang

    pelaksanaan tahapan administrasi pajak reklame rokok yang berada di warung

    dan kios Kabupaten Bogor.

    4. Bagian Penagihan Pajak Daerah Dinas Pendapatan Dinas Pendapatan

    Keuangan dan Barang Daerah Kabupaten Bogor, untuk mengetahui

    penerimaan setoran pajak reklame atas reklame rokok yang berada di warung

    dan kios Kabupaten Bogor beserta pengawasannya.

    5. PT. Djarum, wajib pajak, untuk mendapatkan informasi mengenai prosedur

    yang dilalui dalam penyelenggaraan reklame rokok yang dikelola perusahaan

    yang dipasangkan di warung dan kios Kabupaten Bogor.

    6. CV. Sheilla Advertising, wajib pajak, untuk mendapatkan informasi mengenai

    prosedur yang dilalui dalam penyelenggaraan reklame rokok yang dikelola

    perusahaan yang dipasangkan di warung dan kios Kabupaten Bogor.

    7. CV. Wahyu, wajib pajak, untuk mendapatkan informasi mengenai prosedur

    yang dilalui dalam penyelenggaraan reklame rokok yang dikelola perusahaan

    yang dipasangkan di warung dan kios Kabupaten Bogor.

    8. Edi Sumantri, Akademisi, untuk mengetahui konsep dasar pajak reklame atas

    reklame rokok berbentuk warung dan kios.

    Analisis implementasi..., Dina Aulia Yuliasni Asmadi, FISIP UI, 2011

  • 36

    Universitas Indonesia

    3.5 Site Penelitian

    Penelitian yang dilakukan adalah mengenai analisis implementasi pajak

    reklame atas reklame rokok pada warung dan kios ditinjau dari ketentuan pajak

    daerah di Kabupaten Bogor. Site penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah Dinas Pendapatan Keuangan dan Barang Daerah Kabupaten Bogor, Badan

    Perizinan Terpadu Kabupaten Bogor, dan Dinas Kebersihan dan Pertamanan

    Kabupaten Bogor, dan Kabupaten Bogor.

    3.6 Pembatasan Penelitian

    Penelitian ini dibata