STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa...

82
STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS BAHASA LAMAHOLOT DIALEK LAMALERA YOSEF DEMON NIM 1490171011 PROGRAM STUDI DOKTOR (S-3) ILMU LINGUISTIK FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2017

Transcript of STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa...

Page 1: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

STRUKTUR KLAUSA DAN

INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS BAHASA LAMAHOLOT

DIALEK LAMALERA

YOSEF DEMON NIM 1490171011

PROGRAM STUDI DOKTOR (S-3) ILMU LINGUISTIK FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2017

Page 2: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

ii

STRUKTUR KLAUSA DAN

INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS BAHASA LAMAHOLOT

DIALEK LAMALERA

Disertasi untuk Memperoleh Gelar Doktor pada Program Studi Doktor Ilmu Linguistik, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana

YOSEF DEMON NIM 1491071011

PROGRAM STUDI DOKTOR (S-3) ILMU LINGUISTIK FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

Page 3: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

iii

2017

Lembar Persetujuan DISERTASI INI TELAH DISETUJUI

PADA TANGGAL......................................

Promotor,

Prof. Dr. I Wayan Pastika, M. S. NIP 1959 1231 198511 1001

Kopromotor I, Kopromotor II, Prof. Dr. Ketut Artawa, M. A. Dr. I Nyoman Udayana, M. Litt. NIP 1956 1024 1983 031002 NIP 1963 0405 1988 031001

Mengetahui, Ketua Program Studi Doktor (S3) Ilmu Linguistik Dekan Fakultas Ilmu Budaya Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana Universitas Udayana Prof. Dr. I Nengah Sudipa, M. A. Prof. Dr. N. L. Sutjiati Beratha, M. A. NIP 1954 0731 1979 11 1 001 NIP 1959 0917 198403 2 002

Page 4: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

iv

Disertasi ini telah dinilai pada Ujian Terbuka Tanggal 28 September 2017

Panitia Penguji Disertasi Berdasarkan SK Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana

No. : ...../UN.14.2.1/PD/2017 Tanggal 19 Juli 2017

Ketua : Prof. Dr. I Wayan Pastika, M.S. (Promotor)

Anggota :

1. Prof. Drs. Ketut Artawa, M.A., Ph.D. (Kopromotor I)

2. Dr. I Nyoman Udayana, M.Litt. (Kopromotor II)

3. Prof. Dr. I Nengah Sudipa, M. A.

4. Prof. Dr. Aron Meko Mbete

5. Dr. Ni Made Dhanawaty, M.S.

6. Dr. Made Sri Satyawati, S.S., M.Hum.

7. Dr. Ni Ketut Ratna Erawati, M.Hum.

Page 5: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

v

PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Nama : Yosef Demon

NIM : 1490171011

Program Studi : Program Studi Doktor (S3) Ilmu Linguistik

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana

Judul Disertasi : Struktur Klausa Dan Interpretasi Tipologi Sintaksis

Bahasa Lamaholot Dialek Lamalera

Dengan ini menyatakan bahwa disertasi ini bebas plagiat. Apabila dikemudian

hari terbukti terdapat plagiarisme dalam karya ilmiah ini, saya bersedia

menerima sanksi sesuai dengan peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2010 dan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, Juni 2017

Yang membuat pernyataan,

Yosef Demon NIM 1490171011

Page 6: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur ke hadapan Ida Sang Hyang

Widhi Wasa, Tuhan Yang Mahakuasa, hanya atas kasih dan karunia-Nya disertasi ini

dapat dirampungkan. Izinkanlah penulis pada kesempatan ini mengucapkan terima

kasih yang tulus ikhlas kepada:

Prof. Dr. I Wayan Pastika, M. S., pembimbing utama yang dengan penuh

perhatian telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan, dan saran kepada penulis

selama penulisan disertasi khususnya dan selama mengikuti kuliah program doktor

umumnya.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Prof. Drs. Ketut Artawa, M. A., Ph. D.,

Kopromotor I, dan Dr. I Nyoman Udayana, M. Litt., Kopromotor II, yang dengan penuh

perhatian, dan kesabaran selalu dan senantiasa memberikan bimbingan, diskusi

(intensif, cermat, dan kritis) dan saran kepada penulis.

Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana, Prof.

Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD., KEMD, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan

selama penulis mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Doktor Linguistik di

Universitas Udayana.

Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Direktur Program Pascasarjana

Universitas Udayana yang dijabat oleh Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, Sp. S (K),

Asisten Direktur I Prof. Dr. Made Budiarsa, M. A., dan Asisten Direktur II Prof. Made

Sudiana Mahendra, Ph. D., atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk

menjadi mahasiswa Program Doktor Ilmu Linguistik pada Program Pascasarjana

Universitas Udayana.

Page 7: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

vii

Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Dekan Fakultas Ilmu Budaya,

Universitas Udayana, Prof. Dr. Ni Luh Sutjiati Beratha, M. A., Wakil Dekan I Prof. Dr.

I Nyoman Suparwa, M. Hum., Wakil Dekan II, Drs. I Gde Nala Antara, M. Hum., dan

Wakil Dekan III, Prof. Dr. I Nyoman Weda Kusuma, M. S., atas fasilitas yang diberikan

selama penulis mengikuti pendidikan pada Program Doktor Ilmu Linguistik di

Universitas Udayana.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Prof. Dr. Aron Meko Mbete

selaku Ketua Program Doktor Linguistik, Dr. A. A. Putra, M. Hum, selaku sekretaris

Program Doktor Ilmu Linguistik periode 2012-2015 dan Prof. Dr. I Nengah Sudipa, M.

A., sebagai Ketua Program Studi dan Dr. Made Sri Satyawati, S. S., M. Hum.,

Sekretaris Program Studi Doktor Ilmu Linguistik Program Pascasarjana Universitas

Udayana, yang telah memberikan motivasi selama proses pembelajaran, baik di dalam

maupun di luar kelas.

Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Laurentinus

Dominikus Gadi Djou, Akt., Ketua Yayasan Perguruan Tinggi Flores, atas izin,

dukungan moril dan materiil yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti

pendidikan doktor.

Ungkapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada para penguji disertasi,

yaitu Prof. Dr. I Wayan Pastika, M. S., Prof. Drs. Ketut Artawa, M. A., Ph. D, Prof. Dr.

Mahyuni, M. S., Prof. Dr. I Ketut Darma Laksana, M. Hum., Prof. Dr. I Nengah Sudipa,

M.Hum., Prof. Dr. Aron Meko Mbete, Dr. I Nyoman Udayana, M. Litt., Dr. Ni Made

Dhanawaty, M. S., Dr. Made Sri Satyawati, S. S., M. Hum., dan Dr. Ni Ketut Ratna

Page 8: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

viii

Erawati, M. Hum., yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan, dan koreksi

kritis sehingga disertasi ini dapat terwujud.

Penulis juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Pemerintah

Indonesia c.q, Kementerian Riset Teknologi Dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia

yang telah memberikan bantuan beasiswa BPPS sehingga dapat meringankan beban

penulis dalam menyelesaikan pendidikan doktor ini.

Penghargaan yang tinggi dan ucapan terima kasih ditujukan kepada semua guru

yang telah membimbing dan mendidik penulis sejak penulis duduk di sekolah dasar

hingga perguruan tinggi.

Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada staf pengajar pada Program Doktor

Ilmu Linguistik, yakni Prof. Dr. I Wayan Jendra, S. U.(alm), Prof. Dr. I Gusti Made

Sutjaja, M. A., Prof. Dr. Aron Meko Mbete, Prof. Drs. Ketut Artawa, M. A., Ph. D,

Prof. Drs. Dewa Komang Tantra, M. Sc. Ph. D., Prof. Drs. I Made Suastra, Ph. D., Prof.

Dr. Drs. Ida Bagus Putra Yadnya, M. A., Prof. Dr. I Wayan Pastika. M. S., Prof. Dr. I

Nyoman Suparwa, M. Hum., Prof. Dr. Made Budiarsa, M. A., Prof. Dr. I Ketut Darma

Laksana, M. Hum., Prof. Dr. I Nengah Sudipa, M. A., Prof. Dr. Ni Luh Sutjiati Beratha,

M. A., Prof. Dr. I Nyoman Weda Kusuma, S. U., dan Dr. Ni Made Dhanawaty, M. S.

Terima kasih disampaikan kepada seluruh staf administrasi dan perpustakaan

Program Doktor Linguistik, yakni I Nyoman Sadra, S.S., I Ketut Ebuh, S.Sos., I Gusti

Agung Supadmini, Ni Nyoman Adi Triani, S.E., Ida Bagus Suanda, Ni Nyoman

Sumerti, dan Ni Nyoman Sukartini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada

seluruh staf administrasi di Program Pascasarjana Universitas Udayana.

Page 9: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

ix

Ucapan terima kasih juga penulis berikan kepada informan, Bapak Fransiskus B.

Beding, Bapak Bernardus P. Miteng, Bapak Emanuel Bataona, Bapak Philipus B. K.

Bataona, Bapak Fransiskus O. Bataona, Bapak Falentinus B., Bapak Fransiskus F.

Beraf, Mama Maria F. Blikololong, Mama Theresia K. Beraf, Saudara Maria F.

Bataona, Saudara Maria N. Korohama, Saudara M. Bribi Lelaona, dan Saudara

Katharina Nudek, atas kerja samanya dalam memberikan data yang penulis butuhkan

selama mengumpulkan data.

Ucapan terima kasih yang mendalam penulis berikan kepada segenap anggota

keluarga tercinta Bapak Andreas A. Bataona (alm.), Mama Agnes Selaka (almrh.),

Kakak Agustinus B. Bataona (alm.), dan Adik Fransiskus I. Bataona (alm.) yang

senantiasa memberikan doa dan dukungan dari alam seberang kepada penulis untuk

menyelesaikan disertasi ini. Saudaraku terkasih, Maria Foli Bataona, yang senantiasa

berdoa dan berharap akan keberhasilanku dalam menempuh pendidikan ini.

Ucapan terima kasih yang ikhlas dan mendalam penulis tujukan kepada istri

tercinta, Margaretha Kaky, dan anak-anakku, Yohanes A. A. Bataona, Yohana A.

Selaka Bataona, Agustinus B., Petrus K. N. Bataona, Fransiskus A. I. Bataona, dan

Maria Y. Bataona, yang telah berkorban dengan memberikan kesempatan kepada

penulis untuk melanjutkan pendidikan doktor dan menyelesaikan disertasi ini di tengah

kebutuhan mereka akan perhatian dan kasih sayang.

Ucapan terima kasih yang tulus ikhlas kepada Bapak Yohanes Kaky, Mama

Yohana Kroabuken (almrh.), Bapak Aloysius, Ibu Maria E.Kaky, Bapak Godehardus

Go, Ibu Monika E. Kaky, Bapak Sam dan Ibu Emanuela K., Bapak Antonius R., Ibu

Matildis K, Saudaraku Stanislaus K., Ibu Florentina B, keluarga besar Bataona, keluarga

Page 10: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

x

besar Embu Rini yang telah memberikan perhatian mendalam kepada keluarga selama

penulis mengikuti pendidikan.

Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada

semua yang turut serta memberikan dukungan, harapan dan doa yang namanya tidak

dapat disebutkan satu per satu dalam tulisan ini. Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa,

Tuhan Yang Mahakuasa memberikan limpahan rahmat-Nya kepada mereka semua.

Denpasar, September 2017 Penulis,

Yosef Demon

Page 11: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

xi

ABSTRAK

Penelitian Struktur Klausa dan Interpretasi Tipologi Sintaksis Bahasa Lamaholot dialek Lamalera (BLDL) bertujuan untuk (1) merekonstruksi konstruksi dasar klausa simpleks dan klausa kompleks sebagai upaya mengidentifikasi tipologi sintaksis, (2) mendeskripsikan mekanisme perubahan valensi verba (penaikan dan penurunan valensi), dan (3) mendeskripsikan perilaku gramatikal argumen dan sistem aliansi gramatikal dalam struktur klausa BLDL ?

Teori yang digunakan dalam penelitian ini ialah Teori Relasi Gramatikal dan Teori Tipologi Bahasa. Teori Relasi Gramatikal memperkenalkan tiga jenis relasi gramatikal murni sintaktis, yaitu subjek (S), objek langsung (OL), objek tak langsung (OTL), dan relasi relasi semantis (Oblik) seperti lokatif, benefaktif, dan instrumental (Blake, 1994 ; Palmer, 1994 ; Mattews, 1997). Relasi gramatikal menyatakan proses sintagmatik yang berhubungan dengan valensi verba, relasi sintaktis, relasi semantis, dan relasi pragmatis (Van Valin dan La Polla, 1999, Comrie, 1981 : 59, Blake, 1990 : 194 ; Manning, 1994 : 34, Artawa, 2000 : 490, Shopen, 1992 : 121, Carnie, 2013 : 127). Tipologi bahasa adalah kajian tentang tipe bahasa berdasarkan ciri-ciri struktural yang dimiliki oleh suatu bahasa. Tujuannya adalah untuk menentukan bertipe “apakah sebuah bahasa atau bahasa X bila diamati dari strukturnya” (Keraf, 1987 : 8-12, Comrie, 1981: 30, Shopen, 1992 : 96, Dixon, 2010 : 242, Moravcsik, 2013).

Hasil analisis data menunjukkan bahwa struktur dasar klausa simpleks BLDL adalah SVO (FN FV FN) dan OSV (FN FN FV) sebagai struktur turunan. Mekanisme perubahan valensi verba BLDL terutama untuk menyiasati penaikan valensi verba dengan cara (a) alternasi vokal (vowel alternation, internal change, internal modification) dan (b) pola tataurut kata (word order, zero internal modification). Penurunan valensi verba BLDL disiasati dengan predikat klausa kedua (secondary predicate). Predikat klausa kedua mengindikasikan keadaan hasilan dari tindakan yang dinyatakan pada predikat pertama.

Pengetesan mekanisme sistem pivot pada lima kerangka tes (a), (c), (e), (g), (j) pada konstruksi koordinatif, konstruksi pemerlengkap jusif, dan konstruksi adverbial mencerminkan bahwa BLDL bekerja dengan sistem S/A pivot, sedangkan pada enam kerangka tes (b), (d), (f), (h), (i), (k) menggambarkan BLDL bekerja dengan sistem S/P pivot. Merujuk pada pegelompokan bahasa-bahasa secara tipologis sehubungan dengan fungsi-fungsi pragmatis disimpulkan bahwa BLDL adalah bahasa berpenonjol subjek (subject promoinent language), dengan ciri seperti memiliki struktur dasar klausa berkonstruksi subjek-predikat, penopikalan merupakan konstruksi alternatif. Analisis data membuktikan bahwa BLDL adalah bahasa yang memiliki kecenderungan sebagai bahasa akusatif secara sintaksis.

Kata kunci: pemarkahan, klausa simpleks, klausa kompleks, valensi verba, tipologi sintaksis

Page 12: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

xii

ABSTRACT

Clausal structure and interpretation of syntactic typology study of Lamalera

diaelct of Lamaholot Language (LDLL) is aimed (1) reconstructing the basic constructs of simplex sentences and complex sentences in an effort to identify the syntactic typology of LDLL, (2) describing the verbal valence change mechanism of LDLL (valence increase and decrease), and (3) ) describing the grammatical behavior of arguments and grammatical alliance systems in the structure of the LDLL clause ?

The theory used in this research are Grammatical Relation Theory and Theory of Language Typology. The Grammatical Relation Theory introduces three types of syntactically pure grammatical relationships, namely subject (S), direct object (DO), indirect object (IO), and semantic relation (Oblique) such as locative, benefactive, and instrumental (Blake, 1994; , 1994; Mattews, 1997). Grammatical relations state the syntagmatic processes associated with verb valence, syntactic relations, semantic relations, and pragmatic relationships (Van Valin and La Polla, 1999, Comrie, 1981: 59, Blake, 1990: 194; Manning, 1994: 34, Artawa, 2000 : 490, Shopen, 1992: 121, Carnie, 2013: 127). Language typology is the study of language types based on the structural characteristics of a language. The goal is to determine the type "whether a language or an X language when observed from its structure" (Keraf 1987: 8-12, Comrie, 1981: 30, Shopen, 1992: 96, Dixon, 2010: 242, Moravcsik, 2013).

The result of data analysis shows that the basic structures of LDLL simplex clause are SVO (FN FV FN) and OSV (FN FN FV) as derived structures. LDLL verbal valence change mechanism is mainly used to overcome verbal valence enhanced by (a) vowel alternation or internal change, or internal modification, and (b) word order pattern or zero internal modification. The decrease in the verb valence of LDLL is attributed to the predicate of the secondary predicate. The predicate of the second clause indicates the state of the action stated in the first predicate.

The testing of pivot system mechanisms in the five test frameworks (a), (c), (e), (g), (j) are in coordinative construction, just if construction and adverbial construction reflects that LDLL works with S / A pivot system, while the six test frameworks (b), (d), (f), (h), (i), (k) describe LDLL working with the S / P pivot system. Referring to the typological grouping of languages in relation to pragmatic functions, it is concluded that LDLL is the subject of promoinent language with the characteristics such as having the basic structure of predicate-subject constructed clauses, topicalization is an alternative construct. Data analysis proves that LDLL is a language that has a tendency as a syntactically accusative language. Keywords: markings, simplex phrases, complex sentences, verb valence, syntactic

typology

Page 13: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

xiii

RINGKASAN DISERTASI

STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS BAHASA LAMAHOLOT

DIALEK LAMALERA 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Kenyataan membuktikan bahwa bahasa-bahasa daerah telah mengemban peran sosial dan peran transmisi nilai-nilai luhur keetnikan jauh sebelum bahasa Indonesia dan bahasa asing menggeser, menggusur dan menyusutkan peran-peran itu. Bahasa Lamaholot dialek Lamalera (selanjutnya disingkat BLDL) telah mengemban peran sosial dan peran transmisi nilai-nilai luhur kini mengalami pergeseran dan penyusutan yang amat siginifikan. Pembalikan pergeseran dan penyusutan peran BLDL melalui penelitian mutlak perlu dilakukan sebagai upaya memosisikan, melanggengkan, memperkukuh, dan memperkokoh kebertahanan kebudayaan daerah. Muara penelitian ini ialah pendokumentasian aspek-aspek kelinguistikan BLDL dalam kerangka mewarnai panorama kelinguistikan Indonesia atau indigenisasi kelinguistikan Indonesia.

Jejak-jejak penelitian aspek-aspek kelinguistikan bahasa-bahasa di kawasan Timur Indonesia boleh dikatakan sangat terbatas. Hal ini dapat dimaklumi karena aspek kewilayahan Indonesia Timur yang masih terisolasi dari dunia luar pada beberapa dasawarsa sebelumnya. Tambahan pula pertumbuhan dan perkembangan teori-teori linguistik sebagai alat bedah bahasa belum sepenuhnya menyentuh hakikat dasar bahasa-bahasa daerah. Minimnya informasi kelinguistikan bahasa-bahasa kecil di wilayah Indonesia Timur ini turut menenggelamkan fakta bahwa sesungguhnya bahasa-bahasa kecil ini memiliki keunikan atau keistimewaan aspek-aspek linguistik sebagai ciri universal.

Istilah Lamaholot seyogianya merupakan sebuah terminologi konsep yang merujuk pada aspek geografis, demografis, dan kultural. Artinya, Lamaholot adalah sebuah entitas yang mencakup satu kesatuan wilayah dengan batas-batas administratif pemerintahan tertentu, sekelompok etnik atau komunitas yang mendiami sebuah wilayah, tradisi adat istiadat, dan bahasa sebuah komunitas. Sehubungan dengan penelitian ini, Lamaholot mengacu pada bahasa.

Bahasa Lamaholot dialek Lamalera merupakan salah satu dari tiga puluh lima dialek dalam rumpun bahasa Lamaholot (Keraf, 1978 : 8), terdapat di Pulau Lembata, Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Bahasa Lamaholot dialek Lamalera memiliki sebuah dialek tunggal yaitu dialek Lamalera, wilayah pemakaiannya meliputi dua desa, Lamalera A, dan Lamalera B, dan memiliki jumlah penutur kira-kira 3.000 orang.

Telaah khusus BLDL telah dilakukan oleh Keraf (1978) tentang Morfologi Dialek Lamalera. Keraf (1990) juga menulis tentang tipologi dialek Lamalera dalam konteks tipologi bandingan terhadap sejumlah bahasa tanpa menyinggung aspek sintaksisnya. Dialek Lamalera dijadikan sebagai pijakan perbandingan dengan bahasa-bahasa lainnya. Meskipun hanya memiliki dua referensi ini, kajian teoretis Keraf sangat diperlukan dalam membantu pemahaman awal tentang aspek sintaksis BLDL terhadap bahasa-bahasa lain yang dibandingkan.

Page 14: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

xiv

Hasil penelusuran sementara diketahui bahwa penelitian BLDL dari aspek fonologi dan sintaksis belum pernah dilakukan, sedangkan aspek morfologi, sebagaimana yang telah disebutkan di atas, sudah diteliti oleh Keraf (1978). Belum dilakukannya penelitian tipologi sintaksis BLDL menjadi salah satu motivasi perlu dilakukannya penelitian ini. Penelitian ini merupakan pijakan awal untuk penelitian lanjutan yang lebih komprehensif dan cermat. Meskipun belum memiliki publikasi linguistik yang memadai, BLDL merupakan salah satu dialek yang memiliki sejumlah keunikan linguistik (aspek fonologi, morfologi, dan sintaksis) dari ketiga puluh lima dialek yang tersebar di Kabupaten Flores Timur dan Kabupaten Lembata.

Kemenarikan aspek tipologi sintaksis yang ingin diteliti adalah tipologi struktur dasar klausa simpleks BLDL dengan alternasi struktur turunan (derivasi). Kemenarikan aspek sintaksis lainnya, yaitu kemampuan predikator verba melakukan persesuaian atau perujukan secara proklitis dan enklitis, baik yang berfungsi sebagai S/A maupun P dalam sebuah klausa. Perujuksilangan nomina fungsi S/A secara proklitis oleh predikator bentuk-bentuk prakategorial (verba, modus, konjungsi) tidak berlaku bagi predikator verba dasar bebas. Predikator verba dasar bebas hanya memiliki kemampuan merujuk secara enklitis (pemarkah S dan P).

Keberadaan bentuk-bentuk perujuksilangan pada predikator verba secara morfologis berbentuk proklitik dan enklitik dan secara semantis sebagai pemarkah S/A dan P sebuah klausa. Bentuk-bentuk rujuk silang ini merupakan proses sintaktis. Fenomena perujukan inilah yang menjadi peranti pembeda antara bentuk-bentuk prakategorial (verba, modus, konjungsi, demonstrativa) dengan bentuk-bentuk dasar bebas (verba, nomina, adjektiva).

Penaikan valensi verba dalam BLDL hanya dapat dilakukan melalui strategi sintaktis dan fonologis. Tata urut kata (strategi sintaksis) dan alternasi bunyi vokal atau perubahan internal (strategi fonologis) berperan dalam menentukan penaikan valensi verba BLDL. Keberadaan konstruksi-konstruksi seperti kausatif dan aplikatif dalam BLDL juga dibuktikan dengan sejumlah data karena kedua bentuk ini memiliki ciri-ciri yang berbeda dari ciri-ciri keuniversalan.

Sistem aliansi gramatikal merupakan aspek kemenarikan lainnya. Aliansi gramatikal merupakan sistem atau kecenderungan persekutuan gramatikal di dalam atau antarklausa dalam suatu bahasa secara tipologis, misalnya apakah S = A, S = P, Sa = A, dan Sp = P (Dixon, 2010, Jufrizal, 2004, Payne, 2002, Dixon, Arka, 2000, 1994, Palmer, 1994). Dixon (dalam Artawa, 2005 : 11) mengemukakan bahwa sistem aliansi gramatikal menjadi titik perhatian untuk menentukan sistem bahasa yang mungkin untuk bahasa-bahasa di dunia, yaitu bahasa akusatif, bahasa ergatif, bahasa agentif, bahasa aktif, dan sebagainya. Penelitian ini juga ingin membuktikan kecenderungan persekutuan gramatikal di dalam klausa atau antarklausa dalam BLDL, seperti ”apakah S = A, S = P, Sa = A, dan Sp = P”. Amatan sepintas membuktikan bahwa BLDL memiliki kecenderungan sebagai bahasa yang bersistem akusatif-nominatif.

Kajian tipologi bahasa dan kesemestaan bahasa merupakan salah satu telaah menarik lainnya dengan memanfaatkan teori linguistik formal yang telah dikembangkan. Berpijak pada asumsi dasar bahwa manusia pada awalnya hanya memiliki satu bahasa maka pertanyaannya adalah apakah aneka bahasa yang tersebar di seluruh jagat ini memiliki tipologi yang sama ? Paham kesemestaan atau keuniversalan menyatakan bahwa semua bahasa memiliki kesamaan dan juga keberbedaan.

Page 15: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

xv

Teori tipologi bahasa memanfaatkan penalaran induktif-alamiah bersinergi untuk telaah kajian lintas bahasa atau kesemestaan bahasa (Comrie, 1983). Penelitian bahasa yang dilakukan berlandaskan ancangan teori dekriptif tipologis diikuti dengan aplikasi telaah linguistik formal diharapkan mampu memerikan hal ikhwal BLDL lebih tepat, detail dan alamiah ilmiah.

Penelitian BLDL menggunakan Teori Tipologi Bahasa (Dixon) dan Teori Relasi Gramatikal (Perlmuter dalam Comrie dan Blake). Penggunaan kedua teori ini diharapkan mampu untuk merekonstruksi konstruksi dasar klausa simpleks dan kompleks BLDL, penentuan tipologi sintaksis BLDL, penentuan keeratan relasi antarargumen dan sistem aliansi gramatikal BLDL. Telaah tentang relasi gramatikal BLDL dilakukan dengan melihat properti argumen inti serta interaksi dengan verba, keterlibatan markah pada verba sangat bertalian erat dengan valensi verba, serta pengendalian pelesapan pada tataran klausa koordinatif dan subordinatif (perelatifan, pengedepanan, klausa komplemen). Pengetesan dilakukan secara sinkron dengan pengetesan perilaku argumen praverba dalam struktur klausa, keterkaitan relasi gramatikal dengan verba melalui pemarkahan dan tata urut konstituen. Hal ini juga merupakan salah satu kiat untuk mencermati tipe BLDL dan pada akhirnya akan ditetapkan tipologi sintaksis BLDL ini berdasarkan analisis data.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ini merujuk pada tiga masalah pokok, yaitu (1) Bagaimanakah

struktur dasar klausa simpleks dan kompleks BLDL? (2) Bagaimanakah perubahan valensi verba (penaikan/penurunan) BLDL? dan (3) Bagaimanakah perilaku gramatikal argumen dan sistem aliansi gramatikal dalam struktur kalimat BLDL ?

1.3 Tujuan Penelitian Orientasi penelitian ini secara umum yaitu mendeskripsikan perilaku struktur

sintaksis BLDL. Pendeskripsian perilaku struktur sintaksis lebih menajam pada analisis perilaku relasi gramatikal yang ditautkan dengan interpretasi tipologis sintaksis klausa/kalimat BLDL.

Secara khusus orientasi akhir penelitiain ini ialah (1) menemukan dan mendeskripsikan struktur dasar klausa simpleks dan kompleks BLDL; (2) mendeskripsikan mekanisme perubahan valensi dan strategi yang menandai adanya perubahan struktur (revaluasi) baik yang menyangkut mekanisme penurunan /penaikan valensi verba; dan (3) menganalisis dan mendeskripsikan perilaku gramatikal (inti) dan non-inti serta sistem aliansi gramatikal yang terdapat dalam struktur sintaksis klausa BLDL.

1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoretis

maupun secara praktis. Secara teoretis, penelitian ini merupakan upaya menerapkan dan mengembangan teori Tipologi Bahasa dan teori Relasi Gramatikal dalam membedah data bahasa secara lintas bahasa. Untuk itu, diperlukan wawasan pengetahuan dan pemahaman yang luas tentang sintaksis khususnya dan linguistik pada umumnya. Selain itu, hasil penelitian ini merupakan oase penyediaan informasi teoretis dalam menyemarakan khazanah kelinguistikan Indonesia dan rujukan bagi penelitian lanjutan.

Page 16: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

xvi

Secara praktis hasil penelitian ini akan menjadi (a) stimulan yang berdaya guna bagi penutur BLDL untuk setia menggunakan dan mempertahankan BLDL sebagai salah satu asset budaya Lamalera pengungkap jati diri etnis; (b) dokumentasi bagi pelestarian, pewarisan dan bahkan pembalikkan pergeseran fungsi dan peran BLDL dalam seluruh aspek kehidupan masyarakat Lamalera; dan (c) rambu-rambu bagi para pengambil kebijakan dalam merumuskan regulasi sebagai upaya penyelamatan BLDL dan dialek-dialek lain dalam rumpun bahasa Lamaholot.

2. Kajian Pustaka, Konsep, Teori, dan Model Penelitian Telaah pustaka ini bertalian erat dengan penelitian lintas bahasa-bahasa yang

relevan dengan penelitian ini dan pustaka-pustaka rujukan sebagai penyedia informasi teoretis. Sejumlah hasil penelitian lintas bahasa (tesis, disertasi) yang relevan dengan tulisan ini ialah (a) Japa (2000) meneliti “Bahasa Lamaholot Dialek Nusa Tadon”; (b) Jufrizal (2004) mengkaji “Struktur Argumen dan Aliansi Gramatikal Bahasa Minangkabau (BM)”; (c) Jeladu (2008) meneliti tentang “Klausa Bahasa Rongga : Sebuah Analisis Leksikal-Fungsional” ; (d) Satyawati (2009), meneliti tentang “Valensi dan Relasi Sintaksis Bahasa Bima, berpijak pada Teori Role and Reference Grammar (RRG)”; (e) Yudha (2011) meneliti tentang “Struktur dan Fungsi Gramatikal Bahasa Lio”, menggunakan Teori Tatabahasa Leksikal-Fungsional dan Teori Pemetaan Leksikal; (f) Sukendra (2012) meneliti tentang “Klausa Bahasa Sabu, Kajian Tipologi Sintaksis”; (g) Budiarta (2013) meneliti tentang “Tipologi Sintaksis Bahasa Kemak (BKm)”; dan (h) Erawati (2014) meneliti dengan judul “Valensi Dalam Bahasa Jawa Kuna : Suatu Kajian Morfosintaksis”.

2.2 Konsep 2.2.1 Struktur Gramatikal

Struktur gramatikal adalah hubungan atau kesatuan yang terbentuk antara satu (unit) predikator dengan unsur-unsur atau fungsi-fungsi gramatikal yang menyertainya (argumen) untuk mewujudkan kalimat tunggal dasar-utuh baik melalui ikatan gramatikal maupun semantis (Lyons, 1968 : 209-212; Dixon, 2010; Alsina, 1996; Palmer, 1994). Sruktur gramatikal merupakan proses kaidah gramatikalisasi yang cenderung disebut subjek/pivot (Manning, 1994 : 34-40).

2.2.2 Klausa Klausa merupakan satuan gramatikal yang berwujud kelompok kata yang

sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat dan memiliki potensi untuk menjadi kalimat (Kridalaksana, 1993 : 110). Verhaar menyebutkan bahwa klausa merupakan kalimat yang terdiri atas sebuah verba dan frasa verbal yang disertai dengan satu konstituen atau lebih yang secara sintaktis berhubungan dengan verba tersebut Verhaar (1996 : 12). Lapoliwa (1990 : 19) menyatakan dalam istilah klausa dipakai untuk merujuk pada satuan konstruksi dalam kalimat yang mempunyai struktur predikasi sebagai kalimat tunggal tanpa adanya intonasi. Elson dan Pickett (Dixon, 2010 : 93; Comrie, 1981 : 148; Sportiche, 2014 : 87) mengungkapkan bahwa pengertian klausa adalah sama dengan pengertian kalimat sederhana, yaitu kalimat yang terdiri atas satu subjek dan satu predikat.

2.2.3 Kalimat Kompleks

Page 17: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

xvii

Kalimat majemuk bertingkat (complex sentence) adalah kalimat yang terdiri atas klausa utama dan klausa bawahan yang menunjukkan hubungan subordinatif (Comrie, 1981 : 153; Kridalaksana, 1982 : 26; Verhaar, 1989 : 102-103; Alwi dkk., 2000 : 385-393; Dixon, 2010 Vol.1 : 94; Sportiche dkk., 2014 : 62).

2.2.4 Relasi Gramatikal Relasi gramatikal pada prinsipnya adalah keseluruhan proses sintagmatik yang

berhubungan dengan valensi verba yang di dalamnya menyangkut relasi sintaktis, relasi semantis, dan relasi pragmatis (Van Valin dan La Polla, 1999). Relasi sintaktis dianggap membantu suatu hierarki seperti yang tercantum dengan penomoran 1.2.3 yang digunakan untuk menandai relasi yang bersangkutan (Comrie, 1981 : 59; Blake, 1990 : 194 ; Manning, 1994 : 34; Artawa, 2000 : 490; Shopen, 1992 : 121; Carnie, 2013 : 127). Relasi gramatikal mengacu pada tiga jenis relasi gramatikal yang murni bersifat sintaktis, yaitu subjek (S), objek langsung (OL), objek tak langsung (OTL). Di samping itu ada relasi semantis seperti lokatif, benefaktif, dan instrumental yang secara kolektif disebut dengan istilah oblik (Blake, 1994 ; Palmer, 1994 ; Mattews, 1997).

1. Subjek Subjek merupakan satu-satunya FN yang menjadi argumen inti pada kalimat

intransitif, sedangkan pada kalimat transitif subjek adalah FN yang menduduki posisi tertinggi pada hierarki fungsi gramatikal (Lyon, 1968 : 335; Cullicover, 1976 : 217; Blake, 1981 : 98; Kridalaksana, 1988 : 149; Cook, 1989 : 69; Blake, 1991; Shopen, 1992 : 104; Levin, 1993 : 25; Manning, 1996 : 83; Sung, 2001 : 141; Sportiche, 2013 : 138).

2. Objek Objek adalah suatu elemen dalam konstruksi dasar kalimat suatu bahasa yang

menyatakan seseorang atau sesuatu selain subjek (Matthews, 1997). Objek secara konvensional dipilah menjadi objek langsung dan objek tak langsung (objek oblik). Pada umumnya, objek merupakan fungsi atau relasi gramatikal yang harus hadir dalam sebuah kalimat transitif (Bresnan, 1995; Dixon, 1994; Sung, 2001 : 141; Cook, 1989 : 10; Shopen, 1992, Levin, 1993 : 25; Sportiche, 2013 : 138).

3. Oblik Relasi oblik merupakan relasi gramatikal yang bersifat semantis. Dalam

bahasa Inggris oblik biasanya berbentuk prepositional phrase. Oblik adalah relasi gramatikal selain relasi utama, yaitu subjek, dan relasi kedua, yaitu objek. Oblik dalam bahasa Inggris memiliki bentuk seperti complements dan adjuncts (Lyons, 1968 : 344; Dixon, 2012; Blake, 1991; Manning, 1996 : 67; Palmer, 1994; Levin, 1993: 79; Shopen, 1992 : 89).

2.2.5 Valensi Valensi mengacu pada hubungan sintaktis antara verba dan unsur-unsur di

sekitarnya, mencakup ketransitifan, dan penguasaan verba atas argumen-argumen di sekitarnya (Kridalaksana, 2008 : 253). Haspelmeth (2002 : 210) menjelaskan bahwa valensi adalah informasi tentang kaidah semantis dan fungsi sintaktis dari sebuah verba.

Page 18: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

xviii

Istilah valensi digunakan untuk mengacu pada jumlah argumen nomina klausa pada tingkat apa saja orang menyebutnya (Aissen dalam Hopper dan Thompson, 1982 : 8).

Van Valin Jr. dan Lapolla (2002 : 147-150) mengemukakan bahwa valensi merupakan banyaknya argumen yang diikat atau yang dibutuhkan oleh verba. Valensi sintaksis verba adalah jumlah argumen yang disiratkan secara morfosintaktis yang dibutuhkan verba tersebut, sedangkan valensi semantis adalah jumlah argumen semantis yang dapat diambil oleh verba tertentu. Secara sintaktis, argumen dari verba dapat berupa SUBJ, OBJ, OBL dan secara semantis argumen itu berupa actor dan undergoer yang disebut sebagai peran umum (macrorole) di samping peran khususnya / thematic roles (Dixon, 2010 : 165).

1. Kausatif Konstruksi kausatif mengungkapkan sebuah peristiwa yang terbangun atas (1)

peristiwa penyebab (causer) yang menyebabkan suatu peristiwa terjadi (causing event), dan (2) peristiwa yang terjadi atau akibat yang timbul (caused) yang disebabkan oleh tindakan tersebab (causee) (Shibatani, 1976: 239, Comrie, 1985 : 158, dan Song, 2001 : 257). Haverkate (2002 : 106, Everaert dan Van Riemsdijk, 2005 : 127, Alsina dalam Bresnan, 1988) menyatakan bahwa tindak kausatif adalah gagasan yang menyatakan hubungan sebab-akibat, agen terlihat sebagai penyebab dari situasi, yang oleh tindakannya mengakibatkan sesuatu (tersebab) mengalami suatu akibat atau dampak. Goddard (1998 : 266) mengungkapkan bahwa kausatif merupakan sebuah ungkapan yang di dalamnya terkandung sebuah peristiwa yang disebabkan oleh seseorang yang melakukan sesuatu atau karena sesuatu terjadi. Setiap bahasa memiliki cara yang khas untuk mengungkapkan konstruksi kausatif (Artawa, 1998 : 31-33, Artawa, 2004 : 48, Dixon, 2012 : 141).

2. Aplikatif Pengaplikatifan merupakan proses derivasional yang lebih menekankan pada

aspek penaikan atau peningkatan jumlah argumen dan/atau penambahan sebuah argumen baru pada verba dasar (Katamba, 1993 : 270, Bresnan dan Moshi, 1988 : 3, Shibatani dalam Shibatani dan Thompson, 1996 : 159-160). Trask juga berpendapat yang sama yang menyatakan bahwa konstruksi aplikatif merupakan proses penciptaan objek baru, yakni objek (batin) tak langsung (underlying indirect object) (Trask, 1993 : 18-19, Spencer, 1991 : 287). Haspelmath (2002 : 216) mengatakan bahwa aplikatif adalah penciptaan objek baru dalam struktur fungsional dari sebuah verba atau pergeseran dari nonobjek menjadi fungsi objek

Pengaplikatifan atau konstruksi aplikatif sesungguhnya merupakan pengedapanan atau pemajuan sebuah kontituen yang sebelumnya adalah konstituen periferal menjadi kontituen inti klausa (Payne, 1997 : 186). Konsekuensi dari penciptaan, pengedepanan atau pemajuan argumen atau konstituen bukan inti menjadi inti ini adalah terjadinya perubahan sintaksis dan perubahan semantis.

3. Resultatif Konstruksi resultatif adalah sebuah konstruksi hasilan. Konstruksi resultatif

mengungkapkan, baik keadaan maupun tindakan yang mendahuluinya (Nedjalkov dan Jaxontov, 1998 : 6). Mathews (1997 : 320) mengatakan bahwa resultatif adalah elemen-elemen di dalam klausa yang mengacu pada hasil dari tindakan atau proses.

Page 19: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

xix

Konstruksi resultatif memiliki kemiripan dengan konstruksi statif, juga ada kemiripan dengan konstruksi antikausatif. Comrie (1985 : 325) menggunakan istilah antikausatif untuk merujuk pada suatu gejala sintaktis, yaitu penurunan verba intransitif dari verba transitif. Schäfer mengatakan dalam konstruksi antikausatif sesungguhnya merupakan bentuk alternasi dari kausatif (Schäfer, 2008 : 9; Li, 2005 : 63-69). Konstruksi antikausatif juga memiliki kemiripan dengan konstruksi pasif (Comrie, 1985 : 325).

2.2.6 Tipologi Tipologi sesungguhnya merupakan sebuah fenomena sistem variasi yang tampak

secara luas dan juga menyatakan beraneka dugaan atau gagasan melalui markah-markah dalam sebuah sistem (Keraf, 1987 : 8-12; Comrie, 1981 : 30; Shopen, 1992 : 96; Dixon, 2010 : 242; Moravcsik, 2013). Tipologi adalah kajian tentang tipe bahasa berdasarkan ciri-ciri struktural yang dimiliki oleh suatu bahasa. Tujuannya ialah untuk menentukan bertipe “apakah sebuah bahasa atau bahasa X bila diamati dari strukturnya”.

2.3 Acuan Teori 2.3.1 Teori Tipologi Bahasa

Teori Tipologi, menurut Dixon, diletakkan pada satuan-satuan dasar sintaksis semesta atau konsep prateoretis S, A dan O. Konsep S merupakan subjek klausa intransitif, konsep A merupakan agen klausa transitif, dan konsep O (P, menurut Comrie dan O menurut Dixon) merupakan objek klausa transitif. Lebih lanjut, Dixon menjelaskan tentang dasar pemarkahan secara sintaktis dan semantis (syntactically based and semanticaly based marking) pada masing-masing bahasa ditandai dengan kasus ergatif - absolut, nominatif - akusatif.

Secara umum, ada tigal hal yang harus diperhatikan pada pemarkahan dalam bahasa-bahasa yang ergatif secara morfologis. Ketiga hal itu adalah : 1) S = O (absolutive) dibedakan dengan A (ergative) yang kemudian disebut bahasa

yang memiliki sistem ergatif. 2) S = A (nominative) yang dibedakan dengan O (akusatif) yang kemudian

disebut sebagai bahasa akusatif. 3) S dan O semuanya berbeda

Dixon menyatakan bahwa konsep satuan-satuan dasar sintaksis semesta dapat digunakan untuk mendeskripsikan fenomena gramatikal dalam semua bahasa. Dengan demikian, secara semantis A dan S digolongkan sebagai subjek gramatikal. Pandangan Dixon ini dapat dibuktikan pada bahasa-bahasa yang bertipe akusatif. Bahasa-bahasa akusatif memperlakukan A klausa transitif sama dengan S klausa intransitif dan memperlakukan P dengan cara yang berbeda. Kesamaan perlakuan A dan S dapatlah diidentifikasi melalui pemarkahan kasus dan tata urut konstituen (word order).

Bahasa Inggris misalnya, merupakan salah satu bahasa yang bertipe akusatif. Bahasa Inggris memperlakukan A klausa transitif sama dengan S klausa intransitif dan memperlakukan P dengan cara yang berbeda. Kesamaan S sebagai ‘subjek‘ secara semantis juga dapat diidentifikasikan melalui proses sintaktis. Adapun proses sintaktis itu adalah perelatifan, pemasifan, dan pengendalian pelesapan argumen yang berkoreferensi dalam klausa koordinatif dan subordinatif.

Page 20: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

xx

Pemasifan merupakan salah satu strategi dalam bahasa-bahasa akusatif untuk menyamakan perilaku P klausa transitif sama dengan S klausa intransitif. Agar P klausa transitif dapat berperilaku sama dengan S klausa intransitif, argumen P dasar harus diturunkan menjadi subjek gramatikal. Pemasifan dilakukan dengan menempatkan P dasar pada posisi praverba mengambil alih posisi A dasar. Transposisi itu disertai pemarkahan pasif be/been pada predikat.

Pemarkah pasif secara formal menandai penurunan konstruksi intransitif. A dasar tergeser oleh P tersebut secara struktural kehilangan peran. Agen dasar yang tergusur dalam struktur pasif berpindah ke posisi frasa ajung (adjunct phrase). Kondisi seperti itu menyebabkan kehadirannya dalam struktur tidak diperlukan, dan pada umumnya dilesapkan. Dengan demikian, secara gramatikal predikator pasif hanya mengikat satu argumen.

Konsep S, A, O tidak dapat diterapkan secara universal untuk menganalisis struktur sintaksis bahasa-bahasa tertentu. Ketidakuniversalan penerapan konsep Dixon ini berhubungan erat dengan hal-hal seperti : a) Penetapan fungsi gramatikal S atas dasar semantis dapat menimbulkan masalah.

Secara semantis, semua bahasa bersifat terbelah. Artinya semua bahasa memiliki verba tak akusatif (TA), yaitu verba dengan subjek yang berperilaku menyerupai pasien dan verba tak ergatif, yaitu verba dengan subjek yang berperilaku menyerupai agen (Blake, 1990; Artawa, 1996; Shopen, 1992 : 98).

b) Penetapan konsep O menurut Dixon pada bahasa-bahasa tertentu memiliki perbedaan sistem pengoperasian fungsi gramatikal inti. Bahasa yang bertipe ergatif, yaitu bahasa yang tidak mengenal diatesis aktif-pasif, fungsi O dianggap tidak relevan. Konstruksi transitif dasar bahasa ergatif memperlakukan O sama dengan S.

Berpijak pada perbedaan sistem pengoperasian fungsi gramatikal yang terdapat pada berbagai bahasa maka S ditetapkan sebagai fungsi yang merujuk pada argumen tunggal predikat klausa intransitif, sedangkan A merujuk pada argumen predikat klausa transitif (Comrie, 1981 : 122).

2.3.2 Teori Relasi Gramatikal Ikhwal Teori Relasi Gramatikal dikembangkan oleh Perlmutter dan Postal awal

tahun 1970-an. Relasi Gramatikal meletakkan kerangka dasar berpikir pada satuan-satuan dasar (primitif) sintaksis semesta yang oleh Blake (1994 : 76) disebut dengan istilah term. Konsep term mencakup ‘subjek, objek langsung (direct object) dan objek tak langsung’ (indirect object) dan oblik seperti lokatif, benefaktif, dan instrumen. Sementara itu, hierarki relasi gramatikalnya dapat digambarkan sebagai berikut :

Teori Relasi Gramatikal juga disebut sebagai multistrata, artinya ketergantungan verba pada relasi strata yang berbeda (semantis). Agen atau pengalam akan menjadi subjek, pasien sebagai objek langsung, penerima sebagai objek tak langsung dan kaidah lainnya seperti lokatif akan dimasukkan sebagai relasi oblik.

Relasi gramatikal dapat dilihat pada dua tataran, yakni tataran primitif dan tataran derivasi. Tataran primitif menyatakan adanya pertalian antarargumen dan masing-masingnya mempunyai fungsi gramatikal S, OL dan OTL. Fungsi S dapat berperan sebagai A atau P. Tataran derivasi menyatakan adanya relasi gramatikal

S OL OTL OBL 1 2 3

Page 21: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

xxi

ergatif dan absolut. Relasi ergatif-absolut ini dapat diketahui secara morfologis dengan memperhatikan penanda-penanda khusus.

Penanda kasus bahasa ergatif secara morfologis terlihat pada morfem-morfem tertentu yang menandai suatu argumen sebagai argumen yang ergatif atau absolutif. Bahasa-bahasa yang tidak mempunyai penanda morfologis untuk ergatif dan absolutif, keergatifan dapat dilihat pada hubungan sintaktis yang terdapat di antara kalimat intransitif dan kalimat transitif. Jika di dalam kalimat tersebut terdapat perlakuan sintaktis yang sama antara Si dan St, sementara St diperlakukan secara berbeda, dapat dikatakan bahwa bahasa tersebut mempunyai ciri ergatif secara sintaktis. Sejumlah tes seperti pelesapan argumen, peninggian subjek, refleksif, dan perelatifan dapat digunakan untuk mengenali perlakuan-perlakuan sintaktis terhadap argumen-argumen tersebut. Prinsip-prinsip dasar teori Relasi Gramatikal dapat diamati seperti berikut. 1) Relasi Gramatikal ada di antara teori-teori yang sederhana; 2) Konstituen struktur dalam (S-Strc.) dicirikan tidak hanya dalam istilah-istilah ciri

kategorial dan relasi dominan, tetapi juga dalam hal relasi gramatikal; 3) Sebuah konstituen memiliki lebih dari satu relasi gramatikal dalam satu waktu; 4) Konstituen dibagi ke dalam dua rangkaian pada tipe-tipe dasar relasi gramatikal

yang mengandung : (1) terms, dengan relasi gramatikal subjek, objek langsung, dan objek tak langsung

(subject, direct object, inderect object); (2) bukan terms, meliputi yang bukan relasi gramatikal (hubungan

gramatikal murni), mencakup instrumental, benefaktif dan lokatif. 5) Hierarki konstituen Relasi Gramatikal adalah sebagai berikut :

dapat digambarkan :

6) Kaidah-kaidah sintaktis mengizinkan relasi gramatikal dengan konstituen yang dikarakterisasikan;

7)Kaidah-kaidah sintaktis dapat mengubah relasi konstituen; 8)Perubahan relasi gramatikal berarti subjek mengikuti kaidah tersebut. Relational

Annihilation (RAL) yaitu kaidah penghapusan relasi: jika sebuah FN menganggap sebuah relasi gramatikal sebelumnya dihasilkan oleh FNĵ, kemudian FNĵ memberi kasus untuk menghasilkan term relasi gramatikal yang lain. FNĵ menjadi chômeur.

9)Ada kaidah dan prinsip-prinsip yang tipikal untuk mengenali chômeur (cho), untuk mengeluarkan beberapa tipe lain dari konstituen.

Subjek dalam bahasa ergatif memiliki penanda relasi. Adapun subjek mencakup agen verba transitif dan subjek intransitif. Relasi gramatikal dapat diketahui melalui penanda kasus dan kesesuaian antara pasien verba transitif dan subjek verba intransitif. Subjek dalam bahasa ergatif dan bahasa akusatif dapat digambarkan sebagai berikut :

Subjek > Objek Langsung > Objek Tak langsung > Oblik S > OL > OTL > oblik,

S OL OTL oblik

term bukan term

Page 22: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

xxii

a) Sistem Bahasa Ergatif b) Sistem Bahasa Akusatif

Analisis ‘pasien sebagai berinisial subjek’ tersebut mempunyai beberapa konsekuensi. Perubahan nilai pada derivasi seperti 2 menjadi 3 dan antipasif diinterpretasikan sebagai pasif. Dalam kenyataan, istilah antipasif mengizinkan sebuah argumen agen masuk ke dalam relasi gramatikal yang khusus, persis seperti pasif mengizinkan pasien masuk dalam relasi khusus dalam bahasa akusatif.

Analisis ‘pasien sebagai subjek sintaksis‘ bahasa ergatif menjadi sebuah kesulitan seperti beberapa usaha untuk menyamakan absolutif dengan subjek. Pada kenyataannya, bahasa-bahasa mencampuradukkan kaidah subjek/objek dengan ergatif/absolutif (Blake, 1990 : 148). 2.4 Model Penelitian

3. Metode Penelitian

Pendekatan penelitian deskriptif-kualitatif berciri sinkronik eksplanatoris. Lokasi penelitian di desa Lamalera, Kecamatan Wulandoni, Kabupaten Lembata Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jenis data penelitian ialah data lisan yang dikumpulkan

S

A P

S

P A

Teori Relasi Gramatikal

Data Penelitian

Temuan Penelitian

1) Struktur dasar klausa simpleks BLDL adalah SVO dan struktur derivatifnya OSV 2) Berdasarkan Struktur dasar predikator,klausa dibedakan atas klausa verbal dan klausa berpredikator bukan verba

Penaikan valensi verba dalam BLDL disiasati dengan cara tata urut kata (konstruksi kausatif), alternasi bunyi atau perubahan internal dan tata urut kata (konstruksi aplikatif) dan penurunan valensi verba dengan cara secondary predicate.

Tipologi sintaksis BLDL, berdasarkan pelesapan pivot, BLDL bekerja dengan sistem S/A pivot. Berdasarkan sistem alternasi pada konstruksi pelesapan ke kiri, pengedepanan dan penopikalan, BLDL adalah bahasa berpenonjol topik. Berdasarkan analisis fungsi-fungsi pragmatis BLDL adalah bahasa berpenonjol subjek. Berdasarkan sistem bahasa, BLDL adalah bahasa berkecenderungan akusatif.

Metode Ling. Metode Simak

Metode

3) Bagaimanakah perilaku gramatikal argumen dan sistem aliansi gramatikal dalam struktur kalimat

2) Bagaimanakah perubahan valensi verba (penaikan /penurunan) BLDL?

1. Bagaimanakah struktur dasar klausa simpleks dan kompleks BLDL ?

Teori Relasi Gramatikal Teori Tipologi Bahasa

Page 23: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

xxiii

dengan cara elisitasi. Sumber data ialah para penutur BLDL. Penentuan dan pengambilan para pemberi data dilakukan dengan cara pengambilan sampel.

Adapun parameter pengambilan sampel adalah (a) memiliki pengetahuan dan pengalaman yang dibutuhkan; (b) memiliki kemampuan dalam menyatakan pendapat, pemikiran, interpretasi; (c) mampu mengemukakan pengetahuan dan pengalamannya; (d) memiliki waktu luang untuk diwawancarai; (e) memiliki kerelaan memberi bantuan untuk keperluan penelitian atau pengumpulan data (Hamidi, 2008 : 78); (f) memiliki waktu yang cukup lama dan intensif menyatu dengan kegiatan atau medan aktivitas yang menjadi informasi, juga keterlibatannya yang cukup lama dengan lingkungan atau kegiatan yang bersangkutan; dan (g) memiliki ciri khas lugu, artinya memberikan informasi cenderung tidak diolah atau dipersiapkan terlebih dahulu sehingga data yang diberikan adalah data faktual alami (Bungin, 2003 : 54).

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data ialah metode simak, metode cakap, dan metode introspeksi. Metode simak dan metode cakap memiliki teknik-teknik, seperti teknik simak libat cakap, simak bebas libat cakap, sadap, rekam, pemancingan analitis, cakap semuka, dan catat.

Sebelum data dianalisis, data terlebih dahulu dipindai dengan menggunakan metode Padan dengan teknik translasional dan glosing. Penganalisisan data menggunakan metode analisis data seperti metode agih dengan teknik seperti (a) teknik pemilahan unsur langsung, (b) teknik perubahan valensi verba, (c) teknik pelesapan, (d) teknik penyisipan, (e) teknik permuatsi, (f) teknik perluas, (g) teknik ganti, dan (h) teknik ubah ujud.

Penyajian hasil analisis data menggunakan metode formal dan metode informal, sedangkan teknik yang digunakan ialah teknik penyajian deduksi dan induksi dan atau induksi - deduksi.

4. Pemarkahan dalam BLDL Pemarkahan adalah penanda morfosintaksis, baik berupa morfem terikat atau

morfem bebas, yang menyatakan penanda kasus dan atau menyatakan perujuksilangan terhadap nomina yang diikuti. Analisis data menunjukkan bahwa BLDL bukanlah bahasa yang mengenal adanya pemarkah kasus. Meskipun demikian untuk menyatakan relasi gramatikal seperti S, A, dan P atau O, senantiasa S dan A ditempatkan pada kasus nominatif, P atau O pada kasus akusatif, dan posesif pada kasus genetif.

Berdasarkan kategori kata, pemarkahan dalam BLDL dibedakan atas (a) pemarkahan pada kategori verba, dan (b) pemarkahan pada kategori bukan verba (nomina, modus, demonstrativa, konjungsi). Berdasarkan letak atau posisi pemarkah maka pemarkahan dalam BLDL dibedakan atas (a) pemarkahan proklitik dan (b) pemarkahan enklitik. Pemarkahan pada kategori verba mencakup pemarkahan pada awal, cenderung disebut proklitik atau clitic left dislocation dan terbatas pada bentuk-bentuk prakategorial (verba, modus, demonstrativa, konjungsi), pemarkahan pada akhir sering disebut enklitik atau clitic right dislocation bagi verba prakategorial dan jenis dasar bebas (intransitif dan transitif).

Pemarkahan pada verba dan kategori kata lain bersifat konsisten dan sistematis. Meskipun demikian, ada perubahan bentuk seperti penambahan, pelesapan, dan peloncatan bunyi. Fenomena fonologis ini dapat diterangjelaskan secara fonologis pula.

Page 24: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

xxiv

Makna pemarkahan proklitik pada verba prakategorial intransitif dan transitif ialah (a) merujuk silang S/A klausa, (b) menyatakan bentuk pronomina, (c) menyatakan jenis pronomina, dan (d) menyatakan jumlah pronomina. Makna enklitik verba prakategorial dan verba dasar bebas intransitif ialah (a) merujuk silang S klausa, (b) menyatakan bentuk pronomina, (c) menyatakan jenis pronomina, (d) menyatakan jumlah pronomina, (e) menyatakan aspek intensitas, dan (f) menyatakan aspek spontanitas. Makna enklitik pada verba prakategorial dan verba dasar bebas transitif ialah (a) menyatakan klitik objek (3 tunggal dan jamak), (b) menyatakan bentuk pronomina, (c) menyatakan jenis pronomina, dan (d) menyatakan jumlah pronomina.

Pemarkahan pada kategori kata lain seperti kategori nomina (posesif, refleksif, demonstratif), modus, dan konjungsi. Pemarkahan pada kategori kata lain ini dikelompokkan atas (i) pemarkahan proklitik pada kategori demonstrativa, modus, dan konjungsi, dan (ii) pemarkahan enklitik pada kategori posesif dan refleksif. Makna pemarkahan enklitik pada kategori nomina ialah menyatakan kepemilikan (posesif), menyatakan diri sendiri (refleksif), makna proklitik pada demonstrativa menyatakan ketunggalan dan kejamakan nomina yang diikuti, sedangkan kategori modus dan konjungsi ialah merujuk silang pronomina yang diikuti.

5. Struktur Dasar Klausa Simpleks BLDL Klausa dasar BLDL terdiri atas klausa dasar verbless clauses atau klausa nominal

(posesif, demonstrativa, numeralia, adjektiva) dan klausa dasar verbal (verba prakategorial dan verba dasar bebas). Klausa berpredikator verba prakategorial dibedakan atas kategori verba prakategorial intransitif dan transitif. Demikian juga klausa berpredikator verba dasar bebas dibedakan atas klausa verba dasar intransitif dan transitif.

Merujuk pada analisis klausa dasar BLDL maka tata urut klausa dasar BLDL memiliki kaidah, seperti (a) S - P (NP - NP), (b) S - PV (NP - VP), (c) S - PV -C (NP - VP - NP), (d) S - PV - Ajung (NP - VP - NP), ( e ) S - PV - O (NP - VP –NP), (f) S - PV - O- Ajung (NP - PV - NP - PP), (g) S - VP - O1 - O3-Ajung (NP - PV - NP - NP - NP). Sementara itu tata urut klausa kompleks dengan pola atau kaidah kalimat majemuk setara adalah S + REL + V + O/C + V + O/C atau FN + REL + FV + FN + FV + FN dan pola atau kaidah pada kalimat majemuk bertingkat ialah S + V + O/C + Conj. + S + V + O/C.

6. Relasi Gramatikal dalam BLDL Tata urut kanonis BLDL dalam sebuah klausa simpleks ialah SVO sedangkan

tata urut turunan atau derivatifnya ialah OSV. Sistem tata urut sangat berpengaruh terhadap perilaku konstituen (inti dan bukan inti). Adapun ciri subjek dalam BLDL adalah (a) posisi kanonis (praverba), (b) perelatifan, (c) perefleksifan, (d) persesuaian dengan verba, (e) pengedepanan, (f) penggunaan kata tanya, (g) penjangka kambang, (8) pronomina tidak terang, dan (9) pivot. Ciri objek BLDL ialah (a) posisi kanonis (posverba), (b) selalu mengalami pengedepanan sebagai topik, dan (c) pronomina refleksif. Ciri oblik BLDL, dalam hal ini argumen oblik BLDL, adalah argumen noninti yang biasanya bermarkah preposisi dan kerap berperan seperti lokatif, instrumen, resipien, dan asal atau sumber.

7. Mekanisme Perubahan Valensi Verba dalam BLDL Mekanisme perubahan valensi BLDL dibedakan atas (a) penciptaan atau

penambahan sebuah argumen baru sebagai S/A, sering disebut konstruksi kausatif, (b)

Page 25: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

xxv

penciptaan atau penambahan sebuah argumen baru sebagai O, sering disebut konstruksi aplikatif, dan (c) konstruksi resultatif sebagai konstruksi penurunan valensi. Tipologi konstruksi kausatif dikelompokkan atas (i) konstruksi kausatif berdasarkan parameter formal, dan (ii) konstruksi kausatif berdasarkan parameter semantis. Berdasarkan parameter formal, konstruksi kausatif dibedakan atas (i) kausatif analitis (sintaktis dan periferal), (ii) kausatif morfologis, dan (iii) kausatif leksikal. Berdasarkan parameter semantis, kausatif dibedakan atas (i) kausatif berdasarkan derajat pengontrolan penyebab, dan (ii) kausatif berdasarkan hubungan atau pertalian komponen penyebab-tersebab. Berdasarkan derajat pengontrolan penyebab, kausatif dibedakan atas (i) kausatif sejati dan (ii) kausatif permisif. Berdasarkan pertalian antara komponen penyebab-tersebab, kausatif dibedakan atas (i) kausatif langsung dan (ii) kausatif tidak langsung.

Adapun konstruksi aplikatif dalam BLDL mencakup konstruksi aplikatif lokatif, benefaktif dan penerima. Ketiga konstruksi aplikatif ini disiasati dengan menggunakan strategi alternasi vokal atau perubahan internal (strategi morfofonemis) dan tata urut kata (strategi sintaktis). Konstruksi resultatif dalam BLDL disiasati dengan menggunakan konsep predikator klausa kedua. Predikator klausa kedua merupakan konstruksi hasilan (resultatif) dari tindakan yang dinyatakan oleh predikator pertama. Jadi ada proses transfer keadaan dari keadaan normal menjadi tidak normal

8. Kalimat Kompleks BLDL Kalimat kompleks adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih.

Kalimat kompleks ialah kalimat majemuk bertingkat. Kalimat majemuk bertingkat merupakan sebuah konstruksi yang terdiri atas sebuah klausa matriks dan sebuah klausa sematan yang berciri relatif, purposif, dan /atau pemerlengkap. Analisis kalimat kompleks BLDL membuktikan bahwa BLDL dapat merelatifkan semua konstituen baik inti maupun noninti, secara langsung. Adapun ciri klausa relatif ialah (i) nomina atau frasa nominal anteseden yang tak teraga (zero NP), (2) kehadiran pemarkah wajib yang ‘yang’ pada klausa relatif, dan (3) kehadiran pemarkah pewatas pe (manasuka) pada klausa relatif. Ciri klausa purposif ialah (a) frasa nominal klausa sematan purposif tidak diwujudkan secara jelas atau dinyatakan zero, (b) kehadiran pemarkah wajib purposif seperti gala mi atau gala -a ‘agar dapat/agar supaya’. Klausa pemerlengkap dibedakan atas (a) klausa pemerlengkap dengan kelompok verba mi ‘ingin’, (b) klausa pemerlengkap dengan kelompok verba -oi ‘tahu’, (c) klausa pemerlengkap dengan kelompok verba mari ‘mengatakan’. Ciri klausa pemerlengkap kelompok verba mi ‘ingin’ ialah S/A klausa sematan pemerlengkap merujuk pada S klausa matriks. Ciri klausa pemerlengkap kelompok verba -oi ‘tahu’ ialah S/A klausa sematan pemerlengkap merujuk pada P (O) klausa matriks. Ciri klausa pemerlengkap kelompok verba mari ‘mengatakan’ ialah S/A merujuk pada P (O) klausa matriks. Perujukan menimbulkan pelesapan pada klausa sematan purposif.

9. Tipologi Sintaksis BLDL Pengetesan atau pengujian sistem pivot dalam BLDL dilakukan pada kalimat

kompleks dengan memanfaatkan 11 kerangka tes kalimat kompleks. Analisis data membuktikan bahwa (a) BLDL bekerja dengan sistem S/A pivot berdasarkan lima kerangka tes (a), (c), (e), (g), dan (j). Hal ini dikuatkan dengan simpulan yang menyatakan bahwa (i) S/A klausa sematan selalu merujuk pada S/A klausa matriks, (ii)

Page 26: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

xxvi

Perujukan menimbulkan pelesapan S/A pada klausa sematan, dan (iii) tidak ada revaluasi tata urut kata dan struktur konstituen dalam klausa, (b) BLDL juga bekerja dengan sistem S/P pivot berdasarkan enam kerangka tes (b), (d), (f), (h), (i), (k). Hal ini didukung dengan simpulan bahwa (i) S/A klausa sematan selalu berkoreferensi dengan P(O) klausa matriks, (ii) perujukan itu menimbulkan pelesapan S/A pada klausa sematan, dan (iii) perujukan menimbulkan revaluasi tata urut kata dan struktur konstituen. Merujuk pada telaah klausa dasar BLDL maka dapat dikatakan bahwa BLDL bekerja dengan sistem S/A pivot. Hal ini disebabkan oleh S/A pivot merupakan konstruksi kanonis sedangkan S/P pivot merupakan konstruksi derivatif. Pengetasan atau pengujian lainnya ialah pengedepanan (fronting), pelepasan ke kiri dan penopikalan memperlihatkan bahwa BLDL merupakan bahasa yang mengenal sistem penopikalan dan bukan penciptaan subjek atau penciptaan objek. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa BLDL adalah bahasa yang cenderung dikelompokkan sebagai bahasa nominatif-akusatif secara sintaktis, bahasa yang bekerja dengan sistem S/A pivot dan bahasa yang mengenal penopikalan.

10. Temuan Penelitian 10.1 Pemarkahan pada BLDL

Pemarkahan adalah penanda morfosintaksis baik berupa morfem terikat maupun morfem bebas, yang menyatakan penanda kasus dan/ atau menyatakan perujuksilangan terhadap nomina yang diikuti. Analisis data menyatakan bahwa BLDL bukanlah bahasa yang mengenal adanya pemarkah kasus. Meskipun demikian, untuk menyatakan relasi gramatikal seperti S, A, dan P atau O, senantiasa S dan A ditempatkan pada kasus nominatif, P atau O pada kasus akusatif, dan posesif pada kasus genetif.

Berdasarkan kategori kata, pemarkahan dalam BLDL dibedakan atas (a) pemarkahan pada kategori verba dan (b) pemarkahan pada kategori bukan verba (nomina, demonstrativa, konjungsi). Pemarkahan pada kategori verba mencakup pemarkahan pada awal verba, pemarkahan pada akhir verba, dan pemarkahan pada awal dan akhir verba. Pemarkahan pada awal verba cenderung disebut proklitik atau clitic left dislocation dan terbatas pada bentuk-bentuk prakategorial, pemarkahan pada akhir verba sering disebut enklitik atau clitic right dislocation berlaku bagi verba jenis dasar bebas dan verba prakategorial. Pemarkahan proklitik dan pemarkahan enklitik atau pemarkahan gabungan (proklitik dan enklitik) terjadi pada kategori verba bervalensi satu tempat (intransitif) dan dua tempat (transitif).

Pemarkahan proklitik dan enklitik pada verba bersifat konsisten dan sistematis. Meskipun demikian, acap kali ditemukan ada gejala-gejala seperti penambahan bunyi, perubahan bunyi bahkan penloncatan bunyi dalam proses klitisasi. Perubahan, penambahan ataupun peloncatan merupakan fenomena fonologis yang hanya dapat dijelaskan secara fonologis pula. Verba prakategorial, baik verba intransitif maupun transitif, memiliki kekhasan seperti dapat dilekati proklitik dan enklitik. Meskipun sama-sama dapat dilekati dengan proklitik dan enklitik, kedua-duanya berbeda pada pemaknaan sesuai dengan bawaan verba.

Adapun makna proklitik pada verba prakategorial intransitif dan transitif ialah (a) merujuk silang S/A klausa (intransitif, transitif), (b) menyatakan bentuk pronomina, (c) menyatakan jenis pronomina, dan (d) menyatakan jumlah. Makna enklitik verba prekategorial (intransitif) dan verba dasar bebas (intransitif) ialah (a) merujuk silang S

Page 27: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

xxvii

klausa (intransitif), (b) menyatakan bentuk pronomina, (c) menyatakan jenis pronomina, (d) menyatakan jumlah, (e) menyatakan makna intensitas, dan (f) menyatakan makna spontanitas. Makna enklitik pada verba transitif prakategorial dan verba dasar bebas ialah (a) menyatakan bentuk klitik objek (3 tunggal dan jamak), (b) menyatakan bentuk pronomina, (c) menyatakan jenis pronomina, dan (d) menyatakan jumlah pronomina.

Pemarkahan lainnya ialah pemarkahan pada kategori bukan verba. Pemarkahan ini mencakup kategori nomina, demonstrativa, modus dan konjungsi. Pemarkahan pada kategori nomina ialah enklitik, sedangkan pada kategori demonstrativa, modus, dan konjungsi ialah proklitik. Pemarkah enklitik pada nomina dibedakan atas pemarkahan enklitik pada nomina yang berakhir dengan bunyi vokal dan pemarkah enklitik pada nomina yang berakhir konsonan. Walaupun memiliki pemarkah yang berbeda pada bunyi akhir nomina, vokal, dan konsonan, makna pemarkah enklitik pada nomina ini ialah menyatakan kepemilikan atau posesif. Selain dalam bentuk enklitik, posesif juga dapat dinyatakan dalam bentuk pronomina utuh.

Adapun makna pemarkah proklitik pada kategori demonstrativa ialah sebagai pemarkah tunggal dan jamak terhadap nomina yang diikutinya. Makna pemarkah proklitik pada kategori modus dan konjungsi ialah merujuk silang nomina baik yang berfungsi sebagai S maupun A pada sebuah klausa, menyatakan bentuk pronomina, jenis pronomina, dan jumlah pronomina.

10.2 Struktur Dasar Klausa BLDL Penelaahan struktur dasar klausa BLDL diawali dengan pengelompokan kata

berdasarkan kategori kata. Berdasarkan kategori kata, kata dibedakan atas nomina, (nomina umum, pronomina persona, pronomina posesif, pronomina demonstrativa, pronomina refleksif, dan numeralia), adjektiva dan verba. Kategori nomina dapat dirujuk silang dalam bentuk proklitik dan enklitik oleh bentuk-bentuk prakategorial baik intransitif ataupun transitif, dan dapat dirujuk silang dalam bentuk enklitik (persona ketiga tunggal dan jamak). Kategori verba merupakan inti (head) dalam sebuah klausa sehingga menjadi pusat penelaahan, sedangkan adjektiva merupakan kategori yang dapat memodifikasi kategori nomina dan verba.

Berpijak pada kategori kata maka konstruksi klausa dasar BLDL terdiri atas verbless clauses atau klausa nominal dan klausa dasar verbal. Verbless clauses atau klausa nominal terdiri atas klausa dasar berpredikator nomina, posesiva, demonstrativa, numeralia, adverbia, dan adjektiva. Klausa berpredikator verba terdiri atas klausa dasar berpredikator verba prakategorial dan klausa berpredikator verba dasar bebas. Klausa berpredikator verba prakategorial dibedakan atas kategori verba prakategorial intransitif, ekatransitif dan ditransitif. Demikian juga klausa berpredikator verba dasar bebas dibedakan atas klausa verba dasar intransitif, ekatransitif, dan ditransitif.

Merujuk pada analisis data BLDL maka tata urut klausa dasar BLDL adalah memiliki kaidah, seperti S - P (FN - FN), S - PV (FN - VP), S - PV -C (FN - VP- FN), S - PV - Ajung (FN - VP - FN), S - PV - O (FN - VP - FN), S - PV - O- Ajung (FN - PV - FN - PP), S - VP - O1 - O3 - Ajung (FN - PV - FN - FN - FN).

10.3 Relasi Gramatikal dalam BLDL Telaah data BLDL dengan didukung oleh rujukan teoretis tentang properti

argumen inti didapatkan temuan bahwa struktur dasar sintaksis BLDL adalah SVO. Strtuktur ini merupakan struktur atau kaidah kanonis, sedangkan kaidah turunan atau

Page 28: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

xxviii

kaidah derivatifnya ialah OSV. Sturuktur kanonis SVO sangat memengaruhi properti argumen inti (relasi sintaktis murni S, P, dan relasi semantis OBL) yang menjadi pengisi atau partisipan sebuah klausa.

Adapun ciri khas argumen subjek klausa BLDL adalah : (1) Berposisi kanonis, artinya berposisi praverba, sebelum verba atau sebelah kiri verba; (2) Perelatifan, BLDL memiliki ciri dapat merelatifkan semua argumen klausa (S dan P); (3) Perefleksian, BLDL memiliki dua bentuk lingual untuk menyatakan bentuk refleksif, yaitu nimo ‘sendiri’ dan veki ‘diri/badan’. Keunikan dari kedua bentuk refleksif ini ialah (i) tidak dapat saling mentransposisi (bertukar tempat) artinya dan jika keduanya berada dalam satu klausa maka bentuk refleksif nimo ‘sendiri’ harus mendahului bentuk refleksif veki ‘diri / badan’, (ii) tidak dapat saling menyubstitusi, dan (iii) hanya bentuk refleksif nimo ‘sendiri’ yang dapat mengambang dalam posisi beruntun pada sebuah klausa; (4) Persesuaian atau kesesuaian (subject -verb agreement). Kemenarikan dari ciri ini ialah kemampuan verba terutama verba prakategorial, baik intransitif dan transitif untuk melakukan kesesuaian atau persesuaian dengan subjek klausa atau agen sebuah klausa. Verba prakategorial memiliki kemampuan untuk dilekat proklitik dan enklitik secara serentak. Verba dasar bebas intransitif memiliki kemampuan untuk melakukan penyesuaian terhadap subjek yang diikuti, sedangkan verba dasar bebas transitif memiliki kemampuan untuk mengklitisasi objek. Kemampuan verba dasar bebas intransitif untuk merujuk S dan kemampuan verba dasar bebas transitif untuk mengklitisasi objek dinyatakan dalam bentuk enklitik. Kedua bentuk klitik (proklitik dan enklitik) sangat berperan dalam menentukan ciri lain seperti pengontrolan, pengedepanan atau subjek pivot; (5) Pengedepanan. Pengedepanan argumen objek pada klausa sebelumnya akan menjadi topik dan menggeser posisi subjek klausa sebelumnya menjadi komen. Pengedepanan tidak menimbulkan penurunan posisi subjek. Makna predikator verba klausa sebelumnya adalah aktif berubah menjadi makna dasar dan jika OL dikedepankan posisinya menjadi topik yang berperilaku subjek maka OTL akan diberi markah preposisi; (6) Penggunaan kata tanya heku ‘siapa’ (heku yang) dan alaka (laka). Penggunaan kata tanya heku ‘siapa’ biasanya bertanya tentang subjek yang berciri insani, bernyawa atau manusia. Sebaliknya jika subjek klausa itu adalah benda acap digunakan alaka atau laka ‘apa’ juga cenderung beralternasi dengan alaka yang, laka yang ‘apa yang’; (7) Penjangka kambang. Penjangka atau pembilang bantu juga memberikan ciri khas terhadap subjek terutama sifat atau properti pengambangan penjangka. Satu-satunya penjangka tidak tentu yang dapat mengambang pada posisi beruntun dalam sebuah klausa ialah aja-aja ‘banyak-banyak’ atau aje ‘sangat banyak’. Sementara itu satu-satunya penjangka atau bantu pembilang kolektif yang dapat mengambang ke beberapa posisi beruntun dalam klausa adalah vakahae ‘semua’; dan (8) Pronomina tidak terang. Analisis data BLDL membuktikan bahwa satu-satunya argumen yang dapat muncul sebagai subjek tidak terang atau PRO dalam klausa sematan ialah argumen subjek. Pengetesan membuktikan bahwa hanya S dapat berpivot dengan A dan tidak dengan P atau O. Hal ini menandaskan bahwa BLDL mengenal sistem S/A pivot dan bukan S/P pivot.

Adapun ciri khas objek BLDL memiliki kemiripan dengan argumen subjek seperti (1) posisi posverba atau letak sebelah kanan verba; (2) argumen objek selalu menjadi topik, dan menggeser posisi subjek pada klausa sebelumnya menjadi komen, dan (3) Pronomina refleksif. Jika sebuah klausa memiliki pronomina refleksif maka

Page 29: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

xxix

pronomina refleksif itu selalu merujuk pada frasa nominal yang mendahuluinya atau merujuk pada subjek dan jika pronomina refleksif dinaikkan ke posisi topik, klausa menjadi tidak berterima dan tidak gramatikal.

Argumen oblik BLDL adalah argumen noninti yang biasanya bermarkah preposisi dan kerap berperan seperti lokatif, instrumen, resipien, dan asal atau sumber. Sebagai argumen noninti, oblik BLDL pun tidak dapat ditopikalisasi dan hanya dapat mengalami pengedepanan.

10.4 Mekanisme Perubahan Valensi Verba BLDL Analisis data BLDL terhadap mekanisme perubahan valensi (penaikan dan

penurunan valensi verba) dan fungsi-fungsi pragmatis (topik-komen dan pelepasan ke kiri) dijumpai sejumlah temuan, seperti BLDL sesungguhnya tidak memiliki afiks verba untuk menyiasati mekanisme perubahan valensi secara morfologis. Ketiadaan afiks verba ini menyebabkan BLDL hanya memiliki konstruksi penaikan valensi verba seperti konstruksi kausatif analitis (sintaktis atau periferal), konstruksi kausatif leksikal (parameter formal) dan konstruksi kausatif sejati, permisif (berdasarkan derajat pengontrolan penyebab terhadap tersebab), konstruksi kausatif langsung dan konstruksi kausatif tidak langsung (berdasarkan derajat pertalian komponen penyebab dan komponen tersebab). Kedua konstruksi terakhir ini merupakan pembagian konstruksi kausatif berdasarkan parameter semantis.

Konstruksi aplikatif merupakan mekanisme penaikan valensi verba lain selain konstruksi kausatif. Konstruksi kausatif lebih menekankan pada penciptaan subjek baru ke dalam sebuah konstruksi kausatif maka konstruksi aplikatif lebih menajam pada penciptaan konstituen periferal (lokatif, benefaktif, dan penerima) sebagai konstituen inti klausa. Lazimnya konstruksi aplikatif memanfaatkan perubahan verba yang mengindikasikan perubahan valensi verba. Konstruksi aplikatif dalam BLDL dapat ditempuh dengan cara (a) alternasi vocal(vowel alternation) atau perubahan internal(internal modification, internal change), seperti perubahan bunyi /o/ menjadi /u/ pada verba hebo ‘mandi’ dan tobo ‘duduk’, dan (b) tata urut kata dalam klausa. Tata urut kata yang dimaksudkan di sini ialah promosi oblik pada klausa dasar menjadi objek langsung klausa konstruksi aplikatif. Selain itu alternasi vokal atau perubahan internal /o/ menjadi /u/ juga dapat mempertahankan valensi verba transitif seperti terlihat pada contoh livo ‘isi’ dan gnato ‘kirim’.

Penurunan valensi verba BLDL mencakup konstruksi resultatif. Konstruksi resultatif menghendaki adanya revaluasi struktur terutama perubahan pada verba. Berdasarkan keberadaan afiks BLDL, maka penurunan valensi verba dapat disiasati dengan predikator klausa kedua (secondary predicate). Konsep predikator klausa kedua merupakan konstruksi hasilan dari tindakan yang dinyatakan oleh predikator pertama. Ada proses transfer keadaan dari yang normal menjadi tidak normal.

Pendeskripsian terhadap fungsi pragmatis yang mencakup topik-komen telah membuktikan bahwa BLDL adalah bahasa berpola akusatif-nominatif. Sementara itu, pelepasan ke kiri membuktikan bahwa BLDL bersistem bahasa berpenonjol topik.

10.5 Kalimat Kompleks BLDL Telaah data kalimat kompleks BLDL yang mencakup klausa relatif, klausa

purposif, klausa pemerlengkap, dan penaikan ditemukan hal-hal menarik, seperti (a)

Page 30: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

xxx

BLDL merupakan salah satu bahasa yang dapat merelatifkan semua konstituen baik konstituen inti maupun konstituen yang bukan inti, seperti bahasa Inggris (Aboh, 2001 : 134). Perelatifan dapat berciri khas menerangkan dan menggantikan nomina atau frasa nominal pada klausa matriks, seperti (1) nomina atau frasa nominal anteseden yang tersamar (zero NP), (2) kehadiran pemarkah wajib yang ‘yang’ pada klausa relatif, dan (3) kehadiran pemarkah pewatas pe (manasuka) pada klausa relatif. Dengan demikian, sebagian ciri klausa relatif yang dikemukakan Dixon terpenuhi (Dixon, 2010 : 314, 338).

Klausa purposif memiliki ciri khas seperti (a) frasa nominal klausa sematan purposif tidak diwujudkan secara jelas atau dinyatakan zero, (b) kehadiran pemarkah wajib purposif, seperti gala mi atau gala -a ‘agar dapat/agar supaya’. Kedua pemarkah purposif ini dapat saling menyubstitusi. Penggunaan pemarkah purposif gala -a ‘agar dapat/agar supaya’ sangat membantu mengidentifikasi subjek gramatikal klausa purposif. Bentuk prekategorial -a akan merujuk silang salah satu dari konsituen inti dalam klausa matriks, baik secara infleksif proklitis (verba prakategorial) maupun secara infleksif enklitis, (verba dasar bebas), dan (c) andaikata klausa matriks adalah klausa intrasitif maka S atau A klausa purposif selalu berkoreferensi dengan S klausa matriks. Sebaliknya, klausa matriks adalah klausa transitif dan ditransitif maka A klausa purposif selalu berkoreferensi dengan A klausa matriks.

Klausa pemerlengkap dengan kelompok verba mi ‘ingin’ yang meliputi verba mi ‘ingin’, suka ‘suka’, pete ‘ingat’, glupa ‘lupa’memiliki ciri khas, seperti (a) perujukan atau koreferensi terjadi pada S dan A klausa sematan pemerlengkap, (b) akibat perujukan atau koreferensi ini maka S atau A pada klausa sematan pemerlengkap dilesapkan, (c) penafsiran terhadap konstituen yang mengalami pelesapan dapat ditafsirkan sesuai konteks kalimat dan jika predikator verba klausa sematan pemerlengkap adalah verba prakategorial maka perujukan konstituen itu sangat jelas dari bentuk infleksif verba prakategorial. Sementara itu jika predikator verba klausa sematan pemerlengkap ialah verba dasar bebas maka penafsiran seluruh konteks kalimat menjadi penentu.

Klausa pemerlengkap kelompok verba -oi ‘tahu’ yang meliputi verba -oi ‘tahu’, tegel ‘lihat’ dan denge ‘dengar’mempunyai kekhasan yang menyatakan bahwa hanya S dan A klausa sematan pemerlengkap yang dapat berujuk atau berkoreferensi dengan P atau O klausa matriks. Dengan demikian, S atau A klausa sematan tidak pernah berujuk atau berkoreferensi dengan A klausa matriks.

Klausa pemerlengkap dengan kelompok verba mari ’mengatakan’ yang meliputi verba mari ‘mengatakan’, tula/-a ‘buat’ dan paksa ‘paksa’ dapat memiliki kekhasan seperti S dan A pada klausa sematan masing-masing kalimat kompleks berujuk atau merujuk pada P atau O klausa matriks masing-masing kalimat kompleks. S atau A pada klausa sematan pemerlengkap tidak dapat berkoreferensi dengan A klausa matriks.

Pengedepanan subjek mengindikasikan bahwa (a) pengedepanan subjek bertalian dengan pembelakangan subjek karena posisi subjek ditempati kategori adjektiva, dan (b) pelesapan terjadi pada klausa sematan komplemen. Meskipun demikian, pelesapan ini (S dan A) tetap merujuk pada subjek klausa matriks.

10.6 Tipologi Sintaksis BLDL Kelompok verba tak terbatas mi ‘ingin’ memperlakukan S atau A klausa

sematan berkoreferensi dengan S klausa matriks. Sebaliknya kelompok verba -oi ‘tahu’

Page 31: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

xxxi

dan mari ‘mengatakan’ memperlakukan S atau A klausa sematan berkorefenresi dengan P klausa matriks.

Konstruksi klausa pemerlengkap jusif menyatakan bahwa S atau A klausa sematan berkoreferensi dengan P (O) klausa sematan. Hal ini terjadi karena dalam konstruksi yang menyatakan suruhan atau perintah kepada seseorang untuk melakukan sesuatu lazimnya menggunakan verba transitif seperti menyuruh, mengatakan dan meminta’.

Pengetesan mekanisme sistem pivot pada lima kerangka tes (a), (c), (e), (g), dan (j) pada konstruksi koordinatif, konstruksi pemerlengkap jusif, dan konstruksi adverbial mencerminkan bahwa pivot dalam BLDL bekerja dengan sistem S/A pivot. Artinya pelesapan yang terjadi pada salah satu klausa diakibatkan oleh perujukan. Perujukan atas konstituen yang sama menimbulkan pelesapan, dan pelesapan ini tidak menimbulkan perubahan atau revaluasi pada struktur kedua klausa (matriks ataupun sematan).

Pengetesan mekanisme sistem pivot pada enam kerangka tes (b), (d), (f), (h), (i), dan (k) pada konstruksi koordinatif, konstruksi pemerlengkap jusif, dan konstruksi adverbial menggambarkan bahwa pivot dalam BLDL bekerja dengan sistem S/P pivot. Artinya, pelesapan yang terjadi pada salah satu klausa diakibatkan oleh perujukan. Perujukan atas konstituen yang sama menimbulkan pelesapan, dan pelesapan ini menimbulkan perubahan atau revaluasi pada struktur kedua klausa (matriks ataupun sematan). Revaluasi terjadi pada tataran tata urut kata dari tata urut kanonis SVO menjadi OSV dan revaluasi struktur konstituen yaitu, P (O) posverba berpindah posisi menjadi P (O) prasubjek.

Adapun konstruksi klausa interogatif dalam BLDL untuk menanyakan S dan P (O) acap kali digunakan kata tanya heku ‘siapa’ dan (a)laka ‘apa’. Ragam pertanyaan yang menanyakan S dan P (O) dalam BLDL ada dua jenis yaitu pertanyaan dengan menggunakan kata tanya yang diletakkan di awal klausa dan pertanyaan dengan menggunakan kata tanya yang diletakkan di akhir klausa. Pertanyaan dengan menggunakan kata tanya heku ‘siapa’ untuk menanyakan S memiliki tiga ragam yaitu pertanyaan yang biasa (tanpa pemarkah relatif), pertanyaan dengan pemarkah relatif, dan ringkas atau singkat. Pertanyaan dengan kata tanya di belakang hanya memiliki satu variasi dan variasi itu merupakan inversi dari pertanyaan yang menggunakan pemarkah relatif.

Analisis terhadap pemarkahan verba, struktur dasar klausa, fungsi dan relasi gramatikal, mekanisme perubahan valensi verba, dan kalimat kompleks dalam BLDL mengindikasikan bahwa BLDL adalah bahasa yang memperlakukan S = A dan berbeda dengan P (O). Hal ini selaras dengan pengujian sistem pivot pada konstruksi koordinasif, konstruksi pemerlengkap jusif dan konstruksi adverbial. Dengan bukti yang ada dapat dikatakan bahwa BLDL adalah bahasa yang memiliki kecenderungan sebagai bahasa akusatif secara sintaktis.

Berdasarkan analisis konstruksi alternatif seperti pada konstruksi pelepasan ke kiri (left dislocation), konstruksi pengedepanan (fronting), dan penopikalan, maka dapat diketahui bahwa BLDL merupakan bahasa yang bertipe penonjol topik. Hal ini dapat dibuktikan dengan (a) topiknya ditandai dalam struktur lahir, (b) topik cenderung mengontrol koreferensialitas, (c) kaidah penciptaan subjek seperti pemasifan jarang ditemukan, dan (d) konstruksi subjek ganda yang berorientasi topik merupakan

Page 32: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

xxxii

struktur dasar (Cassile dan Suarez, 2005 : 54; Lee, 1976 : 460-484, Everaert dan Riemsdijk, 2005 : 2406).

Merujuk pada kenyataan yang ditemukan dalam BLDL serta merujuk pada pegelompokan bahasa-bahasa secara tipologis sehubungan dengan fungsi-fungsi pragmatis (lihat Li dan Thompson dalam Li, 1976) dapat disimpulkan bahwa BLDL adalah bahasa yang menonjolkan subjek (subject promoinent language). BLDL memiliki struktur dasar klausa berkonstruksi subjek-predikat. Penopikalan dalam BLDL merupakan konstruksi alternatif.

11. Simpulan dan Saran 11.1 Simpulan 11.1.1 Struktur Dasar Klausa Simpleks dan Kalimat Kompleks BLDL

Predikator verba BLDL memiliki kekhasan seperti dapat merujuk silang pronomina atau nomina sebagai S/A dan/atau dapat mengklitisasi objek pada klausa transitif. Struktur dasar klausa BLDL merupakan struktur kanonis yang sangat menentukan posisi setiap argumen inti dan noninti dalam BLDL. Simpul akhir struktur dasar klausa simplek dirangkai dengan pemarkahan verba dan relasi gramatikal BLDL.

Konstruksi klausa dasar BLDL terdiri atas klausa dasar berpredikator nomina (verbless clauses) dan berpredikator verba. Klausa dasar berpredikator nomina (verbless clauses) terdiri atas klausa dasar berpredikator nomina, berpredikator posesif, demonstrativa, numeralia, adverbia, dan adjektiva. Dengan demikian, struktur dasar klausa nomina (verbless clauses) adalah SV (FN FN/FA). Klausa berpredikator verba terdiri atas klausa dasar berpredikator klausa berpredikator verba prakategorial dan dasar bebas (intransitif dan transitif). Adapun struktur dasar klausa verbal ialah SVO/C.

Tata urut klausa dasar BLDL adalah S - P (FN - FN), S - PV (FN - VP), S - PV - C (FN - VP -FN), S - PV - Ajung (FN - VP – FN), S - PV - O (FN - VP – FN), S - PV - O - Ajung (FN - PV – FN – PP), S - VP - O1 – O2 - Ajung (FN - PV - FN - FN – FN). Tata urut kalimat kompleks BLDL dibedakan atas pola atau kaidah kalimat setara (compound sintences) adalah S + REL + V + O/C + V + O/C atau FN + REL + FV + FN + FV + FN dan kalimat majemuk (complex sentences) adalah S + V + O/C + Conj. + S + V + O/C.

Sistem pemarkahan BLDL memperlakukan pemarkahan predikator struktur dasar klausa nominal atau verbless clauses (demonstrativa dan konjungsi) dengan markah yang sama (proklitik) dengan predikator struktur dasar klausa verba intransitif dan transitif prakategorial. Sementara itu predikator struktur dasar klausa nomina atau verbless clauses (posesif dan adjektiva) diperlakukan dengan markah (enklitik) yang sama dengan struktur dasar klausa verbal prakategorial (intransitif dan transitif) dan dasar bebas (intransitif dan transitif). Meskipun diperlakukan dengan pemarkahan yang sama tetapi secara semantis pemarkahan pada masing-masing kategori memiliki makna yang berbeda.

Bahasa Lamaholot dialek Lamalera bukanlah bahasa berpenanda kasus. Meskipun demikian, relasi gramatikal S (A) berkasus nominatif, P (O) berkasus datif, dan bentuk posesif dan refleksif berkasus genetif.

Pemarkahan dalam BLDL dibedakan atas pemarkahan berdasarkan posisi dan kategori kata. Berdasarkan posisi, pemarkahan dibedakan atas pemarkahan proklitik (clitic left dislocation) dan enklitik (clitic right dislocation). Pemarkahan proklitik terbatas pada bentuk-bentuk praktegorial (verba, modus, konjungsi dan demonstrativa), sedangkan pemarkahan enklitik dapat terjadi pada verba (prakategorial dan verba sasar),

Page 33: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

xxxiii

nomina, numeralia, refleksif, dan adjektiva. Pemarkahan pada semua kategori kata bersifat konsisten dan sistematis. Meskipun demikian, kerap ditemukan ada fenomena fonologis seperti penambahan, perubahan, dan peloncatan bunyi.

Makna proklitik pada verba prakategorial intransitif dan transitif ialah (a) merujuk silang S /A, (b) menyatakan makna intensitas, (c) makna spontanitas, (d) bentuk pronomina, (e) jenis pronomina, dan (f) jumlah. Makna enklitik pada verba prakategorial intransitif (sudah berbentuk proklitik) dan makna pada verba dasar intransitif ialah merujuk pada S. Makna enklitik pada verba prakategorial transitif dan verba dasar bebas ialah (a) menyatakan klitisasi objek (3 tunggal dan 3 jamak), (b) menyatakan bentuk pronomina, (c) menyatakan jenis pronomina, dan (d) menyatakan jumlah pronomina. Makna pemarkah enklitik kategori nomina posesif ialah menyatakan kepemilikan. Makna pemarkah proklitik pada kategori demonstrativa ialah menyatakan ketunggalan dan kejamakan terhadap nomina atau pronomina yang diikutinya. Makna pemarkah proklitik pada kategori modus dan konjungsi ialah merujuk silang nomina, baik yang berfungsi sebagai S maupun A, menyatakan bentuk pronomina, jenis pronomina, dan jumlah pronomina. Makna enklitik kategori numeralia ialah menyatakan kumpulan atau kelompok. Makna enklitik kategori adjektiva ialah menyatakan rujuk silang S.

Adapun ciri subjek BLDL, berposisi kanonis (praverba, sebelum verba atau sebelah kiri verba); perelatifan, perefleksifan, persesuaian atau kesesuaian (subject-verb agreement), pengedepanan, penggunaan interogativa, penjangka kambang, pelesapan subjek (pronomina tidak terang), dan pengontrolan (pivot). Ciri objek dalam BLDL ialah posisi posverba atau letak sebelah kanan verba, penopikalan, dan pronomina refleksif. Argumen oblik BLDL memiliki ciri khas tidak dapat ditopikalisasi dan dapat mengambang pada posisi tertentu dalam sebuah klausa.

11.1.2 Mekanisme Perubahan Valensi Verba BLDL Bahasa Lamaholot dialek Lamalera sesungguhnya tidak memiliki afiks verba

untuk menyiasati mekanisme perubahan valensi secara morfologis. Dengan demikian, salah satu ragam penaikan valensi verba seperti konstruksi kausatif (penambahan sebuah argumen baru sebagai actor), BLDL hanya memiliki konstruksi kausatif analitis (sintaktis atau periferal) dan leksikal. Ragam penaikan valensi lainnya seperti aplikatif (pencipataan objek atau pengedepanan oblik (lokatif, benefaktif, dan penerima) menjadi argumen inti), BLDL memiliki strategi alternasi vokal atau perubahan iternal dan tata urut kata. Penurunan valensi verba dikenal dengan konstruksi resultatif. Strategi penurunan valensi verba dalam BLDL ditempuh dengan konsep predikator klausa kedua(secondary predicate). Kajian terhadap fungsi pragmatis yang mencakup topik-komen, pelepasan ke kiri, pengedepanan dan penopikalan telah membuktikan bahwa BLDL adalah bahasa yang memiliki kecenderungan bersitem akusatif-nominatif secara sintaktis. Sementara itu, pelepasan ke kiri, pengedepanan, dan penopikalan membuktikan bahwa BLDL bersistem bahasa berpenonjol topik.

11.1.3 Tipologi Sintaksis BLDL Bahasa Lamaholot dialek Lamalera merupakan salah satu bahasa yang dapat

merelatifkan semua konstituen baik konstituen inti maupun konstituen yang bukan inti seperti bahasa Inggris (Aboh, 2001 : 134). Adapun ciri-ciri perelatifan itu seperti nomina (FN) anteseden yang tersamar (zero NP), kehadiran pemarkah wajib yang ‘yang’, dan

Page 34: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

xxxiv

pemarkah pewatas pe (manasuka). Dengan demikian, sebagian ciri klausa relatif yang dikemukakan Dixon terpenuhi (Dixon, 2010 : 314, 338).

Klausa purposif BLDL memiliki ciri khas seperti frasa nominal klausa sematan purposif tidak diwujudkan secara jelas (zero FN), pemarkah wajib purposif gala mi atau gala -a ‘agar dapat/agar supaya’, Jika klausa matriks adalah klausa intrasitif maka S atau A klausa purposif selalu berkoreferensi dengan S klausa matriks. Sebaliknya, klausa matriks adalah klausa transitif (ditransitif) A klausa purposif selalu berkoreferensi dengan A klausa matriks.

Klausa pemerlengkap kelompok verba mi ‘ingin’ (mi ‘ingin’, suka ‘suka’, pete ‘ingat’, glupa ‘lupa’) memiliki ciri khas seperti S/A klausa sematan pemerlengkap merujuk pada S klausa matriks, pelesapan S/A klausa sematan karena perujukan, jejak kepelesapan konstituen dapat diamati melalui bentuk infleksif (proklitik dan enklitik) yang melekat pada predikator verba (verba prakategorial dan dasar bebas) dan melalui penafsiran keseluruhan klausa.

Klausa pemerlengkap kelompok verba -oi ‘tahu’ (-oi ‘tahu’, tegel ‘lihat’ dan denge ‘dengar’) dan kelompok verba mari ’mengatakan’ (mari ‘mengatakan’, tula/-a ‘buat’ dan paksa ‘paksa’) memiliki kekhasan seperti S/A klausa sematan pemerlengkap berujuk dengan P/O klausa matriks. Pegedepanan subjek mengindikasikan bahwa pembelakangan subjek karena posisi subjek ditempati kategori adjektiva dan pelesapan terjadi pada klausa sematan komplemen. Meskipun demikian, pelesapan ini (S/A) tetap merujuk pada subjek klausa matriks.

Pengetesan mekanisme sistem pivot pada lima kerangka tes (a), (c), (e), (g), (j) pada konstruksi koordinatif, konstruksi pemerlengkap jusif, dan konstruksi adverbial mencerminkan bahwa pivot dalam BLDL bekerja dengan sistem S/A pivot. Perujukan atas konstituen yang sama menimbulkan pelesapan dan tidak menimbulkan perubahan atau revaluasi pada struktur kedua klausa (matriks ataupun sematan). Sebaliknya, pada enam kerangka tes (b), (d), (f), (h), (i), (k) pada konstruksi koordinatif, konstruksi pemerlengkap jusif, dan konstruksi adverbial menggambarkan bahwa pivot dalam BLDL bekerja dengan sistem S/P pivot. Perujukan atas konstituen yang sama menimbulkan pelesapan dan menimbulkan perubahan atau revaluasi pada tataran tata urut kata dan struktur konstituen.

Konstruksi klausa interogatif BLDL untuk menanyakan S dan P (O) acap kali digunakan kata tanya heku ‘siapa’ untuk manusia dan (a)laka ‘apa’ untuk yang bukan manusia. Pertanyaan dengan kata tanya heku ‘siapa’ untuk manusia dan (a)laka ‘apa’ dapat berposisi di awal klausa dan dapat juga pada akhir klausa. Jawaban atas pertanyaan ini menjadi ciri struktur dasar kanonis BLDL (SVO). Sebaliknya, untuk menanyakan objek kerap digunakan kata tanya heku ‘siapa’ untuk manusia dan (a)laka ‘apa’. Adapun struktur jawaban atas pertanyaan ini ialah struktur turunan atau derivatif (OSV). Variasi pertanyaan untuk menanyakan objek ada dua, yaitu kata tanya dapat berada di awal klausa dan dapat juga berada di akhir klausa.

Telaah tentang pemarkahan verba, struktur dasar klausa, relasi gramatikal, mekanisme perubahan valensi verba, dan kalimat kompleks dalam BLDL mengindikasikan bahwa BLDL adalah bahasa yang memperlakukan S = A dan berbeda dengan P (O). Hal ini selaras dengan pengetesan sistem pivot pada konstruksi koordinatif, konstruksi pemerlengkap jusif dan konstruksi adverbial. Dengan bukti yang

Page 35: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

xxxv

ada dapat dikatakan bahwa BLDL adalah bahasa yang memiliki kecenderungan sebagai bahasa akusatif secara sintaktis.

Analisis konstruksi alternatif, seperti konstruksi pelepasan ke kiri (left dislocation), pengedepanan (fronting), dan penopikalan, diketahui bahwa BLDL merupakan bahasa yang bertipe penonjol topik. Bahasa berpenonjol topik dengan ciri seperti topiknya ditandai dalam struktur lahir, cenderung mengontrol koreferensialitas, kaidah penciptaan subjek seperti pemasifan jarang ditemukan, dan konstruksi subjek ganda yang berorientasi topik merupakan struktur dasar (Cassile dan Suarez, 2005 : 54; Lee, 1976 : 460-484, Everaert dan Riemsdijk, 2005 : 2406). Penopikalan dalam BLDL merupakan konstruksi alternatif. Merujuk pada pengelompokan bahasa-bahasa secara tipologis sehubungan dengan fungsi-fungsi pragmatis (lihat Li dan Thompson dalam Li, 1976) dapat disimpulkan bahwa BLDL adalah bahasa berpenonjol subjek (subject promoinent language) dengan ciri seperti memiliki struktur dasar klausa berkonstruksi subjek-predikat.

11.2 Saran Penentuan tipologi sintaksis BLDL didasarkan pada kajian dan telaah tentang

pemarkahan, struktur dasar klausa, fungsi dan relasi gramatikal, mekanisme perubahan valensi verba, kalimat kompleks, dan tipologi sintaksis. Menyadari sepenuhnya akan kekurangan dan keterbatasan, baik yang bertalian dengan rujukan teoretis, bahasan bahasa pembanding, maupun analisis serta interpretasi data, meninggalkan banyak hal yang luput dari penelaahan. Mudah-mudahan hal-hal yang tidak dapat dibahas tuntas menjadi motivasi yang menggairahkan bagi para simpatisan, pemerhati, dan peneliti bahasa untuk melakukan penelitian lain atau lanjutan sebagai pembanding.

Adapun fenomena sintaksis menarik yang perlu mendapatkan perhatian intens untuk dikaji, seperti sistem pemarkahan verba (intransitif dan transitif), kausatif, penopikalan, perelatifan, aspek perubahan bunyi (penambahan/peloncatan bunyi) dan fenomena fonologis lainnya. Penerapan rujukan termutakhir dan banyak fenomena linguistik lainnya memberikan harapan dan peluang bagi penelitian lebih lanjut. Penelitian dapat menjadi pemicu varian penelitian kelinguistikan lain agar dapat mewarnai panorama kelinguistikan Indonesia.

Page 36: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

xxxvi

SUMMARY

CLAUSAL STRUCTURE AND SINTACTIC TYPOLOGY OF LAMALERA DIALECT OF LAMAHOLOT LANGUAGE

1. Introduction 1.1 Background

It is a historical fact that regional languages have assumed a social role and the role of transmitting noble values of authenticity long before Indonesian and foreign languages shifted, displaced and shrunk those roles. Lamalera dialect of Lamaholot language (hereinafter LDLL) has a social role and the role of the transmission of noble values is now experiencing a significant shift and shrinkage. Reversal of shifting and shrinking the role of LDLL through research is absolutely necessary in order to position and perpetuate, and strengthen the culture of regional defense. The estuary of this research is the documentation of aspects of LDLL lingusiticity in the framework of coloring views of Indonesian linguisticity.

Traces of research on the aspects of language linguisticity in the eastern part of Indonesia may be said to be very rare. This is understandable because the territorial aspect of Eastern Indonesia is still isolated from the outside world in the previous few decades. In addition, the growth and development of linguistic theories as a means of language surgery have not yet fully touched the basic nature of regional languages. The lack of information on the linguistic languages of Eastern Indonesia contributes to the fact that these small languages have the uniqueness of linguistic aspects as a universal characteristic.

The term Lamaholot should be a concept terminology that refers to the geographic, demographic and cultural aspects. That is, Lamaholot is an entity that includes a unity of territory with certain administrative boundaries, a group of ethnic or community inhabiting an area, and a tradition of the customs and languages of a community. In connection with this research Lamaholot refers to the language.

Lamalera dialect of Lamaholot language is one of thirty-five dialects in the Lamaholot language family (Keraf, 1978: 8), located on Lembata Island, Lembata district, East Nusa Tenggara Province. Lamalera dialect of Lamaholot language has a single dialect of Lamalera dialect, LDLL usage area includes two villages (Lamalera A, Lamalera B), and has about 3,000 speakers.

A special review of LDLL has been done by Keraf (1978) on Morphology of Dialect Lamalera. In addition, Keraf (1990) also writes on the typology of the Lamalera dialect in the context of comparative typology of a number of languages without addressing the syntactic aspects of LDLL. The Lamalera dialect serves as a comparative standpoint with other languages. Despite having only these two references, Keraf's theoretical study has greatly assisted the researchers' initial understanding of the syntactic aspects of LDLL against other comparable languages.

Temporary search results note that research on the phonology and typology syntax of LDLL has not been done. This scarcity of LDLL syntax typology research motivates authors, taking the liberty of doing preliminary research which is a foothold

Page 37: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

xxxvii

for more comprehensive and thorough research. Despite not having adequate linguistic publications, LDLL is one of the dialects that possess a number of linguistic uniqueness (phonological, morphological and syntactic aspects) of the thirty-five dialects spread across East Flores and Lembata districts.

The attractiveness of the syntactic typology aspect to be studied is the basic structural typology of the LDLL simplex clause with the alternation of derivation structure or derived structure. The other syntactic aspect is the ability of the verb predicator to perform the procitical matching and references of nouns and the encodings of nouns that function as S / A or P in a clause. The nominal or pronominal reference of the S function pro -locally by the verb predator is not applicable to the free basic verbs indicator. Free basic verb predicators only have the ability to refer enclitic (as the subject and the object marker).

The existence of referenced forms on the predicator verb is morphologically prolastic and enlocated and semantically as the S / A and P markers of a clause. These forms of crosslinking are syntactic processes. This reference phenomenon becomes the distinguishing device between pre-categorical forms (verbs, modes, conjunctions, demonstratives) with free basic forms (verbs, nouns, adjectives).

The increase of verb valence in LDLL can only be done through syntactic and phonological strategies. The sequential order (syntactic strategy) and the alternation of vowel sound or internal change (phonological strategy) play a role in determining the extension of LDLL verbs. The existence of such constructions as causative and applicative in the LDLL is also proved by some data because these two forms have different characteristics from the characteristics of universality.

The grammatical alliance system is another aspect of attractiveness. Grammatical alliance is a system or tendency of grammatical fellowship in or inter clauses in a typological language, for example whether S = A, S = P, Sa = A, and Sp = P (Dixon, 2010, Jufrizal, 2004, Payne, 2002, Dixon , Arka, 2000, 1994, Palmer, 1994). Dixon (in Artawa, 2005: 11) suggests that grammatical alliance systems are a point of concern for determining possible language systems for the world's languages, accusative languages, ergative languages, agentive languages, active languages, and so on. This study also wants to prove the tendency of grammatical fellowship in clauses in LDLL such as 'whether S = A, S = P, Sa = A, and Sp = P'. A cursory observation proves that LDLL has a tendency as a language with a nominative accusative system.

The study of language typology and the language universality is another interesting study by utilizing the formal linguistic theories that have been developed. Based on the basic assumption that humans originally had only one language then the question is whether the various languages scattered throughout the universe have the same typology? The notion of a universality or a universality holds that all languages have similarities and differences.

The theory of language typology makes use of inductive-nature reasoning to observe the study of cross-language or the language of language (Comrie, 1983). The study of language based on typological decriptive theory followed by formal linguistic study is expected to be able to describe LDLL about more precise, detailed and scientific nature.

The LDLL study uses the Theory of Language Typology and Theory of Grammatical Relation. The use of both theories is expected to reconstruct the basic

Page 38: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

xxxviii

construction of the simplex and LDLL complexes, the determination of the LDLL syntax typology, the determination of the closeness of the intergovernmental relations and the LDLL grammatical alliance system. The study of grammatical LDLL relationships is done by looking at the properties of the core arguments as well as the interaction with the verbs, the verb's involvement in verbs is closely related to the verb valence, as well as the control of deletion at the level of the coordination and subordination clauses (relativeness, fronting, complement clause). Testing is performed in sync with testing or behavioral tests of praverbal arguments in the clause structure, the relation of grammatical relation to verbs through sharpening and constituent ordering. This is also one of the tips for looking at LDLL types and will ultimately be defined by the LDLL syntax typology based on data analysis.

1.2 The Problem of the Research This research refers to three main issues: (1) What is the basic structure of

simplex clause and LDLL complex clause ? (2) How does the verb valence change (enhancement/decrease) verbs change mechanism? And (3) What is the grammatical behavior of arguments and grammatical alliance systems in the structure of the LDLL sentence.

1.3 The Aims of the Research The orientation of this research in general is describe the behavior of syntactic

structure LDLL. The description of the behavior of the syntactic structure is more intense and sharpened in the analysis of the behavior of grammatical relationships that are linked with the typological interpretation of the syntax of the LDLL clause. This study is an early attempt to determine the typology of the syntactic structure of LDLL.

In particular the final orientation of this research is (1) finding and describing the basic structure of the simplex clause and LDLL complex cluase; (2) describes valence change mechanisms and strategies that indicate a structural change (revaluation) involving either the mechanism for adding/increasing verba valence; And (3) analyze and describe the grammatical core and non-core behavior and grammatical alliance systems contained in the syntax structure of the LDLL clause.

1.4 The Significance of the Research The results of this study are expected to provide benefits both theoretically and

practically. Theoretically, this research is an effort to apply and develop theory of Language Typology and Grammatical Relation theory in dissect language data cross language. Extend knowledge insights and understanding of the researcher about the particular syntax and linguistics in general. In addition, the results of this research is an oasis of providing theoretical information in spreading the Indonesian literature and references for further research, especially references for further research.

Practically the results of this study will be (a) a useful stimulant for LDLL speakers to faithfully use and maintain LDLL as one of Lamalera's cultural assets of

Page 39: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

xxxix

ethnic identity disclosure; (B) documentation for the preservation, inheritance and even reversal of functional shifts and the role of LDLL in all aspects of Lamalera’s society life; And (c) signs for policy makers in formulating regulations as an effort to save LDLL and other dialects in the Lamaholot Language family.

2. Literature Review, Concepts, Theoretical Framework and Research Method 2.1 Literature Review

This literature review is closely related to cross-language studies relevant to this research and referral libraries as theoretical information providers. The results of cross-language research (dissertation) that are relevant to this paper are (a) Japa (2000) examines "Lamaholot Language, Dialects Nusa Tadon"; (B) Jufrizal (2004) examines "The Structure of the Minangkabau (BM) Grammatical Argument and Alliance"; (C) Jeladu (2008) examines the "Clause of Rongga Language: A Lexical-Functional Analysis"; (D) Satyawati (2009), examines the "Valence and Relation of Bima Language Syntax, based on Role and Reference Grammar (RRG) Theory"; (E) Yudha (2011) examines the "Grammatical Structure and Functions of Lio Language", using the Lexical-Functional Grammar Theory and Lexical Mapping Theory; (F) Sukendra (2012) examines the " Clause of Sabu Language, Syntactic Tipology Study"; (G) Budiarta (2013) examines the "Typology of Language Syntax of Kemak (BKm)"; And (h) Erawati (2014) examines under the title "Valence In Ancient Javanese: A Morphosyntax Study".

2.2 Concepts 2.2.1 Grammatical Structure

The grammatical structure is the relationship or unity formed between one (unit) predicator with the accompanying grammatical elements or functions (arguments) to manifest a whole basic whole sentence either through a grammatical or semantic bond (Lyons, 1968: 209-212; Dixon, 2010; Alsina, 1996; Palmer, 1994). Grammatical structure is a process of grammaticalization rules that tend to be called subject/pivot (Manning, 1994: 34-40).

2.2.2 Clause The clause is a grammatical unit that consists of a group of words that at least

consists of a subject and a predicate and has the potential to be a sentence (Kridalaksana, 1993: 110). Verhaar states that the clause is a sentence consisting of a verb and a verbal phrase accompanied by one or more constituents syntactically related to that verb Verhaar (1996: 12). Lapoliwa (1990: 19), states the term clause is used to refer to units of construction in sentences that have a structure of predication as a single sentence without intonation. Elson and Pickett (Dixon, 2010: 93; Comiche, 1981: 148; Sportiche, 2014: 87) suggest that the meaning of clauses is the same as the meaning of a simple sentence, a sentence consisting of a subject and a predicate.

Page 40: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

xl

The complex sentence is a sentence consisting of the main clause and subordinate clauses showing the subordinate relationship (Comrie, 1981: 153; Kridalaksana, 1982: 26; Verhaar, 1989: 102-103; Alwi et al., 2000: 385- 393; Dixon, 2010 Vol.1: 94; Sportiche, et al., 2014: 62).

2.2.4 Grammatical Relation Grammatical relations are principally the whole syntagmatic process associated

with verb valence in which syntactic relationships, semantic relationships, semantic relationships and pragmatic relationships (Van Valin and La Polla, 1999). A syntactic relation, considered to help a hierarchy as listed by numbering 1.2.3 used to indicate the relation in question (Comrie 1981: 59; Blake 1990/490; Shopen 1992; : 121; Carnie, 2013: 127). Grammatical relations introduce three types of purely syntactic grammatical relationships, namely subject (S), direct object (DO), indirect object (IO). In addition to semantic relationships such as locative, benefactive, and instrumental are collectively termed oblik (Blake, 1994; Palmer, 1994; Mattews, 1997).

1. Subject The subject is the only FN that becomes the core argument in the intransitive

sentence, whereas in the transitive sentence the subject is the FN which occupies the highest position in the hierarchy of grammatical functions (Lyon 1968: 335; Cullicover, 1976: 217; Blake 1981: 98; Kridalaksana, 1988: 149; Cook, 1989: 69; Blake, 1991; Shopen, 1992: 104; Levin, 1993: 25; Manning; 1996: 83; Sung, 2001: 141; Sportiche, 2013: 138).

2. Object The object is an element in the basic construction of a sentence of a language

that states a person or something other than a subject (Matthews, 1997). Objects are conventionally sorted into direct objects and indirect objects, and oblique objects. In general, objects are grammatical functions or relationships that must be present in a transitive sentence (Bresnan, 1995, Cook, 1989: 10; Shopen, 1992, Levin, 1993: 25; Sportiche, 2013 : 138).

3. Oblique The object is an element in the basic construction of a sentence of a language

that states a person or something other than a subject (Matthews, 1997). Objects are conventionally sorted into direct objects and indirect objects, and oblique objects. In general, objects are grammatical functions or relationships that must be present in a transitive sentence (Bresnan, 1995, Cook, 1989: 10; Shopen, 1992, Levin, 1993: 25; Sportiche, 2013 : 138).

2.2.3 Complex Sentences

Page 41: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

xli

2.2.5 Valence Valence refers to the syntactic relationship between verbs and the elements

around them, including transitivity, and verbal domination of the arguments around it (Kridalaksana, 2008: 253). Haspelmeth (2002: 210) explains the concept of valence is information about semantic rules and syntactic functions of a verb. The term valence is used to refer to the number of noun argument clauses at whatever level people call it (Aissen in Hopper and Thompson, 1982: 8).

Van Valin Jr. And Lapolla (2002: 147-150) suggests that valence is the number of arguments bound or required by verbs. The verb syntactic valence is the number of morphosyntactically implied arguments that the verb requires, while the semantic valence is the number of semantic arguments that can be taken by a particular verb. Syntactically the argument of verbs can be SUBJ, OBJ, OBL and semantically the argument is an actor and an undergoer called a general role (macro role) in addition to their particular roles (Dixon, 2010: 165).

1. Causative Causative construction reveals an event built upon (1) a cause event causing a

causing event and (2) an event occurring or an effect caused by a cause (Shibatani 1976 : 239, Comrie, 1985: 158, and Song, 2001: 257). Haverkate, (2002: 106, Everaert and Hank Van Riemsdijk, 2005: 127, Alsina in Bresnan, 1988) states that causative action is an idea that states causality, the agent is seen as the cause of the situation, which by its action causes something (caussee) experience a consequence or impact. Goddard (1998: 266) reveals that causative is an expression in which an event is caused by someone doing something or because something happened. Each language has a distinctive way of expressing causative constructions (Artawa, 1998: 31-33, Artawa, 2004: 48, Dixon, 2012: 141).

2. Aplicative The terminology is a derivational process that emphasizes the aspect of

increasing or increasing the number of arguments, and / or adding a new argument to the basic verbs (Katamba 1993: 270, Bresnan, J and Lioba Moshi 1988: 3, Shibatani in Shibatani and Thompson 1996: 159-160). Trask also argues the same that states that applicative construction is the process of creating new objects, namely the object (inner) is not directly (underlying indirect object) (Trask, 1993: 18-19, Spencer, 1991: 287). Haspelmath (2002: 216) says the applicability is the creation of a new object in the functional structure of a verb or a shift from nonobject to object function.

Applicative construction is in fact the provision or promotion of a constituent that previously constituted peripheral constituents into the core cluster constituent (Payne, 1997: 186). The consequence of creating, putting forward or promoting an argument or constituency rather than a core into this core is the occurrence of syntactic change and semantic change.

Page 42: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

xlii

3. Resultative The resultative construction is a resultant construction. The resultative

construction reveals both the circumstances and the preceding actions (Nedjalkov and Jaxontov, 1998: 6). Mathews (1997: 320) says that the resultative is the elements in the clause that refers to the outcome of the action or process.

The resultative construction has a resemblance to the stative construction, there is also a similarity between causative construction and anti causative construction. Comrie (1985: 325) uses the term anti causative to refer to a syntactic phenomenon, namely the reduction of intransitive verbs from transitive verbs. Schäfer says anticenterive construction is actually a form of causative alternation (Schäfer, 2008: 9; Li, 2005: 63-69). The anti causative constructs also bear a resemblance to passive construction (Comrie, 1985: 325).

2.2.6 Typology Typology is actually a phenomenon of a widely seen variation system and also

declares multifarious conjectures or ideas through the markers in a system (Keraf 1987: 8-12, Comrie, 1981: 30; Shopen, 1992: 96; Dixon, 2010: 242; Moravcsik, 2013). Typology is the study of language types based on the structural characteristics possessed by a language. The goal is to determine the type "whether a language or an X language when observed from its structure".

2.3 Theoretical Framework 2.3.1 Theory of Language Typology

The Theory of Typology by Dixon is placed on the basic units of the syntax of the universe or the pre-theoretic concepts S, A and O. The concept S is the subject of the intransitive clause, the concept A is the agent of the transitive clause, and the concept of O (P by Comrie and O according to Dixon) transitive clause. Furthermore, Dixon explains syntactically based and semantically based marking in each language characterized by an ergative case-absolute, nominative-accusative.

In general, there are three things to be aware of in the morphologically ergative languages. These three things are: 1) S = O (absolutive) is distinguished from A (ergative) which is then called a language

that has an ergative system. 2) S = A (nominative) distinguished by O (accusative) which is then referred to as

accusative language. 3) S and O are all different

Dixon states that the concept of basic units of universal syntax can be used to describe grammatical phenomena in all languages. Thus, semantically A and S are classified as grammatical subjects. This Dixon view can be proven in accusative languages. Accusative languages treat A transitive clause similar to S intransitive clause and treat P in different ways. Equality of treatments A and S can be identified through case and constituent ordering (word order).

Page 43: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

xliii

English for example, is one language accusative type. English treats A transitive clause is the same as an intransitive clause and treats P in different ways. The similarity of S as a semantically 'subject' can also be identified through syntactic processes. The process of syntactically is the relativity, passiveness, and control of the passage of arguments that co-reference in clauses of coordination and subordination.

Passiveness is one of the strategies in accusative languages to equate the behavior of the transitive clause P with S intransitive clause. For P transitive clauses to behave similarly to S intransitive clauses, the basic P argument must be derived into a grammatical subject. Passiveness is done by placing the base P at the preverbal position taking over the base A position. The transposition is accompanied by the passive bears on the predicate.

Passive marker formally marks the decline of intransitive construction. A base displaced by the P is structurally losing its role. The base agent displaced in the passive structure moves to the adjunct phrase position. Such conditions cause their presence in structures unnecessary, and are generally wiped out. Thus, grammatically the passive predicator binds only one argument.

The concept of S, A, O can not be universally applied to analyze the syntactic structure of certain languages. The universally of the application of the Dixon concept is closely related to things like: a) Determination of grammatical functions S on a semantic basis can cause problems.

Semantically, all languages are split. This means that all languages have a non-acusatif verb (NA) that is a verb with a subject that behaves like a patient and a non-ergative verb, ie a verb with a subject that behaves like an agent (Blake, 1990; Artawa, 1996; Shopen, 1992: 98).

b) Determination of the O concept according to Dixon in certain languages has different operating system of core grammatical functions. Ergative type language, which is a language that does not recognize active-passive diathesis, function O is considered irrelevant. The basic transitive construction of the ergative language treats O equal to S.

Based on the different operating systems of grammatical functions found in various languages, S is defined as a function that refers to a single argument of the intransitive clause predicate, whereas A refers to the predicate argument of the transitive clause (Comrie, 1981: 122).

2.3.2 Grammatical Relation The Theory of Grammatical Relation was developed by Perlmutter and Postal in

the early 1970s. The Grammatical Relation lays the basic framework of thinking on the basic units of (primitive) syntactic universe which Blake (1994: 76) term. The term concept includes 'subject, direct object (DO) and indirect object' and oblique such as locative, benefactive, and instrument. The hierarchy of grammatical relations is as follows:

Theory of Grammatical Relations is also referred to as multi strata, meaning dependence of verbs on different strata relation (semantics). The agent or the

S DO IO OBL 1 2 3

Page 44: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

xliv

experiment will be the subject, the patient as the direct object, the receiver as an indirect object and other rules such as the locative will be entered as oblique relations.

Grammatical relations can be seen on two levels, namely the primitive and derivation levels. The primitive tile suggests an interconnection link and each has the grammatical functions of S, DO and IO. The function S can act as A or P. The derivation level denotes an ergative and absolute grammatical relation. This absolute-ergative relation can be known morphologically by paying special markers.

Morphological ergative case markers are seen in certain morphemes that characterize an argument as an ergative or absolute argument. Languages that do not have morphological markers for ergative and absolute, ergativity can be seen in the syntactic relationships that exist between intransitive sentences and transitive sentences. If in that sentence there is the same syntactic treatment between Si and St, while St is treated differently, it can be said that the language has a syntactic ergative feature. A number of tests such as argument placement, subject elevation, reflexive and relaying can be used to recognize syntactic treatments of the arguments. The basic principles of the theory of Grammatical Relations can be observed below. 1) Grammatical relations exist between simple theories; 2) The inner structural constituents (S-Strc.) Are characterized not only in terms of

categorical features and dominant relations, but also in terms of grammatical relations;

3) A constituent has more than one grammatical relation at a time; 4) The constituent is divided into two sets on the basic types of grammatical relations

that contain: a) terms, with the subject's grammatical relation, direct object, and indirect object

(subject, direct object, inderect object); b) not terms, including those not grammatical relations (pure grammatical relations),

including instrumental, benefactive and locative. 5) The hierarchy of constituents The Grammatical Relation as follows:

can be described as:

6) Syntactic rules allow grammatical relations with characterized constituents; 7) Syntactic rules can change constituent relations; 8) Changes in grammatical relations mean the subject follows the rule. Relational

Annihilation (RAL) is the rule of abolition of relations: if an FN considers a previous grammatical relationship produced by FNĵ, then FNĵ gives a case to produce another term of grammatical relation. FNĵ becomes chômeur.

Subject > Direct Object > Indirect Object > Oblique S > DO > IO > Oblique,

S DO IO oblik

core non-core

Page 45: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

xlv

9) There are typical rules and principles to recognize chômeur (cho), to exclude some other types of constituents.

Subjects in ergative languages have relational tags. Subjects include transitive verbal agents and intransitive subjects. Grammatical relations can be known through case markers and compatibility between transitive verbal patients and the subject of intransitive verbs. Subjects in the ergative and accusative languages can be described as follows: a) Ergative system b) Accusative system

Analysis of 'patient as the subject's initial' has several consequences. Value changes in derivations such as 2 to 3 and anti-passive are interpreted as passive. In fact, the term anti-passive allows an argument of agents to enter into a special grammatical relation, just as passive allows the patient to enter into special relations in the accusative language.

The analysis of the 'patient as the syntactic subject' of ergative language becomes a difficulty as some attempt to equate absolutively with the subject. In fact, languages mingle the rules of subject/object with ergative/absolute (Blake, 1990: 148).

2.4 Model of Research

S

A P

S

P A

Research data

Research Findings

1. The basic structure of the BLDL simplex clause is SVO and its derivative OSV structure

. 2. Based on the basic structure of predicators, clauses are distinguished over verbal clauses and verbless clauses clauses

The verb valence raising mechanism in the BLDL is handled by means of word order (causative construction), sound alternation or internal changes and word order (applicative construction) and decreasing verb valence by secondary predicate

LDLL syntax tipology, based on the pivot imprint, LDLL works with S / A pivot system. Based on the alternation system in the construction of the left dislocation, fronting and topicalization, LDLL is the topic language. Based on the analysis of pragmatic functions LDLL is the subject's prominent language. Based on the language system, LDLL is a language of accusative tendency.

Theory of Language

Linguistic method field

Methods View

Capable Method

3) What is the grammatical behavior of arguments and grammatical alliance systems in the structure of a LDLL sentence?

2) How does the verb valence change (increase / decrease) verbs change?

1) What is the basic structure of the simplex clause and complex clauses of the LDLL ?

Theory of Grammatical

Page 46: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

xlvi

3. Research Methods A descriptive-qualitative research approach characterized by explanatory

synchrony. Research location in Lamalera village, Wulandoni Sub-district, Lembata District East Nusa Tenggara Province. The type of research data is oral data collected by elicitation. Data sources are LDLL speakers. Determination and retrieval of the data giver is done by sampling.

Sampling parameters are (a) having the knowledge and experience needed by the researcher; (b) has the ability to express opinions, thoughts, interpretations; (c) able to express his knowledge and experience; (d) have spare time to be interviewed; (e) have willingness to provide assistance for research or data collection purposes (Hamidi, 2008: 78); (f) have a long and intensive time together with the activity or the field of activity that became information as well as his long involvement with the environment or the activities concerned; and (g) have a naive characteristic of means of providing information tend not to be processed or prepared in advance so that the data provided is factual data (Bungin, 2003: 54).

The method used to collect data is the method of referring and the method ably equipped with introspection method. The method of referring and skill method has techniques such as participatory technique, observation technique, tapping, recording, interview technique, and record.

Before the data were analyzed, the data were first scanned using methods on with translational and glosing techniques. Analyzing data using data analysis methods such as Agih Method with techniques such as (a) direct elemental sorting techniques, (b) verbal valence change techniques, (c) percolation techniques, (d) insertion techniques, (e) permutation techniques, (f) extension, (g) change techniques, and (h) conversion techniques.

The presentation of data analysis result using formal method and informal method, while the technique used is deduction and induction and/or induction deduction.

4. Grammatical Marking and Relation in LDLL Marking is a marker of morph-syntax in either a bound morpheme or a free

morpheme which denotes a case marker and or states a reference to a noun followed. The data analysis states that LDLL is not a language that recognizes the presence of case markers. However, to state the grammatical relationships such as S, A, and P or O have always placed S and A in the nominative, P or O cases in the accusative case, and possessive in the genetic case.

Based on the category of words, the separation in the LDLL is distinguished by (a) the declaration in the category of verbs and (b) marking in non-verb categories (nouns, modalities, demonstratives, conjunctions, prepositions). Based on the location or position of the marker, the marking in the LDLL is distinguished by (a) proclitic marker and (b) the enclitic marker. Marking in the category of verbs involves preoccupation of verbs, tends to be called proclitic or clitic left dislocation and limited to pre-categorical (intransitive and transitive) verbs, the latter at the end of the verb is

Page 47: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

xlvii

often called the enclitic or clitic right dislocation for the pre-categorical (intransitive and transitive verb) verbs and types free base (intransitive and transitive).

Marking on verbs and other categories of words is consistent and systematic. Nevertheless, there are changes in form such as the addition of sounds, sound delays, sound changes and sound jumps are phonological phenomena that can be phonologically explained as well.

The meaning of the proliferation of the transverse and transitive pre-categorical verbs is (a) to cross the S / A clause, (b) to declare the pronoun form, (c) to declare the pronoun type, and (d) to express the sum. The meaning of proclitic in the intransitive verb and the intransitive-free basic verb is (a) to cross the S clause, (b) to declare the pronoun form, (c) to declare the pronoun type, (d) to declare the sum, (e) express the aspect of intensitas and (f) Aspect of spontaneity. The meaning of the enclosure to the pre-categorical verb and the transitive-free basic verb is (a) to declare the object clause (3 singular and 3 plural), (b) to declare the pronoun form, (c) to declare the pronoun type, and (d) to declare the amount of pronominal.

Marking in other word categories such as category noun (possessive, reflexive, demonstrative), moods, conjunction. Marking in other categories of words is attested to (i) pro-litational declarations in the demonstrative, mood and conjunction categories, and (ii) the cultural separation of the possessive and reflexive categories. The meaning of the enslavement in the noun category is to declare possessive, self-declaring (reflexive), the pro-clitic meaning of the demonstrative declaring the singular and plural nouns followed, while the category of capital and conjunction is to cross the pronouns followed.

5. Basic Structure of LDLL Simplex Clause The LDLL base clause consists of a basic clause of verbless clauses or noun

clauses (possessive, demonstrative, numeral, adjective) and basic verbal clauses (pre-categorical verbs and free basic verbs). The predicator verbs are distinguished over intransitive and transitive pre-categorical verb categories. Likewise the predicate clause of the basic free verb is distinguished over intransitive and transitive basic verb clauses.

Referring to the analysis of the basic clause of LDLL, the basic clause of LDLL clause is to have rules such as (a) S - P (NP - NP), (b) S - PV (NP - VP), (c) S - PV - C (NP - VP - NP), (d) S - PV - Adjunct (NP - VP - NP), (e) S - PV - O (NP - VP - NP), (f) S - PV - O - Adjunct (NP - PV - NP - PP), (g) S - VP - O1 - O3 - Adjunct (NP - PV - NP - NP - NP). While the complex sentence phrase is the equivalent compound or equivalence sentence is S + REL + V + O / C + V + O / C or FN + REL + FV + FN + FV + FN and the pattern or rule in multi-compound sentence is S + V + O / C + Conj. + S + V + O / C.

Page 48: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

xlviii

6. Grammatical Relation in LDLL The LDLL canonical arrangement in a simplex clause is SVO whereas the

derivative or derivative derivative is OSV. The spatial system greatly influences constituent behavior (core and not core). The characteristics of the subject in the LDLL are (a) canonical position (pra-verbal), (b) relative, (c) reflection, (d) conformity or suitability, (e) preparing, (f) use of question, (g) (8) pronouns are not bright, and (9) pivot. The characteristics of the LDLL object are (a) the canonical position (pos-verbal), (b) always experiencing forwarding as a topic, and (c) reflexive pronominal. The LDLL oblique feature is the LDLL oblique argument which is a non-native argument that usually has a preposition post and often plays a role such as locative, instrument, recipient, and origin or source.

7. Verb Valence Changes Mechanism in LDLL The LDLL valence change mechanism is differentiated by (a) the creation or

addition of a new argument as S/A, often called causative construction, (b) the creation or addition of a new argument as O, often called an applicative construct, and (c) the resultative construction as the construction of the valence decrease.

Causative construction typologies are grouped into (i) causative constructs based on formal parameters and (ii) semantic parameters. Based on formal parameters, causative constructions are distinguished on (i) causative analytic, syntactic, peripheral, (ii) morphological causative, and (iii) lexical causative. Based on the semantic parameter, the causative is distinguished on (i) causative based on the degree of causal control and (ii) the relationship or the relation of the cause-causing component.

Based on the degree of causal control, the causative is distinguished on (i) the true causative and (ii) the permissive causative. Based on the connection between the causal components, the causative is distinguished by (i) the direct causative and (ii) the indirect causative.

The applicative constructions in the LDLL include applicative, benefactive and recipient applicative constructions. These three applicative constructs are tricked by using vocal alternation strategies or internal changes (morphophonemic strategy) and word order (syntactic strategy). The resultative construction in LDLL is modeled by using the concept of the second clause predicate. The predicate of the second clause is the resultant construction of the action expressed by the first predicate. So there is a process of transfer of state from normal to abnormal

8. Complex Sentence of LDLL A complex sentence is a sentence consisting of two or more clauses. The

complex sentence is a multilevel compound sentence. It is said multiple sentences because it is a construction consisting of a parent clause and an embedded clause relative, purposive, and / or complete. Analysis of complex sentences LDLL proves that LDLL can relate all constituents both core and non-core directly. The relative clauses of

Page 49: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

xlix

clauses are (1) the nozzle nouns or phrase nouns (zero NP), (2) the presence of compulsory markers which are in the relative clauses, and (3) the presence of the peer swing marker in relative clauses. The characteristic of the purposive clause is (a) the phrase noun clause of purposive is not clearly or zero, (b) the presence of the purposive marker like gala mi or gala -a 'in order to' /.

The complement clause is distinguished by (a) the inclusion clause with the 'wishing' verb group, (b) the complement clause with the 'know' verb group, (c) the complement clause with the verb group let 'say'. The feature clause of the 'verb group' attachment clause is the S/A embedded embedding clause referring to the parent clause. The characteristic clause of the verb-knowing 'verbs' clause is the S/A embedded embedding clause referring to the parent clause P or (O) clause. The characteristic clause of the verb group cluster means 'S / A' refers to the P (O) parent clause. Referrals cause an expression in the purposive interstitial clause.

9. The Typological Syntax of LDLL Testing of pivot systems in LDLL is done on complex sentences by utilizing 11

test frames or complex sentence test frameworks. Data analysis proves that (a) LDLL works with the S/A pivot system based on the five test frames (a), (c), (e), (g), (j). This is corroborated by a conclusion stating that (i) S/A of the embed clause always refers to S/A parent clause or matrix clause, (ii) Referrals leads to S/A imprint on the embed clause, and (iii) no revaluation of the spatial order And the structure of constituents in clauses, (b) LDLL also works with S/P pivot systems based on six test frames or test frameworks (b), (d), (f), (h), (i), (k). It is supported by the conclusion that (i) S/A of the embed clause is always inference with P (O) the parent clause or matrix clause, (ii) the reference leads to S/A imprint on the embed clause, and (iii) And constituent structure.

Referring to the basic clause of LDLL clause it can be said that LDLL works with S/A pivot system. It is said that because S/A pivot is a canonical construction whereas S/P pivot is derivative construction or derivative. Hatching or other testing is fronting, left-to-left release and topicalization shows that LDLL is the language of topicalization system and not the creation of the subject or the creation of the object. Thus it can be said that LDLL is a language that tends to be grouped as a syntactically nominative-accusative language, a language that works with S/A pivot systems and languages that know as topicalization.

10. The Result of Research 10.1 The Marking LDLL

Marking is a marker of morph-syntax in either a bound morpheme or a free morpheme which denotes a case marker and or states a reference to a noun followed. The data analysis states that LDLL is not a language that recognizes the presence of case markers. However, to state the grammatical relationships such as S, A, and P or O

Page 50: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

l

have always placed S and A in the nominative, P or O cases in the accusative case, and possessive in the genetic case.

Based on the category of words, the separation in the LDLL is distinguished by (a) the declaration in the category of verbs and (b) the categories in non-verb categories (nouns, demonstratives, conjunctions). Markings in the verb category include the beginning of the verb, the ending of the verb, and the beginning and the ending of the verb. The initial pronunciation of the verb tends to be called proclitic or clitic left dislocation and is limited to the pre-categorical verbs, the latter at the end of the verb is often called the clitic right dislocation applicable to free base type verbs and pre-categorical verbs. Procltic and enclitic marking occurs in the category of one-place (intransitive) and two-place (transitive) verbs.

Proclitic and enclitic of the verbs are consistent and systematic. Nevertheless, it is often found that there are symptoms such as the addition of sounds, sound changes and even a sound jump in the process of clitization. Changes, additions or jumps are phonological phenomena that can only be phonologically explained as well. The pre-categorical verbs of both intransitive and transitive verbs have peculiarities such as proclitic and enclitic. Although both can be approached with proclitic and enclitic but both differ on the meaning according to the default verb.

The proclitic meanings of intransitive and transitive pre-categorical verbs are (a) cross referencing S/A clauses (intransitive, transitive), (b) declaring pronoun form, (c) declaring the pronoun type, and (d) expressing the number. The meaning of the encrusted (intransitive) and intransitive (free) intransitive verb enclitic is (a) to cross-reference the clause (intransitive), (b) to declare the pronoun form, (c) to declare the pronoun type, and (d) to express the number, (e) express the meaning of intensity, and (f) express the meaning of spontaneity. The meaning of the enclitic in the pre-categorical transitive verbs and the free basic verbs is (a) to declare the object's (3 singular and 3 plural) shape, (b) to declare the pronoun form, (c) to declare the pronoun type, and (d) to declare the amount of pronouns.

The other sharpening is in the category not verb category. This separation includes the categories of nouns, demonstratives, mood, and conjunctions. Marking in the noun category is enclitic while in the category demonstrative, mood and conjunction is proclitic. The enclitic marker is distinguished from the enclitic marking of nouns ending with vowel sounds and enclitic markers in consonant-ending nouns. Although it has different markers on the final nouns, vowels and consonants but the meaning of the enclitic markers on this noun is to assert ownership or possessiveness. In addition to the enclitic, possessiveness can also be expressed in the form of pronouns intact.

The meaning of the proclitic marker on the catheter of demonstrative is as a single and multiple marker of the nouns it follows. The meaning of the proclitic marker in the category of mood and conjunction is to refer to the noun cross either functioning

Page 51: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

li

as S or A in a clause, declaring the form of pronoun, the type of pronouns, and the number of pronouns.

10.2 The Basic Structure of LDLL Clause The review of the basic structure of the LDLL clause begins with grouping words

by word category. By word category, the word is distinguished from nouns, (common nouns, pronouns persona, pronominal possessive, pronominal demonstrative, reflexive pronominal, and numeral), adjective and verbs. The category of noun has such features, can be cross-referenced in the form of proclitic and enclitic by the category of pre-categorical verbs both intransitive and transitive and can be cross-referenced in the form of enclosed (singular third person and plural). The verb category is the core or head in a clause that becomes the center of review, while the adjective is a category that can modify the noun and verb categories.

Based on the word category, the construction of the LDLL basic clause consists of verbless clauses or nominal clauses and a verbal base clause. Verbless clauses or nominal clauses consist of basic clauses of predicate nouns, possessive, demonstrative, numeral, adverbs, and adjectives. The predicate verbs clause consists of a predictive base clause of pre-categorical verbs and predefined free verb basic clauses. The Predicator verbs are distinguished over categories of intransitive, transitive and transitory pre-categorical verbs. Likewise the predefined free basic verbs clauses are distinguished from intransitive, transitive and transitory basic verb clauses. Referring to the LDLL data analysis then the LDLL basic clause is to have rules like S - P (FN - FN), S - PV (FN - VP), S - PV - C (FN - VP - FN), S - PV - (FN - VP - FN), S - PV - O - Adjunct (FN - PV - FN - PP), S - VP - O1 - O3 - Adjunct (FN) - PV - FN - FN - FN).

10.3 Grammatical Relation in LDLL The LDLL data study supported by the theoretical reference on the LDLL core

argument property found findings such as the basic structure of the LDLL syntax is SVO. This structure is a canonical structure or rule, whereas derivative rules or rules are OSV. The SVO canonical structure greatly affects the property of the core argument (pure syntactic relation S, P, and OBL semantic relation) that becomes a filler or participant of a clause.

The typical arguments of the subject of the LDLL clause are: (1) Positional canonical means praverbal position, before verb or left verb; (2) relativeness, LDLL has the characteristics to relativize all clause arguments (S and P); (3) Reflection, LDLL has two lingual forms to express the reflexive form of nimo 'itself' and veki 'self / body'. The uniqueness of these two reflexive forms is (i) not mutually transposing (meaning) and if both are in one clause the nimo 'own reflexive form must precede the reflexive form of the' self 'veki, (ii) substituting, and (iii) only the nimo 'own reflexive form which can float in a consecutive position in a clause; (4) Compliance or conformity (subject-verb agreement). The attractiveness of this feature is the ability of verbs, especially

Page 52: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

lii

intransitive and transitive pre-categorical verbs to do conformity or conformity with the subject clause or agent of a clause. Pre-categorical verbs have the ability to attach proclitic and enclitic simultaneously. The intransitive-free base verb has the ability to make adjustments to the subject followed, while the transitive-free basic verb has the ability to classify objects. The ability of the intransitive-free basic verbs to refer S and the ability of transitive-free basic verbs to classify objects is expressed in the form of enclitic. The two forms of clitic (proclitic and enclitic) are very instrumental in determining other features such as controlling, preparing or pivot subject; (5) Fronting. Fronting or incrementing an object argument in the previous clause will become a topic and shift the position of the previous clause subject into a comment. Topicalization or forwarding do not result in a decrease in the position of the subject. The predictive meaning of the previous clause verb is actively transformed into a basic meaning and if DO is put forward or upgraded its position into a topic that behaves the subject then the IO will be marked with the preposition; (6) The use of he asked words 'who' (heku yang) and alaka (laka). The use of he asked 'who' usually asks about subjects characterized by human, animate or human. Conversely, if the subject of the clause is an object often used alaka or laka 'apa' also tends to alternate with alaka which, what 'what' laka '; (7) Mine estimation. The auxiliaries or auxiliaries also characterize the subject especially the nature or property of the exploiters. The only indefinite exponent that can float in succession in a clause is aja 'a lot' or aje 'very much'. While the only survivors or auxiliaries of a collective numerator that can float to multiple consecutive positions in clauses are vakahae 'all' and (8) Pronouns are not bright. LDLL data analysis proves that the only argument that can arise as an undefined or PRO subject in the embed clause is the subject argument. Testing proves that S can only pivot with A and not with O or P. This stipulates that LDLL recognizes the S/A pivot system and not the S/P pivot.

The characteristic of the LDLL object is similar to the subject argument such as: (1) pos-verbal position or the right hand position of the verb; (2) the object argument has always been a topic, and shifting the subject's position in the previous clause becomes a comment, and (3) reflexive pronominal. If a clause has a reflexive pronoun then the reflexive pronoun always refers to the noun phrase that precedes it or refers to the subject and if the reflexive pronoun is raised to the topic position, the clause becomes unacceptable and not grammatical.

The LDLL oblique argument is a non-native argument that usually has a preposition post and often plays a role such as locative, instrument, recipient, and source. As non-core arguments, LDLL oblique can not be mechanized and can only experience forwarding or increment.

10.4 The Mechanism of Verb Change of the LDLL The LDLL data analysis of the valence change mechanism (increase and

decrease of LDLL verb valence) and pragmatic functions (top-down commentary and

Page 53: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

liii

release) found a number of findings such as LDLL did not have a verb affix to overcome the morphological valence change mechanism.

The absence of these verb affixes causes LDLL to only have verb valence construction such as calibrate analytic construction (syntactic or peripheral), lexical causative construction (formal parameters) and causative constructions true, permissive (based on the degree of causal control), direct causative construction and causative construction indirect (based on the degree of causality and causal components). The latter two constructs constitute the distribution of causative construction based on semantic parameters.

Applicative construction is a mechanism for raising the verb valence other than causative construction. Causative construction emphasizes more on the creation of a new subject into a causative construct so that the applicative construction further sharpens the creation of peripheral constituents (locative, benefactive, and receiver) as the core constituent of the clause. Normally an applicative construction exploits a verb change that indicates a change in verb valence. The applicative construction in the LDLL can be achieved by (a) the vowel alternation or internal modification, such as the change in the sound of /o/ to /u/ to the hebo 'bath' verb and tobo 'sitting' (b) the grammatical arrangement in the clause. The wording meant here is the oblique promotion of the basic clause into the direct object of the applicative construction clause. In addition the vowel alternation /o/ being /u/ can also maintain the transitive verb valence as seen in the livo 'fill' example and the 'send' gnato.

The decrease in variance of LDLL verbs includes resultative construction. Resultative construction requires a structural revaluation, especially changes in verbs. Based on the existence of the affix LDLL, the decrease in verb valence can be tricked by the predicate of the second clause (secondary predicate). The predicate concept of the second clause is the construction of the action of the first predicate. There is a transfer process from normal to abnormal.

Descriptions of pragmatic functions covering the topic-comments have proven that LDLL is a nomenclature-accusative-patterned language. In the meantime, the release to the left proves that LDLL is language-centered language.

10.5 Complex Sentences of LDLL The study of complex LDLL sentence statements including relative clauses,

purposive clauses, clause completion, enhancement found interesting things such as (a) LDLL is one of the languages that can relate all constituents of both core constituents and non-core constituents such as English (Aboh, 2001: 134). Relativeness may characterize explain and replace nouns or noun phrases in the parent clause. The relative attributes in LDLL such as (1) the nouns or phrases of undercurrent nouns (zero NP), (2) presence of mandatory ‘yang’ markers in relative clauses, and (3) the presence of the peer sharers in relative clauses Thus some of the relative clause features Dixon put forth (Dixon, 2010: 314, 338).

Page 54: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

liv

The purposive clause has a characteristic such as (a) the phrase noun clause of purposive not being manifested clearly or expressed as zero, (b) the presence of a purposive marking such as gala mi or gala -a 'in order to'. These two purposive markers can be mutually substituted. The use of gala-purposive purposive marking in order to be / is helpful in identifying the grammatical subject of the purposive clause. The pre-categorical form -a will refer one of the core constants in the parent clause both prolevelly inflexively (pre-categorical verbs) and as enclosed inflexif (free basic verb), and (c) if the parent clause is an intrasitive clause then S Or A purposive clause is always referenced with the parent clause. Conversely, the parent clause is a transitive clause and is transitived, then A purposive clause is always referenced with A parent clause.

Complete clauses with the 'wish' groups of verbs that include 'wish', likes' pete 'verbs,' remember 'pete, forgotten glupa' have characteristic such as (a) referrals or choreferences occur in S and A complementary embedded clauses, (b) as a result of this reference or choreference S or A in the attachment clause is deleted, (c) the interpretation of the impeded con- tituent may be interpreted in the context of the sentence and if the verb predicate clause is the pre-categorical verb then the reference to the contingent is very clear from the form Inflexive pre-categorical verbs. Whereas if the verbs of the embedded attachment clause are the basic free verbs then the interpretation of the entire context of the sentence becomes decisive. Complete clauses of the 'know' verb group which include the 'know' verbs, the 'see' and 'hear' tiles have the peculiarity of stating that only S and A complement clauses can be referenced or are co-ordinated with O or P parent clauses . Accordingly, S or A of the embed clause is never referenced or is associated with A parent clause.

Complete clauses with verbs of 'let's say' groups that include verbs of 'tell', tula / -a 'make' and forced 'force', can have uniqueness like S and A in the embedded clause of each complex phrase referred to or refer to P or O parent clause each complex sentence. S or A in the attachment clause can not be corresponded with A parent clause. Raising or preparing the subject indicates that (a) the attaching or raising of the subject is related to the subject's rendering because the subject position is occupied by the adjective category, (b) the occurrence occurs in the complement embed clause. Nevertheless, these deletions (S and A) still refer to the subject of the parent clause.

10.6 The Typologycal Syntax of LDLL The infinite verb group wants to treat an S or A embedded clause with the S

parent clause, while the 'know' and 'let's say' group of verbs treats S or A clause embedded with the parent clause.

The construction of the jusif justification clause states that the S or A embedded clause is standardized with an embedding clause. This happens because in a construction that declares a command or command to someone to do something typically use transitive verbs such as telling, saying and asking '.

Page 55: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

lv

Testing of pivot system mechanisms on five test frames (a), (c), (e), (g), (j) on coordinative constructions, jusif constructions, and adverbial constructions reflects that the pivot in the LDLL works with the S/A pivot. This means that the deletion occurring in one of the clauses is caused by the referral. Referring to the same constituent leads to imprinting, and it does not cause any change or revaluation in the structure of the two clauses (parent or embedded).

Testing of pivot system mechanisms in the six test frameworks (b), (d), (f), (h), (i), (k) on coordinative constructions, jusif constructions, and adverbial constructions illustrates that the pivot in the LDLL works With S/P pivot system. This means that the deletion occurring in one of the clauses is caused by the referral. Referring to the same constituent leads to the imprinting, and it causes a change or revaluation of the structure of both clauses (parent or embedded). Revaluation occurs at the syllabic level of SVO canonical ordering into OSV and revaluation of the constituent structure ie P (O) postverba bearing position to P (O) presubject.

As for the construction of an interrogative clause in LDLL to ask S and P it is often used question heku 'who' and (a) laka 'apa'. As for the variety of questions that ask for S and P in LDLL there are two types: questions by using a question word placed at the beginning of the clause and question by using the question word placed at the end of the clause. Questions by using he asked 'who' to ask S have three kinds of common questions (without relative markers), questions with relative markers, and succinct or brief. The question with the question asked in the back has only one variation and that variation is the inversion of the question using relative marker.

Analysis of the verbs, basic structure of clauses, grammatical functions and relationships, verb valence change mechanisms, and complex sentences in LDLL indicate that LDLL is a language that treats S = A and differs from P (O). This is consistent with the testing of pivot systems in coordination construction, jusif construction and adverbial construction. With the existing evidence it can be said that LDLL is a language that has a tendency as a syntactic accusative language.

Based on the analysis of alternative constructions such as left dislocation construction, fronting and fronting construction, and topicalization, it can be seen that LDLL is a language of the topic type. This can be proved by (a) the topic is marked in the structure of birth, (b) the topic tends to control the choreality, (c) the rules of subject creation such as passivity are rarely found, (d) 'topic-oriented' topographic constructs are the basic structure (Cassile, E and Suarez, 2005: 54; Lee, 1976: 460-484, Everaert and Van Riemsdijk, 2005: 2406).

Referring to the facts found in the LDLL and referring to the typological typology of languages with respect to pragmatic functions (see Li and Thompson in Li, 1976) it can be concluded that LDLL is the subject prominent language. LDLL has a basic structure of constructed subject-predicate clauses. Topicalization in LDLL is an alternative construction.

Page 56: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

lvi

11. Conclution and Suggestion 11.1 Conclution 11.1.1 The basic structure of the simplex clause in LDLL

The LDLL verb predator has the peculiarity of being able to refer to a pronoun or noun cross as a S/A and /or it can embed objects on a transitive clause. The basic structure of the LDLL clause is a canonical structure that strongly determines the position of each core and noninion argument in LDLL. The final node of the basic structure of the simplex clause is coupled with the verb marking and LDLL grammatical relations.

1) The basic structure of the complex clause in LDLL The basic clause construction of LDLL consists of the basic clause of the noun

predicate (verbless clauses) and the predicate verb. The basic clause of the noun predicate (verbless clauses) consists of the basic clause of the noun predicator, the possessive predictive, the demonstrative, the numerals, the adverbs, and the adjectives. Thus, the basic structure of the noun clause (verbless clauses) is SV (FN FN / FA). The predicate verbs clause consists of predictive base clauses of predictive (intransitive and transitive verb) predicate verbs and free base (intransitive and transitive). The basic structure of the verbal clause is SVO / C.

The basic LDLL clause layout is S - P (FN - FN), S - PV (FN - VP), S - PV - C (FN - VP - FN), S - PV - Adjunct (FN - VP - FN), S - PV - O (FN - VP - FN), S - PV - O - Adjunct (FN - PV - FN - PP), S - VP - O1 - O2 - Adjunct (FN - PV - FN - FN - FN). The composition of complex LDLL sentences is distinguished from the pattern or equivalent sentence (compound syntax) is S + REL + V + O / C + V + O / C or FN + REL + FV + FN + FV + FN and compound sentences (complex sentences) Is S + V + O / C + Conj. + S + V + O / C.

The LDLL marking system treats the predictive prediction of the basic structure of noun clauses or verbless clauses with the same markers with the basic structural predictions of the intransitive and transitive pre-categorical verbs. Whereas the basic structure predictions of noun clauses or verbless clauses are treated with the same marks (enclitic) as the basic structure of pre-categorical (intransitive and transitive) verbal clauses and free (intransitive and transitive) verbs. Although treated with the same sharpening but semantically the sharpening in each category has different meanings.

The marking in LDLL is differentiated by the positioning and category categories. Based on the position, the differentiation is distinguished upon the clarity of clitic dislocation and clitic right dislocation. Pre-categorical alignment is limited to forms of practice (verbs, moods, conjunctions and demonstratives), whereas encllocal quotation can occur in verbs (pre-categorical and stray verbs), nouns, numerals, reflexes, and adjectives. Marking in all categories of words is consistent and systematic. Nevertheless, there are often phonological phenomena such as the addition and jumping of sounds.

The meaning of proklitic to intransitive and transitive pre-categorical verbs is (a) to cross-reference S/A, (b) to express the meaning of intesitas, (c) the meaning of spontaneity, (d) pronoun form, (e) pronoun type, and (f) sum. The meaning of the enclosure of intransitive pre-categorical verbs (already in the form of a proclitik) and the meaning of the intransitive base verb is to refer to S.Makna enklitik on transitive

Page 57: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

lvii

pre-categorical verbs and the basic free verb is (a) express clitization of objects (3 singular and 3 plural), (b ) States the pronoun form, (c) states the pronoun type, and (d) denotes the amount of pronouns. The meaning of the marker of the possessive noun category is to state ownership. The meaning of the proclictical marker in the demonstrative category is to express the singularity and plurality of nouns or pronominals that it follows. The meaning of the proclitical marker in the category of mood and conjunction is to refer to the noun cross, either functioning as S or A, expressing the pronoun form, the pronoun type, and the number of pronouns. The meaning of the numerical category enclitic is to declare a set or a group. Eating the adjunctive category enclosure is to declare cross-referential S.

The characteristic of the subject is LDLL, canonical position (praverba, before verb or left verb); relative, reflexive, conformity or subject-verb agreement, emphasis, use of query, subject deletion (pronouns not bright), and control (pivot). The characteristic of objects in LDLL is position of posverba or right hand position of verb, penopicalan, and reflexive pronomina. The LDLL oblique argument has a characteristic can not be canopied and can float at a certain position in a clause.

11.1.2 The Mechanism of Verb Change of the LDLL

The Lamaholot dialect of Lamalera does not have a verb affix to overcome the morphological valence change mechanism. Thus, one of the variances of verbal valence enhancement such as causative construction (the addition of a new argument as actor), LDLL has only an analytic calibration construct (syntactic or peripheral) and lexical. Other kinds of valence enhancements such as applicability (object or oblique-forwarding (locative, benefactive, and recipient) are the core arguments), LDLL has a vocal and syllabic alternation strategy.

The decrease in verb valence is known as the resultative construction. The strategy of decreasing verb valence in LDLL is pursued by the concept of the predicate of the second clause (secondary predicate). Studies of pragmatic functions that include topics-commentary, left-hand release, emphasis and penloping have proven that LDLL is a language that has a syntactically-nominated syntactically-oriented bersitem-nominative tendency and has a topic-oriented language.

11.1.3 The Typology Sintax of LDLL Lamalera dialect of Lamaholot language is one of the languages that can relate

all constituents to both core constituents and non-core constituents such as English (Aboh, 2001: 134). As for the characteristics of the relay, such as the nozzle antecedents (FN) anteseden (zero NP), the presence of mandatory marking 'yang', and determiner marker pe (voluntarily). Thus some of the relative clause features Dixon put forth (Dixon, 2010: 314, 338).

The purposive clause of LDLL has a characteristic such as the noun phrase no purposive purposive clause clearly embodied (zero FN), the purposive clause gala mi or gala -a 'in order to / in order', If the matrix clause is an intrasitive clause then S or A purposive clause always inferences with S matrix clauses. In contrast, the matrix clause is a transitive clause A purposive clause is always referenced by A matrix clause.

The clusters of the 'wish', 'like', pete 'remember', glupa 'forgotten' groups have a characteristic such as S/A of the embedding clause referring to S matrix clause, impingement S/A clause Because of the reference, the trace of constituent constancy can

Page 58: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

lviii

be observed through the inflexive (proclitic and enklitic) forms attached to the verb predator (pre-categorical and free basic verbs) and through the interpretation of clarity of the clause.

Complete clauses of the verb group -oi 'know' (-oi 'know', tiles' see 'and hear') and verbal groups let 'say' (let 'say', tula / -a 'make' and force 'forced' ') Has a peculiarity like S/A auxiliary embedded clause with the O/P matrix clause. Raising the subject indicates that subject rendering because the subject position is occupied by the adjective category and the occurrence occurs in the complement embed clause. However, this splitting (S/A) still refers to the subject of the parent clause.

Testing of pivot system mechanisms on five test frames (a), (c), (e), (g), (j) on coordinative constructions, jusif construction constructions, and adverbial constructions reflects that the pivot in the LDLL works with the pivot S/A system. Referring to the same constituent leads to deletion and does not cause any change or revaluation in the structure of the two clauses (matrix or embedded). On the other hand, in the six test frameworks (b), (d), (f), (h), (i), (k) in coordinative construction, the jusif construction and adverbial constructions illustrate that the pivot in the LDLL works with the S/P pivot. Referring to the same constituent causes delays and causes changes or revaluations at the grammatical level and constituent structure.

The construction of the interrogative clauses LDLL to ask S and P is often used heku asked 'who' to human and (a) what '' laka 'for non-human. Questions with queries heku 'who' for humans and (a) laka 'what' can position at the beginning of the clause or it can also at the end of the clause. The answer to this question characterizes the basic canonical structure of LDLL (SVO). Meanwhile, to ask the object often used he asked 'who' for humans and (a) laka 'apa'. The structure of the answer to this question is derivative structure (OSV). Variation of questions to ask the object there are two of the question word can be found at the beginning of the clause and can also be at the end of the clause.

The study of verb marking, basic structure of clauses, grammatical relations, verb valence change mechanisms, and complex sentences in LDLL indicate that LDLL is a language that treats S = A and differs from P (O). This is consistent with the testing of pivot systems in coordination construction, construction of juice fixtures and adverbial constructions. With the existing evidence it can be said that LDLL is a language that has a tendency as a syntactic accusative language.

Analysis of alternative constructs such as left dislocation, fronting, and topicalization, it is known that LDLL is the language of the topical language. Topical language, topics with features such as topics marked in birth structure, tend to control chorealityality, the rules of subject creation such as passivity are rare, and 'topic-oriented' topographic constructs are the basic structure (Cassile, E and Suarez, 2005: 54; Lee, 1976 : 460-484, Everaert, M and Henk Van Riemsdijk, 2005: 2406). Topicalization in LDLL is an alternative construction. Referring to the typological grouping of languages with respect to pragmatic functions (see Li and Thompson in Li, 1976) it can be concluded that LDLL is the subject promoinent language with a characteristic such as having the basic structure of a predicate-subject constructed clause.

Page 59: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

lix

11.2 Some Suggestion The final orientation of this research is to determine the syntactic typology of

LDLL. The determination of the LDLL syntax typology is based on a review and analysis of the LDLL marking, the basic structure of the LDLL clause, LDLL grammatical functions and relationships, LDLL verb condensation change mechanism, LDLL complex sentences, and LDLL syntax typology. A full awareness of the shortcomings and limitations, both of which are related to theoretical references, comparative language discussions, and the analysis and interpretation of the data so that it still leaves much to be missed from the review. Hopefully things that can not be discussed thoroughly become an exciting motivation for sympathizers, observers and language researchers to conduct other research or continued as to be compared.

The other interesting syntactic phenomena that need to get intense attention to study or research are the system of sharpening on intransitive and transitive verbs, anticusative constructions, construction of topicalize, construction of relative, aspect of sound changes (addition and sound jogging) and other phonological phenomena. The application of the latest references and many other linguistic phenomena provides hope and opportunity for further research. Research can be a trigger for other variants of linguistic research in order to color the panorama of Indonesian culture.

Page 60: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

lx

DAFTAR ISI

HALAMAN

SAMPUL DALAM ........................................................................................... i LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................... iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI ............................................................. iv PERSYARATAN BEBAS PLAGIAT ........................................................... v UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................ vi ABSTRAK ......................................................................................................... x ABSTRACT ....................................................................................................... xi RINGKASAN DISERTASI ............................................................................ xii SUMMARY DISSERTATION ......................................................................... xxxv DAFTAR ISI ..................................................................................................... lix DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... lxiv DAFTAR TABEL ............................................................................................. lxv DAFTAR SINGKATAN .................................................................................. lxvi DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... lxxi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 7 1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 8 1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................................ 8 1.3.2 Tujuan Khusus .......................................................................................... 8 1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 9 1.4.1 Manfaat Teoretis ....................................................................................... 9 1.4.2 Manfaat Praktis ......................................................................................... 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka ........................................................................................... 11 2.2 Konsep .......................................................................................................... 24 2.2.1 Struktur Gramatikal ................................................................................... 24 2.2.2 Klausa ........................................................................................................ 24 2.2.3 Kalimat Kompleks ..................................................................................... 26 2.2.4 Relasi Gramatikal ...................................................................................... 26 1.Subjek .............................................................................................................. 27 2.Objek ............................................................................................................... 27 3.Oblik ................................................................................................................ 28 2.2.5 Valensi ....................................................................................................... 28 2.2.6 Kausatif, Resultatif, dan Aplikatif ............................................................ 30 2.2.7 Tipologi ...................................................................................................... 31 2.3 Landasan Teori ............................................................................................. 31 2.3.1 Teori Tipologi ........................................................................................... 31 2.3.2 Teori Relasi Gramatikal ........................................................................... 36 2.4 Model Penelitian .......................................................................................... 44

Page 61: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

lxi

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian .................................................................................. 45 3.2 Lokasi Penelitian .......................................................................................... 47 3.3 Jenis dan Sumber Data ............................................................................... 47 3.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 49 3.5 Metode dan Teknik Analisis Data ............................................................... 52 3.6 Metode dan Teknik Penyajian Data ............................................................ 55 BAB IV PEMARKAHAN DALAM BAHASA LAMAHOLOT DIALEK LAMALERA 4.1 Pengantar ....................................................................................................... 56 4.2 Penjenisan Pemarkahan dalam Bahasa Lamaholot Dialek Lamalera ......... 57 4.2.1 Pemarkahan pada Kategori Verba ............................................................. 61 1. Pemarkahan pada awal verba ........................................................................ 62 2. Pemarkahan pada akhir verba ........................................................................ 65 4.2.2 Pemarkahan pada Kategori Nonverba ...................................................... 77 4.3 Temuan Penelitian ........................................................................................ 89 BAB V STRUKTUR DASAR KLAUSA SIMPLEKS BAHASA LAMAHOLOT DIALEK LAMALERA 5.1 Pengantar ....................................................................................................... 92 5.2 Pengertian Klausa dan Kalimat .................................................................... 93 5.2.1 Klausa ........................................................................................................ 93 5.2.2 Kalimat ....................................................................................................... 95 5.3 Kategori Sintaksis ......................................................................................... 97 5.3.1 Kategori Nomina ....................................................................................... 98 1. Pronomina persona ......................................................................................... 98 2. Pronomina posesif .......................................................................................... 101 3. Pronomina demonstrativa .............................................................................. 101 4. Pronomina interogativa .................................................................................. 102 5. Pronomina refleksif ........................................................................................ 103 5.3.2 Kategori Verba ........................................................................................... 104 5.3.3 Kategori Adjektiva .................................................................................... 105 5.3.4 Kategori Gramatikal .................................................................................. 108 5.4 Klausa Simpleks (Dasar) BLDL .................................................................. 111 5.4.1 Klausa Simpleks (Dasar) Berpredikat Bukan Verba ............................... 113 1. Klausa dasar nominal berpredikator nomina ................................................. 114 2. Klausa dasar nominal berpredikator posesif ................................................. 115 3. Klausa dasar nominal berpredikator demonstrativa ..................................... 115 4. Klausa dasar nominal berpredikator numeralia ............................................. 116 5. Klausa dasar nominal berpredikator adverbia ............................................... 117 6. Klausa dasar nominal berpredikator adjektiva .............................................. 118 5.4.2 Klausa Dasar Berpredikat Verba ............................................................... 119 1. Klausa dasar berpredikat verba berpangkal prekategorial ............................. 119 2. Klausa dasar berpredikat verba dasar bebas .................................................. 121

Page 62: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

lxii

5.5 Tata Urut Kata .............................................................................................. 123 5.5.1 Tata Urut Konstituen Klausa Intransitif .................................................... 125 5.5.2 Tata Urut Konstituen Klausa Ekatransitif ................................................ 127 5.5.3 Tata Urut Konstituen Klausa Ditransitif ................................................... 129 5.6 Temuan Penelitian ........................................................................................ 131 VI RELASI GRAMATIKAL BAHASA LAMAHOLOT DIALEK LAMALERA 6.1 Pengantar ....................................................................................................... 134 6.2 Relasi Gramatikal ......................................................................................... 135 6.3 Peran Semantis BLDL .................................................................................. 142 6.4 Properti Argumen BLDL ............................................................................. 147 6.4.1 Propeti Subjek ............................................................................................ 148 1. Properti subjek lintas bahasa .......................................................................... 149 2. Properti subjek BLDL ..................................................................................... 153 6.4.2 Properti Objek BLDL ............................................................................... 189 6.4.3 Oblik BLDL ............................................................................................... 202 6.5 Temuan Penelitian ........................................................................................ 208 VII PERUBAHAN VALENSI VERBA BAHASA LAMAHOLOT DIALEK LAMALERA 7.1 Pengantar ....................................................................................................... 212 7.2 Valensi Verba ............................................................................................... 213 7.2.1 Valensi Verba BLDL ................................................................................. 213 7.2.2 Perubahan Valensi Verba BLDL .............................................................. 215 7.3 Pengausatifan ............................................................................................... 222 7.3.1 Pengausatifan Parameter Formal ............................................................. 239 7.3.2 Pengausatifan Parameter Semantis ........................................................... 258 7.4 Pengaplikatifan ............................................................................................ 265 7.4.1 Aplikatif Lokatif ........................................................................................ 276 7.4.2 Aplikatif Benefaktif ................................................................................... 279 7.4.3 Aplikatif Penerima ..................................................................................... 282 7.5 Peresultatifan ............................................................................................... 284 7.6 Fungsi Pragmagtik dalam Klausa BLDL ..................................................... 289 7.6.1 Struktur Topik Komen; Telaah Teoretis ................................................... 290 7.6.2 Pelepasan ke Kiri dan Penopikalan ........................................................... 293 7.7 Temuan Penelitian ........................................................................................ 301 VIII KALIMAT KOMPLEKS BAHASA LAMAHOLOT DIALEK LAMALERA 8.1 Pengantar ....................................................................................................... 305 8.2 Kajian Teoretis Kalimat Kompleks .............................................................. 306 8.3 Perelatifan dalam BLDL .............................................................................. 315 8.4 Klausa Relatif BLDL .................................................................................... 323 8.5 Klausa Purposif BLDL ................................................................................. 333 8.6 Klausa Pemerlengkap ................................................................................... 340

Page 63: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

lxiii

8.6.1 Klausa Pemerlengkap dengan Kelompok Verba mi ‘Ingin” .................... 347 1. Verba mi ‘ingin’ ............................................................................................. 347 2. Verba suka ‘suka’ ........................................................................................... 349 3. Verba pete ‘ingat’ ........................................................................................... 351 4. Veba glupa ‘lupa’ ........................................................................................... 353 8.6.2 Klausa Pemerlengkap dengan Keolompok Verba –oi ‘Tahu’ ................. 355 1. Verba –oi ‘tahu’ ............................................................................................. 355 2. Verba tegel ‘lihat’ ........................................................................................... 357 3. Verba denge ‘dengar’ ..................................................................................... 358 8.6.3 Klausa pemerlengkap dengan Kelompok Verba mari ‘Mengatakan’ ..... 359 1. Verba mari ‘mengatakan’ .............................................................................. 359 2. Verba tula/-a ‘membuat’ ................................................................................ 361 3. Verba paksa ‘paksa’ ....................................................................................... 362 8.7 Pengedepanan (Penaikan) ............................................................................ 363 8.8 Temuan Penelitian ........................................................................................ 367 IX TIPOLOGI SINTAKSIS BAHASA LAMAHOLOT DIALEK LAMALERA 9.1 Pengantar ....................................................................................................... 370 9.2 Kekausatifan dan Keergatifan ..................................................................... 371 9.3 Satuan-Satuan Dasar Sintaksis Semesta ...................................................... 376 9.4 Konstruksi Sintaksis ..................................................................................... 384 9.4.1 Konstruksi dengan Verba Takterbatas ...................................................... 384 9.4.2 Konstruksi Pemerlengkap Jusif ................................................................. 388 9.4.3 Konstruksi Koordinatif BLDL ................................................................. 392 9.4.4 Konstruksi Subordinatif BLDL ................................................................. 415 1. Konstruksi klausa purposif BLDL ................................................................. 417 2. Konstruksi klausa adverbial BLDL ................................................................ 429 9.4.5 Pembentukan Kalimat Tanya .................................................................... 437 9.5 Persekutuan Gramatikal ................................................................................ 449 9.5.1 Peran Semantis danTipologi Bahasa ......................................................... 450 9.5.2 Persekutuan Gramatikal dan Tipologi Sintaksis BLDL ........................... 453 9.6 Struktur Topik-Komen, Pelepasan ke Kiri, Pengedepanan, dan. .................

Penopikalan BLDL ...................................................................................... 458 9.6.1 Struktur Topik-Komen .............................................................................. 458 9.6.2 Pelepasan ke Kiri, Pengedepanan, dan Penopikalan ................................ 461 1. Pelepasan ke kiri dalam BLDL ...................................................................... 465 2. Pengedepanan atau fronting ........................................................................... 466 3. Penopikalan atau topocalization dalam BLDL .............................................. 468 9.7 Temuan Penelitian ........................................................................................ 475 X TEMUAN PENELITIAN Temuan Penelitian ......................................................................................... 478

Page 64: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

lxiv

XI SIMPULAN DAN SARAN 11.1 Pengantar ..................................................................................................... 491 11.2 Simpulan ..................................................................................................... 491 11.2.1 Struktur Dasar Klausa Simpleks dan Kalimat Kompleks BLDL ......... 491 11.2.2 Perubahan Valensi Verba BLDL ........................................................... 494 11.2.3 Tipologi Sintaksis BLDL ........................................................................ 495 11.2 Saran ............................................................................................................ 498 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 499 LAMPIRAN ...................................................................................................... 508

Page 65: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

lxv

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Model Penelitian ............................................................................. 44 Gambar 7.1 Pembagian Konstruksi Kausatif .................................................... 225 Gambar 8 Perujukan Konstituen Klausa Sematan dengan Klausa Matriks .... 340 Gambar 9.1 Kaidah Klausa Interogatif (Intransitif) .......................................... 438 Gambar 9.2 Kaidah Klausa Interogatif (Transitif) ............................................ 440 Gambar 9.3 Kaidah Klausa Interogatif (Ditransitif) ......................................... 443 Gambar 9.4 Tipologi Bahasa Akusatif dan Ergatif ........................................... 452 Gambar 9.5 Tipologi BLDL ............................................................................... 458

Page 66: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

lxvi

DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Konsistensi Perubahan Proklitik Verba Prakategorial BLDL ......... 62 Tabel 4.2 Konsistensi Persesuaian Fonologis Persona dan Verba BLDL ....... 64 Tabel 4.3 Perubahan Enklitik Verba Dasar Intransitif ...................................... 66 Tabel 4.4 Pronomina BLDL yang Dapat dan Tidak Dapat Dienklitisasi ........ 69 Tabel 4.5 Pronomina BLDL yang Mendapat dan Tidak Mendapat Enkltik ... 71 Tabel 4.6 Perubahan Enklitik Verba Prakategorial Intransitif BLDL ............. 73 Tabel 4.7 Bentuk Verba Prakategorial Transitif ............................................... 75 Tabel 4.8 Perbedaan Semantis Proklitik dan Enklitik Verba BLDL ............... 76 Tabel 4.9 Pemarkah Enklitik Posesif Nomina Berakhir Vokal ........................ 78 Tabel 4.10 Pemarkah Enklitik Posesif Nomina Berakhir Konsonan ............... 79 Tabel 4.11 Bentuk Utuh Pronomina Posesif ..................................................... 80 Tabel 4.12 Persesuaian Bentuk Enklitik Leksikal Nimo dan Veki dalam BLDL ..................................................................................... 84 Tabel 4.13 Persesuaian Bentuk Enklitik pada Kategori Numeralia dalam BLDL ...................................................................................... 86 Tabel 4.14 Persesuaian Bentuk Proklitik Prakategorial Modal, Preposisi dan Konjungsi................................................................... 88 Tabel 4.15 Persamaan Pemarkah Proklitik Verba Prakategorial, Modal dan Konjungsi BLDL ................................................................. 91 Tabel 4.16 Persamaan Pemarkah Proklitik Verba Prakategorial dan Nomina BLDL ............................................................................... 91 Tabel 5 Perubahan Morfonemis Kategori Adjektiva BLDL ............................ 106 Tabel 6 Peran Semantis Umum dan Khusus ..................................................... 144 Tabel 7.1 Verba Konstruksi Kausatif Morfologis ............................................. 226 Tabel 7.2 Tipe Klausa Verba Konstruksi Nonkausatif dan Verba Konstruksi Kausatif ................................................................. 229 Tabel 7.3 Peleburan A Nonkausatif Menjadi P Kausatif ................................. 242 Tabel 7.4 Peleburan Argumen Verba Dasar Klausa Transitif .......................... 245 Tabel 7.5 Peleburan Argumen Verba Dasar Klausa Ditransitif ....................... 250 Tabel 7.6 Peleburan Argumen yang Tidak Menurunkan Valensi Verba ......... 250 Tabel 8 Konjungsi Pemarkah Purposif .............................................................. 339 Tabel 9.1 Kaidah pembentukan Klausa Interogatif S (A) dan P(O) dalam BLDL ....................................................................... 449 Tabel 9.2 Kaidah Interogatif BLDL ................................................................... 476

Page 67: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

lxvii

DAFTAR SINGKATAN 1. SINGKATAN 1JEks : 1 Jamak Eksklusif 1JInk : 1 Jamak Inklusif 1SG : 1 Singular 1TG : 1 Tunggal 2J : 2 Jamak 2TG : 2 Tumggal 3J : 3 Jamak 3SG : 3 Singular 3TG : 3 Tunggal A : Agen A1 : Agen 1 A2 : Agen 2 Ab : Absolute abl : ablative ABS : Absolut Acc/ACC : Accusative ACT : Active ADJ/Adj : Adjektifa Adv : Adverbial AKT : Aktif AKUS : Akusatif AN : Adjective Noun APL : Aplikatif ART : Artikel AVO : Agen-Verb-Object BB : Bahasa Bali BBm : Bahasa Bima ben : Benefaktif BJK : Bahasa Jawa Kuno BKm : Bahasa Kemak BL : Bahasa Lio BLDL : Bahasa Lamaholot Dialek Lamalera BM : Bahasa Minangkabau BR : Bahasa Rongga BS : Bahasa Sabu

Page 68: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

lxviii

C : Complement CD : Clitic Dislocation Chô : chômeur CMP : Central Malayo-Polynesian /CMP CMPL : Komplemen Conj : Conjunction Dat : Dative DAT : Datif DE : Data Elitasi Def : Defenitif DEM : Demonstratif Detr : Determiner dkk : Dan kawan-kawan E/Erg : Ergative ECL : Enklitik Ed. : Edisi EKS/Eks : Eksklusif Ex : Extension FB : Flores Barat Fem : Feminim FG : Fungtional Grammar FL : Flores FN : Frase Nomina FV : Frase Verba GEN : Genetif GN : Genetive Nomina HK : Hirarki Ketercapaian Imperfek : Imperfektum INK/Ink. : Inklusif KAUS : Kausatif Kd : Kedang KKV : Kopula Komplemen Verb Km : Komodo KOMP/K : Komplemen KON : Konatif KT : Kata Tanya KVS : Konstruksi Verba Serial Lamp. : Lampiran LFG : Lexical Functional Grammar Lh : Lamaholot

Page 69: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

lxix

Li : Lio MASK : Maskulin Mg : Manggarai N : nomina NA : Noun Adjctive Ng : Ngadha NG : Nomina Genetic Nom/NOM : Nominative NON-FUT : Non-Future NP : Noun Pharase Nrel : Noun Relative NUK : Nukleus O : Objek O1 : Objek 1 O2 : Objek 2 O3 : Objek 3 OBJ : Objek OBJө : Objek Teta OBL : Oblik OL : Objek Langsung OS : Objek- Subjek OSV : Objek- Subjek-Verba OTL : Objek Tidak Langsung OV : Objek-Verba OVS : Objek-Verba-Subjek P : Pasien P1 : Pasien 1 P2 : Pasien 2 Part : Participle PART : Particle PAS/pas : Pasif PAST/PST : Past Tense PAV : Pasien-Agen-Verba PDKI : Pola Dasar Kalimat Inti Pem : Pemarkah PK : Penjangka Kambang Pl : Palue POSS : Posesif PP : Prepotitional Pharase Pr : Pronomina

Page 70: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

lxx

PRED : Predikat Prep : Preposisi Pres : Present PRES : Present PRO : Prominen ProN : Pronoun Ps/ps : Pasien PV : Predikat Verba RAL : Relational Annihilation RC : Relative Clause RED : Reduplikasi Ref : Refleksif REL/Rel : Relatif RelN : Relative Noun RES : Resultatif Rm : Rembong RRG : Role and Relational Grammar S : Subjek S1 : Subjek 1 S2 : Subjek 2 Sa : Subjek Agen Si : Subjek Intransitif Sk : Sikka SOV : Subjek-Objek-Verba Sp : Subjek Pasien Split-S : Split Subjek SPO : Subjek Predikat Objek S-Srtc : Surface Structure St : Subjek transitif Str-a : Struktur Argumen Str-k : Struktur Konstituen Su : Subjek SUB : Subjek SUBJ : Subjek SUF/Suf : Sufiks SV : Subjek-Verba SVO : Subjek-Verba-Objek TA : Tak Akusatif TLF : Tatabahasa Leksikal-Fungsional TOP : Topik

Page 71: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

lxxi

V : Verba VAO : Verba-Agen-Objek VCC : Verb-Complement-Complement VCS : Verb-Complement-Subject VO : Verb-Object Vol : Volume VOS : Verba-Objek-Subjek VP : Verba Predikat VSO : Verba-Subjek-Objek 2. DAFTAR TANDA = : Sama Dengan = : Klitik ≠ : Tidak sama dengan * : tidak gramatikal Ø : Unsur yang lesap ( ) : Mengapit nomor urut kalimat [ ] : Unsur yang berkoreferensi © : c yang diberi tanda kurung cetak miring : kata atau frasa atau kalimat bahasa daerah atau bahasa asing

Page 72: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

lxxii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1a Provinsi Nusa Tenggara Timur .......................................................................... 508

Lampiran 1b Kabupaten Flores Timur ..................................................................................... 508

Lampiran 2a Peta Pulau Lembata Berdasarkan Wilayah Adminstrasi Kecamatan .............. 509

Lampiran 2b Peta Pulau Lembata Berdasarkan Wilayah Adminstrasi Kecamatan .............. 509

Lampiran 3a Prosentase Kekerabatan Bahasa-Bahasa di Flores Timur dan Lembata. Dasar Perbandingan 200 Kosa Kata Swadesh ........................... 510

Lampiran 3b Prosentase Kekerabatan Bahasa-Bahasa di Lembata. Dasar Perbandingan 200 Kosa Kata Swadesh ................................................... 511

Lampiran 3c Prosentase Kekerabatan Bahasa-Bahasa di Flores Timur dan Solor. Dasar Perbandingan 200 Kosa Kata Swadesh................................. 512

Page 73: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

lxxiii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Adalah fakta sejarah bahwa bahasa-bahasa daerah yang menyebar di seluruh

pelosok Nusantara telah mengemban dan menunaikan fungsi sosial dan fungsi transmisi

nilai-nilai luhur jauh sebelum Bahasa Indonesia mulai menggeser, menggusur dan

menyusutkan fungsi bahasa-bahasa daerah itu. Bahasa Lamaholot Dialek Lamalera

(selanjutnya disingkat BLDL) merupakan salah satu bahasa daerah yang telah lama

mengemban fungsi sosial dan fungsi transmisi nilai-nilai luhur, kini mengalami

pergeseran dan penyusutan yang sangat siginifikan. Dengan demikian, pembalikan

pergeseran dan penyusutan fungsi BLDL mutlak diperlukan sebagai upaya

memposisikan dan melanggengkan fungsi dan peran BLDL, memperkukuh dan

memperkokoh ketahanan kebudayaan daerah. Adapun muara penelitian ini ialah

pendokumentasian aspek-aspek kelinguistikan BLDL dalam kerangka mewarnai

panorama kelinguistikan Indonesia atau Indigenisasi Kelinguistikan Indonesia

(Berkanis, 1995).

Rekam jejak penelitian aspek-aspek kelinguistikan bahasa-bahasa di kawasan

Timur Indonesia boleh dikatakan sangat langka. Hal ini dapat dimaklumi karena aspek

kewilayahan Indonesia Timur yang masih terisolasi dari dunia luar pada beberapa

dekade sebelumnya. Tambahan pula pertumbuhan dan perkembangan teori-teori

lingusitik sebagai alat bedah bahasa belum sepenuhnya menyentuh hakikat dasar

bahasa-bahasa daerah. Minimnya informasi kelinguisitikan bahasa-bahasa kecil di

Page 74: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

lxxiv

wilayah Indonesia Timur ini turut menenggelamkan fakta bahwa sesungguhnya bahasa-

bahasa kecil ini memiliki keunikan atau keistimewaan aspek-aspek linguistik sebagai

ciri universal.

Istilah Lamaholot seyogyanya merupakan sebuah terminologi konsep yang

merujuk pada aspek geografis, demografis dan kultural. Artinya, Lamaholot adalah

sebuah entitas yang mencakup satu kesatuan wilayah dengan batas-batas administratif

pemerintahan tertentu, Lamaholot adalah sekelompok etnik atau komunitas yang

mendiami sebuah wilayah, dan Lamaholot adalah tradisi adat istiadat dan bahasa

sebuah komunitas. Sehubungan dengan penelitian ini Lamaholot mengacu pada bahasa.

Deskripsi-deskripsi etimologis ini menggambarkan bahwa individu-individu yang

membentuk sebuah komunitas memiliki ciri-ciri khas seperti memiliki integritas,

memiliki solidaritas dan keeratan relasi yang melekat kuat. Keeratan etnik yang

mendiami wilayah inilah melahirkan fakta bahwa orang-orang yang mendiami wilayah

administrasi Flores Timur dan Lembata menyebut wilayah, menyebut bahasa dan

budayanya dengan sebutan etnik Lamaholot, bahasa Lamaholot dan budaya Lamaholot.

Bahasa Lamaholot Dialek Lamalera merupakan salah satu dari tiga puluh

lima dialek dalam rumpun Bahasa Lamaholot (Keraf, 1978 : 8), yang terdapat di Pulau

Lembata, Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Bahasa Lamaholot

Dialek Lamalera memiliki sebuah dialek tunggal yaitu dialek Lamalera, wilayah

pemakain BLDL meliputi dua desa (Lamalera A, Lamalera B), dan memiliki jumlah

penutur kira-kira 3.000 orang.

Perkembangan penelitian yang lebih khas tentang BLDL telah dilakukan oleh

Keraf (1978) tentang Morfologi Dialek Lamalera. Keraf (1990) juga menulis tentang

Page 75: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

lxxv

tipologi bahasa Lamalera dalam konteks tipologi bandingan terhadap sejumlah bahasa

tanpa menyinggung tentang aspek sintaksis BLDL. Dialek Lamalera dijadikan sebagai

pijakan perbandingan dengan bahasa-bahasa lainnya. Meskipun hanya memiliki dua

referensi ini, namun kajian teoretis Keraf sangat membantu pemahaman awal peneliti

tentang aspek sintaksis BLDL terhadap bahasa-bahasa lain yang dibandingkan.

Bahasa-bahasa kecil seperti bahasa-bahasa di Flores dan Kepulauan Solor

sesungguhnya memiliki sejumlah keunikan lingusitik yang perlu mendapatkan riset

lebih intens. Hasil penelusuran sementara diketahui bahwa penelitian terhadap tipologi

fonologi, morfologi dan tipologi sintaksis BLDL belum pernah dilakukan. Kelangkaan

penelitian tipologi sintaksis BLDL ini memotivasi penulis, memberanikan diri

melakukan penelitian yang merupakan pijakan awal untuk penelitian lanjutan yang

lebih komprehensif dan lebih cermat. Meskipun belum memiliki publikasi linguistik

yang memadai, BLDL merupakan salah satu dialek yang memiliki sejumlah keunikan

linguistik (aspek fonologi, aspek morfologi dan aspek sintaksis) dari ketiga puluh lima

dialek yang tersebar di Kabupaten Flores Timur dan Kabupaten Lembata.

Kemenarikan aspek tipologi sintaksis yang ingin diteliti adalah tipologi struktur

dasar klausa simplek BLDL dengan alternasi struktur derivasi atau struktur turunan.

Kemenarikan aspek sintaksis lainnya yaitu kemampuan verba untuk melakukan

persesuaian atau perujuksilangan nomina baik yang berfungsi sebagai subjek maupun

objek dalam kalimat. Kemampuan verba melakukan persesuaian atau perujuksilangan

nomina inilah membuat BLDL memiliki bentuk-bentuk pemarkah. Misalnya :

1. Nae n= eve tobi nei goe 3TG 3TG=petik asam untuk 1TG Dia memetik asam untuk saya

Page 76: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

lxxvi

Nomina nae sebagai subjek gramatikal akan dirujuk silang oleh pemarkah n=

pada verba prakategorial =eve sebagai bentuk proklitik. Dengan demikian n= adalah

pemarkah subjek pada verba berbentuk prakategorial. Kemampuan verba prakategorial

tidak saja merujuksilang nomina secara proklitik tetapi juga secara enklitik.

Perujuksilangan atau persesuaian itu hanya terjadi pada verba prakategorial sedangkan

pada verba dasar bebas tidak demikian.

Verba dasar bebas tidak dapat merujuk silang nomina secara proklitik tetapi

memiliki kemampuan untuk merujuk dan merujuk silang nomina secara enklitik.

Kekhasan kemampuan pada masing-masing verba inilah yang akan dibuktikan melalui

penelitian ini. Perujukan dan perujuksilangan secara proklitik dan eklitik

mengindikasikan tentang informasi sintaksis dan semantik. Berikut ini akan disajikan

perujukan nomina secara enklitik.

2. Rae hope=r(o) hura 3J beli=3TG ubi Mereka membeli-nya (dia) ubi

Bentuk enklitik =r(o) merupakan pemarkah objek tidak langsung atau objek

lahir. Kemampuan verba dasar bebas untuk memarkahi objek merupakan sebuah bentuk

alternasi dalam komunikasi. Bentuk alternasi ini akan mengubah bentuk kalimat itu

menjadi bentuk kalimat aplikatif (benefaktif).

Keberadaan pemarkah verba ini menimbulkan verba mengalami perubahan, dan

perubahan itu sampai sekarang belum ditetapkan sebagai proses morfologis atau proses

sintaksis. Karena memiliki pemarkah subjek (proklitik dan enklitik) dan pemarkah

objek yang dirangkaikan dengan verba baik verba prakategorial maupun verba dasar

Page 77: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

lxxvii

bebas maka verba BLDL pun memiliki beberapa tipe berdasarkan bentuknya. Bentuk-

bentuk verba itu seperti prakategorial dan verba dasar.

Penaikan valensi verba dalam BLDL hanya dilakukan melalui strategi sintaksis

dan morfonologis. Kedua strategi penaikan valensi verba BLDL ini akan dibuktikan

dengan data dalam penelitian ini. Adanya bentuk-bentuk seperti kausatif dan aplikatif

dalam BLDL juga akan dibuktikan dengan sejumlah fakta data karena kedua bentuk ini

memiliki ciri-ciri yang berbeda dari ciri-ciri keuniversalan. Penelitian yang intens dan

mendalam merupakan alternatif yang mutlak perlu dilakukan.

Kemenarikan lainnya seperti aliansi gramatikal. Aliansi gramatikal merupakan

sistem atau kecenderungan persekutuan gramatikal di dalam atau antarklausa dalam

suatu bahasa secara tipologis, misalnya apakah S = A, S = P, Sa = A, dan Sp = P

(Dixon, 2010, Jufrizal, 2004, Payne, 2002, Dixon, Arka, 2000, 1994, Palmer, 1994).

Dixon (dalam Artawa, 2005 : 11) mengemukakan bahwa sistem aliansi gramatikal

menjadi titik perhatian untuk menentukan sistem bahasa yang mungkin untuk bahasa-

bahasa di dunia, yaitu bahasa akusatif, bahasa ergatif, bahasa agentif, bahasa aktif, dan

sebagainya. Penelitian ini juga ingin membuktikan kecenderungan persekutuan

gramatikal di dalam klausa atau antarklausa dalam BLDL seperti ‘apakah S = A, S = P,

Sa = A, dan Sp = P’. Amatan sepintas membuktikan bahwa BLDL memiliki

kecenderungan sebagai bahasa yang bersistem nominatif akusatif, tetapi memiliki

kemiripan bersistem split atau fluid. Misalnya,

3a) Goe tobo 1TG duduk Saya duduk

Page 78: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

lxxviii

3b) Goe goka =lke 1TG duduk =1TG Saya duduk

Secara semantis verba tobo ‘duduk’ yang tidak dimarkahi menyatakan bahwa S

gramatikalnya adalah A sedangkan jika verba goka ‘jatuh’ dimarkahi secara enklitik

maka S gramatikalnya adalah P. Asumsi ini sifatnya sangat tentatif sehingga perlu

adanya telaah yang lebih mendalam. Pembuktian terhadap hipotesis ini perlu dilakukan

melalui kajian yang intens sehingga penelitian ini menjadi begitu penting.

Kajian tipologi bahasa dan kesemestaan bahasa merupakan salah satu dari aneka

kajian, telaah dan teori linguistik yang dikembangkan. Berpijak pada asumsi dasar

bahwa manusia pada awalnya hanya memiliki satu bahasa maka pertanyaannya adalah

apakah aneka bahasa yang tersebar di seluruh jagat ini memiliki tipologi yang sama ?

Paham kesemestaan atau kuniversalan menyatakan bahwa semua bahasa memiliki

kesamaan dan juga keberbedaan.

Teori tipologi bahasa memanfaatkan penalaran induktif-alamiah bersinerji untuk

penelaan kajian lintas bahasa atau kesemestaan bahasa (Comrie, 1983). Penelitian

bahasa yang dilakukan berlandaskan ancangan teori dekriptif tipologis diikuti dengan

aplikasi telaah lingusitik diharapkan mampu memerikan hal ikhwal BLDL lebih tepat,

detil dan alamiah ilmiah.

Penelitian BLDL menggunakan Teori Tipologi Bahasa dan Teori Relasi

Gramatikal. Penggunaan kedua teori ini diharapkan mampu untuk melakukan

rekonstruksi penetapan tipologi khususnya tipologi sintaksis BLDL dan menentukan

keeratan relasi antarargumen dan sistem aliansi gramatikal BLDL. Telaah tentang relasi

gramatikal BLDL, dilakukan dengan melihat properti argumen inti serta interaksi

Page 79: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

lxxix

dengan verba, keterlibatan markah pada verba sangat bertalian erat dengan valensi

verba, serta pengendalian pelesapan pada level atau tataran klausa koordinasi

dan subordinasi (perelatifan, pengedepanan, klausa komplemen). Pemeriksaan

tersebut dilakukan secara sinkron dengan pengujian atau tes perilaku argumen pra-

verbal dalam struktur klausa, keterkaitan relasi gramatikal dengan verba melalui

pemarkahan dan tata urutan konstituen. Hal ini juga merupakan salah satu kiat untuk

mencermati tipe BLDL dan pada akhirnya akan ditetapkan tipologi sintaksis BLDL

ini berdasarkan analisis data.

1.2 Rumusan Masalah

Berpijak pada deskripsi latar belakang, maka masalah yang harus dijawab

melalui penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1) Bagaimanakah struktur dasar kalimat simpleks dan kalimat kompleks BLDL ?

2) Bagaimanakah mekanisme perubahan valensi verba (penaikan/penurunan) BLDL ?

3) Bagaimanakah perilaku gramatikal argumen dan sistem aliansi gramatikal dalam

struktur kalimat BLDL.

1.3 Tujuan Penelitian

Orientasi akhir penelitian ini adalah pendeskripsian tipologi sintaksis dan aneka

varian struktur sintaksis BLDL. Meskipun demikian, pencapaian kegiatan penelitian ini

meliputi tujuan umum dan tujuan khusus. Kedua tujuan penelitian ini diuraikan sebagai

berikut :

Page 80: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

lxxx

1.3.1 Tujuan Umum

Pencapaian secara umum kegiatan penelitian ini lebih menajam pada deskripsi

perilaku struktur sintaksis dengan intensitas pada analisis perilaku relasi gramatikal

yang dikaitkan dengan interpretasi tipologis sintaksis klausa/kalimat BLDL. Teori

Relasi Gramatikal digunakan untuk menganalisis keeratan relasi antarargumen dan

valensi verba dalam klausa simpleks dan kompleks BLDL sedangkan Teori Tipologi

digunakan untuk menetapkan tipologi sistem struktur sintaksis BLDL. Asumsi dasar

penelitian ini adalah penetapan tipologi fonologi BLDL, penetapan tipologi morfologi

BLDL, penetapan relasi gramatikal (SUBJ, OBJ) merupakan masalah gramatikal

semata-mata. Oleh karenanya, pengidentifikasian relasi gramatikal didasarkan pada

ciri atau properti gramatikal yang ditunjukkan oleh argumen (Artawa, 1994 : 18).

1.3.2 Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :

1) Menemukan dan mendeskripsikan serta menetapkan struktur dasar kalimat

simpleks dan kalimat kompleks BLDL.

2) Mendeskripsikan mekanisme perubahan valensi dan strategi penanganan yang

menandai adanya perubahan struktur (revaluasi) baik yang menyangkut

mekanisme penambahan/penaikan atau pengurangan /penurunan valensi verba;

3) Menganalisis dan mendeskripsikan perilaku gramatikal (inti dan non-inti) dan

sistem aliansi gramatikal yang terdapat dalam struktur sintaksis klausa/kalimat

BLDL.

Page 81: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

lxxxi

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoretis dan praktis-

pragmatis seperti rincian berikut :

1.4.1 Manfaat Teoretis

Adapun manfaat teoretis penelitian ini adalah :

1) Pengembangan teori. Penelitian ini menggunakan pendekatan yang relatif baru,

artinya belum ada pendekatan atau penelitian sebelumnya yang menggunakan teori

ini terutama sebagai konsep untuk meneliti BLDL.

2) Pemerluasan wawasan dan pengetahuan peneliti. Penguasaan Teori Tipologi dan

Relasi Gramatikal yang memadai memungkinkan peneliti dapat melakukan penelitian

terhadap bahasa-bahasa daerah lainnya yang merupakan bahasa-bahasa serumpun

atau bahasa-bahasa yang termasuk di dalam kelompok keluarga bahasa BLDL.

3) Penyediaan informasi. Hasil penelitian ini bermanfaat bagi penyedian informasi

awal bagi penelitian lanjutan atau penelitian lintas bahasa. Penyediaan layanan

informasi ini disadari sebagai kiat untuk pemerkayaan khasanah kelinguistikan

Indonesia di samping memberikan kontribusi dalam pengkajian bahasa secara

tipologis dengan menerapkan teori-teori formal.

4) Sumber rujukan. Menjadi rujukan atau acuan dalam merumuskan kaidah-kaidah

sintaksis BLDL dalam sebuah publikasi sederhana sehingga dapat menjadi acuan

bagi pembelajar BLDL.

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini bermanfaat untuk :

Page 82: STRUKTUR KLAUSA DAN INTERPRETASI TIPOLOGI SINTAKSIS … · interpretasi tipologi sintaksis bahasa lamaholot dialek lamalera. yosef demon . nim 1490171011 . program studi doktor (s-3)

lxxxii

1) menjadi stimulan bagi penutur BLDL untuk setia menggunakan dan

mempertahankan BLDL sebagai salah satu aset budaya Lamalera sebagai

pengungkap jati diri etnis Lamaholot.

2) menjadi dokumentasi bagi pelestarian, pewarisan dan bahkan pembalikan

pergeseran fungsi dan peran BLDL dalam seluruh aspek kehidupan masyarakat

Lamalera.

3) menjadi rambu-rambu bagi para pengambil kebijakan dalam merumuskan

regulasi sebagai upaya penyelamatan BLDL dan dialek-dialek lain, atau

keluarga-keluarga bahasa dan kelompok bahasa-bahasa sebagai bahan

pembelajaran muatan lokal dalam dunia pendidikan.