PENGARUH INFLASI, SUKU BUNGA BANK INDONESIA DAN NILAI ...
Transcript of PENGARUH INFLASI, SUKU BUNGA BANK INDONESIA DAN NILAI ...
PENGARUH INFLASI, SUKU BUNGA BANK
INDONESIA DAN NILAI TUKAR RUPIAH
TERHADAP PENERIMAAN PENDAPATAN MARGIN
MURABAHAH PADA BNI SYARIAH
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Persyaratan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Sains Terapan pada Program Studi Akuntansi Lembaga
Keuangan Syariah
Oleh:
SITI BULKIS
A04150025
PROGRAM STUDI AKUNTANSI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH
JURUSAN AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN 2019
ii
iii
iv
v
Motto
Dunia itu ibarat setetes air di lautan.
Kalau engkau dapat, jangan sombong.
Karena ia HANYA SETETES.
Dan Kalau tak dapat, jangan sedih. Karena
yang engkau tak dapat itu pun juga
HANYA SETETES.
- Ustadz Abdul Somad –
Don’t underestimate 1% (one percent),
because Allah can be together with it.
- Novel Bhumi & Bulan -
v
Halaman Persembahan
Allah SWT
Yang dengan segala kebaikan, rahmat dan kasih sayang-Nya senantiasa memberikan
kemudahan kepada penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu.
Alm. Syarkawi (Ayahanda Tercinta)
Sosok ayah yang luar biasa bagi penulis, sosok yang selalu memperjuangkan pendidikan
yang tinggi untuk semua anak-anaknya, dan sosok yang selalu mengajarkan bahwa
segala hal yang dilakukan dalam hidup harus selalu menyertakan Allah di dalamnya.
Mislah (Ibunda Tercinta)
Sosok ibu yang tangguh dan penyayang bagi semua anak-anaknya, sosok guru yang
selalu memberikan nasehat-nasehat dalam hidup agar anak-anaknya senantiasa berada
dalam kebaikan dan sosok sahabat yang selalu mau mendengarkan cerita dan keluh kesah
anak-anaknya.
Aa Ahul & Aa Idi (Kakak Tersayang)
Aa Ahul, sosok kakak perempuan yang selalu memberikan doa dan semangat bagi penulis
untuk mampu menyelesaikan skripsi ini, dan Aa Idi, kakak laki-laki penulis yang selama
ini membiayai sekolah penulis hingga ke perguruan tinggi dan kakak yang senantiasa
menolong penulis ketika penulis mengalami kesulitan dalam menyelesaikan skripsi ini.
vi
vii
ABSTRAK
Siti Bulkis (A04150025). Pengaruh Inflasi, Suku Bunga Bank Indonesia dan
Nilai Tukar Rupiah terhadap Penerimaan Pendapatan Margin Murabahah
pada BNI Syariah. Skripsi, Program Studi Akuntansi Lembaga Keuangan
Syariah, Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri Banjarmasin, 2019.
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh inflasi, suku bunga Bank
Indonesia dan nilai tukar Rupiah terhadap penerimaan pendapatan margin
murabahah pada BNI Syariah. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa
data sekunder yang diakses langsung dari website resmi BNI Syariah, yaitu
laporan keuangan bulanan dari rentang waktu bulan April 2015 hingga Desember
2018. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan analisis
regresi linier berganda. Sebelumnya, dilakukan pengujian data dengan
menggunakan uji asumsi klasik. Hasil pengujian secara simultan (Uji F)
menunjukkan bahwa inflasi, suku bunga Bank Indonesia dan nilai tukar Rupiah
berpengaruh secara simultan terhadap pendapatan margin murabahah. Adapun
dari hasil pengujian secara parsial (Uji T), variabel inflasi tidak berpengaruh
signifikan terhadap pendapatan margin murabahah dengan tingkat sig. sebesar
0,470. Variabel suku bunga Bank Indonesia secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap pendapatan margin murabahah dengan tingkat sig. sebesar 0,000.
Variabel nilai tukar Rupiah secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
pendapatan margin murabahah dengan tingkat sig. sebesar 0,000.
Kata kunci: inflasi, suku bunga Bank Indonesia, nilai tukar Rupiah, pendapatan
margin murabahah, BNI Syariah
viii
ABSTRACT
Siti Bulkis (A04150025). Influence of Inflation, Bank Indonesia Interest Rate
and Rupiah Exchange Rate on Murabahah Margin Income at BNI Syariah.
Undergraduate Thesis, Accounting for Islamic Financial Institutions,
Accounting Department, Banjarmasin State Polytechnic, 2019.
This research aims to explain the effect of inflation, Bank Indonesia interest rates
and Rupiah exchange rate on the receipt of murabahah margin income at BNI
Syariah. The data used in this research are secondary data accessed directly from
the official website of BNI Syariah, i.e. monthly financial statements from the
period of April 2015 to December 2018. The analysis technique used in this
research is multiple linear regression analysis. Previously, the data was tested
using the classic assumption test. Simultaneous test results (F Test) show that
Inflation, Bank Indonesia interest rate and Rupiah exchange rate have a
simultaneous effect on murabahah margin income. As for the results of the partial
test (T Test), the inflation variable does not have a significant effect on
murabahah margin income with the level of sig. is 0.470. The variable interest
rate of Bank Indonesia partially has a significant effect on murabahah margin
income with the level of sig. is 0,000. Variable Rupiah exchange rates partially
has a significant effect on murabahah margin income with the level of sig. is
0,000.
Keywords: inflation, Bank Indonesia interest rates, rupiah exchange rate, margin
murabahah income, BNI Syariah
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmannirrahiim. Segala puji bagi Allah SWT Tuhan Semesta
Alam yang telah melimpahkan rahmat, keberkahan dan kasih sayang-Nya kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh
Inflasi, Suku Bunga Bank Indonesia dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Penerimaan
Pendapatan Margin Murabahah pada BNI Syariah” dengan tepat waktu. Sholawat
serta salam turut penulis haturkan kepada junjungan terkasih Baginda Nabi
Muhammad SAW yang telah menyelamatkan umatnya dari zaman kegelapan
menuju zaman penuh cahaya iman dan Islam.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan
perkuliahan pada program studi Diploma IV Akuntansi Lembaga Keuangan
Syariah Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Banjarmasin. Skripsi ini dapat
tersusun dengan baik berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebanyak-banyaknya
kepada:
1. Kedua orang tua beserta saudara-saudara penulis, yang memperjuangkan
pendidikan penulis, memberikan doa dan semangat kepada penulis untuk dapat
terus berjuang menempuh dan menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi;
2. Bapak Joni Riadi, S.ST, MT selaku Direktur Politeknik Negeri Banjarmasin;
3. Ibu Andriani, SE, MM, M.Sc selaku Ketua Jurusan Akuntansi Politeknik
Negeri Banjarmasin;
4. Bapak H. Mairijani, M.Ag selaku Ketua Program Studi D IV Akuntansi
Lembaga Keuangan Syariah (ALKS);
5. Bapak Moch. Arif Budiman, S.Ag, MEI, Ph.D selaku dosen pembimbing yang
begitu berjasa mengenalkan dunia karya tulis ilmiah kepada penulis dan
membimbing penulis dalam menyusun skripsi ini hingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik dan tepat waktu;
x
6. Seluruh dosen pengajar Prodi DIV Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah
yang begitu berjasa memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis;
7. Seluruh staf Jurusan Akuntansi atas segala bantuannya di bagian administrasi;
8. Teman-teman Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah angkatan 2015 yang
sungguh luar biasa selama 4 tahun ini berbagi sedih dan tawa bersama, momen
bersama kalian tidak akan pernah penulis lupakan;
9. Sahabat-sahabat penulis Akmalia, Ka Lisa, Kiki, Ulya, Nely, Melda dan Putri.
Banyak kata yang ingin penulis ungkapkan untuk kalian sahabat yang luar
biasa selama 4 tahun ini tapi penulis hanya dapat mengatakan bahwa penulis
sangat sayang sama kalian;
10. Sahabat penulis dari sekolah menengah atas Maulidya Dwijayanti, yang selalu
datang ke rumah penulis untuk berbagi cerita dan memberikan semangat
kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu.
Atas segala bantuan, doa dan semangat yang kalian berikan, penulis ucapkan
terima kasih banyak, semoga Allah senantiasa melimpahkan keberkahan, rahmat
dan safa‟at kepada kalian di dunia dan di akhirat. Penulis menyadari bahwa skripsi
yang penulis susun ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun dari berbagai pihak begitu diharapkan untuk
penyempurnaan penelitian ini. Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan
manfaat kepada semua pembaca.
Banjarmasin, 17 Juli 2019
Penulis,
Siti Bulkis
xi
DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................................ i
Halaman Persetujuan ....................................................................................... ii
Halaman Pengesahan ....................................................................................... iii
Halaman Pernyataan Keaslian ......................................................................... iv
Halaman Motto ................................................................................................ v
Halaman Persembahan .................................................................................... vi
Abstrak ............................................................................................................ vii
Abstract ........................................................................................................... viii
Kata Pengantar ................................................................................................ ix
Daftar Isi .......................................................................................................... xi
Daftar Tabel .................................................................................................... xii
Daftar Gambar ................................................................................................. xiv
Daftar Lampiran .............................................................................................. xv
BAB I : PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Permasalahan ........................................................................... 5
C. Rumusan Masalah ................................................................... 6
D. Tujuan Penelitian ...................................................................... 6
E. Manfaat Penelitian ................................................................... 7
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 8
A. Landasan Teori ...................................................................... 8
1. Perbankan Syariah ............................................................. 8
2. Pembiayaan Murabahah .................................................... 10
3. Inflasi ................................................................................. 18
4. Suku Bunga Bank Indonesia ............................................. 24
5. Nilai Tukar Rupiah ............................................................ 27
6. Hubungan Operasional Antar Variabel ............................. 30
B. Hasil Penelitian Terdahulu ...................................................... 33
C. Kerangka Berpikir dan Hipotesis Penelitian ........................... 35
BAB III : METODE PENELITIAN ............................................................. 37
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian .............................................. 37
B. Variabel Penelitian .................................................................. 37
C. Jenis dan Sumber Data ............................................................ 38
D. Populasi dan Sampel................................................................. 39
E. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 40
F. Teknik Analisis Data .............................................................. 40
xii
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 45
A. Hasil Penelitian ........................................................................ 45
1. Sejarah BNI Syariah .......................................................... 45
2. Visi dan Misi BNI Syariah ................................................ 46
3. Produk BNI Syariah .......................................................... 47
4. Jasa BNI Syariah ............................................................... 48
5. Struktur Organisasi ............................................................ 51
6. Laporan Keuangan ............................................................. 51
B. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................... 54
1. Tingkat Pendapatan Margin Murabahah ........................... 54
2. Inflasi, Suku Bunga BI dan Nilai Tukar Rupiah ............... 55
3. Uji Asumsi Klasik ............................................................. 58
4. Analisis Regresi Linier Berganda ...................................... 61
5. Uji Hipotesis ...................................................................... 63
6. Diskusi Hasil Penelitian .................................................... 65
BAB V : SIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 73
A. Simpulan ................................................................................. 73
B. Saran ......................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 76
Lembar Bimbingan Skripsi .............................................................................. I
Lembar Saran Ketua Penguji Seminar Skripsi ............................................... II
Lembar Saran Anggota Penguji Seminar Skripsi ............................................ III
Daftar Riwayat Hidup ...................................................................................... IV
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Statistik Pembiayaan BUS dan UUS ................................... 1
Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ........................................................... 33
Tabel 3.1 Jenis Data ...................................................................................... 38
Tabel 3.2 Sumber Data ................................................................................. 38
Tabel 4.1 Laporan Laba Rugi Desember 2015-2018 BNI Syariah .............. 52
Tabel 4.2 Tingkat Pendapatan Margin Murabahah ..................................... 54
Tabel 4.3 Inflasi, Suku Bunga Bank Indonesia dan Nilai Tukar Rupiah ..... 56
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Data ........................................................... 58
Tabel 4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas ........................................................ 59
Tabel 4.6 Hasil Uji Multikolinier ................................................................ 60
Tabel 4.7 Hasil Uji Autokorelasi .................................................................. 61
Tabel 4.8 Hasil regresi linier – Uji koefisien determinasi ............................ 62
Tabel 4.9 Hasil Uji F (Simultan) .................................................................. 63
Tabel 4.10 Hasil Uji T (Parsial) ..................................................................... 64
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Grafik Kinerja BNI Syariah Selama 5 Tahun .......................... 5
Gambar 2.1 Skema Pembiayaan Murabahah ............................................... 16
Gambar 2.2 Laju Inflasi yoy di Indonesia, 1998-2008 ............................... 21
Gambar 4.1 Struktur Organisasi BNI Syariah .............................................. 51
Gambar 4.2 Scatter Grafik Uji Normlitas ................................................... 59
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Bimbingan Skripsi ...................................................... I
Lampiran 2 Lembar Saran Ketua Penguji Seminar Skripsi .......................... II
Lampiran 3 Lembar Saran Anggota Penguji Seminar Skripsi ...................... III
Lampiran 4 Daftar Riwayat Hidup ............................................................... IV
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam menjalankan fungsinya sebagai penyalur dana kepada
masyarakat, bank syariah menyediakan berbagai macam jenis pembiayaan
sebagai bentuk pendanaan kepada masyarakat. Salah satu pembiayaan
yang begitu diminati masyarakat di bank syariah adalah pembiayaan
Murabahah.
Berdasarkan data Statistik Perbankan Syariah, pembiayaan
Murabahah merupakan pembiayaan di bank syariah yang memiliki nilai
rupiah yang paling tinggi dibanding pembiayaan-pembiayaan lain
(Otoritas Jasa Keuangan, 2018).
Tabel 1.1 : Data Statistik Pembiayaan BUS dan UUS
(Dalam Miliar Rupiah)
Pembiayaan 2015 2016 2017 2018
(Juni)
1. Mudharabah
2. Musyarakah
3. Murabahah
4. Qardh
5. Aset Istishna dalam Penyelesaian
6. Ijarah
7. Salam
14.820
60.713
122.111
3.951
6
10.631
-
15.292
78.421
139.536
4.731
3
9.150
-
17.090
101.561
150.276
6.349
4
9.230
-
15.803
111.097
150.666
6.424
6
9.642
-
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (2018)
Tingginya tingkat transaksi pembiayaan Murabahah pada bank
syariah dibanding dengan pembiayaan lainnya ini dikarenakan pembiayaan
Murabahah dinilai lebih mudah dan tidak memerlukan proses analisa yang
panjang dan rumit serta menguntungkan baik itu dari pihak bank syariah
atau dari pihak nasabah yang mengajukan pembiayaan (Ali &
Miftahurrohman, 2016).
2
Dari sisi penawaran yang dilakukan oleh pihak bank syariah,
pembiayaan murabahah dinilai memiliki tingkat risiko yang lebih rendah
dibanding dengan jenis pembiayaan bagi hasil. Selain itu, nilai
pengembalian yang telah ditentukan serta disepakati diawal akad juga
memudahkan pihak bank syariah dalam melakukan analisa prediksi
keuntungan yang akan diperoleh oleh bank nantinya (Saputro & Mawardi,
2014).
Sedangkan dari sisi permintaan nasabah, pembiayaan murabahah
dinilai lebih mudah operasionalnya dibandingkan dengan jenis
pembiayaan bagi hasil. Hal tersebut disebabkan adanya kemiripan
operasional pembiayaan murabahah dengan jenis kredit konsumtif yang
ada di perbankan konvensional yang mana masyarakat lebih mengenal dan
terbiasa dengan hal itu (Saputro & Mawardi, 2014). Hal inilah yang
membuat produk pembiayaan Murabahah begitu dominan diminati pada
perbankan syariah di Indonesia.
Margin keuntungan menjadi patokan oleh banyak perusahaan untuk
mengukur tingkat kesuksesan yang dicapai, yang mana ukuran tersebut
tentang seberapa banyak uang yang dihasilkan dibanding uang yang
dibebankan (Abrams & Laplante, 2010). Perhitungan margin murabahah
pada bank syariah dapat mencontoh dari cara perdagangan yang dilakukan
oleh Rasulullah yaitu dengan Cost Recovery ditambah dengan keuntungan
yang diinginkan oleh pihak bank. Cost recovery bisa diformulasikan
dengan membagi proyeksi jumlah biaya operasional bank dengan target
volume pembiayaan murabahah (jumlah barang) (Fidyah, 2017).
Dalam perekonomian modern saat ini, tingkat harga menjadi indikator
yang begitu berpengaruh dalam menjaga kestabilan alokasi sumber daya
ekonomi pada suatu negara (Suseno & Astiyah, 2009). Menurunnya nilai
tukar uang mengakibatkan barang-barang impor, seperti bahan baku,
barang modal, dan barang konsumsi menjadi lebih mahal. Hal tersebut
berimbas terjadinya kenaikan harga-harga barang di dalam negeri
(Simorangkir & Suseno, 2004). Apabila nilai tukar uang suatu negara
3
menurun nilainya, maka hal tersebut juga membuat turunnya kemampuan
masyarakat dalam membeli suatu barang atau jasa yang menjadi
kebutuhannya, terutama terkait komoditas-komoditas impor (Suseno &
Astiyah, 2009).
Dalam hubungannya dengan kebijakan moneter, terjadinya depresiasi
nilai tukar uang yang berlebihan dapat berdampak pada tingginya laju inflasi (Simorangkir & Suseno, 2004). Apabila angka inflasi semakin
tinggi, maka perekonomian akan memburuk, hal ini bagi perusahaan dapat
menurunkan keuntungan yang akan diperolehnya (Ilmi, 2017). Menurut
Saekhu (2015), inflasi dapat menurunkan penyaluran kredit (pembiayaan)
di lembaga keuangan perbankan. Pada perbankan syariah, tingginya
tingkat inflasi dapat membuat produk pembiayaan syariah yang terikat
dalam akad pembiayaan Murabahah menjadi relatif lebih mahal. Semakin
mahal harga suatu barang, maka semakin tinggi risiko pembiayaan yang
ditanggung oleh bank syariah dan hal tersebut dapat menyebabkan bank
syariah mengurangi jumlah penyaluran pembiayaan pada sektor rill yang
mana hal tersebut dapat berdampak pada penerimaan margin bank.
Menurut Wahyudi (2017), apabila harga barang-barang relatif mahal,
maka margin yang akan didapat oleh bank akan menurun karena
masyarakat banyak yang mengurungkan niat untuk membeli barang.
Diperlukan kebijakan moneter yang tepat yang dapat mengendalikan
hubungan saling mempengaruhi antara tingkat nilai tukar rupiah dan
inflasi (Saridawati, 2015). Dalam menjaga kestabilan moneter negara,
Bank Indonesia sebagai otoritas moneter melakukan kebijakan berupa
pengendalian tingkat suku bunga (Putra, 2015).
Pengendalian tingkat suku bunga oleh Bank Indonesia adalah dengan
menetapkan nilai BI Rate setiap bulannya. Nilai BI Rate yang telah
ditetapkan inilah yang dipakai oleh bank-bank umum lainnya sebagai
acuan penetapan kebijakan operasional mereka (Harsono & Worokinasih,
2018).
4
Jika inflasi mengalami kenaikan maka Bank Indonesia akan
menaikkan tingkat BI Rate, dan begitu pun juga sebaliknya. Dampak
perubahan nilai BI Rate tidak hanya harga yang menjadi naik atau turun
saja, tetapi juga terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat dan negara
secara global. Saat nilai inflasi meningkat, maka suku bunga kredit dan
deposito juga akan naik sehingga mengurangi laju peredaran mata uang di
masyarakat. Jika perekonomian sedang lemah, maka Bank Indonesia akan
menurunkan BI Rate untuk merangsang berkembangnya industri kecil dan
sektor perekonomian lainnya (Harsono & Worokinasih, 2018).
Pada tahun 2016, Bank Indonesia melakukan penguatan kerangka
operasi moneter dengan mengimplementasikan suku bunga acuan atau
suku bunga kebijakan baru yaitu BI 7-Day (Reverse) Repo Rate, yang
berlaku efektif sejak 19 Agustus 2016, menggantikan BI Rate (Bank
Indonesia, 2016).
Menurut Rahmawati dalam Anik (2017), penetapan margin pada bank
syariah sebenarnya masih berpacu pada suku bunga dan inflasi. Hal ini
dikarenakan penentuan margin bank syariah di Indonesia masih belum
mempunyai acuan tersendiri. Dalam prinsipnya, seharusnya bank syariah
tidak mengenal adanya konsep time value of money dan tidak mendapat
pengaruh dari suku bunga dan inflasi (Muhamad, 2014).
Berdasarkan apa yang telah penulis paparkan sebelumnya, maka
perlunya diteliti bagaimana tolok ukur stabilitas moneter yang di antaranya
yakni laju infasi, suku bunga acuan Bank Indonesia dan nilai tukar rupiah
berpengaruh terhadap pendapatan margin murabahah yang diterima oleh
bank syariah.
Dalam penelitian ini, penulis tertarik menjadikan BNI Syariah sebagai
subjek penelitian karena BNI Syariah termasuk dalam Bank Umum
Syariah terbesar di Indonesia walaupun baru melakukan spin off dari
induknya pada tahun 2010.
5
Berdasarkan grafik di atas, BNI Syariah menunjukkan kinerja yang
terus meningkat signifikan setiap tahunnya yang bisa dilihat dari
pertumbuhan aset, penyaluran pembiayaan dan dana pihak ketiga yang
berhasil dihimpun terus mengalami peningkatan dengan jumlah yang
sangat besar setiap tahunnya.
B. Permasalahan
Berdasarkan pemaparan dari latar belakang di atas, pembiayaan
murabahah merupakan pembiayaan yang paling diminati oleh masyarakat
di perbankan syariah sehingga membuat pembiayaan murabahah menjadi
pembiayaan yang begitu penting dalam operasional perbankan syariah.
bahkan ada banyak bank syariah yang pendapatannya sebagian besar dari
hasil pembiayaan murabahah. Penting bagi bank syariah untuk menjaga
kestabilan pendapatan yang diperolehnya terutama apabila pendapatan
terbesarnya adalah dari pembiayaan murabahah, karena apabila terjadi
permasalahan pada pendapatan yang diperoleh dari hasil pembiayaan
murabahah, maka hal tersebut bisa berdampak pada operasional bank
lainnya seperti naiknya rasio NPF dan bank bisa jadi akan memperbesar
porsi penyisihan penghapusan aktiva produktifnya.
Untuk menjaga kestabilan pendapatan dari murabahah, maka bank
syariah perlu mengindentifikasi faktor-faktor apa saja yang dapat
Rp14.709
Rp19.492 Rp23.018
Rp28.314
Rp34.822
Rp11.242
Rp15.044 Rp17.785
Rp20.494
Rp23.597
Rp11.423
Rp16.246 Rp19.323
Rp24.233
Rp29.379
2013 2014 2015 2016 2017
Hasil Kinerja BNI Syariah Selama 5 Tahun (Dalam Miliaran Rupiah)
Aset
Pembiayaan
DPK
Gambar 1.1: Grafik Kinerja BNI Syariah Selama 5 Tahun
Sumber : Laporan Tahunan BNI Syariah (2017)
6
mempengaruhi hal tersebut. Dalam peneltian ini penulis memilih inflasi,
suku bunga Bank Indonesia dan nilai tukar rupiah sebagai tolok ukur
stabilitas moneter di Indonesia menjadi variabel yang ingin diidentifikasi
sejauh mana pengaruh dari faktor makroekonomi tersebut memberikan
dampak pada pendapatan margin murabahah di bank syariah.
Untuk membatasi area penelitian, penulis hanya memfokuskan
penelitian pada periode 2015 hingga 2018 dengan subjek penelitian yang
penulis pilih ialah BNI Syariah.
C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
1. Apakah inflasi, suku bunga Bank Indonesia dan nilai tukar rupiah
secara simultan berpengaruh terhadap penerimaan pendapatan margin
murabahah pada BNI Syariah?
2. Apakah inflasi secara parsial berpengaruh terhadap penerimaan
pendapatan margin Murabahah pada BNI Syariah?
3. Apakah suku bunga Bank indonesia secara parsial berpengaruh
terhadap penerimaan pendapatan margin Murabahah pada BNI
Syariah?
4. Apakah nilai tukar rupiah secara parsial berpengaruh terhadap
penerimaan pendapatan margin Murabahah pada BNI Syariah?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis seberapa besar inflasi, suku bunga Bank
Indonesia dan nilai tukar rupiah secara simultan berpengaruh terhadap
penerimaan pendapatan margin murabahah pada BNI Syariah.
2. Untuk menjelaskan seberapa besar pengaruh inflasi secara parsial
terhadap penerimaan pendapatan margin Murabahah pada BNI
Syariah.
7
3. Untuk menjelaskan seberapa besar pengaruh suku bunga Bank
Indonesia secara parsial terhadap penerimaan pendapatan margin
Murabahah pada BNI Syariah.
4. Untuk menjelaskan seberapa besar pengaruh nilai tukar rupiah secara
parsial terhadap penerimaan pendapatan margin Murabahah pada BNI
Syariah.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan penulis
terkait pembiayaan Murabahah di Bank Syariah, khususnya di BNI
Syariah. Selain itu, penelitian ini juga penting bagi penulis sebagai
syarat untuk menyelesaikan program pendidikan Diploma 4.
2. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi dan
bahan pembanding bagi penelitian lain yang memiliki tema penelitian
yang serupa. Selain itu, penelitian diharapkan dapat memberikan
kontribusi untuk pengembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan di
bidang ekonomi syariah khususnya mengenai pembiayaan Murabahah
di bank syariah.
3. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi
untuk pengambilan keputusan dalam merencanakan strategi baru
terkait operasional bank syariah, terutama strategi terkait pengelolaan
pembiayaan Murabahah.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Perbankan Syariah
Bank adalah entitas yang memiliki fungsi sebagai penghimpun dana
dari masyarakat berupa penyimpanan dana (tabungan, giro, atau
deposito). Kemudian menyalurkan dana tersebut kepada masyarakat juga
dalam bentuk pinjaman kredit atau bentuk lainnya dalam rangka
membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan kata lain
bank memiliki fungsi sebagai intermediasi keuangan.
Bank terbagi menjadi dua jenis yaitu bank konvensional dan bank
syariah. Bank Konvensional adalah bank yang menjalankan kegiatan
usahanya secara konvensional (UU RI No. 21 Tahun 2008 Pasal 1).
Untuk mendapatkan keuntungan dari kegiatan menghimpun dan
menyalurkan dana, bank konvensional menerapkan adanya sistem bunga.
Dalam hukum Islam, bunga bank dikategorikan ke dalam riba yang
diharamkan oleh syariah.
Sedangkan bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan
usahanya berdasarkan prinsip syariah, yang mana prinsip syariah di sini
adalah prinsip sesuai hukum Islam yang diatur dalam fatwa yang
disahkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan
fatwa di bidang syariah (UU RI No. 21 Tahun 2008 Pasal 1). Berbeda
dengan bank konvensional yang menerapkan sistem bunga (riba) dalam
kegiatan operasionalnya, bank syariah menerapkan adanya margin dan
bagi hasil yang tidak dilarang oleh syariah.
Adanya penerapan kepatuhan prinsip syariah pada bank syariah
membuat bank syariah dipandang sebagai tonggak kekuatan pada industri
jasa keuangan syariah khususnya industri perbankan. Menurut Undang-
Undang Republik Indonesia No. 21/2008 tentang perbankan syariah
9
pasal 1 ayat 7, bank syariah terdiri dari bank umum syariah dan bank
pembiayaan rakyat syariah (BPR syariah). Secara kelembagaan bank
umum syariah ada yang berbentuk bank syariah penuh (full-pledged) dan
terdapat pula dalam bentuk Unit Usaha Syariah (UUS) dari bank umum
konvensional (Otoritas Jasa Keuangan, 2017). Unit usaha syariah adalah
unit kerja dari kantor bank umum konvensional yang kegiatan usahanya
menerapkan prinsip syariah (UU RI No. 21 Tahun 2008 Pasal 1).
Tujuan dari perbankan syariah adalah membantu pemerintah dalam
menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka
meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan
rakyat. Sedangkan fungsi dari perbankan syariah adalah:
1. Bank Syariah dan UUS wajib menjalankan fungsi menghimpun dan
menyalurkan dana masyarakat. 2. Bank Syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk
lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat,
infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya
kepada organisasi pengelola zakat.
3. Bank Syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal
dari wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf
(nazhir) sesuai dengan kehendak pemberi wakaf (wakif).
4. Pelaksanaan fungsi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
ayat (3) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
(Otoritas Jasa Keuangan, 2017).
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia merupakan suatu
perwujudan dari permintaan masyarakat yang membutuhkan suatu sistem
perbankan alternatif yang juga memenuhi dan menerapkan prinsip-
prinsip syariah selain menyediakan jasa perbankan/keuangan yang sehat.
Semenjak tahun 1998, sistem perbankan syariah mengalami pertumbuhan
dan perkembangan yang sangat pesat, yakni lebih dari 50% pertumbuhan
asset rata-rata pertahun. Sampai akhir Desember 2013. Telah terdapat 11
10
Bank Umum Syariah (BUS) dan 24 Unit Usaha Syariah (UUS) dengan
perkembangan yang cukup baik (Ikatan Bankir Indonesia, 2018).
Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap
pentingnya bertransaksi keuangan syariah, perkembangan perbankan
syariah telah mendorong munculnya lembaga keuangan syariah lain,
seperti asuransi syariah, pegadaian syariah, dan pasar modal syariah,
serta lembaga pendidikan yang membuka program studi ekonomi dan
keuangan syariah – yang pada akhirnya juga berkontribusi dalam
pengembangan industry perbankan dan keuangan syariah (Ikatan Bankir
Indonesia, 2018).
2. Pembiayaan Murabahah
a. Pengertian Murabahah
Jual beli menurut bahasa artinya menukar sesuatu dengan sesuatu,
sedangkan menurut syara‟ artinya menukar harta dengan harta
menurut cara-cara tertentu . Jual beli adalah suatu kegiatan ekonomi
yang memiliki underlying transaction/dasar transaksi pemindahan
barang dengan cara pembelian (Otoritas Jasa Keuangan, 2015).
Sedangkan menurut Nurhayati & Wasilah (2015) jual beli diartikan
sebagai pertukaran harta atas dasar saling rela. Pertukaran dapat
dilakukan antara uang dengan barang, barang dengan barang (barter)
dan uang dengan uang (valuta asing).
Salah satu akad muamalah dalam bentuk jual beli adalah
murabahah. Secara etimologis, Murabahah berasal dari kata dasar
ribh yang berarti "keuntungan, laba, tambahan (margin)". Adapun
definisi murabahah menurut Wahbah az-Zuhaili yaitu "jual beli
dengan harga perolehan ditambah keuntungan" (Otoritas Jasa
Keuangan, 2016).
Menurut Farid (2013), konsep murabahah didefinisikan sebagai
suatu bentuk jual beli dengan adanya komisi atau suatu bentuk
penjualan barang dengan harga awal ditambah keuntungan yang
11
disepakati. Salah satu bentuk pembiayaan dalam konteks fikih yang
paling banyak digunakan oleh perbankan syariah adalah bentuk
pembiayaan jual beli murabahah.
Pembiayaan Murabahah adalah perjanjian pembiayaan berupa
transaksi jual beli suatu barang sebesar harga perolehan barang
ditambah dengan margin yang disepakati oleh pihak-pihak yang
bertransaksi, yang mana penjual menginformasikan terlebih dahulu
harga perolehan kepada pembeli (Otoritas Jasa Keuangan, 2018).
Sedangkan dalam Standar Produk Perbankan Syariah, murabahah
didefinisikan sebagai produk pembiayaan perbankan syariah guna
memenuhi kebutuhan nasabah melalui akad murabahah dan wakalah
di dalamnya (Otoritas Jasa Keuangan, 2016).
Akad murabahah merupakan transaksi jual beli yang sesuai dengan
syariah yang mana kelebihan dari harga pokok (margin) merupakan
keuntungan dari penjualan barang. Berbeda dengan praktik riba pada
bank konvensional, yang mana nasabah meminjam sejumlah uang
untuk membeli suatu barang kemudian atas pinjaman tersebut nasabah
harus membayar kelebihannya yang disebut dengan bunga (Nurhayati
& Wasilah, 2015).
Jual beli murabahah dapat dilakukan dengan pesanan ataupun
tanpa pesanan. Dalam murabahah pesanan, penjual dalam hal ini bank
syariah baru melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari
pembeli (nasabah). Murabahah berdasarkan pesanan dapat bersifat
mengikat ataupun tidak mengikat pembeli untuk membeli barang yang
telah dipesannya. Mengikat di sini maksudnya adalah pembeli tidak
dapat membatalkan pesanannya (IAI, 2017).
b. Dasar/Dalil Hukum Murabahah
Allah SWT melarang hamba-hamba-Nya yang beriman memakan
harta yang di dapat dengan jalan yang batil, seperti yang Allah SWT
tegaskan dalam firman-Nya Q.S. An-Nisa ayat 29.
12
نكم بالباطل إل أن تكون تارة عن ت راض منكم ول يا أي ها الذين آمنوا ل تأكلوا أمو الكم ب ي
ت قت لوا أن فسكم إن الله كان بكم رحيما
“Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kalian saling memakan
(mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan
jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela di antaramu” (Q.S.
An-Nisa‟: 29).
Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa kata „jalan yang batil‟
dalam ayat tersebut yakni melalui usaha yang tidak diakui oleh syariat
seperti dengan melakukan riba dan judi serta cara-cara lainnya yang
sejenis, dengan menggunakan berbagai macam pengelabuan atau
penipuan yang dapat merugikan orang lain. Sekalipun, pada lahiriyah
melakukan transaksi yang diakui oleh hukum syara‟ tetapi Allah tetap
mengetahui bahwa sesungguhnya para pelakunya sedang menjalankan
riba namun dengan cara tipu muslihat (Ibnu Katsir, 2000).
Sebagai gantinya, Allah SWT dalam ayat tersebut memperbolehkan
hamba-Nya mendapatkan harta dengan cara perniagaan atau jual beli
yang dilakukan dengan atas dasar saling rela di antara pihak penjual
dan pembeli. Selain dari Q.S An-Nisa ayat 29, Allah SWT juga
mengungkapkan secara jelas dan tegas bahwa Allah mengharamkan
praktik riba dan menghalalkan hamba-hambanya-Nya melakukan jual
beli melalui firman-Nya dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 275.
وأحل الله الب يع وحرم الربا
“Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”
(Q.S. Al-Baqarah: 275).
13
Kedua ayat tersebut menunjukkan bolehnya melakukan
transaksi jual beli, dan salah satu bentuk dari jual beli adalah
murabahah.
Selain dari firman Allah SWT, dasar diperbolehkannya transaksi
jual beli juga dipaparkan dalam hadits-hadits Nabi SAW. Dari Abu
Sa‟id Al-Khudri yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dan Ibnu Majah,
dan dinilai shahih menurut Ibnu Hibban, bahwa Rasulullah SAW
bersabda:
“Sesungguhnya jual beli harus dilakukan suka sama suka.”
Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa bukti yang
menunjukkan adanya suka sama dalam jual beli menurut Imam Syafi‟I
ditunjukkan dengan lafaz serah terima (qabul). Adanya sighat ijab
qabul merupakan keharusan dalam transaksi jual beli. Sedangkan
menurut jumhur ulama, Imam Malik, Imam Abu Hanifah dan Imam
Ahmad berpendapat bahwa selain dari ucapan, dari perbuatan pun
juga dapat dibenarkan sebagai keabsahan suka sama suka dalam
transaksi jual beli (Ibnu Katsir, 2000)
Selain dari hadits tersebut ada juga hadits yang diriwayatkan oleh
Ibnu Majah dari Shuaib, yang isinya sebagai berikut:
“Nabi bersabda, „Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli
tidak secara tunai, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur
gandum dengan jemawut untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk
dijual.”
Hadits-hadits tersebut menjadi dasar diperbolehkannya
pembiayaan murabahah di bank syariah, karena di bank syariah
pembiayaan jual beli murabahah dilakukan secara tidak tunai atau
mengangsur dan saat akad dilakukan adanya keharusan pada pihak
14
penjual dan pembeli melakukan ijab Kabul agar pembiayaan
murabahah yang dilakukan atas dasar saling rela (suka sama suka).
Adapun menurut kaidah fikih muamalah, pada dasarnya semua
bentuk muamalah boleh dilakukan, kecuali ada dalil yang
mengharamkan (Ikatan Bankir Indonesia, 2018).
c. Rukun dan Syarat Akad Murabahah
1) Pelaku (Pihak yang berakad – Penjual & Pembeli);
a) Pihak yang berakad cakap hukum;
b) Baligh (berakal dan dapat membedakan);
2) Objek (Barang yang diperjualbelikan);
a) Barang yang diperjualbelikan adalah barang halal;
b) Barang yang diperjualbelikan harus dapat diambil
manfaatnya/memiliki nilai, dan bukan barang yang dilarang
diperjualbelikan;
c) Barang dimiliki terlebih dahulu oleh si penjual;
d) Barang dapat diserahkan tanpa tergantung dengan kejadian
tertentu di masa depan;
e) Barang harus diketahui secara spesifik dan dapat diidentifikasi
oleh pembeli sehingga tidak ada gharar;
f) Barang dapat diketahui kuantitas dan kualitasnya dengan jelas
sehingga tidak ada gharar;
g) Harga barang tersebut jelas;
h) Barang yang diakadkan ada di tangan penjual;
3) Ijab Kabul;
Pernyataan dan ekspresi saling rida di antara pihak yang
berakad. Dapat dilakukan secara verbal, tertulis, melalui
korespondensi atau dengan cara komunikasi modern (Nurhayati &
Wasilah, 2015).
15
d. Ketentuan Umum Akad Murabahah
Ketentuan umum akad murabahah dalam bank syariah ditetapkan
oleh Dewan Syariah Nasional dari Majelis Ulama Indonesia yang
mana ketentuan tersebut termaktub dalam Fatwa DSN MUI No.
04/DSN-MUI/IV/2000 tentang murabahah yang isinya sebagai
berikut:
1) Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas
riba;
2) Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariat Islam;
3) Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang
yang telah disepakati kualifikasinya;
4) Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank
sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba;
5) Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian;
6) Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan)
dengan harga jual senilai harga beli ditambah keuntungannya.
Dalam kaitan ini bank harus memberitahu secara jujur harga pokok
barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan;
7) Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut
pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati;
8) Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad
tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan
nasabah;
9) Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli
barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan
setelah barang secara prinsip menjadi milik bank (DSN MUI,
2000).
16
e. Mekanisme Pembiayaan Murabahah
Adapun mekanisme pembiayaan murabahah pada bank syariah
adalah sebagai berikut:
1) Diawali dengan asabah mengajukan permohonan kepada bank
untuk membeli barang, yang mana kemudian bank dan nasabah
melakukan negoisasi harga barang, persyaratan, dan cara
pembayaran hingga terjadi kesepakatan.
2) Bank membeli barang dari penjual/supplier sesuai spesifikasi yang
diminta oleh
nasabah;
3) Bank dan nasabah
melakukan akad jual
beli atas barang yang
dimaksud;
4) Supplier mengantar
barang kepada
nasabah;
5) Nasabah menerima
barang dan dokumen;
6) Nasabah melakukan pembayaran sebesar pokok dan margin kepada
bank dengan mengangsur (Ikatan Bankir Indonesia, 2018).
Alur mekanisme pembiayaan murabahah dapat dilihat pada
Gambar 2.1.
f. Margin Murabahah
Penerapan murabahah pada bank syariah berupa jual beli barang
dengan tambahan margin sebagai keuntungan yang akan diterima oleh
bank. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Margin adalah tingkat
selisih antara biaya produksi dan harga jual di pasar (Kemendikbud,
2018). Menurut Standar Produk Perbankan Syariah Murabahah,
margin ialah sejumlah dana yang diterima oleh bank dari selisih antara
Gambar 2.1 : Skema Pembiayaan Murabahah
Sumber : Erliani (2016)
17
harga jual dan harga pokok pembiayaan dengan skema jual beli seperti
Murabahah, Salam, Istishna (Otoritas Jasa Keuangan, 2016). Adapun
menurut Sari & Syafitri (2013), pendapatan margin murabahah adalah
dana yang diterima oleh bank syariah dari hasil perhitungan
persentase keuntungan yang timbul dari transaksi murabahah yang
dilakukan oleh bank syariah dengan pihak yang mengajukan
pembiayaan yang mana besarnya telah ditentukan dan disepakati pada
awal akad serta tercantum di dalam perjanjian pembiayaan.
Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pendapatan margin murabahah adalah dana yang diterima oleh bank
syariah dari hasil perhitungan keuntungan (selisih harga jual dan harga
pokok) pembiayaan murabahah.
Dalam menetapkan margin murabahah pada bank syariah, harga
menjadi bagian yang begitu berperan penting. Rasulullah SAW
mengajarkan penentuan harga penjualan dengan menjelaskan kepada
pembeli berapa harga beli barang, berapa biaya yang telah dikeluarkan
untuk setiap barang dan berapa keuntungan wajar yang diinginkan.
Cara Rasulullah inilah yang dijadikan sebagai salah satu metode
penentuan harga jual produk murabahah pada lembaga keuangan
syariah yang mana harga jual produk tersebut ditetapkan dari harga
beli bank, cost recovery (biaya yang telah dikeluarkan) dan
keuntungan yang diinginkan (Bela, 2018).
Cost recovery adalah bagian dari estimasi biaya operasional bank
syariah yang dibebankan pada harga pokok aktiva
murabahah/pembiayaan (Yusuf & Sari, 2013).
Formula Perhitungan Margin Murabahah:
Harga Jual Bank : Harga Beli Bank + Cost Recovery + Keuntungan
Cost Recovery : Proyeksi Biaya Operasi
Target Volume Pembiayaan
Margin dalam Persentase : Cost Recovery+Keuntungan
Harga Beli BankX 100%
Sumber : Anggadini (2011)
18
Adapun Standar Penetapan Margin Murabahah pada bank syariah
yang telah ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan yakni:
1) Margin jual Murabahah merupakan tingkat keuntungan yang
diharapkan (expected yield) oleh Bank;
2) Margin (mark up price) ditentukan berdasarkan kesepakatan antara
Bank dan Nasabah;
3) Margin dinyatakan dalam bentuk nominal atau persentase tertentu
dari Harga Pokok Bank;
4) Perhitungan Margin dapat mengacu pada tingkat imbalan yang
berlaku umum pada pasar keuangan dengan mempertimbangkan
ekspektasi biaya dana, risk premium dan tingkat keuntungan;
5) Margin tidak boleh bertambah sepanjang masa pembiayaan setelah
kontrak disepakati dan ditandatangani kedua belah pihak;
6) Bank dapat memberikan potongan margin Murabahah sepanjang
tidak menjadi kewajiban Bank yang tertuang dalam perjanjian
(Otoritas Jasa Keuangan, 2016).
3. Inflasi
a. Pengertian Inflasi
Inflasi merupakan gejala ekonomi yang menjadi sorotan diberbagai
kalangan. Inflasi tidak hanya menjadi perhatian masyarakat umum,
tetapi juga menjadi perhatian dunia usaha, bank sentral, dan
pemerintah. Inflasi dapat memberikan pengaruh yang cukup besar
terhadap masyarakat dan perekonomian suatu negara. Bagi
masyarakat umum, inflasi menjadi perhatian karena inflasi langsung
berpengaruh terhadap kesejahteraan hidup, dan bagi dunia usaha laju
inflasi merupakan faktor yang sangat penting dalam membuat
berbagai keputusan bisnis. Inflasi juga menjadi perhatian pemerintah
dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan ekonomi untuk
menjaga kestabilan perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat (Suseno & Astiyah, 2009).
19
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, inflasi didefiniskan
sebagai merosotnya nilai uang akibat banyak dan cepatnya uang
beredar sehingga menyebabkan naiknya harga barang-barang
(Kemendikbud, 2018). Menurut Sukirno (2015), inflasi diartikan
sebagai naiknya harga-harga umum dalam suatu perekonomian dari
satu periode ke periode lainnya. Menurut Karya dan Syamsuddin
(2016), inflasi diartikan sebagai naiknya harga-harga secara terus-
menerus untuk semua barang. Menurut Suseno dan Astiyah (2009),
inflasi secara singkat dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan
meningkatnya harga-harga barang dan jasa secara umum dan terus-
menerus. Menurut Syakir (2015) Inflasi adalah suatu gejala atau
fenomena yang mana harga barang mengalami kenaikan secara umum
dan terus-menerus, baik hal itu terjadi dikarenakan secara sengaja
ataupun terjadi secara alami, dan hal tersebut terjadi secara
menyeluruh dan menyebar di seluruh penjuru suatu negera atau
bahkan dunia.
Dari beberapa definisi inflasi yang dipaparkan pada paragraf
sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa inflasi adalah suatu
kondisi naiknya harga-harga barang dan jasa secara umum dan terus
menerus yang terjadi secara sengaja atau pun secara alami.
Misalnya, meningkatnya harga beras atau harga cabe merah saja
belum dapat dikatakan sebagai inflasi, karena inflasi menggambarkan
kenaikan harga pada sejumlah besar barang dan jasa yang
dipergunakan (atau dikonsumsi) dalam suatu perekonomian. Saat
menjelang hari-hari besar atau kenaikan harga sekali saja dan tidak
mempunyai pengaruh lanjutan juga tidak dapat disebut inflasi karena
kenaikan harga tersebut bukan masalah kronis ekonomi (Suseno &
Astiyah, 2009).
20
b. Jenis-jenis Inflasi
1) Jenis inflasi berdasarkan derajatnya:
a) Inflasi ringan di bawah 10% (single digit);
b) Inflasi sedang 10% - 30%;
c) Inflasi tinggi 30% - 100%;
d) Hyperinflation di atas 100%;
Laju inflasi tersebut bukanlah suatu standar yang secara mutlak
dapat mengindikasikan parah tidaknya dampak inflasi bagi
perekonomian di suatu wilayah tertentu, sebab hal itu sangat
bergantung pada berapa bagian dan golongan masyarakat manakah
yang terkena imbas (yang menderita) dari inflasi yang sedang
terjadi (Atmadja, 1999).
2) Jenis inflasi berdasarkan penyebabnya:
a) Demand pull inflation, inflasi yang disebabkan dari komoditas
hasil produksi pada pasar barang mengalami peningkatan
aggregate demand yang begitu kuat;
b) Cost push inflation, inflasi yang disebabkan meningkatnya
harga faktor-faktor produksi (Atmadja, 1999).
Inflasi yang begitu tinggi dapat mengancam perekonomian suatu
negara. Indonesia mengalami dua kali tidak terkendalinya laju inflasi
hingga membuat merosotnya perekonomian rakyat. Yang pertama
pada tahun 1965, saat G 30 S/PKI terjadi, Indonesia mengalami
inflasi ± 600% sehingga rakyat melakukan demonstrasi dengan
membawa 3 tuntutan (Tritura) yang mana salah satunya adalah
menuntut untuk menururnkan harga. Kemudian pada tahun 1997
hingga akhir 1998 inflasi besar-besaran kembali terjadi, yang mana
pada tahun 1998, BPS (Badan Pusat Statistik) mencatat inflasi pada
saat itu mencapai sekitar 80% (lihat grafik 2) (Karya & Syamsuddin,
2016).
21
c. Faktor penyebab inflasi
Masalah inflasi yang terjadinya di berbagai negara diakibatkan
oleh banyak faktor. Berikut faktor-faktor yang umumnya menjadi
penyebab inflasi:
1) Tingkat pengeluaran agregat yang melebihi kemampuan
perusahaan-perusahaan untuk menghasilkan barang-barang dan
jasa-jasa;
2) Pekerja-pekerja di berbagai kegiatan ekonomi menuntut kenaikan
upah;
3) Kenaikan harga-harga barang impor;
4) Kekacauan politik dan ekonomi sebagai akibat pemerintahan yang
kurang bertanggungjawab (Sukirno, 2015).
d. Cara menghitung inflasi
Tingkat inflasi dihitung dengan IHK (Indeks Harga Konsumen),
angka IHK dihitung berdasarkan survei terhadap harga barang dan
jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat (Suseno & Astiyah, 2009).
Cara menghitung IHK adalah dengan mengumpulkan data
perubahan harga suatu barang, selain itu juga, harus menentukan
weightage (kepentingan relatif) setiap kelompok barang dalam
konsumsi masyarakat. Misalkan kumpulan barang A sangat penting
Gambar 2.2 : Laju Inflasi yoy Di Indonesia, 1998-2008 (%)
Sumber: Suseno & Astiyah (2009)
22
dalam kehidupan masyarakat; pengeluarannya mencapai 50% dari
pengeluaran keseluruhan masyarakat. Maka weightage barang A
diberi sebanyak 50 (Sukirno, 2015).
Rumus untuk menghitung IHK:
( )
( ) X 100%
Rumus untuk menghitung presentase tingkat inflasi adalah:
HKn HK (n )
HK (n ) 𝑥 100%
Di mana:
IHKn = Indeks Harga Konsumen Periode ini
IHK(n-1) = Indeks Harga Konsumen Periode lalu
e. Dampak terjadinya inflasi
Ada beberapa masalah yang akan muncul, apabila terjadi inflasi:
1) Inflasi menyebabkan daya beli menurun karena pendapatan makin
rendah, khususnya bagi masyarakat yang berpenghasilan kecil dan
tetap;
2) Inflasi mengganggu stabilitas ekonomi dengan merusak harapan
masa depan para pelaku ekonomi. Bagi konsumen yang
berpendapatan besar, mereka akan membeli barang dan jasa dalam
jumlah yang besar, karena mereka berasumsi bahwa harga barang
dan jasa akan naik lagi. Sedangkan konsumen berpenghasilan kecil,
semakin hari akan mengalami kesulitan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya karena harga semakin naik. Bagi produsen
inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih
tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi,
produsen akan terdorong untuk melipatgandakan produksinya;
3) Bila inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada
akhirnya merugikan produsen, maka produsen enggan untuk
meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikan
produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup
23
mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan
bangkrut;
4) Melemahkan sikap menabung dan mendorong meningkatkan
konsumsi belanja, khususnya untuk produk non-primer,
mengarahkan investasi kepada non-produktif, seperti
tanah/bangunan, logam mulia, dan mata uang asing (Parakkasi,
2016).
f. Kebijakan-kebijakan pengendalian inflasi
Baik inflasi maupun deflasi, keduanya merupakan masalah yang
perlu dikendalikan, karena apabila tidak dikendalikan maka dapat
terjadi ketidakstabilan perekonomian pada suatu negara. Maka dari
itu, untuk mengatasi permasalahan tersebut, pihak pemerintah
menetapkan kebijakan-kebijakan yang digunakan untuk mengatasi
inflasi dan deflasi (Karya & Syamsuddin, 2016).
1) Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal meliputi langkah-langkah yang diambil oleh
pemerintah dalam membuat perubahan di bidang perpajakan dan
pengeluaran pemerintah dengan maksud untuk mempengaruhi
pengeluaran agregat, pengeluaran agregat adalah pembelanjaan
masyarakat atas barang dan jasa, yang mana hal tersebut menjadi
faktor penentu tingkat kegiatan ekonomi yang dicapai oleh suatu
negara – ketika inflasi terjadi, maka pemerintah akan menaikkan
pajak dan mengurangi pengeluaran pemerintah sehingga hal
tersebut dapat menurunkan pengeluaran agregat dan mengurangi
tekanan inflasi (Sukirno, 2015).
2) Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter merupakan kebijakan pemerintah yang
dilaksanakan oleh bank sentral (Bank Indonesia) untuk mengatur
jumlah peredaran uang dalam perekonomian yang mana dapat
mempengaruhi pengeluaran agregat (Karya & Syamsuddin,
24
2016). Kebijakan moneter yang dilakukan oleh Bank Indonesia
adalah dengan mengendalikan tingkat suku bunga acuan (Sukirno,
2015).
3) Kebijakan Segi Penawaran
Kebijakan segi penawaran bertujuan untuk mempertinggi
efisiensi operasional perusahaan-perusahaan sehingga dapat
menawarkan produk-produknya dengan harga yang relatif lebih
murah dan mutu yang lebih baik. Adapun kebijakan dari segi
penawaran dapat dilakukan dengan:
Mencegah kenaikan pendapatan pekerja yang berlebihan
hingga melebihi kenaikkan produktivitas;
Operasi pasar, dalam kondisi inflasi, pihak pemerintah akan
berusaha menambah jumlah barang beredar di pasar agar
mampu menurunkan harga barang (Karya & Syamsuddin,
2016).
4. Suku Bunga Bank Indonesia
a. Pengertian Suku Bunga
Menurut Ilmi (2017), suku bunga adalah sejumlah uang yang
dibayarkan oleh pengguna utang sebagai imbalan atas dana utang
yang digunakannya. Suku bunga adalah persentase dari sejumlah uang
yang dipinjam dan dibayarkan sebagai upah dari penggunaan kredit
selama periode yang disepakati oleh peminjam dan pemberi pinjaman
(Central Bank of Nigeria, 2016). Adapun menurut Sukirno (2015),
suku bunga merupakan persentase pendapatan yang diterima oleh para
penabung dari tabungan uang yang ia tempatkan pada bank dan suku
bunga juga dapat diartikan sebagai persentase pendapatan yang wajib
dibayarkan oleh para peminjam dana.
Berdasarkan dari beberapa definisi tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa suku bunga adalah persentase dari sejumlah uang
yang dipinjam dan harus dibayarkan oleh debitur sebagai imbalan dari
25
uang yang dipinjamnya. Selain itu, suku bunga juga dapat diartikan
sebagai persentase pendapatan yang dibayarkan oleh pihak bank
kepada para pihak yang menyimpankan dananya di bank tersebut.
b. Jenis-jenis Suku Bunga
Para ekonom membedakan suku bunga menjadi dua jenis yaitu
tingkat suku bunga nominal dan tingkat suku bunga rill. Tingkat suku
bunga nominal adalah suku bunga yang biasanya dilaporkan – suku
bunga yang dibayarkan oleh investor (debitur) untuk meminjam uang.
Sedangkan tingkat suku bunga rill adalah suku bunga nominal yang
dikurangi inflasi (Mankiw, 2009).
c. BI Rate
Bank Indonesia merupakan bank sentral yang menjalankan
kebijakan moneter pemerintah dalam rangka untuk menjaga kestabilan
moneter negara. Salah satu langkah yang dilakukan oleh Bank
Indonesia dalam menjaga kestabilan moneter adalah dengan
melakukan pengendalian tingkat suku bunga acuan. Suku bunga acuan
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dinamakan dengan istilah BI
Rate.
BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap
atau pendirian kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate ditetapkan setiap
bulan nilainya melalui rapat anggota dewan gubernur. Dalam rapat
tersebut, para anggota dewan mempertimbangkan situasi
perekonomian dalam negeri maupun secara global. Nilai BI Rate yang
telah ditetapkan dari hasil rapat inilah yang dipakai oleh bank-bank
lain sebagai acuan penetapan kebijakan operasional mereka (Harsono
& Worokinasih, 2018).
Menurut Yodiatmaja (2012), perubahan tingkat BI rate
dimaksudkan agar dapat mengurangi laju aktifitas ekonomi yang tidak
terkendali hingga dapat memicu terjadinya inflasi. Ketika BI rate naik
26
maka suku bunga kredit dan deposito turut mengalami kenaikan,
begitu pun sebaliknya ketika BI rate turun maka suku bunga kredit
dan deposito turut mengalami penurunan.
Ketika suku bunga kredit naik, maka para pelaku usaha akan
mengurangi investasinya karena berimbas pada biaya modal yang
semakin tinggi. Ketika suku bunga deposito naik, maka masyarakat
cenderung menyimpankan uangnya pada bank sehingga peredaran
uang di masyarakat berkurang. Inilah peran naiknya tingkat BI rate
untuk meredam aktivitas ekonomi hingga dapat mengurangi tekanan
inflasi di masyarakat (Yodiatmaja, 2012).
Sebaliknya, ketika suku bunga kredit turun, permintaan kredit dari
pelaku usaha akan meningkat karena biaya modal yang murah. Dan
ketika suku bunga deposito turun, maka keinginan masyarakat untuk
menyimpan uangnya di bank akan menurun sehingga memicu
terjadinya peningkatan jumlah uang beredar dan transaksi di
masyarakat. Adanya tambahan likuiditas di masyarakat untuk
bertransaksi, turut meningkatkan produktivitas pelaku usaha, dan hal
tersebut memacu terjadinya peningkatan kegiatan ekonomi
(Yodiatmaja, 2012).
d. BI 7-Day (Reverse) Repo Rate
Pada tahun 2016, Bank Indonesia mereformulasi suku bunga
acuan, dari BI rate menjadi BI 7-Day (reverse) repo rate yang berlaku
efektif sejak 19 Agustus 2016. Kebijakan ini dilakukan oleh Bank
Indonesia dalam rangka untuk meningkatkan efektivitas transmisi
kebijakan moneter melalui pengaruhnya pada pergerakan suku bunga
pasar uang dan suku bunga bank (Bank Indonesia, 2016). Dengan
demikian, struktur tenor operasi moneter suku bunga acuan/kebijakan
yang awalnya memiliki tenor 1 tahun (BI rate) menjadi tenor yang
lebih pendek yaitu 7 hari (Paramita, 2016).
27
Perubahan suku bunga acuan Bank Indonesia dari BI rate menjadi
BI 7-Day (reverse) repo rate merupakan langkah yang diambil BI
dalam menanggapi rendahnya efektivitas BI rate terhadap kondisi
demand dan supply di pasar uang (Pratiwi, 2016). Pemberlakuan 7-
day (reverse) repo rate bertujuan agar transmisi kebijakan BI dapat
terefleksikan di pasar dengan cepat. Jika instrumen pasar uang
bertenor pendek semakin banyak variannya, diharapkan transaksi di
pasar keuangan dapat lebih aktif dan perputaran uang dapat lebih
cepat sehingga berimplikasi pada likuiditas perbankan serta mampu
lebih atraktif menjaring investor asing maupun dalam negeri
(Paramita, 2016).
5. Nilai Tukar Rupiah
a. Pengertian Nilai Tukar Mata Uang (Kurs)
Tingginya tingkat kebutuhan dalam negeri terhadap komoditas
barang dan jasa yang tersedia di luar negeri mengharuskan suatu
negara melakukan hubungan internasional dengan negara lain. Dalam
pelaksanaan perdagangan antarnegara, keberadaan alat tukar sangatlah
penting untuk memudahkan transaksi perdagangan, sebagaimana
proses perdagangan yang terjadi di dalam negeri (Ardiyanto & Ma'ruf,
2014).
Dalam bertransaksi perdagangan antarnegara, diperlukan mata
uang yang telah disepakati oleh negara-negara yang bertransaksi
sebagai alat pembayaran. Sehingga apabila ingin melakukan transaksi
perdagangan dengan negara lain, suatu negara harus mengubah mata
uang yang digunakannya ke mata uang yang telah disepakati
(Wijayanti & Sudarmiani, 2017).
Adapun yang menjadi kendala dalam transaksi perdagangan
antarnegara adalah terkait bagaimana mengukur nilai/harga mata uang
suatu negara dibandingkan dengan nilai/harga mata uang negara lain
dalam kegiatan bertransaksi tersebut (Ardiyanto & Ma'ruf, 2014).
28
Karena nilai mata uang setiap negara itu berbeda-beda tergantung pada
banyaknya permintaan dan penawaran mata uang tersebut di pasar
valuta asing (Mahaputra, 2017).
Nilai tukar mata uang atau yang disebut dengan kurs adalah
perbandingan nilai atau harga suatu mata uang terhadap mata uang lain
(Saridawati, 2015). Menurut Simorangkir & Suseno (2004), kurs
adalah harga dari satu unit mata uang asing dalam mata uang domestik
atau sebaliknya, harga mata uang domestik terhadap mata uang asing.
Menurut Sukirno (2015), kurs adalah harga atau nilai mata uang suatu
negara yang dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain, atau bisa
juga didefinisikan sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan
untuk mendapatkan satu unit mata uang asing.
Berdasarkan dari beberapa definisi tersebut maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa nilai tukar uang adalah harga atau nilai dari suatu
mata uang terhadap mata uang negara lain.
Dalam konteks perbandingan nilai rupiah terhadap mata uang
asing, biasanya dollar AS-lah yang sering dijadikan tolok ukur
kestabilan nilai rupiah, karena dollar AS mata uang yang kuat yang
digunakan dalam perdagangan internasional, selain itu, Amerika
Serikat merupakan negara yang dominan melakukan kerja sama
perdagangan dengan Indonesia (Wijayanti & Sudarmiani, 2017).
b. Sistem Kurs
Perusahaan yang berproduksi atau beroperasi dengan
mengandalkan impor bahan baku/barang dan menggunakan dollar
Amerika sebagai alat tukar yang disepakati, ketika nilai tukar mata
uang rupiah menurun terhadap dollar Amerika maka biaya impor
bahan baku yang digunakan untuk kegiatan produksi akan meningkat.
Meningkatnya biaya impor akan berpengaruh pada menurunnya laba
yang akan didapatkan oleh perusahaan (Harsono & Worokinasih,
2018). Bahan baku impor yang tinggi akan membuat produsen
29
meningkatkan harga jual produknya, dan akan berujung pada kenaikan
harga barang hingga bisa terjadi inflasi (Ilmi, 2017).
Begitu pentingnya peran nilai tukar mata uang bagi suatu negara
hingga berbagai upaya dilakukan untuk menjaga posisi kurs mata uang
suatu negara tetap stabil. Sistem kurs yang dianut suatu negara turut
mempengaruhi stabilitas nilai tukar mata uang (Mahaputra, 2017).
Negara yang menganut sistem kurs tetap (fixed exchange rate system),
maka intervensi pasar perlu dilakukan sesering mungkin agar kurs
mata uang berada pada tingkat yang diinginkan. Sedangkan negara
yang menganut sistem kurs mengambang (floating exchange rate
system), maka tingkat kursnya tergantung dari kekuatan permintaan
dan penawaran valuta asing (Ardiyanto & Ma'ruf, 2014).
Dalam sistem kurs tetap, mata uang domestik ditetapkan secara
tetap nilainya terhadap mata uang asing. Sedangkan pada sistem kurs
mengambang, kurs dapat berubah sewaktu-waktu tergantung dari
banyaknya permintaan dan penawaran valuta asing terhadap mata uang
domestik (Simorangkir & Suseno, 2004). Dalam penentuan kurs di
pasar bebas, pada permintaan mata uang, semakin sedikit permintaan
atas suatu mata uang maka semakin rendah nilai mata uang tersebut.
Begitu pun sebaliknya, semakin banyak permintaan atas suatu mata
uang maka semakin tinggi nilai mata uang tersebut. Sedangkan pada
penawaran mata uang, semakin sedikit penawaran atas suatu mata
uang maka naik tinggi nilai mata uang tersebut, adapun sebaliknya,
semakin banyak penawaran atas suatu mata uang maka semakin turun
nilai mata uang tersebut (Sukirno, 2015).
Indonesia telah mengalami beberapa kali pergantian sistem kurs.
Hingga pada tahun 1997, Indonesia menerapkan sistem kurs
mengambang bebas (free floating exchange rate system. Melalui sistem
kurs mengambang bebas, posisi nilai tukar rupiah terhadap mata uang
asing (USD) ditentukan oleh mekanisme pasar. Semenjak penerapan
sistem kurs mengambang bebas, pergerakan nilai tukar mata uang
30
Rupiah (IDR) terhadap Dollar Amerika (USD) mengalami penurunan
akibat krisis moneter yang mengakibatkan jatuhnya nilai rupiah secara
tajam (Mahaputra, 2017).
6. Hubungan Operasional Antar Variabel
a. Pengaruh Inflasi terhadap Pembiayaan Murabahah
Ali & Miftahurrohman (2016) melakukan penelitian dengan subjek
penelitiannya adalah 12 Bank Umum Syariah di Indonesia. dari
penelitian yang dilakukan didapat bahwa secara parsial tingkat Inflasi
memiliki pengaruh positif terhadap pembiayaan murabahah.
Azmi (2015) melakukan penelitian dengan subjek penelitiannya
adalah Bank Muamalat, Bank Syariah Mandiri dan Bank Mega Syariah,
dengan periode waktu analisisnya adalah dari tahun 2010-2014. Dari
penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa secara parsial inflasi tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pembiayaan murabahah.
b. Pengaruh Suku Bunga Bank Indonesia terhadap Pembiayaan
Murabahah
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahman, Manoarfa
dan Mahdalena (2014) dengan subjek penelitiannya adalah 11 bank
syariah di Indonesia dan periode analisisnya dari 2005 hingga 2013,
bahwa suku bunga konvensional memiliki pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap permintaan pembiayaan murabahah pada bank
syariah di Indonesia.
Adapun hasil penelitian yang dilakukan oleh Khalidin dan Masbar
(2017) dengan subjek penelitiannya adalah seluruh bank syariah di
Indonesia dan periode analisisnya dari tahun 2009 hingga 2015
menunjukkan bahwa bank syariah di Indonesia masih belum bebas dari
pengaruh suku bunga. Suku bunga secara tidak langsung berpengaruh
pada operasional bank, khususnya pada pembiayaan. Pembiayaan
murabahah termasuk dipengaruhi oleh suku bunga.
31
c. Pengaruh Nilai Tukar Rupiah terhadap Pembiayaan Murabahah
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Angraini (2016)
dengan subjek penelitiannya adalah seluruh bank syariah di Indonesia
dan periode analisisnya dari Januari 2010 hingga Januari 2016
menunjukkan bahwa nilai tukar (kurs) berpengaruh positif signifikan
terhadap pembiayaan murabahah.
Begitu pula dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Permatasari
(2017) dengan subjek penelitiannya adalah Bank Syariah Mandiri dan
periode analisis dari tahun 2013 hingga 2016, diketahui bahwa variabel
kurs berpengaruh signifikan positif terhadap pembiayaan murabahah.
Badruzzaman (2018) melakukan penelitian dengan subjek penelitian
11 bank umum syariah di Indonesia pada periode triwulan pertama 2016
hingga triwulan pertama 2018. Dari hasil penelitian tersebut diketahui
bahwa nilai tukar (kurs) tidak memiliki pengaruh terhadap pembiayaan
murabahah.
d. Pengaruh Inflasi, Suku Bunga dan Nilai Tukar Rupiah terhadap
Pembiayaan Murabahah
Nasikin (2018) yang melakukan penelitian pada seluruh bank syariah
di Indonesia untuk periode 2013-2017 menemukan bahwa variabel
inflasi, suku bunga, dan nilai tukar tidak berpengaruh terhadap
pembiayaan murabahah.
Ichsan & Akhiroh (2017) melakukan penelitian dengan subjek
penelitiannya adalah seluruh bank syariah di Indonesia dan periode
penelitiannya dari Januari 2010 hingga Maret 2017. Hasil penelitian yang
dilakukan menunjukkan bahwa respon yang diberikan oleh variabel
pembiayaan murabahah terhadap guncangan tingkat inflasi, suku bunga
Bank Indonesia dan nilai tukar rupiah adalah negatif.
Purwanto & Ratna (2018) melakukan penelitian dengan subjek
penelitian yang dipilih adalah 3 Bank Syariah di Indonesia dan periode
penelitian yakni dari tahun 2011-2016. Hasil penelitian menunjukkan
32
bahwa secara simultan, DPK, Rasio efesiensi operasional, NPF dan
Inflasi berpengaruh signifikan terhadap margin murabahah. Secara
parsial, DPK, Rasio efesiensi operasional dan inflasi berpengaruh positif
signifikan sedangakan NPF berpengaruh negatif signifikan terhadap
margin murabahah.
Zandi & Arifin (2015) melakukan penelitian dengan subjek penelitian
Bank Syariah di Iran dan Malaysia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Lembaga Keuangan Syariah masih menerapkan prinsip riba dalam
transaksinya dan hal tersebut terbukti terjadi di Iran dan Malaysia. Di
Malaysia, tingkat keuntungan pembiayaan masih tergantung pada tingkat
bunga pasar.
Setya (2013) melakukan penelitian dengan subjek penelitian Bank
Kaltim Syariah untuk periode 2009 - 2012. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa secara simultan, semua variabel berpengaruh signifikan terhadap
margin murabahah. Sedangkan secara parsial, FDR berpengaruh positif
signifikan, BOPO dan tingkat suku bunga berpengaruh negatif tidak
signifikan, dan inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap margin
murabahah.
Anik (2017) memperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa
profitabilitas, DPK, overhead, BI rate dan inflasi secara simultan
berpengaruh pada pendapatan margin murabahah. Secara parsial
profitabilitas, DPK, overhead dan BI rate berpengaruh pada pendapatan
margin murabahah. Sedangkan inflasi tidak berpengaruh pada
pendapatan margin murabahah.
Dari beberapa penelitian di atas, dapat penulis ketahui bahwa variabel
inflasi, suku bunga Bank Indonesia, dan nilai tukar rupiah memiliki dua
kemungkinan yang terjadi terkait hubungannya terhadap pembiayaan
murabahah yakni ada yang memiliki pengaruh dan tidak memiliki
pengaruh.
33
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian yang membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
margin pembiayaan murabahah selama ini telah cukup banyak dilakukan
oleh para peneliti sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 2.1.
Tabel 2.1 : Hasil Penelitian Terdahulu
Aspek Adi (2013) Wahyudi (2017) Sumarna (2018)
Judul
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi
Pendapatan Margin
Pembiayaan Murabahah
(Studi Kasus pada BRI
Syariah dan Bank Mega
Syariah)
Pengaruh ROA, DPK,
Inflasi dan BI Rate
terhadap Margin
Pembiayaan
Murabahah Perbankan
Syariah Di Indonesia
Analisis Pengaruh BI
Rate, Nilai Tukar, Inflasi
dan CAR terhadap
Tingkat Margin
Pembiayaan Murabahah
Di Bank Umum Syariah
Institusi yang Diteliti BRI Syariah dan Bank
Mega Syariah
5 bank umum syariah
di Indonesia
9 bank syariah Di
Indonesia
Periode Analisis Maret 2009 – Desember
2012
Januari 2012 –
Desember 2015 2011-2016
Permasalahan
Bagaimana pengaruh
DPK, biaya overhead,
NPF, BI rate dan inflasi
terhadap margin
pendapatan murabahah?
Bagaimana ROA,
DPK, inflasi dan BI
rate berpengaruh secara
parsial dan simultan
terhadap margin
murabahah Bank
Umum Syariah di
Indonesia?
Apakah BI rate, nilai
tukar, inflasi dan CAR
berpengaruh secara
parsial dan simultan
terhadap tingkat margin
pembiayaan murabahah
di Bank Umum Syariah?
Tujuan Penelitian
Untuk melihat pengaruh
DPK, biaya overhead,
NPF, BI rate dan inflasi
terhadap margin
pendapatan murabahah.
Untuk menjelaskan dan
mengetahui seberapa
besar ROA, DPK,
inflasi dan BI rate
berpengaruh secara
parsial dan simultan
terhadap margin
pembiayaan
murabahah Bank
Umum Syariah di
Indonesia.
Untuk menganalisis
pengaruh BI rate, nilai
tukar, inflasi dan CAR
secara parsial dan
simultan terhadap tingkat
margin pembiayaan
murabahah di bank
umum syariah.
Metode Penelitian Regresi Linear Berganda
Regresi data panel
dengan pendekatan
fixed effect.
Regresi data panel
dengan metode yang
dipilih common effect
model.
Hasil Penelitian
DPK, NPF, BI rate dan
inflasi berpengaruh
negatif tidak signifikan,
sedangkan biaya
overhead berpengaruh
positif signifikan.
DPK dan BI rate
berpengaruh positif
signifikan terhadap
margin murabahah,
sedangkan ROA dan
inflasi tidak memiliki
pengaruh terhadap
margin murabahah.
BI rate, nilai tukar,
inflasi dan CAR
memiliki pengaruh
terhadap tingkat margin
pembiayaan murabahah.
34
Adapun persamaan dan perbedaan penelitian yang dilakukan oleh penulis
dengan penelitian terdahulu adalah:
1. Persamaan Penelitian
Penelitian yang penulis lakukan memiliki kesamaan dengan penelitian
yang terdahulu dalam beberapa hal:
a. Metode analisis yang digunakan yaitu regresi linear berganda.
b. Variabel independen (bebas) yaitu inflasi, suku bunga dan nilai tukar
(Rupiah-US Dollar).
c. Variabel dependen (terikat) yaitu margin murabahah
2. Perbedaan Penelitian
Penelitian yang penulis lakukan memiliki perbedaan dengan penelitian
yang terdahulu dalam beberapa hal:
a. Subjek penelitian khusus tentang BNI Syariah saja.
b. Periode waktu yang dianalisis dari awal tahun 2015 hingga akhir tahun
2018.
c. Penulis hanya memfokuskan penelitian pada faktor-faktor eksternal
(inflasi, suku bunga, nilai tukar rupiah) saja sedangkan penelitian-
penelitian terdahulu menggabungkan antara faktor internal (CAR,
ROA, DPK dan NPF) dan faktor eksternal bank.
35
C. KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Bagan 2.1 : Kerangka Berpikir
Adapun perumusan hipotesis penelitian ini didasarkan pada teori dan
hasil penelitian-penelitian terdahulu. Berikut hipotesis yang penulis
kemukakan sebagai jawaban sementara dari rumusuan masalah:
H1 : Inflasi, suku bunga Bank Indonesia dan nilai tukar rupiah secara
bersama-sama (simultan) tidak memiliki pengaruh terhadap
penerimaan pendapatan margin murabahah pada BNI Syariah.
Tingginya tingkat kebutuhan dan keinginan masyarakat modern
Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga Bank Indonesia dan Nilai Tukar Mata Uang (IDR-USD)
terhadap Penerimaan Pendapatan Margin Murabahah pada BNI Syariah
Inflasi
(X1)
Pendapatan Margin Murabahah
(Y)
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas Uji Heteroskedastisitas
Uji Multikolinearitas Uji Autokorelasi
Uji Hipotesis:
Uji F – Uji T
Hasil dan Kesimpulan
Uji Regresi Linear Berganda
Suku Bunga BI
(X2) Nilai Tukar Rupiah
(X3)
36
saat ini, membuat masyarakat turut mencari sumber/bantuan dana
alternatif untuk dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan
masyarakat akan barang/jasa. sekalipun terjadi inflasi, naiknya
suku bunga BI dan menurunnya nilai tukar Rupiah, manakala
masyarakat begitu membutuhkan bantuan dana, maka masyarakat
akan memilih melakukan pembiayaan di lembaga keuangan, salah
satunya adalah bank syariah sebagai alternatif sumber/bantuan dana
bagi masyarakat saat ini.
H2 : Inflasi tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap penerimaan
pendapatan margin murabahah pada BNI Syariah. Hipotesis ini
didasari atas hasil penelitian yang dilakukan oleh Azmi (2015),
pada pembiayaan murabahah jumlah pembayaran angsuran selalu
tetap selama jangka waktu pembiayaan. Naik turunnya inflasi tidak
menyebabkan perubahan jumlah angsuran yang harus dibayarkan
oleh nasabah.
H3 : Suku bunga Bank Indonesia tidak memiliki pengaruh signifikan
terhadap penerimaan pendapatan margin murabahah pada BNI
Syariah. Hipotesis ini berdasarkan pada teori yang paparkan oleh
Muhamad (2014) yang memaparkan bahwa dalam keuangan
syariah tidak mengenal istilah times value of money yang identik
dengan bunga.
H4 : Nilai tukar rupiah tidak memiliki pengaruh terhadap penerimaan
pendapatan margin murabahah pada BNI Syariah. Hipotesis ini
berdasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh
Badruzzaman (2018), yang memaparkan bahwa transaksi
pembiayaan murabahah umumnya dilakukan dalam mata uang
Rupiah (domestik) dan tidak ada sangkut pautnya dengan dollar
AS.
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasi dengan menggunakan
metode pendekatan kuantitatif (angka/statistik). Penelitian korelasi adalah
jenis penelitian yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana satu atau
beberapa variabel berkaitan/berhubungan dengan variabel lainnya (Suryana,
2010, p. 19). Selain itu penelitian ini juga termasuk ke dalam jenis penelitian
studi kasus.
B. Variabel Penelitian
Adapun variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Inflasi
Inflasi adalah suatu kondisi naiknya harga-harga barang dan jasa
secara umum dan terus menerus.
2. Suku Bunga Bank Indonesia
Suku bunga Bank Indonesia disebut juga dengan BI Rate atau yang
saat ini lebih dikenal dengan BI 7-Day Reverse Repo Rate yaitu suku
bunga kebijakan yang mencerminkan sikap kebijakan moneter yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia dan dipublikasikan kepada masyarakat
setiap bulannya.
3. Nilai Tukar Rupiah
Nilai tukar rupiah atau kurs rupiah adalah harga atau nilai dari mata
uang rupiah terhadap mata uang negara lain. Dalam penelitian ini, kurs
yang dijadikan sebagai variabel penelitian adalah nilai rupiah terhadap
dollar Amerika Serikat.
38
4. Pendapatan Margin Murabahah
Pendapatan margin murabahah adalah dana yang diterima oleh bank
syariah dari hasil perhitungan keuntungan (selisih harga jual dan harga
pokok) pembiayaan murabahah.
C. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
berupa data inflasi, tingkat suku bunga Bank Indonesia, nilai tukar rupiah
terhadap US dollar, serta laporan bulanan BNI Syariah selama periode tahun
2015 hingga 2018. Data dapat diakses dan diunduh melalui website
www.bi.go.id, www.data.go.id, www.bps.go.id dan www.bnisyariah.co.id.
Tabel 3.1 : Jenis Data
No. Jenis Data Keterangan
1 Kualitatif
1. Data berupa teori-teori yang melandasi
penelitian;
2. Data berupa hasil penelitian-penelitian
terdahulu (jurnal, tesis, skripsi, dll);
3. Data berupa informasi terkait perusahaan
yang menjadi subjek penelitian.
2 Kuantitatif
Berupa angka-angka yang menjadi bahan
dilakukannya analisis pengujian seperti:
1. Inflasi;
2. Suku bunga Bank Indonesia;
3. Nilai tukar Rupiah;
4. Pendapatan margin murabahah.
Tabel 3.2 : Sumber Data
No. Variabel Sumber Data Keterangan
1 Inflasi www.bi.go.id 2015 - 2018
2 Suku Bunga Bank Indonesia www.bps.go.id
www.bi.go.id
2015 – Juli 2016
Agustus 2016 - 2018
3 Nilai Tukar Rupiah www.data.go.id 2015 - 2018
4 Pendapatan Margin Murabahah www.bnisyariah.co.id 2015 - 2018
39
D. Populasi dan Sampel
Menurut Sugiyono (2016), Populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi
yang terdiri atas: objek/subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari lalu ditarik kesimpulan.
Adapun populasi pada penelitian ini adalah data bulanan pendapatan margin
murabahah BNI Syariah dari Juli 2010 (terhitung sejak BNI Syariah spin off
pada Juni 2010) hingga Desember 2018 sebanyak 102 bulan.
Sedangkan sampel menurut Sugiyono (2016) adalah bagian dari jumlah
dan karakterisitik yang dimiliki dari populasi. Banyaknya jumlah sampel data
begitu penting agar dapat mendeskripsikan populasi data penelitian, salah
satu rumus yang digunakan untuk dapat menghitung jumlah minimal sampel
adalah rumus slovin. (Hidayat, 2017).
Adapun rumus slovin adalah sebagai berikut:
1
Keterangan:
n = Jumlah sampel minimal
N = Jumlah Populasi
e = error margin
Berikut perhitungan sampel pada penelitian ini:
102
1 102 0 1
102
1 102 0 01
102
1 1 02
102
2 02 0 1
Dari perhitungan di atas, sampel yang diperlukan untuk data penelitian ini
adalah 51 buah sampel atau dibutuhkan ada 51 data variabel. Namun,
dikarenakan data laporan bulanan BNI Syariah yang tersedia untuk dianalisis
40
hanya ada 45 bulan, maka penulis memutuskan menggunakan data yang ada
yakni sebanyak 45 bulan saja untuk dilakukan analisis pengujian data.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan:
1. Metode Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2016), dokumen merupakan catatan peristiwa yang
telah lalu atau telah terjadi. Dokumen tersebut dapat berupa tulisan,
gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. Dari pengertian
dokumen tersebut dapat dipahami bahwa dokumentasi merupakan teknik
pengumpulan data dengan melakukan pengumpulan dokumen/catatan
yang berkaitan dengan masalah yang sedang ditelaah.
2. Studi Pustaka
Penulis mengumpulkan data lainnya dengan membaca, mempelajari,
dan menganalisis buku-buku dan jurnal-jurnal yang memiliki kaitan
dengan topik penelitian.
F. TEKNIK ANALISIS DATA
Metode analisis data penelitian ini adalah statistik inferensial. Dan analisis
data dalam penelitian ini menggunakan bantuan aplikasi SPSS (Statistical
Product and Service Solutions) untuk mempermudah penulis dalam
melakukan uji statistik.
Adapun analisis data yang dilakukan penulis dalam penelitian ini adalah:
4. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik adalah asumsi/persyaratan statistik yang harus
dipenuhi pada analisis regresi linear berganda yang berbasis ordinary least
square (Sutedjo, 2005). Adapun asumsi/persyaratan analisis tersebut
adalah:
41
a. Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Jika terdapat
atau terjadi korelasi, maka terdapat gejala multikolinieritas (multiko).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara
variabel bebas (Sutedjo, 2005).
Pada uji multikolinieritas, data dinyatakan tidak terjadi gejala
multikolinieritas apabila diperoleh nilai VIF (Variance Inflation Factor)
kurang dari 10 (Bahri, 2018). Selain itu, data juga dinyatakan tidak
terjadi gejala multikolinieritas apabila diperoleh nilai Tolerance lebih
besar dari 0,10 (Raharjo, 2015).
b. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk melihat atau mengetahui
kebebasan data. Kebebasan data di sini berarti data untuk suatu
observasi tertentu tidak dipengaruhi oleh data observasi sebelumnya.
Salah satu metode untuk menguji autokorelasi ini adalah dengan
Metode Runs Test. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi korelasi
pada data (Baroroh, 2013).
Adapun kriteria pada metode Runs Test, data dinyatakan tidak terjadi
autokorelasi apabila diperoleh nilai signifikansi (Asymp. Sig. (2 tailed))
lebih dari 5% atau 0,05 (Bahri, 2018).
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
atau terdapat ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan
ke pengamatan yang lain. Jika varians dari nilai residual dari satu
pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut dengan
homokedastisitas. Dan jika varians berbeda dari satu pengamatan ke
pengamatan yang lainnya, maka disebut Heteroskedastisitas (Sutedjo,
2005). Menurut Singgih Santoso (dalam Sutedjo, 2005), model regresi
yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedastisitas, atau dengan
kata lain model regresi yang baik adalah yang Homokedastisitas. Dalam
42
penelitian ini, penulis menggunakan uji glejser dalam melakukan
pengujian heteroskedastisitas.
Uji heteroskedastisitas dengan uji glejser dilakukan dengan
meregresikan variabel bebas dengan nilai absolut residualnya. Data
dinyatakan tidak terjadi gejala heteroskedastisitas apabila nilai
signifikansi antara variabel bebas dan absolut residual lebih dari 5%
atau 0,05 (Bahri, 2018).
d. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi, variabel bebas, variabel terikat, atau keduanya mempunyai
distribusi normal atau tidak. Suatu model regresi yang baik adalah yang
memiliki distribusi data normal atau mendekati normal (Sutedjo, 2005).
Kenormalan dapat diketahui melalui sebaran regresi yang merata di
setiap nilai. Salah satu metode yang digunakan untuk menguji
kenormalan data adalah Metode Kolmogorov Smirnov (Baroroh, 2013).
Pada uji Kolmogorov-Smirnov, data dinyatakan normal apabila
diperoleh nilai signifikannya (Asymp. Sig. (2-tailed)) lebih dari 5% atau
0,05. Selain itu, kenormalan data juga dapat dilihat dari penyebaran
titik-titik di sekitar garis diagonal pada grafik P-P Plot (Bahri, 2018).
5. Uji Regresi Linear Berganda
Uji regresi linear berganda adalah uji statistik yang bertujuan untuk
menguji ada tidaknya pengaruh antara variabel bebas (independent) yang
berjumlah lebih dari satu terhadap satu variabel terikat. Ciri khas dari
analisis regresi adalah adanya output yang membentuk suatu model
hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat (Baroroh, 2013).
Bentuk umum model hubungan tersebut adalah:
Y = βo + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e (1)
Keterangan:
Y = Variabel terikat
X = Variabel bebas
43
βo = Intersep (konstanta)
β123 = Koefisien regresi dari masing-masing variabel X1, X2, X3
e = Error term (residual)
6. Uji Hipotesis
a. Uji F (Simultan)
Uji F bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel bebas
(Xi) secara bersamaan (simultan) terhadap variabel terikat (Y)
(Baroroh, 2013).
Adapun kriteria pengambilan keputusan pada uji F adalah sebagai
berikut:
1) Pengujian tingkat signifikansi 5% (0,05):
a) Nilai signifikansi ≥ 0,05 maka variabel bebas secara simultan
(individual) tidak berpengaruh pada variabel terikat;
b) Nilai signifikansi ≤ 0,05 maka variabel bebas secara simultan
(bersama-sama) berpengaruh signifikan pada variabel terikat.
2) Pengujian dengan perbandingan antara t-hitung dan t-tabel:
a) F-hitung ≥ f-tabel maka variabel bebas berpengaruh pada variabel
terikat;
b) F-hitung ≤ f-tabel maka variabel bebas tidak berpengaruh pada
variabel terikat (Bahri, 2018).
b. Uji T (Uji Parsial)
Uji T bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh masing-masing
(parsial) variabel bebas (Xi) memengaruhi variabel terikat (Y)
(Baroroh, 2013).
Adapun kriteria pengambilan keputusan pada uji T adalah sebagai
berikut:
3) Pengujian tingkat signifikansi 5% (0,05):
a) Nilai signifikansi ≥ 0,05 maka variabel bebas secara parsial
(individual) tidak berpengaruh pada variabel terikat;
44
b) Nilai signifikansi ≤ 0,05 maka variabel bebas secara parsial
(individual) berpengaruh signifikan pada variabel terikat.
4) Pengujian dengan perbandingan antara t-hitung dan t-tabel:
a) T-hitung ≥ t-tabel maka variabel bebas berpengaruh pada variabel
terikat;
b) T-hitung ≤ t-tabel maka variabel bebas tidak berpengaruh pada
variabel terikat (Bahri, 2018).
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitan
Pada subbab ini penulis memaparkan gambaran umum lokasi penelitian
atau deskripsi tentang objek yang penulis teliti, seperti sejarah singkat BNI
Syariah, struktur organisasi kantor pusat BNI Syariah, produk dan jasa yang
dihasilkan serta informasi keuangan.
1. Sejarah BNI Syariah
BNI (Bank Negara Indonesia) adalah bank komersial tertua yang ada
di Indonesia. BNI atau PT Bank Negara Indonesia Tbk didirikan oleh
Bapak Margono Djojohadikusumo, beliau merupakan salah satu anggota
dari BPUPKI (Hamdani, 2016).
BNI pada awalnya didirikan dengan nama “Bank Negara Indonesia”
bertugas sebagai Bank sentral berdasarkan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang No. 2 tahun 1946 tanggal 5 Juli 1946.
Selanjutnya, berdasarkan Undang-Undang No. 17 tahun 1968, BNI
ditetapkan menjadi “Bank Negara Indonesia 1946”, dan statusnya
menjadi Bank Umum Milik Negara. Selanjutnya, berdasarkan UU No. 17
tahun 1968 tentang Bank Negara Indonesia 1946, BNI memiliki peran
sebagai bank yang diberi tugas untuk memperbaiki perekonomian rakyat
dan berpartisipasi dalam pembangunan nasional (Bank Negara Indonesia,
2019).
Dilatarbelakangi terjadinya krisis ekonomi dan moneter pada tahun
1998 dan keluarnya Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang
perubahan atas Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
yang isinya mengatur tentang peluang usaha syariah bagi bank
konvensional (Ikatan Bankir Indonesia, 2018). Pada tanggal 29 April
2000, didirikan Unit Usaha Syariah (UUS) dari BNI dengan 5 kantor
cabang yang tersebar di Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara dan
46
Banjarmasin. Selanjutnya UUS BNI terus berkembang menjadi 28
Kantor Cabang dan 31 Kantor Cabang Pembantu (BNI Syariah, 2019).
Dalam Corporate Plan UUS BNI tahun 2003 ditetapkan bahwa status
UUS bersifat sementara dan akan dilakukan spin off pada tahun 2009.
Rencana tersebut terlaksana pada tanggal 19 Juni 2010 dengan
beroperasinya BNI Syariah sebagai Bank Umum Syariah (BUS) setelah
mendapat Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor
12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 Mei 2010 mengenai pemberian izin
usaha kepada PT Bank BNI Syariah (BNI Syariah, 2019). Setelah
sebelumnya pendirian Perseroan telah ditetapkan berdasarkan Akta No.
160 dan telah disahkan melalui Surat Keputusan Menteri Hukum &
HAM Nomor: AHU-15574, AH.01.01 Tahun 2010, tanggal 25 Maret
2010 (Laporan Tahunan BNI Syariah, 2018).
Realisasi waktu spin off bulan Juni 2010 tidak terlepas dari faktor
eksternal berupa diterbitkannya peraturan UU No. 19 tahun 2008 tentang
Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dan UU No. 21 tahun 2008
tentang Perbankan Syariah. Selain itu, menguatnya komitmen dan
kesadaran Pemerintah terhadap pengembangan perbankan syariah juga
memperlancar proses spin off BNI syariah dari UUS menjadi BUS (BNI
Syariah, 2019).
2. Visi dan Misi BNI Syariah
a. Visi
Menjadi bank syariah pilihan masyarakat yang unggul dalam
layanan dan kinerja
b. Misi
1) Memberikan kontribusi positif kepada masyarakat dan peduli pada
kelestarian lingkungan.
2) Memberikan solusi bagi masyarakat untuk kebutuhan jasa
perbankan syariah.
3) Memberikan nilai investasi yang optimal bagi investor.
47
4) Menciptakan wahana terbaik sebagai tempat kebanggaan untuk
berkarya dan berprestasi bagi pegawai sebagai perwujudan ibadah.
5) Menjadi acuan tata kelola perusahaan yang amanah (BNI Syariah,
2019).
3. Produk BNI Syariah
a. Produk Simpanan
Adapun produk simpanan yang dimiliki oleh BNI Syariah adalah
sebagai berikut:
1) Tabungan BNI Ib Hasanah
2) Tabungan BNI Ib Hasanah Mahasiswa
3) Tabungan BNI Ib Hasanah (Pegawai/Anggota)
4) Tabungan BNI Ib Hasanah (Classic)
5) Tabungan BNI Ib Bisnis Hasanah
6) Tabungan BNI Ib Prima Hasanah
7) BNI Tabunganku Ib Hasanah
8) Tabungan BNI Ib Tapenas Hasanah
9) Tabungan BNI Tapenas Kolektif Ib Hasanah
10) Tabungan BNI Ib Baitullah Hasanah
11) Tabungan BNI Ib Tunas Hasanah
12) Tabungan Simple BNI Ib Hasanah
13) Tabungan BNI Ib Dollar Hasanah
14) BNI Giro Ib Hasanah
15) Deposito BNI Ib Hasanah
16) BNI Giro Investasi Terikat Ib Hasanah
17) BNI Deposito Investasi Terikat Ib Hasanah
b. Produk Pembiayaan Konsumen
Adapun produk pembiayaan konsumen yang dimiliki oleh BNI
Syariah adalah sebagai berikut:
1) Pembiayaan BNI Griya Ib Hasanah
48
2) Pembiayaan BNI Griya Musyarakah Mutanaqisah (Griya-MMQ)
Ib Hasanah
3) Pembiayaan BNI Oto Ib Hasanah
4) Pembiayaan Rahn Emas Ib Hasanah
5) Pembiayaan BNI Emas Ib Hasanah
6) Pembiayaan BNI Multiguna Ib Hasanah
7) Pembiayaan BNI Fleksi Ib Hasanah
8) Pembiayaan BNI Cash Collateral Financing Ib Hasanah
9) BNI Mikro 2 Ib Hasanah
10) BNI Rahn Mikro
11) BNI Mikro 3 Ib Hasanah
12) BNI Griya Swakarya Ib Hasanah
c. Produk Pembiayaan Komersial
Adapun produk pembiayaan komersial yang dimiliki oleh BNI
Syariah adalah sebagai berikut:
1) Pembiayaan BNI Wirausaha Ib Hasanah
2) Pembiayaan BNI Tunas Usaha Ib Hasanah
3) Pembiayaan BNI Linkage Program Ib Hasanah
4) Pembiayaan Koperasi Karyawan / Koperasi Pegawai Ib Hasanah
5) Pembiayaan Usaha KeciL Ib Hasanah
6) Pembiayaan Usaha Besar Ib Hasanah
7) Pembiayaan BNI Sindikasi Ib Hasanah
8) Pembiayaan Multifinance BNI Ib Hasanah
9) Pembiayaan BNI Griya Konstruksi Ib Hasanah
10) Anjak Piutang Ib Hasanah
11) Penjaminan Ib Hasanah
12) Pembiayaan Kepada Penyelenggara Haji Khusus Ib Hasanah
4. Jasa BNI Syariah
a. Jasa Bisnis & Keuangan
1) Transfer dan Lalu Lintas Giro (LLG)
49
2) RTGS
3) Surat Keterangan Bank (SKB)
4) Penerimaan Setoran
5) Transaksi Online
6) Modul Pembayaran Negara Generasi Kedua (MPN G2) melalui
ATM & Teller
7) Sistem Perbendaharaan Anggaran Negara (SPAN)
b. Kartu ATM / Debit
1) Hasanah Debit Silver
2) Hasanah Debit Gold
3) Zamrud Card
4) Kartu Haji dan Umroh Indonesia
5) Kartu Migran Hasanah
6) Tunas Card
7) Kartu Simpel iB
8) Hasanah Debit GPN
c. Jasa e-Banking
1) ATM BNI/BNI Syariah
2) Mobile Banking
3) Phone Banking
4) Internet Banking
5) SMS Banking
6) Hasanah Debit Inline (VCN)
d. Jasa Bisnis Internasional
1) Letter of Credit (L/C) Impor
2) Letter of Credit (L/C) Ekspor
e. Layanan Tresuri
1) Transaksi Forex Value Today maupun Spot
2) Transaksi Banknotes
50
f. Bancassurance In Branch
Aktivitas kerja sama antara Perusahaan dengan bank dalam rangka
memasarkan Produk Asuransi melalui Bank, dimana peran Bank
dalam melakukan pemasaran terbatas sebagai pemberi referensi dan
perantara dalam meneruskan informasi produk asuransi dari Asuradur
Syariah mitra Bank kepada nasabah atau menyediakan akses kepada
Asuradur Syariah untuk menawarkan produk asuransi kepada nasabah.
Produk yang ditawarkan:
1) Multiprolink
Merupakan produk perencanaan keuangan asuransi Unit Link
yang dikelola dengan prinsip syariah seperti kebutuhan rencana
Pendidikan Anak, Rencana Masa Depan, Rencana Pensiun,
Investasi, Haji/Umroh, dll.
2) Investalink
Perlindungan jiwa dan manfaat investasi bebas memilih pilihan
investasi pembayaran kontribusi sekaligus dikelola secara syariah
dan memberikan proteksi jiwa dan perencanaan keuangan bagi
nasabah dengan kontribusi sekali bayar, Sakinah Investa Link
dapat merencanakan keuangan seperti perencanaan hari tua,
perencanaan pendidikan, bahkan perencanaan haji dan umroh.
51
5. Struktur Organisasi
Adapun struktur organisasi kantor pusat BNI Syariah berdasarkan
SK Direksi No. KP/052/DIR/R tertanggal 2 Oktober 2018 adalah sebagai
berikut.
6. Laporan Keuangan
Data dalam penelitian ini menggunakan informasi yang tersaji di
dalam laporan keuangan bulanan dari tahun 2015 hingga tahun 2018.
Data yang penulis lampirkan adalah laporan laba rugi karena data yang
penulis gunakan dalam penelitian ini adalah pendapatan margin
murabahah yang mana data tersebut tersedia dalam laporan laba-rugi.
Berikut adalah laporan laba rugi BNI Syariah yang digunakan dalam
penelitian ini:
Gambar 4.1: Struktur Organisasi BNI Syariah
Sumber : BNI Syariah (2019)
52
Tabel 4.1: Laporan Laba Rugi Bulanan Desember 2015 – 2018 BNI Syariah
No. Pos-Pos 2015 2016 2017 2018
1 Pendapatan Penyaluran Dana 2,438,988 2,801,356 3,184,214 3,595,354
a. Rupiah 2,408,501 2,775,865 3,159,992 3,568,394
i. Pendapatan dari piutang 1,834,945 1,990,201 2,243,627 2,376,330
- Murabahah 1,741,998 1,880,995 2,084,831 2,205,795
- Istishna' - - - -
- Ujrah 92,947 109,206 158.796 170.535
ii. Pendapatan dari bagi hasil 295,164 406,598 464.890 615.774
- Mudharabah 139,302 151,781 139.156 123.307
- Musyarakah 155,862 254,817 325.734 492.467
iii. Lainnya 278,392 379,066 451.475 576.290
b. Valuta Asing 30,487 25,491 24.222 26.960
i. Pendapatan dari piutang 11,946 8,205 1.893 1.407
- Murabahah 11,946 8,205 1.893 1.407
- Istishna' - - - -
- Ujrah - - - -
ii. Pendapatan dari bagi hasil 13,228 11,954 10.420 6.290
- Mudharabah - - - -
- Musyarakah 13,228 11,954 10.420 6.290
iii. Lainnya 5,313 5,332 11.909 19.263
2 Bagi Hasil Untuk Pemilik Dana Investasi -/- 853,078 905,032 967.942 1.007.841
a. Rupiah 845,599 899,983 963.719 1.002.309
- Non profit sharing 845,599 899,983 963.719 1.002.309
- Profit sharing - - - -
b. Valuta asing 7,479 5,049 4.223 5.532
- Non profit sharing 7,479 5,049 4.223 5.532
- Profit sharing - - - -
3 Pendapatan setelah distribusi bagi hasil 1,585,910 1,896,324 2.216.272 2.587.513
B. Pendapatan dan Beban Operasional selain Penyaluran Dana
1 Pendapatan Operasional lainnya 137,829 159,368 214.789 274.976
a. Peningkatan nilai wajar aset keuangan 3,074 - - -
i. Surat Berharga - - - -
ii. Spot dan Forward 3,074 - - -
b. Keuntungan penjualan aset : - 6,576 15.950 31.778
i. Surat berharga - 6,576 15.950 31.778
ii. Aset ijarah - - - -
c. Keuntungan transaksi spot dan forward (realised) - 4,562 6.007 5.360
d. Pendapatan bank selaku mudharib dalam mudharabah muqayyadah - - - -
e. Keuntungan dari penyertaan dengan equity method - - - -
f. Dividen - - - -
g. Komisi/provisi/fee dan administrasi 90,156 87,307 102.143 113.568
h. Pemulihan atas cadangan kerugian penurunan nilai 39,769 51,663 80.465 111.843
i. Pendapatan lainnya 4,83 9,26 10.224 12.427
2 Beban Operasional lainnya 1,467,437 1,690,703 2.035.841 2.319.828
a. Beban bonus wadiah 610 - - -
b. Penurunan nilai wajar aset keuangan : - - - 112
i. Surat berharga - - - 112
ii. Spot dan Forward - - - -
c. Kerugian penjualan aset : - 4,631 - -
i. Surat berharga - 4,631 - -
ii. Aset ijarah - - - -
PENDAPATAN DAN BEBAN OPERASIONAL
A. Pendapatan dan Beban Operasional dari Penyaluran Dana
LAPORAN LABA RUGI DAN PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN
Periode Laporan Bulanan BNI Syariah Desember 2015 hingga Desember 2018
(Dalam Jutaan Rupiah)
53
Sumber : Laporan Keuangan Publikasi (Bulanan) PT Bank BNI Syariah (2015-2018)
d. Kerugian transaksi spot dan forward (realised) 362 606 246 127
e. Kerugian penurunan nilai aset keuangan (impairment) 234,458 375,9 699.668 607.401
i. Surat berharga 965 2,305 922 4.595
ii. Pembiayaan berbasis piutang 171,813 232,051 463.028 422.559
iii. Pembiayaan berbasis bagi hasil 61,144 139,605 233.762 179.308
iv. Aset keuangan lainnya 536 1,939 1.956 939
f. Kerugian terkait risiko operasional *) 15,332 8,2 5.436 4.866
g. Kerugian dari penyertaan dengan equity method - - - -
h. Komisi/provisi/fee dan administrasi - - - -
i. Kerugian penurunan nilai aset lainnya (non keuangan) - - - 48.029
j. Beban tenaga kerja 680,033 724,498 687.634 925.341
k. Beban promosi 76,357 79,459 75.074 78.321
l. Beban lainnya 460,285 497,409 567.783 655.631
3 Pendapatan (Beban) Operasional lainnya (1,329,608) (1,531,335) (1,821,052) (2,044,852)
LABA (RUGI) OPERASIONAL 256,302 364,989 395.220 542.661
1 Keuntungan (kerugian) penjualan aset tetap dan inventaris - (130) 30 452
2 Keuntungan (kerugian) penjabaran transaksi valuta asing 20,756 2,651 2.076 1.413
3 Pendapatan (beban) non operasional lainnya 19,35 5,687 11.524 5.818
LABA (RUGI) NON OPERASIONAL 40,106 8,208 13.630 7.683
LABA (RUGI) TAHUN BERJALAN 296,408 373,197 408.850 550.344
Pajak penghasilan 133.979
a. Taksiran pajak tahun berjalan 82,819 110,985 130.917 149.720
b. Pendapatan (beban) pajak tangguhan (6,074) (15,163) (28,177) 15.741
LABA (RUGI) TAHUN BERJALAN SETELAH PAJAK BERSIH 219,663 277,375 306.110 416.365
PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN
1 Pos-pos yang tidak akan direklasi�ka ke laba rugi - 4,692 (5,893) (17,053)
a. Keuntungan revaluasi aset tetap - - - -
b. Keuntungan (kerugian) aktuarial program imbalan pastic - 6,255 (5,893) (17,053)
c. Bagian pendapatan komprehensif lain dari entitas asosiasid - - - -
d. Lainnya - - - -
e. Pajak penghasilan terkait pos-pos
yang tidak akan direklasikasi ke laba rugi - (1,563) - -
2 Pos-pos yang akan direklasi�kasi ke laba rugi - (11,159) 26.144 (15,802)
a. Penyesuaian akibat penjabaran laporan keuangan dalam mata uang - - - -
b. Keuntungan (kerugian) dari perubahan nilai aset keuangan
dalam kelompok tersedia untuk dijual - (14,898) 26.144 (15,802)
c. Bagian efektif dari lindung nilai arus kas - - - -
d. Lainnya - - - -
e. Pajak penghasilan terkait pos-pos yang akan direklasikan ke laba rugi - 3,739 -
PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN TAHUN BERJALAN
SETELAH PAJAK - (6,467) 20.251 (32,855)
TOTAL LABA (RUGI) KOMPREHENSIF TAHUN BERJALAN 219,663 270,908 326.361 383.510
PENDAPATAN DAN BEBAN NON OPERASIONAL
54
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Pada subbab ini, penulis memaparkan data variabel yang akan dilakukan
pengujian, hasil pengujian analisis asumsi klasik, hasil pengujian analisis
regresi linier dan pembuktian hipotesis/penafsiran data hasil pengujian
dengan berdasarkan pada hasil penelitian terdahulu dan teori yang relevan.
1. Tingkat Pendapatan Margin Murabahah
Berikut data bulanan pendapatan margin murabahah yang penulis
dapat dari laporan keuangan publikasi bulanan PT. Bank BNI Syariah
dari periode tahun 2015 hingga 2018.
Tabel 4.2 : Tingkat Pendapatan Margin Murabahah
Bulan Pendapatan Margin Murabahah
(Dalam Jutaan Rupiah)
2015-04 Rp 143.719
2015-05 Rp 147.617
2015-06 Rp 144.081
2015-07 Rp 151.042
2015-08 Rp 151.267
2015-09 Rp 149.580
2015-10 Rp 146.764
2015-11 Rp 147.944
2015-12 Rp 151.369
2016-01 Rp 154.732
2016-02 Rp 152.341
2016-03 Rp 149.796
2016-04 Rp 151.267
2016-05 Rp 158.047
2016-06 Rp 154.379
2016-07 Rp 156.034
2016-08 Rp 156.907
2016-09 Rp 152.486
2016-10 Rp 166.063
2016-11 Rp 168.306
2016-12 Rp 168.842
2017-01 Rp 172.464
2017-02 Rp 170.124
2017-03 Rp 171.664
2017-04 Rp 170.648
55
2017-05 Rp 173.769
2017-06 Rp 178.871
2017-07 Rp 176.073
2017-08 Rp 185.286
2017-09 Rp 176.920
2017-10 Rp 160.284
2017-11 Rp 171.348
2017-12 Rp 179.273
2018-01 Rp 186.173
2018-02 Rp 184.496
2018-03 Rp 179.927
2018-04 Rp 180.055
2018-05 Rp 180.841
2018-06 Rp 183.630
2018-07 Rp 185.330
2018-08 Rp 186.198
2018-09 Rp 182.774
2018-10 Rp 185.891
2018-11 Rp 184.419
2018-12 Rp 188.468
Berdasarkan tabel 4.2 di atas, tingkat pendapatan margin murabahah
BNI Syariah dari tahun 2015 hingga tahun 2018 mengalami peningkatan.
Walaupun BNI Syariah mengalami peningkatan pendapatan margin
murabahah setiap tahunnya, namun pendapatan perbulannya tidak selalu
menunjukkan peningkatan. Ada terdapat beberapa bulan yang
menunjukkan pendapatan margin murabahah BNI Syariah mengalami
penurunan.
2. Inflasi, Suku Bunga Bank Indonesia dan Nilai Tukar Rupiah
Berikut data inflasi, suku bunga Bank Indonesia dan nilai tukar
rupiah yang penulis dapat dari berbagai macam sumber seperti pada
website resmi Badan Pusat Statistik, website resmi Bank Indonesia dan
website resmi data negara.
56
Tabel 4.3 : Inflasi, Suku Bunga Bank Indonesia dan Nilai Tukar Rupiah
Bulan Inflasi Suku Bunga Nilai Tukar
2015-04 6,79% 7,5% Rp 12.937
2015-05 7,15% 7,5% Rp 13.211
2015-06 7,26% 7,5% Rp 13.332
2015-07 7,26% 7,5% Rp 13.481
2015-08 7,18% 7,5% Rp 14.027
2015-09 6,83% 7,5% Rp 14.667
2015-10 6,25% 7,5% Rp 13.639
2015-11 4,89% 7,5% Rp 13.840
2015-12 3,35% 7,5% Rp 13.795
2016-01 4,14% 7,25% Rp 13.846
2016-02 4,42% 7% Rp 13.395
2016-03 4,45% 6,75% Rp 13.276
2016-04 3,6% 6,75% Rp 13.204
2016-05 3,33% 6,75% Rp 13.615
2016-06 3,45% 6,5% Rp 13.180
2016-07 3,21% 6,5% Rp 13.094
2016-08 2,79% 5,25% Rp 13.300
2016-09 3,07% 5% Rp 12.998
2016-10 3,31% 4,75% Rp 13.051
2016-11 3,58% 4,75% Rp 13.563
2016-12 3,02% 4,75% Rp 13.436
2017-01 3,49% 4,75% Rp 13.343
2017-02 3,83% 4,75% Rp 13.347
2017-03 3,61% 4,75% Rp 13.321
2017-04 4,17% 4,75% Rp 13.327
2017-05 4,33% 4,75% Rp 13.321
2017-06 4,37% 4,75% Rp 13.319
2017-07 3,88% 4,75% Rp 13.323
2017-08 3,82% 4,5% Rp 13.351
2017-09 3,72% 4,25% Rp 13.492
2017-10 3,58% 4,25% Rp 13.572
2017-11 3,3% 4,25% Rp 13.514
2017-12 3,61% 4,25% Rp 13.548
2018-01 3,25% 4,25% Rp 13.413
2018-02 3,18% 4,25% Rp 13.707
2018-03 3,4% 4,25% Rp 13.756
2018-04 3,41% 4,25% Rp 13.877
57
2018-05 3,23% 4,75% Rp 13.951
2018-06 3,12% 5,25% Rp 14.404
2018-07 3,18% 5,25% Rp 14.413
2018-08 3,2% 5,5% Rp 14.711
2018-09 2,88% 5,75% Rp 14.929
2018-10 3,16% 5,75% Rp 15.227
2018-11 3,23% 6% Rp 14.339
2018-12 3,13% 6% Rp 14.481
Berdasarkan tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa tingkat inflasi
yang terjadi di Indonesia setiap bulannya dari tahun 2015 hingga 2018
berada di titik inflasi ringan karena tingkat inflasi yang terjadi masih
berada di bawah 10%. Bahkan dari tabel tersebut menunjukkan pada
setahun terakhir inflasi tetap mengalami kestabilan ditingkat tiga
persenan.
Adapun tingkat suku bunga Bank Indonesia dari tahun 2015 hingga
2018 awal cenderung mengalami penurunan, sedangkan pada
pertengahan hingga akhir tahun 2018 suku bunga Bank Indonesia
mengalami perlonjakan hingga mencapai 6%, yang mana menaiknya
suku bunga ini secara drastis berdampak pada pula pada nilai tukar
rupiah yang semakin menurun.
Berdasarkan tabel 5 di atas, nilai tukar rupiah dari tahun 2015 hingga
pertengahan tahun 2018 stabil berada di sekitaran harga 13.000-an
walaupun beberapa kali mengalami kenaikan dan penurunan. Namun,
dari pertengahan hingga akhir tahun 2018, nilai tukar rupiah semakin
mengalami penurunan yang mana rupiah berada pada sekitaran harga
14.000-an.
58
3. Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan pengambilan kesimpulan dari analisis regresi
linier, terdapat beberapa persyaratan asumsi yang terlebih dahulu harus
dipenuhi. Adapun persyaratan analisis yang harus dipenuhi adalah asumsi
normalitas, asumsi heteroskedastisitas, asumsi multikolinier dan asumsi
autokorelasi (Baroroh, 2013, p. 5&20).
3.1 Uji Normalitas
Dalam metode analisis regresi, kenormalan data begitu
diperlukan. Metode Kolmogorov-Smirnov merupakan salah satu
metode yang digunakan untuk pengujian kenormalan data (Baroroh,
2013, p. 6). Berikut hasil pengujian statistik asumsi klasik uji
normalitas data.
Tabel 4.4 : Hasil Uji Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 45
Normal Parametersa,b
Mean ,0000000
Std. Deviation 6131,90298568
Most Extreme Differences
Absolute ,146
Positive ,091
Negative -,146
Kolmogorov-Smirnov Z ,980
Asymp. Sig. (2-tailed) ,292
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Data sekunder yang diolah
Berdasarkan tabel output spss di atas, diketahui bahwa nilai
signifikansi Asmp. Sig (2-tailed) sebesar 0,292 yang mana nilai
tersebut lebih besar dari 0.05. Menurut dasar pengambilan keputusan
dalam uji normalitas Kolmogorov-smirnov apabila data lebih besar
dari 0.05 atau 5 % maka data disimpulkan berdistribusi normal.
59
Adapun juga jika dilihat dari diagram scatter uji normalitas, dapat
diketahui bahwa penyebaran titik-titik data variabel berada pada
sekitaran garis lurus diagonal. Hal tersebut menunjukkan bahwa data
variabel penelitian sudah memenuhi asumsi normalitas.
Gambar 4.2 : Scatter Grafik Uji Normalitas
Sumber : Data sekunder yang diolah
3.2 Uji Heteroskedastisitas
Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode analisis uji
glejser untuk melakukan uji heteroskedastisitas. Berikut hasil
statistik asumsi klasik uji heteroskedastisitas.
Tabel 4.5 : Hasil Uji Heteroskedastisitas
Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -4845.536 17460.364 -.278 .783
Inflasi 551.855 681.108 .171 .810 .422
Suku Bunga Bank Indonesia -940.896 729.981 -.271 -1.289 .205
Nilai Tukar Rupiah .897 1.275 .112 .704 .486
a. Dependent Variable: Abs_RES
Sumber : Data sekunder yang diolah
Berdasarkan hasil uji statistik heteroskedastisitas dengan
menggunakan uji glejser di atas, nilai signifikansi variabel inflasi,
suku bunga dan nilai tukar rupiah adalah 0,422, 0,205, dan 0,486
60
yang mana nilai tersebut lebih besar dibanding 5% atau 0,05.
Menurut ketetapan uji glejser, apabila nilai signifikansi lebih besar
dari 5% atau 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut tidak
terjadi gejala heteroskedastisitas dalam mode regresi.
3.3 Uji Multikolinier
Untuk mendeteksi adanya suatu kolinier pada data dapat dilihat
dari hasil VIF atau Variance Inflation Factors dan nilai tolerance-
nya (Baroroh, 2013, p. 7). Berikut hasil pengujian asumsi klasik uji
multikolinier.
Tabel 4.6 : Hasil Uji Multikolinier Data
Sumber : Data sekunder yang diolah
Berdasarkan hasil uji multikolinier di atas, diketahui bahwa nilai
Tolerance untuk variabel inflasi, suku bunga dan nilai tukar rupiah
adalah 0,521, 0,529 dan 0,924 yang mana nilai tersebut lebih besar
dari 0,10. Adapun nilai VIF untuk variabel inflasi, suku bunga dan
nilai tukar rupiah adalah 1,919, 1,889 dan 1,082 yang mana nilai
tersebut lebih kecil dari 10,00. Menurut pedoman pengambilan
keputusan uji multikolinier maka data tersebut tidak terjadi
multikolinier dalam model regresi.
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardize
d
Coefficients t Sig.
Collinearity
Statistiks
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) 34803,926 25448,836 1,368 ,179
Inflasi -723,526 992,729 -,066 -,729 ,470 ,521 1,919
Suku Bunga Bank
Indonesia
-8800,669 1063,961 -,745 -8,272 ,000 ,529 1,889
Nilai Tukar
Rupiah
13,552 1,859 ,497 7,290 ,000 ,924 1,082
a. Dependent Variable: Pendapatan Margin Murabahah
61
3.4 Uji Autokorelasi
Pada pengujian asumsi klasik uji autokorelasi, penulis
menggunakan uji run test. Berikut hasil pengujian statistik untuk uji
autokorelasi.
Tabel 4.7 : Hasil Uji Autokorelasi Data
Runs Test
Unstandardized Residual
Test Valuea 60,18341
Cases < Test Value 22
Cases >= Test Value 23
Total Cases 45
Number of Runs 17
Z -1,807
Asymp. Sig. (2-tailed) ,071
a. Median
Sumber : Data sekunder yang diolah
Berdasarkan hasil pengujian autokorelasi dengan menggunakan
uji run test di atas, diketahui bahwa nilai Asymp. Sig. (2 tailed)
sebesar 0.071 yang mana nilai tersebut lebih besar dari 5% atau 0,05.
Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala atau masalah
autokorelasi.
4. Analisis Regresi Linear Berganda
Berikut hasil analisis regresi linier yang telah dilakukan oleh penulis.
4.1 Uji Koefisien Determinasi
Uji koefisien determinasi adalah pengujian yang bertujuan untuk
mengukur dan mengkalkulasi kemampuan variabel bebas dalam
menjelaskan keragaman variabel terikat (Baroroh, 2013, p. 5). Dari
tabel Model Summary, didapat nilai koefisien determinasinya
(Adjusted R Square) sebesar 0,811. Hal tersebut menunjukkan bahwa
kemampuan variabel inflasi, suku bunga Bank Indonesia dan nilai
62
tukar rupiah dapat menerangkan variabel pendapatan margin
murabahah sebesar 81,1% dan masih terdapat 18,9% dijelaskan
oleh faktor-faktor lain yang tidak terdapat dalam model penelitian
ini.
Tabel 4.8 : Hasil regresi linier – Uji koefisien determinasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,908a ,824 ,811 6352,281
a. Predictors: (Constant), Nilai Tukar Rupiah, Suku Bunga Bank Indonesia,
Inflasi
b. Dependent Variable: Pendapatan Margin Murabahah
Sumber : Data sekunder yang diolah
4.2 Uji T
Berdasarkan tabel coefficients pada tabel 12, didapat model
persamaan regresinya adalah sebagai berikut:
Y = 34803,926 - 723,526X1 - 8800,669X2 + 13,552X3 + e (2)
Variabel Y merupakan pendapatan margin murabahah BNI
Syariah, variabel X1 adalah tingkat inflasi, variabel X2 adalah
tingkat suku bunga Bank Indonesia dan variabel X3 adalah nilai
tukar rupiah. Pada persamaan regresi tersebut menunjukkan hasil
sebagai berikut:
a. Koefisien regresi inflasi sebesar (723,526) menggambarkan
bahwa setiap terjadi kenaikan satu satuan inflasi maka akan
menurunkan pendapatan margin murabahah sebesar 723,526
satuan dan begitu pula sebaliknya. Nilai tersebut menunjukkan
bahwa variabel inflasi memiliki pengaruh negatif terhadap
pendapatan margin murabahah.
63
b. Koefisien regresi suku bunga Bank Indonesia sebesar (8800,669)
menggambarkan bahwa setiap terjadi kenaikan satu satuan suku
bunga Bank Indonesia maka akan menurunkan pendapatan
margin murabahah sebesar 8800,669 satuan dan begitu pula
sebaliknya. Nilai tersebut menunjukkan bahwa variabel suku
bunga Bank Indonesia memiliki pengaruh negatif terhadap
pendapatan margin murabahah.
c. Koefisien regresi nilai tukar rupiah sebesar 13,552
menggambarkan bahwa setiap terjadi kenaikan satu satuan nilai
tukar rupiah maka akan meningkatkan pendapatan margin
murabahah sebesar 13,552 satuan dan begitu pula sebaliknya.
Nilai tersebut menunjukkan bahwa variabel nilai tukar rupiah
memiliki pengaruh positif terhadap pendapatan margin
murabahah.
5. Uji Hipotesis
5.1 Uji F (Uji Simultan)
Pada bab 2 sebelumnya, penulis mengajukan hipotesis terkait
kesimultanan variabel bebas terhadap variabel terikat pada penelitian
ini. Adapun hipotesis tersebut adalah sebagai berikut.
H1 : Inflasi, suku bunga Bank Indonesia dan nilai tukar rupiah
secara bersama-sama tidak memiliki pengaruh terhadap
penerimaan pendapatan margin murabahah pada BNI Syariah.
Tabel 4.9 : Hasil Uji F (Uji Simultan)
Sumber : Data sekunder yang diolah
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 7743205304,375 3 2581068434,792 63,965 ,000b
Residual 1654410305,937 41 40351470,877
Total 9397615610,311 44
a. Dependent Variable: Pendapatan Margin Murabahah
b. Predictors: (Constant), Nilai Tukar Rupiah, Suku Bunga Bank Indonesia, Inflasi
64
Berdasarkan hasil uji F di atas menunjukkan bahwa nilai F-
hitung sebesar 63,965 > F-tabel sebesar 3,22 dan nilai sign yang
lebih kecil dari α 5% (0,000 < 0,05). Hasil tersebut menunjukkan
bahwa inflasi, suku bunga Bank Indonesia dan nilai tukar rupiah
memiliki pengaruh secara simultan terhadap pendapatan margin
murabahah dengan begitu hipotesis H1 tidak terbukti atau ditolak.
5.2 Uji T (Uji Parsial)
Pada bab 2 sebelumnya, penulis mengajukan hipotesis terkait
pengaruh secara parsial variabel bebas terhadap variabel terikat pada
penelitian ini. Adapun hipotesis tersebut adalah sebagai berikut.
Inflasi dan pendapatan murabahah:
H2 : Inflasi tidak memiliki pengaruh terhadap penerimaan
pendapatan margin murabahah pada BNI Syariah.
Suku bunga Bank Indonesia dan pendapatan murabahah:
H3 : Suku bunga Bank Indonesia tidak memiliki pengaruh terhadap
penerimaan pendapatan margin murabahah pada BNI Syariah.
Nilai tukar Rupiah dan pendapatan margin murabahah:
H4 : Nilai tukar rupiah tidak memiliki pengaruh terhadap
penerimaan pendapatan margin murabahah pada BNI Syariah.
Tabel 4.10 : Hasil Uji T (Uji Parsial)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 34803,926 25448,836 1,368 ,179
Inflasi -723,526 992,729 -,066 -,729 ,470
Suku Bunga Bank Indonesia -8800,669 1063,961 -,745 -8,272 ,000
Nilai Tukar Rupiah 13,552 1,859 ,497 7,290 ,000
a. Dependent Variable: Pendapatan Margin Murabahah
Sumber: Data sekunder yang diolah
65
Uji T merupakan pengujian untuk mengetahui variabel bebas apa
saja yang mempengaruhi variabel terikat (Baroroh, 2013, p. 3).
Berdasarkan tabel hasil uji parsial yang di atas, didapat hasil sebagai
berikut:
a. Variabel inflasi memiliki nilai t-hitung sebesar (0,729) < t-tabel
sebesar 2,01954 dan nilai signifikan sebesar 0,470 > α 0,05. Hal
tersebut menunjukkan bahwa variabel inflasi tidak mempengaruhi
pendapatan margin murabahah secara parsial, dengan begitu
hipotesis H2 terbukti benar dan diterima.
b. Variabel suku bunga Bank Indonesia memiliki nilai t-hitung
sebesar (8,272) > t-tabel sebesar 2,01954 dan nilai signifikan
sebesar 0,000 < α 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel
suku bunga Bank Indonesia memiliki pengaruh pada pendapatan
margin murabahah secara parsial, dengan begitu hipotesis H3
tidak terbukti dan ditolak
c. Variabel nilai tukar rupiah memiliki nilai t-hitung sebesar 7,290 >
t-tabel sebesar 2,01954 dan nilai signifikan sebesar 0,000 < α
0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel nilai tukar rupiah
memiliki pengaruh pada pendapatan margin murabahah secara
parsial, dengan begitu hipotesis H4 tidak terbukti dan ditolak
6. Diskusi Hasil Penelitian
Berdasarkan pembahasan pada subbab sebelumnya, dapat diketahui
bahwa data dalam penelitian ini telah lolos pengujian asumsi klasik,
sehingga pengujian data dapat dilanjutkan ke tahap analisis pengujian
regresi linier berganda. Dari hasil pengujian simultan (Uji F) diperoleh
kesimpulan bahwa semua variabel independen yakni variabel inflasi,
suku bunga Bank Indonesia dan nilai tukar rupiah berpengaruh secara
bersama-sama (simultan) terhadap pendapatan margin murabahah BNI
Syariah.
66
Adapun menurut hasil pengujian parsial (Uji T), dapat diketahui
bahwa variabel inflasi tidak memiliki pengaruh terhadap variabel
pendapatan margin murabahah BNI Syariah, sedangkan variabel suku
bunga Bank Indonesia memiliki pengaruh secara signifikan terhadap
pendapatan margin murabahah BNI Syariah. Berikut adalah
pemaparannya:
a. Pengaruh Inflasi terhadap Pendapatan Margin Murabahah BNI
Syariah
Berdasarkan hasil analisis regresi yang didapat, diketahui bahwa
koefisien regresi variabel inflasi bertanda negatif dengan nilai t-
hitungnya sebesar (0,729) berada di bawah nilai t-tabelnya sebesar
2,01954. Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara parsial, Inflasi
tidak berpengaruh signifikan dan negatif terhadap pendapatan
margin murabahah BNI Syariah.
Hasil yang didapat tersebut sejalan dengan hasil dari penelitian
yang dilakukan oleh Wahyudi (2017) yang menemukan bahwa
tingkat inflasi tidak memberikan pengaruh pada margin murabahah
bank syariah dan dengan adanya hubungan yang negatif berarti
setiap adanya kenaikan satu poin inflasi dapat mengakibatkan
terjadinya penurunan margin murabahah sebesar 0,43%. Begitu pula
dengan penelitian yang dilakukan oleh Zaenuri (2012) yang
menyebutkan bahwa tidak ditemukannya pengaruh yang signifikan
antara inflasi dengan margin murabahah.
Menurut Suseno & Astiyah (2009)., inflasi adalah suatu kondisi
naiknya harga-harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus
yang terjadi secara sengaja atau pun secara alami. meningkatnya satu
atau dua barang saja belum dapat dikatakan sebagai inflasi, karena
inflasi menggambarkan kenaikan harga pada sejumlah besar barang
dan jasa yang dipergunakan (atau dikonsumsi) dalam suatu
perekonomian.
67
Adapun kondisi tingkat inflasi yang terjadi di Indonesia saat ini
setiap bulannya, dimulai dari tahun 2015 hingga 2018. Stabil berada
di titik inflasi ringan karena tingkat inflasi yang terjadi masih berada
di bawah 10%. Tingkat inflasi tersebut masih digolongkan sebagai
inflasi yang relatif wajar. Dalam penelitian ini, inflasi tidak
mempengaruhi pendapat margin murabahah, hal tersebut
menunjukkan naik turunnya tingkat inflasi di Indonesia namun tetap
stabil ditingkat <10% tidak mempengaruhi minat masyarakat dalam
melakukan pembiayaan murabahah di BNI Syariah sehingga hal
tersebut juga berimbas pada pendapatan margin murabahah yang
diterima oleh BNI Syariah juga tidak terpengaruh oleh inflasi.
Menurut Azmi (2015, p. 67), dalam pembiayaan murabahah,
pihak nasabah dan pihak bank syariah melakukan kesepakatan baik
mengenai jangka waktu angsuran pembiayaan, harga pokok dan
margin keuntungan yang diterima oleh pihak bank syariah. Selain
itu, dalam pembiayaan murabahah juga jumlah angsuran akan
selalu tetap selama jangka waktu pembiayaan selesai sehingga
walaupun terjadi inflasi hal tersebut tidak akan mempengaruhi
pembiayaan dan pendapatan margin murabahah bank syariah.
Adapun menurut Rosanna dalam Swandayani &
Kusumaningtias (2012, p. 159), masyarakat lebih memilih perbankan
syariah dibanding perbankan konvensional pada saat terjadi inflasi
yang tinggi. Adanya kejadian historis berupa krisis moneter yang
terjadi pada tahun 1997 dimungkinkan sebagai salah satu faktor
masyarakat lebih memilih bank syariah dibanding konvensional,
yang mana tingkat inflasi begitu melonjak tinggi pada saat itu yang
mengakibatkan banyak bank konvensional mengalami krisis akibat
penerapan tingkat bunga yang terlalu tinggi sebagai upaya
penyeimbangan laju inflasi serta untuk menarik minat nasabah untuk
tetap menempatkan dananya di bank, akibat hal tersebut bank tidak
mempu mengembalikan dana nasabah yang disimpan di bank karena
68
banyaknya masyarakat yang tidak mampu melunasi angsuran
pinjaman kredit sekaligus dengan bunganya yang juga bertambah.
Namun demikian, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Adi (2013) yang menyebutkan bahwa
inflasi memiliki pengaruh yang negatif namun tidak signifikan
terhadap margin pendapatan murabahah. Begitu pula dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Sumarna (2018) yang menyebutkan
bahwa inflasi memiliki pengaruh terhadap tingkat margin
pembiayaan murabahah.
Menurut hasil penelitian Setya (2013, p. 168), inflasi
berpengaruh negatif signifikan pada margin murabahah.
Meningkatnya inflasi akan berakibat pada meningkatnya biaya
produksi sehingga harga barang dan jasa juga turut akan menjadi
mahal. Hal tersebut berdampak pada menurunnya daya beli
masyarakat sehingga keterkaitannya pada bank syariah salah satunya
adalah menurunnya permintaan pembiayaan murabahah.
Menurunnya permintaan masyarakat terhadap pembiayaan
murabahah juga berakibat menurunnya pendapatan margin
murabahah bank syariah.
Seperti halnya hasil penelitian dari Setya, hasil penelitian
Kurniardy (2014, p. 7) juga menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh
negatif terhadap total pendapatan murabahah. Menurut Kurniardy,
merujuk pada salah satu teori inflasi yang mana banyaknya uang
yang beredar di masyarakat merupakan salah satu penyebab
terjadinya inflasi, sehingga menyebabkan daya beli uang tersebut
menjadi turun dan menyebabkan harga barang di masyarakat
menjadi naik. Adapun hubungannya dengan pendapatan murabahah
pada bank syariah adalah saat terjadi kenaikan inflasi, maka harga
barang menjadi naik sehingga mengakibatkan turunnya peminat
pembiayaan murabahah pada bank syariah karena adanya pemikiran
masyarakat yang beranggapan bahwa harga yang akan dibeli dengan
69
pembiayaan murabahah di bank syariah nanti juga akan semakin
naik.
b. Pengaruh Suku Bunga Bank Indonesia terhadap Pendapatan Margin
Murabahah BNI Syariah
Berdasarkan hasil analisis regresi yang didapat, diketahui bahwa
koefisien regresi variabel suku bunga Bank Indonesia bertanda
negatif dengan nilai t-hitungnya sebesar (8,272) berada di atas nilai
t-tabelnya sebesar 2,01954. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
secara parsial, suku bunga Bank Indonesia memiliki pengaruh
negatif signifikan terhadap pendapatan margin murabahah BNI
Syariah.
Hasil yang didapat tersebut sejalan dengan hasil dari penelitian
yang dilakukan oleh Adi (2013, p. 105) yang menyebutkan bahwa
secara parsial, BI Rate berpengaruh negatif terhadap pendapatan
murabahah bank syariah. Begitu pula dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Zaenuri (2012, p. 66) yang menemukan bahwa nilai
koefisien variabel BI Rate adalah -0,0238, hal tersebut menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang negatif antara BI Rate dengan margin
murabahah. Ini berarti apabila terjadi peningkatan satu poin pada BI
Rate maka akan menurunkan 2,38% tingkat margin murabahah.
Adapun menurut Jihad & Hosen (2009, p. 109), suku bunga
memiliki pengaruh negatif terhadap terhadap pembiayaan
murabahah, yang mana apabila suku bunga mengalami peningkatan
maka akan terjadi penurunan jumlah pembiayaan murabahah bank
syariah. Apabila terjadi penurunan jumlah pembiayaan murabahah,
hal tersebut juga berdampak pada menurunnya pendapatan margin
murabahah yang diterima oleh bank syariah.
Begitu pula dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurlan
(2014, p. 65) yang juga menemukan bahwa BI Rate memiliki
hubungan yang negatif dan signifikan terhadap perkembangan
70
pembiayaan produktif. Menurut Nurlan, BI Rate tidak hanya
mempengaruhi tingkat suku bunga pada bank konvensional tetapi
juga bagi hasil dan margin pembiayaan pada bank syariah. BI Rate
dijadikan patokan oleh bank syariah dalam melakukan perhitungan
awal estimasi pendapatan dan akan berpengaruh pada besaran nisbah
atau bagi hasil bank. Pada akad murabahah, BI Rate menjadi
patokan dalam meningkatkan atau menurunkan tingkat margin
karena pada dasarnya bank syariah memperhatikan kondisi pasar dan
BI Rate menjadi tolak ukur pasar bank syariah.
Ketika nasabah berniat mengambil kredit pada bank, mereka
tidak hanya memperhatikan tingkat suku bunga pada bank
konvensional tetapi juga memperhatikan berapa bagi hasil atau
margin yang akan dibeban oleh pihak bank syariah. Berdasarkan
teori yang diusung oleh Sir Jhon R. Hicks, tinggi rendahnya tingkat
suku bunga mempengaruhi besar kecilnya tingkat kredit di bank
konvensional dan pembiayaan di bank syariah. Jadi ketika suku
bunga dalam kondisi rendah, masyarakat akan mengambil
kredit/pembiayaan pada bank konvensional atau bank syariah dan
apabila suku bunga naik, maka masyarakat cenderung menanamkan
dananya di bank (Nurlan, 2014, p. 48).
Namun demikian, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Wahyudi (2017, p. 129) yang
menemukan bahwa BI Rate memiliki pengaruh positif signifikan
terhadap margin murabahah bank syariah. Menurut Wahyudi, belum
adanya aturan bagi bank syariah di Indonesia dalam penentuan
margin murabahah, menjadikan suku bunga Bank Indonesia atau BI
Rate sebagai rujukan oleh bank syariah dalam penetapan margin
murabahah. Selain itu, persaingan usaha juga menjadi alasan bank
syariah menjadikan BI Rate sebagai rujukan dalam menentukan
margin sebab apabila margin bank syariah lebih besar dibanding
suku bunga yang berlaku maka nasabah lebih memilih bank lain,
71
namun apabila margin yang ditetapkan di bawah suku suku bunga
maka bank syariah akan kalah dalam persaingan dengan bank lain.
Menurut Permana (2014, p. 14&16), Kenaikan BI Rate akan
berpengaruh signifikan terhadap sektor keuangan khususnya dunia
perbankan, yang mana berdasarkan beberapa hasil penelitian
kenaikan BI Rate juga menyebabkan terjadinya kenaikan bunga
pinjaman (kredit). Menurut Ali & Miftahurrohman (2016, p. 41),
suku bunga kredit berpengaruh positif terhadap pembiayaan
murabahah, yang mana apabila terjadi kenaikan suku bunga kredit
maka juga berdampak naiknya volume pembiayaan murabahah bank
syariah. Hal tersebut dikarenakan nasabah akan beralih mencari
sumber kredit lainnya ketika terjadi kenaikan suku bunga kredit bank
umum, misalnya beralih pada sistem pembiayaan bank syariah, salah
satunya pembiayaan murabahah yang memiliki skema yang mirip
dengan kredit di bank konvensional. Sehingga dapat dikatakan
pembiayaan murabahah bank syariah dan kredit bank konvensional
memiliki hubungan substitusi.
c. Pengaruh Nilai Tukar Rupiah terhadap Pendapatan Margin
Murabahah BNI Syariah
Berdasarkan hasil analisis regresi yang didapat, diketahui bahwa
koefisien regresi variabel nilai tukar rupiah bertanda positif dengan
nilai t-hitungnya sebesar 7,290 berada di atas nilai t-tabelnya sebesar
2,01954. Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara parsial, nilai
tukar rupiah memiliki pengaruh positif signifikan terhadap
pendapatan margin murabahah BNI Syariah.
Hasil yang didapat tersebut sejalan dengan hasil dari penelitian
yang dilakukan oleh Sumarna (2018, p. 106), yang menyebutkan
bahwa secara variabel nilai tukar rupiah secara parsial berpengaruh
signifikan positif terhadap tingkat margin pembiayaan murabahah.
Hal tersebut menunjukkan bahwa apabila terjadi kenaikkan nilai
72
tukar rupiah maka variabel margin murabahah juga mengalami
kenaikan.
Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Angraini
(2016) dan Permatasari (2017), yang mana hasil penelitian mereka
menunjukkan bahwa bahwa nilai tukar (kurs) berpengaruh positif
signifikan terhadap pembiayaan murabahah.
Menurut Angraini (2016, p. 82), nilai tukar rupiah berpengaruh
terhadap pembiayaan pada bank syariah. Keuntungan yang didapat
dari hasil investasi rill akan ditentukan dari nilai tukar mata uang.
Turunnya nilai mata uang domestik mengakibatkan daya beli dari
pendapatan/keuntungan modal yang diperoleh dari jenis investasi
apapun juga akan berkurang.
Adapun menurut Hidayati (2014, p. 92), apabila nilai tukar rupiah
meningkat terhadap mata uang asing, maka harga barang impor akan
menurun. Menurunnya harga-harga tersebut meningkatkan potensi
perekonomian di sektor rill. Meningkatnya perekonomian di sektor
rill akan mendorong masyarakat melakukan investasi pada sektor
tersebut sehingga membuat pendapatan dan profitabilitas perbankan
menjadi meningkat.
Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Badruzzaman (2018, p. 79), yang menunjukkan bahwa nilai tukar
rupiah tidak memiliki pengaruh terhadap pembiayaan murabahah.
Menurut Badruzzaman, transaksi pembiayaan murabahah bank
syariah umumnya dilakukan dalam mata uang rupiah, dan tidak ada
sangkut pautnya terhadap dollar AS,sehingga hal tersebut membuat
nilai tukar rupiah tidak memiliki pengaruh terhadap pembiayaan
murabahah bank syariah. Tidak adanya hubungan antara nilai tukar
rupiah dengan pembiayaan murabahah juga menunjukkan bahwa
nilai tukar rupiah tidak memiliki hubungan dengan pendapatan
margin murabahah bank syariah.
73
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisa data yang telah dijabarkan penulis pada bab
sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Variabel inflasi, suku bunga Bank Indonesia dan nilai tukar Rupiah secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan margin murabahah
pada BNI Syariah selama periode penelitian. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa hipotesis H1 tidak terbukti atau ditolak.
2. Variabel inflasi secara parsial tidak memiliki pengaruh terhadap
pendapatan margin murabahah pada BNI Syariah selama periode
penelitian. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis H2 terbukti benar
dan diterima. Adanya kesepakatan antara nasabah dengan pihak bank
syariah dalam skema pembiayaan murabahah seperti jangka waktu
angsuran pembiayaan, harga pokok dan margin keuntungan serta jumlah
angsuran yang selalu tetap, tidak memberatkan nasabah dalam melakukan
pembiayaan murabahah walaupun kondisi perekonomian sedang terjadi
peningkatan inflasi.
3. Variabel suku bunga Bank Indonesia secara parsial memiliki pengaruh
signifikan terhadap pendapatan margin murabahah BNI Syariah selama
periode penelitian. Hasil tersebut membuktikan bahwa hipotesis H3 tidak
terbukti dan ditolak. Belum adanya pedoman khusus bagi perbank syariah
dalam menetapkan besaran margin atau bagi hasil bank, membuat bank
syariah menjadikan suku bunga Bank Indonesia sebagai patokan dalam
menentukan analisa estimasi pendapatan yang akan berpengaruh pada
besaran margin atau bagi hasil pada bank syariah. Selain itu, adanya
kecenderungan masyarakat ketika tingkat suku bunga Bank Indonesia
sedang mengalami penurunan memilih untuk melakukan
74
kredit/pembiayaan pada bank, kemudian menanamkan atau
menyimpankan dananya di bank ketika tingkat suku bunga Bank Indonesia
sedang mengalami kenaikan.
4. Variabel nilai tukar rupiah secara parsial memiliki pengaruh signifikan
terhadap pendapatan margin murabahah pada BNI Syariah selama periode
penelitian. Hasil tersebut membuktikan bahwa hipotesis H4 tidak terbukti
dan ditolak. Meningkatnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing
menjadikan harga barang-barang impor menjadi turun. Turunnya harga-
harga barang tersebut meningkatkan potensi perekonomian di sektor rill,
akibatnya masyarakat terdorong untuk melakukan investasi pada sektor rill
sehingga membuat pendapatan perbankan terutama dari kredit/pembiayaan
yang bergerak disektor rill menjadi meningkat.
B. Saran
Adapun saran-saran yang dapat penulis berikan terkait penelitian ini yang
diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak terkait adalah sebagai berikut:
1. Bagi Pihak Bank Syariah
a. Bank Syariah perlu memperhatikan dan melakukan analisa terhadap
kondisi perekonomian yang terjadi di Indonesia terutama terkait
pergerakan inflasi, suku bunga acuan dan nilai tukar rupiah.
Pentingnya menganalisis ketiga faktor makroekonomi tersebut
dikarenakan dapat mempengaruhi operasional perusahaan terutama
terkait penyaluran pembiayaan dan penerimaan pendapatan.
b. BNI Syariah tetap perlu memperhatikan kondisi terkini tingkat inflasi
yang sedang terjadi di Indonesia. Salah satu risiko inflasi pada bank
syariah ialah menurunnya daya beli masyarakat melakukan
pembiayaan murabahah. Apabila hal tersebut terjadi, maka BNI
Syariah perlu merumuskan strategi pemasaran yang tepat dan menarik
bagi masyarkat agar berminat melakukan pembiayaan murabahah
pada BNI Syariah sekalipun kondisi harga barang di pasaran saat itu
tengah melonjak naik.
75
c. Manakala suku bunga meningkat, pendapatan margin murabahah BNI
Syariah menurun. BNI Syariah selain perlu merumuskan strategi sales
marketing pada produk simpanan dana, juga harus merumuskan
strategi sales marketing produk pembiayaan murabahah, dengan
menitikberatkan keuntungan yang diperoleh masyarakat melakukan
pembiayaan murabahah di bank syariah dibanding kredit di bank
konvensional saat suku bunga sedang naik.
d. Menurunnya nilai tukar berdampak pada komoditas-komoditas impor
termasuk di dalamnya produk murabahah mengalami kenaikan harga.
Semakin tinggi harga barang, semakin tinggi pula risiko bank syariah
mengalami pembiayaan macet. Bank syariah perlu merumuskan suatu
strategi (back-up) untuk menekan terjadinya pembiayaan macet pada
bank syariah.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menganalisis variabel-variabel
eksternal lainnya guna mengetahui adakah hubungan/keterkaitan
variabel tersebut dengan pendapatan margin murabahah pada bank
syariah.
b. Peneliti selanjutnya hendaknya juga meneliti lebih lanjut bank-bank
syariah lainnya yang ada di Indonesia sehingga dapat mengetahui
bagaimana hubungan/keterkaitan variabel-variabel eksternal tersebut
pada bank syariah lainnya.
76
DAFTAR PUSTAKA
Abrams, R., & Laplante, A. (2010). Passion to Profits: Panduan Sukses Bisnis
bagi Pengusaha Muda. Jakarta: Azkia Publisher.
Adi, M. I. (2013). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Margin
Pembiayaan Murabahah (Studi Kasus pada BRI Syariah dan Bank Mega
Syariah). Yogyakarta: Skripsi pada UIN Sunan Kalijaga.
Ali, H., & Miftahurrohman. (2016). Determinan yang Mempengaruhi Pembiayaan
Murabahah pada Perbankan Syariah Di Indonesia. Jurnal Bisnis dan
Manajemen Vol. 6 No. 1, 31-44.
Al-Qur'an. (n.d.). Retrieved 02 15, 2019, from Litequran.net: https://litequran.net
Anggadini, S. D. (2011). Penerapan Margin Pembiayaan Murabahah pada BMT
As-Salam Pacet - Cianjur. Majalah ilmiah UNIKOM Vol. 9, No. 2, 187-
198.
Angraini, L. (2016). Analisis Pengaruh Sertifikan Bank Indonesia Syariah (SBIS),
Non Performing Financing (NPF), Kurs dan Inflasi terhadap Pembiayaan
Murabahah pada Perbankan Syariah Di Indonesia. Jakarta: Skripsi pada
UIN Syarif Hidayatullah.
Anik. (2017). Faktor yang Berpengaruh terhadap Margin Murabahah pada Bank
Syariah Mandiri Periode 2013-2015. JURNAL ILMIAH EKONOMI ISLAM
VOL. 03 NO. 01, 87-98.
Ardiyanto, F., & Ma'ruf, A. (2014). Pergerakan Nilai Tukar Rupiah terhadap
Dolar Amerika dalam Dua Periode Penerapan Sistem Nilai Tukar. Jurnal
Ekonomi dan Studi Pembangunan, Vol. 15, No. 2, 127-134.
Atmadja, A. S. (1999). Inflasi Di Indonesia: Sumber-sumber Penyebab dan
Pengendaliannya. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 1 No. 1, 54-67.
Azmi, F. (2015). Faktor Internal dan Eksternal yang Mempengaruhi Pembiayaan
Murabahah pada Perbankan Syariah Di Indonesia. Graduasi Vol. 34, No.
1, 54-70.
Badruzzaman, A. D. (2018). Pengaruh Variabel Makro Ekonomi terhadap
Penyaluran Pembiayaan Murabahah pada Bank Umum Syariah Di
77
Indonesia Periode 2016-2018. Jakarta: Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah.
Bahri, S. (2018). Metodologi Penelitian Bisnis - Lengkap dengan Teknik
Pengolahan Data SPSS. Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Bank Indonesia. (2016). Penjelasan BI 7-Day Repo Rate - Bank Sentral Republik
Indonesia. Dipetik 1 18, 2019, dari Bank Indonesia:
https://www.bi.go.id/id/moneter/bi-7day-
RR/penjelasan/Contents/Default.aspx
Bank Negara Indonesia. (2019). Sejarah Bank BNI. Retrieved 05 20, 2019, from
www.bni.co.id: https://www.bni.co.id/id-id/perusahaan/tentangbni/sejarah
Baroroh, A. (2013). Analisis Multivariat dan Time Series dengan SPSS 21.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Bela, S. (2018). Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah Tentang Penetapan Margin
Keuntungan dalam Pembiayaan Murabahah. Lampung: Skripsi pada UIN
Raden Intan.
BNI Syariah. (2019). Tentang BNI Syariah. Retrieved 05 18, 2019, from
https://www.bnisyariah.co.id/id-id/perusahaan/tentangbnisyariah/
Central Bank of Nigeria. (2016). Interest Rate. Central Bank of Nigeria's Research
Department.
DSN MUI. (2000). Fatwa DSN MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang
Murabahah.
Erliani, R. (2016, 12 7). Aplikasi Akad Murabahah dalam Perbankan Syariah.
Retrieved 11 11, 2018, from Akad Murabahah:
https://reni02.wordpress.com/2016/12/07/akad-murabahah/
Farid, M. (2013). Murabahah dalam Perspektif Fikih Empat Mazhab. Epistemé,
Vol. 8, No. 1, 1-22.
Fidyah. (2017). Analisis Pendapatan Margin Murabahah pada Bank Muamalat
Indonesia. Jurnal STIE Semarang, Vol. 9, No. 1, 20-31.
Hamdani, T. (2016, 05 25). Sejarah Singkat Berdirinya Bank BNI, yang
merupakan Bank Pertama di Indonesia. Retrieved 05 20, 2019, from
satujam.com: https://satujam.com/sejarah-singkat-berdirinya-bank-bni-
yang-merupakan-bank-pertama-di-indonesia/
78
Harsono, A. R., & Worokinasih, S. (2018). Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, dan
Nilai Tukar Rupiah terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (Studi pada
Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2017). Jurnal Administrasi Bisnis,
Vol. 60 No. 2 , 102-110.
Hidayat, A. (2017, 12 16). Cara Hitung Rumus Slovin Besar Sampel. Retrieved 07
26, 2019, from Statistikian: https://www.statistikian.com/2017/12/hitung-
rumus-slovin-sampel.html
Hidayati, A. N. (2014). Pengaruh Inflasi, BI Rate dan Kurs terhadap Profitabiltas
Bank Syariah Di Indonesia. An-Nisbah, Vol. 01, No. 01, 72-97.
IAI. (2017). PSAK Syariah.
Ibnu Katsir. (2000). Tafsir Ibnu Kasir. Bandung: Penerbit Sinar Baru Algensindo.
Ichsan, N., & Akhiroh, M. (2017). Analisis Pengaruh Ekonomi Makro dan
Stabilitas Perbankan Syariah terhadap Pembiayaan Produktif dan
Konsumtif pada Perbankan Syariah Di Indonesia Periode Januari 2010 -
Maret 2017. JURNAL AKSES Vol. 12 No. 23, 68-83.
Ikatan Bankir Indonesia. (2018). Memahami Bisnis Bank Syariah. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Ilmi, M. F. (2017). Pengaruh Kurs/Nilai Tukar Rupiah, Inflasi dan Tingkat Suku
Bunga SBI terhadap Indeks Harga Saham Gabungan LQ-45 Periode
Tahun 2009-2013. Journal Nominal, Vol. 4, No. 1, 93-108.
Jihad, & Hosen, M. N. (2009). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan
Pembiayaan Murabahah Bank Syariah Di Indonesia. Dikta Ekonomi Vol.
6 No. 2, 101-112.
Karya, D., & Syamsuddin, S. (2016). Makroekonomi Pengantar untuk
Manajemen. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Kemendikbud. (2018). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi V. Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
Khalidin, B., & Masbar, R. (2017). Interest Rate and Financing of Islamic Banks
In Indonesia. International Journal of Economics and Finance, Vol. 9, No.
7, 154-164.
Kurniardy, L. (2014). Pengaruh Inflasi dan Suku Bunga (BI Rate) terhadap Total
Pendapatan Murabahah, Musyarakah dan Ijarah pada Bank Syariah Di
Indonesia. 1-12.
79
Laporan Keuangan Publikasi (Bulanan) PT Bank BNI Syariah. (2015-2018).
Laporan Keuangan Bulan Desember. PT Bank Negara Indonesia.
Laporan Tahunan BNI Syariah. (2017). Hasanah Banking Partner.
Laporan Tahunan BNI Syariah. (2018). Leading Transformational Change. BNI
Syariah.
Mahaputra, R. R. (2017). Faktor-faktor yang Mepengaruhi Fluktuasi Nilai Tukar
Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat.
Mankiw, N. G. (2009). Macroeconomics. New York: Worth Publisher.
Muhamad. (2014). Manajemen Keuangan Syariah Analisis Fiqh dan Keuangan.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Nasikin, M. K. (2018). Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga dan Nilai Tukar
terhadap Pembiayaan dengan Dana Pihak Ketiga sebagai Variabel
Intervening Perbankan Syariah Di Indonesia 2013-2017. Salatiga: Skripsi
pada IAIN Salatiga.
Nurhayati, S., & Wasilah. (2015). Akuntansi Syariah Di Indonesia. Jakarta:
Salemba Empat.
Nurlan, F. (2014). Pengaruh BI Rate terhadap Perkembangan Pembiayaan
Produktif pada PT Bank Negara Indonesia Syariah Cabang Makassar.
Makassar: Skripsi pada UIN Alauddin.
Otoritas Jasa Keuangan. (2015). Kumpulan Khotbah Bisnis dan Keuangan
Syarah. Surabaya: Otoritas Jasa Keuangan Kantor Regional 4.
Otoritas Jasa Keuangan. (2016). Standar Produk Perbankan Syariah Murabahah.
Otoritas Jasa Keuangan.
Otoritas Jasa Keuangan. (2017). Perbankan Syariah dan Kelembagaannya.
Retrieved 10 06, 2018, from
https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentang-syariah/Pages/PBS-dan-
Kelembagaan.aspx
Otoritas Jasa Keuangan. (2018). Statistik Perbankan Syariah Juni 2018. Otoritas
Jasa Keuangan.
Parakkasi, I. (2016). Inflasi dalam Perspektif Islam. Laa Mayshir, Vol. 3, No. 1,
41-58.
80
Paramita, R. (2016). 7-Day Reserve Repo Rate, Acuan Suku Bunga Baru Bank
Indonesia. Pusat Kajian Anggaran Badan Keahlian DPR RI.
Permana, S. H. (2014). Dampak Kenaikan Suku Bunga Acuan (BI Rate). Ekonomi
dan Kebijakan Publik Vol. VI. No. 22, 13-16.
Permatasari, P. I. (2017). Pengaruh Variabel Makro Ekonomi terhadap
Pembiayaan Murabahah Bank Syariah Mandiri Periode 2013-2016.
Jakarta: Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah.
Pratiwi, F. (2016). 7-Day Repo Rate Diyakini Efektif Turunkan Bunga.
Purwanto, & Ratna, S. D. (2018). Analysis of Determinant Factors Toward
Margin Murabahah of Indonesia Islamic Banks. Journal of Business
Studies and Management Review (JBSMR) Vol.1 No.2, 45-51.
Putra, M. U. (2015). Peran dan Kebijakan Moneter terhadap Perekonomian
Sumatera Utara. Jurnal Wira Ekonomi Mikroskil Vol. 5, No. 01, 41-49.
Raharjo, S. (2015, 05 06). Uji Multikolinearitas dengan Melihat Nilai Tolerance
dan VIF SPSS. Retrieved 07 26, 2019, from SPSS Indonesia Olah Data
dengan SPSS: www.spssindonesia.com/2014/02/
Rahman, S., Manoarfa, R., & Mahdalena. (2014). Pengaruh Tingkat Inflasi dan
Suku Bunga Bank Konvensional terhadap Permintaan Pembiayaan
Murabahah pada Bank Syariah di Indonesia.
Saekhu. (2015). Pengaruh Inflasi Terhadap Kinerja Pembiayaan Bank Syariah,
Volume Pasar Uang Antar bank Syariah, dan Posisi Outstanding Sertifikat
Wadiah Bank Indonesia. Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ekonomis Islam
Vol. 4 No. 1, 103-128.
Saputro, N., & Mawardi, I. (2014). Pengaruh Tingkat Marjin Murabahah terhadap
Financing to Deposit Ratio dan Non Performing Financing pada Bank
Syariah Di Indonesia Periode 2010-2012. Jurnal Ekonomi Syariah Teori
dan Terapan, Vol. 1, No. 6, 1-18.
Sari, L. P., & Syafitri, L. (2013). Pengaruh Pembiayaan Murabahah dan Tingkat
Suku Bunga Bank Indonesia terhadap Pendapatan Margin Murabahah
pada PT Bank Syariah Mandiri.
Saridawati. (2015). Analisis Peran Kebijakan Moneter Bank Indonesia (BI) Rate
terhadap Nilai Tukar USD dan Inflasi. MONETER, Vol. II No. 2 , 132-141.
81
Setya, K. (2013). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penetapan Margin
Murabahah Pembiayaan Konsumtif Di Bank Kaltim Syariah. Ekonomika-
Bisnis Vol. 4 No.2, 151-169.
Simorangkir, I., & Suseno. (2004). Sistem dan Kebijakan Nilai Tukar. Jakarta:
Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK) Bank Indonesia.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan RnD. Bandung:
Penerbit Alfabeta.
Sukirno, S. (2015). Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada.
Sumarna, C. U. (2018). Analisis Pengaruh BI Rate, Nilai Tukar, Inflasi dan
Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Tingkat Margin Pembiayaan
Murabahah Di Bank Umum Syariah. Jakarta: Skripsi pada UIN Syarif
Hidayatullah.
Suryana. (2010). Metodologi Penelitian Model Prakatis Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif. Universitas Indonesia.
Suseno, & Astiyah, S. (2009). Inflasi. Pusat Pendidikan dan Studi
Kebanksentralan (PPSK): Bank Indonesia.
Sutedjo, H. (2005). Uji Asumsi Klasik. Universitas Gunadarma.
Swandayani, D. M., & Kusumaningtias, R. (2012). Pengaruh Inflasi, Suku Bunga,
Nilai Tukar Valas dan Jumlah Uang Beredar terhadap Profitabilitas pada
Perbankan Syariah Di Indonesia Periode 2005-2009. Jurnal Akuntansi
Akrual 3 (2), 147-166.
Syakir, A. (2015). Inflasi Dalam Pandangan Islam.
UU RI No. 21 Tahun 2008 Pasal 1. (n.d.). Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah.
Wahyudi, R. (2017). Pengaruh ROA, DPK, Inflasi dan BI Rate terhadap Margin
Pembiayaan Murabahah Perbankan Syariah Di Indonesia. Jakarta:
Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah.
Wijayanti, Y., & Sudarmiani. (2017). Pengaruh Tingkat Inflasi terhadap Nilai
Tukar Rupiah. Equilibrium, Vol. 5, No. 1, 32-44.
82
Yodiatmaja, B. (2012). Hubungan Antara Bi Rate dan Inflasi Pendekatan
Kausalitas Toda-Yamamoto. Journal of Economics and Policy 5 (2) , 117-
229.
Yusuf, M., & Sari, R. K. (2013). Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi
Tingkat Perolehan Margin dengan Akad Murabahah pada Bank Syariah
X. BINUS BUSINESS REVIEW Vol. 4 No. 2 , 687-696.
Zaenuri, F. (2012). Analisis Pengaruh Variabel Biaya Operasional, Volume
Pembiayaan Murabahah, Bagi Hasil DPK, Inflasi dan BI Rate terhadap
Margin Murabahah. Depok: Skripsi pada Universitas Indonesia.
Zandi, G., & Arifin, N. M. (2015). Some Issues on Murabahah Practices in Iran
and Malaysian Islamic Banks. 1-18.
I
II
III
IV
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Siti Bulkis
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Tempat dan Tanggal Lahir Banjarmasin, 28 Agustus 1997
4 Alamat Jl. Rawa Sari 20 No. 05 RT. 58 RW. 05
Kel. Teluk Dalam Kec. Banjarmasin
Tengah
5 NIM A04150025
6 Program Studi Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah
7 Alamat E-mail [email protected]
8 Nomor Telepon/HP 089691671233
9 Nama Ayah Syarkawi
B. Riwayat Pendidikan
Nama Sekolah Kota Th. Lulus
SD SDN Belitung Selatan 4 Banjarmasin 2009
SLTP SMP Negeri 5 Banjarmasin 2012
SLTA SMA Negeri 6 Banjarmasin 2015
C. Organisasi yang Pernah Diikuti
No. Nama Organisasi Jabatan Tahun
1 Ikatan Remaja Muslim Bendahara 2013
2 Al-Qur‟an Study Club (ASIC)
Poliban Sekretaris 2018
D. Kegiatan Kemahasiswaan yang Pernah Diikuti
No. Jenis Kegiatan Tempat dan Waktu Status dalam Kegiatan
1
Lomba Karya Tulis
Ilmiah (LKTI)
Mahasiswa
Poliban/2016 Peserta
2
Musabaqah Tilawatil
Qur‟an (MTQ)
Mahasiswa
Poliban/2016 Peserta
3
Seminar Nasional Asbis
(Applied Science,
Business and
Information System)
Poliban
Hotel Rattan
Inn/2017 Pemakalah
4 Seminar Nasional Asbis
(Applied Science,
Hotel Rattan
Inn/2018 Pemakalah
V
Business and
Information System)
Poliban
E. Prestasi/Penghargaan yang Pernah Diraih
No. Nama Prestasi/Penghargaan Pihak Penyelenggara Tahun
1 Juara 3 MTQ Karya Tulis Ilmiah Al-
Quran Poliban 2016
2 50 Besar Karya Tulis Ilmiah MTQMN
XV
Univ. Brawijaya &
Univ. Negeri Malang 2017
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya.
Tertanda,
Siti Bulkis