No. 117/Th VIII/16-30 November 2018/8-22 Rabiul Awwal 1440...

2
ISSN 2302-3090 No. 117/Th VIII/16-30 November 2018/8-22 Rabiul Awwal 1440 H www.graduate.uinjkt.ac.id Newsletter BERITA SEKOLAH Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta @spsuinjkt Di Negara-negara Islam, Hubungan Agama dan Negara Masih Diperdebatkan “Bahkan hal ini juga terjadi di Turki, yang secara konstitusional adalah negara sekuler,” kata Direktur Seko- lah Pascasarjana (SPs) UIN Jakarta Masykuri Abdillah pada Seminar Nasional “Is- lam dan Konstitusi: Imple- mentasi Ajaran Islam dalam Sistem Hukum di Indonesia” di Auditorium SPs UIN Ja- karta, Kamis (22/11). Selain Masykuri, nara- sumber lain adalah Ketua Mahkamah Konstitusi (2003- 2008) Jimly Asshiddiqie, Ketua Mahkamah Konsti- tusi (2008-2013) Mohammad Mahfud MD, Hakim Konsti- tusi pada Mahkamah Kon- stitusi Wahiduddin Adams, Ahli Hukum Tata Negara Saldi Isra, dan mantan Hakim Agung Abdul Gani Abdullah. Masykuri mengatakan, meskipun Islam membenar- kan adanya konstitusi sebagai hukum dasar dalam kehidup- an negara, namun dalam ke- nyataannya hampir semua negara Muslim mengesahkan konstitusi mereka setelah me- reka mencapai kemerdekaan pada akhir Perang Dunia II, dan bahkan tidak semua dari mereka pada saat ini member- lakukan konstitusi. Arab Saudi, misalnya, tidak memiliki konstitusi yang dikenal dalam konsep modern hingga awal 1990-an. Pada tahun 1993 ada reformasi hukum di negara ini dengan diberlakukannya Sistem Dasar Peraturan (Nizam Asasi ), pem- bentukan Dewan Konsultatif (Majlis Shura) dan Sistem Ad- ministrasi Daerah (Nizam al- Muqata`at al-Idariyyah). Dalam paparannya, Masykuri juga menyebutkan bahwa semua konstitusi di negara-negara Muslim mene- tapkan badan-badan negara serta otoritas dan tanggung jawab mereka. Dalam hal ini kebanyakan dari mereka me- netapkan tiga lembaga kekua- saan, yaitu eksekutif, legislatif dan yudikatif. Independensi kekuasaan ini, lanjutnya, dapat dikla-si- fikasikan menjadi tiga kelom- pok. Pertama, delegasi kekua- saan, diimplementasikan terutama di negara-negara Teluk, karena raja atau sul- tan adalah kekuatan tunggal, tetapi mereka mendelegasikan kekuasaan mereka kepada badan-badan yudikatif dan legislatif. Kedua, distribusi kekuasaan, diimplementasi- kan, antara lain, di Mesir, Su- riah dan Pakistan. “Lalu ketiga, pemisahan Dari kiri ke kanan: Hakim MK Wahiduddin Adams, Sekretaris Program Magister Kamarusdiana, mantan Ketua MK Mohammad Mahfud MD, dan Direktur Seko- lah Pascasarjana UIN Jakarta Masykuri Abdillah pada Seminar Nasional “Islam dan Konstitusi: Implementasi Ajaran Islam dalam Sistem Hukum di Indonesia” di Auditorium, Kamis (22/11). SAMPAI kini, negara-negara Muslim masih memperdebat- kan tentang hubungan antara agama dan negara. Perdebatan terjadi dalam hal adopsi negara terhadap ajaran-ajaran Islam, terutama hukum Islam (syari’ah), termasuk di Indo- nesia dan Tunisia, yang kini menjadi negara Muslim yang paling demokratis. JAYADI kekuasaan, diimplementasi- kan, antara lain, di Turki, Indo- nesia dan Malaysia,” jelasnya. Sementara itu, Mah- fud MD melihat bahwa bagi umat Islam, bernegara atau mempunyai khilafah (peme- rintahan) adalah fitrah (kenis- cayaan yang tidak terhindar- kan), tetapi sistem khilafah itu sendiri bersifat terbuka karena sumber primer ajaran Islam (Qur’an dan Sunnah Rasul) sama sekali tidak mengajarkan adanya sistem pemerintahan atau khilafah tertentu. “Bernegara adalah fithrah karena tidak seorang pun di muka bumi ini yang bisa hidup di luar negara atau di luar kekuasaan sebuah khila- fah. Oleh sebab itu di dalam al- Qur’an maupun hadis-hadis Nabi ada istilah yang biasa di- pakai untuk menyebut negara dan pemerintahan yakni kata bilaad, sulthan, mulk, balad, khala’if , khalifah, dan sebagai- nya. Itu semua adalah sebutan untuk kekuasaan negara dan pemerintahan. Tetapi seperti apa sistem pemerintahan itu, Qur’an dan Sunnah Nabi tidak mengaturnya,” katanya. Mahfud juga mengatakan, di dalam sejarah umat Islam, sejak awal-awal wafatnya Nabi, sudah lahir berbagai bentuk dan sistem khilafah yang berbe- da-beda dari waktu ke waktu, termasuk pada kurun waktu Khulafa al Rasyidin (periode Abu Bakar al Shiddieq, Umar ibn Khatthab, Utsman ibn Af- fan, Ali ibn Abi Thalib). “Jadi, saya berpendapat bahwa Negara Republik In- donesia berdasarkan Pancasila merupakan produk ijtihad yang sah dari para ulama se- telah berjuang total mencari bentuk yang pas berdasar syar’i dan cukup menghasilkan kompromi atau kesepakatan maksimal (modus vivendi ) yang harus ditaati,” jelasnya. (ns)

Transcript of No. 117/Th VIII/16-30 November 2018/8-22 Rabiul Awwal 1440...

Page 1: No. 117/Th VIII/16-30 November 2018/8-22 Rabiul Awwal 1440 ...graduate.uinjkt.ac.id/wp-content/uploads/2019/05/BS-Tahun-VII-No.-1… · pok. Pertama, delegasi kekua-saan, diimplementasikan

ISSN 2302-3090

No. 117/Th VIII/16-30 November 2018/8-22 Rabiul Awwal 1440 H www.graduate.uinjkt.ac.id

Newsletter

BERITA SEKOLAHSekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta

@spsuinjkt

Di Negara-negara Islam, Hubungan Agama dan Negara Masih Diperdebatkan

“Bahkan hal ini juga terjadi di Turki, yang secara konstitusional adalah negara sekuler,” kata Direktur Seko-lah Pascasarjana (SPs) UIN Jakarta Masykuri Abdillah pada Seminar Nasional “Is-lam dan Konstitusi: Imple-mentasi Ajaran Islam dalam Sistem Hukum di Indonesia” di Auditorium SPs UIN Ja-karta, Kamis (22/11).

Selain Masykuri, nara-sumber lain adalah Ketua Mahkamah Konstitusi (2003-2008) Jimly Asshiddiqie, Ketua Mahkamah Konsti-tusi (2008-2013) Mohammad Mahfud MD, Hakim Konsti-tusi pada Mahkamah Kon-stitusi Wahiduddin Adams, Ahli Hukum Tata Negara Saldi Isra, dan mantan Hakim Agung Abdul Gani Abdullah.

Masykuri mengatakan, meskipun Islam membenar-kan adanya konstitusi sebagai hukum dasar dalam kehidup-an negara, namun dalam ke-nyataannya hampir semua negara Muslim mengesahkan konstitusi mereka setelah me-reka mencapai kemerdekaan pada akhir Perang Dunia II, dan bahkan tidak semua dari mereka pada saat ini member-lakukan konstitusi.

Arab Saudi, misalnya,

tidak memiliki konstitusi yang dikenal dalam konsep modern hingga awal 1990-an. Pada tahun 1993 ada reformasi hukum di negara ini dengan diberlakukannya Sistem Dasar Peraturan (Nizam Asasi), pem-bentukan Dewan Konsultatif (Majlis Shura) dan Sistem Ad-ministrasi Daerah (Nizam al-Muqata`at al-Idariyyah).

Dalam paparannya, Masykuri juga menyebutkan bahwa semua konstitusi di negara-negara Muslim mene-tapkan badan-badan negara serta otoritas dan tanggung jawab mereka. Dalam hal ini kebanyakan dari mereka me-netapkan tiga lembaga kekua-saan, yaitu eksekutif, legislatif dan yudikatif.

Independensi kekuasaan ini, lanjutnya, dapat dikla-si-fikasikan menjadi tiga kelom-pok. Pertama, delegasi kekua-saan, diimplementasikan terutama di negara-negara Teluk, karena raja atau sul-tan adalah kekuatan tunggal, tetapi mereka mendelegasikan kekuasaan mereka kepada badan-badan yudikatif dan legislatif. Kedua, distribusi kekuasaan, diimplementasi-kan, antara lain, di Mesir, Su-riah dan Pakistan.

“Lalu ketiga, pemisahan

Dari kiri ke kanan: Hakim MK Wahiduddin Adams, Sekretaris Program Magister Kamarusdiana, mantan Ketua MK Mohammad Mahfud MD, dan Direktur Seko-lah Pascasarjana UIN Jakarta Masykuri Abdillah pada Seminar Nasional “Islam dan Konstitusi: Implementasi Ajaran Islam dalam Sistem Hukum di Indonesia” di Auditorium, Kamis (22/11).

Sampai kini, negara-negara muslim masih memperdebat-kan tentang hubungan antara agama dan negara. perdebatan terjadi dalam hal adopsi negara terhadap ajaran-ajaran islam, terutama hukum islam (syari’ah), termasuk di indo-nesia dan Tunisia, yang kini menjadi negara muslim yang paling demokratis.

JAYADI

kekuasaan, diimplementasi-kan, antara lain, di Turki, Indo-nesia dan Malaysia,” jelasnya.

Sementara itu, Mah-fud MD melihat bahwa bagi umat Islam, bernegara atau mempunyai khilafah (peme-rintahan) adalah fitrah (kenis-cayaan yang tidak terhindar-kan), tetapi sistem khilafah itu sendiri bersifat terbuka karena sumber primer ajaran Islam (Qur’an dan Sunnah Rasul) sama sekali tidak mengajarkan adanya sistem pemerintahan atau khilafah tertentu.

“Bernegara adalah fithrah karena tidak seorang pun di muka bumi ini yang bisa hidup di luar negara atau di luar kekuasaan sebuah khila-fah. Oleh sebab itu di dalam al-Qur’an maupun hadis-hadis Nabi ada istilah yang biasa di-pakai untuk menyebut negara dan pemerintahan yakni kata bilaad, sulthan, mulk, balad, khala’if, khalifah, dan sebagai-

Mahasiswa Lulus Alih Status Diminta Mengikuti RPL

nya. Itu semua adalah sebutan untuk kekuasaan negara dan pemerintahan. Tetapi seperti apa sistem pemerintahan itu, Qur’an dan Sunnah Nabi tidak mengaturnya,” katanya.

Mahfud juga mengatakan, di dalam sejarah umat Islam, sejak awal-awal wafatnya Nabi, sudah lahir berbagai bentuk dan sistem khilafah yang berbe-da-beda dari waktu ke waktu, termasuk pada kurun waktu Khulafa al Rasyidin (periode Abu Bakar al Shiddieq, Umar ibn Khatthab, Utsman ibn Af-fan, Ali ibn Abi Thalib).

“Jadi, saya berpendapat bahwa Negara Republik In-donesia berdasarkan Pancasila merupakan produk ijtihad yang sah dari para ulama se-telah berjuang total mencari bentuk yang pas berdasar syar’i dan cukup menghasilkan kompromi atau kesepakatan maksimal (modus vivendi) yang harus ditaati,” jelasnya. (ns)

Page 2: No. 117/Th VIII/16-30 November 2018/8-22 Rabiul Awwal 1440 ...graduate.uinjkt.ac.id/wp-content/uploads/2019/05/BS-Tahun-VII-No.-1… · pok. Pertama, delegasi kekua-saan, diimplementasikan

No. 117/Th. VIII/16-30 November 2018 Hal 2BERITA SEKOLAH

Penanggung Jawab: Prof Dr Dede Rosyada Redaktur: Nanang Syaikhu Editor: Muhammad Adam Hesa Desain Grafis: Arief Mahmudi Fotografer: Jayadi Sekretariat: Tony Kurniawan, Nurbaini Futuhat Wulansari, Mohammad Ainur Rofiq Alamat Redaksi: Gedung Sekolah Pascasarjana Lt 3 Jl. Kertamukti No. 5 Pisangan Barat, Cireundeu, Ciputat Timur 15419 Telp. (021) 7401472-74709260 ext. 308 Faks: (021) 74700919, E-Mail Redaksi: [email protected] Penerbit: Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Terbit sebulan dua sekali

BERITA UJIAN

Promosi Doktor Promosi Doktor

Tohirin (bawah), mahasiswa Program Doktor Konsentrasi Pemikiran Islam, meraih yudisium Sangat Memuaskan dengan IPK 3,45 pada Ujian Promosi Doktor yang digelar di Auditorium pada 16 November 2018. Disertasinya ber-judul Metode al-Qur’an dalam Teologi (Studi atas Pemikiran Pembaruan Teologi Muhammad al-Ghazali) berhasil dipertahankan di depan tim penguji (dari kiri ke kanan) Prof Dr Asep Usman Ismail, Prof Dr Dedi Djubaedi, Prof Dr Masykuri Abdillah, dan Prof Dr Didin Saepudin. Promotor adalah Prof Dr Abdul Aziz Dahlan dan Prof Dr Zainun Kamaluddin Fakih.

GALERI FOTO

Umar Samsudin (bawah), mahasiswa Program Doktor Konsentrasi Pendidikan Islam, meraih yudisium Sangat Memuaskan dengan IPK 3,51 pada Ujian Promosi Doktor yang digelar di Auditorium SPs pada 23 November 2018. Disertasinya berjudul Model Berpikir dalam Pendidikan di Pesantren (Studi Kasus pada Pondok Pesantren di Jawa Timur) berhasil dipertahankan di depan tim penguji (dari kiri ke kanan) Prof Dr Aziz Fahrurrozi, Prof Dr Zainun Kamaluddin Fakih, Prof Dr Sutjipto, dan Prof Dr Masykuri Abdillah. Promotor adalah Prof Dr Dede Rosyada dan Prof Dr Abuddin Nata.

ANTUSIAS PESERTA: Seminar Nasional bertajuk “Islam dan Konstitusi: Imple-mentasi Ajaran Islam dalam Sistem Hukum di Indonesia” yang digelar di Audito-rium, Kamis (22/11), mendapat antusias cukup besar dari kalangan mahasiswa. Hal itu terlihat dari padatnya ruangan yang tak hanya dipenuhi oleh mahasiswa program magister dan program doktor, tetapi juga program sarjana S1. Saking padatnya, sebagian mahasiswa terpaksa harus rela berdiri dan berdesakan.

FOTO-FOTO FArID InDrIA MubArOk

FOTO-FOTO FArID InDrIA MubArOk

SEMINAR NASIONAL: Sekolah Pascasarjana (SPs) UIN Jakarta menggelar Seminar Nasional bertajuk “Islam dan Konstitusi: Implementasi Ajaran Islam dalam Sistem Hukum di Indonesia” di Auditorium, Kamis (22/11). Seminar yang dibuka Direktur SPs UIN Jakarta itu menampilkan sejumlah pakar hukum, antara lain Jimly Asshidiqie, Mohammad Mahfud MD, Wahiduddin Adams, dan Abdul Gani Abdullah.