Lapsus Gigi
-
Upload
arief-satrio -
Category
Documents
-
view
751 -
download
63
Transcript of Lapsus Gigi
-
8/13/2019 Lapsus Gigi
1/23
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah yang sering dialami gigi molar 3 adalah kesulitan erupsi. Kondisi ini
disebut impaksi. Gigi terhalang oleh gigi depannya (molar dua) atau jaringan tulang /
jaringan lunak yang padat disekitarnya. Kemungkinannya, gigi bisa muncul sebagian
atau tidak bisa erupsi sama sekali. Kalaupun muncul, erupsinya salah arah atau
posisinya tidak normal. Posisi impaksi gigi molar ketiga bisa bermacam-macam, ada
yang miring ke depan, vertical dan muncul sebagian, serta terpendam horizontal atau
vertical. Semua itu tergantung letak dan posisi gigi molar ketiga terhadap rahang dan
molar kedua, serta kedalamannya tertanam terhadap molar kedua. Tidak jarang dalam
pertumbuhannya molar ketiga ini menimbulkan infeksi pada jaringan lunak
sekitarnya yang menimbulkan suatu keadaan yang dinamakan perikoronitis.
Perikoronitis adalah keradangan jaringan gingiva disekitar mahkota gigi yang
erupsi sebagian, paling sering terjadi pada gigi molar ketiga rahang bawah.
Perikoronitis terjadi akibat penumpukan bakteri, plak, dan sisa makanan pada rongga
operkulum gusi dan gigi yang erupsi sebagian (Topazian, 2002). Sedangkan beberapa
peneliti mengatakan bahwa perikoronitis merupakan suatu proses infeksi. Pada gigi
yang erupsi sebagian, mahkota gigi ditutupi oleh jaringan lunak yang disebut dengan
operkulum. Operkulum tidak dapat dibersihkan dengan sempurna sehingga sering
mengalami infeksi (Keys and Bartold, 2000).
Penyebab perikoronitis adalah terjebaknya makanan di bawah operkulum.
Selama makan, debris makanan dapat berkumpul pada pseudopoket antara operkulum
-
8/13/2019 Lapsus Gigi
2/23
2
dan gigi impaksi. Poket yang tidak bisa dibersihkan mengakibatkan bakteri
berkolonisasi dan menyebabkan perikoronitis (Hupp et al, 2008).
Dalam makalah ini akan dilaporkan sebuah kasus yang didapat di poli gigi
dan mulut RSD Mardi Waluyo Blitar.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang didapat adalah:
1.Bagaimana tinjauan kepustakaan pada kasus perikoronitis ?2.Bagaimana cara melakukan penegakan diagnosa dan penatalaksanaan yang
tepat pada kasus dengan perikoronitis ?
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah sebagai berikut :
1.Untuk mengetahui tinjauan kepustakaan pada kasus perikoronitis.2.Untuk mengetahui cara melakukan penegakan diagnosa dan penatalaksanaan
yang tepat pada kasus dengan perikoronitis.
1.4 Manfaat
Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai
perikoronitis secara menyeluruh, baik dari defenisi, klasifikasi, manifestasi klinik,
diagnosis, tatalaksana, komplikasi dan prognosisnya sehingga dapat dijadikan
tambahan pengetahuan dalam penegakkan diagnosa maupun penatalaksanaan pada
kasus-kasus perikoronitis yang terjadi di masyarakat.
-
8/13/2019 Lapsus Gigi
3/23
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Perikoronitis merupakan suatu keradangan pada jaringan lunak perikoronal
(operculum) yang bagian paling utama dari jaringan lunak tersebut berada diatas dan
menutupi mahkota gigi. Gigi yang sering mengalami perikoronitis adalah pada gigi
molar ketiga rahang bawah. Proses inflamasi pada perikoronitis terjadi karena
terkumpulnya debris dan bakteri di poket perikorona gigi yang sedang erupsi atau
impaksi (Mansour and Cox, 2006).
2.2 Etiologi
Etiologi utama perikoronitis adalah flora normal rongga mulut yang terdapat
dalam sulkus gingiva. Flora normal yang terlibat adalah polibakteri, meliputi bakteri
Gram positif dan bakteri Gram negatif (Sixou et al, 2003). Mikroflora pada
perikoronitis didapatkan mirip dengan mikroflora pada poket periodontal. Bakteri-
bakteri tersebut memicu inflamasi pada daerah perikorona. Sixou et al (2003)
menyatakan bahwa mikroorganisme yang ditemukan pada kasus-kasus perikoronitis
adalah bakteri aerob Gram positif coccus seperti Gamella, Lactococcus,
Streptococcus, dan Staphylococcus. Aerob Gram positif bacillus
seperti Actinomyces, Bacillus, Corynenebacterium, Lactobasillus, dan propioni-
bacterium, aerob gram negative bacillus seperti Capno-
cytophaga dan Pseudomonas, anaerob gram positif coccus seperti Peptostrepto-
coccus, anaerob gram positif bacillus seperti Bacteroides, Fusobacterium,
Leptotrichia, Prevotella, danPorphyromonas (Sixou et al, 2003). Bakteri-bakteri
-
8/13/2019 Lapsus Gigi
4/23
4
tersebut memicu inflamasi pada daerah perikorona terutama bakteri streptococcus,
actinomyces, dan prevotella yang dominan, membuat penderita mengalami kondisi
akut (Leung, 1993). Hal ini berkaitan erat dengan patogenesis dimana peradangan
terjadi akibat adanya celah pada perikorona yang menjadi media subur bagi koloni
bakteri. (Sixou et al, 2003).
2.3 Faktor predisposisi
(operculum tergigit oleh molar rahang atas)
Impaksi gigi molar 3
2.4 Patogenesis
Perikoronitis berawal dari gigi yang erupsi sebagian, mahkota gigi diliputi
oleh jaringan lunak yang disebut dengan operkulum. Antara operkulum dengan
mahkota gigi yang erupsi sebagian terdapat spasia, bagian dari dental follicle, yang
berhubungan dengan rongga mulut melalui celah membentuk pseudopoket (Guiterrez
and Perez, 2004). Selama makan, debris makanan dapat berkumpul pada poket antara
operkulum dan gigi impaksi. Operkulum tidak dapat dibersihkan dari sisa makanan
dengan sempurna sehingga sering mengalami infeksi oleh berbagai macam flora
normal rongga mulut, terutama mikroflora subgingiva yang membentuk koloni di
celah tersebut. Kebersihan rongga mulut yang kurang, sehingga terdapat akumulasi
plak, dapat mendukung berkembangnya koloni bakteri (Bataineh et al, 2003).
Menurut Keys dan Bartold (2000) infeksi tersebut dapat bersifat lokal atau dapat
-
8/13/2019 Lapsus Gigi
5/23
5
meluas ke jaringan yang lebih dalam dan melibatkan spasia jaringan lunak.
Perikoronitis juga diperparah dengan adanya trauma akibat gigi antagonis. Selain itu
faktor emosi, merokok, dan infeksi saluran respirasi juga memperparah perikoronitis
(Topazian, 2002).
2.5 Klasifikasi Perikoronitis
Perikoronitis secara klinis terbagi menjadi tiga, yaitu perikoronitis akut,
perikoronitis subakut, dan perikoronitis kronis (Topazian, 2002).
2.5.1 Perikoronitis Akut
Perikoronitis akut diawali dengan rasa sakit yang terlokalisir dan kemerahan
pada gingiva. Rasa sakit dapat menyebar ke leher, telinga, dan dasar mulut. Pada
pemeriksaan klinis pada daerah yang terinfeksi, dapat terlihat gingiva yang
kemerahan dan bengkak, disertai eksudat, dan terasa sakit bila ditekan. Gejala
meliputi limfadenitis pada kelenjar limfe submandibularis, dan kelenjar limfe yang
dalam, pembengkakan wajah, dan eritema, edema dan terasa keras selama palpasi
pada operkulum gigi molar, malaise, bau mulut, eksudat yang purulen selama palpasi.
Demam akan terjadi apabila tidak diobati. Umumnya serangan akut dapat
menyebabkan demam dibawah 38,5C, selulitis, dan ketidaknyamanan. Pada inspeksi
biasanya ditemukan akumulasi plak dan debris akibat pembersihan yang sulit
dilakukan pada pseudopoket sekitar gigi yang erupsi sebagian. Trismus dapat terjadi
pada perikoronitis akut. (Shepherd and Brickley, 1994).
-
8/13/2019 Lapsus Gigi
6/23
6
2.5.2 Perikoronitis Subakut
Perikoronitis subakut ditandai dengan timbulnya rasa kemeng/nyeri terus
menerus pada operkulum tetapi tidak ada trismus ataupun gangguan sistemik.
(Shepherd and Brickley,1994).
2.5.3 Perikoronitis Kronis
Perikoronitis kronis ditandai dengan rasa tidak enak yang timbul secara
berkala. Rasa tidak nyaman dapat timbul apabila operkulum ditekan. Tidak ada gejala
klinis yang khas yang menyertai perikoronitis kronis. Pada gambaran radiologi bisa
didapatkan resorpsi tulang alveolar sehingga ruang folikel melebar, tulang interdental
di antara gigi molar kedua dan molar ketiga menjadi atrisi dan menghasilkan poket
periodontal pada distal gigi molar kedua (Laine et al,2003).
2.6 Gejala Klinis
o Pembengkakan jaringan gingival pada daerah yang terkena
o Rasa sakit yang hebat dan terus-menerus, terutama saat menutup mulut, dapat
menyebabkan kesulitan menelan. Dapat menjalar ke tenggorok dan telinga
o Halitosis (foetor ex ora) atau rasa tak enak di mulut
Suhu badan meningkat (tidak terlalu tinggi)
o Trismus
o Pembengkakan kelenjar limfe di leher (submandibular)
o Palpasi pada regio M3 bawah sakit
-
8/13/2019 Lapsus Gigi
7/23
7
2.7 Penegakan diagnosa
2.7.1 Anamnesa
Pada anamnesis, pasien datang dengan keluhan nyeri pada gigi geraham
bagian belakang Penderita perikoronitis biasanya mengeluh kesakitan yang tidak
tertahankan dan seringkali menyebabkan perasaan yang kurang nyaman pada saat
membuka mulutnya, dengan membuka mulut pasien akan merasa semakin terasa
sakit. Pasien mengeluh nafsu makannya menjadi berkurang dikarenakan lebih terasa
sakit bila tersentuh dan mengunyah makanan.
2.7.2 Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dimulai dari ekstra oral, lalu berlanjut ke intra oral.
Dilakukan pemeriksan itegral (inspeksi, palpasi, perkusi) kulit wajah, kepala, leher,
apakah ada pembengkakan, fluktuasi, eritema, pembentukan fistula dan krepitasi
subkutaneus. Dilihat adakah limfadenopati leher, keterlibatan ruang fascia, trismus
dan derajat dari trismus. Kemudian diperiksa gigi, adakah gigi yang karies,
kedalaman karies, vitalitas gigi, lokasi pembengkakan, fistula dan mobilitas gigi.
Daerah yang terinfeksi terlihat ginggiva yang hiperemi, bengkak, dan mengkilat
daripada daerah gingiva yang lain. Kadang sudah timbul pus, disebut perikoronal
abses, pus dapat keluar melalui marginal.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda keradangan yaitu:
1. Rubor : permukaan kulit atau mukosa kemerahan akibat vasodilatasi dan proliferasi
pembuluh darah.
2. Tumor : pembengkakan, terjadi karena akumulasi pus atau keluarnya plasma ke
jaringan.
-
8/13/2019 Lapsus Gigi
8/23
8
3. Kalor : teraba hangat saat palpasi karena terjadi peningkatan aliran darah ke area
infeksi
4. Dolor : terasa sakit karena adanya stimulasi ujung syaraf oleh mediator inflamasi
5. Fungsio lasea : terdapat masalah dengan proses mastikasi, trismus, disfagia, dan
gangguan pernafasan.
2.7.3 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang bisa membantu menegakkan diagnosis adalah
pemeriksaan kultur, foto rongent dan CT scan (bila diperlukan). Bila infeksi
odontogen hanya terlokalisir di dalam rongga mulut, tidak memerlukan pemeriksaan
CT scan, foto rongent panoramik sudah cukup untuk menegakkan diagnosis. CT scan
harus dilakukan bila infeksi telah menyebar ke dalam ruang fascia di daerah mata
atau leher.
Gambaran Radiologi
Radiograf dari daerah tersebut menggambarkan tampak gigi geligi yang
terpendam dengan posisi miring atau tegak ke depan atau ke belakang.
2.8 Diferensial Diagnosis
-
8/13/2019 Lapsus Gigi
9/23
9
2.9 Penatalaksanaan dan Terapi
Terapi dari perikoronitis bervariasi, tergantung dari keparahan, komplikasi
sistemik, dan kondisi gigi yang terlibat. Terapi umum dilakukan pada penderita
perikoronitis adalah terapi simptomatis, antibiotika, dan bedah. Berkumur dengan air
garam hangat dan irigasi dengan larutan H2O2 3% di daerah pseudopoket merupakan
terapi perikoronitis yang bersifat lokal. Terapi simtomatis dilakukan dengan
pemberian analgetik yang adekuat untuk mengurangi rasa sakit. Analgetik yang
sering diberikan adalah golongan anti inflamasi non steroid atau golongan opioid
ringan apabila pasien mengeluh rasa sakit yang berat (Soelistiono, 2005).
Terapi antibiotika dilakukan untuk mengeleminasi mikroflora penyebab
perikoronitis. Antibiotika diberikan kepada penderita pada fase akut yang supuratif
apabila tindakan bedah harus ditunda (Martin, Kanatas, Hardy, 2005). Terapii bedah
meliputi operkulektomi dan odontektomi yang dilakukan setelah fase akut reda,
tergantung dari derajat impaksi gigi (Blakey, White, Ofenbacher, 1996). Bila
terbentuk abses pada jaringan perikoronal, perlu dilakukan insisi.
2.9.1 Prosedur Operkulektomi
Operkulum adalah flap yang padat berseratyang mencakup sekitar 50 % dari
permukaan oklusal yang menutupi sebagian d ari molar ketiga pada mandibula.
Pengambilan flap ini dikenal sebagai operkulektomi. Operkulektomi dilakukan
dengan menggunakan menggunakan pisau bedah biasa atau gunting.Operkulektomi dilakukan untuk mempertahankan gigi molar yang masih
memiliki tempat untuk erupsi tetapi tertutup oleh sebagian operculum. Tujuan utama
dari operkulektomi ini adalah untuk menghilangkan operculum yang menutupi gigi
-
8/13/2019 Lapsus Gigi
10/23
-
8/13/2019 Lapsus Gigi
11/23
11
2.Menghilangkan debris dan eksudat yang terdapat pada permukaan
operkulumdengan aliran air hangat atau aquades steril.
3. Usap dengan antiseptik.
4. Operkulum/pericoronal flap diangkat dari gigi dengan menggunakan scaler dan
debrisdi bawah operkulum dibersihkan.
5. Irigasi dengan air hangat/aquades steril.
6. Cek pocket periodontal yang ada untuk mengetahui apakah tipe pocket (false
pocketatau true pocket). Lakukan probing debt pada semua sisi.
7. Anastesi daerah yang ingin dilakukan operkulektomi. Anastesi tidak perlu
mencapai sampai tulang, hanya sampai periosteal.
8. Lakukan operkulektomi (eksisi periodontal flap) dengan memotong bagian distal
M3
9. Bersihkan daerah operasi dengan air hangat/aquades steril.
10. Keringkan agar periodontal pack yang akan diaplikasikan tidak mudah lepas.
11. Aplikasikan periodontal pack
2.9.2 Prosedur Odontektomi :
Odontektomi adalah tindakan pembedahan untuk mengeluarkan gigi yang
tidak dapat dilakukan dengan cara ekstraksi biasa atau dapat dilakukan pada gigi yang
impaksi atau tertanam di bawah tulang atau mukosa.
-
8/13/2019 Lapsus Gigi
12/23
12
Indikasi dilakukan tindakan odontektomi gigi impaksi yaitu:
Sebagai tindakan pencegahan dari terjadinya infeksi karena erupsi yangterlambat dan abnormal (Perikoronitis), dan mencegah berkembangnya folikel
menjadi keadaan patologis (Kista odontegenik dan Neoplasia).
Usia periode emas (akar 1/3 atau 2/3) dan sebelum mineralisasi tulag (1525 th).
Bila terdapat infeksi (fokus selulitis). Bila terdapat kelainan Patologis (odontegenik). Maloklusi. Terdapat keluhan rasa sakit atau pernah merasa sakit. Gigi impaksi terlihat mendesak gigi molar kedua. Diperkirakan akan mengganggu perawatan orthodonsia dan pembuatan
protesa.
Akan mengganggu perawatan di bidang konservasi atau pembuatan mahkotagigi pada gigi molar kedua.
Terdapat keluhan neurologi, misalnya : cephalgia, migrain, pain lokal atauditeruskan (reffered).
Merupakan penyebab karies pada molar kedua karena retensi makanan. Terdapat karies yang tidak dapat dilakukan perawatan. Telah terjadi defek pada jaringan periodontal pada gigi molar kedua. Karies distal molar kedua yang disebabkan oleh karies posisi gigi molar
ketiga.
-
8/13/2019 Lapsus Gigi
13/23
13
Kontraindikasi odontektomi gigi impaksi yaitu:
Apabila pasien tidak menghendaki giginya dicabut. Bila panjang akar belum mencapai sepertiga atau dua pertiga. Bila tulang yang menutupi gigi yang tertanam terlalu banyak. Bila tulang yang menutupinya sangat termineralisasi dan padat yaitu pada
pasien yang berusia lebih dari 26 th atau usia lanjut.
Compromised Medical Status. Yaitu apabila kemampuan pasien untukmenghadapi tindakan pembedahan terganggu oleh kondisi fisik atau mental
tertentu.
Kemungkinan timbulnya kerusakan yang parah pada jaringan yangberdekatan.
Prinsip dan langkah-langkah untuk menghilangkan gigi impaksi sama
dengan surgical extraction lain. Ada 5 teknik dasar :
1. Mendapatkan exposure yang cukup ke area gigi impaksi
2. Mendapatkan akses yang diperlukan untuk pembuangan tulang agar gigi terlihat
untuk dilakukan pemotongan atau pengangkatan.
3. Membelah/membagi gigi dengan bor atau chisel (pisau bedah) agar eks-traksi gigi
dapat dilakukan tanpa pembuangan tulang berlebihan.
4. Mengangkat potongan gigi dari prosesus alveolar dengan elevator.
5. Pembersihan dengan irigasi dan pembersihan mekanis dengan kurettase
dan ditutup dengan simple interrupted suture.
-
8/13/2019 Lapsus Gigi
14/23
14
2.10 Komplikasi
Perikoronitis dapat menyebabkan terjadinya abses perikoronal. Penjalaran
infeksi pada rahang bawah dapat membentuk abses sublingual, abses submental,
abses submandibular, abses submaseter, dan angina Ludwig. Ujung akar molar kedua
dan ketiga terletak di belakang bawah linea mylohyoidea yang terletak di aspek
dalam mandibula, sehingga jika molar kedua dan ketiga terinfeksi dan membentuk
abses, pusnya dapat menyebar ke ruang submandibula dan dapat meluas ke ruang
parafaringal. Selain itu, juga ditemukan sebuah selulitis dari pipi atau jaringan
submandibular, dengan trismus kuat merupakan suatu gambaran penyakit yang
banyak ditemui.
2.11 Prognosa
Prognosis penyakit perikoronitis biasanya baik. Kebanyakan faktor lokal
dapat diobati jika disebabkan oleh infeksi dapat diobati dengan obat obatan dari
golongan antibiotik. Perikoronitis berulang sebaiknya dilakukan pencabutan, untuk
menghindari berbagai komplikasi yang kemungkinan akan timbul jika tidak
dilakukan pencabutan sedini mungkin
-
8/13/2019 Lapsus Gigi
15/23
15
BAB III
STATUS PASIEN
3.1 IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. E
Umur : 36 tahun
Alamat : Jl. Madura, Blitar
Pekerjaan : PNS
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal periksa : 30 Oktober 2013
3.2 ANAMNESIS
1. Keluhan utamaNyeri di gusi
2. Riwayat Penyakit SekarangPasien datang ke rumah sakit Mardiwaluyo Blitar dengan keluhan nyeri di
gusi gigi belakang rahang bawah sebelah kiri. Nyeri dirasakan sejak 1 minggu
yang lalu. Nyeri hanya di daerah gusi tidak menjalar ke tempat lain. Selain
nyeri terlihat juga bengkak di tempat nyeri. Bengkak muncul bersamaan
dengan nyeri. Pasien juga merasakan seperti ada muncul gigi baru pada
daerah yang sakit.
3. Riwayat Penyakit Dahulu : Penderita pernah mengalami sakit seperti inisekitar 3 tahun yang lalu. Saat itu pasien berobat ke dokter gigi dan
bengkaknya di sedot. Kemudian diberi obat kalium diklofenak dan perhidrol.
-
8/13/2019 Lapsus Gigi
16/23
16
4. Riwayat Penyakit Keluarga : Penyakit yang sama disangkal pasien,hipertensi (-), DM (-), tumor (-)
5.
Riwayat Pengobatan : pernah berobat sekitar 3 tahun yang lalu, diberi
kalium diklofenak dan perhidrol.
6. Riwayat Kebiasaan : sikat gigi teratur7. Riwayat Alergi : Disangkal
3.3 PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS
Kesadaran : compos mentis (GCS 456) Vital sign : TD= 120/80 mmhg Kulit : Warna sawo matang, pucat (-), kering (-). Kepala : Rambut tidak mudah dicabut, tumor (-). Hidung : Deforitas (-), sekret (-) Telinga : Bentuk normal, sekret (-) Mulut dan Tenggorokan: Bibir kering (-), stomatitis (-), faring hiperemi (-) Leher : Trakea ditengah, pembesaran KGB (-), tumor (-). Thoraks : Cor : dalam batas normal
Pulmo : dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal Ekstremitas : Superior/inferior : dalam batas normal1. Pemeriksaan Ekstra Oral
a. WajahInspeksi : asimetri wajah (-), pembengkakan (-),trismus (-),
-
8/13/2019 Lapsus Gigi
17/23
17
Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-)
b. LeherInspeksi : simetris
Palpasi : pembesaran tiroid. -/-
2. Pemeriksaan Intra OralMukosa pipi : Tidak ditemukan kelainan
Mukosa palatum : Tidak ditemukan kelainan
Mukosa dasar mulut : Tidak ditemukan kelainan
Mukosa pharynx : Tidak ditemukan kelainan
Kelainan periodontal
Ginggiva atas : Tidak ditemukan kelainan
Ginggiva bawah : Tampak edema di sebelah kiri
Dibelakang gigi 37
Karang gigi : -
3. STATUS LOKALISRahang bawah kiri
Inspeksi : tampak bengkak gingiva di belakang gigi 37.
-
8/13/2019 Lapsus Gigi
18/23
18
3.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG
3.4.1 Foto Panoramik
3.5 DIAGNOSIS KERJA
Diagnosis Keluhan Utama: Perikoronitis akibat impaksi gigi 38
Diagnosis Banding: Periodontitis
3.6 PENATALAKSANAAN
Medikamentosa :
- Amoxicilin 3x500mg- Kalium Diklofenak 2x 50mg- Perhidrol 3%Nonmedikamentosa :
- Pro odontektomi- KIE pasien mengenai tindakan operasi yang akan dilakukan
-
8/13/2019 Lapsus Gigi
19/23
19
3.7 FLOW SHEET
No Tanggal Keluhan Hasil Pemeriksaan Rencana
1 29-10-
2013
Nyeri dan
Bengkak di
gusi sejak 1
minggu yang
lalu
Tampak edema di gusi
rahang bawah di
belakang gigi 38
Pro odontektomi
Medikamentosa :
amoxicilin 3x500mg, kalium
diklofenak 2x50mg dan
irigasi perhidrol 3%.
3 1-11-
2013
Kontrol,post
odontektomi
gigi 38, 48
tampak
bengkak pipi
sebelah kanan
dan rahang
bawah terasa
tebal.
Tampak jahitan di regio
38 dan 48, bengkak pada
pipi kanan dan ada
parastesi rahang bawah
kanan dan kiri
Medikamentosa :
amoxicilin 3x500mg, kalium
diklofenak 2x50mg,
dexametason 3x0,5mg.
-
8/13/2019 Lapsus Gigi
20/23
20
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus ini pasien di diagnosis dengan perikoronitis karena impaksi gigi
38 dan 48. Anamnesis didapatkan keluhan nyeri di gusi gigi belakang rahang bawah
sebelah kiri. Nyeri dirasakan sejak 1 minggu yang lalu. Nyeri hanya di daerah gusi
tidak menjalar ke tempat lain. Selain nyeri terlihat juga bengkak di tempat nyeri.
Bengkak muncul bersamaan dengan nyeri. Pasien juga merasakan seperti ada muncul
gigi baru pada daerah yang sakit. Dari riwayat penyakit dahulu : Penderita pernah
mengalami sakit seperti ini sekitar 3 tahun yang lalu. Saat itu pasien berobat ke dokter
gigi dan bengkaknya di sedot. Kemudian diberi obat kataflam dan perhidrol.
Pada pemeriksaan ekstraoral didapatkan kesan normal pada pasien, tidak ada
pembengkakan, maupun trismus. Pemeriksaan intraoral didapatkan edema pada gusi
rahang bawah sebelah kiri di belakang gigi 37.Pada pemeriksaan yang lain ditemukan
gigi 38 dan 48 belum erupsi.
Keluhan utama pasien didiagnosis sebagai karena impaksi gigi 38 yang
membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut berupa foto panoramik untuk mengetahui
dengan pasti adakah impaksi sehingga terjadi infeksi sebagai penyebabnya. Melihat
gejala klinis, kondisi pasien dan pemeriksaan pada pasien di simpulkan diagnosis
perikoronitis karena impaksi gigi 38 dan 48 mengalami posisi mesio anguler.
Faktor yang diduga dapat menyebabkan perikoronitis adalah impaksi gigi 38
atau molar 3 rahang bawah sebelah kiri. Problem yang sering dialami gigi molar 3
adalah kesulitan bererupsi. Kondisi ini biasa disebut impaksi. Dalam pertmbuhannya
-
8/13/2019 Lapsus Gigi
21/23
21
molar 3 ini dapat menimbulkan infeksi pada jaringan lunak sekitarnya ( ginggiva )
yang menimbulkan suatu keadaan yang dinamakan perikoronitis. Pada pasien ini dari
hasil pemeriksaan foto panoramic didapatkan gigi molar 3 mengalami impaksi
dengan posisi mesio anguler. Akibat impaksi tersebut terjadi infeksi di daerah
sekitarnya.
Tata laksana lebih lanjut meliputi terapi perikoronitis adalah odontektomi
yaitu terapi pembedahan mencabut gigi molar 3. Teknik ini dilakukan karena
penyebab dari perikoronitis pada pasien ini adalah impaksi molar 3. Sehingga
dilakukan odontektomi. Pemberian obat amoxicilin dimaksudkan untuk mengobati
infeksi dan pemberian kalium diklofenak dimaksudkan untuk mengurangi gejala
nyeri yang dirasakan oleh pasien.
-
8/13/2019 Lapsus Gigi
22/23
22
BAB V
KESIMPULAN
Perikoronitis merupakan suatu keradangan pada jaringan lunak perikoronal
(operculum) yang bagian paling utama dari jaringan lunak tersebut berada diatas
dan menutupi mahkota gigi. Gigi yang sering mengalami perikoronitis adalah
pada gigi molar ketiga rahang bawah. Proses inflamasi pada perikoronitis terjadi
karena terkumpulnya debris dan bakteri di poket perikorona gigi yang sedang
erupsi atau impaksi (Mansour and Cox, 2006)
Pada kasus ini pasien di diagnosis dengan perikoronitis karena impaksi
gigi 38. Melihat gejala klinis, kondisi pasien dan pemeriksaan pada pasien di
simpulkan diagnosis perikoronitis karena impaksi gigi 38. Tata laksana lebih
lanjut meliputi terapi perikoronitis adalah odontektomi yaitu terapi pembedahan
mencabut gigi molar 3 karena posisi miring. Pemberian obat amoxicilin
dimaksudkan untuk mengobati infeksi dan pemberian asam mefenamat
dimaksudkan untuk mengurangi gejala nyeri yang dirakan oleh pasien.
-
8/13/2019 Lapsus Gigi
23/23
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Bataineh et al. 2003.The Predisposing Factors of Pericoronitis of MandibularThird Molars in a Jordania Population. J Oral Maxillofacial surgery.
2. Blakey GH et al. 1996. Clinical Biological Outcomes of Treatment forPericoronitis.J Oral Maxillofac surg.
3. Guiterrez and Perez JL. 2004.Third Molar Infections. Med Oral Patol Oral CirBucal.
4. Hupp J, Ellis E, Tucker H. 2008.Contemporary Oral and MaxillofacialSurgery 5th edition. St. Louis Missouri. Mosby Elsevier.
5. Keys D and Bartold M. 2000. Periodontal conditions of relevance to theAustralian Defence Force. Australian Defence Force Health.
6. Laine M, Venta I, Hyrkas T, Jian MA and Konttinen YT. 2003. ChronicInflamation around painless partially erupted third molars. Oral Surg OralMed Oral Pathol Oral Radiol Endod.
7. Mansour MH, Cox SC.. 2006. Patiens Presenting to the general practitionerwith pain from dental origin. Australia Med J.
8. Martin MV, Kanatas AN, Hardy P. 2005. Antibiotic prophylaxis and thirdmolar surgery. British Dent J.
9. Shepherd JP, Brickley M. 1994. Surgical removal of third molars. British MedJ.
10.Sixou JL, Magaud C, Jolived-Gougeon A, Cormier M, Bonnaure-Mallet M.2003. Evaluation of the Mandibular Third Molar Pericoronitis Flora and ItsSusceptibility to Different Antibiotics Prescribed in France. J. Clin. Micro.
11.Soelistiono H. 2005. Analgesics in Dental Pain (Clinical Review). PABMI.12.Topazian RG, Goldberg MH, and Hupp JR. 2002. Oral and Maxillofacial
Infection.4th Edition. Philadhelphia: WB Saunders Company.