IMPLEMENTASI METODE HARFUN (MOCO QUR’AN...

131
IMPLEMENTASI METODE HARFUN ( MOCO QUR’AN SAK MAKNANE) DALAM PEMBELAJARAN TERJEMAH AL- QUR’AN (MI Sa’adatuddarain – Jakarta Timur) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Rizky Tria Amanda NIM. 11150110000109 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

Transcript of IMPLEMENTASI METODE HARFUN (MOCO QUR’AN...

IMPLEMENTASI METODE HARFUN (MOCO QUR’AN SAK MAKNANE)

DALAM PEMBELAJARAN TERJEMAH AL-QUR’AN

(MI Sa’adatuddarain – Jakarta Timur)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah

Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

Rizky Tria Amanda

NIM. 11150110000109

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019

ABSTRAK

Rizky Tria Amanda (11150110000109). “Implementasi Metode Harfun (Moco

Qur’an Sak Maknane) Dalam Pembelajaran Terjemah Al-Qur’an”, Skripsi

Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019.

Tujuan memahami makna Al-Qur’an tidak lain sebagai pedoman dalam

menjalani kehidupan dunia agar mendapatkan Ridho Allah SWT, sebagaimana

fungsi dari Al-Qur’an sebagai kitab suci umat islam. Karena pada hakikatnya

manusia cenderung lupa dan berbuat salah. Seseorang yang memiliki pedomn hidup

tentu akan berbeda dengan mereka yang menjalani kehidupan dengan asal-asalan.

Dengan adanya pedoman, manusia akan mengerti kapan dia harus berhenti dan

kapan lagi dia harus melakukan sesuatu hal. Apa yang harus ia lakukan dan

bagaimana penyelesaiannya.

Perumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini yaitu mengenai

bagaimana pembelajaran terjemah Al-Qur’an melalui Metode Harfun (Moco

Qur’an Sak Maknane). Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif yang

dilaksanakan di MI Sa’adatuddarain dengan menggunakan pendekatan deskriptif

kualitatif. Cara mengumpulkan data atau bahan-bahan yang berkaitan dengan tema

pembahasan dan permasalahannya, yang diambil dari sumber-sumber ada

kepustakaan dan permasalahan yang ditemui dilapangan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Metode Harfun (Moco Qur’an Sak

Maknane) merupakan sebuah metode yang mengajarkan bagaimana siswa mampu

membaca Al-Qur’an dengan lancar serta mampu memahami makna perkata dari

setiap bacaan yang dibacanya. Adapun beberapa sifat dari buku Metode Harfun

(Moco Qur’an Sak Maknane) dalam proses pembelajaran antara lain: bacaan

langsung, modul, praktis, sistematis, variatif, komunikatif, dan fleksibel.

Adapun evaluasi pelaksanaan pembelajaran Metode Harfun (Moco Qur’an Sak

Maknane) ialah dengan cara siswa membaca Al-Qur’an bersama, kemudian maju

menghadap guru satu persatu sambil dilihat dari segi bacaan Al-Qur’an, terjemah,

serta pemahaman anak mengenai ayat yang dibacanya. Dari hasil evaluasi yang

didapatkan yakni beraneka ragam pemahaman anak mengenai ayat yang mereka

baca. Namun itu semua masih dalam batasan yang sesuai.

Kata kunci : Pembelajaran terjemah Al-Qur’an, Metode Harfun (Moco Qur’an Sak

Maknane)

ABSTRACT

Rizky Tria Amanda (11150110000109). "Implementation of the Harfun

Method (Moco Qur'an Sak Maknane) in Learning the Translation of the

Qur'an", Thesis of the Department of Islamic Education, Faculty of Tarbiyah and

Teaching UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019.

The purpose of understanding the meaning of the Qur'an is none other than a guide

in living the life of the world in order to get the blessings of Allah SWT, as the

function of the Qur'an as the Muslim holy book. Because in essence humans tend to

forget and do wrong. Someone who has a life style will certainly be different from

those who live life carelessly. With the guidelines, humans will understand when he

must stop and when he must do something. What should he do and how to solve it.

The formulation of the problem raised in this study is about how learning the

translation of the Qur'an through the Harfun Method (Moco Qur’an Sak Maknane).

This research is a type of qualitative research conducted at MI Sa'adatuddarain

using a qualitative descriptive approach. How to collect data or materials related

to the theme of the discussion and the problem, taken from sources there are

literature and problems encountered in the field.

The results showed that the Harfun Method (Moco Qur'an Sak Maknane) is a

method that teaches how students are able to read the Qur'an smoothly and are

able to understand the meaning of the words from each reading they read. As for

some of the characteristics of the book Harfun Method (Moco Qur’an Sak

Maknane) in the learning process include: direct reading, modules, practical,

systematic, varied, communicative, and flexible.

The evaluation of the implementation of learning Harfun Method (Moco Qur'an

Sak Maknane) is by way of students reading the Qur'an together, then going

forward facing the teacher one by one while viewed in terms of reading the Qur'an,

translating, and children's understanding of verses it reads. From the results of the

evaluation obtained are diverse children's understanding of the verse they are

reading. But they are still within the appropriate limits.

Keywords: Learning the translation of the Qur'an, Harfun Method (Moco Qur’an

Sak Maknane)

KATA PENGANTAR

رحيمبسم هللا الرحمن ال

Alhamdulilah, segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT

karena atas limpahan rahmat dan bimbingan-Nya penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “Implementasi Metode Harfun (Moco Qur’an Sak Maknane)

Dalam Pembelajaran Terjemah Al-Qur’an.” Shalawat dan salam semoga senantiasa

dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari adanya bimbingan,

motivasi, dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu kami menghaturkan terima

kasih kepada:

1. Prof. Dr. Hj. Amany Lubis, M.A. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Dr. Hj. Sururin, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Drs. Abdul Haris, M.Ag. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

4. Drs. Rusdi Jamil, M.Ag. Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

5. Ahmad Irfan Mufid, MA. Dosen Pembimbing Akademik.

6. Drs. Abdul Ghofur, MA, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan

banyak masukan dan pengertian selama belajar di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta dan mencurahkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan ilmu,

bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Program Studi

Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

memberikan bekal pengetahuan untuk menyusun skripsi ini.

8. Ummiy Titi Salmah, Ayah Muhammad Rokib yang sudah memberikan Ridho,

Doa, motivasi, semangat, maupun materil agar penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

9. Adikku Muhammad Sayyid Husein yang selalu setia menemani dan membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Fathurrahman, M.Pd.I selaku Kepala MI Sa’adatuddarain yang telah

memberikan izin penelitian.

11. Bapak dan Ibu guru MI Sa’adatuddarain yang telah memberikan bantuan dalam

penelitian ini.

12. Siswa kelas VI MI Sa’adatuddarain yang telah membantu dalam

terselesaikannya skripsi ini.

13. Banata Fam’s, The Mpi, The Nuy, Isal yang senantiasa memberikan bantuan dan

semangat terbaiknya di setiap waktu.

14. Seorang “Terspesial” penulis yang dirahasiakan namanya, yang senantiasa

memberikan support dalam jatuh bangunnya pembuatan skripsi ini.

15. Sahabat-sahabat tersayang Atik, Diah, Kajan, Pipin, Ayu, Fitri, Nurul, Tasya,

Ummu, Aping, dan teman-temanku kelas D PAI 2015 terima kasih atas

dukungan dan do’anya.

16. Rekan seperjuanganku Mara, Ambar, Nida, Lia. Terima Kasih untuk segala

bantuan dan dukungannya selama perjuangan ini berlangsung.

17. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis juga menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak

kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan. Semoga

skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada

umumnya.

Jakarta, 17 Oktober 2019

Penulis

DAFTAR ISI

ABSTRAK……. ............................................................................................. i

ABSTRACT.. ................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR……… ........................................................................ iii

DAFTAR ISI...…… ....................................................................................... iv

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ......................................... vi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.……… ......................................................... 1

B. Identifikasi Masalah………. ................................................................ 6

C. Batasan Masalah…..………................................................................. 6

D. Perumusan Masalah……… ................................................................ 7

E. Tujuan Penelitian……… .................................................................... 7

F. Manfaat Penelitian……………………. .............................................. 7

BAB II : KAJIAN TEORITIK

A. Metode Harfun (Moco Qur/an Sak Maknane) ..................................... 9

B. Terjemah Al-Qur’an………. ................................................................ 11

C. Dasar Pembelajaran Al-Qur’an ............................................................ 13

D. Keutamaan Membaca Al-Qur’an ......................................................... 13

E. Tujuan Mengajar Al-Qur’an ................................................................ 14

F. Pembelajaran Al-Qur’an ...................................................................... 15

G. Hasil Penelitian yang Relevan ............................................................. 28

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian…….. ................................................... 31

B. Metode Penelitian..…… ...................................................................... 31

C. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 32

iv

D. Uji Keabsahan Data.............................................................................. 35

E. Unit Analisis Data ................................................................................ 36

BAB IV : HASIL PENELITIAN

A. Fakta Temuan Penelitian ...................................................................... 36

1. Gambaran Umum SDIT Lazuardi Madani Alhasyimi ................... 38

2. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran Terjemah Al-Qur’an Melalui

Metode Harfun (Moco Qur’an Sak Maknane) ............................... 46

B. Pembasan ............................................................................................. 47

1. Metode Harfun (Moco Qur’an Sak Maknane) ............................... 47

2. Interpretasi Hasil Penelitian ........................................................... 51

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 62

B. Saran ..................................................................................................... 63

DAFTAR PUSTAKA………………………..................................................64

LAMPIRAN………………………................................................................ 67

V

vi

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB–LATIN

Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini

berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

1. Konsonan Tunggal

No. Huruf Arab Huruf Latin No. Huruf Arab Huruf Latin

Tidak ا 1

dilambangkan

ţ ط 16

ť ظ B 17 ب 2

‘ ع T 18 ت 3

ġ غ Ś 19 ث 4

f ف J 20 ج 5

q ق H 21 ح 6

k ك Kh 22 خ 7

l ل D 23 د 8

m م Ż 24 ذ 9

n ن R 25 ر 10

w و Z 26 ز 11

h ه S 27 س 12

` ء Sy 28 ش 13

y ي Ş 29 ص 14

h ة Đ 30 ض 15

2. Vokal Tunggal

Tanda Huruf Latin

A ـ

I ـ

U ـ

vii

3. Vokal Rangkap

Tanda dan Huruf Huruf Latin

Ai ـي

Au ــو

4. Mâdd

Harakat dan Huruf Huruf Latin

 ــا

Î ــي

Ȗ ــو

5. Tâ’ Marbuţah

Tâ’ Marbuţah hidup translitrasiya adalah /t/.

Tâ’ Marbuţah mati transliterasinya adalah /h/.

Jika pada suatu kata yang akhir katanya adalah Tâ’ Marbuţah diikuti oleh

kaya sandang al, serta kata kedua itu terpisah maka Tâ’ Marbuţah itu

ditransliterasikan dengan /h/.

Contoh:

ان ات ي و يق ة الح د hadîqat al-hayawânât atau hadîqatul hayawânât = ح

ة س ر د الم يةائ د ت ب ال = al-madrasat al-ibtidâ`iyyâh atau al-madrasatul

ibtidâ`iyyâh

6. Syaddah (Tasydîd)

Syaddah/tasydid ditransliterasikan dengan huruf yang sama dengan huruf

yang diberi tanda syaddah (digandakan).

لم Ditulis ‘allama ع

ر ر Ditulis yukarriru ي ك

7. Kata Sandang

a. Kata sandang diikuti oleh huruf Syamsiyah ditransliterasikan dengan

huruf yang mengikuti dan dihubungkan dengan kata sambung/hubung.

viii

Contoh:

ال ة aş-şalâtu = الص

b. Kata sadang diikuti dengan hufuf Qamariyah ditransliterasikan sesuai

dengan bunyinya. Contoh:

الف ل ق = al-falaqu

8. Penulisan Hamzah

a. Bila hamzah terletak di awal kata, maka ia tidak dilambangkan dan ia

seperti alif, contoh:

ل ت أك = akaltu ت ي و ȗtiya = أ

b. Bila di tengah dan di akhir, ditransliterasikan dengan aprostof, contoh:

ي ئ ta’kulȗna = ت أكلون syai`un = ش

9. Huruf Kapital

Huruf kapital dimulai pada awal nama diri, nama tempat, bukan pada kata

sandangnya. Contoh:

al-Qur`ân = القرآن

al-Madînatul Munawwarah = المدينةالمنورة

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Observasi ……………………………………………………35

Tabel 3.2 Kisi-kisi Wawancara dengan Kepala Sekolah………………………...36

Tabel 3.3 Kisi-kisi Wawancara dengan Guru Wali Kelas dan Guru Al-Qur’an…36

Tabel 3.4 Kisi-kisi Wawancara dengan Siswa…………………………………...37

Tabel 4.1 Keadaan Fisik MI Sa’adatuddarain…………………………………….46

Tabel 4.2 Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan…………………………..…47

Tabel 4.3 Daftar jumlah siswa masing-masing kelas …………………………... 47

Tabel 4.4 Kosa kata dasar dalam Al-Qur’an …………………………………….56

Tabel 4.5 Kosa kata yang diulang ………………………………………………56

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Struktur Organisasi MI Sa’adatuddarain …………………………...45

Gambar 4.2 Hasil reset penelitian di dalam juz 1 ……………………………….51

Gambar 4.3 Contoh penerapan warna dalam surat Al-Fatihah ………………….57

Gambar 4.4 Contoh penerapan warna dalam surat Al-Baqarah …………………58

Gambar 4.5 Contoh penerapan warna dalam surat Al-Baqarah …………………58

Gambar 4.6 Daftar kosa kata Harfun yang ada di dalam juz 1 ………………….59

Gambar 4.7 Daftar kosa kata Harfun yang ada di dalam juz 1 ………………….60

Gambar 4.8 Penampilan jilid 1 halaman 20 yang semakin berkurang panduan

terjemahnya ………………………………………………………....62

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Bukti Wawancara………………………………………………...69

Lampiran II Bukti Wawancara ……………………………………………......72

Lampiran III Bukti Wawancara ……………………………………………......76

Lampiran IV Bukti Wawancara ……………………………………………......79

Lampiran V Format Penilaian Pembelejaran Terjemah Al-Qur’an dengan metode

Harfun (Moco Qur’an Sak Maknane) di MI Sa’adatuddarain ……82

Lampiran VI Dokumentasi selama kegiatan penelitian di MI Sa’adatuddarain….83

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam, dan beriman kepadanya tergolong

salah satu rukun iman. Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad Saw. Mulai dari awal surat Al-Fatihah sampai dengan akhir surat An-

Nas.1

Al-Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw

secara “mutawatir” melalui perantara malaikat jibril, bagi yang membacanya akan

mendapatkan pahala dan mendapatkan “syafa’at” (pertolongan) di hari akhir. Al-

Qur’an diturunkan untuk menjadi pegangan bagi manusia yang ingin mencapai

kebahagian dunia dan akhirat. Al-Qur’an tidak diturunkan untuk satu umat atau satu

masa, akan tetapi untuk seluruh umat manusia dan untuk sepanjang masa

(universal).2 Dalam kehidupan kaum Muslimin, Al-Qur’an menempati kedudukan

yang sangat penting, pentingnya Al-Qur’an berkaitan dengan keberadaan dan

fungsinya sebagai sumber utama ajaran Islam.

Kitab Al-Qur’an adalah kitab yang di dalamnya terdapat bermacam-macam

ilmu yang dibutuhkan manusia dalam menjalani kehidupan. Maka dari itu, bagi

umat Islam mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar merupakan hal

yang sangat penting, selain mendapatkan pahala dan ilmu, mereka juga akan

mendapatkan petunjuk kehidupan dari Allah menuju jalan yang benar.

Belajar Al-Qur’an menjadi kewajiban bagi setiap umat Islam, belajar Al-

Qur’an disini artinya yaitu mempelajari cara membaca Al-Qur’an dengan baik dan

benar yang disertai dengan hukum tajwidnya. Selain itu juga belajar

menterjemahkan atau memahami isi kandungan Al-Qur’an yang dibacanya.

1 Hasanuddin AF, Anatomi Al-Qur’an Perbedaan Qiraat dan Pengaruhnya Terhadap

Istinbath Hukum Dalam al-Qur’an, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,1995), Cet. Ke-1, h.1. 2 Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran dan

Kepribadian Muslim, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. Ke-2, h.179.

2

Tujuan memahami makna Al-Qur’an tidak lain sebagai pedoman dalam

menjalani kehidupan dunia agar mendapatkan Ridho Allah SWT, sebagaimana

fungsi dari Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam. Karena pada hakikatnya

manusia cenderung lupa dan berbuat salah. Seseorang yang memiliki pedoman

hidup tentu akan berbeda dengan mereka yang menjalani kehidupan dengan asal-

asalan. Dengan adanya pedoman, manusia akan mengerti kapan dia harus berhenti

dan kapan lagi dia harus melakukan sesuatu hal. Apa yang harus ia lakukan dan

bagaimana penyelesaiannya.

Berdasarkan riset PTIQ Jakarta, umat Islam Indonesia yang tidak bisa

membaca Al-Quran ada sekitar 60-70%. Dia mengatakan, Pengasuh Pondok

Pesantren Tebu Ireng Salahuddin Wahid atau yang akrab disapa Gus Sholah juga

pernah menyebutkan Muslim Indonesia yang bisa membaca Alquran hanya 23%.3

Dan pada kenyataannya, Sekarang, banyak anak remaja dan anak-anak muda

yang mulai meninggalkan membaca Al-Qur’an. Bahkan ada di antara mereka lebih

mementingkan memainkan gadget mereka dibandingkan mengisi waktu luang

dengan membaca Al-Qur’an.4

Generasi muda Islam sudah banyak yang meninggalkan membaca Al-Qur’an

sebagai suatu kebiasaan harian dalam kehidupannya. Hal ini disebabkan oleh

pengaruh negatif yang bermunculan, salah satunya adalah produk teknologi seperti

smartphone, laptop, dan televisi yang terus maju dan selalu berinovasi. Sehingga

membuat generasi muda terlena akan kecanggihan teknologi yang ada.

Salah satu faktor atau penyebab terjadinya penurunan minat baca Al-Qur’an

yaitu kemajuan teknologi. Tetapi sebenarnya bukan kemajuannya yang salah

3 Muhyiddin, https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-

nusantara/18/10/11/pgfc9e366-50-persen-umat-islam-indonesia-belum-bisa-baca alquran, Jum’at,

20 September 2019. 4 Weni Lestari, Rendahnya Minat Baca Al-Qur’an, www.rakyatpos.com, Minggu, 21

April 2019.

3

melainkan penggunaan teknologi. Serta kurangnya tanggung jawab orang tua untuk

memberikan fasilitas dan pengarahan terhadap membaca Al-Qur’an.5

Maka inilah yang menyebabkan generasi muda Islam menjadi sibuk, mereka

lebih memilih menghabiskan waktunya bersama dengan teknologi yang dimiliki

dibandingkan dengan membaca al-Qur’an.

Kita lihat zaman sekarang sangat berbeda dengan zaman dalu, dimana pada

zaman dulu setiap anak remaja, anak-anak, bahkan orang tua masih melakukan atau

melaksanakan tradisi membaca Al-Qur’an setelah shalat maghrib. Terdapat pula di

antara mereka belajar membaca Al-Qur’an di rumah guru mengajinya atau ustadz

dan ustadzah mereka.6

Di sisi lain juga mulai berkurangnya jumlah guru mengajar mengaji bahkan

diantara mereka kadang enggan mengajar mengaji dengan alasan berbagai hal.

Seperti yang dipaparkan oleh Imas Sopiah (48) yang merupakan salah satu guru

mengaji beliau mengatakan bahwa mengaji atau membaca Al-Qur’an itu wajib.

Apalagi kita sebagai umat muslim. Maka dari itu kita harus gencar membawa anak-

anak kita untuk membaca Al-Qur’an.7

Selain itu juga banyak faktor lain yang mempengaruhi generasi muda Islam

menjadi jarang membaca Al-Qur’an, kurangnya peranan orang tua dalam

membimbing anak-anaknya sejak dini dan pengaruh lingkungan yang memang

sebagian warganya jarang membaca Al-Qur’an. Sehingga ketika menjadi remaja

ataupun beranjak dewasa mereka tidak bisa membaca Al-Qur’an. Maka dari itu

pentingnya peranan orang tua dalam membimbing anak-anaknya haruslah sejak

usia dini.

Pendidikan Al-Qur’an yang diberikan orang tua kepada anaknya sejak dini bisa

dilakukan dengan cara memasukan anaknya ke taman pendidikan Al-Qur’an

5 Kantor Berita RMOL JABAR, Ini Sebab Turunnya Minat Baca Al-Qur’an Pada Anak-

anak, www.rmoljabar.com, Minggu 21 April 2019. 6 Weni Lestari, Rendahnya Minat Baca Al-Qur’an, www.rakyatpos.com, Minggu, 21

April 2019. 7 Kantor Berita RMOL JABAR, Ini Sebab Turunnya Minat Baca Al-Qur’an Pada Anak-

anak, www.rmoljabar.com, Minggu 21 April 2019.

4

(TPA). Selain itu pembelajaran Al-Qur’an disekolah-sekolah formal dari jenjang

TK hingga SMU. Tetapi pembelajaran yang diadakan disekolah-sekolah sangatlah

sedikit, sehingga anak didiknya belum mempunyai kemampuan untuk membaca

Al-Qur’an dengan baik dan benar. Untuk mensiasati keterbatasan itu semua, maka

dibutuhkan suatu metode pengajaran yang cepat dan tepat serta menarik dalam

pengajarannya, sehingga anak didik disekolah-sekolah formal mampu menguasai

cara membaca Al-Quran dengan baik dan benar.

Selama ini sudah ada minat dan kecintaan mendengar ayat-ayat Al-Qur’an di

masyarakat. Misalnya terlihat dari kaset-kaset yang dijual atau dalam acara-acara

keagamaan yang selalu diperdengarkan ayat-ayat Al-Qur’an, baik melalui kaset

maupun melalui qari/qariah. Hanya saja, memang belum sampai ke sana (kepada

kecintaan Al-Qur’an yang sebenarnya). Karena itu, kecintaan terhadap Al-Qur’an

semestinya lahir dalam wujud kecintaan mengamalkan ajaran-ajaran Al-Qur’an.

Nah, kecintaan mengamalkan Al-Qur’an akan lahir sedikitnya dari dua faktor.

Pertama, apabila ada pemahaman terhadap kandungan Al-quran itu sendiri. Kedua,

kecintaan mengamalkan Al-Qur’an itu akan timbul bila ada bukti konkrit tentang

keistimewaan isi Al-Qur’an. Bila kedua hal ini ada, insya Allah kecintaan

mengamalkan Al-Qur’an itu akan lahir dan tumbuh berkembang. Masyarakat Islam

selama ini sadar bahwa Al-Qur’an itu merupakan pedoman hidup mereka.8

Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern, ruang waktu yang

dimiliki untuk mengenal dan membaca Al-Qur’an seolah menjadi semakin sempit,

bahkan cenderung Al-Qur’an semakin ditinggalkan oleh umat Islam walau hanya

untuk sekedar membacanya saja.9

Demikianlah semakin banyak umat Islam yang tidak bisa membaca Al-Qur’an

karena faktor kesibukan mereka dan merasa tidak mempunyai kesempatan untuk

8 Prof .Dr.M Quraish Shihab, Membaca Alquran Menghadirkan Allah,

https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/08/11/28/17137-prof-dr-m-

quraish-shihab-membaca-alquran-menghadirkan-allah, Rabu 21 Agustus 2019.

9 Anis Farihah, “Efektifitas Metode Jal-Pin Al-Barqy Terhadap Keterampilan Membaca

Al-Qur’an Mahasiswa Fakultas Teknik”, Jurnal Islamic Education,

doi:http://dx.doi.org/10.21070/halaqa.v1i1.819, h. 2.

5

belajar Al-Qur’an. Maka dari itulah dibutuhkan sebuah metode pembelajaran Al-

Qur’an yang menarik, kreatif dan inovatif agar mudah dipelajari untuk semua

jenjang usia, baik anak-anak, remaja, maupun orang tua.

Dalam proses belajar mengajar, metode pendidikan atau pembelajaran

merupakan suatu aspek pendidikan atau pembelajaran yang sangat penting untuk

mentransfer pengetahuan dari seorang guru kepada muridnya. Melalui metode

pembelajaran terjadi proses penyerapan ilmu pengetahuan oleh murid sehingga

mereka dapat memahami dan menyerap dengan baik apa yang telah dipelajari.

Metode pengajaran merupakan cara yang digunakan oleh guru untuk

menyampaikan pelajaran kepada muridnya. Karena penyampaian itu berlangsung

dalam interaksi edukatif, metode mengajar dapat diartikan sebagai cara yang

dipergunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan pelajar pada saat

berlangsungnya pengajaran. Dengan demikian metode mengajar merupakan alat

untuk menciptakan proses belajar-mengajar.10

Keberhasilan didalam suatu pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan

guru, dengan memiliki kemampuan dan pengetahuan yang memadai, terutama yang

berkaitan dengan metode. Seorang guru akan lebih mudah melakukan proses

pembelajaran dengan para siswa jika dapat memilih metode yang tepat untuk siswa

nya.

Pemilihan metode mengajar yang tepat terkait dengan efektifitas pengajaran,

ketepatan penggunaan metode mengajar dipengaruhi banyak faktor, meliputi sifat

dari tujuan belajar yang hendak dicapai, kebutuhan untuk memperkaya pengalaman

belajar seperti meningkatkan motivasi intrinsik dan ekstrinsik pelajar, kemampuan

pelajar yang tercakup dalam tugas, pengelolaan waktu, pemilihan apa yang harus

disampaikan, mengetahui dimana dan bagaimana menerapkan kekuatan guru

seefektif mungkin, dan menentukan prioritas yang tepat. Guru hendaknya

10 Suparta, Herry Noer Aly, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Amisco-

Jakarta, 2008), Cet. Ke-2, h.159.

6

memperhatikan faktor-faktor tersebut ketika mengambil keputusan tentang metode

mana yang akan digunakan.11

Berdasarkan penjelasan di atas penulis tertarik untuk mengkaji serta

menganalisa bagaimana implementasi Metode Harfun (Moco Qur’an Sak

Maknane) yang diterapkan di MI Sa’adatuddarain – Jakarta Timur, guna untuk

meningkatkan kemampuan menterjemahkan Al-Qur’an anak didik disekolah. untuk

itu penulis mengambil judul “Implementasi Metode Harfun (Moco Qur’an Sak

Maknane) Dalam Pembelajaran Terjemah Al-Qur’an.” Dengan melakukan

studi kasus di MI Sa’adatuddarain – Jakarta Timur.

B. Identifikasi Masalah

Dilihat dari latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah

sebagai berikut:

1. Yang bisa membaca Al-Qur’an, sebagian besar hanya sebatas bisa membaca,

belum sampai membaca dengan artinya.

2. Kurangnya minat dan kecintaan masyarakat dalam belajar Al-Qur’an.

3. Banyak metode pembelajaran Al-Qur’an yang hanya meningkatkan

kemampuan membaca Al-Qur’an tanpa meningkatkan kemampuan

menterjemahkan Al-Qur’an.

C. Batasan Masalah

Agar penulisan ini lebih terarah dan tidak terjadi perluasan masalah dalam

pembahasannya, maka penulis membatasi permasalahan yang ada. Adapun

masalah yang dibatasi yaitu:

1. Metode harfun (Moco Qur’an Sak Maknane) yang dimaksud adalah metode

yang digunakan oleh guru disekolah MI Sa’adatuddarain – Jakarta Timur

untuk menyampaikan materi membaca al-Qur’an yang terkait dengan

makhorijul huruf, hukum bacaan, kelancaran membaca al-Qur’an serta

mengartikan kata perkata dari bacaan yang dibaca.

11 Ibid., h. 161-162.

7

2. Upaya guru dalam mencapai keberhasilan pembelajaran dengan

meningkatkan metode pembelajaran al-Qur’an.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi pembelajaran terjemah Al-Qur’an melalui metode

Harfun (Moco Qur’an Sak Maknane) di MI Sa’adatuddarain – Jakarta

Timur?

2. Bagaimana pendekatan yang digunakan metode Harfun (Moco Qur’an Sak

Maknane) dalam pembelajaran terjemah Al-Qur’an?

3. Bagaimana kekurangan dan kelebihan dari metode Harfun (Moco Qur’an

Sak Maknane)?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini sesuai dengan masalah di atas, tujuannya antara lain:

1. Untuk mengungkap data-data pembelajaran terjemah Al-Qur’an &

mendeskripsikan metode pembelajaran terjemah Al-Qur’an yang digunakan

di MI Sa’adatuddarain.

2. Untuk mendeskripsikan pendekatan apa yang digunakan dalam metode

Harfun (Moco Qur’an Sak Maknane).

3. Untuk mendeskripsikan kekurangan dan kelebihan dari metode Harfun

(Moco Qur’an Sak Maknane).

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari hasil penelitian ini diantaranya sebagai berikut:

1. Penulis

Agar dapat menyelesaikan skripsi dan menambah khazanah

pengetahuan.

2. Akademik

Memberikan sumbangsih pemikiran melalui tulisan ini agar bisa

dimanfaatkan oleh peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian

mengenai metode pembelajaran Harfun di sekolah.

3. Kelembagaan

8

Diharapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap pelaksanaan

pengembangan membaca al-Qur’an pada siswa, khususnya di MI

Sa’adatuddarain dan sekolah dapat lebih meningkatkan metode-metode

pembelajaran yang kreatif dan inovatif, sehingga dihasilkan pembelajaran

dan mendapatkan hasil yang maksimal.

4. Masyarakat umum

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan pengetahuan kepada orang

yang berkepentingan dan memerlukan ilmu pengetahuan metode Harfun

(Moco Qur’an Sak Maknane) dalam pembelajaran.

9

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Metode Harfun (Moco Qur’an Sak Maknane)

1. Pengertian Metode Harfun (Moco Qur’an Sak Maknane)

Kata metode berasal dari kata Yunani “methodos”, yang terdiri dari kata

“meta” yang berarti “melalui” dan “hodos” yang berarti jalan. Jadi metode

berarti jalan yang dilalui. Secara lebih sederhana, metode dapat berarti cara

kerja atau cara yang tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu. Metode dalam

bahasa Arab disebut thariqah, yaitu rencana menyeluruh yang berkaitan dengan

penyajian materi secara teratur atau sistematis berdasarkan pendekatan yang

ditentukan.1

Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru

dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah

pengajaran berakhir. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru tidak harus terpaku

dengan menggunakan satu metode, tetapi guru sebaiknya menggunakan metode

yang bervariasi agar jalannya pengajaran tidak membosankan, tetapi menarik

perhatian anak didik.2

Metode pembelajaran merupakan seluruh perencanaan dan prosedur

maupun langkah-langkah kegiatan pembelajaran termasuk pilihan cara

penilaian yang akan dilaksanakan.3

Banyak sekali di antara macam-macam metode pembelajaran Al-Qur’an

yang dapat kita gunakan dalam proses pembelajaran Al-Qur’an. Salah satunya

1 Nur Tanfidiyah, “Metode Yanbu’a dalam meningkatkan baca tulis Al-Qur’an pada anak

Usia Dini”, Jurnal Islamic Education, Online ISSN (e-ISSN): 2548-4516 Volume 2, August 2017

(109-120), h. 112 2 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2013)

cet. Ke-5, h.46 3 Suryono, Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2013), Cet. Ke-4, h.19

9

10

ialah metode Harfun (Moco Qur’an Sak Maknane) yang cocok digunakan untuk

pembelajaran terjemah Al-Qur’an.

Metode harfun adalah sebuah metode yang mengajarkan bagaimana siswa

mampu membaca al-Qur’an dengan lancar serta mampu memahami makna

perkata dari setiap bacaan yang dibacanya. (Wawancara dengan Guru Al-

Qur’an 2 Agustus 2019)

2. Dasar Pembelajaran Harfun (Moco Qur’an Sak Maknane

Yang dijadikan dasar pembelajaran Harfun (Moco Qur’an Sak Maknane)

ialah sebagaimana Allah berfirman:

نا كر لل ٱلقرءان ولقد يسر در .كر فهل من م

Artinya: “Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran,

maka adakah orang yang mengambil pelajaran.” (Q.S Al-Qomar: 17, 22, 32,

40)3

Dari surat Al-Qomar ayat 17, 22. 32. 40 ini diperoleh petunjuk bahwa :

1. Al-Qur’an adalah kitab suci yang mudah untuk dipelajari.

2. Jaminan kemudahan diberikan oleh Allah kepada mereka yang punya

kemauan untuk belajar.

3. Tujuan Pembelajaran Harfun (Moco Qur’an Sak Maknane)

Sasaran akhir suatu perbuatan adalah tujuan. Seorang siswa memasuki

suatu jenjang pendidikan tertentu mempunyai tujuan. Ia ingin pintar, cerdas,

menyelesaikan pendidikannya dan mendapatkan cita-cita yang diinginkannya.

Tidak ada suatu kegiatan yang diprogramkan tanpa tujuan, karena hal itu

adalah suatu hal yang tidak memiliki kepastian dalam menentukan ke arah

mana kegiatan itu akan dibawa.

Tujuan pembelajaran adalah arah atau sasaran yang hendak dituju oleh

proses pembelajaran. Dalam setiap kegiatan sepatutnya mempunyai tujuan.

3 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, h.376-378.

11

Karena tujuan menuntun kepada apa yang hendak dicapai, atau sebagai

gambaran tentang hasil akhir dari suatu kegiatan. Dengan mempunyai

gambaran jelas tentang hasil yang hendak dicapai itu dapatlah diupayakan

berbagai kegiatan ataupun perangkat untuk mencapainya.4

Tujuan pembelajaran Al-Qur’an adalah untuk meningkatkan dan

mempersiapkan sumber daya manusia sejak dini mulai kecakapan dalam

membaca, menulis, menghafal, dan memahami Al-Qur’an yang nantinya

diharapkan nilai-nilai Al-Qur’an nantinya diharapkan nilai-nilai Al-Qur’an

akan menjadi landasan moral, etika dan spiritual yang kokoh.

Sebagai suatu metode pembelajaran yang baik, tentulah harfun (Moco

Qur’an Sak Maknane) ini mempunyai tujuan yang harus tercapai. Tujuan

tersebut ialah memberikan kemudahan bagi siswa untuk membaca al-Qur’an

dengan bukan sekedar membaca melainkan siswa mampu mengartikan kata

perkata dari bacaan yang dibacanya.

4. Metode Penerapan Harfun (Moco Qur’an Sak Maknane)

Sebelum metode ini diterapkan ke siswa, guru diharuskan mengikuti

training mengenai pelaksnanaan metode harfun tersebut. Cara pembelajaran dan

pelaksanaannya dengan mengikuti Training Of Trainer (TOT) selama minimal

1 hari dan maksimal 6 kali pertemuan dengan 1 kali pertemuan memerlukan

durasi 1,5 jam. 1,5 jam selama 6 kali pertemuan ini dapat menyelesaikan 1 surat

dari al-Baqarah sebanyak 2,5 juz.

Setelah diadakannya Training Of Trainer (TOT) maka peserta TOT dapat

menerapkan metode harfun tersebut k

epada siswa. Adapun faktor pendukung pengajaran al-Qur’an dengan

metode harfun (Moco Qur’an Sak Maknane) ialah:

a. Adanya Training Of Trainer bagi guru

b. Antusias dari para siswa dalam mengkuti pembeajaran tersebut.

4 Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009),

Cet.1,h.36

12

c. Adanya kemauan dari guru maupun siswa dalam mengikuti pembelajaran

dengan menggunakan metode harfun.

5. Indikator Keberhasilan Harfun (Moco Qur’an Sak Maknane)

Strategi belajar terjemah Al-Qur’an dengan menggunakan metode Harfun

(Moco Qur’an Sak Maknane) agar siswa mampu menterjemahkan Al-Qur’an

kata perkata dari tiap bacaan ayat Al-Qur’an yang dibacanya. Berikut adalah

indikator keberhasilan dalam implementasi metode Harfun (Moco Qur’an Sak

Maknane):

1. Siswa mampu memahami terjemah Al-Qur’an secara kata perkata dari tiap

bacaan ayat Al-Qur’an yang dibacanya.

2. Siswa memahami bahwa banyaknya ayat yang mirip atau sama justru

menjadi bonus akselerasi kemudahan dalam belajar menterjemahkan Al-

Qur’an.

3. Siswa memahami bahwa kemampuan akselerasi menterjemahkan Al-

Qur’an akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya kosakata yang

mirip atau sama

4. Siswa memahami bahwa usia terbaik untuk belajar Al-Qur’an adalah

adalah pada saat masih hidup yaitu saat ini.

5. Siswa memahami perbedaan antara membaca Al-Qur’an dengan tergesa-

gesa dan bacaan Hadr (cepat) sambil memahami makna itu berbeda.

6. Siswa memahami bahwa belajar Al-Qur’an merupakan proses yang terus

menerus seumur hidup.

7. Siswa memahami bahwa inovasi metode menterjemahkan Al-Qur’an akan

terus berkembang namun tujuan utama bukan pada metode, melainkan

aplikasi pada terjemah Al-Qur’an.4

6. Aturan Menterjemahkan Al-Qur’an

Dalam menterjemahkan Al-Qur’an terdapat beberapa aturan yang harus

diperhatikan guna untuk mencapai keberhasilan dalam menterjemahkan Al-

Qur’an. Diantaranya yaitu:

4 https://www.belajarquransebulan.com, Minggu 3 November 2019.

13

8. Terjemah Al-Qur’an tidak boleh menggantikan Al-Qur’an, sehingga

sampai seseorang merasa tidak membutuhkan lagi Al-Qur’an, hal ini

tidaklah diperbolehkan. Jadi haruslah ditulis Al-Qur’an dengan bahasa/

huruf Arab, sedangkan disampingnya ditulis terjemah maknawiyyahnya,

sebagai penjelasan kadungannya.

9. Penerjemah harus mengetahui madlulat lafadz (makna yang ditunjukkan

oleh indikasi lafadz) dalam dua bahasa, yaitu bahasa sumber dan bahasa

sasaran, serta kandungan yang ditunjukkan oleh konteks kalimat.

10. Harus mengetahui makna lafadz-lafadz syar’I dalam Al-Qur’an.

11. Penerjemah haruslah kredibel (dapat dipercaya), yaitu beragama Islam dan

shalih (baik dalam ilmu dan amal.5

B. Terjemah Al-Qur’an

Al-Qur’an merupakan kitab suci berbahasa Arab yang diturunkan Allah Swt.

kepada Nabi Muhammad Saw, untuk memperingati kaumnya. Allah Swt berfiman:

نزلنه قرءنا عر . ٱلمبي ٱلكتب تلك ءايت الر ا أ ا لرعلركم تعقلون إنر .بي

“Alif lam ra. Ini adalah ayat-ayat kitab Al-Qur’an yang nyata dari Allah.

Sungguh, Kami menurunkannya berupa Al-Qur’an berbahasa Arab agar kamu

memahaminya.” 6 (Yusuf (12): 1-2)

Dalam ayat lainnya:

ا لرعلركم تعقلون إ .ٱلمبي ٱلكتب و . حم .نرا جعلنه قرءنا عربي

م إونرهۥينا لعل حكيم ٱلكتب ف أ .ل

“Haa Mim. Demi Kitab (Al Quran) yang menerangkan. Sesungguhnya Kami

menjadikan Al Quran dalam bahasa Arab supaya kamu memahami(nya). Dan

sesungguhnya Al Quran itu dalam induk Al Kitab (Lauh Mahfuzh) di sisi Kami,

5 https://www.muslim.or.id , Minggu 3 November 2019. 6 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, h.235-236.

14

adalah benar-benar tinggi (nilainya) dan amat banyak mengandung hikmah.”7(Az-

Zukhruf (43): 1-4)

Allah mengajarkan kepada manusia berbahasa, supaya bisa saling

berkomunikasi dan menjelaskan pikiran dan perasaan satu sama lain. Wahyu Al-

Qur’an itu datang dari Allah Yang Maha Pemurah, berbahasa Arab sebagai tanda

karunia yang terbesar. Mengajari manusia berbicara dengan jelas, mudah dicerna,

mampu menyatakan pendapat, isi hati dan pikiran, mampu memahami dengan

terang hubungan sesuatu dan menjelaskannya.78

Saat berinteraksi dengan Al-Qur’an setiap orang harus berusaha merasakan

kebesaran dan keagungan Allah swt, Pemilik Kitab Suci itu. Pembaca atau penafsir

dituntut untuk merendahkan diri di hadapan-Nya, karena hanya dengan demikian ia

dapat memperoleh bimbingan dalam memahami ayat-ayat-Nya. Mengulang-ulang

membaca ayat al-Qur’an dapat menimbulkan penafsiran baru, pengembangan

gagasan, dan menambah kesucian jiwa serta kesejahteraan batin Dalam konteks Al-

Qur’an, terjemahan Al-Qur’an pada dasarnya adalah tafsir Al-Qur’an paling

ringkas dan sederhana penjelasan atau keterangan tentang maksud firman Allah. 9

Terjemah merupakan kegiatan manusia dalam mengalihkan makna atau pesan,

baik verbal maupun non verbal, dari suatu bentuk ke bentuk yang lainnya. Menurut

Anwar Nurul Yamin “Yang di maksud penerjemahan di sini adalah pengalih

bahasaan Al-Qur’an dari bahasa Aslinya, yakni bahasa Arab ke dalam bahasa si

penerjemah, misalnya ke dalam bahasa Inggris atau bahasa Indonesia.”10

Terjemah Al-Qur’an adalah pemindahan lafal dari suatu bahasa ke dalam

bahasa lain, atau menjelaskan makna suatu ungkapan yang terdapat dalam suatu

bahasa dengan menggunakan bahasa lain. 11

Para ulama membagi terjemah itu kepada dua macam, yaitu sebagai berikut:

7 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, h.489. 8 Muhammad Chirzin, “Dinamika Terjemah Al-Qur’an, Jurnal Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an

dan Hadis, Vol.17, No.1 Januari 2016, h.4. 9 Muhammad Chirzin, “Dinamika Terjemah Al-Qur’an, Jurnal Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an

dan Hadis, Vol.17, No.1 Januari 2016, h.5. 10 Anwar Nurul Yamin, Taman Mini Ajaran Islam Alternatif Mempelajari Al-Qur’an,

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), h.101. 11 Kadar M. Yusuf, Studi Al-Qur’an, (Jakarta: Amzah, 2009), cet.ke-1, hal.130.

15

1. Terjemah harfiah, yaitu memindahkan suatu ungkapan dari satu bahasa ke

bahasa lain di mana dalam pemindahan itu tetap terjaga dan terpelihara

susunan, tertib dan semua makna bahasa yang diterjemahkan.

2. Terjemah tafsiriah, yaitu menjelaskan suatu ungkapan dan maknanya yang

terdapat dalam suatu bahasa dengan menggunakan bahasa lain, tanpa

menjaga atau memelihara susunan serta tertib bahasa aslinya, dan juga tidak

pula mengungkapkan semua makna yang dimaksudkan oleh bahasa

aslinya.12

Sedangkan Al-Qur’an menurut bahasa adalah bacaan atau yang dibaca. Al-

Qur’an adalah “mashdar” yang diartikan dengan arti isim maf’ul, yaitu “maqru”

adalah yang dibaca. 13

Al-Qur’an mempunyai arti mengumpulkan dan menghimpun, dan qira’ah

berarti menghimpun huruf-huruf dan kata-kata satu dengan yang lain dalam suatu

ucapan yang tersusun rapih.14

Al-Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw

dalam bahasa Arab, yang tertulis dalam mushaf yang apabila membacanya bernilai

ibadah. Al-Qur’an juga diriwayatkan secara mutawatir dimulai dari surat Al-

Fatihah dan di akhiri dengan surat An-Nas sebagai penutup.10

Menurut As-Sayuthy Al-Qur’an adalah “Kallamullah yang diturunkan kepada

Nabi Muhammad Saw yang tidak dapat ditandingi oleh para penantangnya,

walaupun hanya satu surat bahkan satu ayat saja.”11

Dari semua definisi diatas para ulama ushul, fuqoha dan para ahli bahasa arab

sepakat bahwa definisi Al-Qur’an adalah sebagai berikut: “Al-Qur’an adalah

kallamullah yang mengandung Ijaz yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw

12 Ibid, Kadar M. Yusuf, Studi Al-Qur’an, (Jakarta: Amzah, 2009), cet.ke-1, hal.130-131. 13 Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an/Tafsir, (Jakarta” Bulan

Bintang, 1980), Cet.8, h.1. 14 Manna’ Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, (Bogor: Pustaka Literea Antar

Nusa, 2015), h.15. 10 Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir, (Jakarta: Gema Insani,2005), Cet. Ke-8, h.1 11 Hasbi Ash-Shidieqy, op.cit, h.2.

16

yang termaktub di dalam mushaf-mushaf utsmani yang dinukilkan kepada kita

dengan jalan mutawatir yang dianggap bernilai ibadah bai yang membacanya.12

Ringkasannya ialah bahwa Al-Qur’an merupakan kalam Ilahi yang diturunkan

kepada Nabi Muhammad sebagai Rasul akhir zaman, yang dalam bentuknya

sekarang termaktub dengan jelas dalam mushaf utsmani, yang sampai kepada kita

secara muttawatir, jika kita membacanya baik dalam keadaan shalat ataupun tidak

merupakan suatu ibadah.

C. Dasar Pembelajaran Al-Qur’an

Al-Qur’an merupakan pedoman hidup bagi manusia untuk kebaikan di dunia

dan akhirat. Dalam mengajarkan Al-Qur’an ada dasar-dasar yang digunakan,

karena Al-Qur’an merupakan sumber dari segala sumber pengetahuan yang ada

bagi umat Islam yang mencangkup segala aspek kehidupan manusia. Dasar-dasar

pengajaran Al-Qur’an diantaranya, ialah:

1. Dasar yang bersumber dari Al-Qur’an

Dasar yang bersumber dari Al-Qur’an terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-

Alaq ayat 1-5:

ي خلق بٱسم رب ك ٱلرنسن من علق . ٱقرأ كرم . خلق ٱل

وربك ٱل

.ٱقرأ

ي علرم بٱلقلم نسن ما لم يعلم . ٱلر م ٱل .علر

”Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah

menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah

yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam.

Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”13

2. Dasar yang bersumber dari Nabi

مه خيركم من تعلم القرآن وعل

12 M. Ali Hasan, Rif’at Syauki Nawawi, Pengantar Ilmu Tafsir, (Jakarta: Bulan Bintang,

1998), Cet.1, h.38.

13 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, h.597.

17

Artinya: “Sebaik-baiknya kamu adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an

dan mengajarkannya”

Dasar dasar itulah yang menjadi pijakan dalam pengajaran Al-Qur’an

di sekolah-sekolah atau di lembaga nonformal lainnya. Begitu pentingnya

mengajarkan Al-Qur’an maka usaha untuk menanamkan kecintaan dan

kemampuan membaca Al-Qur’an harus diterapkan dan dibiasakan

melafalkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan

kaidah tajwid dan makhorijul hurufnya.14

D. Keutamaan Membaca Al-Qur’an

Membaca Al-Qur’an merupakan pekerjaan yang utama, yang mempunyai

berbagai keistimewaan dan kelebihan dibandingkan dengan membaca bacaan yang

lain. Sesuai dengan arti Al-Qur’an secara etimologi adalah bacaan karena Al-

Qur’an diturunkan memang untuk dibaca. Banyak sekali keistimewaan bagi orang

yang ingin menyibukkan dirinya untuk membaca Al-Qur’an, di antaranya ialah:

1. Menjadi Manusia yang Terbaik

Orang yang membaca Al-Qur’an adalah manusia yang terbaik dan

manusia yang paling utama. Tidak ada manusia di atas bumi ini yang lebih

baik daripada orang yang mau belajar dan mengajarkan Al-Qur’an. Dengan

demikian, profesi pengajar Al-Qur’an jika dimasukkan sebagai profesi

adalah profesi yang terbaik di antara sekian banyak profesi.

2. Mendapat Kenikmatan Tersendiri

Membaca Al-Qur’an adalah kenikmatan yang luar biasa. Seseorang

yang sudah merasakan kenikmatan membacanya, tidak akan bosan

sepanjang malam dan siang. Bagaikan nikmat harta kekayaan di tangan

orang shaleh adalah merupakan kenikmatan yang besar, karena dibelanjakan

ke jalan yang benar dan tercapai apa yang diinginkan.

14 Slide Share,

https://www.slideshare.net/ALBAAITSQOLBUMOTIVATORHATI/pembelajaran-mengartikan-

alquran, Rabu 21 Agustus 2019.

18

3. Derajat yang Tinggi

Seorang mukmin yang membaca Al-Qur’an dan mengamalkannya

adalah mukmin sejati yang harus lahir batin, harum aromanya dan enak

rasanya bagaikan buah jeruk dan sesamanya. Maksudnya, orang tersebut

mendapat derajat yang tinggi, baik di sisi Allah maupun di sisi manusia.

4. Bersama Para Malaikat

Orang yang membaca Al-Qur’an dengan tajwid sederajat dengan para

malaikat. Artinya, derajat orang tersebut sangat dekat kepada Allah seperti

malaikat. Jika seseorang dekat dengan Tuhan, tentu segala doa dan hajatnya

dikabulkan oleh Allah. Sedangkan orang yang membacanya susah dan berat

mendapat dua pahala, yaitu pahala membaca dan pahala kesulitan dalam

membacanya.

5. Syafa’at Al-Qur’an

Al-Qur’an akan memberikan syafa’at bagi seseorang yang membacanya

dengan benar dan baik, serta memperhatikan adab-adabnya. Di antaranya

merenungkan makna-maknanya dan mengamalkannya. Maksud dari

memberikan syafa’at adalah memohonkan pengampunan bagi pembacanya

dari segala dosa yang ia lakukan. Maka orang yang ahli membaca Al-Qur’an

jiwanya bersih, dekat dengan Tuhan.

6. Kebaikan Membaca Al-Qur’an

Seseorang yang membaca Al-Qur’an mendapat pahala yang berlipat

ganda, satu huruf diberi pahala sepuluh kebaikan. Tidak ada sistem

perekonomian di dunia ini yang semurah Tuhan. Jika seseorang khatam Al-

Qur’an yang sejumlah hurufnya 1.025.000 banyak kebaikan yang

diperolehnya, berarti mengalikan 10, yakni sebanyak 10.250.000 kebaikan.

7. Keberkahan Al-Qur’an

Orang yang membaca Al-Qur’an, baik dengan hafalan maupun dengan

melihat mushaf akan membawa kebaikan atau keberkahan dalam hidupnya

bagaikan sebuah rumah yang dihuni oleh pemiliknya dan tersedia segala

perabotan dan peralatan yang diperlukan. Sebaliknya, orang yang tidak

terdapat Al-Qur’an dalam hatinya bagaikan rumah kosong tidak berpenghuni

19

dan tanpa perabotan. Maka rumah akan menjadi kosong, kotor, dan berdebu,

bahkan dihuni setan atau makhluk halus yang akan menyesatkan manusia.15

E. Tujuan mengajar Al-Qur’an

Dalam mengajar al-Qur’an baik ayat-ayat bacaan maupun ayat-ayat tafsir dan

hafalan, bertujuan memberi pengetahuan Al-Qur’an kepada anak didik agar

tertanam didalam jiwa anak didik seperti:16

a. Kemampuan membaca sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan

dan menghafalkan ayat-ayat atau surat-surat yang mudah bagi mereka.

b. Kemampuan memahami makna al-Qur’an secara sempurna, memuaskan

akal serta mampu menenangkan jiwa.

c. Kesanggupan menerapkan ajaran islam dalam problematika kehidupan

sehari-hari.

d. Kemampuan memperbaiki tingkah laku murid melalui metode pengajaran

yang tepat.

e. Kemampuan memanifestasikan keindahan retorika dan ushlub al-Qur’an.

f. Penumbuh rasa cinta dan rasa keagungan al-Qur’an dalam jiwanya.

g. Pembinaan pendidikan Islam berdasarkan sumber-sumbernya yang utama

dari al-Qur’an.

F. Pembelajaran Al-Qur’an

Pembelajaran berasal dari kata “belajar” yang mendapat awalan pe dan akhiran

an. Keduanya (pe-an) termasuk konflik nominal yang bertalian dengan perfiks

verbal “me” yang mempunyai arti proses.17

Belajar memiliki pengertian berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu yang

belum dimiliki sebelumnya, sehingga dengan belajar manusia menjadi tahu,

memahami, dan mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu.18

15 Abdul Majid Khon, Praktikum Qira’at, (Jakarta: AMZAH, 2013), cet. Ke-2, h.55-61 16 M .Abdul Qadir Ahmad, Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:

tp,1984), h.79 17 DEPDIKBUD RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka,2000), h.

664. 18 Srijatun, “Implementasi Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an Dengan Metode Iqra

Pada Anak Usia Dini di RA Perwanida Slawi Kabupaten Tegal”, Jurnal Pendidikan Islam,

Vol. 11, Nomor 1, 2017, h.27

20

Menurut Arifin, belajar adalah suatu kegiatan anak didik dalam menerima,

menanggapi serta menganalisa bahan-bahan pelajaran yang disajikan oleh pengajar

yang berakhir pada kemampuan untuk menguasai bahan pelajaran yang disajikan

itu.19

Belajar adalah suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman ,

maka keberhasilan belajar terletak pada adanya perubahan. Dari pengertian tersebut

dapat disimpulkan adanya ciri-ciri belajar, yaitu:

1. Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu

yang belajar, baik aktual maupun potensial.

2. Perubahan tersebut pada pokoknya berupa perubahan kemampuan baru

yang berlaku dalam waktu yang relatif lama .

3. Perubahan tersebut terjadi karena adanya usaha.20

Pembelajaran didefinisikan sebagai cara-cara yang akan dipilih dan digunakan

oleh seseorang pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan

memudahkan peserta didik menerima dan memahami meteri pembelajaran, yang

pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya di akhir kegiatan belajar.

Pembelajaran adalah proses yang terjadi yang membuat seseorang atau

sejumlah orang, yaitu peserta didik melakukan proses belajar sesuai dengan rencana

pengajaran yang telah diprogramkan. Hal ini dikarenakan pembelajaran bukanlah

suatu kegiatan yang biasa terjadi dengan sendirinya. Tetapi pembelajaran

mempunyai tujuan yang harus dicapai oleh mereka yang melaksanakan proses

pembelajaran.21

1. Komponen-komponen Pembelajaran Al-Qur’an

Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses kegiatan yang

mempunyai tujuan untuk mengajarkan suatu materi atau pembahasan

tertentu, yang dilakukan oleh guru dan siswa, serta didukung oleh beberapa

19 M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Sekolah Dengan di Rumah

Tangga, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), h. 172.

20 Muhaimin dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Surabaya: Citra Media Karya Anak

Bangsa, 1996), h. 44. 21 Zurinal Z, Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan, (UIN Jakarta Press, 2006), h. 5

21

komponen pembelajaran. Dalam pembelajaran membaca Al-Qur’an ini

komponen pembelajarannya sama dengan pembelajaran-pembelajaran pada

umumnya. Sebagai suatu sistem tentu saja kegiatan belajar mengajar

mengandung sejumlah komponen yang meliputi pendidik, peserta didik,

tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, alat dan

sumber, serta evaluasi.22 Adapun penjelasan dari setiap komponen adalah

sebagaai berikut:

a. Pendidik atau Guru

Dalam pendidikan Islam guru dapat disebut juga dengan istilah ustadz

atau ustadzah yang tugas utamanya adalah mengajar, mendidik,

membimbing, melatih, memfasilitasi, dan mengevaluasi peserta didik.23

Menurut UU No.14 Tahun 2005 tentang Guru Pasal 10 menyebutkan

bahwa kompetensi guru sebagai pendidik meliputi empat kompetensi, yaitu

kompetensi pedagogic, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan

kompetensi profesional.24

1) Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam

mengelola pembelajaran, sekurang-kurangnya meliputi (a) pemahaman

wawasan atau landasan kependidikan, (b) pemahaman terhadap peserta

didik, (c) pengembangan kurikulum/silabus, (d) perancangan

pembelajaran, (e) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan

dialogis, (f) pemanfaatan teknologi pembelajaran, (g) evaluasi proses dan

hasil belajar, (h) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan

berbagai potensi yang dimilikinya.

2) Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya mencangkup (a)

berakhlak mulia, (b) arif dan bijaksana, (c) mantap, (d) berwibawa, (e)

stabil, (f) dewasa, (g) jujur, (h) mampu menjadi teladan bagi peserta didik

22 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2013)

cet. Ke-5, h.41-52 23 Ramayulis, Profesi & Etika Keguruan, (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), cet.ke-7, h.4 24 Jumanta Hamdayama, Metodologi Pengajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2017), h. 3-4.

22

dan masyarakat, (i) secara objektif mengevaluasi kinerja sendiri, (j)

mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.

3) Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari

masyarakat, sekurang-kurangnya meliputi (a) berkomunikasi lisan,

tulisan, atau isyarat, (b) menggunakan teknologi komunikasi dan

informasi secara fungsional, (c) bergaul secara efektif dengan peserta

didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan

pendidikan, orang tua/wali peserta didik, (d) bergaul secara santun

kepada masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma, serta sistem

nilai yag berlaku, dan (e) menerapkan prinsip-prinsip persaudaraan dan

semangat kebersamaan.

4) Kompetensi Profesioanl

Kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam

menguasai pengetahuan bidang ilmu, teknologi, atau seni yang sekurang-

kurangnya meliputi penguasaan (a) materi pelajaran secara luas dan

mendalam sesuai standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran

atau kelompok mata pelajaran yang diampunya, dan (b) konsep-konsep

dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan yang

secara konseptual menaungi program satuan pendidikan, mata pelajaran,

atau kelompok mata pelajaran yang diampu.

b. Peserta Didik

Peseta didik atau sering disebut murid adalah salah satu komponen yang

ada dalam pengajaran. Sebagai salah satu komponen maka dapat dikatakan

bahwa murid adalah komponen terpenting di antara komponen lainnya.

Pada dasarnya “ia” adalah unsur penentu dalam proses belajar mengajar.

Tanpa adanya murid, maka tidak akan terjadi proses pengajaran.25 Sebagai

seorang murid segala perbuatan yang dilakukan memerlukan etika dan adab

untuk melakukannya, apalagi ketika hendak membaca Al-Qur’an Kalam

25 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014), cet.ke-

16, h.99-100.

23

Allah yang memiliki nilai sakral dalam beribadah agar mendapatkan ridha

Allah. Untuk itu diperlukan adab yang baik dan sopan, diantaranya sebagai

berikut:

1) Berguru Secara Musyaafahah

Seorang murid sebelum membaca ayat-ayat Al-Qur’an terlebih

dahulu berguru dengan seorang guru yang ahli dalam bidang Al-Qur’an

secara langsung. Musyaafahah dari kata syafawiy = bibir, Musyaafahah

= saling bibir-bibiran. Artinya, kedua murid dan guru harus bertemu

langsung, saling melihat gerakan bibir masing-masing pada saat

membaca Al-Qur’an, karena murid tidak akan dapat membaca secara

fashih sesuai dengan makhraj (tempat keluar huruf) dan sifat-sifat huruf

tanpa memperlihatkan bibirnya atau mulutnya pada saat membaca Al-

Qur’an.

2) Niat Membaca dengan Ikhlas

Seseorang yang membaca Al-Qur’an hendaknya berniat yang baik,

yaitu niat beribadah ikhlas karena Allah untuk mencari ridha Allah,

bukan mencari ridha manusia atau agar mendapatkan pujian darinya

atau ingin popularitas atau juga ingin mendapatkan hadiah materi dan

lain-lainnya.

3) Dalam Keadaan Suci

Di antara adab membaca Al-Qur’an adalah bersuci dari hadas kecil,

hadas besar, dan dari segala najis, sebab yang dibaca adalah wahyu

Allah atau firman Allah dan bukan perkataan manusia. Firman Allah:

رون ۥ إلر ٱلمطهر ه ٱلعلمي تزنيل . لر يمس ن ررب .م

“Tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan.

Diturunkan dari Tuhan semesta alam.”26 (Q.S Al-Waqi’ah: 78-80)

4) Memilih Tempat yang Pantas dan Suci

26 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, h.537.

24

Tidak seluruh tempat sesuai untuk membaca Al-Qur’an. Ada

beberapa tempat yang tidak sesuai untuk membaca Al-Qur’an seperti

WC, kamar mandi, pada saat buang air, di jalanan, di tempat-tempat

kotor, dan lain-lain. Hendaknya pembaca Al-Qur’an memilih tempat

yang suci dan tenang seperti masjid, mushalla, rumah, dan lain-lain

yang dipandang pantas dan terhormat.

5) Menghadap Kiblat dan Berpakaian Sopan

Pembaca Al-Qur’an disunnahkan menghadap kiblat secara

Khusyu’, tenang, menundukkan kepala, dan berpakaian yang sopan.

Membaca Al-Qur’an adalah beribadah kepada Allah. Oleh karena itu,

jika memungkinkan dan tidak terhalang oleh sesuatu, alangkah baiknya

jika dilaksanakannya di tempat yang suci, menghadap kiblat, dan

berpakaian sopan seolah-olah pembaca berhadapan langsung dengan

Allah untuk bercakap-cakap dan berdialog dengan-Nya.

6) Bersiwak (Gosok Gigi)

Di antara adab membaca Al-Qur’an adalah bersiwak atau gosok

gigi terlebih dahulu sebelum membaca Al-Qur’an, agar harum bau

mulutnya dan bersih dari sisa-sisa makanan atau bau yang tidak

enak.membaca Al-Qur’anitu sama halnya dengan berdialog atau

berkomunikasi langsung dengan Tuhan, maka sangat layak jika ia

bermulut bersih dan segar bau mulutnya.

7) Membaca Ta’awwudz

Disunnahkan membaca ta’awwudz terlebih dahulu sebelum

membaca Al-Qur’an. Hanya ketika hendak membaca Al-Qur’an yang

diperintahkan membaca ta’awwudz terlebih dahulu sebelum

membacanya. Dengan demikian, membaca ta’awwudz hanya

dikhususkan untuk yang akan membaca Al-Qur’an saja.

8) Membaca Al-Qur’an dengan Tartil

Tartil artinya membaca Al-Qur’an dengan perlahan-lahan, tidak

terburu-buru, dengan bacaan yang baik dan benar sesuai dengan

25

makhraj dan sifat-sifatnya sebagaimana yang dijelaskan dalam ilmu

tajwid.

9) Merenungkan Makna Al-Qur’an

Di antara adab membaca Al-Qur’an adalah merenungkan arti ayat-

ayat Al-Qur’an yang dibaca, yaitu dengan menggerakan hati untuk

memahami kata-kata Al-Qur’an yang dibaca semampunya atau yang

digerakkan lidah sehingga mudah untuk memahami dan kemudian

diamalkan dalam praktik kehidupan di tengah-tengah masyarakat.

10) Khusyu’ dan Khudhu’

Khusyu’ dan Khudhu’ artinya merendahkan hati dan seluruh

anggota tubuh kepada Allah sehingga Al-Qur’an yang dibaca

mempunyai pengaruh bagi pembacanya. Ayat-ayat yang dibacanya

mempunyai pengaruh rasa senang, gembira, dan banyak berharap

ketika mendapati ayat-ayat tentang rahmat ataupun kenikmatan.

Demikian juga ayat-ayat yang dibaca mempunyai pengaruh rasa takut,

sedih, dan menangis ketika ada ayat-ayat ancaman.

11) Memperindah Suara

Al-Qur’an adalah hiasan bagi suara, maka suara yang bagus akan

lebih menembus hati. Kemerduan suara disunnahkan dalam membaca

Al-Qur’an tentunya yang tidak berkelebihan sehingga tidak

memanjangkan bacaan pendek atau memendekkan bacaan panjang.

12) Menyaringkan Suara

Karena dengan suara yang nyaring dan kencang dapat menggugah

hati yang sedang tidur agar ikut merenungkan maknanya, akan tambah

semangat membacanya, dan bermanfaat bagi pendengar lain. Di

samping itu, seseorang yang memperdengarkan suara bacaan pada

telinga sendiri akan dapat mengoreksi bacaan tersebut dan lebih

berpengaruh pada renungannya.

13) Tidak Dipotong dengan Pembicaraan Lain

Sebagaimana keterangan di atas, bahwa membaca Al-Qur’an

adalah berdialog dengan Tuhan, karena Al-Qur’an adalah firman-Nya.

26

Maka di antara adabnya adalah dengan tidak memotong bacaannya

dengan pembicaraan lain atau ngobrol dengan orang lain, apalagi

sambil tertawa-tawa atau bermain-main.

14) Tidak Melupakan Ayat-ayat yang Sudah dihafal

Seseorang yang sudah hafal Al-Qur’an atau hafal sebagian surah

Al-Qur’an, hendaknya tidak sengaja melupakannya. Apa yang sudah

dihafal diluar kepala atau yang sudah disimpan di dalam hati jangan

dilupakan begitu saja. Akan tetapi hendaknya selalu diingat,

ditadaruskan, dan di-mudzakarah-kan, misalnya selalu dibaca, baik

dalam shalat sunnah maupun di luar shalat, tadarus, dan lain-lain.27

c. Tujuan

Sasaran akhir suatu perbuatan adalah tujuan. Seorang siswa

memasuki suatu jenjang pendidikan tertentu mempunyai tujuan. Ia ingin

pintar, cerdas, menyelesaikan pendidikannya dan mendapatkan cita-cita

yang diinginkannya. Tidak ada suatu kegiatan yang diprogramkan tanpa

tujuan, karena hal itu adalah suatu hal yang tidak memiliki kepastian

dalam menentukan ke arah mana kegiatan itu akan dibawa.

Pendidikan merupakan suatu usaha agar manusia dapat

mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal

31 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapat

pendidikan, dan ayat (3) menegaskan bahwa pemerintah mengusahakan

dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasioanl yang

meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan Undang-

Undang.28

Tujuan pembelajaran adalah arah atau sasaran yang hendak dituju

oleh proses pembelajaran. Dalam setiap kegiatan sepatutnya

27 Abdul Majid Khon, Praktikum Qira’at, (Jakarta: AMZAH, 2013), cet. Ke-2, h.35-47. 28 UU SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL (UU RI No.20 Tahun 2003), (Jakarta: Sinar

Grafika, 2013), Cet.5, h.v.

27

mempunyai tujuan. Karena tujuan menuntun kepada apa yang hendak

dicapai, atau sebagai gambaran tentang hasil akhir dari suatu kegiatan.

Dengan mempunyai gambaran jelas tentang hasil yang hendak dicapai

itu dapatlah diupayakan berbagai kegiatan ataupun perangkat untuk

mencapainya.29

Tujuan pembelajaran Al-Qur’an adalah untuk meningkatkan dan

mempersiapkan sumber daya manusia sejak dini mulai kecakapan

dalam membaca, menulis, menghafal, dan memahami Al-Qur’an yang

nantinya diharapkan nilai-nilai Al-Qur’an nantinya diharapkan nilai-

nilai Al-Qur’an akan menjadi landasan moral, etika dan spiritual yang

kokoh.

Sebagai seorang Muslim, tentulah kita sudah seharusnya belajar al-

Qur’an, karena hal ini merupakan salah satu kewajiban bagi dirinya.

Negara Republik Indonesia tentu mengharuskan dan mendukung hal

tersebut, karena belajar al-Qur’an dapat meningkatkan keimanan dan

ketakwaan serta menjadikan akhlak mulia bagi seorang Muslim.

Ada beberapa tujuan dari pembelajaran menterjemahkan Al-

Qur’an, diantaranya adalah:

1) Aspek Pengetahuan

Dalam hal ini murid memiliki pengetahuan mengenai berbagai

hal yang berkenaan dengan tata cara mengartikan Al-Qur’an.

Murid juga dibekali pengetahuan mengenai pentingnya menguasai

keterampilan mengartikan Al-Qur’an. Dengan mampu

mengartikan Al-Qur’an dapat memperlancar proses penghayatan

dan pengamalan kandungan Al-Qur’an. Karena langkah awal

untuk memahami dan mengamalkan Al-Qur’an adalah dengan cara

mengartikannya.

2) Aspek Pelaksanaan

29 Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009),

Cet.1,h.36.

28

Dalam tujuan pembelajaran yang kedua yaitu pelaksanaan.

Yang dimaksud adalah peserta didik terampil dalam mengartikan

ayat-ayat dari surat-surat tertentu dalam juz ‘amma yang menjadi

materi pelajaran. Pembelajaran dilakukan secara bertahap. Diawali

dengan pembelajaran mengartikan yang paling sederhana, yakni

mengartikan tiap-tiap kosakata dari kosakata-kosakata (mufradat)

ayat-ayat Al-Qur’an.

3) Aspek Pembiasaan

Setelah siswa memiliki pengetahuan mengenai pentingnya

kemampuan mengartikan Al-Qur’an dan dilanjutkan dengan siswa

benar-benar terampil dalam mengartikan Al-Qur’an. Kondisi

selanjutnya terampil dalam mengartikan Al-Qur’an ini tidak hanya

sekedar untuk diketahui tetapi juga menjadi miliknya dan menyatu

dengan kepribadiannya, proses peleburan pengetahuan dan

keterampilan ke dalam kepribadiannya ini yang dimaksud dengan

proses internalisasi, yang menjadi tujuan dari aspek pembiasaan. 30

d. Bahan Pelajaran

Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses

belajar mengajar. Bahan pelajaran merupakan komponen yang tidak bisa

terabaikan dalam pengajaran, sebab bahan adalah inti dalam proses belajar

mengajar yang akan disampaikan kepada anak didik. Tanpa bahan pelajaran

proses belajar mengajar tidak akan berjalan. Karena itu, guru yang akan

mengajar pasti memiliki dan menguasai bahan pelajaran yang akan

disampaikan pada anak didik.

e. Kegiatan Belajar Mengajar

Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan. segala

sesuatu yang diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses belajar

mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar akan melibatkan semua

30 SlideShare,

https://www.slideshare.net/ALBAAITSQOLBUMOTIVATORHATI/pembelajaran-mengartikan-

alquran, Rabu 21 Agustus 2019

29

komponen pengajaran, kegiatan belajar akan menentukan sejauh mana

tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai.

f. Metode

Kata metode berasal dari kata Yunani “methodos”, yang terdiri dari kata

“meta” yang berarti “melalui” dan “hodos” yang berarti jalan. Jadi metode

berarti jalan yang dilalui. Secara lebih sederhana, metode dapat berarti cara

kerja atau cara yang tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu. Metode

dalam bahasa Arab disebut thariqah, yaitu rencana menyeluruh yang

berkaitan dengan penyajian materi secara teratur atau sistematis berdasarkan

pendekatan yang ditentukan31

Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan

oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin

dicapai setelah pengajaran berakhir. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru

tidak harus terpaku dengan menggunakan satu metode, tetapi guru

sebaiknya menggunakan metode yang bervariasi agar jalannya pengajaran

tidak membosankan, tetapi menarik perhatian anak didik.32

g. Alat

Alat adalah segala sesuatu yang digunakan dalam rangka mencapai

tujuan pengajaran. Sebagai salah sesuatu yang dapat digunakan dalam

mencapai tujuan pengajaran, alat mempunyai fungsi, yaitu alat sebagai

perlengkapan, alat sebagai pembantu mempermudah usaha mencapai tujuan,

dan alat sebagai tujuan.

h. Sumber Pelajaran

Sumber belajar merupakan bahan/ materi untuk menambah ilmu

pengetahuan yang mengandung hal-hal baru bagi si pelajar. Sebab belajar

pada hakikatnya adalah untuk mendapatkan hal-hal baru (perubahan).

31 Nur Tanfidiyah, “Metode Yanbu’a dalam meningkatkan baca tulis Al-Qur’an pada

anak Usia Dini”, Jurnal Islamic Education, Online ISSN (e-ISSN): 2548-4516 Volume 2, August

2017 (109-120), h. 112 32 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2013)

cet. Ke-5, h.46

30

Sumber belajar sesungguhnya banyak sekali terdapat di mana-mana, seperti

di sekolah,di halaman, di pusat kota, di pedesaan, dan sebagainya.

Pemanfaatan sumber-sumber pengajaran tersebut tergantung pada kreativitas

guru, waktu, biaya,serta kebijakan-kebijakan lainnya.

i. Evaluasi

Evaluasi adalah suatu proses sistematis menetapkan nilai tentang

sesuatu hal, seperti objek, proses, unjuk kerja, kegiatan hasil, tujuan, atau

hal lain berdasarkan kriteria tertentu melalui penilaian.33 Evaluasi

merupakan proses yang menentukan kondisi, di mana suatu tujuan telah

dapat dicapai.34

Evaluasi dalam pembelajaran menterjemahkan Al-Qur’an, ialah sebagai

berikut:

1) Penilaian Proses

Bentuk evaluasi yang tepat untuk dipakai menilai keberhasilan

proses pembelajaran materi mengartikan Al-Qur’an adalah dengan

teknik unjuk kerja dan menggunakan daftar penilaian sebagai

instrumentnya untuk mengetahui seberapa lancar dan bagus kegiatan

mengartikan siswa terhadap Al-Qur’an.

2) Penilaian Hasil

Bentuk evaluasi untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran

yang tepat untuk materi ini adalah tes objektif dan subjektif dengan

teknik lisan/tulisan. Tes ini akan dipakai untuk mengukur kemampuan

siswa dalam mengartikan Al-Qur’an dan sikap mereka setelah

menguasai cara mengartikan Al-Qur’an. Oleh karena itu dibutuhkan

latihan-latihan yang bisa membantu siswa untuk menguasai materi

dengan lebih baik.

33 M. Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,

1996), cet.ke-3, h.1 34 M. Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip & Operasionalnya, (Jakarta: Bumi Aksara,

2009), cet. Ke-3, h. 1

31

G. Pendekatan dalam Pembelajaran

Dalam kegiatan belajar mengajar penggunaan metode yang tepat dalam

menyampaikan suatu materi dapat membantu siswa dalam mengetahui dan

memahami segala sesuatu yang disampaikan guru, sehingga melalui tes hasil

belajar dapat diketahui peningkatan prestasi belajar siswa.

Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen

yang saling berhubungan dengan yang lain secara komprehensif. Komponen

tersebut meliputi tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Keempat komponen

tersebut harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan menentukan

pendekatan, dan model-model pembelajaran apa saja yang akan digunakan

dalam kegiatan pembelajaran.35

Menurut Ruseffendi, pendekatan pembelajaran adalah jalan atau arah yang

ditempuh oleh guru atau siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dilihat

bagaimana materi itu disajikan. Misalnya, memahami suatu prinsip dengan

pendekatan induktif atau deduktif.36

Seorang guru harus bisa memilih pendekatan yang inovatif dalam strategi

pembelajaran. Hal ini agar siswa mampu terlibat secara aktif dan mandiri dalam

proses pembelajaran melalui kegiatan pembelajaran yang berorientasi pada

proses penemuan (discovery) dan pencarian (inquiry).37 Dalam kegiatan

pembelajaran yang seperti inilah memiliki dampak positif pada hasil (output)

yang dihasilkan baik itu yang bersifat pemahaman, sikap, atau berbagai

keterampilan yang mesti dikuasai oleh seluruh siswa.

Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan,

yaitu:

1. Pendekatan Pembelajaran Berorientasi Pada Guru (Teacher Centered

Apporoaches)

Pendekatan pembelajaran berorientasi pada guru yaitu pembelajaran

yang menempatkan siswa sebagai objek dalam belajar dan kegiatan belajar

35 Abdullah, “Pendekatan Dan Model Pembelajaran Yang Mengaktifkan Siswa”, Jurnal

Edureligia, Vol. 01 No.01 Tahun 2017, h. 46. 36 Jumanta Hamdayama, Metodologi Pengajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2017), h. 128. 37 Jumanta Hamdayama, Metodologi Pengajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2017

32

bersifat klasik. Dalam pendekatan ini guru menempatkan diri sebagai orang

yang serba tahu dan sebagai satu-satunya sumber belajar

2. Pendekatan Pembelajaran Berorientasi Pada Siswa (Student Centered

Apporoaches)

Pendekatan pembelajaran berorientasi pada siswa adalah pendekatan

pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai objek belajar dan kegiatan

belajar bersifat modern. Pendekatan pembelajaran berorientasi pada siswa,

manajemen, dan pengelolaannya ditentukan oleh siswa. Pada pendekatan ini

siswa memiliki kesempatan yang terbuka untuk melakukan kreativitas dan

mengembangkan potensinya melalui aktivitas secara langsung sesuai

dengan minat dan keinginannya. Dengan menurunkan strategi pembelajaran

discovery dan inquiry serta strategi pembelajaran induktif.38

H. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Jurnal dengan judul Metode Yanbu’a dalam meningkatkan baca tulis Al-

Qur’an pada anak Usia Dini. Karya atas nama Nur Tanfidiyah mahasiswi UIN

Sunan Kalijaga Yogyakarta, dengan identitas jurnal: http://ejournal.uin-

suka.ac.id/tarbiyah/conference/index.php/aciece/aciece2, Online ISSN (e-

ISSN): 2548-4516 Volume 2, August 2017 (109-120)

Dalam jurnal tersebut menjelaskan mengenai sebuah metode pembelajaran

yang cocok untuk karakteristik anak usia dini. Nama metode tersebut adalah

metode yanbu’a. dalam metode ini mengkoordinasikan 3 aspek yang sangat

penting dalam pembelajaran dan saling melengkapi sehingga kemampuan anak

dapat berkembang dengan baik dan seimbang, yaitu visual, auditori, dan

kinestetik.39

2. Skripsi oleh Elis Tuti Winanengsih 054101118 mahasiswi UIN Sunan

Kalijaga Yogyakarta, dengan judul Impelemntasi Metode Qiraati Dalam

Pembelajaran Al-Qur’an di Sekolah Dasar Islam Terpadu Salman Al Farisi

38 Abdullah, “Pendekatan Dan Model Pembelajaran Yang Mengaktifkan Siswa”, Jurnal

Edureligia, Vol. 01 No.01 Tahun 2017, h. 48. 39 Nur Tanfidiyah, “Metode Yanbu’a dalam meningkatkan baca tulis Al-Qur’an pada

anak Usia Dini”, Jurnal Islamic Education, Online ISSN (e-ISSN): 2548-4516 Volume 2, August

2017 (109-120), h. 115.

33

Yogyakarta. Dalam skripsi tersebut menjelaskan bahwa metode qiraati

merupakan suatu metode yang mudah dan praktis. Metode ini mulai

dikenalkan pada tahun 1963 di Semarang, Jawa Tengah oleh Dahlan Salim

Zarkasyi.40 Prinsip yang digunakan dalam metode ini ialah bahwa guru tidak

boleh banyak menuntun, guru hanya menerangkan tiap pokok pelajarannya

saja.

3. Jurnal dengan judul Implementasi Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an Dengan

Metode Iqra Pada Anak Usia Dini di RA Perwanida Slawi Kabupaten Tegal.

Karya atas nama Srijatun mahasiswa UIN Walisongo Semarang, dengan

identitas jurnal: ISSN 1979-1739 (P) ; ISSN 2502-8057 (E). © 2017 Nadwa |

IAIN Walisongo http://journal.walisongo.ac.id/index.php/nadwa. Dalam

jurnal tersebut menjelaskan bahwa metode iqra disusun oleh KH. As’ad

Humam dari Kota Gede Yogyakarta yang kemudian dikembangkan oleh

AMM (Angkatan Muda Masjid dan Mushola) Yogyakarta. Metode ini

menerapkan pembelajaran CBSA (Cara Belajar 3Santri Aktif) yaitu, guru

berperan hanya menyimak saja jangan sampai menuntun, kecuali ketika

memberikan contoh pelajaran.41

4. Jurnal dengan judul Efektifitas Metode Jal-Pin Al-Barqy Terhadap

Keterampilan Membaca Al-Qur’an Mahasiswa Fakultas Teknik. Karya atas

nama Anis Farihah mahasiswi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, dengan

identitas jurnal:

halaqa: Islamic Education Journal 1 (1), Juni 2017, 1-8 ISSN 2503 – 5045

(online) Journal Homepage:http://ojs.umsida.ac.id/index.php/halaqa, DOI

Link:http://doi.org/10.21070/halaqa.v1i1.819, Article DOI:

10.21070/halaqa.v1i1.819

40 Elis Tuti Winanengsih, “Impelemntasi Metode Qiraati Dalam Pembelajaran Al-Qur’an

di Sekolah Dasar Islam Terpadu Salman Al Farisi Yogyakarta”, (Yogyakarta UIN Sunan Kalijaga,

2008), h.14

41 Srijatun, “Implementasi Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an Dengan Metode Iqra

Pada Anak Usia Dini di RA Perwanida Slawi Kabupaten Tegal”, Jurnal Pendidikan Islam,

Vol. 11, Nomor 1, 2017, h.32

34

Dalam jurnal tersebut menjelaskan bahwa sebenarnya metode barqy ini di

khususkan untuk para mahasiswa yang sama sekali belum bisa membaca al-

Qur’an. Metode barqy merupakan sebuah metode yang menawarkan kecepatan

penguasaan bacaan al-Qur’an dalam satu tahapan saja dengan kisaran waktu

minimal 200 menit saja seseorang yang belum bisa membaca al-Qur’an atau

bahkan belum pernah mengenal huruf hijaiyah bisa berubah menjadi mampu

membaca al-Qur’an.42 Metode ini ditemukan oleh dosen Fakultas Adab IAIN

Sunan Ampel Surabaya yang bernama Muhadjir Sulthon pada tahun 1965.

5. Skripsi yang dibuat oleh Een Hujaemah 1112011000088 mahasiswi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, dengan judul Implementasi Metode Tilawati Dalam

Pembelajaran Al-Qur’an di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan. Dalam skripsi

tersebut membahas tentang Implementasi Metode Tilawati Dalam

Pembelajaran Al-Qur’an di Madrasah dengan metode tilawati dengan belajar

membaca al-Qur’an yang pelaksanaannya menyeimbangkan antara pendekatan

klasikal dan kebenaran membaca melalui pendekatan individual dengan teknik

baca simak.43

Hasil relevan yang saya peroleh dari 3 jurnal dan 2 skripsi ialah dalam

penelitian ini sama-sama meneliti mengenai metode pembelajaran al-Qur’an,

dan bagaimana implementasi metode tersebut dalam meningkatkan membaca

al-Qur’an. Namun hal yang berbeda antara saya dengan para peneliti lainnya

ialah mengenai metode yang digunakannya. Saya menggunakan metode harfun

(Moco Qur’an Sak Maknane) merupakan sebuah metode baru yang diciptakan

dan dikembangkan oleh H. Ahmad Syaikhu Buchori, S.Ag dan H.Yusman El-

Makmur, MA pada tahun 2006, kemudian direstui oleh DR. KH. Ahmad

Musta’in Syafi’ie, M. Ag, Al Hafizh selaku Pengasuh Pondok Pesantren

Madrasatul Qur’an Tebuireng – Jombang. Metode ini bukan hanya sekedar

42 Anis Farihah, “Efektifitas Metode Jal-Pin Al-Barqy Terhadap Keterampilan

Membaca Al-Qur’an Mahasiswa Fakultas Teknik”, Jurnal Islamic Education,

doi:http://dx.doi.org/10.21070/halaqa.v1i1.819, h. 3 43 Een Hujaemah, Implementasi Metode Tilawati Dalam Pembelajaran Al-Qur’an di

Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan, (Jakarta UIN Syarif Hidayatullah, 2017), h.23

35

untuk meningkatkan kemampuan membaca, namun juga untuk meningkatkan

kemampuan terjemah Al-Qur’an. Metode tersebut baru diterapkan mulai tahun

2010 di pondok pesantren Tebuireng dan Madrasatul Qur’an Jombang Jawa

Timur. Selain itu juga sudah mulai diterapkan pada tahun 2010 di sekolah MI

Sa’adatuddarain Jakarta Timur dan SDIT Lazuardi Madani Islamic Student

Village Gunung Sindur.

36

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif yang dilaksanakan di MI

Sa’adatuddarain – Jakarta Timur dengan menggunakan pendekatan deskriptif

kualitatif. Deskriptif kualitatif adalah suatu metode dalam penelitian yang berusaha

mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang.1

Penelitian ini memusatkan perhatian pada masalah aktual sebagaimana adanya pada

saat penelitian berlangsung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mendeskripsikan atau menggambarkan secara sistematis, faktual, dan akurat

mengenai fakta-fakta fenomena yang diselidiki.

Adapun penulis memilih tempat penelitian di MI Sa’adatuddarain – Jakarta

Timur dikarenakan sekolah tersebut menerapkan metode Harfun (Moco Qur’an Sak

Maknane). Pembelajaran ini difokuskan pada membaca Al-Qur’an dengan

memahami makna kata perkata dari setiap bacaan yang dibaca dengan

menggunakan buku panduan khusus yang disediakan di sekolah.

B. Metode penelitian

Metode yang digunakan adalah metode deskripsi yaitu memaparkan dari apa

yang diperoleh melalui penelitian, yaitu berupa informasi yang berkaitan dengan

tema yang diteliti. Untuk memperoleh data penulis menggunakan metode yaitu:

1. Penelitian kepustakaan (library research)

Penelitian kepustakaan penulis lakukan dengan membaca buku-buku,

skripsi orang lain, serta literatur yang berkaitan dengan masalah yang akan

dibahas. Hal ini penulis lakukan untuk memperoleh pendapat-pendapat dan

teori-teori yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas.

2. Penelitian lapangan

Dalam penelitian lapangan ini penulis mengumpulkan data melalui

observasi dan wawancara mengenai implementasi metode Harfun dalam

kegiatan pembelajaran terjemah Al-Qur’an di sekolah MI Sa’adatuddarain.

1 Juliansyah Noor, Metode Penelitian, (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), hal.34

36

37

Penelitian ini ditujukan kepada pihak kepala sekolah, guru dan siswa agar hasil

yang diperoleh peneliti maksimal.

C. Teknik pengumpulan data

Untuk mendapatkan data yang objektif dan benar dalam penelitian diperlukan

teknik dan cara tertentu yang tepat yang sesuai dengan bentuk dan jenis penelitian

yang dilakukan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik:

1. Observasi

Observasi merupakan salah satu metode pengumpulan data dimana

peneliti melihat mengamati secara visual sehingga validitas data sangat

tergantung pada observer.2

Dengan melakukan kunjungan langsung, peneliti menciptakan

kesempatan untuk observasi langsung. Dengan berasumsi bahwa fenomena

yang diminati tidak asli historis, beberapa pelaku atau kondisi lingkungan

sosial yang relevan akan tersedia untuk observasi.3

Observasi ini dilakukan untuk mendapatkan data yang berkaitan

dengan keadaan lokasi objek penelitian, yaitu keadaan sekolah dan kegiatan

mengenai pelaksanaan pembelajaran membaca Al-Qur’an melalui metode

Harfun (Moco Qur’an Sak Maknane) di sekolah MI Sa’adatuddarain.

Peneliti melakukan observasi di MI Sa’adatuddarain sebanyak 7 kali.

Dengan metode ini peneliti dapat mengamati secara langsung atau

mengikuti pembelajaran terjemah Al-Qur’an. Hal ini penting dilakukan

untuk mendapatkan data dan selanjutnya ditranskripsi supaya

mempermudah peneliti dalam mengumpulkan data dari pembelajaran

membaca Al-Qur’an.

2 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,

2017), Cet. Ke-25, h.145. 3 Robert K. Yin, Studi Kasus Desain dan Metode, (Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada,2005), h.112

38

Tabel 3.1

Kisi-kisi Observasi

No Aspek yang Diamati Indikator

1 Sekolah 1. Lokasi sekolah

2. Kondisi sekolah

3. Kelengkapan sarana dan prasarana

2 Guru 1. Kemampuan guru

3 Siswa 1. Kondisi Siswa

2. Interaksi antara sesama siswa

maupun dengan guru

3. Kegiatan siswa

4 Lingkungan 1. Kebersihan lingkungan sekolah

2. Kenyamanan sekolah

3. Keamanan sekolah

2. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila ingin

melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus

diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden

yang lebih mendalam dan jumlah responden yang sedikit.4

Wawancara atau interview merupakan salah satu bentuk teknik

pengumpulan data yang banyak dilakukan dalam penelitian deskriptif

kualitatif. Penggunaan teknik ini penulis lakukan dengan cara

mewawancarai Kepala Sekolah, Guru yang bersangkutan, serta Siswa kelas

VI. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data-data yang dapat

menyempurnakan observasi.

Metode ini digunakan untuk memperoleh data langsung dari guru dan

siswa MI Sa’adatuddarain. Peneliti melakukan wawancara sebanyak 7 kali.

Wawancara ini digunakan untuk mendapatkan data langsung tentang

4 Ibid, h. 137

39

pelaksanaan pembelajaran membaca Al-Qur’an melalui metode Harfun

(Moco Qur’an Sak Maknane). Adapun pihak yang diwawancarai dalam

penelitian ini adalah kepala sekolah, guru wali kelas, guru Al-Qur’an, siswa

kelas VI.

Tabel 3.2

Kisi-kisi Wawancara dengan Kepala Sekolah

No. Variable Indikator

1 Pembangunan Sekolah 1. Latar belakang didirikannya

sekolah

2. Waktu didirikannya sekolah

3. Pendiri sekolah

4. Visi dan misi sekolah

5. Tujuan sekolah

2 Pendidikan 1. Cara mengajar guru

2. Cara belajar siswa

3. Kurikulum yang digunakan

Tabel 3.3

Kisi-kisi Wawancara dengan Guru Wali Kelas dan Guru Al-

Qur’an

No. Variable Indikator

1 Siswa 1. Karakter siswa

2. Sikap siswa

3. Upaya guru

2 Pembelajaran Terjemah Al-

Qur’an

1. Pengenalan Al-Qur’an

2. Pedoman yang dipakai dalam

kegiatan belajar membaca Al-

Qur’an

3. Motif belajar membaca Al-

Qur'an

40

4. Pembelajaran arti dan makna

kosakata Al-Qur’an

5. Metode yang digunakan

6. Alasan menggunakan metode

tersebut

7. Kendala yang dihadapi dalam

proses pembelajara Al-Qur’an

Tabel 3.4

Kisi-kisi Wawancara dengan Siswa

No. Variable Indikator

1 Pembelajaran Terjemah Al-

Qur’an

1. Pemahaman mengenai Al-Qur’an

2. Pelafalan Al-Qur’an

3. Pemahaman arti dan makna

kosakata Al-Qur’an

4. Kendala yang dihadapi dalam

proses pembelajara Al-Qur’an

3. Dokumentasi

Metode ini digunakan oleh peneliti sebagai pelengkap dan pendukung

dari penggunaan teknik observasi pada saat proses pembelajaran membaca

Al-Qur’an berlangsung. Dokumentasi yang diperoleh adalah berupa data-

data dan gambaran pada saat proses pembelajaran membaca Al-Qur’an,

daftar peserta didik, daftar guru, serta catatan lain sebagainya. Dengan

metode ini diharapkan dapat mempermudah peneliti mendeskripsikan dan

menganalisis data yang diperoleh.

D. Uji Keabsahan Data

Dalam penelitian ini, untuk menguji keabsahan data agar dapat menghasilkan

data yang akurat maka penulis menggunakan metode triangulasi data, yang

41

merupakan sebuah proses penguatan data yang diperoleh dari berbagai sumber yang

menjadi bukti temuan.5

1. Triangulasi Sumber

Untuk menguji keabsahan data yang dilakukan dengan cara mengecek

data yang didapatkan melalui beberapa sumber yang diantaranya dalam

penelitian ini menguji tentang implementasi metode Harfun (Moco Qur’an

Sak Maknane) maka pengumpulan dan pengujian data yang didapatkan

melalui kepala sekolah, kepala bidang kurikulum, dan guru yang

bersangkutan. Jadi dalam menguji data yang didapatkan sudah valid atau

belum, maka peneliti membandingkan informasi yang didapatkan dari

beberapa sumber.

2. Triangulasi Teknik

Untuk menguji keabsahan data atau temuan penelitian. Triangulasi teknik

ini dilakukan dengan menggunakan lebih dari satu teknik pengumpulan data

yang ada untuk mendapatkan data yang sama. yakni seperti melakukan

wawancara, observasi, dan dokumentasi.

3. Triangulasi Waktu

Dalam penelitian waktu juga sering mempengaruhi keabsahan data. Data

yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat

narasumber masih dalam kondisi segar, belum banyak pikiran dan masalah

akan memberikan data yang valid sehingga lebih kredibel. Dalam hal

pengujian keabsahan data tersebut peneliti melakukan pengecekan dengan

wawancara, observasi, dan tes atau dengan teknik yang lainnya dalam waktu

yang berbeda. Bila hasilnya berbeda, maka dilakukan berkali-kali sampai ada

titik kepastian dan kejenuhan dalam pengujian data tersebut.6

E. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan saat pengumpulan data

berlangsung, dan setelah pengumpulan data dalam waktu tertentu. Pada saat

5 Emzir, Analisis Data Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010),

h. 82 6 Ibid, h. 274-275

42

wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang

diwawancarai.

Dalam penelitian kualitatif, analisis data merupakan kegiatan data dari seluruh

responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data ialah:

mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data

berdasarkan variabel dari seluruh responden

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, maka perlu

dicatat secara teliti dan rinci. Reduksi data merupakan proses berfikir sensitif

yang memerlukan kecerdasan dan keluasaan dan kedalaman wawasan yang

tinggi.

2. Penyajian Data (Data Display)

Setelah data direduksi maka selanjutnya ialah mendisplay data. Dalam

penelitian kualitatif penyajian data dapat dilakukan dalam uraian singkat,

bagan, hubungan antar kategori dan sebagainya. Dengan mendisplay data dapat

mempermudah untuk memahami apa yang terjadi dan melanjutkan rencana

selanjutnya.

3. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/ Verification)

Kesimpulan yang diharapkan adalah merupakan temuan baru yang

sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran

suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang sehingga setelah diteliti

menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.7

7 Ibid, h.247-253

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Fakta Temuan

Fakta temuan yang akan dipaparkan dalam bab ini adalah fakta-fakta yang

peneliti temukan dalam pelaksanaan peneliti temukan di MI Sa’adatuddarain –

Jakarta Timur, khususnya tentang pelaksanaan pembelajaran membaca Al-Qur’an

melalui metode harfun (Moco Qur’an Sak Maknane). Untuk lebih memahami

kondisi rill lokasi penelitian, maka peneliti akan memaparkan beberapa hal

penunjang di antaranya letak geografis, sejarah berdirinya MI Sa’adatuddarain –

Jakarta Timur, visi dan misi, keadaan guru, keadaan murid, serta sarana dan

prasarana yang ada di MI Sa’adatuddarain – Jakarta Timur. Adapun penjelasan

lebih rinci sebagai berikut:

1. Gambaran Umum MI Sa’adatuddarain

a. Profil dan Data Sekolah

Madrasah Ibtidaiyah Sa’adatuddarain berada di bawah naungan

Yayasan Pendidikan Islam Al-Makmur, sebagai lembaga pendidikan yang

menjadi representasi dari sekian banyak madrasah/lembaga pendidikan

yang ada di Jakarta. Madrasah Ibtidaiyah Sa’adatuddarain didirikan pada

tahun 1979 dan mendapatkan Surat izin Penyelenggaraan Pendidikan

dengan nomor : WJ/6/PP.00.4/2372/1990 berdasarkan surat Keputusan

Menteri Agama RI Nomor 5 tahun 1977 dan Nomor 15 tahun 1978 serta

Keputusan Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama DKI Jakarta Nomor

WJ/086/KPTS/1988 dengan nomor statistik madrasah : 112317210064. Dan

berdasarkan Surat Izin Penyelenggaraan Pendidikan Madrasah Swasta

nomor : Kd.09.02/4/PP.00/2484/2009, dengan penggantian nomor statistik

madrasah menjadi : 111231750004.

Seiring perjalanan Madrasah Ibtidaiyah Sa’adatuddarain dalam rangka

penertiban administrasi dan persekolahan, Madrasah Ibtidaiyah

Sa’adatuddarain mendapatkan Nomor Pokok Sekolah Nasional (NSPN)

60706247 berdasarkan keputusan Kepala Badan Penelitan dan

Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI No.

43

44

3574/G4/KL/2009 Tahun 2009, dan pembaharuan Piagam Izin

Pendirian/Operasional Madrasah Nomor 877 Tahun 2017 yang diterbitkan

oleh Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi DKI Jakarta.12

b. Letak Geografis

MI Sa’adatuddarain merupakan sekolah swasta yang terletak di Jl.

Masjid Al Maghfiroh Rt. 002/09 kelurahan Pekayon, Pasar Rebo – Jakarta

Timur. Adapun batas-batas wilayah yang mengelilingi MI Sa’adatuddarain

adalah sebagai berikut:

Sebelah barat : Jalan Raya Bogor

Sebelah utara : Setu Pedongkelan (perbatasan Jakarta Timur-Depok)

Sebelah timur : Kantor Kelurahan Pekayon

Sebelah selatan : Kantor Kecamatan Pasar Rebo

Letak MI Sa’adatuddarain ini cukup strategis karena tidak terlalu jauh,

hanya 250 m masuk dari Jalan Raya Bogor. Wilayahnya dekat dengan

pemukiman warga, sehingga mudah ditempuh dengan sepedah, motor,

bahkan dengan jalan kaki. Meskipun berada ditengah-tengah pemukiman

warga, keadaannya tetap nyaman karena tidak begitu dekat dengan jalan

raya, sehingga proses pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ada di MI

Sa’adatuddarain berjalan dengan lancar.13

c. Sejarah Berdirinya MI Sa’adatuddarain

Madrasah Ibtidaiyah Sa’adatuddarain sebagai sekolah dasar yang

berupaya mempersiapkan peserta didik yang beriman dan bertaqwa, mampu

bersaing secara sehat, memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi serta

unggul dalam prestasi.

Melihat perkembangan kebutuhan akan pendidikan yang bermutu,

Madrasah Ibtidaiyah Sa’adatuddarainberusaha memenuhi kebutuhan

masyarakat dengan perkembangan di berbagai bidang. Metode

pembelajaran yang interaktif, proses pembelajaran dengan kurikulum

nasional yang dikembangkan dengan penekanan pada pembentukan insan

12 Dokumentasi Sekolah, 2019 13 Observasi, 1 Agustus 2019

45

yang beriman dan bertaqwa yang kompetitif. Para tenaga pengajar

adalah professional dan kompeten di bidangnya yang selalu

mengedepankan keikhlasan sebagai wujud rasa Syukur kepada Allah

SWT. Komunikasi yang efektif dengan orang tua dalam pembinaan peserta

didik ditujukan untuk mengoptimalkan potensi peserta didik.

Madrasah Ibtidaiyah Sa’adatuddarain berada di bawah naungan Yayasan

Pendidikan Islam Al-Makmur, sebagai lembaga pendidikan yang menjadi

representasi dari sekian banyak madrasah/lembaga pendidikan yang ada di

Jakarta. Madrasah Ibtidaiyah Sa’adatuddarain didirikan pada tahun 1979

dan mendapatkan Surat izin Penyelenggaraan Pendidikan dengan nomor :

WJ/6/PP.00.4/2372/1990 berdasarkan surat Keputusan Menteri Agama RI

Nomor 5 tahun 1977 dan Nomor 15 tahun 1978 serta Keputusan Kepala

Kantor Wilayah Departemen Agama DKI Jakarta Nomor

WJ/086/KPTS/1988 dengan nomor statistik madrasah : 112317210064.

Seiring perjalanan Madrasah Ibtidaiyah Sa’adatuddarain dalam rangka

penertiban administrasi dan persekolahan, Madrasah Ibtidaiyah

Sa’adatuddarain mendapatkan Nomor Pokok Sekolah Nasional (NSPN) :

60706247 berdasarkan keputusan Kepala Badan Penelitian dan

Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

No.3574/G4/KL/2009. Dan Surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah

Kementerian Agama Provinsi DKI Jakarta Nomor : 877 Tahun 2017

tentang Izin Pendirian/Operasional Madrasah Ibtidaiyah Sa'adatuddarain

dengan nomor statistik madrasah : 111231750004

d. Visi dan Misi MI Sa’adatuddarain

1) Visi

“Berakhlakul Karimah, Berprestasi dan Terampil.”

2) Misi

a) Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama Islam dan

budaya bangsa, sehingga terbangun siswa yang berakhlaqul

karimah.

46

b) Menumbuhkan dan mendorong semangat prestasi dalam penerapan

ilmu pengetahuan, tehnologi dan seni baik akademis maupun non

akademis.

c) Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali potensi

dirinya, sehingga dapat berkembang secara optimal.14

e. Tujuan Sekolah

Mengacu pada visi dan misi sekolah, serta tujuan umum pendidikan

dasar, tujuan sekolah dalam mengembangkan pendidikan ini adalah sebagai

berikut ini.

1) Meningkatkan prilaku budi pekerti luhur

2) Meningkatkan Imtak dan Iptek

3) Meningkatkan keterampilan siswa dengan bakat serta minat

4) Meningkatkan kepribadian seutuhnya

5) Mempersiapkan siswa untuk melannjutkan pendidikan kejenjang yang

lebih tinggi.

6) Meningkatkan Profesionalisme personal15

f. Sturktur Organisasi MI Sa’adatuddarain

Setiap lembaga pendidikan memerlukan adanya struktur organisasi

yang mengatur suatu lembaga dalam melakukan tugas dan fungsi dari unsur

yang ada di dalam lembaga tersebut. Struktur organisasi memiliki peran

penting dalam mengatur dan mengawasi jalannya kegiatan-kegiatan yang

dilaksanakan oleh lembaga tersebut. Adapun struktur organisasi MI

Sa’adatuddarain antara lain:

1) Kepala Sekolah

Dalam menjalankan tugasnya dibantu kepala-kepala urusan yang

terdiri dari empat bagian, yaitu:

a) Urusan Kurikulum

b) Urusan Kesiswaan

c) Urusan Humas

14 Dokumentasi Sekolah, 2019 15 Dokumentasi Sekolah, 2019

47

d) Urusan Sarana dan Prasarana

2) Bagian Tata Usaha dan Perkantoran, terdiri dari:

a) Kepala Tata Usaha

b) Bagian Arsip Data

c) Bagian Bendahara dan Administrasi

d) Bagian Lapangan dan Pesuruh

3) Majelis Guru

a) Wali Kelas

b) Seksi Olahraga

c) Seksi Kepramukaan

d) Seksi Kesenian

Sedangkan untuk bagan sturktur organisasi MI Sa’adatuddarain adalah

sebagai berikut:

Gambar 4.1

Struktur Organisasi MI Sa’adatuddarain

(Sumber: Dokumentasi Sarana dan Prasarana, 2019)

48

g. Keadaan Fisik MI Sa’adatuddarain

Dalam upaya untuk menunjang tujuan pendidikan pada MI

Sa’adatuddarain, diperlukan sarana dan prasarana yang memadai serta

pemanfaatannya secara maksimal. Adapun sarana dan prasarana yang

dimiliki MI Sa’adatuddarain, antara lain:

Tabel 4.1

Keadaan Fisik MI Sa’adatuddarain

No Jenis

Prasarana

Jumlah

Ruang

Jumlah

Ruang

Kondisi

Baik

Jumlah

Ruang

Kondisi

Rusak

Kategori Kerusakan

Rusak

Ringan

Rusak

Sedan

g

Rusak

Berat

1 Ruang

Kelas 7 7 0 0 - -

2 Perpustak

aan 1 1 - - - -

3 R. Lab.

IPA - - - - - -

4 R. Lab.

Komputer - - - - - -

5 R.

Pimpinan 1 1 - - - -

6 Ruang

Guru 1 1 - - - -

7 R. Tata

Usaha 1 1 - - - -

8 Tempat

Ibadah 1 1 - - - -

9 WC Guru 1 1 - - - -

10 WC Siswa 3 3 - - - -

11 Gudang 1 - 1 - 1 -

49

No Jenis

Prasarana

Jumlah

Ruang

Jumlah

Ruang

Kondisi

Baik

Jumlah

Ruang

Kondisi

Rusak

Kategori Kerusakan

Rusak

Ringan

Rusak

Sedan

g

Rusak

Berat

12 Tempat

Olahraga 1 - 1 - 1 -

(Sumber: Dokumentasi Sarana dan Prasarana, 2019)

Sarana yang dimiliki MI Sa’adatuddarain selain ruangan sebagaimana

tersebut diatas, diatas ditambah sarana ibadah, peralatan olahraga, dan alat

administrasi lainnya. (Dokumentasi Sarana dan Prasarana dikutip pada 29

Agustus 2019)

h. Keadaan Guru MI Sa’adatuddarain

Tenaga Pendidik MI Sa’adatuddarain, merupakan guru – guru yang

telah dipersiapkan dengan baik untuk mampu membimbing siswa mencapai

tujuan pendidikan melalui kurikulum yang telah di rancang secara terpadu

di MI Sa’adatuddarain.

Tenaga Pendidik MI Sa’adatuddarain merupakan tenaga pengajar yang

berpengalaman di bidangnya yang berlatar belakang Pendidikan Perguruan

Tinggi Negeri maupun Swasta yang memiliki kemampuan dan

berpengalaman di bidangnya.

Tabel 4.2

Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan

No. Keterangan Jumlah

Pendidik/Guru

1 Guru PNS diperbantukan tetap 7

2 Guru Tetap Yayasan 6

Tenaga Kependidikan

1 Tata Usaha 1

2 Pesuruh 1

50

Jumlah 15

(Sumber: Dokumentasi Sarana dan Prasarana, 2019)

i. Keadaan Siswa MI Sa’adatuddarain

Keadaan siswa MI Sa’adatuddarain tahun pelajaran 2019/2020 secara

keseluruhan berjumlah 44 siswa, sedangkan untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3

Daftar jumlah siswa masing-masing kelas

Kelas

Tahun Pelajaran

2017/2018 2018/2019 2019/2020

Jumlah

Siswa

Jumlah

Rombel

Jumlah

Siswa

Jumlah

Rombel

Jumlah

Siswa

Jumlah

Rombel

Kelas 1 30 1 32 1 28 1

Kelas 2 29 1 30 1 31 1

Kelas 3 32 1 29 1 27 1

Kelas 4 47 2 32 1 26 1

Kelas 5 30 1 45 2 31 1

Kelas 6 27 1 30 1 44 2

Jumlah 195 7 198 7 187 7

(Sumber : Dokumentasi Sarana dan Prasarana, 2019)

2. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran Membaca Al-Qur’an Melalui

Metode harfun (Moco Qur’an Sak Maknane)

Dalam penelitian ini membahas tentang pembelajaran membaca Al-

Qur’an melalui metode Harfun (Moco Qur’an Sak Maknane) di MI

Sa’adatuddarain. Metode Harfun adalah sebuah metode yang mengajarkan

bagaimana siswa mampu membaca Al-Qur’an dengan lancar serta mampu

memahami makna perkata dari setiap bacaan yang dibacanya. Output yang

51

dihasilkan metode ini membuat orang bisa menterjemahkan Al-Qur’an secara

perkata (bukan tafsir) pada saat membaca Al-Qur’an dengan tanpa melihat

terjemahannya.16

Pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an dengan metode tersebut sudah

dimulai sejak tahun 2010. Metode Harfun (Moco Qur’an Sak Maknane)

merupakan pembelajaran Al-Qur’an dengan menggunakan 3x cara

penggunaannya. Yang pertama, dengan cara siswa diminta membaca Al-

Qur’an dengan cara keseluruhan sampai batas ayat yang ditentukan.

Kemudian yang kedua, siswa membaca potongan ayat perkata sambil

diartikan perkata juga. Dan yang ketiga, siswa membaca 1 ayat Al-Qur’an dan

mengartikan secara sempurna dari 1 ayat tersebut.

Tujuan kepala sekolah menerapkan metode Harfun (Moco Qur’an Sak

Maknane) di MI Sa’adatuddarain ialah:

a. menjadikan ciri khas untuk sekolah agar berbeda dengan sekolah

lainnya.

b. Menjadi sekolah kedua setelah SDIT Lazuardi Madani Alhasyimi –

Gunug Sindur yang menggunakan, karena metode tersebut

dikembangkan oleh yayasan Lauardi Madani Alhasyimi kemudian

MI Sa’adatuddarain ikut menerapkannya juga.

c. Untuk mempersiapkan anak didik ketika tahfidz mereka sudah

paham dengan makna ayat yang mereka hafalkan.

d. Untuk mempermudah memahami isi kandungan.17

Langkah-langkah pembelajaran metode Harfun (Moco Qur’an Sak

Maknane) di MI Sa’adatuddarain ialah sebagai berikut:

a. Dimulai dengan membuka kitab

b. Kemudian bertawasul/ berdoa untuk pengarang kitab

c. Mereview pelajaran sebelumnya

16 Wawancara dengan Guru Al-Qur’an, Selasa 2 Agustus 2019 17 Wawancara,dengan Kepala Sekolah, Selasa 20 Agustus 2019

52

d. Belajar pelajaran selanjutnya dengan menggunakan 3x cara

penggunaan (baca ayat, lepas perkata, memahami ayat dengan arti)

e. Guru memimpin membaca Al-Qur’an sampai batas ayat yang

disepakati bersama diawal jam pembelajaran. Kemudian murid

membaca juga ayat tersebut

f. Guru mengenalkan bacaan dengan arti perkata. Dan murid

mengikuti

g. Kemudian guru membaca secara keseluruh ayat. Kemudian

diterjemahkan dengan sempurna. Dan murid mengikuti

h. Setelah itu, guru melakukan tes kepada masing-masing siswa untuk

mengetahui potensi pada siswa dalam pembelajaran ini.18

C. Pembahasan

I. Metode Harfun (Moco Qur’an Sak Maknane)

a. Pengertian Metode Harfun (Moco Qur’an Sak Maknane)

Kata metode berasal dari kata Yunani “methodos”, yang terdiri dari

kata “meta” yang berarti “melalui” dan “hodos” yang berarti jalan. Jadi

metode berarti jalan yang dilalui. Secara lebih sederhana, metode dapat

berarti cara kerja atau cara yang tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu.

Metode dalam bahasa Arab disebut thariqah, yaitu rencana menyeluruh

yang berkaitan dengan penyajian materi secara teratur atau sistematis

berdasarkan pendekatan yang ditentukan.19

Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode

diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan

yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Dalam kegiatan belajar

mengajar, guru tidak harus terpaku dengan menggunakan satu metode,

18 Wawancara dengan Kepala Sekolah, Selasa 20 Agustus 2019 19 Nur Tanfidiyah, “Metode Yanbu’a dalam meningkatkan baca tulis Al-Qur’an pada anak

Usia Dini”, Jurnal Islamic Education, Online ISSN (e-ISSN): 2548-4516 Volume 2, August 2017

(109-120), h. 112

53

tetapi guru sebaiknya menggunakan metode yang bervariasi agar jalannya

pengajaran tidak membosankan, tetapi menarik perhatian anak didik.20

Metode pembelajaran merupakan seluruh perencanaan dan prosedur

maupun langkah-langkah kegiatan pembelajaran termasuk pilihan cara

penilaian yang akan dilaksanakan.21

Banyak sekali di antara macam-macam metode pembelajaran Al-

Qur’an yang dapat kita gunakan dalam proses pembelajaran Al-Qur’an.

Salah satunya ialah metode Harfun (Moco Qur’an Sak Maknane) yang

cocok digunakan untuk pembelajaran terjemah Al-Qur’an.

Metode harfun adalah sebuah metode yang mengajarkan bagaimana

siswa mampu membaca al-Qur’an dengan lancar serta mampu memahami

makna perkata dari setiap bacaan yang dibacanya.22

20 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2013)

cet. Ke-5, h.46 21 Suryono, Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2013), Cet. Ke-4, h.19 22 Wawancara dengan Kepala Sekolah, Selasa 20 Agustus 2019

54

Gambar 4.2

Hasil reset penelitian di dalam juz 1

(Sumber : Buku Panduan Metode Harfun)

Metode ini diberi nama Harfun dikarenakan dengan dua alasan:

1. surat Al-Fatihah sebagai permulaan Al-Qur’an, memulai ayatnya

dengan kosa kata jenis Harfun, yakni lafadz Bi pada

Bismillahirrahmanirrahim.

2. Dalam riset yang dilakukan, untuk juz 1 saja ditemukan jumlah kata

jenis Harfun sebanyak 45 yang diulang-ulang hingga mencapai 1.241

55

kali. Padahal seluruh kata di juz 1 mencapai 3.603 kata. Sehingga jika

diprosentase maka untuk kosa kata Harfun berjumlah 34% dari seluruh

kata yang ada.4

b. Tujuan Pembelajaran Harfun (Moco Qur’an Sak Maknane)

Sasaran akhir suatu perbuatan adalah tujuan. Seorang siswa memasuki

suatu jenjang pendidikan tertentu mempunyai tujuan. Ia ingin pintar,

cerdas, menyelesaikan pendidikannya dan mendapatkan cita-cita yang

diinginkannya. Tidak ada suatu kegiatan yang diprogramkan tanpa tujuan,

karena hal itu adalah suatu hal yang tidak memiliki kepastian dalam

menentukan ke arah mana kegiatan itu akan dibawa.

Tujuan pembelajaran adalah arah atau sasaran yang hendak dituju oleh

proses pembelajaran. Dalam setiap kegiatan sepatutnya mempunyai

tujuan. Karena tujuan menuntun kepada apa yang hendak dicapai, atau

sebagai gambaran tentang hasil akhir dari suatu kegiatan. Dengan

mempunyai gambaran jelas tentang hasil yang hendak dicapai itu dapatlah

diupayakan berbagai kegiatan ataupun perangkat untuk mencapainya.4

Tujuan pembelajaran Al-Qur’an adalah untuk meningkatkan dan

mempersiapkan sumber daya manusia sejak dini mulai kecakapan dalam

membaca, menulis, menghafal, dan memahami Al-Qur’an yang nantinya

diharapkan nilai-nilai Al-Qur’an nantinya diharapkan nilai-nilai Al-

Qur’an akan menjadi landasan moral, etika dan spiritual yang kokoh.

Sebagai suatu metode pembelajaran yang baik, tentulah Harfun (Moco

Qur’an Sak Maknane) ini mempunyai tujuan yang harus tercapai. Tujuan

tersebut ialah memberikan kemudahan bagi siswa untuk membaca al-

Qur’an dengan bukan sekedar membaca melainkan siswa mampu

mengartikan kata perkata dari bacaan yang dibacanya.23

4 Buku Panduan Moco Qur’an Sak Maknane, h.2 4 Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009),

Cet.1,h.36 23 Wawancara dengan Kepala Sekolah, Selasa 20 Agustus 2019

56

c. Metode Penerapan Harfun (Moco Qur’an Sak Maknane)

Sebelum metode ini diterapkan ke siswa, guru diharuskan mengikuti

training mengenai pelaksnanaan metode harfun tersebut. Cara

pembelajaran dan pelaksanaannya dengan mengikuti Training Of Trainer

(TOT) selama minimal 1 hari dan maksimal 6 kali pertemuan dengan 1

kali pertemuan memerlukan durasi 1,5 jam. 1,5 jam selama 6 kali

pertemuan ini dapat menyelesaikan 1 surat dari al-Baqarah sebanyak 2,5

juz.

Setelah diadakannya Training Of Trainer (TOT) maka peserta TOT

dapat menerapkan metode harfun tersebut kepada siswa. Adapun faktor

pendukung pengajaran al-Qur’an dengan metode harfun (Moco Qur’an

Sak Maknane) ialah:

d. Adanya Training Of Trainer bagi guru

e. Antusias dari para siswa dalam mengkuti pembeajaran tersebut.

f. Adanya kemauan dari guru maupun siswa dalam mengikuti

pembelajaran dengan menggunakan metode harfun.24

J. Interpretasi Hasil Penelitian

Pelaksanaan pembelajaran terjemah Al-Qur’an melalui metode Harfun (Moco

Qur’an Sak Maknane) di MI Sa’adatuddarain ini melibatkan beberapa komponen

pembelajarannya diantaranya tujuan pembelajaran, guru, peserta didik, bahan

pembelajaran, metode, sumber pembelajaran dan evaluasi.

Pembelajaran didefinisikan sebagai cara-cara yang akan dipilih dan digunakan

oleh seseorang pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan

memudahkan peserta didik menerima dan memahami meteri pembelajaran, yang

pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya di akhir kegiatan belajar.

Pembelajaran ini dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan SDM, untuk

meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an anak dengan baik dan benar

sekaligus dapat memahami makna dari setiap ayat yang dibacanya, untuk melatih

24 Wawancara dengan Guru Al-Qur’an, Selasa 20 Agustus 2019

57

kedisiplinan dan mencetak siswa Rabbani yang berbudi luhur dan berakhlakul

karimah.

Buku yang digunakan dalam pembelajaran membaca Al-Qur’an adalah buku

pedoman metode Harfun (Moco Qur’an Sak Maknane) cara cepat belajar terjemah

Al-Qur’an yang terdiri dari 2 jilid yang disusun secara praktis dan sistematis

sehingga memudahkan bagi setiap orang yang belajar dan mengajarkan terjemah

Al-Qur’an. Buku tersebut merupakan alat bantu dari sebuah proses berlatih untuk

bisa menterjemahkan Al-Qur’an. Sehingga keberadaan buku ini harus disertai

dengan guru yang terlatih dengan baik dan profesional.

Di MI Sa’adatuddarain, metode Harfun (Moco Qur’an Sak Maknane) ini

merupakan pembelajaran lanjutan dari metode Iqra’, dalam hal meningkatkan

kemampuan membaca siswa, sekolah ini menggunakan metode Iqra’. Ketika siswa

menginjak kelas 6 dengan kemampuan membaca yang sudah cukup baik dan sesuai

dengan tuntunan, maka siswa mulai mendapatkan pelajaran metode Harfun (Moco

Qur’an Sak Maknane). karena salah satu syarat sebelum memulai pembelajaran

metode Harfun (Moco Qur’an Sak Maknane) ialah sudah bisa membaca Al-Qur’an.

Meskipun metode Harfun (Moco Qur’an Sak Maknane) merupakan sebuah

metode pembelajaran untuk terjemah Al-Qur’an, namun tidak memberatkan siswa

yang ingin belajar terjemah Al-Qur’an harus mahir terlebih dahulu mengenai

pelajaran nahwu/shorof. Pembelajaran metode Harfun (Moco Qur’an Sak

Maknane) ini cukup diawali dengan siswa belajar terjemah perkata sesuai dengan

terjemah yang ada di buku panduan, dan untuk selanjutnya perlahan siswa akan

dikenalkan dengan materi dasar nahwu/shorof menggunakan blok warna yang ada

dibuku panduan.

Dalam hal ini, penulis meneliti kelas VI untuk mengetahui bagaimana

penerapan metode Harfun (Moco Qur’an Sak Maknane) diterapkan. Pada kelas VI

terdapat 44 siswa, dengan rombongan belajar yang terbagi dalam 2 kelas, yakni

kelas VI A dan VI B. Pelaksanaan pembelajaran membaca Al-Qur’an kelas VI A

pada hari senin dan kamis yang dimulai pada pukul 10.30-11.30. Dan pada pukul

13.30 (ba’da ISHOMA) sampai pukul 14.30 WIB untuk kelas VI B.

58

Setiap siswa belajar terjemah Al-Qur’an diawali dengan cara membaca ayat

Al-Qur’an secara bersama-sama sampai batas ayat yang sudah disepakati bersama

di awal jam pembelajaran, kemudian mereka membaca potongan ayat dengan

maknanya, setelah itu barulah mereka membaca satu ayat kemudian dengan

maknanya juga secara sempurna.

Pembelajaran terjemah Al-Qur’an tersebut dilaksanakan secara klasikal dalam

satu kelas. Menurut Mulyasa, “model pembelajaran klasikal adalah pola

pembelajaran yang dilakukan waktu sama, seluruh anak didik melakukan suatu

kegiatan yang sama dalam satu kelas.”5

Adapun bahasa pengantar yang digunakan dalam pembelajaran tersebut ialah

bahasa Indonesia. Pelaksanaan pembelajaran membaca Al-Qur’an melalui metode

Harfun (Moco Qur’an Sak Maknane) di MI Sa’adatuddarain ada beberapa tahapan

yaitu pembukaan, kegiatan inti dan penutup. Hal tersebut sebagai mana yang

diungkapkan oleh Ustadzah Laeli Solihati M selaku Guru Al-Qur’an, yang

mengatakan bahwa kegiatan pembelajaran itu meliputi tiga tahap yaitu

pendahuluan, inti dan penutup.

Dalam tahap awal dalam pembelajaran yaitu kegiatan yang pertama dilakukan

oleh guru wali kelas adalah menyiapkan kelas dan kondisi siswa. Dimana siswa

dalam keadaan tenang dan siap untuk menerima pembelajaran dari guru. Setelah itu

guru mengucap salam dan untuk mewujudkan kekompakan dan keaktifan sebelum

pembelajaran, guru mengajak siswa bersama-sama membaca materi tambahan

seperti doa sehari-hari, asmaul husna dan hafalan surat-surat pendek.

Tahap kedua yaitu kegiatan inti. Kegiatan pembelajaran yaitu, ketika selesai

melafalkan hafalan doa sehari-hari, asmaul husna dan hafalan surat-surat pendek,

Guru bersama para siswa menyiapkan buku pedoman yang akan digunakan untuk

pembelajaran Harfun. Tahap ketiga yaitu penutup. Kegiatan penutup yaitu, setelah

selesai memberikan materi penunjang guru menutup pembelajaran dengan doa

kedua orang tua, doa dunia akhirat dan kafaratul majelis. Kemudian guru

mengakhiri pembelajaran dengan salam dan bersalaman dengan para siswa.

5 Lina, “Pelaksanaan Model Pembelajaran Klasikal”, (Universitas Jambi, 2017), h.12.

59

Di kelas VI MI Sa’adatuddarain dalam pembelajaran guru sesuai dengan buku

pedoman metode Harfun (Moco Qur’an Sak Maknane). Pada jilid 1 diawali dengan

pelajaran kosa kata dasar yang ada di dalam Al-Qur’an.

Tabel 4.4

Kosa kata dasar dalam Al-Qur’an

Terjemah Kosa kata

Dengan ب

Bagi/ untuk ل

Atas على

Dan و

Tidak ل

Di dalam ف ى

Apakah أ

Dari ن م

Atau أم

Ke/ kepada إ لى

Tidak لم

Sesungguhnya ا ن

(Sumber: Buku Pedoman Metode Harfun)

Selain itu kosa kata yang ada di dalam Al-Qur’an hanya berupa pengulangan

kata yang mencapai angka 79%, jadi hanya 21% saja kosa kata baru yang tersebar

di dalam juz 30. Diantara kosa kata yang diulang tersebut ialah:

Tabel 4.5

Kosa kata yang diulang

Kosa kata Jumlah pengulangan

يـن 810 الذ

ـك 205 اولئـ

ــم ه 3.000

2.698 هللا

(Sumber: Buku Pedoman Metode Harfun)

60

Buku pedoman metode Harfun (Moco Qur’an Sak Maknane) ini dibuat dengan

semenarik mungkin. Pemakaian warna dalam tulisan ayat Al-Qur’an dengan

menggunakan warna biru, hijau, orange, pink, dan hitam.

Di dalam Al-Qur’an pada umumnya, warna-warna tersebut digunakan sebagai

tanda hukum bacaan Al-Qur’an. Namun untuk buku pedoman metode Harfun

(Moco Qur’an Sak Maknane) digunakan sebagai tanda untuk isim, fi’il dan huruf

agar memudahkan para pembaca untuk menterjemahkan dan memaknai ayat Al-

Qur’an yang dibacanya.

: Kalimat Harfun : kalimat pengulangan

: Kalimat Fi’lun : dhomir

: Kalimat Isim Baru

(Sumber: Buku Pedoman Metode Harfun)

Gambar 4.3

Contoh penerapan warna dalam surat Al-Fatihah

(Sumber: Buku Pedoman Metode Harfun)

61

Gambar 4.4

Contoh penerapan warna dalam surat Al-Baqarah

Gambar 4.3

Contoh penerapan warna dalam surat Al-Baqarah

(Sumber: Buku Pedoman Metode Harfun)

Gambar 4.5

Contoh penerapan warna dalam surat Al-Baqarah

(Sumber: Buku Pedoman Metode Harfun)

62

Gambar 4.6

Daftar kosa kata Harfun yang ada di dalam juz 1

(Sumber: Buku Pedoman Metode Harfun)

63

Gambar 4.7

Daftar kosa kata Harfun yang ada di dalam juz 1

(Sumber: Buku Pedoman Metode Harfun)

64

Untuk mengetahui ketercapaian dari suatu tujuan pembelajaran perlu diadakan

evaluasi. Evaluasi adalah suatu proses sistematis menetapkan nilai tentang sesuatu

hal, seperti objek, proses, unjuk kerja, kegiatan hasil, tujuan, atau hal lain

berdasarkan kriteria tertentu melalui penilaian.33 Evaluasi merupakan proses yang

menentukan kondisi, di mana suatu tujuan telah dapat dicapai.34

Evaluasi dalam pembelajaran menterjemahkan Al-Qur’an, ialah sebagai berikut:

1) Penilaian Proses

Bentuk evaluasi yang tepat untuk dipakai menilai keberhasilan proses

pembelajaran materi mengartikan Al-Qur’an adalah dengan teknik unjuk

kerja dan menggunakan daftar penilaian sebagai instrumentnya untuk

mengetahui seberapa lancar dan bagus kegiatan mengartikan siswa terhadap

Al-Qur’an.

2) Penilaian Hasil

Bentuk evaluasi untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran yang

tepat untuk materi ini adalah tes objektif dan subjektif dengan teknik

lisan/tulisan. Tes ini akan dipakai untuk mengukur kemampuan siswa dalam

mengartikan Al-Qur’an dan sikap mereka setelah menguasai cara

mengartikan Al-Qur’an. Oleh karena itu dibutuhkan latihan-latihan yang

bisa membantu siswa untuk menguasai materi dengan lebih baik.

Adapun bentuk evaluasi dari pelaksanaan pembelajaran melalui metode Harfun

(Moco Qur’an Sak Maknane) ialah dengan cara siswa membaca Al-Qur’an

bersama, kemudian maju menghadap guru satu persatu sambil dilihat dari segi

bacaan Al-Qur’an, terjemah, serta pemahaman anak mengenai ayat yang dibacanya.

Dari hasil evaluasi yang didapatkan yakni beraneka ragam pemahaman anak

mengenai ayat Al-Qur’an yang mereka baca. Namun itu semua masih dalam

batasan atau konteks yang sesuai dengan panduan yang ada.

33 M. Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,

1996), cet.ke-3, h.1 34 M. Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip & Operasionalnya, (Jakarta: Bumi Aksara,

2009), cet. Ke-3, h. 1

65

Sedangkan output dari pelaksanaan pembelajaran melalui metode Harfun

(Moco Qur’an Sak Maknane) ialah siswa sudah bisa membaca Al-Qur’an

menggunakan Al-Qur’an biasa sekaligus dengan artinya. Karena di dalam buku

panduan Harfun (Moco Qur’an Sak Maknane) semakin jauh halaman yang dibaca,

semakin berkurang bantuan terjemah Al-Qur’annya.

Gambar 4.8

Penampilan jilid 1 halaman 20 yang semakin berkurang panduan

terjemahnya

(Sumber: Buku Pedoman Metode Harfun)

66

Tidak semua metode pembelajaran cocok digunakan untuk mencapai semua

tujuan dan semua keadaan. Untuk itu sudah pasti ada kelebihan dan kekurangan

dari metode Harfun, yakni:

1. Kelebihan

a. Menumbuhkan minat membaca Al-Qur’an dan lebih giat lagi dalam

memperdalami makna ayat Al-Qur’an yang dibacanya,

b. Memudahkan kita untuk mengetahui makna dari ayat Al-Qur’an yang kita

baca tanpa harus menghafal terjemah dari keseluruhan ayat, tetapi hanya

dengan perkata saja kita sudah mampu menterjemahkannya.

c. Metode ini tidak hanya digunakan dalam proses pembelajaran terjemah

Al-Qur’an saja, namun juga bisa digunakan dalam pembelajaran terjemah

doa-doa, asmaul husna, dan lain sebagainya.

2. Kekurangan

a. Kurang tepat diberikan kepada siswa yang belum bisa membaca Al-

Qur’an.

b. Belajar materi yang sukar dapat mempengaruhi ketenangan mental.

c. Pola pikir seseorang cenderung statis karena hanya mengetahui apa yang

sudah dibacanya saja.

67

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah dilakukannya penelitian tentang pembelajaran Al-Qur’an

melalui metode Harfun (Moco Qur’an Sak Maknane) di MI

Sa’adatuddarain, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut, bahwa:

1. Implementasi pembelajaran terjemah Al-Qur’an di MI

Sa’adatuddarain menggunakan metode Harfun (Moco Qur’an Sak

Maknane), untuk kelas VI dilaksanakan pada hari senin dan kamis yang

dimulai pada pukul 13.30 (ba’da sholat dzuhur sampai pukul 14.30

WIB.

Pada kelas VI terdapat 44 siswa, dengan rombongan belajar yang

dibagi kedalam 2 kelas VI A dan VI B. setiap siswa belajar terjemah

Al-Qur’an dengan cara membaca ayat Al-Qur’an secara bersama-sama

sampai batas ayat yang sudah disepakati bersama di awal jam

pembelajaran, kemudian mereka membaca potongan ayat dengan

maknanya, setelah itu barulah mereka membaca satu ayat kemudian

dengan maknanya juga secara sempurna.

2. Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran terjemah Al-Qur’an

metode Harun (Moco Qur’an Sak Maknane) adalah klasikal dalam satu

kelas.

3. Diantara kekurangan dan kelebihan dari metode Harfun (Moco Qur’an

Sak Maknane) ialah:

a. Kelebihan

1) Menumbuhkan minat membaca Al-Qur’an dan lebih giat lagi

dalam memperdalami makna ayat Al-Qur’an yang dibacanya,

2) Memudahkan kita untuk mengetahui makna dari ayat Al-Qur’an

yang kita baca tanpa harus menghafal terjemah dari keseluruhan

ayat, tetapi hanya dengan perkata saja kita sudah mampu

menterjemahkannya.

67

68

3) Metode ini tidak hanya digunakan dalam proses pembelajaran

terjemah Al-Qur’an saja, namun juga bisa digunakan dalam

pembelajaran terjemah doa-doa, asmaul husna, dan lain

sebagainya.

b. Kekurangan

1) Kurang tepat diberikan kepada siswa yang belum bisa membaca

Al-Qur’an.

2) Belajar materi yang sukar dapat mempengaruhi ketenangan mental.

3) Pola pikir seseorang cenderung statis karena hanya mengetahui apa

yang sudah dibacanya saja.

B. SARAN

Berdasarkan pengamatan setelah melakukan penelitian di MI

Sa’adatuddarain, peneliti memberikan beberapa saran diantaranya:

1. Bagi Guru

a. Agar meningkatkan upaya terjemah Al-Qur’an siswa

b. Diharapkan bisa lebih mengkondisikan siswa ketika pembelajaran

sedang berlangsung

2. Bagi Siswa

a. Diharapkan lebih dapat meningkatkan lagi kemampuan konsentrasi

dalam terjemah Al-Qur’an dan istiqomah dalam mengikuti

pembelajaran terjemah Al-Qur’an.

69

DAFTAR PUSTAKA

AF, Hasanuddin. Anatomi Al-Qur’an Perbedaan Qiraat dan Pengaruhnya

Terhadap Istinbath Hukum Dalam al-Qur’an. Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada. Cet. Ke-1.1995.

Ahmad, M .Abdul Qadir. metodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam.

Jakarta: TP. 1984.

Alim, Muhammad. Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran dan

Kepribadian Muslim. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2011.

Ash-Shiddieqy, Hasbi. Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an/Tafsir. Jakarta:

Bulan Bintang. 1980.

Az-Zuhaili, Wahbah. Tafsir Al-Munir. Jakarta: Gema Insani. Cet. Ke-8. 2005.

Chirzin, Muhammad. “Dinamika Terjemah Al-Qur’an. Jurnal Studi Ilmu-ilmu Al-

Qur’an dan Hadis. Vol.17. No.1 Januari 2016

DEPDIKBUD RI. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka. 2000.

Djamarah, Syaiful Bahri. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Cet.

Ke-5.2013.

Emzir. Analisis Data Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta:Rajawali Pers.

2010.

Farihah, Anis. Efektifitas Metode Jal-Pin Al-Barqy Terhadap Keterampilan

Membaca Al-Qur’an Mahasiswa Fakultas Teknik. Jurnal Islamic Education.

doi:http://dx.doi.org/10.21070/halaqa.v1i1.819

Hakim, Lukmanul. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.

Cet.1. 2009.

Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. Cet.ke-16.

2014.

Hamdayama, Jumanta. Metodologi Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara. 2017.

Harun, Maidir. Dasrizal. Kemampuan Membaca dan menulis Huruf Al-Qur’an

Pada Siswa SMA. Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan. Cet. Ke-1.2008.

69

70

Hujaemah, Een. Implementasi Metode Tilawati Dalam Pembelajaran Al-Qur’an di

Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan. Jakarta UIN Syarif Hidayatullah2017.

Kantor Berita RMOL JABAR. Ini Sebab Turunnya Minat Baca Al-Qur’an Pada

Anak-anak. www.rmoljabar.com. Minggu 21 April 2019

Khon, Abdul Majid. Praktikum Qira’at. Jakarta: AMZAH, 2013. Cet. Ke-2. 2013.

Lestari, Weni. Rendahnya Minat Baca Al-Qur’an. www.rakyatpos.com.

Lina. Pelaksanaan Model Pembelajaran Klasikal. (Universitas Jambi. 2017.

M. Arifin. Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Sekolah Dengan di

Rumah Tangga. Jakarta: Bulan Bintang. 1976.

M. Yusuf, Kadar. Studi Al-Qur’an. Jakarta: Amzah. cet.ke-1. 2009

Manna’ Khalil Al-Qattan. Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an. Bogor: Pustaka Literea Antar

Nusa. 2015.

Muhaimin dkk. Strategi Belajar Mengajar. Surabaya: Citra Media Karya Anak

Bangsa. 1996.

Muhyiddin. https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-

nusantara/18/10/11/pgfc9e366-50-persen-umat-islam-indonesia-belum-

bisa-baca-alquran. Jum’at. 20 September 2019.

Nawawi, M. Ali Hasan, Rif’at Syauki. Pengantar Ilmu Tafsir. Jakarta: Bulan

Bintang. 1998.

Noor, Juliansyah. Metode Penelitian. Jakarta: Prenada Media Group. 2011.

Noor, Juliansyah. Metode Penelitian. Jakarta: Prenada Media Group. 2011.

Rabbani, Abu. Metode Tartila. Bandung: LTQ Jendela Hati. 2016. Cet.ke- xxii.

Ramayulis. Profesi & Etika Keguruan. Jakarta: Kalam Mulia. Cet.ke-7.2013.

Sayuti, Wahdi. Zurinal Z. Ilmu Pendidikan. UIN Jakarta Press. 2006.

SlideShare.https://www.slideshare.net/ALBAAITSQOLBUMOTIVATORHATI/

pembelajaran-mengartikan-alquran.

71

SlideShare.https://www.slideshare.net/ALBAAITSQOLBUMOTIVATORHATI/

pembelajaran-mengartikan-alquran.

Srijatun. Implementasi Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an Dengan Metode Iqra

Pada Anak Usia Dini di RA Perwanida Slawi Kabupaten Tegal. Jurnal

Pendidikan Islam. Vol. 11. Nomor 1. 2017.

Sudarsana, Undang. Pembinaan Minat Baca. Tangerang Selatan: Universitas

Terbuka. Cet. Ke-4. 2017

Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

2017.

Sukardi, M. Evaluasi Pendidikan Prinsip & Operasionalnya. Jakarta: Bumi Aksara.

cet. Ke-3. 2009.

Suparta dan Herry Noer Aly. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta:

Amisco-Jakarta. 2008.

Suryono, Hariyanto. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Cet. Ke-4.2013.

Tanfidiyah, Nur . Metode Yanbu’a dalam meningkatkan baca tulis Al-Qur’an pada

anak Usia Dini. Jurnal Islamic Education. Online ISSN (e-ISSN): 2548-

4516 Volume 2. August 2017.

Thoha, M. Chabib. Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

cet.ke-3.1996.

UU SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL . UU RI No.20 Tahun 2003. Jakarta: Sinar

Grafika. 2013.

Winanengsih, Elis Tuti. Impelemntasi Metode Qiraati Dalam Pembelajaran Al-

Qur’an di Sekolah Dasar Islam Terpadu Salman Al Farisi Yogyakarta.

Yogyakarta UIN Sunan Kalijaga. 2008.

Yamin, Anwar Nurul. Taman Mini Ajaran Islam Alternatif Mempelajari Al-Qur’an.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2004.

Z. Zurinal dan Wahdi Sayuti. Ilmu Pendidikan. UIN Jakarta Press. 2006.

72

Lampiran 1

BUKTI WAWANCARA

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Fathurrohman. M.Pd.I

Jabatan : Kepala Sekolah

Hari/Tanggal : Kamis, 22 Agustus 2019

Tempat : Kantor Kepala Sekolah

Waktu : 09.00-10.25

No Pertanyaan Jawaban

1. Apa tujuan didirikannya MI

Sa’adatuddarain?

Tujuan didirikannya MI

Sa’adatuddarain ialah:

1. Meningkatkan prilaku budi

pekerti luhur

2. Meningkatkan Imtak dan Iptek

3. Meningkatkan keterampilan

siswa dengan bakat serta minat

4. Meningkatkan kepribadian

seutuhnya

5. Mempersiapkan siswa untuk

melannjutkan pendidikan

kejenjang yang lebih tinggi.

6. Meningkatkan Profesionalisme

personal

2. Kapan MI Sa’adatuddarain

didirikan?

Pada tahun 1976 MI

Sa’adatuddarain didirikan.

3. Siapa pendiri MI Sa’adatuddarain? Pendiri MI Sa’adatuddarain adalah

di bawah naungan Yayasan

Pendidikan Islam Al-Makmur.

73

4. Apa visi dan misi MI

Sa’adatuddarain?

Misi dari MI Sa’adatuddarain

adalah: “Berakhlakul Karimah,

Berprestasi dan Terampil.”

Sedangkan visi nya adalah:

a) Menumbuhkan penghayatan

terhadap ajaran agama Islam

dan budaya bangsa, sehingga

terbangun siswa yang

berakhlakul karimah.

b) Menumbuhkan dan mendorong

semangat prestasi dalam

penerapan ilmu pengetahuan,

tehnologi dan seni baik

akademis maupun non

akademis.

c) Mendorong dan membantu

setiap siswa untuk mengenali

potensi dirinya, sehingga dapat

berkembang secara optimal.

5. Kurikulum apa yang digunakan di

MI Sa’adatuddarain?

Di MI Sa’adatuddarain sudah

menggunakan kurikulum 2013.

6. Bagaimana standar kinerja

profesional guru di MI

Sa’adatuddarain?

Standarnya sesuai dengan SOP

yayasan dan aturan sekolah yang

sudah dibuat. Serta para guru

mempunyai pendidikan yang linear

dalam hal mengajar. Dan dibekali

wawasan dalam perkembangan

pendidikan, diikut sertakan dalam

pelatihan dan seminar-seminar

74

tentang kajian kependidikan

administrasi sekolah maupun

persoalan anak didik.

Jakarta, 22 Agustus 2019

Narasumber

Fathurrohman. M.Pd.I

75

Lampiran II

BUKTI WAWANCARA

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Laeli Solihati M

Jabatan : Guru Al-Qur’an

Hari/Tanggal : Jum’at, 23 Agustus 2019

Tempat : Ruang Guru

Waktu : 09.10-10.25

No Pertanyaan Jawaban

i. Apa yang dimaksud dengan

metode Harfun (Moco Qur’an Sak

Maknane)?

Metode Harfun adalah sebuah

metode yang mengajarkan

bagaimana siswa mampu membaca

al-Qur’an dengan lancar serta

mampu memahami makna perkata

dari setiap bacaan yang dibacanya.

Output yang dihasilkan metode ini

membuat orang bisa

menterjemahkan Al-Qur’an secara

perkata (bukan tafsir) pada saat

membaca Al-Qur’an dengan tanpa

melihat terjemahannya.

1. Apa tujuan dilaksanakannya

pembelajaran menterjemahkan Al-

Qur’an di MI Sa’adatuddarain?

Sebagai bentuk ciri khas sekolah MI

Sa’adatuddarain agar berbeda

dengan sekolah yang lainnya karena

metode Harfun (Moco Qur’an Sak

Maknane) ini dikembangkan oleh

yayasan Lazuardi Madani

Alhasyimi, kemudia ikut diterapkan

juga oleh MI Sa’adatuddarain dan

juga untuk mempersiapkan anak

76

didik ketika mereka sudah tahfidz

Al-Qur’an, mereka juga sudah bisa

paham dengan maknanya.

2. Sejak kapan pembelajaran

membaca Al-Qur’an ini dimulai?

Sejak anak didik menginjak kelas

VI di semester I.

3. Apa alasan digunakannya buku

atau metode Harfun (Moco Qur’an

Sak Maknane) dalam

pembelajaran membaca Al-Qur’an

di MI Sa’adatuddarain ?

Alasannya:

1. Untuk mempermudah dalam hal

pembelajaran terjemah Al-

Qur’an

2. Agar para siswa lebih aktif

dalam mempelajari Moco

Qur’an Sak Maknane

3. Sebagai pegangan guru dalam

pembelajaran terjemah Al-

Qur’an.

4. Kapan pelaksanaan pembelajaran

Al-Qur’an khususnya untuk kelas

VI di MI Sa’adatuddarain?

Untuk kelas VI A pada hari senin

dan kamis yang dimulai pada pukul

10.30-11.30. Dan pada pukul 13.30

(ba’da ISHOMA) sampai pukul

14.30 WIB untuk kelas VI B.

5. Bagaimana tanggapan orang tua

siswa dengan adanya metode

metode Harfun (Moco Qur’an Sak

Maknane) di MI Sa’adatuddarain ?

Alhamdulillah mereka menerima

dan mendukung adanya metode

Harfun (Moco Qur’an Sak Maknane

dengan sangat baik, meskipun anak-

anak mereka masih sangat belia

untuk mempelajari terjemah Al-

Qur’an. Dengan hal ini juga menjadi

nilai plus untuk sekolah kami.

6. Apa saja kelebihan dan

kekurangan yang ada dari metode

Kelebihan:

77

Harfun (Moco Qur’an Sak

Maknane)?

1. Membantu kita untuk

memperdalam lagi dalam hal

pemahaman dan kemampuan

para siswa akan lanjut ke Al-

Qur’an tanpa makna.

2. Memudahkan kita untuk

mengetahui makna dari ayat Al-

Qur’an yang kita baca tanpa

harus menghafal terjemah dari

keseluruhan ayat, tetapi hanya

dengan perkata saja kita sudah

mampu menterjemahkannya.

3. Metode ini tidak hanya

digunakan dalam proses

pembelajaran terjemah Al-

Qur’an saja, namun juga bisa

digunakan dalam pembelajaran

terjemah doa-doa, asmaul husna,

dan lain sebagainya.

Kekurangan:

1. Metode ini membutuhkan

konsentrasi yang banyak,

sehingga fokus siswa dituntut

lebih ketika pembelajaran

sedang berlangsung. Namun

pada kenyataannya, masih

banyak siswa yang kurang fokus

ketika sedang pembelajaran.

2. Membutuhkan pembimbing yang

sangat telaten. Untuk itu sebelum

menjadi pembimbing diharuskan

78

mengikuti Training Of Trainer

(TOT).

3. Rasa malas yang menghinggapi

para pelajar. Karena dalam

pembelajaran dengan metode ini

membutuhkan niat dan tekad

yang sungguh-sungguh agar

tujuan dalam pembelajaran

terjemah Al-Qur’an ini tercapai.

Jakarta, 22 Agustus 2019

Narasumber

Laeli Solihati M

79

Lampiran III

BUKTI WAWANCARA

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Siti Amelia

Jabatan : Wali Kelas VI

Hari/Tanggal : Kamis, 22 Agustus 2019

Tempat : Ruang kelas VI

Waktu : 12.00-13.15

No Pertanyaan Jawaban

1. Menurut ibu sebagai wali kelas VI,

apa tujuan dilaksanakannya

pembelajaran menterjemahkan Al-

Qur’an di MI Sa’adatuddarain?

Sebagai bentuk pengembangan

dalam hal beragama. Yakni

mengajarkan anak agama sejak dini,

agar mereka sebagai generasi

Rabbani tidak salah dan keliru

dalam meneggakkan ajaran agama

Islam atas dasar Al-Qur’an maupun

Hadist.

2. Kapan waktu kegiatan pembelajaran

membaca Al-Qur’an khususnya

kelas VI di MI Sa’adatuddarain?

Di kelas VI setiap hari kamis jam

13.30-14.30 dan jum’at jam 10.00-

11.00

3. Bagaimana gambaran umum atau

pelaksanaan kegiatan pembelajaran

membaca Al-Qur’an di MI

Sa’adatuddarain?

Langkah-langkahnya ialah:

B. Dimulai dengan membuka kitab

C. Kemudian bertawasul untuk

pengarang kitab

D. Mereview pelajaran sebelumnya

E. Belajar pelajaran selanjutnya

dengan menggunakan 3x cara

penggunaan (baca ayat, lepas

perkata, memahami ayat dengan

arti)

80

F. Guru memimpin membaca Al-

Qur’an sampai batas ayat yang

G. disepakati bersama diawal jam

pembelajaran. Kemudian siswa

membaca juga ayat tersebut

H. Guru mengenalkan bacaan

dengan arti perkata. Dan murid

mengikuti

I. Kemudian guru membaca secara

keseluruh ayat. Kemudian

diterjemahkan dengan

sempurna. Dan siswa mengikuti

J. Setelah itu, guru melakukan tes

kepada masing-masing siswa

untuk mengetahui potensi pada

siswa dalam pembelajaran ini

4. Apakah materi yang disampaikan

sesuai dengan materi yang ada

dalam buku pedoman metode

Harfun (Moco Qur’an Sak

Maknane)?

Ya, sudah sesuai dengan buku

pedoman metode Harfun (Moco

Qur’an Sak Maknane)

5. Bagaimana evaluasi yang dilakukan

dalam kegiatan pembelajaran

membaca Al-Qur’an di MI

Sa’adatuddarain?

Evaluasi kami lakukan setiap hari

jum’at secara klasikal. Yakni siswa

membaca Al-Qur’an bersama,

kemudian maju menghadap guru

satu persatu sambil dilihat dari segi

bacaan Al-Qur’an, terjemah, serta

pemahaman anak mengenai ayat

yang dibacanya

81

6. Apa saja yang menjadi kendala

dalam proses pembelajaran

membaca Al-Qur’an di MI

Sa’adatuddarain?

Kendalanya:

1. Fokus/ konsentrasi siswa yang

berbeda-beda

2. Kegigihan siswa untuk

mengikuti pelajaran terjemah

Al-Qur’an

3. Jam pelajaran terjemah Al-

Qur’an yang ada di siang hari

Jakarta, 22 Agustus 2019

Narasumber

Siti Amelia

82

Lampiran IV

BUKTI WAWANCARA

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Salman Alfarisi

Jabatan : Siswa kelas VI

Hari/Tanggal : Kamis, 29 Agustus 2019

Tempat : Ruang Kelas

Waktu : 10.00-10-25

No Pertanyaan Jawaban

1. Apakah adik mengetahui tujuan

diadakannya kegiatan

pembelajaran membaca Al-Qur’an

di MI Sa’adatuddarain?

Iya, supaya saya dan teman-teman

bisa membaca Al-Qur’an sambil

mengetahui makna ayat yang kami

baca, agar bisa kami jadikan

pelajaran dan kami terapkan dalam

kehidupan sehari-hari.

2. Kapan pelaksanaan pembelajaran

membaca Al-Qur’an di kelas VI

MI Sa’adatuddarain?

Di kelas VI setiap hari kamis jam

13.30-14.30.

3. Bagaimana cara guru mengajar

metode Harfun (Moco Qur’an Sak

Maknane)?

Cara mengajarnya yaitu:

1. Masuk kelas jam 13.30-14.40

2. Menyiapkan buku pedoman

metode Harfun (Moco Qur’an

Sak Maknane)

3. Membaca doa bersama

4. Guru mengulang kembali

pelajaran sebelumnya

5. Guru memimpin membaca Al-

Qur’an sampai batas ayat yang

disepakati bersama diawal jam

pembelajaran. Kemudian siswa

83

6. membaca juga ayat tersebut

7. Guru mengenalkan bacaan

dengan arti perkata. Dan siswa

mengikuti

8. Kemudian guru membaca secara

keseluruh ayat. Kemudian

diterjemahkan dengan

sempurna. Dan siswa mengikuti

9. Setelah itu, guru melakukan tes

kepada masing-masing siswa

untuk mengetahui potensi pada

siswa dalam pembelajaran ini.

4. Apa saja materi yang diajarkan

dalam kegiatan pembelajaran

membaca Al-Qur’an di MI

Sa’adatuddarain?

Materi tentang kosakata bahasa

Arab agar kita secara perlahan

mudah untukmenterjemahkan Al-

Qur’an. Kemudian juga diselingin

dengan materi tahsin agar bacaan

kita semakin fasih.

5. Apakah dalam proses

pembelajaran membaca Al-Qur’an

tersebut mudah adik pahami?

Ya, mudah untuk saya pahami.

Karena dibantu dengan buku

pedoman pedoman metode Harfun

(Moco Qur’an Sak Maknane) yang

asik untuk dipelajari.

6. Apakah adik-adik aktif dalam

mengikuti pembelajaran membaca

Al-Qur’an ini?

Ya, aktif bersama dengan teman-

teman lainnya.

7. Apakah pembelajaran membaca

Al-Qur’an menggunakan buku

pedoman metode Harfun (Moco

Qur’an Sak Maknane) dapat

Iya. Dapat memudahkan saya dan

teman-teman untuk membaca Al-

Qur’an sambil memahami makna

dari ayat yang kami baca.

84

mempermudah adik dalam belajar

membaca Al-Qur’an?

Jakarta, 29 Agustus 2019

Narasumber

Salman Alfarisi

85

Lampiran V

Format Penilaian Pembelejaran Terjemah Al-Qur’an dengan metode Harfun

(Moco Qur’an Sak Maknane) di MI Sa’adatuddarain

No Nama Makhorijul

Huruf/

Tajwid

Kelancaran

Membaca

Al-Qur’an

Mengartikan

perkata

Mengartikan

perayat

Keterangan:

60-70: Cukup

70-80: Baik

80-90: Sangat Baik

Jakarta, 2019

Mengetahui,

Guru Al-Qur’an Wali Kelas Kepala Sekolah

Laeli Solihati M Siti Amelia Fathurrahman, M.Pd.I

86

Lampiran VI

Dokumentasi selama kegiatan penelitian di MI Sa’adatuddarain

87

7