BULETIN INFORMASI METEOROLOGI EDISI IX BULAN … mali... · 2019-10-24 · pengguna jasa informasi...

40
BULETIN INFORMASI METEOROLOGI EDISI IX BULAN SEPTEMBER 2019 TIM REDAKSI Penanggung Jawab : AGUSTINUS BOLILERA Pemimpin Redaksi : ERWIN ANDREW KARIPUI Redaktur : THOMAS Y. BLEGUR, S.Tr SAMSUL DAKA, S.Tr MUHAMMAD FUADZ, S.Tr RICARDA R. LILIANA, A.Md MARGI CANDA W. WICAKSONO, A.Md Alamat Redaksi STASIUN METEOROLOGI MALI - ALOR Jl. Soekarno - Hatta, Bandar Udara Mali - Alor Telp./Fax : (0386) 2222820 Email: [email protected] ; [email protected] Website : www.meteoalor.id

Transcript of BULETIN INFORMASI METEOROLOGI EDISI IX BULAN … mali... · 2019-10-24 · pengguna jasa informasi...

BULETININFORMASI METEOROLOGI EDISI IX

BULAN SEPTEMBER 2019

TIM REDAKSI

Penanggung Jawab :

AGUSTINUS BOLILERA

Pemimpin Redaksi :

ERWIN ANDREW KARIPUI

Redaktur :

THOMAS Y. BLEGUR, S.TrSAMSUL DAKA, S.Tr

MUHAMMAD FUADZ, S.TrRICARDA R. LILIANA, A.Md

MARGI CANDA W. WICAKSONO, A.Md

Alamat RedaksiSTASIUN METEOROLOGI MALI - ALOR

Jl. Soekarno - Hatta, Bandar Udara Mali - AlorTelp./Fax : (0386) 2222820

Email: [email protected] ;[email protected]

Website : www.meteoalor.id

Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2019 Page i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat

dan rahmat-Nya sehingga “Buletin Informasi Meteorologi edisi IX Bulan September 2019”

ini dapat tersusun.

Buletin Informasi Meteorologi ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang

penyampaian informasi meteorologi dari Stasiun Meteorologi Mali - Alor, baik kepada para

pengguna jasa informasi meteorologi penerbangan dan juga kepada masyarakat umum di

wilayah Kabupaten Alor.

Adapun isi Buletin ini akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan iklim

sepanjang bulan September 2019, dan informasi prakiraan hujan bulan Oktober 2019,

serta prakiraan pasang surut dan informasi waktu terbit dan tenggelam matahari

masing-masing untuk bulan Oktober dan November 2019 di wilayah Kabupaten Alor.

Kami sadar bahwa informasi yang disajikan dalam Buletin ini masih jauh dari

kesempurnaan, baik dari segi isi maupaun tampilan, untuk itu kami sangat mengharapkan

adanya masukan, kritik dan saran yang konstruktif untuk penyempurnaan kedepan.

Kalabahi, 04 Oktober 2019

KEPALA STASIUN METEOROLOGIMALI - ALOR

AGUSTINUS BOLILERANIP. 19660908 199003 1 001

Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2019 Page ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................i

DAFTAR ISI ...............................................................................................................................ii

I. RINGKASAN ....................................................................................................................1

II. PENGERTIAN ..................................................................................................................2A. SIFAT HUJAN....................................................................................................................2

B. NORMAL CURAH HUJAN ................................................................................................2

C. INTENSITAS CURAH HUJAN (CH)..................................................................................2

III. ANALISIS CUACA DAN IKLIM .......................................................................................3A. ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER & LAUTAN BULAN SEPTEMBER 2019 .............................3

B. ANALISIS HUJAN BULAN SEPTEMBER 2019 .....................................................................9

C. MONITORING HARI TANPA HUJAN (HTH) ..................................................................10

D. ANALISA UNSUR CUACA DI STASIUN METEOROLOGI MALI - ALOR.....................11

1. PENYINARAN MATAHARI...................................................................................... 11

2. SUHU UDARA .........................................................................................................12

3. TEKANAN UDARA PERMUKAAN ..........................................................................13

4. ANGIN PERMUKAAN ............................................................................................. 14

5. PENGUAPAN ..........................................................................................................15

6. KELEMBABAN UDARA .......................................................................................... 16

7. CURAH HUJAN .......................................................................................................17

IV. PRAKIRAAN CURAH HUJAN BULAN OKTOBER 2019 DI WILAYAHKABUPATEN ALOR ......................................................................................................19

V. PRAKIRAAN PASANG SURUT (TIDAL) BULAN OKTOBER DAN NOVEMBER2019 DI WILAYAH KABUPATEN ALOR......................................................................25

VI. INFORMASI WAKTU TERBIT DAN TENGGELAM MATAHARI DI WILAYAHKABUPATEN ALOR ......................................................................................................30

VII. PELAYANAN PUBLIK...................................................................................................331. PELAYANAN PENERBANGAN......................................................................................33

2. LAPORAN PRODUK METEOROLOGI PUBLIK.............................................................33

VIII. LAMPIRAN .....................................................................................................................35

Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2019 Page 1

I. RINGKASAN

1. Berdasarkan data curah hujan yang diperoleh dari Stasiun Meteorologi Mali (Pos Hujan

Mali), Pos Hujan Kalabahi, dan Pos Hujan Mebung yang diasumsikan mewakili daerah-

daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan pada bulan

September 2019 adalah sebagai berikut:

- Jumlah curah hujan di Mali sebanyak 0,6 mm. Hujan yang terjadi pada bulan ini untuk

wilayah Mali dan sekitarnya memiliki sifat Bawah Normal (BN).- Jumlah curah hujan di Kalabahi sebanyak 0,2 mm. Hujan yang terjadi pada bulan ini

untuk wilayah Kalabahi dan sekitarnya memiliki sifat Bawah Normal (BN).- Di Mebung tidak terjadi hujan (Nihil). Hujan yang terjadi pada bulan ini untuk wilayah

Mebung dan sekitarnya memiliki sifat Bawah Normal (BN).2. Untuk kondisi atmosfer di bulan September 2019 adalah sebagai berikut:

- MJO aktif di phase 1, dan tidak aktif di wilayah Indonesia.

- Rata-rata nilai OLR di wilayah Indonesia berkisar antara 200 – 285 W/M², sedangkan

khusus di wilayah kepulauan Alor bernilai antara 278 – 281 W/M².

- Suhu muka laut (SML) dan Anomali SML di wilayah perairan sekitar Indonesia

termasuk wilayah perairan Kepulauan Alor menunjukkan kondisi cenderung

mendingin.

3. Prakiraan untuk kondisi atmosfer dan sifat hujan bulan Oktober 2019:

- Anomali SST Indonesia umumnya diprediksi normal hingga anomali negatif

(mendingin).

- ENSO diprediksi pada kondisi Normal hingga El Nino Lemah.

- Indeks Dipole Mode diprediksi netral hingga positif (+) Kuat.

- Pola angin di lapisan 850 mb diprediksi masih didominasi oleh angin timuran untuk

sebagian besar wilayah Indonesia.

- Hasil prakiraan curah hujan tiap dasarian bulan Oktober 2019 menunjukkan sifat

hujan di wilayah Kab. Alor pada Dasarian I hingga III adalah Bawah Normal (BN)dengan kriteria curah hujan rendah (jumlah curah hujan antara 0 – 10 mm).

Prakiraan sifat hujan Bulanan untuk bulan Oktober 2019 adalah Bawah Normal(BN) dengan kriteria hujan rendah (jumlah curah hujan antara 0 – 20 mm).

Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2019 Page 2

II. PENGERTIANA. SIFAT HUJAN

Sifat Hujan adalah Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu

bulan dengan nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat.

Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu:

1. Di atas normal (AN), jika nilai perbandingannya lebih besar dari 115 %.

2. Normal (N), jika nila perbandingannya antara 85 % - 115 %.

3. Di bawah normal (BN), jika nilai perbandingannya kurang dari 85 %.

B. NORMAL CURAH HUJAN1. RATA-RATA CURAH HUJAN BULANAN:

Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10

tahun.

2. NORMAL CURAH HUJAN BULANAN:

Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun.

3. STANDARD NORMAL CURAH HUJAN BULANAN:

Nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan selama periode 30 tahun

dimulai dari 1 Januari 1901 s/d 31 Januari 1930, 1 Januari 1931 s/d 31 Januari

1960, 1 Januari 1961 s/d 31 Januari 1990, dan seterusnya.

C. INTENSITAS CURAH HUJAN (CH)

Kriteria CH CH/hari CH/JamSangat Lebat > 100 mm > 20 mmLebat 50 - 100 mm 10 - 20 mmSedang 20 - 50 mm 5 - 10 mmRingan 5 - 20 mm 1 - 5 mm

Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2019 Page 3

III. ANALISIS CUACA DAN IKLIM

A. ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER & LAUTAN BULAN SEPTEMBER 2019

1. Monsun

Pada bulan September, matahari dalam penjalarannya telah bergerak menuju

Ekuator dengan pergerakan semu kurang lebih 13,0° yakni dari 9,0°LU menuju 4,0°LU.

Hal ini tentu berdampak pada peningkatan suhu muka laut di daerah sekitar BBU dan

Ekuator yang memicu terbentuknya pola-pola tekanan udara rendah. Selama bulan

September 2019 teramati terdapat beberapa gangguan cuaca di BBU yakni berupa

Tropical Strom / TS (Badai Tropis) hingga Typhoon (sebutan siklon tropis di Belahan

Bumi Utara / BBU) antara lain Typhoon Lingling, TS Kajiki, Typhoon Faxai, TS Peipah,

Typhoon Tapah, dan Typhoon Mitag. Kejadian badai topis hingga siklon tropis (typhoon)

tersebut cukup berdampak signifikan terhadap kondisi cuaca di wilayah Indonesia,

khususnya di wilayah sekitar ekuator dan BBU, akan tetapi tidak berdampak pada

kondisi cuaca di sekitar Kepulauan Alor. Kondisi cuaca di sekitar kepulauan Alor pada

bulan ini juga sangat dipengaruhi oleh kondisi lokal serta fenomena regional lainnya

(seperti: monsson Australia (angin timuran), daerah tekanan tinggi (High Pressure Area)

di wilayah Australia, dll).

Secara umum rata-rata Suhu Muka Laut (SML) di wilayah perairan sekitar

Indonesia pada bulan September 2019 berkisar antara 25,5ºC hingga 29,5ºC. Untuk

wilayah perairan di sekitar Kepulauan Alor, suhu muka laut pada kisaran 26,5ºC

hingga 26,8ºC. Suhu muka laut yang kurang hangat ini mengindikasikan kandungan uap

air yang terkandung di udara kurang (sedikit). Kondisi demikian menyebabkan potensi

Gbr. 1 Peta Rata-rata Suhu Muka Laut Bulan September 2019

Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2019 Page 4

pembentukan awan-awan tidak signifikan dan kondisi cuaca cenderung cerah hingga

cerah berawan di wilayah Kepulauan Alor (jika faktor pendukung lain seperti pola angin,

indeks labilitas udara dan lainnya diabaikan).

Nilai anomali suhu muka laut pada bulan ini di wilayah perairan Indonesia

umumnya cenderung normal hingga lebih dingin (anomali negatif), kecuali di perairan

sebelah barat Aceh, dan di sebelah utara Papua menunjukkan anomali positif

(menghangat). Anomali SML di sekitar perairan kepualauan Alor menunjukkan kondisi

anomali negatif (lebih rendah/dingin dari rata-ratanya), sehingga potensi pembentukan

awan-awan kurang signifikan dan kondisi cuaca cenderung cerah hingga cerah berawan

di wilayah Kepulauan Alor (jika faktor pendukung lain seperti pola angin, indeks labilitas

udara dan lainnya diabaikan).

Gbr. 2 Peta Anomali Suhu Muka Laut bulan September 2019

Gbr. 3. Rata-Rata Tekanan Udara Bulan September 2019

Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2019 Page 5

Berdasarkan analisa peta rata-rata tekanan udara permukaan laut (Mean Sea

Level Pressure / MSLP, Gbr. 3), pada bulan September 2019 terlihat wilayah tekanan

udara rendah (Low Pressure Area / LPA) mendominasi wilayah Benua Asia (BBU),

sedangkan wilayah BBS (Benua Australia) didominasi wilayah berterkanan tinggi

(High Pressure Area / HPA). Hal ini menyebabkan pola pergerakan massa udara

bergerak dari wilayah bertekanan tinggi (BBS) ke wilayah bertekanan rendah (BBU)

tersebut, sehingga pola arus angin pada lapisan 850 mb di sekitar wilayah Indonesia

cenderung berhembus dari arah Barat Daya hingga Barat di wilayah Indonesia sekitar

Ekuator hingga sebelah utara Ekuator, dan dari arah Timur hingga Tenggara di sebelah

selatan Ekuator. Daerah belokan angin (shear) terbentuk di Sumatera Utara,

Kalimantan, Sulawesi bagian utara, Maluku Utara, hingga sebalah utara Papua. Khusus

di wilayah Kepulauan Alor, aliran massa udara dominan berhembus dari arah Tenggara

dengan kecepatan angin rata-rata berkisar antara 13 - 18 Knot (Gbr.4). Kecepatan

angin yang cukup kuat ini menghambat proses pembentukan awan di wilayah

Kabupaten Alor sehingga menyebabkan kondisi cuaca cenderung cerah hingga cerah

berawan.

2. El Nino - Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD)Indeks ENSO ditunjukkan dalam bentuk SOI (Southern Oscillation Index). SOI

negatif / positif mengindikasikan adanya perkembangan intensitas fenomena El Nino / La

Nina di Samudera Pasifik. Indeks SOI = -10 (negatif) menunjukkan adanya

perkembangan fenomena El Nino yang dapat berdampak cukup signifikan terhadap

kondisi cuaca di wilayah Indonesia. Indeks SOI = +10 (positif) menunjukkan adanya

perkembangan fenomena La Nina yang dapat berdampak cukup signifikan terhadap

Gbr. 4. Rata-rata Angin lapisan 850 mb Bulan September 2019

Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2019 Page 6

kondisi cuaca di wilayah Indonesia.

Dampak ENSO di bumi sangat luas, dikaitkan dengan pergeseran sirkulasi tropis

skala luas seperti sel Walker dan sel Hadley. Beberapa area di daerah tropis secara

langsung dipengaruhi oleh kondisi kekeringan atau banjir bergantung pada kejadian fasa

panas ENSO yaitu El Niño, atau fasa dingin ENSO yaitu La Niña jika anomali temperatur

permukaan laut di daerah Niño 3 dan Niño 4 positif atau negatif. Daerah kunci interaksi

atmosfer – ocean dalam ENSO terletak antara Niño 3 dan Niño 4 yang sering disebut

daerah Niño 3.4 yaitu daerah 180ºE – 120ºW, 5ºN – 10ºS (Trenberth, 1996).

ENSO menyebabkan variasi iklim tahunan. Ketika tahun ENSO, sirkulasi zonal di

atas Indonesia divergen, sehingga terjadi subsidensi udara atas. Divergensi massa

udara mengakibatkan awan-awan yang terbentuk bergeser ke Pasifik tengah dan timur,

sehingga di atas Indonesia terjadi defisiensi curah hujan bahkan dapat terjadi bencana

alam kekeringan (Tjasyono, B., 2003)Masing-masing kejadian El Nino adalah unik dalam hal kekuatannya

sebagaimana dampaknya pada pola turunnya hujan maupun panjang durasinya.

Menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (2009), Berdasarkan

intensitasnya El Nino dikategorikan sebagai berikut:

a. El Nino lemah (Weak El Nino), jika penyimpangan suhu muka laut di Pasifik

ekuator +0.5º C s/d +1,0º C dan berlangsung minimal selama 3 bulan berturut-

turut.

b. El Nino sedang (Moderate El Nino), jika penyimpangan suhu muka laut di

Pasifik ekuator +1,1º C s/d 1,5º C dan berlangsung minimal selama 3 bulan

berturut-turut.

c. El Nino kuat (Strong El Nino), jika penyimpangan suhu muka laut di Pasifik

ekuator > 1,5º C dan berlangsung minimal selama 3 bulan berturut-turut.

Gbr.5. Grafik indeks SST Nino 3.4Bulan Februari 2015 s/d. Oktober 2019

Sumber: BoM (http://www.bom.gov.au)

Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2019 Page 7

Pada bulan September 2019, ENSO berada pada kondisi Netral. Hal ini

ditunjukkan dengan indeks anomali SST Nino 3.4 pada minggu awal bulan sebesar (-

0.08) dan akhir bulan sebesar (+0,24), serta nilai SOI pada awal bulan sebesar (-3,8)

dan cenderung menurun secara flukutiatif hingga pada akhir bulan sebesar (-12,4).

Rata-rata indeks ENSO (gabungan antara indeks atmosfer – Lautan) sebesar (-0,15).

Kondisi demikian kurang berpengaruh signifikan terhadap penambahan atau

pengurangan jumlah curah hujan di wilayah Indonesia, termasuk wilayah kepulauan Alor.

3. Madden-Jullian Oscillation (MJO)a. Outgoing Longwave Radiation (OLR)

Gbr.7. Rata-rata OLR bulan September 2019

OLR merupakan suatu radiasi gelombang panjang yang dipancarkan oleh bumi

ke luar angkasa. Tidak semua radiasi gelombang panjang yang terpancar dari bumi

Gbr. 6. Grafik indeks ENSO / SOI Bulan September 2019

Sumber Data: BoM (http://www.bom.gov.au)

Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2019 Page 8

sampai ke luar angkasa. Awan-awan konvektif adalah salah satu faktor yang menghalangi

perjalanan gelombang panjang. Jika pada suatu wilayah tertutup hamparan awan

konvektif, maka nilai OLR akan kecil.

Rata-rata nilai OLR pada bulan September 2019 di wilayah Indonesia berkisar

antara 200 – 285 W/M², sedangkan khusus di wilayah kepulauan Alor bernilai antara 278 –

281 W/M². Hal ini menunjukan bahwa tutupan awan di wilayah Kepulauan Alor sama jika

dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

b. Fase MJO (Madden - Jullian Oscillation)

MJO pada bulan September 2019 aktif dan bergerak ke arah timur (berlawanan

arah jarum jam pada gambar 8) pada phase 4 ke phase 1 (garis hijau) dengan sifat

lemah (weak) hingga kuat (strong). MJO aktif di wilayah Indonesia pada awal

Dasarian I hingga pertengahan Dasarian II bulan ini sehingga secara umum cukup

berdampak terhadap penambahan curah hujan di wilayah Indonesia bagian barat

hingga tengah, khususnya sekitar Ekuator hingga sebelah utara Ekuator. Secara

umum MJO tidak berpengaruh signifikan di wilayah Kepulauan Alor pada bulan ini.

4. IOD (Indian Ocean Dipole)Indeks IOD (Indian Ocean Dipole) ditunjukkan dalam bentuk DMI (Dipole Mode

Index). DMI negatif mengindikasikan adanya aliran massa udara dari wilayah Samudera

Hindia bagian barat ke Wilayah Samudera Hindia bagian timur, sedangkan IOD positif

Sumber : BoM (http://www.bom.gov.au)

Gbr. 8. Fase MJO Bulan September 2019

Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2019 Page 9

menunjukkan kondisi yang berkebalikan. Indeks IOD –0.5 (negatif) mengindikasikan

adanya kontribusi yang cukup signifikan terhadap pembentukan awan di sekitar wilayah

Indonesia.

Pada bulan September 2019, DMI pada kondisi Positif (+) Kuat, dengan nilai DM

pada minggu awal dan akhir bulan masing-masing sebesar (+0,98) dan (+1,76)

dengan rata-rata sebulan sebesar (+1,316). Hal ini mengindikasikan aliran massa

udara dari wilayah Samudera Hindia bagian timur (sebelah barat Sumatera) ke wilayah

Samudera Hindia bagian barat (sebelah timur Afrika) signifikan, sehingga secara umum

IOD berpengaruh terhadap pengurangan peluang pertumbuhan awan dan hujan di

wilayah Indonesia bagian barat (wilayah subsiden/kering).

****

B. ANALISIS HUJAN BULAN SEPTEMBER 2019Berdasarkan data curah hujan bulan September 2019 yang diperoleh dari

Stasiun dan pos hujan kerjasama yang diasumsikan mewakili daerah-daerah di sekitarnya,

maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan tersebut adalah sebagai

berikut:

Tabel 1. Analisis Curah Hujan dan Sifat HujanBulan September 2019

* Keterangan: Pos Hujan Kalabahi dan Mebung belum memiliki nilai rata-rata (Normal) curah hujan,sehingga nilai Normal yang dipakai adalah Normal CH Mali (Stasiun Meteorologi Mali)

Lokasi Total CH (mm) Rata-Rata (mm) Sifat Hujan \ KriteriaMali 0,6 7 Bawah Normal \ Rendah

*Kalabahi 0,2 7 Bawah Normal \ Rendah*Mebung 0,0 7 Bawah Normal \ Rendah

Gbr.9. Grafik IOD Bulan Februari 2015 s.d. Oktober 2019

Sumber: BoM (http://www.bom.gov.au)

Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2019 Page 10

Dari tabel di atas tampak bahwa pada bulan September 2019, kriteria sifat hujan

untuk wilayah Alor yang diasumsikan diwakili oleh wilayah Mali, Kalabahi, dan Mebung

sebagai berikut:

- Wilayah Mali, Kalabahi, dan Mebung sama-sama memiliki variabilitas sifat hujanhujan di Bawah Normal (BN) dengan kriteria rendah (jumlah curah hujan antara 0 –20 mm).

Evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan tiap dasarian untuk bulan

September 2019 adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Analisis Curah Hujan dan Sifat HujanTiap Dasarian Bulan September 2019

* Keterangan: Pos Hujan Kalabahi dan Mebung belum memiliki nilai rata-rata (Normal) curah hujan,sehingga nilai Normal yang dipakai adalah Normal CH Mali (Stasiun Meteorologi Mali)

Dari tabel di atas tampak bahwa kriteria dan sifat hujan tiap dasarian untuk bulan

September 2019 secara umum yang mewakili wilayah Alor adalah sebagai berikut:

- Wilayah Mali, Kalabahi, dan Mebung pada Dasarian I hingga III sama-sama

memiliki variabilitas sifat hujan Bawah Normal (BN) dengan kriteria curah hujan

rendah (jumlah curah hujan antara 0 – 10 mm).

*****

C. MONITORING HARI TANPA HUJAN (HTH)Hari tanpa hujan berturut-turut dihitung dari hari terakhir pengamatan, jika hari

terakhir tidak hujan, maka dihitung sesuai dengan Kriteria. Sedangkan jika hari terakhir

pengamatan ada hujan ( 1 mm) langsung dikategorikan Hari Hujan (HH). Adapun

kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:

1 – 5 Sangat Pendek6 – 10 Pendek11 – 20 Menengah21 – 30 Panjang31 – 60 Sangat Panjang> 61 Kekeringan EkstrimHH Masih ada hujan

Lokasi Dasarian Total CH(mm)

Rata-Rata(mm) Sifat Hujan \ Kriteria

MaliI 0 3 Bawah Normal \ RendahII 0,6 3 Bawah Normal \ RendahIII 0 1 Bawah Normal \ Rendah

*KalabahiI 0 3 Bawah Normal \ RendahII 0,2 3 Bawah Normal \ RendahIII 0 1 Bawah Normal \ Rendah

*MebungI 0 3 Bawah Normal \ RendahII 0 3 Bawah Normal \ RendahIII 0 1 Bawah Normal \ Rendah

Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2019 Page 11

Hasil monitoring hari tanpa hujan (HTH) berdasarkan data hasil penakaran curah

hujan dari pos-pos hujan (Mali, Kalabahi, dan Mebung) yang diasumsikan mewakili wilayah

Kabupaten Alor hingga akhir bulan (30 September 2019) sebagai berikut:

- Wilayah Mali dikelompokkan ke dalam kriteria pendek (HTH antara 6 – 10hari), sedangkan

- Wilayah Kalabahi dan Mebung dikelompokkan dalam kriteria sangatpanjang (HTH antara 31 – 60 hari).

Kondisi ini (HTH) diprakirakan akan terus berlanjut mengingat peluang curah hujan

yang tetap rendah hingga bulan Oktober 2019 mendatang.***

D. ANALISA UNSUR CUACA DI STASIUN METEOROLOGI MALI - ALOR

1. PENYINARAN MATAHARI

Penyinaran matahari yang diamati dibagi dalam dua jenis yaitu meliputi

lamanya penyinaran matahari (durasi penyinaran matahari) dan Intensitas radiasi

matahari. Durasi penyinaran matahari selama periode tertentu adalah jumlah pada

periode itu untuk pemancaran radiasi matahari melampaui 120Wm-2 (WMO,2006).

Sedangkan intensitas radiasi matahari adalah besarnya energi yang dipancarkan oleh

matahari persatuan waktu.

Intensitas dan lamanya penyinaran matahari berbanding terbalik terhadap

jumlah tutupan awan dan berbanding lurus terhadap suhu udara dan penguapan,

dimana makin pendek durasi penyinaran matahari, makin besar jumlah tutupan awan

yang menutupi langit maka suhu udara cenderung menurun sehingga makin kecil

pula jumlah penguapan yang terjadi atau sebaliknya.

Penyinaran matahari diukur untuk mengetahui lama / durasi penyinaran

matahari yang terjadi selama 1 (satu) hari (12 jam) yakni jam 06.00 – 18.00 waktu

setempat. Satuan untuk mengukur durasi penyinaran matahari dinyatakan dalam

persen (%) dan Jam. Untuk satuan dalam persen (%) digunakan untuk kepentingan

Klimatologi dan satuan dalam jam digunakan untuk kepentingan Meteorologi. Alat

untuk mengukur durasi penyinaran matahari adalah Campbell Stokes.

Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2019 Page 12

Gbr.10. Grafik Penyinaran Matahari Bulan September 2019di Mali – Alor

Pada bulan September 2019, durasi (lama) penyinaran matahari berkisar

antara 65,0% hingga 90,8% atau sekitar 7,8 – 10,9 jam. Hari dengan dengan durasi

penyinaran terpendek (tersingkat) tersebut terjadi pada tanggal 25 September 2019;

sedangkan durasi penyinaran terpanjang (terlama) terjadi pada tanggal 29 dan 30

September 2019, dengan rata-rata durasi penyinaran matahari selama satu bulan

sebesar 83,1% atau ± 10,0 jam per hari. Hal ini mengindikasikan bahwa tutupan awan

di wilayah Kabupaten Alor pada bulan ini lebih sedikit jika dibandingkan dengan bulan

sebelumnya.

2. SUHU UDARASuhu adalah jumlah fisik yang mencirikan rata-rata gerakan acak dari molekul-

molekul pada benda fisik (WMO, 2006). Suhu udara permukaan yang diukur pada

ketinggian 1.20 – 1,25 m dari permukaan tanah. Suhu udara didefinisikan sebagai

keadaan pada pada suatu benda dan atau luasan pada suatu saat dan waktu. Faktor

utama yang menjadi penyebab adanya suhu udara adalah sinar matahari terhadap

benda/bidang atau luasan tertentu.

Satuan suhu udara permukaan dinyatakan dalam derajat Celcius (oC). Alat

ukur yang digunakan untuk mengukur suhu udara permukaan adalah Thermometer.

Suhu udara permukaan diukur dengan menggunakan alat Thermometer Bola Kering.

Suhu Udara Maximum adalah suhu udara tertinggi yang diamati dan dicatat,

yang terjadi pada hari itu. Suhu udara maximum diamati sekali dalam 1 hari. Untuk

suhu udara maximum diamati pada jam 12:00 UTC (20:00 WITA) pada hari itu juga.

Alat untuk mengukur suhu udara maximum dipergunakan Thermometer Maximum

dan satuannya dinyatakan dalam derajat celcius (C).

Suhu Udara Minimum adalah suhu udara terendah yang diamati dan dicatat,

Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2019 Page 13

yang terjadi pada 1 hari itu. Suhu udara minimum diamati sekali dalam 1 hari yaitu

pada jam 00:00 UTC (08:00 WITA). Alat yang digunakan untuk mengukur suhu udara

minimum adalah Thermometer Minimum dan satuannya dinyatakan dalam derajat

Celcius (oC)

Pada bulan September 2019, suhu udara rata-rata harian berkisar antara

24,3°C hingga 27,2°C. Suhu udara terendah (minimum absolut) dalam bulan ini

sebesar 17,4°C pada tanggal 8 September 2019 pagi hari, sedangkan suhu udara

tertinggi (maksimum absolut) sebesar 31,9°C terjadi pada tanggal 29 September 2019

siang hari. Suhu udara rata-rata pada bulan ini tercatat sebesar 25,7°C, rata-rata

suhu maksmimum sebesar 30,4°C dan rata-rata suhu minimum sebesar 20,6°C.

Dengan demikian suhu udara pada bulan ini cenderung sama jika dibandingkan bulan

sebelumnya.

Gbr.11 Grafik Suhu Udara Bulan September 2019di Mali – Alor

3. TEKANAN UDARA PERMUKAANTekanan udara didefinisikan sebagai gaya persatuan luas yang disebabkan

oleh berat udara diatasnya (BMG, 2006). Satuan tekanan udara dinyatakan dalam

satuan milibar (mb), 1 milibar (mb) = 1 hektopascal (HPa). Alat yang digunakan untuk

mengukur tekanan udara permukaan adalah Barometer.

Pada bulan September 2019, rata-rata tekanan udara permukaan laut harian

berkisar antara 1013,1 hingga 1015,2 mb (hPa). Rata-rata tekanan udara permukaan

laut harian terendah tersebut terjadi pada tanggal 5 September 2019, serta tertinggi

terjadi pada tanggal 12 September 2019 dengan rata-rata tekanan udara sebulan

sebesar 1014,2 mb (hPa).

Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2019 Page 14

Gbr.12 Grafik Rata-Rata Tekanan Udara PermukaanBulan September 2019 di Mali – Alor

4. ANGIN PERMUKAANAngin adalah udara yang bergerak horizontal terhadap permukaan bumi

(United Kingdom Civil Aviation Authority, 2001). Arah angin adalah dari mana

datangnya angin bertiup (BMG, 2006). Kecepatan angin adalah jumlah vector tiga

dimensi dalam fluktuasi skala kecil yang acak pada ruang dan waktu yang berpadu

pada aliran skala besar yang teratur (WMO, 2006).

Arah dan Kecepatan angin permukaan diukur pada ketinggian 10 meter dari

permukaan tanah (BMG, 2006). Arah angin diukur dalam satuan derajat yang diukur

searah jarum jam mulai dari titik Utara yang sebenarnya (True North). Kecepatan

angin dinyatakan dalam Knot (KT), 1 Knot = 1,85 km/jam. Alat yang digunakan untuk

mengukur kecepatan angin adalah Anemometer.

Gbr.13. Wind Rose Angin PermukaanBulan September 2019 di Mali – Alor

Gbr.14. Distribusi Frek. Angin PermukaanBulan September 2019 di Mali – Alor

Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2019 Page 15

Selama periode bulan September 2019, angin permukaan (10 meter dari

permukaan) secara umum didominasi berturut-turut dari arah Timur sebanyak 17,92%

disusul dari arah Timur Laut sebesar 16,81 % dan dari arah Barat sebesar 15,83%.

Dari arah angin tersebut menunjukkan pada bulan ini, aktifitas monsun (monsun

Australia) dan kondisi skala lokal (angin darat dan angin laut) sangat mempengaruhi

kondisi cuaca di wilayah kabupaten Alor.

Untuk kategori kecepatan angin, distribusi frekuensi kejadian didominasi oleh

angin dengan kecepatan rata-rata antara 1 – 6 knot (± 1,85 – 11,1 Km/Jam) sebesar

40,3%; disusul kategori angin teduh (CALM) sebesar 28,6%; dan disusul antara 6 – 11

knot (± 11,1 – 20,35 km/jam) dengan distribusi frekuensi sebesar 22,9. Angin dengan

kecepatan signifikan ( > 11 knot atau > 20,35 km/jam ) sebesar 8,3%.

Arah dan kecepatan angin maksimum terekam berhembus dari arah Timur Laut

(65º) dengan kecepatan sebesar 28,8 knot (± 53,28 km/jam), terjadi pada tanggal 14

September 2019 jam 03:36:21 UTC (jam 11:36:21 WITA).

5. PENGUAPAN

Penguapan atau evaporasi adalah jumlah air yang menguap dari permukaan

air yang terbuka atau dari tanah (WMO, 2006). Untuk menghitung jumlah penguapan

yang ada maka dapat diperoleh dari jumlah selisih tinggi air hari kemarin dengan hari

ini ditambah curah hujan. Pengukuran jumlah penguapan dilakukan satu kali dalam

satu hari pada jam 00:00 UTC. Satuan penguapan yang digunakan adalah milimeter

(mm). Alat yang digunakan untuk mengukur penguapan adalah panci penguapan

terbuka (Open Pan Evaporimeter).

Pada bulan September 2019, jumlah penguapan yang terukur berkisar antara

3,3 mm hingga 7,8 mm. Jumlah penguapan terendah tersebut terjadi pada tanggal 2

September 2019 dan tertinggi pada tanggal 28 September 2019 dengan total

penguapan sebulan sebanyak 171,6 mm dan rata-rata penguapan sebanyak 5,7 mm

per hari.

Gbr. 15. Grafik.....

Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2019 Page 16

Gbr.15. Grafik Penguapan Bulan September 2019di Mali – Alor

6. KELEMBABAN UDARALembab nisbi atau kelembapan relatif adalah perbandingan antara massa uap

air yang ada di dalam satu satuan volume dengan massa uap air yang diperlukan

untuk menjenuhkan satu aatuan volume udara tersebut pada suhu yang sama (BMG,

2006). Satuan yang digunakan untuk mengukur lembab nisbi dinyatakan dalam

Persen (%). Alat yang digunakan untuk menentukan lembab nisbi adalah Screen

Psycrometer / Psycrometer Sangkar Tetap (Thermometer Bola Kering dan

Thermometer Bola Basah)

Kelembapan nisbi atau kelembapan relatif berubah sesuai dengan tempat dan

waktu, dipengaruhi oleh ketinggian tempat, kerapatan udara, tekanan udara dan

radiasi matahari. Jika cuaca normal, menjelang tengah hari kelembapan nisbi

berangsur-angsur turun kemudian pada sore hari sampai menjelang pagi bertambah

besar.

Gbr.16. Grafik Rata-Rata Kelembaban Udara Bulan September 2019di Mali – Alor

Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2019 Page 17

Pada bulan September 2019, rata-rata kelembaban udara harian berkisar

antara 65% hingga 78%. Kelembaban udara terendah mutlak sebesar 47% terjadi

pada tanggal 2 September 2019 jam 06:00 UTC (14:00 WITA), sedangkan

kelembaban udara tertinggi mutlak sebesar 96% terjadi pada tanggal 7 September

2019 masing-masing pada jam 20:00 UTC (04:00 WITA). Rata-rata kelembaban

udara selama satu bulan sebesar 72%. Dengan demikian kondisi udara pada

bulan ini relatif sama jika dibandingkan bulan sebelumnya (Agustus 2019).

7. CURAH HUJANCurah hujan adalah ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang

datar, dengan asumsi tidak menguap, tidak meresap dan tidak mengalir (BMKG,

2009). Satuan curah hujan dinyatakan dalam millimeter (mm). Alat yang digunakan

adalah penangkar hujan biasa (Tipe Obs) dan penangkar hujan tipe Helman.

7.1 Curah Hujan Stasiun Meteorologi Mali – Alor (Pos Hujan Mali)

Berdasarkan hasil pengukuran (penakaran) curah hujan di Stasiun

Meteorologi Mali (Pos Hujan Mali), pada bulan September 2019 diketahui terdapat 1

(satu) hari hujan Terukur dengan jumlah curah hujan satu bulan sebanyak 0,6 mm.

Gbr.17. Grafik Curah Hujan Stasiun MeteorologiMali-Alor Bulan September 2019

7.2 Pos Hujan Kecamatan Teluk Mutiara (Pos Hujan Kalabahi)Berdasarkan hasil pengukuran (penakaran) curah hujan di Pos Hujan

Kalabahi, pada bulan September diketahui terdapat 1 (satu) hari hujan Terukur dan 1

(satu) hari hujan Tidak Terukur (TTU) dengan jumlah curah hujan satu bulan

sebanyak 0,2 mm.

Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2019 Page 18

Gbr.18. Grafik Curah Hujan Pos Hujan KalabahiBulan September 2019

7.3 Pos Hujan Kecamatan Alor Tengah Utara (Pos Hujan Mebung)Berdasarkan hasil pengukuran (penakaran) curah hujan di Pos Hujan Mebung, pada

bulan September 2019 diketahui tidak terdapat hari hujan / tidak terjadi hujan (Nihil).

Gbr.19. Grafik Curah Hujan Pos Hujan MebungBulan September 2019

*******

Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2019 Page 19

IV. PRAKIRAAN CURAH HUJAN BULAN OKTOBER 2019 DI WILAYAHKABUPATEN ALOR

A. DINAMIKA LAUT & ATMOSFER1. Suhu Muka Laut

Pada bulan Oktober 2019, anomali SST wilayah Indonesia diprediksi

umumnya cenderung normal hingga mendingin (anomali negatif), kecuali di

sebelah utara Papua diprediksi cenderung menghangat. Di wilayah Samudera

Hindia didominasi anomali positif di bagian tengah dan barat, dan anomali negatif

diperkirakan muncul di perairan barat daya Sumatera hingga sebelah selatan

Jawa. Wilayah Nino 3.4 diprediksi tetap berada pada kondisi normal.

Gbr.20. Prediksi Spasial Anomali Suhu Muka LautBulan Oktober 2019

2. ENSO (El Nino-Southern Oscillation)

Gbr.21. Prediksi ENSO Periode September 2019 s/d. Maret 2020

Sumber: BMKG (http://www.bmkg.go.id)

Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2019 Page 20

ENSO merupakan salah satu fenomena cuaca skala global yang

mempengaruhi penambahan curah hujan (fase La Nina) maupun pengurangan

curah hujan (fase El Nino) di wilayah Indonesia. Analisa ENSO pada bulan

September 2019 teramati dalam kondisi Netral / Normal, dengan indeks ENSO

bernilai (-0,15).

Kebanyakan model memprediksi ENSO akan tetap berada dalam kondisi

Netral hingga El Nino Lemah pada 3 periode ke depan yakni SON (September-

Oktober-November) 2019, OND (Oktober-November-Desember) 2019, dan NDJ

(November-Desember-Januari) 2020. Berdasarkan prediksi tersebut, maka dapat

dikatakan bahwa pada bulan Oktober 2019, ENSO kurang signifikan

berpengaruh terhadap pengurangan atau penambahan jumlah curah hujan di

wilayah Indonesia termasuk di wilayah Kepulauan Alor.

3. Prediksi Angin 850 mbPrediksi angin lapisan 850 mb pada Dasarian I Oktober 2019

menunjukkan aliran massa udara di wilayah Indonesia masih didominasi angin

timuran dari Benua Australia. Belokan angin (shear) terdapat di sekitar ekuator.

Di wilayah Kabupaten Alor, arah angin cenderung berhembus dari arah

Tenggara, serta tidak terdapat gangguan pada pola arus angin sehingga potensi

pembentukan awan hujan tidak signifikan pada periode Dasarian I Oktober

mendatang.

Gbr.22. Prediksi Angin Lapisan 850 mb

Prediksi angin lapisan 850 mb pada bulan Oktober 2019 menunjukkan

angin timuran masih mendominasi wilayah Indonesia, kecuali wilayah sekitar

ekuator berhembus dari arah baratan. Belokan angin dan konvergensi

(pertemuan angin) terbentuk di sepanjang ekuator dari Sumatera bagian utara

Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2019 Page 21

hingga Papua. Terdapat satu pusaran arus siklonik (area bertekanan rendah) di

wilayah Papua. Di wilayah Kabupaten Alor, arah angin cenderung berhembus

dari arah Tenggara, serta tidak terdapat gangguan pada pola arus angin

sehingga potensi pembentukan awan hujan secara umum tidak signifikan pada

bulan Oktober 2019.

4. Prediksi Indeks MonsunGbr.23. Analisis dan Prediksi Indeks Monsun

Monsun Asia pada dasarian III September 2019 tidak aktif dan diprediksi

mendekati klimatologisnya (normal) hingga dasarian III Oktober 2019, sehingga

menyebabkan pembentukan awan hujan cenderung bertambah khususnya di

wilayah Indonesia bagian utara hingga dasarian III Oktober 2019. Sedangkan

Monsun Australia pada Dasarian III September 2019 aktif dan diprediksi menguat

hingga dasarian III Oktober 2019 sehingga berpotensi menghambat

pembentukan awan di wilayah Indonesia bagian Selatan hingga dasarian III

Oktober 2019 mendatang.

5. MJO (Madden-Julian Oscillation)Analisis tanggal 27 September 2019 menunjukkan MJO aktif di phase 1

daan diprediksi tetap aktif di phase 1. Berdasarkan peta analisis spasial anomali

OLR, pada akhir dasarian III September 2019 wilayah Indonesia umumnya

cenderung kering (subsiden), kecuali di wilayah sumatera bagian utara diterdapat

wilayah konvektiv/basah. Prediksi spasial anomali OLR menunjukkan secara

umum wilayah Indonesia didominasi wilayah subsiden / kering hingga

pertengahan dasarian II Oktober 2019. Sehingga dapat dikatakan pada bulan

Oktober 2019, MJO tidak signifikan mempengaruhi penambahan curah hujan di

wilayah Indonesia

.

Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2019 Page 22

6. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole)

Fenomena cuaca global terakhir yang juga mempengaruhi peluang

hujan di Indonesia, khususnya Indonesia Bagian Barat, adalah Dipole Mode

(DM). Rata-rata indeks DM bulan September 2019 berada pada kondisi Positif

(+) Kuat dengan nilai (+1,316). Ini berarti perpindahan aliran massa uap air

dari wilayah Indonesia bagian barat ke wilayah Samudera Hindia sebelah timur

Afrika signifikan, sehingga peluang pembentukkan awan dan hujan di wilayah

Indonesia bagian barat menjadi berkurang.

Prediksi Indeks Dipole Mode (IDM) oleh BMKG, NASA, NMME, dan

BOM/POAMA menyatakan pada bulan Oktober 2019 IDM tetap konsisten berada

pada kondisi Positif (+) Kuat, sehingga cukup berpengaruh terhadap pengurangan

jumlah curah hujan di wilayah Indonesia, khususnya wilayah Indonesia bagian

Barat.

Gbr. 25. Prediksi Indeks .......

Sumber: NCEP-NOAA (http://www.cpc.ncep.noaa.gov)

Gbr. 24. Grafik Fase MJO dan Anomali OLR pada BulanSeptember 2019 dan Prakiraan Bulan Oktober 2019

Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2019 Page 23

Gbr. 25. Prediksi Indeks Dipole Mode dari BoM, NASA, NNME,dan BMKG periode Oktober 2019 s/d. Maret 2020

Sumber: BMKG (http://www.bmkg.go.id)

7. Tinjauan KlimatologisKondisi unsur cuaca bulan Oktober di Alor berdasarkan data klimatologis

selama 30 tahun (1981-2010) diketahui sebagai berikut:

Tabel 3. Data Normal Unsur Cuaca Kabupaten AlorBulan Oktober Tahun 1981 - 2010

Secara klimatologis, rata-rata curah hujan pada bulan ini menunjukkan

bahwa wilayah Kepulauan Alor masih berada pada periode musim kemarau,

sehingga peluang curah hujan sangat sedikit.

*****

Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2019 Page 24

B. PRAKIRAAN CURAH HUJAN BULAN OKTOBER 2019 DI WILAYAHKABUPATEN ALOR

1. Prakiraan Hujan Dasarian

Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi

ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) yang telah divalidasi dan

mempertimbangkan kondisi fisis dinamika atmosfer-lautan sampai dengan akhir

September 2019, maka prakiraan curah hujan dan sifat hujan tiap Dasarian

untuk bulan Oktober 2019 di wilayah Kabupaten Alor sebagai berikut:

Tabel 4. Prakiraan Curah Hujan dan Sifat Hujan DasarianBulan Oktober 2019

Sesuai dengan kriteria sifat hujan dalam dasarian, maka hasil prakiraan

menunjukkan secara umum sifat hujan pada Dasarian I hingga III bulan

Oktober 2019 adalah Bawah Normal (BN) dengan kriteria rendah (jumlah curah

hujan antara 0 – 10 mm).

2. Prakiraan Hujan BulananBerdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi

ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) yang telah divalidasi dan

mempertimbangkan kondisi fisis dinamika atmosfer-lautan sampai dengan akhir

September 2019, maka prakiraan curah hujan dan sifat hujan untuk bulan

Oktober 2019 di wilayah Kabupaten Alor sebagai berikut:

Tabel 5. Prakiraan Curah Hujan (CH) dan Sifat Hujan BulananBulan Oktober 2019

Sesuai dengan kriteria sifat hujan bulanan, maka hasil prakiraan

menunjukkan secara umum sifat hujan pada bulan Oktober 2019 adalah

Bawah Normal (BN) dengan kriteria hujan rendah (jumlah curah hujan: 0 – 20

mm).

*****

Sifat Hujan Curah Hujan (mm) /Kriteria

Dasarian Pertama Bawah Normal 0 - 10 / Rendah

Dasarian Kedua Bawah Normal 0 - 10 / Rendah

Dasarian Ketiga Bawah Normal 0 - 10 / Rendah

Dasarian Pertama Atas Normal 116.2 mm

Dasarian Kedua Atas Normal 80.2 mm

Dasarian Ketiga Atas Normal 156.8 mm

Sifat Hujan Jumlah Curah Hujan

Wilayah Prediksi CH (mm)/ Kriteria

Normal CH(mm) Sifat Hujan

Mali, Alor 0 - 20 / Rendah 7 Bawah Normal

Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2019 Page 25

V. PRAKIRAAN PASANG SURUT (TIDAL) BULAN OKTOBER DANNOVEMBER 2019 DI WILAYAH KABUPATEN ALOR

1. PendahuluanPasang surut air adalah gelombang yang mirip dengan gelombang air yang

terjadi akibat tiupan angin. Pasang surut memiliki panjang gelombang yang

panjang, seperti yang terdapat pada laut dalam namun terjadi untuk air dangkal, ini

berarti pasang surut dibiaskan oleh keadaan topografi kedalaman bawah air.

Periodenya pun cukup panjang, dalam orde jam. Pasang surut air terjadi disebabkan

oleh gaya gravitasi dan gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh gerakan bumi, bulan,

dan matahari.

2. Pola Pasang SurutDi seluruh dunia pasang surut berbeda baik ketinggian paras air maupun

waktu kejadiannya. Area pantai yang hanya punya satu pasang surut tertinggi dan

terendah setiap hari disebut diurnal tide (air pasang harian). Wilayah yang

mengalami dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari disebut mempunyai

semi-diurnal tide. Jika semi-diurnal tide mempunyai ketinggian air pasang yang

dicapai berbeda dan saat surut juga level air tidak sama disebut semi-diurnal mixed

tide.

Pola pasang surut dapat dijelaskan secara gelombang dengan grafik yang

menunjukkan paras air untuk sumbu vertikal dan sumbu horisontal menyatakan

waktu hari. Pengamatan pasang surut dalam jangka waktu yang lama digunakan

untuk menghitung rata-rata ketinggian pasang. Dengan nilai rata-rata ini dapat

dihitung anomali pasang naik dan pasang surut air.

3. Paras Pasang Surut.Ketinggian air tertinggi yang dicapai permukaan air setiap hari disebut High

Water (HW) / Higt Tide (Ht). Titik terendah dimana permukaan air surut disebut Low

Water (LW) / Low Tide. Mengingat Kabupaten Kepulauan Alor sebagian besar

wilayahnya terdiri dari lautan maka fenomena pasang surut air laut sangat besar

pengaruhnya terhadap kegiatan yang berhubungan dengan kelautan seperti

bongkar muat di Pelabuhan Laut, kegiatan para nelayan dan lain sebagainya. Untuk

itu dalam buletin ini kami sajikan prediksi pasang surut di wilayah Kepulauan Alor

yang meliputi 2 (dua) lokasi sebagai berikut:

Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2019 Page 26

a. Wilayah Pelabuhan Kalabahi – Alor

Keterangan :Time (waktu) : WITA

Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2019 Page 27

Keterangan :Time (waktu) : WITA

Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2019 Page 28

b. Wilayah Pelabuhan Kabir – Alor

Keterangan :Time (waktu) : WITA

Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2019 Page 29

****

Keterangan :Time (waktu) : WITA

Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2019 Page 30

VI. INFORMASI WAKTU TERBIT DAN TENGGELAM MATAHARI DI WILAYAHKABUPATEN ALOR

Data waktu terbit dan tenggelam Matahari di wilayah Kabupaten Alor untuk

bulan Oktober dan November 2019 sebagai berikut:

1. Stasiun Meteorologi Mali(Koordinat: 8.217 LS & 124.571 BT)

Time Dir Time Dir Time Dir Time Dir01 Oktober 2019 05:26 (93°) 17:36 (267°) 01 November 2019 05:13 (104°) 17:37 (255°)02 Oktober 2019 05:26 (93°) 17:36 (266°) 02 November 2019 05:13 (105°) 17:37 (255°)03 Oktober 2019 05:25 (94°) 17:36 (266°) 03 November 2019 05:13 (105°) 17:37 (255°)04 Oktober 2019 05:24 (94°) 17:36 (266°) 04 November 2019 05:12 (105°) 17:37 (254°)05 Oktober 2019 05:24 (95°) 17:36 (265°) 05 November 2019 05:12 (106°) 17:37 (254°)06 Oktober 2019 05:23 (95°) 17:36 (265°) 06 November 2019 05:12 (106°) 17:38 (254°)07 Oktober 2019 05:23 (95°) 17:36 (264°) 07 November 2019 05:12 (106°) 17:38 (253°)08 Oktober 2019 05:22 (96°) 17:36 (264°) 08 November 2019 05:12 (107°) 17:38 (253°)09 Oktober 2019 05:22 (96°) 17:36 (264°) 09 November 2019 05:12 (107°) 17:38 (253°)10 Oktober 2019 05:21 (97°) 17:35 (263°) 10 November 2019 05:11 (107°) 17:39 (253°)11 Oktober 2019 05:21 (97°) 17:35 (263°) 11 November 2019 05:11 (108°) 17:39 (252°)12 Oktober 2019 05:20 (97°) 17:35 (262°) 12 November 2019 05:11 (108°) 17:39 (252°)13 Oktober 2019 05:20 (98°) 17:35 (262°) 13 November 2019 05:11 (108°) 17:40 (252°)14 Oktober 2019 05:19 (98°) 17:35 (262°) 14 November 2019 05:11 (108°) 17:40 (251°)15 Oktober 2019 05:19 (98°) 17:35 (261°) 15 November 2019 05:11 (109°) 17:40 (251°)16 Oktober 2019 05:19 (99°) 17:35 (261°) 16 November 2019 05:11 (109°) 17:41 (251°)17 Oktober 2019 05:18 (99°) 17:35 (261°) 17 November 2019 05:11 (109°) 17:41 (251°)18 Oktober 2019 05:18 (100°) 17:35 (260°) 18 November 2019 05:11 (109°) 17:41 (250°)19 Oktober 2019 05:17 (100°) 17:35 (260°) 19 November 2019 05:11 (110°) 17:42 (250°)20 Oktober 2019 05:17 (100°) 17:35 (259°) 20 November 2019 05:11 (110°) 17:42 (250°)21 Oktober 2019 05:16 (101°) 17:35 (259°) 21 November 2019 05:11 (110°) 17:42 (250°)22 Oktober 2019 05:16 (101°) 17:36 (259°) 22 November 2019 05:12 (110°) 17:43 (250°)23 Oktober 2019 05:16 (101°) 17:36 (258°) 23 November 2019 05:12 (111°) 17:43 (249°)24 Oktober 2019 05:15 (102°) 17:36 (258°) 24 November 2019 05:12 (111°) 17:44 (249°)25 Oktober 2019 05:15 (102°) 17:36 (258°) 25 November 2019 05:12 (111°) 17:44 (249°)26 Oktober 2019 05:15 (102°) 17:36 (257°) 26 November 2019 05:12 (111°) 17:45 (249°)27 Oktober 2019 05:14 (103°) 17:36 (257°) 27 November 2019 05:12 (111°) 17:45 (249°)28 Oktober 2019 05:14 (103°) 17:36 (257°) 28 November 2019 05:12 (112°) 17:45 (248°)29 Oktober 2019 05:14 (103°) 17:36 (256°) 29 November 2019 05:13 (112°) 17:46 (248°)30 Oktober 2019 05:14 (104°) 17:36 (256°) 30 November 2019 05:13 (112°) 17:46 (248°)31 Oktober 2019 05:13 (104°) 17:37 (256°)

Keterangan : Time : waktu matahari terbit / tenggelam dalam WITADir (Direction) : arah matahari terbit / tenggelam diamati dari titik/lokasi pengamat

NOVEMBER 2019

Date Sunrise SunsetDate Sunrise SunsetOKTOBER 2019

Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2019 Page 31

2. Kota Kalabahi(Koordinat: 8.217 LS & 124.518 BT)

Time Dir Time Dir Time Dir Time Dir01 Oktober 2019 05:31 (93°) 17:41 (267°) 01 November 2019 05:17 (105°) 17:41 (255°)02 Oktober 2019 05:30 (93°) 17:41 (266°) 02 November 2019 05:17 (105°) 17:42 (255°)03 Oktober 2019 05:30 (94°) 17:41 (266°) 03 November 2019 05:17 (105°) 17:42 (255°)04 Oktober 2019 05:29 (94°) 17:40 (266°) 04 November 2019 05:17 (105°) 17:42 (254°)05 Oktober 2019 05:28 (95°) 17:40 (265°) 05 November 2019 05:17 (106°) 17:42 (254°)06 Oktober 2019 05:28 (95°) 17:40 (265°) 06 November 2019 05:16 (106°) 17:42 (254°)07 Oktober 2019 05:27 (95°) 17:40 (264°) 07 November 2019 05:16 (106°) 17:43 (253°)08 Oktober 2019 05:27 (96°) 17:40 (264°) 08 November 2019 05:16 (107°) 17:43 (253°)09 Oktober 2019 05:26 (96°) 17:40 (264°) 09 November 2019 05:16 (107°) 17:43 (253°)10 Oktober 2019 05:26 (97°) 17:40 (263°) 10 November 2019 05:16 (107°) 17:43 (253°)11 Oktober 2019 05:25 (97°) 17:40 (263°) 11 November 2019 05:16 (108°) 17:44 (252°)12 Oktober 2019 05:25 (97°) 17:40 (262°) 12 November 2019 05:16 (108°) 17:44 (252°)13 Oktober 2019 05:24 (98°) 17:40 (262°) 13 November 2019 05:16 (108°) 17:44 (252°)14 Oktober 2019 05:24 (98°) 17:40 (262°) 14 November 2019 05:16 (108°) 17:45 (251°)15 Oktober 2019 05:23 (98°) 17:40 (261°) 15 November 2019 05:16 (109°) 17:45 (251°)16 Oktober 2019 05:23 (99°) 17:40 (261°) 16 November 2019 05:16 (109°) 17:45 (251°)17 Oktober 2019 05:23 (99°) 17:40 (261°) 17 November 2019 05:16 (109°) 17:46 (251°)18 Oktober 2019 05:22 (100°) 17:40 (260°) 18 November 2019 05:16 (109°) 17:46 (250°)19 Oktober 2019 05:22 (100°) 17:40 (260°) 19 November 2019 05:16 (110°) 17:46 (250°)20 Oktober 2019 05:21 (100°) 17:40 (259°) 20 November 2019 05:16 (110°) 17:47 (250°)21 Oktober 2019 05:21 (101°) 17:40 (259°) 21 November 2019 05:16 (110°) 17:47 (250°)22 Oktober 2019 05:21 (101°) 17:40 (259°) 22 November 2019 05:16 (110°) 17:48 (250°)23 Oktober 2019 05:20 (101°) 17:40 (258°) 23 November 2019 05:16 (111°) 17:48 (249°)24 Oktober 2019 05:20 (102°) 17:40 (258°) 24 November 2019 05:16 (111°) 17:48 (249°)25 Oktober 2019 05:19 (102°) 17:40 (258°) 25 November 2019 05:16 (111°) 17:49 (249°)26 Oktober 2019 05:19 (102°) 17:41 (257°) 26 November 2019 05:16 (111°) 17:49 (249°)27 Oktober 2019 05:19 (103°) 17:41 (257°) 27 November 2019 05:17 (111°) 17:50 (249°)28 Oktober 2019 05:18 (103°) 17:41 (257°) 28 November 2019 05:17 (112°) 17:50 (248°)29 Oktober 2019 05:18 (104°) 17:41 (256°) 29 November 2019 05:17 (112°) 17:51 (248°)30 Oktober 2019 05:18 (104°) 17:41 (256°) 30 November 2019 05:17 (112°) 17:51 (248°)31 Oktober 2019 05:18 (104°) 17:41 (256°)

Keterangan : Time : waktu matahari terbit / tenggelam dalam WITADir (Direction) : arah matahari terbit / tenggelam diamati dari titik/lokasi pengamat

OKTOBER 2019 NOVEMBER 2019

Date Sunrise Sunset Date Sunrise Sunset

Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2019 Page 32

3. Kabir(Koordinat: 8.278 LS & 124.197 BT)

*******

Time Dir Time Dir Time Dir Time Dir01 Oktober 2019 05:27 (93°) 17:37 (267°) 01 November 2019 05:14 (105°) 17:38 (255°)02 Oktober 2019 05:27 (93°) 17:37 (266°) 02 November 2019 05:14 (105°) 17:38 (255°)03 Oktober 2019 05:26 (94°) 17:37 (266°) 03 November 2019 05:14 (105°) 17:39 (255°)04 Oktober 2019 05:26 (94°) 17:37 (266°) 04 November 2019 05:14 (105°) 17:39 (254°)05 Oktober 2019 05:25 (95°) 17:37 (265°) 05 November 2019 05:13 (106°) 17:39 (254°)06 Oktober 2019 05:25 (95°) 17:37 (265°) 06 November 2019 05:13 (106°) 17:39 (254°)07 Oktober 2019 05:24 (95°) 17:37 (264°) 07 November 2019 05:13 (106°) 17:39 (253°)08 Oktober 2019 05:24 (96°) 17:37 (264°) 08 November 2019 05:13 (107°) 17:40 (253°)09 Oktober 2019 05:23 (96°) 17:37 (264°) 09 November 2019 05:13 (107°) 17:40 (253°)10 Oktober 2019 05:23 (97°) 17:37 (263°) 10 November 2019 05:13 (107°) 17:40 (253°)11 Oktober 2019 05:22 (97°) 17:37 (263°) 11 November 2019 05:13 (108°) 17:40 (252°)12 Oktober 2019 05:22 (97°) 17:37 (262°) 12 November 2019 05:12 (108°) 17:41 (252°)13 Oktober 2019 05:21 (98°) 17:37 (262°) 13 November 2019 05:12 (108°) 17:41 (252°)14 Oktober 2019 05:21 (98°) 17:37 (262°) 14 November 2019 05:12 (108°) 17:41 (251°)15 Oktober 2019 05:20 (98°) 17:37 (261°) 15 November 2019 05:12 (109°) 17:42 (251°)16 Oktober 2019 05:20 (99°) 17:37 (261°) 16 November 2019 05:12 (109°) 17:42 (251°)17 Oktober 2019 05:19 (99°) 17:37 (261°) 17 November 2019 05:12 (109°) 17:42 (251°)18 Oktober 2019 05:19 (100°) 17:37 (260°) 18 November 2019 05:12 (109°) 17:43 (250°)19 Oktober 2019 05:19 (100°) 17:37 (260°) 19 November 2019 05:12 (110°) 17:43 (250°)20 Oktober 2019 05:18 (100°) 17:37 (259°) 20 November 2019 05:12 (110°) 17:44 (250°)21 Oktober 2019 05:18 (101°) 17:37 (259°) 21 November 2019 05:13 (110°) 17:44 (250°)22 Oktober 2019 05:17 (101°) 17:37 (259°) 22 November 2019 05:13 (110°) 17:44 (250°)23 Oktober 2019 05:17 (101°) 17:37 (258°) 23 November 2019 05:13 (111°) 17:45 (249°)24 Oktober 2019 05:17 (102°) 17:37 (258°) 24 November 2019 05:13 (111°) 17:45 (249°)25 Oktober 2019 05:16 (102°) 17:37 (258°) 25 November 2019 05:13 (111°) 17:46 (249°)26 Oktober 2019 05:16 (102°) 17:37 (257°) 26 November 2019 05:13 (111°) 17:46 (249°)27 Oktober 2019 05:16 (103°) 17:37 (257°) 27 November 2019 05:13 (111°) 17:46 (249°)28 Oktober 2019 05:15 (103°) 17:38 (257°) 28 November 2019 05:14 (112°) 17:47 (248°)29 Oktober 2019 05:15 (104°) 17:38 (256°) 29 November 2019 05:14 (112°) 17:47 (248°)30 Oktober 2019 05:15 (104°) 17:38 (256°) 30 November 2019 05:14 (112°) 17:48 (248°)31 Oktober 2019 05:14 (104°) 17:38 (256°)

Keterangan : Time : waktu matahari terbit / tenggelam dalam WITADir (Direction) : arah matahari terbit / tenggelam diamati dari titik/lokasi pengamat

OKTOBER 2019 NOVEMBER 2019

Date Sunrise Sunset Date Sunrise Sunset

Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2019 Page 33

VII. PELAYANAN PUBLIK

1. PELAYANAN PENERBANGAN

Berdasarkan hasil data pengamatan cuaca selama bulan September 2019,

dalam hal ini banyak hasil observasi cuaca khusus untuk pelayanan penerbangan yang

berupa QAM, SPECI, dan METAR dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:

Tabel 6. Informasi Pelayanan Meteorologi Untuk PenerbanganStasiun Meteorologi Mali – Alor

BULANHASIL PENGAMATAN

QAM SPECIAL METAR SPECI

September 2019 194 0 796 3

Keterangan Tabel:

o QAM : merupakan informasi cuaca yang diberikan untuk kepentingan Take Off

(Lepas Landas) dan Landing (Pendaratan) pesawat terbang.

o SPECI : Merupakan informasi cuaca khusus yang harus dilaporkan setiap terjadi

perubahan cuaca yang signifikan (bermakna) seperti: terjadi thunderstorm

(badai guntur), terjadi hujan, terjadi peruban arah kecepatan angin secara

tiba – tiba dan lain – lain. Informasi ini dilaporkan saat keadaan cuaca

mulai terjadi dan setelah cuaca selesai terjadi

o METAR: Merupakan informasi cuaca rutin untuk kepentingan penerbangan

yang dibuat setiap jam atau ½ jam sekali pada jam penuh atau jam

tengahan.

2. LAPORAN PRODUK METEOROLOGI PUBLIKLaporan produk meteorologi publik merupakan laporan informasi mengenai

kegiatan publikasi data – data hasil pengamatan yang di gunakan atau dimanfaatkan

oleh BMKG, instansi di luar BMKG dan masyarakat umum yang membutuhkan. Hasil

produk meteorologi publik dapat di lihat dalam tabel di berikut ini.

Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2019 Page 34

Tabel 7. Laporan Produk Meteorologi PublikStasiun Meteorologi Mali – Alor Bulan September 2019

No

JenisPublikasi

UnitKerja

INSTANSI PENERIMA PUBLIKASIDI LINGKUNGAN BMKG DI LUAR BMKGUNIT KERJA JML UNIT KERJA JML

1 2 3 4 5 6 71 Data

KlimatologiStamet Mali-

Alor- Deputi Bidang

Meteorologi- Kepala Balai

Besar MKGWil.III

- Koord. BMKGNTT

- Ka. StasiunKlimatologiLasiana Kupang

2 lbr

Sda

Sda

Sda

- -

2 BuletinInformasiMeteorologi

Stamet Mali-Alor

Sestama BMKG

Deputi Bdg.Meteorologi

Deputi BidangKlimatologi

Kepala BiroUmum

Ka. Balai BesarMKG Wil. III

Koord. BMKGNTT

Stamet, Staklim,Stageo se-NTT

1 Exp

Sda

Sda

Sda

Sda

Sda

Sda

- Bupati Alor- Ketua DPRD

Kab. Alor- Kepala

BAPEDA kab.Alor- Kepala Dinas

PU kab. Alor- Kepala BPS

kab. Alor- Kepala

DinasPertanian &PerkebunanKab. Alor- Kepala

DinasPerhubungan kab. Alor- Kepala

BadanLingkunganHidupDaerah kab.Alor

1 ExpSda

Sda

Sda

Sda

Sda

Sda

Sda

3 QAM Stamet Mali-Alor - - Bandara Mali

di Alor 194

4 SPECIAL Stamet Mali-Alor - - Bandara Mali

di Alor 0

4 METAR Stamet Mali-Alor

BMKG viaCMSS - - 796

5 SPECI Stamet Mali-Alor

BMKG viaCMSS - - 3

Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2019 Page 35

VIII. LAMPIRAN

Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2019 Page 36

DAFTAR ISTILAH

Anomali : Penyimpangan suatu variabel dari nilai rata-rata

Awan Konvektif : Awan tebal menjulang tinggi yang terbentuk dari pemanasan

vertikal yang membawa uap air. Awan ini mengakibatkan terjadinya

hujan secara tiba-tiba, petir dan angin.

Cold Surge : Aliran udara dingin dari daratan Asia yang menjalar memasuki

wilayah Indonesia bagian barat, cold surge biasa terjadi pada saat

Asia memasuki musim dingin.

Cuaca : Kondisi fisis atmosfer pada suatu wilayah yang sempit pada waktu

tertentu

Dasarian : Periode sepuluh harian

Dipole Mode /IOD (Indian Ocean

Dipole)

: Tingkat ketersediaan uap air akibat perbedaan suhu muka laut

antara Samudera Hindia dan Perairan Pantai Timur Afrika.

DMI (Dipole Mode Index) : Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas Dipole

Mode. DMI yang bernilai negatif akan menambah kandungan uap

air di sekitar wilayah Sumatera, sehingga curah hujannya secara

umum meningkat. Sedangkan nilai positif tidak menambah

kandungan uap air, sehingga curah hujan cenderung berkurang.

Divergensi : Beraian angin, yang mengindikasikan daerah cuaca baik

Eddy : Pusaran angin dengan durasi harian dan biasanya jika suatu

daerah terdapat eddy, maka cenderung banyak hujan.

El Nino : Fenomena memanasnya suhu permukaan laut di Pasifik Timur

sehingga secara umum menyebabkan curah hujan di sebagian

besar wilayah Indonesia berkurang

ENSO (El Nino-Shouthern

Oscillation)

: Fluktuasi musiman antara fase El Nino dan La Nina.

Gelombang : Pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus

permukaan laut.

Iklim : Kondisi Rata-rata cuaca dalam jangka waktu yang lama dan

wilayah yang luas.

ITCZ (Intertropical Convergence

Zone)

: Daerah pertemuan massa udara antar benua dengan cakupan

yang luas. Umumnya daerah-daerah yang dilintasi ITCZ berpotensi

terjadi pertumbuhan awan-awan hujan lebat dan cukup lama (bisa

lebih dari satu hari).

Konvergensi : Pumpunan angin, pola angin yang mengumpul

La Nina : Fenomena yang merupakan kebalikan dari El Nino. Secara umum

menyebabkan curah hujan di Indonesia meningkat.

MJO (Madden Jullian Oscillation) : Fluktuasi musiman/osilasi/gelombang tekanan (pola tekanan tinggi-

tekanan rendah) di kawasan tropik yang terkait dengan

Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2019 Page 37

********

penambahan gugusan uap air yang menyuplai pembentukan

awan hujan dengan periode lebih kurang 48 hari yang menjalar

dari barat ke timur. Biasanya berawal di pantai timur Afrika

kemudian menjalar ke timur dan menghilang di bagian tengah

Pasifik. MJO ini berkaitan dengan OLR (Outgoing Longwave

Radiation)

Monsun : Suatu pola sirkulasi angin yang berhembus secara periodik

pada suatu periode (minimal 3 bulan) dan pada periode yang lain

polanya akan berlawanan. Di Indonesia dikenal dengan 2

istilah monsun yaitu monsun Asia dan Monsun Australia. Monsun

Asia berkaitan dengan musim hujan di Indonesia, sedangkan

Monsun Australia berkaitan dengan musim kemarau.

Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun,

menggunakan periode waktu yang tidak ditentukan (1971-

2000, 1976-2005, 1978-2007, dsb)

OLR (Outgoing Longwave Radiation) : Radiasi gelombang panjang (infra merah) yang dipancarakan

keluar dari bumi. OLR yang bernilai negatif menunjukkan

tutupan awan konvektis yang banyak. Sedangkan nilai positif

menunjukan tutupan awan konvektif yang sedikit.

Rata-rata : Nilai rata-rata suatu variabel selama minimal periode 10 tahuN

(1971 – 1980, 1976 – 1985, 1996 – 2002, 1995 – 2010, dsb.)

Shearline : Garis atau zona lintasan yang terdapat perubahan arah dan

kecepatan angin secara tiba-tiba.

SOI (Southern Oscillation Index) : Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas El Nino

atau La Nina.

Standar Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan

periode waktu yang sudah ditentukan, dimulai tahun berakhiran 1

dan diakhiri tahun berakhiran 0 (1961-1990, 1971-2000, 1981-2010,

dst)

Konveksi : Pergerakan molekul-molekul pada fluida (cairan atau gas)

Updraft : Pergerakan vertikal ke atas dari suatu kolom udara yang

berhubungan dengan fenomena cuaca