teknonatura.files.wordpress.com€¦ · Web viewBanyak metode separasi mekanik yang didasarkan...
Transcript of teknonatura.files.wordpress.com€¦ · Web viewBanyak metode separasi mekanik yang didasarkan...
TUGAS TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID
METODE EVALUASI SEDIAAN SUSPENSI
LAJU ENDAPAN
DOSEN:
Amelia Febriani, Farm.,MSI,Apt
Disusun Oleh Kelompok 3 :
Ilus Titah Sasse 16334022
Pony Mulyasri 16334035
Niken Dwi Ambarruri 16334036
Arum Jannati 16334039
Fikriyyah Fatinnadiyah 16334042
Eka sutriya 16334045
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
Program Studi Farmasi-P2K
Jakarta
2019
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Teknik tertua yang dikenal pada pemurnian air adalah proses Klarifikasi. Proses ini
digunakan untuk mengolah air permukaan terutama untuk menghilangkan padatan tersuspensi
kasar maupun halus termasuk partikel koloid.
Proses klarifikasi mencakup proses-proses koagulasi, flokulasi dan sedimentasi. Proses
koagulasi merupakan suatu penambahan beban kimia atau koagulan tertentu ke dalam air yang
disertai dengan pengadukan cepat sehingga terbentuk flok partikel koloid yang sangat halus.
Flok – flok halus tersebut selanjutnya mengalami proses flokulasi. Dalam proses ini, flok-flok
halus akan membentuk flok yang lebih besar. Proses pemisahan flok – flok itu dapat dilakukan
dengan cara sedimentasi.
Sedimentasi (pengendapan) merupakan salah satu cara pemisahan padatan yang
tersuspensi dalam suatu cairan dimana akan terjadi peristiwa turunnya partikel – partikel padat
yang semula tersebar atau tersuspensi dalam cairan karena adanya gaya berat atau gaya
gravitasi, tetapi selama proses sedimentasi ini berlangsung, terdapat tiga gaya yang berpengaruh
:
a. Gaya Gravitasi
b. Gaya Apung
c. Gaya dorong
(Warren. L. Mc cabe. 1993).
Banyak metode separasi mekanik yang didasarkan atas gerakan partikel zat padat atau
tetesan zat cair melalui fluida itu mungkin gas atau zat cair dan mungkin berada pada keadaan
mengalir atau keadaan diam. Dalam beberapa situasi, tujuan dari pada proses itu adalah untuk
mengeluarkan partikel dari arus fluida dan untuk mengeluarkan pengotor yang terdapat didalam
fluida atau untuk memulihkan partikel sebagaimana dalam pembersihan udara atau gas buang
terhadap debu dan uap racun atau untuk membuang zat padat dari air limbah. Dalam soal-soal
lain, partikiel itu sengaja disuspensikan di dalam fluida supaya dapat dipisahkan menjadi fraksi –
fraksi yang berbeda ukuran atau densitasnya.
Operasi sedimentasi ini banyak digunakan pada proses pemisahan kimia, metalurgi,
maupun pada proses – proses pengurangan polusi dari air limbah industri. Rancangan peralatan
untuk sedimentasi selalu didasarkan pada percobaan sedimentasi pada skala yang lebih kecil.
Pada percobaan ini bubur di endapkan laju pengendapannya diukur dengan cara
mengamati perubahan konsentrasi pada padatan maupun cairan bening dari atas kebawah yang
mana akan terjadi endapan. Dalam percobaan sedimentasi ini akan dibahas juga pembagian
zona antara lain zona jernih, zona encer, zona pekat.
Dalam industri yang digunakan adalah air jernihnya untuk air proses maupun air
produksi biasanya untuk mempercepat pengendapan ditambahkan juga koagulan, prosesnya
yaitu mengikat butiran butiran kapur menjadi flok – flok sehingga akan lebih cepat jatuh karena
semakin besar flok akan semakin besar juga gaya gravitasi yang berpengaruh pada proses
pengendapan tersebut.
Suatu partikel yang mengendap dalam air karena adanya gaya gravitasi akan mengalami
percepatan sampai gaya dari tahanan dapat mengimbangi gaya gravitasi. Laju pengendapan
lumpur berbeda-beda satu sama lainnya, demikian pula tinggi relatif berbagai zona
pengendapannya
Fd =
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian sedimentasi
Proses klarifikasi mencakup proses-proses koagulasi, flokulasi dan sedimentasi. Proses
koagulasi merupakan suatu penambahan beban kimia atau koagulan tertentu kedalam air yang
disertai dengan pengadukan cepat sehingga terbentuk flok partikel koloid yang sangat halus.
Sedimentasi merupakan peristiwa turunnya partikel-partikel padat yang semula tersebar
merata dalam cairan karena adanya gaya berat, setelah terjadi pengendapan cairan jernih dapat
dipisahkan dari zat padat yang menumpuk di dasar atau biasa disebut dengan pengendapan.
Selama proses ini berlangsung, terdapat tiga gaya yang berpengaruh :
a. Gaya Gravitasi
Gaya ini bisa dilihat pada saat terjadi endapan atau mulai turunnya pertikel padatan
menuju kedasar tabung untuk membentuk endapan. Hal ini terjadi karena massa jenis
partikel padatan lebih besar dari massa jenis fluida. Atau dengan kata lain bahwa, pada gaya
ini berat jenis larutan lebih kecil dari berat jenis partikel, sehingga partikel lebih cepat
mengendap. Pada kondisi ini, sangat dipengaruhi oleh Hukum Newton II, yaitu :
Fg = m . g ………………………………………………(2.1.1)
b. Gaya Dorong
Gaya dorong terjadi pada saat larutan dipompakan ke dalam tabung klarifier. Larutan ini
akan terdorong pada ketinggian tertentu. Gaya dorong dapat juga kita lihat pada saat mulai
turunnya partikel padatan karena adanya gaya Gravitsi, maka fluida akan memberikan gaya
yang besarnya sama dengan berat padatan itu sendiri. Gaya inilah yang disebut gaya dorong
dan juga gaya yang memiliki arah yang berlawanan dengan gaya gravitasi.
Ap.V 2 . Cd. ……..………………..……………………..(2.1.2)
c. Gaya Apung
Gaya apung terjadi jika massa jenis partikel lebih kecil dari massa jenis fluida. Sehingga
partikel padatan berada pada permukaan cairan. Maka pengaruh gaya ini dapat dirumuskan
sebagai berikut :
Fa = Fa = ……...………………………………………(2.1.3)
2.2 Laju Pengendapan
Suatu partikel yang mengendap dalam air karena adanya gaya gravitasi akan
mengalami percepatan sampai gaya dari tahanan dapat mengimbangi gaya gravitasi. setelah
terjadi kesetimbangan partikel akan terus mengendap pada kecepatan kostan yang dikenal
sebagai kecepatan akhir atau kecepatan pengendapan bebas.
Laju pengendapan partikel padat dalam zat cair dapat dibagi beberapa factor antara
lain :
a. Berat jenis dan partikel
b. Bentuk dan ukuran partikel
c. Viskositas air
d. Aliran dalam bak pengendap
Contoh grafik tinggi lumpur (Batas antara zona A dan zona B) V/s waktu ditunjukan pada
gambar 1.1 dan selama tahap awal pengendapan kecepatannya tetap sebagai mana terlihat
pada bagian pertama kurva itu setelah zat padatnya mengumpul pada zona D laju pengendapan
itu berkurang dan berangsur-angsur turun hingga mencapai tinggi akhirnya. Titik kritisnya
dicapai pada titik C dalam gambar 1.1
Laju pengendapan lumpur berbeda-beda satu sama lainnya, demikian pula tinggi relatif
berbagai zona pengendapannya. Untuk menentukan karakteristik pengendapannya secara teliti,
setiap lumpur itu harus diperiksa dengan melakukan eksperimen terhadap masing-masingnya
(Mc Cabe, WL. 1990)
m. . g
p
Zo
Laju tetap
Z Zu
C tinggi patah
Waktu.t
gambar 2.1 Laju Sedimentasi
Laju pengendapan partikel dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Berat jenis air
2. Berat jenis partikel padatan
3. Viskositas air
4. Aliran dalam bak pengendapan
5. Bentuk dan ukuran partikel
Berat jenis fluida lebih besar dari pada berat jenis partikel padatannya, maka laju
pengendapannya lamban. Begitu juga sebaliknya, semakin besar berat jenis partikel maka laju
pengendapannya cepat.
Laju pengendapan sangat dipengaruhi oleh viskositas dimana viskositas sangat
berkaitan erat dengan suhu yang ada. Bila temperatur tinggi maka viskositas menurun sehingga
bentuk dan ukuran partikel semakin kecil sehingga laju pengendapan cepat.
Aliran dalam bak pengendapan akan mempengaruhi laju endapan. Pada aliran laminer
laju pengendapan cepat sedangkan pada aliran turbulen laju pengendapan akan sangat
terganggu maka akan sangat lambat mengendap.
Laju pengendapan partikel – partikel dalam air tergantung pada jenis bentuk dan
ukuran dari partikel tersebut dan viskositas cairan yang digunakan. Adanya pengendapan zat uji
kemungkinan besar mempengaruhi laju pengendapan sehingga dapat ditentukan lajunya dan
mengetahui pangaruh zat uji tersebut. Dimana dilakukan pengambilan sampel tiap selang waktu
tertentu dan menimbang berat endapan serta menghitung beberapa konsentrasi endapan yang
terjadi sehingga kita dapat membandingkan kecepatan laju pengendapan dari tiap gerakan
partikel pada fluida dalam proses. Partikel yang mempunyai ukuran yang besar dan kasar akan
sangat mudah mengendap dari pada partikel halus, untuk padatan yang halus diusahakan
menggumpal menjadi partikel yang lebih besar agar cepat mengendap.
(F, Parikesit, Ir. 1985)
Padatan yang tersuspensi dalam air dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu:
1. Padatan kasar
Adalah padatan yang dapat dipisahkan dengan cara pengendapan yang sederhana
dalam waktu yang singkat dimana pada padatan kasar mudah terjadi pengendapannya
besar. Pengendapan padatan kasar terjadinya sangat mudah, hal itu terjadi karena
pengendapannya lebih besar. Bila terjadi gerakan relatif dengan suatu pertikel yang
disekitarnya dikelilingi oleh air tersebut. Maka air akan memberikan tahanan gesek (Drag)
kepada partikel itu sebesar :
Fd = Cd . Ap ……………………………………………(4)
2. Padatan halus
Adalah padatan yang tidak dapat dipisahkan dengan cara pengandapan yang sederhana
didalam waktu yang relatif singkat atau tidak mempunyai peralatan pengendap yang dapat
beroperasi secara komersial mekanisme penggerak (rake) yang dipasang pada dasar tangki
pengendap agar dapat mempermudah pengumpulan suspensi pekat dari dasar tangki.
Berdasarkan tujuan dari bahan yang ingin didapatkan maka sedimentasi ini dapat
digolongkan jadi dua macam yaitu :
a. Penjernihan
Klarifier adalah pengendapan partikel padat yang jumlahnya relatif sedikit (1-5%) dengan
suatu tujuan untuk memperoleh cairan yang jernih, proses klarifier mencakup proses
flokulasi dan koagulasi. Proses koagulasi merupakan suatu proses dimana penambahan zat
ρ . V2
2
kimia atau koagulan tertentu kedalam air yang diolah dan disertai pengadukan cepat
sehingga terbentuk flok suatu partikel yang halus selanjutnya mengalami proses flokulasi
yaitu penggabungan flok-flok membentuk flok yang lebih besar .
b. Pemekatan (Thickener)
Thickener adalah peningkatan konsentrasi atau konsentrasi zat padat dari campuran yang
memiliki zat padat yang relatif banyak (15 - 30 %) dan biasanya hasil padatnya yang
diperlukan. Didalam sedimentasi perlu dibedakan antara:
a) Discrate pertikel adalah partikel yang memiliki ukuran bentuk dan spesifik
Gravitasi tetap (tidak berubah dengan waktu) selama proses pemisahan
berlangsung.
b) Flocullant partikel adalah partikel yang memiliki sifat permukaan yang dapat
membesar atau bergabung dengan partikel-partikel lain ketika akan
bersinggungan sehingga ukuran bentuk mungkin akan berubah.
2.3 Pemisahan atas dasar gerakan partikel melalui fluida
Banyak metode separasi mekanik yang didasarkan atas gerakan partikel zat padat atau
tetesan zat cair melalui fluida itu mungkin gas atau zat cair dan mungkin berada pada keadaan
mengalir atau keadaan diam. Dalam beberapa situasi, tujuan dari pada proses itu adalah untuk
mengeluarkan partikel dari arus fluida dan untuk mengeluarkan pengotor yang terdapat
didalam fluida atau untuk memulihkan partikel sebagaimana dalam pembersihan udara atau
gas buang terhadap debu dan uap racun atau untuk membuang zat padat dari air limbah.
Dalam soal-soal lain, partikel itu sengaja disuspensikan di dalam fluida supaya dapat
dipisahkan menjadi fraksi – fraksi yang berbeda ukuran atau densitasnya. Fluida itu lalu
dipulihkan, kadang – kadang untuk digunakan kembali, dari partikel yang telah di fraksionasi.
Jelaslah bahwa tiap partikel itu mulai dari keadaan diam terhadap fluida tempat partikel
itu terendam, lalu bergerak melaui fluida itu karena adanya gaya–gaya luar, gerakan itu dapat
dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama merupakan satu periode singkat dimana
berlangsung percepatan, yaitu selama waktu kecepatan itu meningkat dari nol sampai
kecepatan terminal. Tahap kedua ialah periode dimana partikel itu berada dalam kecepatan
terminalnya.
2.4 Proses pengendapan gravitasi
Partikel – partikel yang lebih berat dari fluida tempat patikel itu tersuspensi dapat
dikeluarkan didalam kotak pengendapan atau tangki pengendap (Settling Tank) dimana
kecepatan fluida itu cukup kecil dan partikel itu mendapat waktu yang cukup untuk
mengendap keluar dari suspensi itu akan tetapi, peranti sederhana seperti itu terbatas
kegunaannya karena pemisahanya tidak lengkap disamping memerlukan tenaga kerja untuk
mengeluarkan zat padat yang mengendap dari dasar tangki.
Separator – separator industri hampir semua mempunyai fasilitas untuk mengeluarkan
zat padat yang mengendap pemisahan itu bisa pula hampir lengkap. Peralatan pengendap
yang dapat memisahkan hampir seluruh partikel dari zat cair dinamakan klarifikator (Clarifier)
sedang peranti yang memisahkan zat padat menjadi dua fraksi disebut klasifikator (Clasifier).
Pada kedua alat itu berlaku prinsip sedimentasi yang sama.
2.5 Klasifikator gravitasi
Kebanyakan klasifikator yang digunakan dalam pengolahan kimia memisahkan zat padat
atas dasar ukuran partikel dimana densitas partikel halus dan partikel besar itu sama.
Klasifikator mekanik banyak digunakan dalam penggilingan rangkaian tertutup, lebih – lebih
dalam operasi metalurgi di sini, partikel yang relatife kasar disebut pasir (Sand), sedang bubur
partikel halus disebut lanyau (smile). Waktu diatur sedemikian sehingga pasir mengendap ke
dasar peranti sedangkan laju terbawa oleh zat cair keluar.
2.6 Flokulasi
Flokulasi adalah proses penggabungan muatan positif dan negatif sehingga
membentuk muatan yang lebih besar dengan tujuan menetralisir muatan yang ada pada
partikel itu. Banyak yang terdiri dari partikel yang mempunyai muatan listrik karena adanya
gaya saling tolak antara muatan yang sama, cenderung selalu terdispersi. Jika kita tambahkan
elektrolit, maka ion yang terbentuk di dalam larutan itu akan menetralisir muatan partikel tadi.
Partikel itu lalu dapat dialogmerasikan menjadi flok – flok yang masing-masingnya terdiri dari
banyak pertikel. Bila partikel semula bermuatan negatif, kation elektrolit itulah yang efektif
dan bila muatanya negatif, maka anion yang aktif. Metode lain untuk flokulasi mencakup
penggunaan bahan aktif permukaan dan penambahan bahan, seperti perekat gamping,
alumina atau natrium sillikat, yang menyeret partikel itu turun bersamanya.
(McCabe jilid 2 1983)
Partikel yang terflokulasi mempunyai dua karakteristik pengendapan yang penting.
Karakteristik pertama adalah bahwa struktur flok itu sangat rumit. Agregasinya longgar dan
ikatan antara partikelnya lemah, dan flok itu mengandung air yang cukup banyak di dalam
strukturnya, maka akan ikut bersama flok itu turun ke bawah, walaupun pada mulanya flok itu
mengendap dalam pengendapan bebas atau terganggu, dan persamaan umum pada
prinsipnya berlaku namun tidaklah praktis bila kita menggunakan hukum-hukum pengendapan
secara kuantitatif karena diameter dan bentuk flok itu tidak mudah didefinisikan. Karakteristik
kedua dari pada pulp yang terflokulasi ialah peliknya mekanisme pengendapannya. Secara
umum riwayat pengendapan suspensi yang terflokulasi adalah sebagai berikut :
A A
B B
C
C D
D
(A) (B) (C) (D) (E)
Gambar 2.2 Sedimentasi tumpak
Keterangan Gambar
a. Gambar (A) menunjukan suspensi yang terdistribusi secara seragam didalam zat cair
dalam keadaan siap untuk mengendap.
b. Gambar (B) jika tidak terdapat pasir dalam campuran itu, zat padat pertama yang
menampakan diri ialah endapan pada dasar bejana pengendap, yang terdiri dari flok
yang berasal dari bagian bawah campuran zat padat yang berupa flok tergeletak longgar
diatas satu sama lain, membentuk suatu lapisan, yang kita namakan zona D diatas zona
D itu terbentuk lagi lapisan lain yaitu zona C, yang merupakan lapisan transisi, dimana
kandungan zat padatnya bervariasi dari yang seperti pada pulp asal sampai seperti di
dalam zona D. Diatas zona C terdapat zona B, yang terdiri dari suspensi homogen yang
konsentrasinya sama dengan pulp asal. Diatas zona B terdapat lagi zona A yang jika
partikel itu telah terflokulasi penuh, merupakan zat cair jernih.
c. Gambar (C) dalam pulp yang terflokulasi dengan baik batas antar zona A dan zona B itu
tajam. Jika terdapat pertikel yang teragmolerasi, zona A itu keruh dan batas antara zona
A dan B kabur . dengan adanya pengendapan, kedalam zona D dan A bertambah, dan
tebal zona C tetap, zona B berkurang.
d. Gambar (D) setelah pengendapan selanjutnya, zona B dan C hilang, dan seluruh zat
padat itu akan terdapat pada zona D.
e. Gambar (E) Sesudah itu efek lain, yang disebut pemampatan (compresion) berlangsung
saat dimana pemampatan itu bermula disebut titik kritis atau critical point. Pada
pemampatan sebagaian dari zat cair yang tadinya ikut bersama flok kedalam zona
kompressi D akan terperas keluar dimana bobot endapan itu menggambarkan struktur
flok. Selama pemampatan itu berlangsung, sebagian dari zat cair di dalam flok itu
menyembur keluar seperti geiser – geiser kecil, dan ketebalan zona itu berkurang. Dan
akhirnya, bila bobot zat padat itu telah mencapai keseimbangan mekanik dengan
kekuatan tekan flok proses pengendapan itu akan berhenti pada saat itu, lumpur sudah
mencapai tinggi akhirnya.
(Mc Cabe, Warren L. 1990)
2.7 Zona sedimentasi di dalam kolom pengendapan kontinyu
Sedimentasi merupakan salah satu cara yang paling di ekonomis unuk memisahkan
padatan dari suspensi bubur atau slurry. Operasi ini banyak digunakan pada prosese-proses
untuk mengurangi polusi dari limbah industri. Suspensi sendiri dibedakan atas dua bagian
yaitu:
a. Suspensi cair adalah suspensi dan konsentrasi dari partikel yang tidak cukup untuk
membentuk batas yang jelas terhadap air saat pengaturan berlangsung.
b. Concentratif suspensi adalah suspensi dengan suatu konsentrasi batas yang sangat besar
sehingga terbentuk batas yang jelas saat pengaturan berlangsung.
Dalam kolom pengendap (penebal) kontinyu yang diperlengkapi dengan penggaruk untuk
mengeluarkan limpahan bawah pulp umpan dimasukan pada garis pusat alat, pada kedalaman
kira-kira 1 inch dibawah permukaan zat cair sebagaimana terlihat gambar 2.2 diatas
ketinggian peggumpalan itu terdapat zona klarifikasi yang hampir tidak mengandung zat padat
sama sekali, disini kebanyakan zat cair yang masuk bersama umpan mengalir keatas sehingga
dapat dikeluarkan ke selokan limpahan.
Daerah dibawah ketinggian pengumpanan disebut zona pengendapan dimana masing-
masing flok berada dalam sentuhan longgar satu sama lain, dan semua partikel turun kebawah
dengan kecepatan yang sama tanpa tergantung pada ukuran partikel. Didekat dasar terdapat
zona kompresi dimana konsentrasi zat padat meningkat dengan cepat sampai nilainya sama
dengan nilai pada limpahan bawah. Zona ini setara dengan zona D pengendap tumpak,
walaupun tentu pada pengendap kontinyu ketebalanya tidak berubah dengan waktu. Dan
penggaruk yang berkerja pada dasar zona kompresi ini cenderung memecah struktur flok dan
memampatkan limpahan bawah itu sehingga kandungan zat padatnya lebih besar dari pada
zona D pada pengendap tumpak
Puncak zat cair
Tingkat umpan klarifikasi
Zona pengendapan
Kompresi
cp cu Konsentrasi C
Gambar 2.3 Hubungan konsentrasi dengan tinggi puncak zat cair
pembagian zona-zona pengendapan pada alat pengendap dapat dilihat pada gambar 4.
dalam percobaan sedimentasi yang akan kita pelajari ada 3 zona yang terjadi, yaitu :
a. Zona A, merupakan cairan jernih atau zona bening yang dimana pengendapan
berlangsung sesuai dengan prinsip yang telah di jelaskan, karena efek penyaring oleh
partikel yang lebih besar, makin tinggi konsentrasi bubur maka makin jernih produk
cairan pada lapisan atas. Pengendapan pada zona ini merupakan bagian yang paling
penting karena diharapkan adalah cairan jernihnya bukan suspensi pekatnya.
b. Zona B, zona ini sering disebut sebagai zona pengendapan bebas (Free setling) atau zona
encer. Hal ini dikarenakan pada zona ini belum terjadi gaya dorong tetapi yang sangat
tampak adalah gaya gravitasinya dan padatan turun, dimana partikel yang lebih besar
menyaring partikel yang lebih kecil, konsentrasi padatan ini lebih tinggi dibandingkan
pada konsentrasi bubur atau slurry yang asli.
c. Zona C, merupakan cairan yang pekat dan tercapai pada saat saluran kapiler yang terisi
oleh cairan terdesak oleh slurry atau lumpur. pada kondisi ini saluran yang tersedia telah
terisi penuh dengan suspensi yang sangat ketat. Laju pengendapan pada zona ini sangat
lambat sehingga tidak banyak untuk di perhitungkan pada perancangan peralatan.
Zona bening
Zona encer
Zona pekat
Gambar 2. 4
Zona sedimentasi
2.8 Jenis Suspensi Dalam Sedimentasi
Sedimentasi merupakan salah satu cara yang paling ekonomis untuk memisahkan yang
padatan dari suspensi bubur atau slurry. Operasi ini banyak digunakan pada proses-proses untuk
mengurangai polusi dari limbah industri. Suspensi sendiri dibedakan atas dua bagian yaitu :
a. Suspensi cair adalah suspensi dan konsentrasi dari partikel yang tidak cukup untuk
membentuk batas yang jelas terhadap air saat pengaturan berlangsung.
b. Concentratif suspensi adalah suspensi dengan suatu konsentrasi batas yang jelas sangat
besar sehingga terbentuk batas yang jelas saat pengaturan berlangsung.
Perbedaan kedua suspensi diatas mengakibatkan pola setting berbeda dan membutuhkan
dan rancangan peralatan sedimentasi selalu didasarkan pada percobaan sedimentasi pada skala
yang lebih kecil.
(F, Parikesit, Ir. 1985)
2.9 Hukum – Hukum Yang Mempengaruhi Sedimentasi
a. Hukum Newton I
Suatu benda akan tetap bergerak dalam kecepatan tetap atau diam bila jumlah gaya
yang berkerja pada benda sama dengan nol.
F = 0…………………………………………………..………..(2.9.1)
b. Hukum Newton II
Gaya yang berkerja pada suatu benda akan berbanding lurus dengan massa benda dan
sebanding dengan percepatan pada benda .
F = m. a……………………………………………...………...(2.9.2)
c. Hukum Newton III
Suatu gaya sebetulnya adalah hasil interaksi dari dua benda tapi arahnya berlawanan.
Faksi = Freaksi……………………………………...…………..(2.9.3)
d. Hukum Archimedes Suatu
benda dalam suatu fluida mendapatkan gaya apung yang besarnya sama dengan berat fluida
yang dapat dipindahkan oleh benda tersebut.
e. Hukum Stokes
Kecepatan pengendapan dinyatakan oleh hukum Stokes :
V = d2 (ρ1 – ρ2) g/18 η
Keterangan :
V : kecepatan alir (cm/det)
d : diameter partikel (cm)
ρs : kerapatan fase dispersi
ρo : kerapatan medium dispers
g : percepatan gravitasi
η : viskositas medium pendispers
Menurut Hukum Stokes, kecepatan pengendapan berbanding lurus dengan ukuran diameter partikel, dimana jika diameter partikelnya kecil, maka kecepatan pengendapan juga kecil (lama). Sediaan suspensi yang baik menggabungkan sisi positif dari masing-masing sistem flokulasi dan deflokulasi, yaitu sediaan suspensi yang laju pengendapannya kecil, namun dengan penggocokan ringan sudah dapat tersuspensi kembali.
Persamaan Stoke diturunkan untuk suatu keadaan ideal di mana partikel-partikel yang benar-benar bulat dan seragam dalam suspensi yang encer mengendap tanpa mengakibatkan turbulensi pada waktu turun ke bawah, tanpa tumbukan antara partikel-partikel suspensoid dan tanpa gaya tarik-menarik kimia atau fisika atau afinitas untuk medium dispersi.
Kecepatan jatuhnya suatu partikel yang tersuspensi lebih besar bila ukuran partikel lebih besar, jika semua faktor lain dibuat konstan. Dengan mengurangi ukuran partikel dari fase terdispers, seseorang dapat mengharapkan laju turunan lebih lambat dari partikel tersebut. Juga makin besar kerapatan partikel makin besar laju turunnya, asalkan kerapatan pembawa tadak diubah. Karena umumnya tidak digunakan pembawa air dalam suspensi farmasi untuk pemberian oral, kerapatan partikel umumnya lebih besar dari kerapatan pembawa, suatu sifat yang diinginkan, karena bila partikel-partikel lebih ringan dari pembawa, partikel-partikel cenderung untuk mengambang dan partikel-partikel ini sangat sukar didistribusikan secara seragam dalam pembawa. Laju endap dapat dapat berkurang cukup besar dengan menaikkan viskositas medium dispersi dan dalam batas-batas tertentu secara praktis ini bisa dilakukan.Tetapi suatu produk yang mempunyai viskositas tinggi umumnya tidak diinginkan karena sukar dituang dan juga sukar untuk diratakan kembali.Karena itu bila viskositas suspense dinaikkan biasanya dilakukan sedemikian rupa sampai viskositas sedang saja untuk menghindari kesulitan-kesulitan seperti disebutkan tadi.
Sifat khas viskositas dari suspense dapat diubah tidak hanya dengan penggunaan pembawa, tetapi juga dengan kandungan padatnya. Sebagai mana proporsi dari partikel padat dinaikkan dalam suspensi, maka begitu pula viskositasnya. Viskositas dari preparat farmasetik dapat ditentukan dengan menggunakan Viskometer Brookfield, yang mengukur viskositas dengan gaya dibutuhkan untuk memutar poros dalam cairan yang diuji.
Kebanyakan stabilitas fisik dari suatu suspense sediaan farmasi kelihatannya paling cocok untuk disesuaikan dengan mengadakan perubahan pada fase terdispers dan bukan pada medium disperse. Dalam banyak hal medium disperse menyokong fase terdispers yang disesuaikan tersebut. Penyesuaian ini terutama mengenai ukuran partikel, keseragaman
Co =
ukuran partikel dan pemisahan partikel-partikel tersebut hingga tidak mungkin untuk menjadi lebih besar atau membentuk padatan pada pendiaman.
Rumus yang digunakan dalam perhitungan sedimentasi
1. Konsentrasi larutan (N)
N¿Bj x % x 1000
Be .......................................................................(2.9.4)
2. Konsentrasi awal suspensi (gr/ml)
Berat CaCO3
Vtotal ...............................................................(2.9.5)
3. Kecepatan sedimentasi (VL)
VL = ..........................................................................(2.9.6)
4. Konsentrasi suspensi (CL)
CL = ..................................................................(2.9.7)
2.10 Laju Pengendapan Pada Sedimentasi
Laju pengendapan partikel –partikel dalam air tergantung pada berat jenis, bentuk
dan ukuran atau dari partikel tersebut dan viskositas cairan yang digunakan. Adanya
penambahan zat uji kemungkinan besar mempengaruhi laju pengandapan sehingga dapat
Zi – ZL
θL
Co Zo
ZL + V L x θ L
ditentukan zat uji yang dapat mempercepat laju dari pengendapan sehingga dapat ditentukan
lajunya dan mengetahui pengaruh zat uji tersebut. Dimana dilakukan pegambilan sample tiap
selang waktu tertentu dan menimbang berat endapan serta menghitung berapa konsentrasi
endapan yang terjadi, sehingga kita dapat membandingakan kecepatan laju pengendapan dari
tiap gerakan pada partikel pada fluida dalam proses yang pengendapannya terjadi.
Contoh grafik tinggi Lumpur (batas antara zona A dan zona B) dengan waktu yang
ditunjukkan pada gambar 2.5 selama tahap awal pengendapan kecepatannya tetap,
sebagaimana terlihat pada bagian pertama kurva itu. Setelah zat padatnya menggumpal di
dalam zona D laju pengendapan itu berkurang dan berangsur-angsur turun hingga mencapai
tinggi akhirnya. Titik kritis dicapai pada titik C dalam gambar 2.5
Laju pengendapan lumpur berbeda-beda satu sama lain, demikian pula tinggi relatif
berbagai zona pengendapannya. Untuk menentukan karakteristik pengendapannya secara
teliti, setiap lumpur itu harus diperiksa dengan melakukan eksperimen terhadap masing-
masingnya.
Z0
Zu
tinggi patah
0 tu
0
WAKTU
Gambar. 2.5 laju sedimentasi
Padatan yang tersuspensi dalam air dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu :
1. Padatan kasar
Adalah padatan yang dapat dipisahkan dengan cara pengendapan yang sederhana
dalam waktu yang singkat.
2. Padatan halus
Adalah padatan yang tidak dapat dipisahkan dengan cara pengendapan yang
sederhana didalam waktu yang relatife singkat, atau tidak mempunyai peralatan
pengendapan yang dapat beroperasi secara komersial mekanisme penggerak (rake)
yang dipasang pada dasar tangki pengendap agar dapat mempermudah pengumpulan
suspensi pekat dari dasar tangki. (Mc. Cabe and Smith. 1991)