Sistem Informasi Penilaian Kinerja Pegawai BKD Kota ......Sistem Informasi Penilaian Kinerja Pegawai...

30
Sistem Informasi Penilaian Kinerja Pegawai BKD Kota Salatiga dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Artikel Ilmiah Peneliti : Henri Warint (682009094) Andeka Rocky Tanaamah., SE., M.Cs. Johan Tambotoh., SE., MTI Program Studi Sistem Informasi Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen SatyaWacana Salatiga November 2015

Transcript of Sistem Informasi Penilaian Kinerja Pegawai BKD Kota ......Sistem Informasi Penilaian Kinerja Pegawai...

  • Sistem Informasi Penilaian Kinerja Pegawai BKD Kota

    Salatiga dengan metode Analytical Hierarchy Process

    (AHP)

    Artikel Ilmiah

    Peneliti :

    Henri Warint (682009094)

    Andeka Rocky Tanaamah., SE., M.Cs.

    Johan Tambotoh., SE., MTI

    Program Studi Sistem Informasi

    Fakultas Teknologi Informasi

    Universitas Kristen SatyaWacana

    Salatiga

    November 2015

  • Sistem Informasi Penilaian Kinerja Pegawai BKD Kota

    Salatiga dengan metode Analytical Hierarchy Process

    (AHP)

    Artikel Ilmiah

    Diajukan kepada

    Fakultas Teknologi Informasi

    untuk memperoleh gelar Sarjana Sistem Informasi

    Peneliti:

    Henri Warint (682009094)

    Andeka Rocky Tanaamah., SE., M.Cs.

    Johan Tambotoh., SE., MTI.

    Program Studi Sistem Informasi

    Fakultas Teknologi Informasi

    Universitas Kristen SatyaWacana

    Salatiga

    November 2015

  • 1Mahasiswa Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. 2Staf Pengajar Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. 3Staf Pengajar Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga.

    Sistem Informasi Penilaian Kinerja Pegawai BKD Kota Salatiga

    dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

    1Hendri Warint, 2Andeka Rocky Tanaamah, 3Johan Tambotoh

    Fakultas Teknologi Informasi

    Universitas Kristen Satya Wacana

    Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50771, Indonesia Email : [email protected], [email protected]

    [email protected]

    Abstract

    Information and technologies development is affect to government agencies, that provide

    added value. improving of efficiency and effectiveness of goverment agencies can be

    achieved through the good term utilization of human resource because it's the most crucial

    factor in this case.To make capable human resource in government agencies, performance

    management is needed to evaluate accordace with employee performance evaluation. the

    method to solve multiple criteria in BKD Salatiga by using Analytical Hierarchy process

    (AHP). The result of mathematical modeling using AHP obtained 0,033 of Consistency

    Index, which means these calculation is consistent because o,o33 < 0,1, that is a critical

    consistency boundary. Consistency Ratio value is 0,026 that means the cosistency level is

    good as 0,026 < 0,1

    Keywords : Analyctical Hierarchy Process, Performance Evaluation, Consistency Index,

    Constitency Ratio

    Abstraksi

    Perkembangan teknologi informasi ini juga berpengaruh dalam instansi

    pemerintah, yang dapat memberikan nilai tambah bagi instansi pemerintah. Peningkatan

    efisiensi dan efektivitas instansi pemerintah dapat tercapai melalui pemanfaatan Sumber

    Daya Manusia (SDM) yang baik, karena SDM merupakan faktor yang paling penting

    dalam hal ini. Untuk mencetak SDM yang mampu pada instansi perlu adanya manajemen

    kinerja sesuai kebutuhan penilaian kinerja pegawai, adapun metode yang digunakan untuk

    menyelesaikan multiple criteria di BKD Salatiga adalah dengan menggunakan Analytical

    Hierarchy Process (AHP). Hasil pemodelan matematika menggunakan AHP didapat

    Consistency Index diperoleh nilai 0,033, yang artinya perhitungan tersebut konsisten

    karena

  • 1

    1. Pendahuluan

    Kemajuan serta perkembangan teknologi informasi dan komunikasi

    dewasa ini telah berkembang dengan sangat pesat. Setiap dari kegiatan kita

    tidak lepas dari peranan informasi yang semakin penting dan dibutuhkan. Hal

    ini menjadikan semakin tingginya kebutuhan kita akan suatu informasi dan

    peranan teknologi pun tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia [1].

    Perkembangan teknologi informasi ini juga mempengaruhi kebutuhan akan

    suatu informasi dalam instansi pemerintah, yang dapat memberikan nilai

    tambah bagi instansi pemerintah.

    Peningkatan efisiensi dan efektivitas instansi pemerintah dapat

    tercapai melalui pemanfaatan Sumber Daya Manusia (SDM) yang baik,

    karena SDM merupakan faktor yang paling penting dalam hal ini. Dengan

    kata lain SDM yaitu pegawai pada suatu instansi merupakan sumber

    keunggulan bagi instansi sehingga hasil yang didapat oleh instansi itu sendiri

    akan optimal. Untuk mencetak SDM yang mampu pada instansi perlu adanya

    manajemen kinerja untuk menilai beberapa aspek atau faktor sesuai

    kebutuhan penilaian kinerja pegawai. Manajemen Kinerja yang dapat

    digunakan oleh instansi pemerintah untuk menilai dan mengatur kinerja

    pegawainya adalah dengan menggunakan metode Performance Appraisal

    (Penilaian Kinerja). Penilaian kinerja juga diharapkan mampu sebagai

    pencapai sasaran instansi pemerintah serta diharapkan mampu sebagai

    penggerak dan pendorong bagi pegawai untuk menunjukkan kemampuan dan

    keahlian yang optimal.

    Badan Kepegawaian Daerah Kota Salatiga merupakan lembaga

    kepegawaian yang ada di wilayah Pemerintah Kota Salatiga yang merupakan

    perkembangan dari lembaga kepegawaian yang ada sebelumnya. Secara

    historis Badan Kepegawaian Daerah muncul sebagai konsekuensi

    pelaksanaan otonomi daerah dengan ditetapkannya Undang-undang Nomor

    22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, di mana dalam salah satu

    pasalnya mengisyaratkan adanya kewenangan pelaksanaan manajemen

    kepegawaian daerah. [2]. Selanjutnya nama lembaga Badan Kepegawaian

    Daerah sendiri mulai disebut untuk pertama kalinya dalam Undang-undang

    Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 8

    Tahun 1974 tentang pokok-pokok Kepegawaian pada pasal 34A yang

    menegaskan: “Untuk kelancaran pelaksanaan manajemen Pegawai Negeri

    Sipil Daerah dibentuk Badan Kepegawaian Daerah”. Selanjutnya untuk

    melaksanakan pembentukan lembaga Badan Kepegawaian Daerah

    diterbitkan Keputusan Presiden Nomor 159 Tahun 2000 tentang Pedoman

    Pembentukan Badan Kepegawaian Daerah [2].

    Pentingnya penilaian kinerja bagi BKD Kota Salatiga adalah untuk

    mengevaluasi hasil kerja seluruh karyawan secara kuantitatif dan kualitatif.

    Pada BKD Salatiga, penilaian perilaku meliputi kriteria penilaian Orientasi

    Pelayanan, Integritas, Komitmen, Disiplin, Kerjasama dan Kepemimpinan adapun

    metode yang digunakan untuk menyelesaikan multiple criteria di BKD

    Salatiga adalah dengan menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP).

    Metode ini dipilih karena AHP telah banyak digunakan sebagai metode dalam

  • 2

    pemecahan masalah semi terstruktur, dan hasilnya dapat dipertanggung

    jawabkan karena inputan AHP merupakan perspektif manusia sehingga dapat

    digunakan sebagai dasar penilaian kinerja pegawai BKD Kota Salatiga.

    2. Kajian Pustaka

    Penelitian yang pernah dilakukan antara lain penelitian yang berjudul

    “Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja Guru pada Dinas

    Pendidikan Kota Salatiga Berbasis AHP (Analytical Hierarchy Process)”

    metode ini dipilih karena AHP telah banyak digunakan sebagai metode dalam

    pemecahan masalah semi terstruktur, dan hasilnya dapat dipertanggung

    jawabkan karena inputan AHP merupakan perspektif manusia sehingga dapat

    digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan bagi Dinas Pendidikan,

    Pemuda dan Olahraga Kota Salatiga. Model AHP (Analytical Hierarchy

    Process) merupakan salah satu model keputusan yang dapat menangani

    permasalahan banyak kriteria untuk menentukan tingkat prioritas [3].

    Penelitian lainnya berjudul “Sistem Pemilihan Pejabat Struktural

    dengan metode AHP” yang diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir

    (STTN) Batan Yogyakarta telah dibuat suatu simulasi sebagai alat untuk

    memilih pejabat struktural. Simulasi ini memilih pejabat struktural eselon IV

    pada suatu Sekolah Tinggi. Kriteria yang digunakan dalam simulasi

    pemilihan ini adalah: kemampuan manajerial, kualitas kerja, pengetahuan dan

    keahlian, tanggung jawab, komunikasi dan kerjasama, motivasi dan disiplin

    kerja. Dalam simulasi, proses pemilihan nama-nama calon kepala

    disamarkan. Dalam penelitian ini, metode komputasi sistem pengambilan

    keputusan yang digunakan adalah metode AHP (Analytical Hierarchy

    Process). Hasil akhir nilai prioritas global bakal calon dipakai sebagai alat

    pengambilan keputusan pemilihan oleh Ketua Sekolah Tinggi [4].

    Penelitian lain juga yang dilakukan oleh Christine Dewi, berdasarkan

    hasil pembuatan sistem pendukung keputusan penentuan tempat pelaksanaan

    promosi, maka dapat disimpulkan bahwa sistem dapat memberikan saran

    dalam penentuan tempat pelaksanaan promosi. Saran dalam penentuan

    tempat pelaksanaan promosi ini dihitung dengan menggunakan Analytical

    Hierarchy Process (AHP). Selain itu, dapat disimpulkan bahwa sistem dapat

    membantu dan mempermudah pihak promosi untuk membaca hasil

    perhitungan AHP dan jumlah mahasiswa dengan menggambarkan informasi

    yang diperlukan dalam sebuah grafik. Grafik tersebut digambarkan

    berdasarkan data yang sudah diolah. Adapun perhitungan dalam Analytical

    Hierarchy Process menggunakan biaya promosi dan jumlah mahasiswa

    sebagai kriteria [5].

    Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Ika Husada

    Oktarianta dengan judul “Analisis dan Perancangan Sistem penjurusan

    Bidang Minat dan Kuliah Siswa Sekolah Menegah Atas (SMA) dengan

    metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Studi Kasus : Sekolah

    Menengah Atas Negeri 2 Salatiga” bahwa sistem ini dapat membantu

    pengajar dalam penjurusan bidang minat dan kuliah siswa. Dimana

    penjurusan ini dilakukan pada saat kelas X naik ke kelas XI, Sehingga guru

  • 3

    tidak akan kesulitan dalam pengambilan suatu keputusan karena sistem ini

    memberikan alternatif atau beberapa pertimbangan dalam memutuskan siswa

    tersebut masuk ke jurusan bidang minat yang sesuai dengan kemampuan

    siswa serta saran untuk melanjutkan ke perguruan tinggi sesuai dengan bakat

    minat yang dimiliki siswa [6]

    Perbedaan penelitian ini dengan penelitian - penelitian sebelumnya

    yaitu terletak pada analisis perhitungan AHP menggunakan kriteria yang

    berbeda. Yaitu Orientasi Pelayanan, Integritas, Komitmen, Disiplin,

    Kerjasama dan Kepemimpinan. Selain itu pada penelitian ini, kriteria akan

    ditempatkan dalam hirarki yang kemudian akan diselesaikan menggunakan

    AHP.

    2.1. Sistem Informasi

    Menurut Kristanto, sistem merupakan kumpulan elemen-elemen yang

    saling berkait dan bekerja sama untuk memproses masukan (input) yang

    ditujukan kepada sistem tersebut dan mengolah masukan tersebut sampai

    menghasilkan keluaran (output) yang diinginkan [7]. Sedangkan menurut

    Indrajani, sistem secara sederhana dapat didefinisikan sebagai sekelompok

    elemen yang saling berhubungan atau berinteraksi hingga membentuk satu

    persatuan [8]. Dari kedua definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

    sistem informasi merupakan elemen-elemen yang berinteraksi satu sama lain

    untuk menjawab tujuan yang sama yaitu memproses masukan kemudian

    mengolah hingga menghasilkan suatu luaran.

    2.2. Penilaian Kinerja

    Kinerja merupakan istilah yang berasal dari kata Job Performance

    atau Actual Performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang

    dicapai oleh seseorang). Kinerja karyawan (Job performance) dapat diartikan

    sebagai sejauh mana seseorang melaksanakan tanggung jawab dan tugas

    kerjanya [9]. Menurut Gomes performansi pekerjaan adalah catatan hasil atau

    keluaran (outcomes) yang dihasilkan dari suatu fungsi pekerjaan tertentu atau

    kegiatan tertentu dalam suatu periode waktu tertentu [10].Penilaian kinerja

    mampu untuk menciptakan gambaran yang tepat mengenai kinerja pegawai

    yang dinilai. Penilaian tidak hanya ditujukan untuk menilai dan memperbaiki

    kinerja yang buruk, namun juga untuk mendorong para pegawai untuk

    bekerja lebih baik lagi.

    Definisi Penilaian kinerja menurut Bernardin dan Russel : "A way of

    measuring the contribution of individuals to their organization" . Penilaian kinerja

    adalah cara mengukur konstribusi individu (pegawai) kepada organisasi

    tempat mereka bekerja [12]. Menurut Cascio "penilaian kinerja adalah sebuah

    gambaran atau deskripsi yang sistematis tentang kekuatan dan kelemahan

    yang terkait dari seseorang atau suatu kelompok". Menurut Bambang Wahyudi

    "penilaian kinerja adalah suatu evaluasi yang dilakukan secara periodik dan

    sistematis tentang prestasi kerja/jabatan seorang tenaga kerja, termasuk

    potensi pengembangannya" [14]. Menurut Henry Simamora “penilaian kinerja adalah

  • 4

    proses yang dipakai oleh organisasi untuk mengevaluasi pelaksanaan kerja individu

    pegawai”[15].

    Berdasarkan wawancara dengan Kasubid Pengelolaan Data, Fara Mustofa, M.

    Kom, tertanggal 16 Juli 2014 Penilaian kinerja PNS dilakukan berdasarkan perencanaan

    kinerja pada tingkat individu dan organisasi, dengan memperhatikan target,

    capaian, hasil, dan manfaat yang dicapai, serta perilaku PNS. Penilaian kinerja PNS

    terdiri atas unsur Sasaran Kerja Pegawai (SKP) dan perilaku kerja. Penilaian perilaku

    meliputi aspek Orientasi Pelayanan, Integritas, Komitmen, Disiplin, Kerjasama dan

    Kepemimpinan. Penilaian kinerja PNS dilakukan secara objektif, terukur,

    akuntabel, partisipatif, dan transparan. Penilaian kinerja PNS berada di bawah

    kewenangan Pejabat yang berwenang pada Instansi Pemerintah masing-masing yang

    didelegasikan secara berjenjang kepada atasan langsung dari PNS.

    2.3. Analitycal Hierarchy Proces (AHP)

    Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan suatu model

    pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. AHP

    menguraikan masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi

    suatu hirarki. Hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah

    permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level dimana level

    pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan

    seterusnya kebawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki,

    suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok-

    kelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga

    permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis [17].

    AHP yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, dapat memecahkan

    masalah yang kompleks dimana aspek atau kriteria yang diambil cukup

    banyak. Juga kompleksitas ini disebabkan oleh struktur masalah yang belum

    jelas, ketidakpastian persepsi pengambil keputusan serta ketidakpastian

    tersedianya data statistik yang akurat atau bahkan tidak ada sama sekali.

    Kelebihan AHP dibandingkan dengan yang lain [18] :

    1. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih, sampai pada sub-sub kriteria yang paling dalam.

    2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil

    keputusan.

    3. Memperhitungkan daya tahan dan ketahanan output analisis sensitivitas pengambil keputusan.

    Perbedaan yang mencolok model AHP dengan model lainnya terletak

    pada jenis inputnya. Terdapat 4 aksioma-aksioma yang terkandung dalam

    model AHP yaitu:

    1. Reciprocal Comparison, artinya pengambilan keputusan harus dapat memuat perbandingan dan menyatakan preferensinya. Preferensi

  • 5

    tersebut harus memenuhi syarat resiprokal yaitu apabila A lebih disukai

    daripada B dengan skala x, maka B lebih disukai daripada A dengan

    skala 1/x.

    2. Homogenity, artinya preferensi seseorang harus dapat dinyatakan dalam skala terbatas atau dengan kata lain elemen-elemennya dapat

    dibandingkan satu sama lainnya. Kalau aksioma ini tidak dipenuhi maka

    elemen-elemen yang dibandingkan tersebut tidak homogen dan harus

    dibentuk cluster (kelompok elemen) yang baru.

    3. Independene, artinya preferensi dinyatakan dengan mengasumsikan bahwa kriteria tidak dipengaruhi oleh alternatif-alternatif yang ada

    melainkan oleh obyektif keseluruhan. Hal ini menunjukkan bahwa pola

    ketergantungan dalam AHP searah, maksudnya perbandingan antara

    elemen-elemen dalam satu tingkat dipengaruhi atau tergantung oleh

    elemen-elemen pada tingakt di atasnya.

    4. Expectation, artinya untuk tujuan pengambil keputusan. Struktur hirarki diasumsikan lengkap. Apabila asumsi ini tidak depenuhi maka

    pengambil keputusan tidak memakai seluruh kriteria yang tersedia atau

    diperlukan sehingga keputusan yang diambil dianggap tidak lengkap.

    Dalam menyelesaikan masalah dengan AHP terdapat beberapa prinsip yang harus dipahami, di antaranya adalah : 1. Membuat hirarki

    Sistem yang kompleks bisa dipahami dengan memecahnya menjadi elemen - elemen pendukung, menyusun elemen secara hirarki dan menggabungkannya.

    2. Penilaian kriteria dan alternatif Kriteria atau alternatif dilakukan dengan perbandingan berpasangan.

    Untuk berbagai persoalan skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik

    untuk mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif

    dari skala perbandingan bisa diukur menggunakan Tabel Skala

    Penilaian Perbandingan Berpasangan seperti pada Tabel 1

    Tabel 1 Skala Penilaian Perbandingan Pasangan

    Intensitas

    Kepentingan Keterangan

    1 kedua elemen sama pentingnya

    3 Elemen yang satu sedikit lebih penting

    daripada elemen lainnya

    5 Elemen yang satu lebih penting daripada

    elemen yang lainnya

    7 Satu elemen jelas lebih mutlak penting

    daripada elemen lainnya

    9 Satu elemen jelas mutlak penting daripada

    elemen lainnya

  • 6

    2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai perimbangan yang

    berdekatan

    Kebalikan

    Jika aktivitas i mendapat satu angka

    dibandingkan dengan aktivitas j, maka j

    memiliki nilai kebalikannya dengan i

    Sumber Kusrini, 2007

    3. Penentuan Prioritas (Synthesis of Priority)

    Untuk setiap kriteria dan alternatif , perlu dilakukan perbandingan berpasangan. Nilai - nilai perbandingan relatif dari seluruh alternatif kriteria bisa disesuaikan dengan judgement yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan prioritas. Bobot dan prioritas dihitung dengan memanipulasi matriks.

    4. Konsistensi Logis (Logical Consistency) Konsistensi memiliki dua makna, pertama objek-objek yang serupa bisa dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Kedua, menyangkut tingkat hubungan antar objek yang didasarkan pada kriteria tertentu. Dalam pembuatan keputusan, penting untuk mengetahui seberapa baik konsistensi yang ada. Oleh karena itu diperlukan pemeriksaan nilai konsistensi dengan menggunakan Daftar Indeks Random Konsistensi (IR) yang dapat dilihat pada Tabel 2 .

    Tabel 2 Daftar Indeks Random Konsistensi

    Ukuran Matriks Nilai IR 1,2 0,00 3 0,58 4 0,90 5 1,12 6 1,24 7 1,32 8 1,41 9 1,45 10 1,49 11 1,51 12 1,48 13 1,56 14 1,57 15 1,59

    Tabel 2 merupakan tabel yang berisikan data daftar indeks random yang

    nantinya akan digunakan dalam perhitungan konsistensi

    3. Metode Penelitian

    Metodologi penelitian dipahami sebagai rangkaian upaya untuk

    mencari, mengungkap dan menemukan kebenaran dengan pertimbangan

    logis dan nalar [19]. Metode yang dipakai dalam pemecahan masalah terkait

    Pengukuran Kinerja adalah Metode AHP, dimana akan dilakukan pemodelan

  • 7

    matematika AHP kemudian dilakukan analisa dan perancangan sistem

    informasi.

    3.1. Teknik Pengumpulan Data

    Untuk mendapatkan data yang diperlukan guna menunjang penelitian ini

    maka teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara-cara dibawah ini:

    1. Wawancara Yaitu dengan mengadakan wawancara, tanya jawab secara langsung,

    terbuka dan mendalam dengan informan kunci (key informan) dengan

    panduan kuesioner wawancara. Informan yang dapat berguna adalah

    pejabat struktural pada Badan Kepegawaian Daerah Salatiga yang

    berwenang untuk melakukan penilaian kinerja pegawai serta dalam hal

    ini adalah Kasubid Pengelolaan Data pegawai.

    2. Studi pustaka. Yaitu data yang menyangkut informasi yang didapat melalui studi

    pustaka, baik buku-buku, dokumen ataupun tulisan dan keterangan yang

    berhubungan dengan penelitian. Dalam hal ini sumber-sumber yang

    didapat dari tempat benelitian berupa Struktur Organisasi, Tupoksi

    Pegawai, Bahan Sosialisasi Penilaian Kinerja, Petunjuk Teknis

    Pelaksanaan Penilaian Kinerja, Peraturan Kepala Badan Kepegawaian

    Negara tahun 2013 (Perka BKN 2013) serta Undang-undang dan

    Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang penilaian Kinerja Pegawai

    Negeri Sipil.

    3. Observasi Yaitu suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan

    langsung terhadap suatu obyek dalam suatu periode tertentu dan

    mengadakan pencatatan secara sistematis tentang hal-hal tertentu yang

    diamati.. Sebelum observasi itu dilaksnanakan, pengobservasi (observer)

    hendaknya telah menetapkan terlebih dahulu aspek-aspek apa yang akan

    diobservasi dari tingkah laku seseorang. Aspek-aspek yang diobservasi

    dalam hal ini adalah proses penilaian kinerja pegawai di lingkungan

    Badan Kepegawaian Daerah Salatiga selama periode 2014/2015

    3.2. Teknik Analisa Data

    Tahapan penganalisaan data merupakan tahapan penyederhanaan data

    analisa, data analisa merupakan proses pengorganisasian dan mengurutkan

    data ke dalam kategori satuan uraian dasar [20]. Data yang terkumpul tersebut

    baik primer maupun sekunder kemudian akan dianalisa melalui proses

    penganalisaan data secara deskriptif baik dengan dukungan data kuantitatif

    ataupun data kualitatif. Pada Analisa data untuk penilaian kinerja pegawai

    akan dilakukan secara kuantitatif yaitu dengan melakukan pemodelan

    matematika AHP untuk menentukan prioritas penilaian kinerja menggunakan

    AHP.

    3.3. Metode Perancangan sistem

  • 8

    Metode dalam Analisa dan Perancangan Sistem Pendukung Keputusan

    Penilaian Kinerja ini adalah System Development Life Cycle atau siklus

    hidup pengembangan sistem. SDLC merupakan suatu bentuk untuk

    menggambarkan tahap utama dan langkah-langkah dalam dalam tersebut

    terkait proses pengembangan sistem [21]. Tahapan SDLC dalam penelitian

    ini dapat dilihat pada gambar 1 dibawah

    Gambar 1 Metode Pengembangan Sistem

    1. Tahap Perencanaan Sistem Dalam tahapan ini akan dilakukan pengumpulan data awal terkait

    organisasi yaitu visi misi organisasi, tujuan organisasi serta sturuktur

    organisasi. Dalam tahapan ini akan didefinisikan batasan-batasan dalam

    Penilaian kinerja pegawai, tujuan pokok penilaian dan permasalahan

    terkait penilaian kinerja, aspek-aspek penilaian kinerja serta prioritas

    penanganan masalah penilaian kinerja. Tahapan ini juga membahas

    kebutuhan akan sistem informasi penilaian kinerja pegawai. Pada BKD

    Kota Salatiga, penilaian perilaku meliputi kriteria penilaian Orientasi Pelayanan,

    Integritas, Komitmen, Disiplin, Kerjasama dan Kepemimpinan.

    Orientasi Pelayanan Penilaian Orientasi pelayanan dilihat dari kemempuan pegawai dalam

    menyelesaikan tugas pelayanan sebaik-baiknya dengan sikap sopan

    dan sangat memuaskan baik untuk pelayanan internal maupun

    eksternal organisasi.

    Integritas Dalam kriteria Integritas, penilaian pegawai dinilai dari

    kemampuannya melaksanakan tugas, bersifat jujur, ikhlas dan tidak

    pernah menyalahgunakan wewenangnya serta berani menanggung

    resiko dari tindakan yang dilakukan.

    Komitmen

    Perancanaan Sistem

    Desain Sistem

    Evaluasi Sistem

    Analisa Kebutuhan

  • 9

    Pada kriteria Komitmen, seorang pegawai dinilai dari pemahaman

    serta pandangannya dalam menegakkan ideologi negara pancasila,

    UUD Negara RI Thun 1945, NKRI, Bhineka Tunggal Ika dan

    rencana-rencana pemerintah dengan tujuan untuk dapat melaksanakan

    tugasnya secara berdaya guna dan berhasil guna serta mengutamakan

    kepentingan kedinasan dari pada kepentingan pribadi dan/ atau

    golongan sesuai dengan tugas, fungsi dan tanggung jawabnya sebagai

    unsur aparatur Negara.

    Disiplin Kriteria ini dinilai dari ketaatan pegawai terhadap peraturan

    perundang-undangan dan/atau peraturan kedinasan yang berlaku

    dengan rasa tanggung jawab dan selalu mentaati ketentuan jam kerja

    serta mampu menyimpan dan/ atau memelihara barang-barang milik

    negara yang dipercayakan kepadanya dengan sebaik-baiknya.

    Kerjasama Pada kriteria ini pegawa dinilai dari kemampuan bekerja sama dengan

    rekan kerja, atasan, bawahan baik di dalam maupun di luar organisasi

    serta menghargai dan menerima pendapat orang lain, bersedia

    menerima keputusan yang diambil secara sah yang telah menjadi

    keputusan bersama.

    Kepemimpinan

    Kriteria ini dinilai dari kemampuan bertindak tegas dan tidak

    memihak, memberikan teladan yang baik, kemampuan menggerakkan

    tim kerja untuk mencapai kinerja yang tinggi, mampu menggugah

    semangat dan menggerakkan bawahan dalam melaksanakan tugas

    serta mampu mengambil keputusan dengan cepat dan tepat.

    2. Tahap Analisis Sistem Pada tahap ini akan dilakukan identifikasi masalah penilaian kinerja,

    identifikasi kebutuhan sistem informasi penilaian kinerja, penentuan

    prioritas penanganan masalah dan alternatif-alternatif penanganan

    masalah dalam sistem penilaian kinerja. Tahapan ini juga dilakukan

    pemodelan matematika dengan metode AHP terkait kriteria-kriteria

    dalam penilaian kinerja pegawai.

    3. Tahap Desain Sistem Dalam tahapan ini dilakukan perancangan dan pembuatan desain sistem

    informasi penilaian kinerja dengan menyatukan elemen-elemen sistem

    dalam desain sistem. Komponen-komponen dalam pembentukan sistem

    informasi akan didesain sesuai dengan hasil analisa.

    4. Tahap Evaluasi

  • 10

    Pada tahapan ini akan dilakukan evaluasi terhadap desain sistem yang

    telah dibuat apakah sudah sesuai dengan kebutuhan, serta menjawab hasil

    analisa yang dibuat sebelumnya. Tahapan ini juga dilakukan pengecekan

    kembali terkait komponen-komponen penyusun sistem pendukung

    keputusan dan kriteria-kriteria yang telah dimodelkan dengan AHP.

    4. Hasil dan Pembahasan Pada bagian ini akan dijabarkan hasil analisa dan desain sistem penilaian

    kinerja pegawai. Hasil analisa berupa pembentukan hirarki dan pemodelan

    matematika menggunakan AHP.

    4.1. Pembentukan Hirarki Pada BKD Kota Salatiga, hubungan antara kriteria dengan AHP digambarkan

    dalam hirarki pada gambar 1

    Penilaian Kinerja

    Integritas Pelayanan (C1)

    Pegawai 1 (P-1)

    Pegawai 2 (P-2)

    Pegawai 3 (P-3)

    Pegawai 4 (P-4)

    Pegawai 5 (P-5)

    Integritas (C2)

    Pegawai 1 (P-1)

    Pegawai 2 (P-2)

    Pegawai 3 (P-3)

    Pegawai 4 (P-4)

    Pegawai 5 (P-5)

    Komitmen (C3)

    Pegawai 1 (P-1)

    Pegawai 2 (P-2)

    Pegawai 3 (P-3)

    Pegawai 4 (P-4)

    Pegawai 5 (P-5)

    Disiplin (C4)

    Pegawai 1 (P-1)

    Pegawai 2 (P-2)

    Pegawai 3 (P-3)

    Pegawai 4 (P-4)

    Pegawai 5 (P-5)

    Kerjasama (C5)

    Pegawai 1 (P-1)

    Pegawai 2 (P-2)

    Pegawai 3 (P-3)

    Pegawai 4 (P-4)

    Pegawai 5 (P-5)

    Kepemimpinan (C6)

    Pegawai 1 (P-1)

    Pegawai 2 (P-2)

    Pegawai 3 (P-3)

    Pegawai 4 (P-4)

    Pegawai 5 (P-5)

  • 11

    4.2. Pemodelan Matematika Kriteria serta bobot nilai dalam penilaian kinerja pegawai negeri sipil pada

    badan kepegawaian daerah salatiga dilihat dari aspek perilaku ditunjukan

    pada tabel berikut

    Tabel 3 Bobot Nilai masing-masing kriteria

    Peringkat/Rangking Nama Kriteria Bobot Nilai

    1 Orientasi Pelayanan (C1) 7

    2 Integritas (C2) 6

    3 Komitmen (C3) 5

    4 Disiplin (C4) 4

    5 Kerjasama (C5) 3

    6 Kepemimpinan (C6) 2

    Sumber : Hasil Wawancara

    Bobot pada setiap kriteria didapat dari hasil wawancara dengan pimpinan

    BKD Kota Salatiga. Bobot tersebut menggambarkan tingkat kepentingan

    masing-masing kriteria. Setelah melakukan pembobotan nilai, langkah

    berikut adalah melakukan perhitungan kriteria yaitu dengan melakukan

    perbandingan antara satu kriteria dengan yang lainnya. Berikut adalah hasil

    perhitungannya :

    a. Matriks perbandingan berpasangan (Pairwise Comparison Matrix) Tabel 4. Matriks Perbandingan berpasangan

    C1 C2 C3 C4 C5 C6

    C1 1 1,167 1,4 1,75 2,333 3,5

    C2 0,857 1 1,2 1,5 2 3

    C3 0,741 0,833 1 1,25 1,667 2,5

    C4 0,571 0,667 0,8 1 1,333 2

    C5 0,492 0.5 0,6 0,75 1 1,5

    C6 0,286 0,333 0,4 0,5 0,667 1

    Jumlah 3,857 4,5 5,4 6,75 9 13,5

    Sumber : data olahan

    b. Matriks Nilai Kriteria Nilai pada matriks kriteria dihasilkan menggunakan rumus :

    Nilai baris kolom baru = nilai baris kolom lama / jumlah masing-masing

    kolom lama

    Tabel 5. Matriks Nilai Kriteria

    C1 C2 C3 C4 C5 C6 Jumlah

    C1 0,259 0,259 0,259 0,259 0,259 0,259 1,556

    C2 0,222 0,222 0,222 0,222 0,222 0,222 1,333

    C3 0,185 0,185 0,185 0,185 0,185 0,185 1,111

    C4 0,148 0,148 0,148 0,148 0,148 0,148 0,889

    C5 0,111 0,111 0,111 0,111 0,111 0,111 0,667

    C6 0,074 0,074 0,074 0,074 0,074 0,074 0,444

    Sumber : data olahan

  • 12

    c. Rata-rata baris Hasil rata-rata baris didapatkan menggunakan rumus :

    Rata-rata baris = nilai pada kolom jumlah / jumlah kriteria

    Jumlah kriteria (n)

    n = 6

    Tabel 6. Rata-rata Baris

    Jumlah Rata – rata baris

    1,556 0,259

    1,333 0,222

    1,111 0,185

    0,889 0,148

    0,667 0,111

    0,444 0,074

    Sumber : data olahan

    d. Matriks Penjumlahan setiap baris (Weighted Sum Vector) Konsistensi logis ditentukan dengan penjumlahan matriks setiap baris.

    Hal ini dilakukan dengan cara mengkalikan angka faktor evaluasi untuk

    setiap metode yang ada kemudian menjumlahkan nilai-nilai dari baris-

    baris tersebut

    Tabel 7. Matriks Penjumlahan tiap baris

    C1 C2 C3 C4 C5 C6 Jumlah

    C1 0,259 0,259 0,259 0,259 0,259 0,259 1,556

    C2 0,222 0,222 0,222 0,222 0,222 0,222 1,333

    C3 0,185 0,185 0,185 0,185 0,309 0,185 1,111

    C4 0,148 0,148 0,148 0,148 0,198 0,148 0,889

    C5 0,111 0,111 0,111 0,111 0,111 0,111 0,111

    C6 0,074 0,074 0,074 0,074 0,074 0,074 0,111

    Sumber : data olahan

    e. Penentuan Kepentingan

    Tabel 8. Tingkat Kepentingan tiap kriteria

    Kriteria Rata – rata baris

    C1 0,259

    C2 0,222

    C3 0,185

    C4 0,148

    C5 0,111

    C6 0,074

    Sumber : data olahan

    Berdasarkan tabel diatas maka dapat dilihat urutan kepentingan dalam

    melakukan penilaian kinerja pada pegawai.

  • 13

    f. Penghitungan Konsistensi Menentukan Consistency Vector dilakukan dengan membagi nilai

    Weighted Sum Vector dengan nilai vector evaluasi yang telah didapat

    sebelumnya (rata-rata baris)

    1. Consistency Vector Tabel 9. Constintency Vector

    C1 1,556/0,259 6

    C2 1,333/0,222 6

    C3 1,111/0,185 6,667

    C4 0,889/0,148 6,333

    C5 0,111/0,111 6

    C6 0,111/0,074 6

    Sumber : data olahan

    2. Consistency Index (CI) n (jumlah kriteria) = 4

    (jumlah Consistency Vector / n) (6 + 6 + 6,667 + 6,333 + 6 + 6) / 6 = 6,167

    CI = Maks - n = 6,167 - 6

    = 0,167

    = 0,033 n – 1 6 – 1 5

    Hasil Perhitungan Consistency Index diperoleh nilai 0,033, yang

    artinya perhitungan tersebut konsisten karena

  • 14

    Tabel 10. Skala dan predikat penilaian

    Nilai Bobot Skala

    Sangat Baik 5 91-100

    Baik 4 76-90

    Cukup 3 61-75

    Kurang 2 51-60

    Buruk 1 0-50

    Sumber : BKD Kota Salatiga (Juknis SKP)

    Nilai rata-rata penilaian tiap pegawai berdasarkan pembobotan

    ditunjukan pada tabel dibawah :

    Tabel 11. Penilaian Pegawai

    C1 C2 C3 C4 C5 C6

    P-1 5 3 3 2 4 3

    P-2 4 3 2 4 4 5

    P-3 3 4 5 2 4 2

    P-4 2 2 2 4 2 5

    P-5 3 2 5 4 4 3

    P-1 menunjukan Pegawai 1. Pegawai tersebut adalah pegawai yang

    dinilai berdasarkan 6 kriteria.

    Alternatif untuk Kriteria Orientasi Pelayanan (C1) Data-data perbandingan berpasangan untuk alternatif-alternatif pada kriteria

    Orientasi Pelayanan (C1) adalah sebagai berikut:

    Tabel 12. Matriks perbandingan berpasangan alternatif pada kriteria

    Orientasi Pelayanan (CI)

    P-1 P-2 P-3 P-4 P-5

    P-1 1,00 1,25 2,50 2,50 1,67

    P-2 0,80 1,00 2,00 2,00 1,33

    P-3 0,40 0,50 1,00 1,00 0,67

    P-4 0,40 0,50 1,00 1,00 0,67

    P-5 0,60 0,75 1,50 0,67 1,00

    Jumlah 3,20 4,00 8,00 7,17 5,33

    Tabel 13. Matriks nilai kriteria alternatif CI

    P-1 P-2 P-3 P-4 P-5 Jumlah PV

    P-1 0,313 0,313 0,313 0,349 0,313 1,599 0,320

    P-2 0,250 0,250 0,250 0,279 0,250 1,279 0,256

    P-3 0,125 0,125 0,125 0,140 0,125 0,640 0,128

    P-4 0,125 0,125 0,125 0,140 0,125 0,640 0,128

    P-5 0,188 0,188 0,188 0,093 0,188 0,843 0,169

    Sumber : data olahan

  • 15

    Berdasarkan nilai Priority Vector maka dapat diketahui bahwa urutan

    peringkat alternatif terhadap kriteria Orientasi Pelayanan adalah : P-1

    (0,320), P-2 (0,256), P-5(0,169), P-3 (0,128), P-4 (0,128)

    Alternatif untuk Kriteria Integritas (C2) Data-data perbandingan berpasangan untuk alternatif-alternatif pada kriteria

    Integritas (C2) adalah sebagai berikut:

    Tabel 14. Matriks perbandingan berpasangan alternatif pada kriteria

    Integritas (C2)

    P-1 P-2 P-3 P-4 P-5

    P-1 1,00 1,00 0,75 1,50 1,50

    P-2 1,00 1,00 0,75 1,50 1,50

    P-3 1,33 1,33 1,00 2,00 2,00

    P-4 0,67 0,67 0,50 1,00 1,00

    P-5 0,67 0,67 0,50 1,00 1,00

    Jumlah 4,67 4,67 3,50 7,00 7,00

    Sumber : data olahan

    Tabel 15. Matriks nilai kriteria alternatif C2

    P-1 P-2 P-3 P-4 P-5 Jumlah PV

    P-1 0,214 0,214 0,214 0,214 0,214 1,071 0,214

    P-2 0,214 0,214 0,214 0,214 0,214 1,071 0,214

    P-3 0,286 0,286 0,286 0,286 0,286 1,429 0,286

    P-4 0,143 0,143 0,143 0,143 0,143 0,714 0,143

    P-5 0,143 0,143 0,143 0,143 0,143 0,714 0,143

    Sumber: data olahan

    Berdasarkan nilai Priority Vector maka dapat diketahui bahwa urutan

    peringkat alternatif terhadap kriteria Integritas adalah : P-3 (0,286), P-1

    (0,214), P-2(0,214), P-4 (0,143), P-4 (0,143)

    Alternatif untuk Kriteria Komitmen (C3) Data-data perbandingan berpasangan untuk alternatif-alternatif pada kriteria

    Komitmen (C3) adalah sebagai berikut:

    Tabel 16. Matriks perbandingan berpasangan alternatif pada kriteria

    Komitmen (C3)

    P-1 P-2 P-3 P-4 P-5

    P-1 1,00 1,50 0,60 1,50 0,60

    P-2 0,67 1,00 0,40 1,00 0,40

    P-3 1,67 2,50 1,00 2,50 1,00

    P-4 0,67 1,00 0,40 1,00 0,40

    P-5 1,67 2,50 1,00 2,50 1,00

    Jumlah 5,67 8,50 3,40 8,50 3,40

    Sumber: data olahan

  • 16

    Tabel 17. Matriks nilai kriteria alternatif C3

    P-1 P-2 P-3 P-4 P-5 Jumlah PV

    P-1 0,176 0,176 0,176 0,176 0,176 0,882 0,176

    P-2 0,118 0,118 0,118 0,118 0,118 0,588 0,118

    P-3 0,294 0,294 0,294 0,294 0,294 1,471 0,294

    P-4 0,118 0,118 0,118 0,118 0,118 0,588 0,118

    P-5 0,294 0,294 0,294 0,294 0,294 1,471 0,294

    Sumber: data olahan

    Berdasarkan nilai Priority Vector maka dapat diketahui bahwa urutan

    peringkat alternatif terhadap kriteria Komitmen adalah : P-3 (0,294), P-5

    (0,294), P-1(0,176), P-2 (0,118), P-4 (0,118)

    Alternatif untuk Kriteria Disiplin (C4) Data-data perbandingan berpasangan untuk alternatif-alternatif pada kriteria

    Disiplin (C4) adalah sebagai berikut:

    Tabel 18. Matriks perbandingan berpasangan alternatif pada kriteria

    Disiplin (C4)

    P-1 P-2 P-3 P-4 P-5

    P-1 1,00 0,50 1,00 0,50 0,50

    P-2 2,00 1,00 2,00 1,00 1,00

    P-3 1,00 0,50 1,00 0,50 0,50

    P-4 2,00 1,00 2,00 1,00 1,00

    P-5 2,00 2,00 2,00 1,00 1,00

    Jumlah 8,00 5,00 8,00 4,00 4,00

    Sumber : data olahan

    Tabel 19. Matriks nilai kriteria alternatif C4

    P-1 P-2 P-3 P-4 P-5 Jumlah PV

    P-1 0,125 0,100 0,125 0,125 0,125 0,600 0,120

    P-2 0,250 0,200 0,250 0,250 0,250 1,200 0,240

    P-3 0,125 0,100 0,125 0,125 0,125 0,600 0,120

    P-4 0,250 0,200 0,250 0,250 0,250 1,200 0,240

    P-5 0,250 0,400 0,250 0,250 0,250 1,400 0,280

    Sumber : data olahan

    Berdasarkan nilai Priority Vector maka dapat diketahui bahwa urutan

    peringkat alternatif terhadap kriteria Disiplin adalah : P-5 (0,280),

    P-2 (0,240), P-4(0,240), P-1 (0,120), P-3 (0,120)

    Alternatif untuk kriteria Kerjasama (C5) Data-data perbandingan berpasangan untuk alternatif-alternatif pada kriteria

    Kerjasama (C5) adalah sebagai berikut:

  • 17

    Tabel 20. Matriks perbandingan berpasangan alternatif pada kriteria

    Kerjasama (C5)

    P-1 P-2 P-3 P-4 P-5

    P-1 1,00 1,00 1,00 2,00 1,00

    P-2 1,00 1,00 1,00 2,00 1,00

    P-3 1,00 1,00 1,00 2,00 1,00

    P-4 0,50 0,50 0,50 1,00 0,50

    P-5 1,00 1,00 1,00 2,00 1,00

    Jumlah 4,50 4,50 4,50 9,00 4,50

    Sumber : data olahan

    Tabel 21. Matriks nilai kriteria alternatif C5

    P-1 P-2 P-3 P-4 P-5 Jumlah PV

    P-1 0,222 0,222 0,222 0,222 0,222 1,111 0,222

    P-2 0,222 0,222 0,222 0,222 0,222 1,111 0,222

    P-3 0,222 0,222 0,222 0,222 0,222 1,111 0,222

    P-4 0,111 0,111 0,111 0,111 0,111 0,556 0,111

    P-5 0,222 0,222 0,222 0,222 0,222 1,111 0,222

    Sumber : data olahan

    Berdasarkan nilai Priority Vector maka dapat diketahui bahwa urutan

    peringkat alternatif terhadap kriteria Kerjasama adalah : P-1 (0,222),

    P-2 (0,222), P-3(0,222), P-5 (0,222), P-4 (0,111)

    Alternatif untuk Kriteria Kepemimpinan (C6) Data-data perbandingan berpasangan untuk alternatif-alternatif pada kriteria

    Kepemimpinan (C6) adalah sebagai berikut:

    Tabel 22. Matriks perbandingan berpasangan alternatif pada kriteria

    Kerjasama (C5)

    P-1 P-2 P-3 P-4 P-5

    P-1 1,00 0,60 1,50 0,60 1,00

    P-2 1,67 1,00 2,50 1,00 1,67

    P-3 0,67 0,40 1,00 0,40 0,67

    P-4 1,67 1,00 2,50 1,00 1,67

    P-5 1,00 0,60 1,50 0,60 1,00

    Jumlah 6,00 3,60 9,00 3,60 6,00

    Sumber : Data olahan

  • 18

    Tabel 23. Matriks nilai kriteria alternatif C6

    P-1 P-2 P-3 P-4 P-5 Jumlah PV

    P-1 0,167 0,167 0,167 0,167 0,167 0,833 0,167

    P-2 0,278 0,278 0,278 0,278 0,278 1,389 0,278

    P-3 0,111 0,111 0,111 0,111 0,111 0,556 0,111

    P-4 0,278 0,278 0,278 0,278 0,278 1,389 0,278

    P-5 0,167 0,167 0,167 0,167 0,167 0,833 0,167

    Sumber : data olahan

    Berdasarkan nilai Priority Vector maka dapat diketahui bahwa urutan

    peringkat alternatif terhadap kriteria Kerjasama adalah : P-2 (0,278),

    P-4 (0,278), P-1(0,167), P-5 (0,167), P-3 (0,111)

    Hasil Priority Vector Kriteria dan Alternatif Hasil priority vector dari setiap alternatif terhadap kriteria dapat dilihat pada

    tabel berikut :

    Tabel 24. Hasil Priority Vector alternatif terhadap kriteria

    P-1 P-2 P-3 P-4 P-5 Bobot kriteria

    C1 0,320 0,256 0,128 0,128 0,169 0,259

    C2 0,214 0,214 0,286 0,143 0,143 0,222

    C3 0,176 0,118 0,294 0,118 0,294 0,185

    C4 0,120 0,240 0,120 0,240 0,280 0,148

    C5 0,222 0,222 0,222 0,111 0,222 0,111

    C6 0,167 0,278 0,111 0,278 0,167 0,074

    Sumber : data olahan

    Untuk menentukan hasil penilaian kinerja pegawai maka akan dilakukan

    perkalian antara bobot kriteria dengan masing-masing priority vector

    alternatif seperti yang ditunjukan pada tabel 25

    Tabel 25 Hasil Penilaian

    P-1 P-2 P-3 P-4 P-5

    C1 0,083 0,066 0,033 0,033 0,044

    C2 0,048 0,048 0,063 0,032 0,032

    C3 0,033 0,022 0,054 0,022 0,054

    C4 0,018 0,036 0,018 0,036 0,041

    C5 0,025 0,025 0,025 0,012 0,025

    C6 0,012 0,021 0,008 0,021 0,012

    Jumlah 0,218 0,216 0,202 0,155 0,208

    Sumber : data olahan

    Berdasarkan Hasil diatas maka diperoleh nilai dari Penilaian Kinerja

    Pegawai berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan beserta perankingan

    seperti yang ditunjukkan pada tabel 26.

  • 19

    Tabel 26. Hasil akhir Penilaian Kinerja Pegawai

    Ranking Pegawai Nilai

    1 P-1 0,218

    2 P-2 0,216

    3 P-5 0,208

    4 P-3 0,202

    5 P-4 0,155

    5. Kesimpulan Dan Saran Dari hasil analisis dan desain sistem pendukung keputusan untuk penilaian

    kinerja pegawai di lingkungan Badan Kepegawaian Daerah Salatiga

    menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchi Processes) dapat

    disimpulkan bahwa analisis penilaian dengan pemodelan matematika

    menggunakan AHP dari kategori perilaku kerja benar-benar konsisten dengan

    nilai Consistency Ratio yang

  • 20

    Atas (SMA) dengan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) (Studi

    Kasus : Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Salatiga). Di akses tanggal 27

    Mei 2015

    [7] Kristanto, 2008, Perancangan Sistem Informasi dan Aplikasinya, Gava

    Media, Yogyakarta

    [8] Indrajani, 2011, Pengantar Sistem dan Basis Data, Elex Media

    Komputindo, Indonesia

    [9] Singh, J., W. Verbeke & G.K. Rhoads (1996), "Do organizational

    practices matter in role stress processes? A study of direct and

    moderating effects for marketing-oriented boundary spanners”, Journal

    of Marketing, Vo. 60, pp 69-86

    [10] Cardoso Gomes, Faustino. 1995. Manajemen Sumber Daya Manusia.

    Yogyakarta : Andi.

    [11] Veithzal Rivai. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk

    Perusahaan : Dari Teori Ke Praktik. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

    [12] Bernadin, H. J., Russel, J. E.(1993), Human Resource Management : An

    Experimental Approach, John Willey & Sons, New York.

    [10] Hasibuan, M. (2003). Manajemen sumber daya manusia, dasar dan

    kunci keberhasilan. Jakarta : CV. Haji Masagung.

    [11] Ilyas, Y. (1999). Kinerja: Teori penilaian dan penelitian.

    Jakarta : FKM UI. IQ. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

    [12] Dahrin, D. (2000). Memperbaiki kinerja pendidikan nasional secara

    komprehensip: transformasi pendidikan. Komunitas, Forum Rektor

    Indonesia. (1) :24.

    [13] Wayne F. Cascio, 1992, Managing human resources : productivity,

    quality of work life, profits New York : McGraw-Hill

    [14] Bambang Wahyudi. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung:

    Sulita

    [15] Simamora, Henry, 2004, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Ketiga, Cetakan Pertama, Bagian Penerbitan STIE YKPN, Yogyakarta.

    [16] Permadi, Bambang. 1992. AHP Pusat Antar Universitas – Studi

    Ekonomi, Jakarta: Universitas Indonesia

  • 21

    [17] Saaty, T. L., Decision Making for Leader : The Analytical Hierarchy Process for Decisions in Complex World,: University of Pittsburgh.

    Pittburgh, 1993

    [18] Suryadi, K. dan M.Ali Ramdhani.1998. Sistem Pendukung Keputusan.

    Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

    [19] Gumilar Rusliwa Somantri. 2005. Memahami Metode Kualitatif.

    MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 9, NO. 2, DESEMBER

    2005: 57-65

    [20] Moleong, Lexy. 1993. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:

    Remaja Rosda Karya

    [21] Jeffry, L. Whitten,et al. 2004. Metode Desain dan Analisis Sistem. Edisi

    I. Diterjemahkan oleh tim penerjemah ANDI. Yogyakarta: Penerbit Andi

    Madcoms

    [22] Fowler, Martin, Kendall, 2000 UML Distilled : A brief guide to the

    standard object modelling language. Reading : Addison Wesley