MOTIVASI DAN MUHASABAH PARA PENGHAFAL...

18
MOTIVASI DAN MUHASABAH PARA PENGHAFAL AL-QUR’AN Oleh : Muhammad Iqbal 1 MUQADDIMAH Allah SWT berfirman ; اَ نْ ثَ رْ وَ أّ مُ ث ٱَ ب َ تِ كْ ل ٱَ ينِ ذّ ل ٱاَنْ يَ فَ طْ صِ هِ سْ فَ نِ ل مِ الَ ظْ مُ هْ نِ مَ فۖ اَ نِ ادَ بِ عْ نِ م ۦِ ب قِ ابَ سْ مُ هْ نِ مَ و دِ صَ تْ قْ م مُ هْ نِ مَ و ٱِ ت َ رْ يَ خْ لِ نْ ذِ إِ ب ٱِ ّ ۚ َ وُ َِ ل َ ذ ٱُ لْ ضَ فْ ل ٱُ يرِ بَ كْ لArtinya : “kemudian kami jadikan al-Qur’an itu diwarisi oleh orang-orang yang Kami pilih dari kalangan hamba-hamba Kami; maka di antara mereka ada yang berlaku zalim kepada dirinya sendiri (dengan tidak mengindahkan ajaran al- Qur’an), dan di antaranya ada yang bersikap sederhana, dan di antaranya pula ada yang mendahului (orang lain) dalam berbuat kebaikan dengan izin Allah ‘Azza Wajalla. Yang demikian itu ialah limpah kurnia yang besar (dari Allah ‘Azza Wajalla semata-mata). 2 Menghafal al-Qur’an merupakan suatu perbuatan yang terpuji dan mulia yang hanya dilakukan oleh orang-orang yang dipilih oleh Allah ‘Azza Wajalla, karena al-Qur’an bukanlah perkataan makhluk atau manusia, namu ianya merupakan kalam Rabbul ‘izzati, pemilik dan penguasa alam semesta. Susunan ayatnya memiliki keindahan yang melebihi keindahan puisi dan syair yang pernah diciptakan oleh manusia. Bahkan para penghafal al-Qur’an dimuliakan derajatnya disisi Allah ‘Azza Wajalla dengan digolongkan sebagai ahlullah, yaitu wali Allah ‘Azza Wajalla yang terpilih dari kalangan hamba-Nya. Seperti sabda Nabi Sallallahu ‘Alahi Wasallam; م يا رسول اس، قيل: من الن منَ لين أ إن وخاصته لم أ القرآنل؟ قال: أ Artinya : Sesungguhnya Allah ‘Azza Wajalla memiliki wali dari kalangan manusia. Para sahabat Ridhwanullahu ‘Alaihim bertanya, siapa mereka wahai Rasulullah? Nabi 1 Ditulis sebagai pengisian materi di acara haflah Program Tahfizh Insentif, Tahsin, Talaqqi dan Tahfizh, asrama Haji, Rajabasa 25 Desember 2018. 2 Q.S Surah Fatir: 32

Transcript of MOTIVASI DAN MUHASABAH PARA PENGHAFAL...

Page 1: MOTIVASI DAN MUHASABAH PARA PENGHAFAL AL-QUR’ANppdh.ponpes.id/po-content/uploads/motivasi_dan_muhasabah...1 Ditulis sebagai pengisian materi di acara haflah Program Tahfizh Insentif,

MOTIVASI DAN MUHASABAH PARA PENGHAFAL AL-QUR’AN

Oleh : Muhammad Iqbal1

MUQADDIMAH

Allah SWT berfirman ;

ب ٱثم أورثنا قتصد ومنهم سابق ب ۦمن عبادنا فمنهم ظالم ل نفسه صطفيناٱ لذين ٱ لكت ت ٱومنهم م بإذن لخير

ٱ و لل ل لكبير ٱ لفضل ٱ ذ

Artinya : “kemudian kami jadikan al-Qur’an itu diwarisi oleh orang-orang yang

Kami pilih dari kalangan hamba-hamba Kami; maka di antara mereka ada yang

berlaku zalim kepada dirinya sendiri (dengan tidak mengindahkan ajaran al-

Qur’an), dan di antaranya ada yang bersikap sederhana, dan di antaranya pula ada

yang mendahului (orang lain) dalam berbuat kebaikan dengan izin Allah ‘Azza

Wajalla. Yang demikian itu ialah limpah kurnia yang besar (dari Allah ‘Azza Wajalla

semata-mata).2

Menghafal al-Qur’an merupakan suatu perbuatan yang terpuji dan mulia yang hanya

dilakukan oleh orang-orang yang dipilih oleh Allah ‘Azza Wajalla, karena al-Qur’an

bukanlah perkataan makhluk atau manusia, namu ianya merupakan kalam Rabbul ‘izzati,

pemilik dan penguasa alam semesta. Susunan ayatnya memiliki keindahan yang melebihi

keindahan puisi dan syair yang pernah diciptakan oleh manusia.

Bahkan para penghafal al-Qur’an dimuliakan derajatnya disisi Allah ‘Azza Wajalla

dengan digolongkan sebagai ahlullah, yaitu wali Allah ‘Azza Wajalla yang terpilih dari

kalangan hamba-Nya. Seperti sabda Nabi Sallallahu ‘Alahi Wasallam;

الله؟ قال: أل القرآن م أل الله وخاصتهإن لله ألين من الناس، قيل: من م يا رسول

Artinya : Sesungguhnya Allah ‘Azza Wajalla memiliki wali dari kalangan manusia. Para

sahabat Ridhwanullahu ‘Alaihim bertanya, siapa mereka wahai Rasulullah? Nabi

1 Ditulis sebagai pengisian materi di acara haflah Program Tahfizh Insentif, Tahsin, Talaqqi dan

Tahfizh, asrama Haji, Rajabasa 25 Desember 2018. 2 Q.S Surah Fatir: 32

Page 2: MOTIVASI DAN MUHASABAH PARA PENGHAFAL AL-QUR’ANppdh.ponpes.id/po-content/uploads/motivasi_dan_muhasabah...1 Ditulis sebagai pengisian materi di acara haflah Program Tahfizh Insentif,

Sallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab : mereka itu adalah para penghafal al-Qur’an,

mereka adalah wali Allah ‘Azza Wajalla dan orang yang terdekat dengan-Nya.3

Maka, membaca al-Qur’an merupakan suatu ibadah terlebih lagi jika kita

menghafalkannya, merupakan suatu kemuliaan dan memiliki ganjaran serta pahal yang

berlipat ganda dari Allah ‘Azza Wajalla. Dalam suatu hadith yang diriwayatkan oleh imam

al Tirmiz rahimahullah dari Abdullah bin Mas’ud Radhiallahu ‘Anhu Rasulullah Sallallahu

‘Alaihi Wasallam bersabda;

فله به حسنة ، والحسنة بعشر أمثالها ، ل أقول الم حرف ، ولكن ألف حرف من قرأ حرفا من كتاب الل

ولم حرف وميم حرف

Artinya : Barang siapa yang membaca satu huruf dari al Quran maka baginya

kebaikan, dan timbangan kebaikan itu ialah perbandingan sepuluh. Aku tidak

mengatakan الم itu satu huruf, akan tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim

satu huruf.4

Dalam ayat yang lain Allah ‘Azza Wajalla mengumpamakan orang yang membaca al Quran

ialah seperti orang yang melakukan perdagangan namun tidak pernah merasakan rugi.

Firman-Nya;

ب لذين ٱإن ٱيتلون كت ة ٱوأقاموا لل لو رة لن تبور لص ا وعلنية يرجون تج هم سر ا رزقن وأنفقوا مم

Artinya : Sesungguhnya orang yang membaca Kitabullah, mendirikan solat dan

menginfaqkan sebagian dari harta yang telah Kami berikan kepada mereka secara

sembunyi mahupun secara terang-terangan, mereka seumapa orang yang

mengharapkan suatu perniagaan yang tidak pernah rugi.5

Namun dalam memotivasi menghafal al Quran, para ulama terdahulu memiliki beberapa

motivasi yang kuat untuk menghafal al Quran, selain dari motivasi kelebihan menghafal

al-Qur’an yang disampaikan oleh Allah ‘Azza Wajalla dan baginda nabi Sallallahu ‘Alaihi

Wasallam. Bahkan mereka telah menyelesaikan hafalan al-Qur’an pada usia dini, sebelum

mereka memulai perjalanan hidup mereka sebagai ahli ilmu.

3 H.R. Abu Daud, no. 2124., Ibn Majah, no. 215., al-Nasa’ie dalam al-Kabir, no. 8031 dan lain-lain. 4 Muhammad bin Isa, al Tirmizi, al Jami’ al Kabir, no. 2910. 5 Q.S Fatir: 29

Page 3: MOTIVASI DAN MUHASABAH PARA PENGHAFAL AL-QUR’ANppdh.ponpes.id/po-content/uploads/motivasi_dan_muhasabah...1 Ditulis sebagai pengisian materi di acara haflah Program Tahfizh Insentif,

Semisal imam an-Nawawi6, imam al-Syafi’I7 pendiri mazhab mayoritas umat islam

di dunia, Sa’id al-Musayyib8, Sufyan bin ‘Uyaynah9, Wahb al-Munabbih10, Khatib al-

Baghdadi11 yang kesemua mereka merupakan ahli hadith dan fiqh dan ulama’ lainnya

Rahimahumullah, mereka antara ulama’ yang memulai perjalanan ilmu mereka dengan

menghafal al-Qur’an. Kata al-Baghdadi; harus bagi setiap penuntut ilmu supaya

menghafal al-Qur’an sebelum dia mempelajari ilmu-ilmu yang lain, karena al-Qur’an itu

merupakan tingkatan ilmu yang paling tinggi berbanding ilmu-ilmu lainnya.12

Imam al-Nawawi Rahimahullah pula menyebutkan; ilmu yang terpenting yang

harus dipelajari oleh setiap penuntut ilmu adalah menghafal al-Qur’an. Bahkan para

ulama terdahulu, mereka tidak akan mempelajari hadith dan fikih kecuali setelah mereka

selesai menghafal al-Qur’an.13

Persiapan sebelum menghafal

6 Nama beliau Yahya bin Syarf bin Muriy al-Nawawi. Seorang ulama dalam bidang hadith, fikih, rijal

al-Hadith dari Syam. Beliau antara ulama besar dalam mazhab Syafi’I yang menjadi panutan ulama-ulama moderen. Beliau memiliki karya dari berbagai bidang keilmuan islam. Beliau banyak menghabiskan umurnya dalam mempelajari ilmu dan mengajarkannya sehingga beliau tidak jatuh sakit dan wafat pada usia muda. Wafat pada tahun 676 Hijriah. [Khairuddin, al-Zirikliy, al-A’lam Qamus Tarajim, jld. 8., hlm. 149.]

7 Nama beliau Muhamamd bin Idris bin Abbas al-Syafi’i. seorang pendiri mazhab mayoritas muslim di dunia yaitu mazhab Syafi’i. Seorang ulama kelahiran Ghazzah, Palestina pada tahun 150 Hijriah merupakan seorang ulama yang mahir dalam ilmu hadith, fikih, tafsir dan bahasa arab. Beliau seorang yang sangat rakus dengan ilmu, sanggup berjalan ke beberapa daerah yang jauh untuk memperdalam ilmu yang telah beliau miliki. Salah seorang guru beliau yang paling lama beliau tekuni adalam imam Malik bin Anas, pendiri mazhab Maliki. Wafat pada tahun 204 Hijriah di Mesir. [Khairuddin, al-Zirikliy, al-A’lam Qamus Tarajim, jld. 6., hlm. 26.]

8 Nama beliau Sa’id bin al-Musayyib, seorang tabi’in dari kalangan ulama Madinah. Beliau merupakan rujukan para ulama hadith dalam ilmu al-Jarh wa al-ta’dil. Kebanyakan ilmu dan kefahaman dalam agam islam diriwayatkan oleh beliau. Wafat pada tahun 94 Hijriah. [Muhammad bin Ahmad, al-Zahabi, Siyaru A’lam al-Nubala’, jld. 4., hal. 218-246.]

9 Nama beliau Sufyan bin ‘Uyaynah bin Abi ‘Imran. Beliau merupakan ulama dalam bidang hadith dan menjadi rujukan dalam al-Jarh wa al-ta’dil. Beliau memiliki banyak guru dari kalangan kibar at-tabi’in, sehingga keilmuan beliau diperakui oleh para ulama hingga ke hari ini. Wafat pada tahun 196 Hijriah. [Muhammad bin Ahmad, al-Zahabi, Siyaru A’lam al-Nubala’, jld. 18., hal. 455-475.]

10 Nama beliau Wahb bin Munabbih bin Kamil, salah seorang tabi’in dari Yaman dan ulama dalam bidang hadith dan fikih. Beliau lahir bada zaman kekhalifahan ‘Uthman bin ‘Affan, seorang ulama yang melakukan banyak perjalanan untuk mencari ilmu. Kehebatan beliau sama seperti Sufyan bin ‘Uyaynah, Sa’id al-Musayyib dan ulama lain dalam bidang hadith dan ilmu al-jarh wa al-ta’dil. Wafat pada tahun 110 Hijriah. [Muhammad bin Ahmad, al-Zahabi, Siyaru A’lam al-Nubala’, jld. 4., hal. 545-557.]

11 Nama beliau Ahmad bin ‘Ali bin Tsabit, seorang hakim diwilayah Baghdad, Iraq. Beliau seorang yang ‘alim dalam bidang hadith, fikih, sejarah dan keilmuan islam lainnya. Beliau memulai karir sebagai penuntut ilmu seawal usia 11 tahun dan mulai melakukan perjalanan jauh ke beberapa daerah untuk mencari ilmu. Wafat pada tahun 463 Hijriah dengan meninggalkan ratusan hasil karya yang bermanfaat hingga hari ini. [Muhammad bin Ahmad, al-Zahabi, Siyaru A’lam al-Nubala’, jld. 18., hal. 270-297.]

12 Ahmad bin ‘Ali, Khatib al-Baghdadi, al-Jami’ Li Akhlak al-Rawi, hlm. 79. 13 Yahya bin Syarf, al-Nawawi, Majmu’ Syarah al-Muhazzab, jld. 1., hlm. 60.

Page 4: MOTIVASI DAN MUHASABAH PARA PENGHAFAL AL-QUR’ANppdh.ponpes.id/po-content/uploads/motivasi_dan_muhasabah...1 Ditulis sebagai pengisian materi di acara haflah Program Tahfizh Insentif,

Sebelum seseorang itu memulai menghafal al-Qur’an, ada beberapa hal yang

harus diperhatikan supaya al-Qur’an yang dihafal menjadi berkah untuk dirinya, mudah

untuk di hafal dan terpelihara didalam ingatan. Seperti yang di sampaikan oleh Dr. Aiman

Rusydi Swaid dalam bukunya Tajwid al-Musawwar14 terkait dengan persiapan yang harus

dipersiapkan oleh calon hamlatu al-Qur’an;

1. ikhlaskan niat menghafal al-Qur’an karena ingin meraih ridha Allah SWT

Dalam satu hadith yang masyhur, yang diriwayatkan oleh lebih dari 200 orang ahli

hadith15, dari sahabat Umar bin Khattab Radhiallahu ‘Anhu, Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi

Wasallam bersabda;

إنما الأعمال بالن يات، وإنما لكل امرئ ما نوى

Artinya : Setiap amlan itu tergantng dengan niatnya dan setiap orang akan

diberikan pahala sesuai dengan apa yang ia niatkan.16

Imam al Nawawi dalam uraian hadith ini menyebutkan bahwa setiap amal perbuatan akan

diganjari sesuai dengan apa yang ia niatkan dan seorang hamba tidak akan diberikan

pahala sekiranya dia tidak berniat ketika ingin melakukan suatu amal.17 Maka berdasarkan

dari hadith ini, seyogyanya bagi setiap muslim yang inign memulai menghafal al-Qur’an,

dia memulainya dengan menata niat atau tujuannya menghafal al-Qur’an, yaitu ikhlas

semata-mata ingin mengharapkan redha dari Allah ‘Azza Wajalla. Seperti firman Allah

‘Azza Wajalla dalam surah al Bayyinah;

ٱوما أمروا إل ليعبدوا ين ٱمخلصين له لل ة ٱحنفاء ويقيموا لد لو ة ٱويؤتوا لص كو دين لز ل لقي مة ٱ وذ

Artinya : Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah ‘Azza

Wajalla dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya dalam (menjalankan) perintah

agama, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang

demikian itulah agama yang lurus.18

14 Aiman Rusydi Swaid, Tajwid al-Musawwar, jld. 2., hal. 572. 15 Yahya bin Syarf, Imam al Nawawi, syarah sahih Muslim, jld. 13, hal. 80. 16 H.R al Bukhari, no. 1., Muslim, no. 1907., Abu Daud, no. 2210., al Tirmizi, no. 1742., al Nasa’ie,

1/58 dan lain-lain. 17 Imam al-Nawawi, Syarah sahih Muslim, ibid. 18 Q.S al Bayyinah: 5

Page 5: MOTIVASI DAN MUHASABAH PARA PENGHAFAL AL-QUR’ANppdh.ponpes.id/po-content/uploads/motivasi_dan_muhasabah...1 Ditulis sebagai pengisian materi di acara haflah Program Tahfizh Insentif,

Namun apa yang dimaksudkan dengan ikhlas? Imam al Nawawi dalam karya beliau yang

berjudul al-Tibyan fi Ãdabi Hamlati al-Qur’an menyebutkan beberapa pandangan ulama

terkait dengan pengertian ikhlas. Abi Qasim al-Qusyairy19 Rahimahullah berkata : ikhlas

itu ialah menunggalkan maksud tujuan beribadah hanya unutk Allah ‘Azza Wajalla. Yaitu

mengerjakan suatu ibadah dengan niat untuk mendekatkan diri kepada Allah Jalla jalaluh

dan bukan karena yang lainnya seperti ingin menunjuk-nunjuk atau ‘pamer’, atau karena

ingin dipandang mulia oleh manusia, atau mengarapkan limpahan pujian dan sanjungan,

atau hal-hal yang lain selain mendekatkan diri kepada Allah ‘Azza Wajalla.

Tsauban bin Ibrahim atau yang lebih di kenali dengan nama Zunnun, seorang

ulama pada kurun ke tiga hijriah20, telah menyebutkan tiga ciri-ciri ikhlas yaitu; 1. Tidak

mempedulikan pujian atau hinaan yang diterimanya, 2. Tidak mengungkit atau

mengingati amal kebaikan yang pernah ia lakukan, dan 3. Hanya mengharapkan

pembalasan di Akhirat atas semua kebaikannya.

Maka, inti dari pengertian ikhlas itu ialah setiap segala perbuatan yang kita

lakukan baik secara terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi, semunya

dilakukan hanya karena Allah ‘Azza Wajalla dan tidak di nodai oleh apapun; seperti

memenuhi kepentingan diri, hawa nafsu atau duniawi.21

2. Memiliki tujuan yang untuk mendapatkan redha Allah ‘Azza Wajalla dan bukan

balasan duniawi.

Imam al-Nawawi Rahumahullah memberikan pesanan kepada para Hamlatul

Qur’an, katanya22 : seharusnya para penghafal al-Qur’an tidak mengharapkan ganjaran

dunia dari al-Qur’an; harta, ‘ketenaran’ atau kedudukan, penghormatan dan sanjungan,

pujian dari manusia, menjadi idola setiap orang dan lainnya. Para pembaca al-Qur’an juga

19 Nama beliau Abdul Karim bin Hawazin bin Abdul Malik bin Talhah al-Qusyairy. Seorang ahli

tasawwuf dan tafsir yang berasal dari daerah Khurasan, Naisaburi. Wafat pada 26 Rabi’ul Awwal 456 Hijrah. [Muhammad bin Ahmad, al-Zahabi, Siyaru A’lam al-Nubala’, jld. 18., hal. 227.]

20 Nama beliau Tsuban bin Ibrahim merupakan seorang ulama tasaawuf di Mesir yang telah melahirkan beberapa orang ulama terkenal pada zamannya seperti Ahmad al-Fayyumi, Rabiah bin Muhammad al-Thaiy dan lain-lain. Pernah mengambil ilmu dari sahabat seperti Anas bin Malik RA., dan beberapa tabi’in seperti al-Laith, Fudhail bin ‘Iyadh, Sufyan al-‘Uyaynah dan lain-lain. Wafat pada tahun 246 Hijriah. [Muhammad bin Ahmad, al-Zahabi, Siyaru A’lam al-Nubala’, jld. 11., hal. 533.]

21 Pengertian ini disampaikan oleh Syeikh Sahl bin ‘Abdullah al-Tastary, seorang ulama tasawwuf yang zuhud dari Mesir. Wafat pada tahun 238 Hijriah. [Muhammad bin Ahmad, al-Zahabi, Siyaru A’lam al-Nubala’, jld. 13., hlm. 331.]

22 Yahya bin Syarf, imam al-Nawawi, al-Tibyan Fi Adabi Hamlati al-Qur’an, hlm. 45.

Page 6: MOTIVASI DAN MUHASABAH PARA PENGHAFAL AL-QUR’ANppdh.ponpes.id/po-content/uploads/motivasi_dan_muhasabah...1 Ditulis sebagai pengisian materi di acara haflah Program Tahfizh Insentif,

tidak boleh mengharapkan pemberian upah, hadiah atau pelayanan istimewa karena dia

telah membaca al-Qur’an. Allah ‘Azza Wajalla berfirman;

من نصيب لءاخرة ٱفى ۥمنها وما له ۦنؤته لدنياٱومن كان يريد حرث

Artinya : barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan

kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu

bahagianpun di akhirat.

Dalam ayat yang lain Allah ‘Azza Wajalla berfirman;

ن كان يريد لنا له لعاجلة ٱم فيها ما نشاء لمن نريد ۥعج

Artinya : Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami

segerakan baginya di dunia itu apa yang kami kehendaki bagi orang yang

menginginkannya.

Dalam satu hadith yang disampaikan oleh Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anh, Rasulullah صلى الله عليه وسلم

bersabda;

لما مما يبتغي به وجه الله تعالى, ل يتعلمه إل ليصيب به عرضا من أعراض الدنيا لم يجد عرف من تعلم ع

الجنة يوم القيامة

Artinya : Barang siapa yang menuntut ilmu, namun dia meniatkan menuntut ilmu

itu untuk mendapatkan ganjaran dan habuan dunia, maka kelak pada hari kiamat

dia tidak akan mencium bau wangian syurga.23

Alangkah ruginya, menghafal al-Qur’an yang seharusnya mampu memberikan peluang

kepada kita untuk menggapai redha Allah ‘Azza Wajalla, namun akhirnya usaha dan penat

lelah kita terbuang sia-sia hanya karena niat yang bercampur baur antara keinginan

mencari redha dan ganjaran duniawi bahkan perbuatannya tersebut malah mengundang

petaka pada hari kiamat kelak.

3. Memilih waktu yang sesuai untuk menghafal

Menghafal memerlukan fokus yang maksimal supaya apa yang dihafal dapat

diingat dalam tempoh waktu yang lama. Adapun terkait dengan waktu yang cocok

23 H.R Abu Daud, no. 3664., Ibn Majah, no. 252., Ahmad, no. 338/2., dan lain-lain.

Page 7: MOTIVASI DAN MUHASABAH PARA PENGHAFAL AL-QUR’ANppdh.ponpes.id/po-content/uploads/motivasi_dan_muhasabah...1 Ditulis sebagai pengisian materi di acara haflah Program Tahfizh Insentif,

digunakan untuk menghafal, secara umumnya tidak ada waktu-waktu tertentu untuk

menghafal al-Qur’an, namun para ulama memiliki beberapa waktu yang ideal menurut

mereka untuk mengafal al-Qur’an antara lain : 1. Sebelum subuh, 2. Setelah asar, 3.

Setelah maghrib.

4. Menjauhi segala bentuk maksiat dan menanamkan perasaan takut kepada Allah SWT

Allah SWT berfirman;

ٱإنما يخشى ؤا ٱمن عباده لل لعلم

Artinya : Sesungguhnya orang yang memilik perasaan takut kepada Allah ‘Azza

Wajalla itu ialah para ulama’ (orang-orang yang diberikan ilmu).24

Sifat takut kepada Allah ‘Azza Wajalla merupakan salah satu dari ciri kuatnya keyakinan

seseorang kepada janji-janji yang telah Allah ‘Azza Wajalla sampaikan di dalam al-Qur’an

melalui lisan Rasululllah صلى الله عليه وسلم seperti janji adanya hari pembalasan atas perbuatan yang telah

dilakukan, adanya syurga dan neraka sebagai ‘imbalan’ dari setiap perbuatannya dan hal-

hal ghaib lainnya. Dari sifat takut inilah maka lahirlah perasaan ingin menjauhkan maksiat

sejauh yang ia mampu, karena takut ditimpa oleh kemurkaan dari Allah ‘Azza Wajalla.

Sifat takut kepada Allah ‘Azza Wajalla juga merupakan salah satu bentuk

implementasi dari ilmu yang dimiliki oleh seorang hamba, terlebih lagi ilmu tersebut ialah

ilmu al-Qur’an. Kata Imam Ahmad bin Hanbal Rahimahullah; dasar sebuah ilmu itu ialah

perasaan takut kepada Allah ‘Azza Wajalla. Bahkan para salaf dahulu mengatakan, untuk

melihat seseorang itu berilmu atau tidak, maka lihatlah apakah dia memiliki perasaan

takut kepada Allah ‘Azza Wajalla atau tidak. Dan ketika dia lalai dari perasaan takut

kepada Allah ‘Azza Wajalla, maka itu merupakan tanda kejahilannya.25

Dasar kepercayaan bahwa orang yang berilmu itu ialah orang yang paling takut

dengan Allah ‘Azza Wajalla dijelaskan oleh syeikh Muhammad bin Soleh al-‘Uthaimin

Rahimahullah dalam karya beliau, Syarah Hilyati Thalibi al-‘Ilmi, menyebutkan bahwa

ketakutan itu berasal dari sikap kenalnya seseorang itu tehadap Allah ‘Azza Wajalla. ketika

24 Surah Fathir : 28. 25 Ahmad bin Hanbal, Jami’ al ‘Ulum Wa al-Hikam, jld.1., hal. 251

Page 8: MOTIVASI DAN MUHASABAH PARA PENGHAFAL AL-QUR’ANppdh.ponpes.id/po-content/uploads/motivasi_dan_muhasabah...1 Ditulis sebagai pengisian materi di acara haflah Program Tahfizh Insentif,

seseorang itu kenal dengan Allah ‘Azza Wajalla, dan mengetahui segala sifat dan

kekuasaan yang dimiliki olehNya, maka perasaan takut itu akan hadir dengan sendirinya.26

Kewajiban menjauhi maksiat bagi seorang penuntut ilmu ialah, telebih bagi

mereka yang ingin menghafal al-Qur’an, dikarenakan sifat ilmu itu yang merupakan

cahaya dari Allah ‘Azza Wajalla kepada hamba-Nya, dan cahaya-Nya tidak akan mampu

menerangi hati-hati yang dipenuhi dengan kamsiat. Seperti kata Waqi’27 kepada imam al-

Syafi’I Rahimahumallah yang disusun dalam bait syair;

المعاصي* شكوت إلى وكيع سوء حفظي فأرشدني إلى تر

ونور الله ل يهدى لعاصي* وأخبرني بأن العلم نور

Artinya : Aku (imam al-Syafi’i) mengadu kepada guruku Waqi’ tentang buruknya

hafalan ku, dan beliau mengajariku supaya menjauhi maksiat. Karena

sesungguhnya ilmu itu cahaya, dan cahaya Allah ‘Azza Wajalla tidak akan menuntun

para pelaku maksiat.

Pesanan yang sama juga telah disampaikan oleh guru imam al-Syafi’I, yaitu imam Malik

bin Anas28 Rahimahullah kepada imam al-Syafi’I sebelum beliau menuntut ilmu;

sesungguhnya Allah SWT telah menghidupkan cahaya di dalam hatimu, maka janganlah

engkau memadamnya dengan maksiat.29

Tanggung jawab setelah menghafal

Setelah seseorang itu berhasil menyelesaikan hafalan al-Qur’annya atau berhasil

menghafal beberapa ayat dari al-Qur’an, maka bukan berarti dia telah terlepas dari

26 Muhammad bin Soleh al-‘Uthaimin, Syarah Hilyati Thalibi al-‘Ilmi, hal. 31. 27 Nama beliau Waki’ bin al-Jarrah al-Kufi. Seorang ulama senior pada zamannya yang diberi

gelaran buhur al-‘ilm, yaitu lautan ilmu. beliau menguasai hampir kesemua bidang keilmuan islam, khususnya hadith dan fikih. Beliau telah melahirkan para ulama yang hebat seperti imam al-Syafi’I, imam Ahmad bin Hanbal dan lainnya. Wafat pada tahun 179 Hijriah. [Muhammad bin Ahmad, al-Zahabi, Siyaru A’lam al-Nubala’, jld. 9., hal. 141-168.]

28 Nama beliau Malik bin Anas bin Malik, pendiri mazhab Maliki. Beliau merupakan seorang ulama senior yang aktif menyampaikan ilmu di Madinah sehingga beliau memiliki gelaran imam dar al-hijrah. Beliau seorang ulama hadith, fikih dan keilmuan islam lainnya. Dalam ilmu fikih beliau memiliki standarisasi khusus yang hanya dianuti oleh beliau, yaitu ‘amal ahlu al-madinah, yaitu menjadikan kebiasaan penduduk Madinah sebagai landasan hukum dalam islam. Beliau memiliki karya yang sangat terkenal yang diberi nama al-Muwattha’.Wafat pada tahun 179. [Muhammad bin Ahmad, al-Zahabi, Siyaru A’lam al-Nubala’, jld. 8., hal. 49-58.]

29 Yahya bin Syarf, imam al-Nawawi, muqaddimah Majmu’ Syarh al-Muhazab, jld. 1., hlm. 25.

Page 9: MOTIVASI DAN MUHASABAH PARA PENGHAFAL AL-QUR’ANppdh.ponpes.id/po-content/uploads/motivasi_dan_muhasabah...1 Ditulis sebagai pengisian materi di acara haflah Program Tahfizh Insentif,

tanggung jawab dan kewajiban, bahkan kewajiban dan tanggung jawab yang paling

terberat bagi seorang Hamalatu al-Qur’an dimulai setelah dia selesai menghafalkan 30 juz

al-Qur’an atau beberapa juz atau halaman dari al-Qur’an.

Antara peran dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh orang-orang yang

telah menyelesaikan hafalannya, antara lain adalah :

1. Mengamalkan isi al Quran

Mengamalkan isi al-Qur’an merupakan maksud dan tujuan dari penurunan al-

Qur’an, karena tujuan al-Qur’an ialah supaya menjadi petunjuk, syifa’, dan penyelesaian

bagi setiap permasalahan makhluk. Firman Allah ‘Azza Wajalla;

ل من لمؤمنين ما لقرءان ٱوننز و شفاء ورحمة ل

Artinya : Dan Kami turunkan dari al-Qur’an sesuatu sebagai penawar dan

memberikan rahmat kepada orang-orang mukminin.30

Ibn Katsir menyebutkan, al-Qur’an merupakan penawar bagi hati manusia yang

berpenyakit seperti perasaan ragu-ragu terhadap kebenaran, penyakit nifaq atau pura-

pura, syirik serta penyimpangan dan kecenderungan terhadap keburukan. Selain itu juga,

rahmat dari al-Qur’an membuahkan keimanan, hikmah dan kebaikan bagi pembacanya.31

Dalam ayat yang lain Allah ‘Azza Wajalla berfirman;

ذا ى أقوم لقرءان ٱإن يهدى للتى

Artinya : Sesungguhnya al-Qur’an ini memberi pentunjuk kepada jalan yang lebih

lurus.32

Mengamalkan ilmu yang telah dipelajari, merupakan ciri-ciri dari ilmu yang bermanfaat.

Bahkan seseorang itu tidak dianggap berilmu kecuali setelah dia mengamalkan apa yang

telah di pelajari atau yang telah dihafalnya, terlebih lagi jika ilmu yang telah dipelajari atau

di hafalnya itu adalah al-Qur’an. Ali bin Abi Talib Radhiallahu ‘Anh berkata; Wahai orang

yang memiliki ilmu, praktekkanlah ilmu yang telah kamu pelajari karena sesungguhnya

30 Surah al-Isra’ : 82 31 Isma’il bin Katsir, Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-Karim, jld. 5., hlm. 101. 32 Surah al-Isra’ : 9.

Page 10: MOTIVASI DAN MUHASABAH PARA PENGHAFAL AL-QUR’ANppdh.ponpes.id/po-content/uploads/motivasi_dan_muhasabah...1 Ditulis sebagai pengisian materi di acara haflah Program Tahfizh Insentif,

seseorang itu di anggap berilmu ketika dia mengamalkan ilmunya, dan setiap

perbuatannya merupakan cerminan dari ilmu yang dimilikinya.33

Namun dalam melaksanakan segala yang diperintahkan oleh Allah ‘Azza Wajalla

di dalam al-Qur’an, tidak semua hamba-Nya melaksanakan keseluruhan hukum dan

pengajaran yang ada di dalamnya. Seperti yang telah di singgung oleh Allah ‘Azza Wajalla

dalam ayat berikut ini;

ب ٱثم أورثنا قتصد ومنهم سابق ب ۦالم ل نفسه من عبادنا فمنهم ظ صطفيناٱ لذين ٱ لكت ت ٱومنهم م ٱبإذن لخير لل

Artinya : “kemudian kami jadikan al-Qur’an itu diwarisi oleh orang-orang yang Kami

pilih dari kalangan hamba-hamba Kami; maka di antara mereka ada yang berlaku

zalim kepada dirinya sendiri (dengan tidak mengindahkan ajaran al-Qur’an), dan di

antaranya ada yang bersikap sederhana, dan di antaranya pula ada yang

mendahului (orang lain) dalam berbuat kebaikan dengan izin Allah ‘Azza Wajalla.34

Fakhr al-Din al-Razi dalam tafsirnya menyebutkan penjelasan terhadap inti dari ayat

tersebut, katanya para ulama mufassirin sepakat mengatakan bahwa golongan terpilih

yang dimaksudkan dalam ayat ini adalah orang-orang mukmin dari ummat Nabi

Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wasallam. Namun ada diantara mereka yang bersikap zalim

terhadap diri mereka, yaitu orang yang diberikan al-Qur’an namun dia tidak mengamalkan

isinya, dan adapula diantara mereka yang bersikap pertengahan, yaitu mereka yang

mengamalkan isi dan pengajaran dari al-Qur’an, dan golongan terakhir adalah mereka

yang menghafal al-Qur’an kemudian mengamalkannya dan mengajarkan apa yang

mereka ketahui kepada orang lain serta mengajak mereka supaya beramal dengannya.35

Orang yang mengahafal al-Qur’an kemudian mengamalkan isinya, secara khusus

disebutkan ganjaran yang akan diterima oleh mereka pada hari kiamat kelak. Sabda Nabi

Sallallahu ‘Alaihi Wasallam dari Mu’az bin Anas;

من قرأ القرآن وعمل بما فيه ألبس والداه تاجا يوم القيامة ضوؤه أحسن من ضوء الشمس في بيوت الدنيا

لو كانت فيكم ، فما ظنكم بالذي عمل بهذا ؟

33 Diriwayatkan oleh al-Darimi dalam sunan-nya, no. 382. Namun athar ini dianggap lemah karena

perawi munkar. 34 Surah Fathir : 35. 35 Muhammad al-Razi, Fakhr al-Din, Mafatih al-Ghaib, jld. 26., hlm. 26.

Page 11: MOTIVASI DAN MUHASABAH PARA PENGHAFAL AL-QUR’ANppdh.ponpes.id/po-content/uploads/motivasi_dan_muhasabah...1 Ditulis sebagai pengisian materi di acara haflah Program Tahfizh Insentif,

Artinya : barang siapa yang membaca al-Qur’an kemudian mengamalkan isinya,

kelak pada hari kiamat nanti dia akan memakaikan kedua orang tuanya singasana

yang kilauannya lebih terang dari matahari di dunia. Maka menurut kamu,

bagaimana pula dengan balasan yang akan diterima oleh orang yang

mengamalkannya?36

Dalam hadith yang lain Nabi Sallallahu ‘Alaihi Wasallam menyebutkan;

يقال لقارئ القرآن اقرأ وارتق ورتل كما كنت ترتل في الدنيا، فإن منزلت عند آخر آية تقرؤا

Artinya : kelak di hari kiamat akan dikatakan kepada para penghafal al-Qur’an;

bacalah! Dan naiklah! Bacalah al-Qur’an seperti kamu membacanya ketika di dunia,

karena kedudukanmu pada ayat terakhir yang kamu baca.37

2. Berakhlak yang baik sesuai dengan tuntunan al Quran

Berakhlak dengan akhlak al-Qur’an merupakan suatu tuntunan yang sangat dititik

beratkan bagi setiap hamlatu al-Qur’an¸karena mereka merupakan ‘agen’ atau

penyampai risal al-Qur’an kepada manusia. Dalam sebuah hadith yang di riwayatkan dari

Ummul Mu’minin ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha, ketika beliau ditanya tentang akhlak nabi

Salallahu ‘Alaihi Wasallam, maka ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha menjawab;

كان خلقه القران

Artinya : Akhlak dan perilaku nabi Sallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah al-Qur’an.38

Para mufassirin39 ketika menafsirkan ayat 121 dari surah al-Baqarah40 menyebutkan;

mengamalkan isi al-Qur’an dengan sungguh-sungguh.41

Dalam hal ini, imam Muhammad bin al-Husain al-Ajary, menyusun beberapa adab

yang harus dijaga oleh para hamlatu al-Qur’an, katanya; seorang hamlatu al-Qur’an harus

memiliki sifat taqwa kepada Allah ‘Azza Wajalla dalam keadaan sendiri atau beramai-

36 H.R Abu Daud, no. 1403., Ahmad, no. 15645., dan lain-lain. 37 H.R Abu Daud, no. 1464., Al-Tirmizi, no. 2914., al-Nasa’ie dalam al-Kabir, no. 8056., dan lain-lain. 38 H.R Muslim, no. 746., Abu Daud, no. 1344., Ibn Majah, no. 1191., dan lain-lain. 39 Mufassirin adalah para ulama ahli tafsir. pent 40 Ayat tersebut ialah : يتلونه ۥ حق تلوته. Artinya : Mereka membacanya dengan bacaan yang

semestinya. 41 Muhammad bin Jarir, al-Thabary, Tafsir al-Thabary, jld. 1., hlm. 491.

Page 12: MOTIVASI DAN MUHASABAH PARA PENGHAFAL AL-QUR’ANppdh.ponpes.id/po-content/uploads/motivasi_dan_muhasabah...1 Ditulis sebagai pengisian materi di acara haflah Program Tahfizh Insentif,

ramai, bersikap wara’ dalam pemakanan, pakaian dan tempat tinggal, menjaga lisannya

dari mengucapkan kemungkaran dan dusta, memerhatikan setiap ucapan yang inign

diucapkan; tidak mengucapkan sesuatu kecuali dia pelihat pentinganya ucapan yang inign

diucapkan dan diam ketika ia melihat kebenaran dalam diamnya dan tidak melakukan hal-

hal yang tidak bermanfaat.

Para hamalatu al-Qur’an juga tidak boleh banyak tertawa seperti tertawanya

manusia lainnya dikarenakan buruknya akibat dari tertawa, tidak banyak bercanda

khawatir akan melalaikannya dan sekiranya ia bercanda maka dalam candaannya ia

berkata benar, wajahnya selalu ceria, tuturannya baik dan tidak berkata kasar, tidak

menyakiti, mencela dan merendah-rendahkan orang lain, tidak berperasangka buruk dan

iri hati terhadap orang lain, bersikap lemah lembut terhadap orang miskin, tidak bersikap

angkuh dan sombong.42

3. Mentadabburi isi al-Qur’an

Mentadabburi al-Qur’an merupakan tuntunan yang diperintahkan Allah ‘Azza

Wajalla supaya manusia mengahayati setiap pesan, perintah dan larangan yang

disampaikan-Nya di dalam al-Qur’an. Perintah supaya mentadabburi isi al-Qur’an ini

disampaikan oleh Allah ‘Azza Wajalla dalam surah an-Nisa’ Allah ‘Azza Wajalla berfiman;

ير لقرءان ٱرون أفل يتدب ٱ ولو كان من عند اٱلوجدوا فيه لل ف ا ختل كثير

Artinya : Apakah mereka tidak mentadabburi al-Qur’an? Sekiranya al-Qur’an itu

bukan datang dari Allah ‘Azza Wajalla, tentulah mereka akan menemukan

pertentangan yang banyak didalamnya.43

Dalam surah yang lain pula Allah ‘Azza Wajalla berfirman;

أم على قلوب أقفالها لقرءان ٱأفل يتدبرون

Artinya : Apakah merak tidak mentadabburi al-Qur’an atau hati mereka telah

terkunci?44

42 Muhammad bin al-Husain, al-Ajari, Akhlak Ahl al-Qur’an, hal. 77. 43 Q.S an-Nisa’: 82. 44 Q.S Muhammad: 24.

Page 13: MOTIVASI DAN MUHASABAH PARA PENGHAFAL AL-QUR’ANppdh.ponpes.id/po-content/uploads/motivasi_dan_muhasabah...1 Ditulis sebagai pengisian materi di acara haflah Program Tahfizh Insentif,

Imam al-Qurthubi dalam tafsirnya menyebutkan, yang dimaksudkan dengan tadabbur

ialah memahami maksud dan inti dari suatu ayat, kemudian dari pemahaman tersebut

kita akan mngetahui tentang janji yang telah Allah ‘Azza Wajalla persiapkan bagi mreka

yang tidak beriman.45

Imam al-Ajury menyebutkan, ayat diatas merupakan cara Allah ‘Azza Wajalla

dalam memerintahkan hamba-Nya supaya mentadabburi isi al-Qur’an, karena dengan

mentadabburinya kita akan lebih mengenal keesaan Allah ‘Azza Wajalla, mengetahui

keagungan dan kekuasaannya, mengetahui kemuliaan yang Dia berikan kepada setiap

mu’min, mengetahui kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan oleh hamba-Nya

sehingga mereka akan melakukan kewajiban tersebut dan menjauhi segala larangan yang

dilarang oleh-Nya dan termotivasi untuk melaksanakan kebaikan yang dipertinahkan-Nya.

Adapun kelebihan dan keutamaan yang diperolehi oleh seorang hamba yang

mentadabburi al-Qur’an ialah al-Qur’an menjadi syifa’ atau penawar baginya, kekayaan

walaupun tidak memiliki harta, memuliakan walaupun tidak memiliki jabatan dan

memberikan ketenangan walaupum ketika dibenci. Maka setiap orang yang membaca al-

Qur’an itu, hal yang harus mereka fikirkan ialah : bila aku akan mengambil pengajaran dari

apa yang aku baca? Dia tidak memikirkan kapan akan akan khatam membaca dan

menghafalnya, akan tetapi yang difikirkannya adalah kapan aku memikirkan apa yang

Allah ‘Azza Wajalla perkatakan! 46

4. Mempelajari ilmu membaca al-Qur’an dan cabang-cabang ilmu bacaan al-Qur’an

Salah satu ilmu yang harus dipelajari oleh setiap muslim ketika ingin membaca al-

Qur’an ialah ilmu tajwid. Tujuan mempelajarinya ialah untuk kesempurnaan bacaan al-

Qur’an, seperti yang disampaikan oleh imam al-Jazary dalam Manzumahnya;

من لم يجود القرآن آثم * لزم والأخذ بالتجويد حتم

وكذا منه إلينا وصل * لأنه به الإله أنزل

45 Muhammad bin Ahmad, al-Qurthubi, al-Jami’ Li Ahkam al-Qur’an, jld. 19., hlm. 275. 46 Muhammad bin al-Husain, al-Ajari, Akhlak Ahl al-Qur’an, hal. 36.

Page 14: MOTIVASI DAN MUHASABAH PARA PENGHAFAL AL-QUR’ANppdh.ponpes.id/po-content/uploads/motivasi_dan_muhasabah...1 Ditulis sebagai pengisian materi di acara haflah Program Tahfizh Insentif,

Artinya : Membaca al-Qur’an dengan bertajwid itu suatu kewajiban. Barang siapa

yang membaca al-Qur’an tanpanya maka ia berdosa. Karena dengan bertajwidlah

al-Qur’an itu diturunkan, dan seperti itu juga ia disampaikan kepada kami.

Selian itu juga, Qhadi ‘Iyadh47 dan para ulama’ lain mengatakan, orang yang membaca al-

Qur’an dengan tajwid yang sempurna lebih banyak mendapatkan pahala dari setiap ayat

yang di baca ketimbang mereka yang membaca al-Qur’an dengan terbata-bata dan tidak

bertajwid.48 Hal ini disandari oleh hadith dari ummul mu’minin ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha,

Nabi Sallallahu ‘Alaihi Wasallam;

ر به مع السفرة الكرام و ما و عليه شاق له الذي يقرأ القرآن و البررة، والذي يقرأ القرآن ويتتعتع فيه و

أجران

Artinya : Orang yang membaca al-Qur’an dengan mahir, kelak dia akan

dikumpulkan bersama dengan para malaikat yang mulia. Adapun orang yang

membaca al-Qur’an dengan terbata-bata akan tetapi dia tetap berusaha untuk

membacanya, maka baginya dua pahala.49

5. Muraja’ah hafalan al-Qur’an yang telah di hafal

Muraja’ah hafalan selain merupakan kegiatan untuk menjaga hafalan supaya

tidak hilang dan lupa, juga bertjuan untuk memperbanyak membaca al-Qur’an. Sabda

Nabi Sallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam sebuah hadith yang diriwayatkan oleh al-Bukhari,

Muslim dan lain-lain menjelaskan perbedaan tingkatan mukmin yang membaca al-Qur’an

dan mukmin yang tidak membaca al-Qur’an;

، ومثل المؤمن الذي ل ي ، وطعمها طي ب ة: ريحها طي ب قرأ القرآن مثل المؤمن الذي يقرأ القرآن مثل الأترج

، ومثل المنافق الذي يقرأ القرآن كمثل الر ، كمثل التمرة: ل ريح لها، وطعمها حلو يحانة: ريحها طي ب

، وطعمها مر ، ومثل المنافق الذي ل يقرأ القرآن كمثل الحنظلة: ليس لها ريح وطعمها مر

Artinya : Perumpamaan mukmin yang membaca al-Qur’an seperti utrujah, memiliki

bau yang wangi dan rasanya yang enak. Perumpamaan mukmin yang tidak

47 Nama beliau ‘Iyadh bin Musa, seorang ‘alim dari Andalusia yang menguasai ilmu rijal al-hadith,

fikih, ilmu bahasa dan ilmu-ilmu lainnya. Mendapat gelaran syaikhul islam oleh para ulama’ dikarenakan tingginya ilmu yang beliau miliki. Wafat pada tahun 544 Hijriah. [Muhammad bin Ahmad, al-Zahabi, Siyaru A’lam al-Nubala’, jld. 13., hlm. 331.]

48 Yahya bin Syarf, imam al-Nawawi, Syarah Sahih Muslim, jld.6., hlm. 97. 49 H.R al-Bukhari, no. 4937., Muslim, no. 798., Abu Daud, no. 1454 dan lain-lain.

Page 15: MOTIVASI DAN MUHASABAH PARA PENGHAFAL AL-QUR’ANppdh.ponpes.id/po-content/uploads/motivasi_dan_muhasabah...1 Ditulis sebagai pengisian materi di acara haflah Program Tahfizh Insentif,

membaca al-Qur’an pula ialah seperti buah tamar, tidak memiliki bau namun

memiliki rasa yang manis. Adapun perumpamaan orang munafiq yang membaca al-

Qur’an pula ialah seperti biji selasih, memiliki bau yang enak namun tidak memiliki

rasa, dan perumpamaan munafiq yang tidak membaca al-Qur’an ialah seperti pare,

tidak memiliki bau dan rasanya pahit.50

Kepentingan muraja’ah hafalan yang telah dihafal ialah supaya hafalan tidak lupa dan

hilang. Bahkan Nabi Sallallhu ‘Alaihi Wasallam memperingatkan ummatnya bahwa al-

Qur’an itu sangat mudah untuk lupa. Sabda Nabi yang diriwayatkan oleh al-Bukhari,

Muslim, Ahmad, Ibn Abi Syaibah, al-Baihaqi dan lain-lain51;

لهاتعادوا ذا القران فو الذي نفسي بيده لهو أشد تفلتا من الإبل في عق

Artinya : Ikat eratlah al-Qur’an ini, demi jiwaku yang berada digenggaman-Nya,

sesungguhnya al-Qur’an ini lebih mudah terlepas (hilang) dari unta yang di ikat.

Dalam hadith yang lain, yang diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Umar Radhiallahu ‘Anhu,

Nabi Sallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda52;

إنما مثل صاحب القران كمثل صاحب الإبل المعلقة, إن عاد عليها أمسكها, وإن أطلقها ذبت

Artinya : Perumpamaan ahli al-Qur’an adalah seperti pemilik unta yang terikat.

Sekiranya dia mengeratkan ikatannya, maka untanya tersebut akan berada

ditempatnya dan jika dia membiarkannya maka unta tersebut akan pergi

meninggalkannya.

Dalam hadith yang lain Nabi Sallallahu ‘Alaihi Wasallam memberikan peringatan dan

ancaman bagi orang yang telah memiliki hafalan al-Qur’an namum melupakannya. Dalam

hadith yang diriwayatkan oleh Abu Daud, Ad-Darimi, Ahmad, dan lain-lain;

من قرأ القران ثم نسيه لقي الله يوم القيامة أجذم

50 H.R al-Bukhari, no. 5427., Muslim, no. 797., Al-Tirmizi, no. 2865., al-Nasa’ie dalam al-Kubra, no.

8082 dan lain-lain. 51 H.R al-Bukhari, no. 5033., Muslim, no. 791., Ahmad, no. 19546., al-Baihaqi dalam saghir, no.

947. 52 al-Bukhari, Muslim, al-Nasa’ie, Ibn Majah, Ahmad, Ibn Abi Syaibah, al-Baihaqi

Page 16: MOTIVASI DAN MUHASABAH PARA PENGHAFAL AL-QUR’ANppdh.ponpes.id/po-content/uploads/motivasi_dan_muhasabah...1 Ditulis sebagai pengisian materi di acara haflah Program Tahfizh Insentif,

Artinya: Barang siapa yang menghafal al-Qur’an kemudian melupakannya, kelak dia

akan bertemu dengan Allah ‘Azza Wajalla pada hari kiamat dalam keadaan kerdil.53

Dalam riwayat Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anh, Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam

bersabda;

جل من المسجد وعرضت على ذنوب أ تي حتى القذاة يخرجها الر تي فلم أر ذنبا عرضت على أجور أم م

أعظم من سورة من القرآن أو آية أوتيها رجل ثم نسيها

Artinya : Dibentangkan kepadaku dosa-dosa umatku dan tidak aku lihat dosa yang

lebih besar dari dosa seorang lelaki yang diberikan satu surah atau satu ayat dari al-

Qur’an kemudian dia melupakannya.54

Dr. Zilkifli al-Bakri, Salah seorang mufti di Malaysia memberikan beberapa pandangan

ulama terkait hukum orang yang melupakan hafalan al-Qur’annya, kata beliau55; Menurut

Syeikh Zakariyya al-Ansari Rahimahullah, haram hukumnya melupakan hafalan al-Qur’an

yang dimiliki berdasarkan hadith-hadith yang telah disebutkan di atas. Menurut Imam al-

Ramli Rahimahullah pula, haram hukumnya jika kelupaan tersebut disebabkan oleh

kelalalaian dan malas, dan itu merupakan salah satu dosa besar.

Imam Ibn Hajar Rahimahullah pula menyebutkan beberapa riwayat dari

perkataan salaf, bahwa ada yang menganggapnya sebagai dosa besar seperti al-Dhahhak

dan Abu al-‘Aliyah, dan ianya juga disepakati oleh para ulama mazhab as-Syafi’ie seperti

Imam Khatib Syarbini, Imam Ibn Hajar al-Haitami, al-Ruyani dan al-Qurthubi. Di samping

ada sebagian dari mereka yang mengatakan makruh seperti Ibn Sirin.

Selain itu, ada pendapat lain dari Ibn Rusyd yang menyebutkan, kesepakatan

ulama’ mengatakan bahwa jika seseorang itu terlupa hafalan al-Qur’annya dikeranakan

sibuk mempelajari ilmu-ilmu yang wajib dan ilmu-ilmu sunat, maka dia tidak berdosa.

Adapun jika lupanya tersebut disebabkan sifat manusiawinya, maka ia tidaklah berdosa,

53 H.R Abu Daud, no. 1474., Ahmad, no. 22456., al-Darimi, no. 3340., dan lain-lain. Hadith ini di

nilai dhaif oleh para muhaddith. 54 H.R Abu Daud, no. 461., al-Tirmizi, no. 2916., al-Baihaqi dalam al-Kubra, no. 4381., Ibn al-

Khuzaimah, no. 1297., dan lain-lain. 55 Dr. Zulkifli bin Muhammad al-Bakri, http://www.muftiwp.gov.my/ms/artikel/al-kafi-li-al-

fatawi/2840-al-kafi-938-hukum-terlupa-hafazan-al-quran.

Page 17: MOTIVASI DAN MUHASABAH PARA PENGHAFAL AL-QUR’ANppdh.ponpes.id/po-content/uploads/motivasi_dan_muhasabah...1 Ditulis sebagai pengisian materi di acara haflah Program Tahfizh Insentif,

kerana Nabi Sallallahu ‘Alaihi Wasallam sendiri pernah terlupa sebagian dari ayat al-

Qur’an. Seperti yang diriwayatkan dari ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha;

صلى الله عليه وسلم رجل يقرأ في سورة بالليل فقال ل " سمع رسول الل قد أذكرني كذا وكذا آية يرحمه الل

كنت أنسيتها من سورة كذا وكذا

Artinya : Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam pada satu malam mendengar

seorang lelaki membaca satu surah dari al-Qur’an, kemudian bersabda: Semoga

Allah ‘Azza Wajalla merahmatinya, dia telah mengingatkanku suatu ayat dari satu

surah al-Qur’an yang ake telah lupa.56

Dalam usaha untuk memuroja’ah hafal yang telah dimiliki, Nabi Sallallahu ‘Alaihi

Wasallam memberikan tips untuk menjaga hafalan al-Qur’an yang dimiliki, sabda Beliau;

وإذا قام صاحب القرآن فقرأه بالليل والنهار ذكره وإذا لم يقم به نسيه

Artinya: Apabila seorang sohibul Qur’an membaca dari hafalannya (ketika solat)

pada waktu malam dan siang hari, nescaya dia akan hafal dan ingat ayat yang telah

dihafalnya tersebut, namun jika dia tidak melakukan yang demikia, maka dia akan

lupa.57

Hal yang senada disampaikan oleh Syeikh Amin al-Syanqiti ketika menafsirkan surah al-

Muzzammil ayat keenam58. Beliau menyebutkan pesanan gurunya yang mengatakan;

hafalan al-Qur’an seseorang itu tidak akan menempel di dadanya, dan tidak akan mudah

untuk dihafal dan fahami kecuali setelah dia membacanya dalam solat malam yang ia

kerjakan.59

Wallahu ‘Alamu Bissoab

56 H.R al-Bukhari, no. 2665., Muslim, no. 788., Abu Daud, no. 1331., al-Nasa’ie dalam al-Kabir, no.

806., dan lain-lain. 57 H.R Muslim, no. 789 58 Ayat tersebut ialah : ا وأقوم قيل ى أشد وطـ Artinya: sesungguhnya bangun diwaktu .إن ناشئة ٱليل

malam adalah lebih tepat (untuk khusyu’) dan bacaan diwaktu itu lebih berkesan. 59 Muhammad al-Amin bin Mukhtar, al-Syanqitiy, Adhwa’u al-Bayan, Fi Idah al-Qur’an Bi al-

Qur’an, jld. 8., hlm. 359.

Page 18: MOTIVASI DAN MUHASABAH PARA PENGHAFAL AL-QUR’ANppdh.ponpes.id/po-content/uploads/motivasi_dan_muhasabah...1 Ditulis sebagai pengisian materi di acara haflah Program Tahfizh Insentif,

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an al-Karim

Yahya bin Syaraf, al-Nawawi, al-Tibyan Fi Adabi Hamlah al-Qur’an,

Muhammad bin Ahmad, al-Zahabi, Siyaru A’lam al-Nubala’,

Ismail bin Katsir, Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-Karim,

Muhammad bin Jarir, al-Thabary, Tafsir al-Thabary,

Muhammad bin Ahmad, al-Qurthubi, al-Jami’ Li Ahkam al-Qur’an,

Muhammad al-Razi, Fakhr al-Din, Mafatih al-Ghaib,

Khairuddin, al-Zirikliy, al-A’lam Qamus Tarajim,

Aiman Rusydi Swaid, Tajwid al-Musawwar,

Muhammad bin al-Husain, al-Ajari, Akhlak Ahl al-Qur’an,

Yahya bin Syarf, imam al-Nawawi, Majmu’ Syarh al-Muhazab,

Muhammad bin Soleh al-‘Uthaimin, Syarah Hilyati Thalibi al-‘Ilmi,

Ahmad bin Hanbal, Jami’ al ‘Ulum Wa al-Hikam,

Ahmad bin ‘Ali, Khatib al-Baghdadi, al-Jami’ Li Akhlak al-Rawi,

Yahya bin Syarf, imam al-Nawawi, Syarah Sahih Muslim,

Muhammad al-Amin bin Mukhtar, al-Syanqitiy, Adhwa’u al-Bayan, Fi Idah al-

Qur’an Bi al-Qur’an,

Dr. Zulkifli bin Muhammad al-Bakri, http://www.muftiwp.gov.my/

https://www.alukah.net/

https://binbaz.org.sa/

https://www.almaany.com/