BAB III BIOGRAFI IMAM AL QURṬUBĪ DAN KITAB TAFSIR AL JĀMI...

12
49 BAB III BIOGRAFI IMAM AL QURUBĪ DAN KITAB TAFSIR AL JĀMI` LI- AKĀMI AL QUR`ĀN 1. IMAM AL QURUBĪ a. Sekilas Riwayat Hidup Penulis tafsir al-Qurubī bernama Abū ‘Abdillāh Ibn Amad Ibn Abī Bakar Ibn Far al-Anārī al-Khazrajī al-Qurubī al-Mālikī. 1 Beliau dilahirkan di Cordova, Andalusia (Spanyol sekarang). Di sanalah beliau mempelajari bahasa Arab, shi`r, al-Qur’ān al-Karīm, fiqh, nahwu, qirā’āt, balāghah, ulūmu al-Qur’ān dan ilmu-ilmu lainnya. Ia dianggap sebagai salah seorang tokoh yang bermadhhab Mālikī. 2 Para penulis biografi tidak ada yang menginformasikan mengenai tahun kelahirannya, mereka hanya menyebutkan tahun kematiannya, yaitu 671 H, di kota Maniyyah Ibn asib Andalusia. dan dibesarkan oleh bapaknya yang bermata pencaharian bercocok tanam yang hidup pada zaman dinasti Muwahidun yang kala itu dipimpin oleh Muammad bin Yūsuf bin Hūd (625-635 H). Dikisahkan, pada saat itu ayahnya sedang memanen dan pada waktu itu pula terjadi sebuah pemberontakan kaum separatis Nashrani Cordova yang menuntut untuk memerdekakan diri dari Islam. 1 Haji Khalīfah, Kashf al-unūn ‘An Asāmi al-Kutub wa al-Funūn, (Beirut: Dār al-Fikr, 1994), 1: 422. 2 Abū al-Yaqyan, Dirāsat fī al-Tafsīr wa Rijālih, (t.tp: t.np., t.t.), 109, Namun menurut informasi al-wudī ia meninggal di Mesir, al-Dāwudī , Tabaqāt al-Mufassirīn (Beirut: Dār al-‘Ilmiyah, tt), 70.

Transcript of BAB III BIOGRAFI IMAM AL QURṬUBĪ DAN KITAB TAFSIR AL JĀMI...

Page 1: BAB III BIOGRAFI IMAM AL QURṬUBĪ DAN KITAB TAFSIR AL JĀMI ...etheses.iainkediri.ac.id/805/4/903301309-bab3.pdf · Ibnu Rawwaj, Imām al-Muḥadīth Abū Muḥammad Abdu al-Wahhāb

49

BAB III

BIOGRAFI IMAM AL QURTUBĪ DAN KITAB TAFSIR AL JĀMI` LI-

AHKĀMI AL QUR`ĀN

1. IMAM AL QURTUBĪ

a. Sekilas Riwayat Hidup

Penulis tafsir al-Qurtubī bernama Abū ‘Abdillāh Ibn Ahmad Ibn Abī

Bakar Ibn Farh al-Ansārī al-Khazrajī al-Qurtubī al-Mālikī.1 Beliau

dilahirkan di Cordova, Andalusia (Spanyol sekarang). Di sanalah beliau

mempelajari bahasa Arab, shi`r, al-Qur’ān al-Karīm, fiqh, nahwu, qirā’āt,

balāghah, ulūmu al-Qur’ān dan ilmu-ilmu lainnya. Ia dianggap sebagai

salah seorang tokoh yang bermadhhab Mālikī.2

Para penulis biografi tidak ada yang menginformasikan mengenai

tahun kelahirannya, mereka hanya menyebutkan tahun kematiannya, yaitu

671 H, di kota Maniyyah Ibn Hasib Andalusia. dan dibesarkan oleh

bapaknya yang bermata pencaharian bercocok tanam yang hidup pada

zaman dinasti Muwahidun yang kala itu dipimpin oleh Muhammad bin

Yūsuf bin Hūd (625-635 H). Dikisahkan, pada saat itu ayahnya sedang

memanen dan pada waktu itu pula terjadi sebuah pemberontakan kaum

separatis Nashrani Cordova yang menuntut untuk memerdekakan diri dari

Islam.

1 Haji Khalīfah, Kashf al-Zunūn ‘An Asāmi al-Kutub wa al-Funūn, (Beirut: Dār al-Fikr, 1994), 1:

422. 2 Abū al-Yaqyan, Dirāsat fī al-Tafsīr wa Rijālih, (t.tp: t.np., t.t.), 109, Namun menurut informasi

al-Dāwudī ia meninggal di Mesir, al-Dāwudī, Tabaqāt al-Mufassirīn (Beirut: Dār al-‘Ilmiyah, tt),

70.

Page 2: BAB III BIOGRAFI IMAM AL QURṬUBĪ DAN KITAB TAFSIR AL JĀMI ...etheses.iainkediri.ac.id/805/4/903301309-bab3.pdf · Ibnu Rawwaj, Imām al-Muḥadīth Abū Muḥammad Abdu al-Wahhāb

50

Berdasarkan salah satu sumber, Hasbi Ash-Shidieqi menyebutkan

bahwa ia lahir di Andalusia tahun 486 H, dan meninggal di Mausul tahun

567 H.3 Namun informasi ini sangat lemah, karena: pertama, Hasbi tidak

menyebut sumber yang jelas dari mana ia memperoleh informasi tersebut.

kedua, kemungkinan besar Hasbi salah kutip ketika ia menyebut tahun

kelahiran ini, karena yang benar data tersebut adalah tahun kelahiran

seseorang yang sama-sama dinisbahkan dengan nama al-Qurtubi, tetapi ia

bernama Abū Bakr Yahyā Ibn Saīd Ibn Tamām Ibn Muhammad al-Azdī al-

Qurtubī.4

Dalam kehidupannya sehari-hari, beliau mempunyai sifat yang unik

yang memang tidak semua orang memiliknya. Sehingga beliau banyak

dikenal akan sikap ketawadu`annya, kealimannya, kezuhudannya,

berkarisma dan komited dalam melakukan amal akhirat untuk dirinya.

Seperti yang pernah dikatakan oleh mufassir al-Za`idah, bahwa ia sering

terlihat ketika memakai sehelai jubah yang bersih dengan songkok di atas

kepalanya, serta seluruh hidupnya digunakan untuk beribadat kepada Allah.

Sisa dari waktunya, dihabiskan untuk menulis dan mengkaji ilmu agama.

”Dia adalah seorang ulama` besar yang tawadu` dan lebih mementingkan

ilmu pengetahuan terlebih kepada tafsir dan hadis yang menghasilkan karya

3 Hasbi Ash-Shiddieqi, Sejarah dan pengantar Ilmu al-Quran / tafsir (Jakarta: Bulan Bintang,

1980), 291. 4 Muhammad Farīd Wajdi, Da’irah al-Ma’arif al-Qarn al-‘Isyrun, VII, (t.tp.: t.np., t.t.), 752.

Kesalahan kutip Hasbi juga dapat disimpulkan ketika ia menginformasikan kitab-kitab yang ditulis

dalam abad-abad tertentu, ternyata ia menginformasikan bahwa kitab al-Jāmi’ li Ahkām al-Qur`ān

karya al-Qurtubī ditulis pada abad ke Tujuh Hijriyah. Lihat Hasbi, Sejarah …, h. 248.

Page 3: BAB III BIOGRAFI IMAM AL QURṬUBĪ DAN KITAB TAFSIR AL JĀMI ...etheses.iainkediri.ac.id/805/4/903301309-bab3.pdf · Ibnu Rawwaj, Imām al-Muḥadīth Abū Muḥammad Abdu al-Wahhāb

51

yang jauh lebih baik pada masanya.5 Termasuk metode penafsirannya

banyak mempengaruhi para mufassir setelahnya dengan mengikuti gaya

penafsirannya, seperti halnya Ibn Kathīr yang menjadikan kitabnya yang

terkenal yaitu al Jāmi’ li Ahkāmi al-Qur’ān atau kitab al-Qurtubī sebagai

rujukan.

Dalam pencarian keilmuannya, beliau pergi ke Mesir (yang pada

waktu itu kekuasaan dipegang oleh Dinasti Ayyubiah), dan beliau menetap

disana sampai ajal menjemputnya pada malam Senin 9 Syawal 671 H/1273

M, dan makamnya sendiri berada di Elmania, di timur sungai Nil. Berkat

pengabdiannya terhadap ilmu agama dan keinginannya dalam memajukan

peradaban Islam, para penduduk disana sangat menghormati jasa beliau

sehingga makamnya-pun sering diziarahi oleh banyak orang.

b. Guru-Guru

Diantara guru-guru Imam Al-Qurtubī adalah :

1. Ibnu Rawwaj, Imām al-Muhadīth Abū Muhammad Abdu al-Wahhāb Ibn

Rawwaj. Nama aslinya Zafir Ibn `Ali Ibn Futūh al-Azdī al-Iskandaranī

al-Mālikī, wafatnya tahun 648 H.

2. Ibnu al-Jumaizī, al-Allāmah Baha’ al-dīn Abū al-Hasan `Ali Ibn

Hibatullāh Ibn Salamah al-Misrī al-Shāfi’ī, wafat pada tahun 649 H. Ahli

dalam bidang hadis, fiqh dan Ilmu qirā’ah.

5 Abū `Abdillāh Muh{ammad al-Qurtubī, Tafsir al-Jāmi` li Ah}kāmi al-Qur`ān ( Beirut: Dār al-

Fikr, t.th),1: 10.

Page 4: BAB III BIOGRAFI IMAM AL QURṬUBĪ DAN KITAB TAFSIR AL JĀMI ...etheses.iainkediri.ac.id/805/4/903301309-bab3.pdf · Ibnu Rawwaj, Imām al-Muḥadīth Abū Muḥammad Abdu al-Wahhāb

52

3. Abū al-Abbās Ahmad Ibn `Umar Ibn Ibrāhīm al-Mālikī al-Qurtubī, wafat

pada tahun 656 H. Penulis kitab al-Mufhim fi Sharh Sahīh al-Muslim.

4. Al-Hasan al-Bakarī, al-Hasan Ibn Muhammad Ibn Muhammad Ibn

Amaruk al-Taimī al-Naisābūrī al-Dimashqī atau Abū `Ali Sadruddīn al-

Bakarī, wafat pada tahun 656 H.

c. Karya-Karya

Di antara karya-karya beliau yaitu:

1. al-Jāmi’ li Ahkām al-Qur`ān.

2. al-Asna fī Sharh Asmā Allah al-Husnā.

3. al-Tadhkirah bi ‘Umūr al-Ākhirah.

4. Sharh al-Taqassī.

5. al-Tidhkār fi Afdāl al-Adhkār.

6. Qam`u al-Hirs bi al-Zuhdi wa al-Qanā`ah.

7. Arjuzah Jumi’a Fīhā Asma’ al-Nabī.6

8. al-Muqtabas fī Sharh Muwāta` Mālik bin Anas.

9. Risālah fī Alqām al-Hadīth.

10. Kitab al-Aqdiyyah.

11. al-I`lām bimā fī Dīn al-Nasārā min al-Mafāsid wa al-Auhām wa Idhhār

Mahāsin al-Dīn al-Islām.7

12. al-Misbāh fī al-Jam`i baina Af`āl wa al-Sahāh.

6 Al-Zahabi, al-Tafsir wa al-Mufassirūn, II, … h. 457. 7 Abū `Abdillāh Muh{ammad al-Qurtubī, Tafsir al-Jāmi` li Ah}kāmi al-Qur`ān, terj: Muhammad

Ibrahim al-Isnawi (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), 18.

Page 5: BAB III BIOGRAFI IMAM AL QURṬUBĪ DAN KITAB TAFSIR AL JĀMI ...etheses.iainkediri.ac.id/805/4/903301309-bab3.pdf · Ibnu Rawwaj, Imām al-Muḥadīth Abū Muḥammad Abdu al-Wahhāb

53

2. KITAB AL-JĀMI’ LI AHKĀM AL-QUR`ĀN

a. Seputar Nama Kitab

Kitab tafsir ini sering disebut dengan tafsir al-Qurtubī, hal ini dapat

dipahami karena tafsir ini adalah karya seorang yang mempunyai nisbah

nama al-Qurtubī atau bisa juga karena dalam halaman sampul kitabnya

sendiri tertulis judul, al-Tafsīr al-Qurtubī, al-Jāmi’ li Ahkām al-Qur`ān.

Jadi, tidak sepenuhnya salah apabila seseorang menyebut tafsir ini, dengan

karya al-Qurtubī tersebut. Judul lengkap tafsir ini adalah al-Jāmi’ li Ahkām

al-Qur`ān wa al-Mubayyin limā Tadammana min al-Sunnah wa Ay al-

Furqān yang berarti kitab ini berisi kumpulan hukum dalam al-Qur`an dan

Sunnah. Didahului dengan kalimat Sammaitu bi … (aku namakan).8 Dengan

demikian, dapat dipahami bahwa judul tafsir ini adalah asli dari

pengarangnya sendiri.

b. Latar Belakang Penulisan Tafsir al-Qurtubī

Berangkat dari pencarian ilmu dari para ulama’ (seperti Abū al-

`Abbās Ibn `Umar al-Qurtubī Abū al-Hasan Ibn Muhammad Ibn

Muhammad al-Bakarī), kemudian Imam al-Qurtubi diasumsikan berhasrat

besar untuk menyusun kitab tafsir yang juga bernuansa fiqih dengan

menampilkan pendapat Imam-Imam madhhab fiqih dan juga menampilkan

hadis yang sesuai dengan masalah yang dibahas. Selain itu, kitab tafsir yang

telah ada sedikit sekali yang bernuansa fiqih. Karena itulah Imam al-Qurtubī

8 Al-Qurtubī, al-Jāmi’ li Ahkām al-Qur`ān, 1: 2.

Page 6: BAB III BIOGRAFI IMAM AL QURṬUBĪ DAN KITAB TAFSIR AL JĀMI ...etheses.iainkediri.ac.id/805/4/903301309-bab3.pdf · Ibnu Rawwaj, Imām al-Muḥadīth Abū Muḥammad Abdu al-Wahhāb

54

menyusun kitabnya, dan ini akan mempermudah masyarakat, karena

disamping menemukan tafsir, mereka juga akan mendapatkan banyak

pandangan Imam madhhab fiqih, hadis-hadis Rasulullah SAW maupun

pandangan para ulama’ mengenai masalah itu.

c. Tartib (Sistematika)

Dalam penulisan kitab tafsir dikenal adanya tiga sistematika:

pertama, sistematika Mushafī,9 yaitu penyusunan kitab tafsir dengan

berpedoman pada tertib susunan ayat-ayat dan surat-surat dalam mushaf,

dengan dimulai dari surat al-Fātihah, al-Baqarah, dan seterusnya sampai

surat al-Nās. Kedua, sistematika Nuzūlī,10 yaitu dalam menafsirkan al-

Qur`an berdasarkan kronologis turunnya surat-surat al-Qur`an, contoh

mufassir yang memakai sistematika ini adalah Muhammad ‘Izzah Darwazah

dengan tafsirnya yang berjudul al-Tafsīr al-Hadīth.11 Ketiga, sistematika

Maudū’i, yaitu menafsirkan al-Qur`an berdasarkan topik-topik tertentu

dengan mengumpulkan ayat-ayat yang ada hubungannya dengan topik

tertentu kemudian ditafsirkan.

Al-Qurtubī dalam menulis kitab tafsirnya memulai dari surat al-

Fātihah dan diakhiri dengan surat al-Nās, dengan demikian, ia memakai

sistematika mushafī, yaitu dalam menafsirkan al-Qur`an sesuai dengan

urutan ayat dan surat yang terdapat dalam mushaf.12

9 Amin al-Khuli, Manāhij Tajdīd, (Mesir: Dār al-Ma’rifah, 1961), 300. 10 Ibid., h. 306. 11 Muhammad ‘Izzah Darwazah, al-Tafsīr al-Hadīth, I-XII (Mesir: ‘Isa al-Babi al-Halabi), 1962. 12 Al-Qurtubī, al-Jāmi’ li Ahkām al-Qur`an, 1: 12.

Page 7: BAB III BIOGRAFI IMAM AL QURṬUBĪ DAN KITAB TAFSIR AL JĀMI ...etheses.iainkediri.ac.id/805/4/903301309-bab3.pdf · Ibnu Rawwaj, Imām al-Muḥadīth Abū Muḥammad Abdu al-Wahhāb

55

d. Manhaj (Metode)

Langkah-langkah yang dilakukan oleh al-Qurtubī dalam menafsirkan

al-Qur`an dapat dijelaskan dengan perincian sebagai berikut:13

1) Memberikan kupasan dari segi bahasa.

2) Menyebutkan ayat-ayat lain yang berkaitan dan hadis-hadis dengan

menyebut sumbernya sebagai dalil.

3) Mengutip pendapat ulama` dengan menyebut sumbernya sebagai alat

untuk menjelaskan hukum-hukum yang berkaitan dengan pokok

bahasan.

4) Menolak pendapat yang dianggap tidak sesuai dengan ajaran Islam.

5) Mendiskusikan pendapat ulama` dengan argumentasi masing-masing,

setelah itu melakukan tarjīh dan mengambil pendapat yang dianggap

paling benar.

Langkah-langkah yang ditempuh al-Qurtubī ini, masih mungkin

diperluas lagi dengan melakukan penelitian yang lebih seksama. Satu hal

yang sangat menonjol adalah adanya penjelasan panjang lebar mengenai

persoalan fiqhiyyah merupakan hal yang sangat mudah ditemui dalam tafsir

ini.

Dengan memperhatikan pembahasannya yang demikian mendetail,

kiranya dapat diambil kesimpulan bahwa metode yang dipakainya adalah

tahlīlī, karena ia berupaya menjelaskan seluruh aspek yang terkandung

13 Langkah-langkah ini dapat dilihat dalam “Muqaddimah” kitab tafsirnya di hal. 2 dan hasil

pengamatan pada kitab al-Qurtubī.

Page 8: BAB III BIOGRAFI IMAM AL QURṬUBĪ DAN KITAB TAFSIR AL JĀMI ...etheses.iainkediri.ac.id/805/4/903301309-bab3.pdf · Ibnu Rawwaj, Imām al-Muḥadīth Abū Muḥammad Abdu al-Wahhāb

56

dalam al-Qur`an dan mengungkapkan segenap pengertian yang dituju. dan

juga dipertajam melalui analisis bi al-ma’thūr14 dan diperkuat dengan

analisis lughawy (kebahasaan). Sebagai sedikit ilustrasi, dapat diambil

contoh ketika ia menafsirkan surat al-Fatihah di mana ia membaginya

menjadi empat bab, yaitu: bab keutamaan dan nama surat al-Fatihah, bab

turunnya dan hukum-hukum yang terkandung di dalamnya, bab ta’min

(bacaan amin), dan bab tentang Qira`āt dan I’rab. Masing-masing dari bab

tersebut memuat beberapa masalah.15

e. Laun (Corak Tafsir)

Para pengkaji tafsir memasukkan tafsir karya al-Qurtubī kedalam

tafsir yang bercorak Fiqhīy, sehingga sering disebut sebagai tafsir Ahkām.

Karena dalam menafsirkan ayat-ayat al-Quran, lebih banyak dikaitkan

dengan persoalan-persoalan hukum. Sebagai contoh dapat dilihat ketika

menafsirkan surat al-Fatihah, al-Qurtubī mendiskusikan persoalan-persoalan

fiqh, terutama yang berkaitan dengan kedudukan basmalah ketika dibaca

dalam salat, juga persoalan fatihah makmum ketika shalat Jahr. Terhadap

ayat yang sama-sama, dari kelompok Mufassir Ahkām hanya membahasnya

secara sepintas, seperti yang dilakukan oleh Abū Bakar al-Jassās. Ia tidak

membahas surat ini secara khusus, tetapi hanya menyinggung dalam sebuah

bab yang diberi judul Bab Qirā`ah al-Fātihah fī al-Salāh. Contoh lain

14 Penafsiran yang berbentuk riwayat atau apa yang sering disebut dengan “tafsir bi al-ma’thūr”

adalah menjelaskan suatu ayat sebagaimana dijelaskan oleh Nabi atau para sahabat. 15 Bab pertama memuat tujuh buah masalah, bab kedua memuat dua puluh masalah, bab ketiga

memuat delapan masalah, dan bab keempat memuat tiga puluh enam masalah. Al-Qurtubī, al-

Jāmi’ li Ahkām al-Qur`ān, I: 93-131.

Page 9: BAB III BIOGRAFI IMAM AL QURṬUBĪ DAN KITAB TAFSIR AL JĀMI ...etheses.iainkediri.ac.id/805/4/903301309-bab3.pdf · Ibnu Rawwaj, Imām al-Muḥadīth Abū Muḥammad Abdu al-Wahhāb

57

dimana al-Qurtubī memberikan penjelasan panjang lebar mengenai

persoalan-persoalan fiqih dapat ditemukakan ketika ia membahas ayat QS.

al-Baqarah (2): 43:

اكعين كاة واركعوا مع الر .وأقيموا الصلاة وآتوا الز

“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta

orang-orang yang ruku’”.

Ia membagi pembahasan ayat ini menjadi 34 masalah. Diantara

pembahasan yang menarik adalah masalah ke-16. Ia mendiskusikan

berbagai pendapat tentang status anak kecil yang menjadi Imam shalat. Di

antara tokoh yang mengatakan boleh adalah al-Thaurī, Mālik dan Ashāb al-

Ra’y. Dalam masalah ini, al-Qurtubi berbeda pendapat dengan madhhab

yang dianutnya, dengan pernyataannya:

.إمامة الصغير جائزة إذا كان قارئا

“(Anak kecil boleh menjadi Imam jika memiliki bacaan yang baik)”.16

Dalam kasus lain ketika ia menafsirkan QS. al-Baqarah (2): 187:

فث إلى نسائكم أحل لكم ليلة يام الر ….الص

“Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur

dengan isteri-isteri kamu;…”

Ia membaginya menjadi 36 masalah. Pada pembahasan ke-12, ia

mendiskusikan persoalan makannya orang yang lupa pada siang hari di

bulan Ramadhan. Ia berpendapat orang tersebut tidak berkewajiban

16 Ibid., 1: 10.

Page 10: BAB III BIOGRAFI IMAM AL QURṬUBĪ DAN KITAB TAFSIR AL JĀMI ...etheses.iainkediri.ac.id/805/4/903301309-bab3.pdf · Ibnu Rawwaj, Imām al-Muḥadīth Abū Muḥammad Abdu al-Wahhāb

58

mengganti puasanya, yang berbeda dengan pendapat Mālik sebagai Imam

madhhabnya. Dengan pernyataannya:

أكل أو شرب ناسيا فلا قضاء عليه وإن صومه تامإن من

“Sesungguhnya orang yang makan atau minum karena lupa, maka

tidak wajib baginya menggantinya dan sesungguhnya puasanya

adalah sempurna”.

Bila dicermati dari contoh-contoh penafsiran di atas, di satu sisi

menggambarkan betapa al-Qurtubī banyak mendiskusikan persoalan-

persoalan hukum yang menjadikan tafsir ini termasuk ke dalam jajaran tafsir

yang bercorak hukum. Di sisi lain, dari contoh-contoh tersebut juga terlihat

bahwa al-Qurtubī yang bermadhhab Mālikī ternyata tidak sepenuhnya

berpegang teguh dengan pendapat Imam madhhabnya.

f. Karakteristik Penafsiran al-Qurtubī

Persoalan menarik yang terdapat dalam tafsir ini dan perlu untuk

dicermati adalah pernyataan yang dikemukakan oleh al-Qurtubī dalam

muqaddimah tafsirnya yang berbunyi:

وشرطي في هذا الكتاب : إضافة الأقوال إلى قائليها

والأحاديث إلى مصنفيها فإنه يقال من بركة العلم أن يضاف

.القول إلى قائله

“(Syarat saya dalam kitab ini adalah menyandarkan semua perkataan

kepada orang-orang yang mengatakannya dan berbagai hadis kepada

pengarangnya, karena dikatakan bahwa diantara berkah ilmu adalah

menyandarkan perkataan kepada orang yang mengatakannya)”.17

17 Ibid., 1: 3.

Page 11: BAB III BIOGRAFI IMAM AL QURṬUBĪ DAN KITAB TAFSIR AL JĀMI ...etheses.iainkediri.ac.id/805/4/903301309-bab3.pdf · Ibnu Rawwaj, Imām al-Muḥadīth Abū Muḥammad Abdu al-Wahhāb

59

g. Terpengaruhnya al-Qurtubī oleh Orang-Orang Sebelumnya dan Pengaruh

Qurtubī terhadap Orang-Orang Setelahnya.

1. Terpengaruhnya Imam al-Qurtubī oleh Orang-Orang Sebelumnya.

Seseorang yang memperhatikan dengan seksama kitab tafsir al-

Qurtubī, pasti akan mengetahui bahwa pemikiran al-Qurtubī telah

terpengaruh oleh beberapa ulama` yang hidup sebelumnya, diantaranya

adalah :

a. Ibnu `Atiyyah. Dia adalah al-Qādī Abū Muhammad Abd al-Haqq Ibn

`Atiyyah, penulis kitab al-Muharrar al-Wajīz fī al-Tafsīr. Imam al-

Qurtubī telah mengambil banyak hal darinya, telah terpengaruh

olehnya dan telah meriwayatkan darinya dalam banyak bidang seperti

tafsīr bi al-ma’thūr, qirā’āt, lughah (bahasa arab), nahwu, balāghah,

fiqh, hukum-hukum Islam dan lain sebagainya.

b. Abū Ja’far al-Nuhās. Al-Qurtubī telah terpengaruhi oleh Abū ja’far al-

Nuhās, penulis kitab I’rab al-Qur’ān dan kitab Ma’ānī al-Qur’ān. al-

Qurtubī juga telah meriwayatkan banyak hal darinya.

c. Al-Mawardī. Dia adalah Abū al-Hasan `Ali Ibn Muhammad al-

Mawardī, wafat pada tahun 450 H. Al-Qurtubī telah mengambil

banyak hal darinya, dan telah terpengaruh olehnya serta telah

meriwayatkan darinya.

d. Al-Tabarī. Dia adalah Abū Ja’far Muhammad Ibn Jarīr al-Tabarī,

penulis kitab Jāmi’ al-Bayān fī Tafsīr al-Qur’ān, wafat pada tahun

Page 12: BAB III BIOGRAFI IMAM AL QURṬUBĪ DAN KITAB TAFSIR AL JĀMI ...etheses.iainkediri.ac.id/805/4/903301309-bab3.pdf · Ibnu Rawwaj, Imām al-Muḥadīth Abū Muḥammad Abdu al-Wahhāb

60

310 H. Al-Qurtubī telah mengambil banyak hal darinya dan telah

terpengaruh olehnya, terutama dalam bidang tafsir bi al-ma’thūr.

e. Abū Bakar Ibn al-`Arabī. Dia adalah penulis kitab Ahkām al-Qur’ān,

wafat pada tahun 543 H. Al-Qurtubī telah belajar darinya, berdebat

dengannya dan telah membantah serangan-serangan (kritikan-

kritikan)nya terhadap para ahli fiqih dan ulama`.

2. Pengaruh al-Qurtubī terhadap Orang-Orang Setelahnya.

Para mufassir yang hidup setelah al-Qurtubī telah terpengaruh oleh

kitab tafsirnya. Mereka telah mengambil manfaat serta belajar banyak hal

darinya. Di antara mereka adalah :

a. Al-Hāfiz Ibnu Kathīr. Dia adalah Imādu al-Dīn Abū al-Fida’ Ismā’il

Ibn `Amru Ibn Kathīr, wafat pada tahun 774 H. Dalam menulis kitab

tafsirnya, Ibnu Kathīr telah terpengaruh oleh al-Qurtubī. Dia juga

telah meriwayatkan banyak perkataan dari al-Qurtubī tetapi secara

ma`nawīy, yaitu hanya pengertiannya saja dan tidak persis dalam

teks aslinya. Akan tetapi dalam sebagian masalah, Ibnu Kathīr

mendebat dan mengomentari pendapat-pendapat al-Qurtubī.

b. Abū Hayyān al-Andalusī al-Gharnatī dalam kitab tafsirnya yang

berjudul al-Bahr al-Muhīt, wafat pada tahun 754 H.

c. Al-Shaukānī. Dia adalah al-Qādī al-Allāmah Muhammad Ibn Ali Ibn

Muhammad al-Shaukānī, wafat pada tahun 1255 H. dia telah belajar

dari al-Qurtubī serta telah meriwayatkan darinya.18

18 Al-Qurtubī, al-Jāmi’ li Ahkāmi al-Qur`ān , terj. Ibrahim al-Isnawi, 19-20.