APLIKASI PENDEKATAN NVIVO DALAM ANALISIS DETERMINASI ...

12
43 APLIKASI PENDEKATAN NVIVO DALAM ANALISIS DETERMINASI FAKTOR ADOPSI PETANI TERHADAP SISTEM INFORMASI KALENDER TANAM TERPADU Application of the Nvivo Approach in the Analysis of Farmer Adoption Determination Factors on the Integrated Planting Calendar Information System Abdul Aziz 1 , Pudji Muljono 2 , Irsal Las 3 , Retno Sri Hartati Mulyandari 4 1 Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian/Mahasiswa pascasarjana IPB Jl. Ragunan No. 29 Pasarminggu, Jakarta Selatan 2 Jurusan Komunikasi Pembangunan Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Jl. Kamper, Kampus IPB Darmaga, Bogor 3 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Jl. Tentara Pelajar, Cimanggu-Bogor 4 Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian, Jl. Ir. H. Juanda No. 20 Bogor Telp. (021) 7806202, Fax. (021) 780 0644 E-mail: [email protected] (Makalah diterima, 08 Januari 2020 – Disetujui, 05 Juni 2020) ABSTRAK Pemerintah melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), Kementerian Pertanian, telah menghasilkan inovasi berbasis teknologi informasi (TI) yang dapat menentukan waktu tanam, pola tanam, varietas, dan rekomendasi pemupukan yang tepat. Inovasi tersebut dipopulernakan dengan nama Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu (SI Katam Terpadu). SI Katam Terpadu telah disebarluaskan kepada para stakeholder dan pengguna akhir. Evaluasi terhadap sosialisasi dan adopsi SI Katam Terpadu sudah sering dilakukan oleh beberapa unit kerja penelitian di jajaran Balitbangtan. Namun implementasi dan umpan balik yang diharapkan dari petani belum masif. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian dan analisis faktor yang mempengaruhi tingkat adopsi SI Katam Terpadu oleh petani. Kajian dilakukan dengan pendekatan kualitatif, dengan mengamati 11 artikel atau berita tentang SI Katam Terpadu dari website dan internet secara acak. Kesebelas artikel tersebut diolah dan dianalisis menggunakan aplikasi Nvivo 11. Hasil kajian menunjukkan terdapat faktor yang berpengaruh tinggi terhadap adopsi SI Katam Terpadu, yaitu diseminasi oleh PPL, kemudahan akses dan impelementasi, dan keunggulan SI Katam Terpadu itu sendiri. Faktor yang berpengaruh sedang yaitu akurasi data SI KatamTerpadu. Sementara faktor yang berpengaruh rendah yaitu dukungan lingkungan, SI Katam Terpadu sebagai media informasi bagi petani, kesesuaian informasi, dukungan pemerintah, peningkatan produksi, ikon SI KatamTerpadu, dan ketersediaan logistik. Kata kunci: kalender tanam, adopsi inovasi, Nvivo ABSTRACT Indonesian Agency for Agricultural Research and Development (IAARD), Ministry of Agriculture, has produced IT-based innovations that can regulate cropping patterns, variety selection, and fertilizer recommendations, namely the Integrated Cropping Calendar Information System (ICCIS) as an adaptation to climate change. ICCIS has been disseminated to stakeholders and end users. Evaluation of the socialization and adoption of the ICCIS has often been carried out by the IAARD. However, the implementation and feedback expected from farmers is not yet massive. Therefore, it is necessary to study and analyze the factors that influence the level of adoption of ICCIS by farmers. This study was conducted using a qualitative approach, by observing 11 articles or news about ICCIS from the websites and the internet at random. The eleven articles were processed and analyzed using the Nvivo 11 application. The results of the study showed that there were factors that hade a high influence on the adoption of the ICCIS, namely dissemination of the ICCIS by agricultural extension, ease of access and implementation, and the advantages of the ICCIS. The factor that has moderate effect is the accuracy of the ICCIS data. While the factors that have low influence are environmental support, ICCIS as a medium of information for farmers, conformity of information, government support, increased production, ICCIS icon, and availability of logistics. Key words: cropping calendar, adoption of innovation, Nvivo

Transcript of APLIKASI PENDEKATAN NVIVO DALAM ANALISIS DETERMINASI ...

Page 1: APLIKASI PENDEKATAN NVIVO DALAM ANALISIS DETERMINASI ...

43

APLIKASI PENDEKATAN NVIVO DALAM ANALISIS DETERMINASI FAKTOR ADOPSI PETANI TERHADAP SISTEM INFORMASI KALENDER TANAM TERPADU

Application of the Nvivo Approach in the Analysis of Farmer Adoption Determination Factors on the Integrated Planting Calendar Information System

Abdul Aziz1, Pudji Muljono2, Irsal Las3, Retno Sri Hartati Mulyandari4

1Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian/Mahasiswa pascasarjana IPB Jl. Ragunan No. 29 Pasarminggu, Jakarta Selatan

2Jurusan Komunikasi Pembangunan Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Jl. Kamper, Kampus IPB Darmaga, Bogor 3Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Jl. Tentara Pelajar, Cimanggu-Bogor

4Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian, Jl. Ir. H. Juanda No. 20 Bogor Telp. (021) 7806202, Fax. (021) 780 0644

E-mail: [email protected]

(Makalah diterima, 08 Januari 2020 – Disetujui, 05 Juni 2020)

ABSTRAK

Pemerintah melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), Kementerian Pertanian, telah menghasilkan inovasi berbasis teknologi informasi (TI) yang dapat menentukan waktu tanam, pola tanam, varietas, dan rekomendasi pemupukan yang tepat. Inovasi tersebut dipopulernakan dengan nama Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu (SI Katam Terpadu). SI Katam Terpadu telah disebarluaskan kepada para stakeholder dan pengguna akhir. Evaluasi terhadap sosialisasi dan adopsi SI Katam Terpadu sudah sering dilakukan oleh beberapa unit kerja penelitian di jajaran Balitbangtan. Namun implementasi dan umpan balik yang diharapkan dari petani belum masif. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian dan analisis faktor yang mempengaruhi tingkat adopsi SI Katam Terpadu oleh petani. Kajian dilakukan dengan pendekatan kualitatif, dengan mengamati 11 artikel atau berita tentang SI Katam Terpadu dari website dan internet secara acak. Kesebelas artikel tersebut diolah dan dianalisis menggunakan aplikasi Nvivo 11. Hasil kajian menunjukkan terdapat faktor yang berpengaruh tinggi terhadap adopsi SI Katam Terpadu, yaitu diseminasi oleh PPL, kemudahan akses dan impelementasi, dan keunggulan SI Katam Terpadu itu sendiri. Faktor yang berpengaruh sedang yaitu akurasi data SI KatamTerpadu. Sementara faktor yang berpengaruh rendah yaitu dukungan lingkungan, SI Katam Terpadu sebagai media informasi bagi petani, kesesuaian informasi, dukungan pemerintah, peningkatan produksi, ikon SI KatamTerpadu, dan ketersediaan logistik.

Kata kunci: kalender tanam, adopsi inovasi, Nvivo

ABSTRACT

Indonesian Agency for Agricultural Research and Development (IAARD), Ministry of Agriculture, has produced IT-based innovations that can regulate cropping patterns, variety selection, and fertilizer recommendations, namely the Integrated Cropping Calendar Information System (ICCIS) as an adaptation to climate change. ICCIS has been disseminated to stakeholders and end users. Evaluation of the socialization and adoption of the ICCIS has often been carried out by the IAARD. However, the implementation and feedback expected from farmers is not yet massive. Therefore, it is necessary to study and analyze the factors that influence the level of adoption of ICCIS by farmers. This study was conducted using a qualitative approach, by observing 11 articles or news about ICCIS from the websites and the internet at random. The eleven articles were processed and analyzed using the Nvivo 11 application. The results of the study showed that there were factors that hade a high influence on the adoption of the ICCIS, namely dissemination of the ICCIS by agricultural extension, ease of access and implementation, and the advantages of the ICCIS. The factor that has moderate effect is the accuracy of the ICCIS data. While the factors that have low influence are environmental support, ICCIS as a medium of information for farmers, conformity of information, government support, increased production, ICCIS icon, and availability of logistics.

Key words: cropping calendar, adoption of innovation, Nvivo

Page 2: APLIKASI PENDEKATAN NVIVO DALAM ANALISIS DETERMINASI ...

44

Informatika Pertanian, Vol. 29 No.1, Juni 2020 : 43 - 54

PENDAHULUAN

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak terhadap perubahan peradaban manusia. Pekerjaan yang semula dilakukan secara manual sekarang menggunakan teknologi digital seperti aplikasi berbasis komputer. Melalui dukungan teknologi digital diperoleh banyak kemudahan dan inovasi. Teknologi digital juga berdampak pada kecepatan dan efisiensi pekerjaan, terutama dalam pengelolaan dan analisis data penelitian, baik bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Salah satu teknologi yang digunakan dalam mengolah dan menganalisis data kualitatif adalah aplikasi Nvivo. Teknologi ini dapat mengelola dan menganalisis data kualitatif dari berbagai sumber seperti hasil wawancara, diskusi terfokus, dan secondary source (buku, laporan hasil penelitian, dokumen-dokumen sejarah, artikel-artikel jurnal, konten website, berita online, prosiding konferensi, memos, catatan lapangan, anotasi bibliografi, dan bahkan jurnal harian peneliti).

Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu (SI Katam Terpadu) merupakan salah satu inovasi teknologi yang dihasilkan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) dan telah disosialisasikan. Bahkan teknologi ini sudah dimanfaatkan untuk penentuan waktu tanam, pola tanam, pemilihan varietas, dan rekomendasi pemupukan (Sarwani dan Syahbuddin, 2013). SI Katam Terpadu memberikan informasi tentang kondisi musim tanam ke depan. Bentuk rekomendasi SI Katam Terpadu meliputi informasi awal waktu tanam, wilayah rawan bencana banjir, kekeringan, organisme pengganggu tanaman (OPT), varietas, benih, dan pemupukan berimbang (Runtunuwu et al., 2013). SI Katam Terpadu telah berkembang dari yang sebelumnya berbasis konvensional, yaitu Atlas Katam yang telah dikembangkan menjadi berbasis teknologi informasi dalam bentuk desktop, web, sms center, dan android. Pengembangan aplikasi ini mempermudah mengakses data dan informasi dari berbagai sumber. Kemudahan pengguna untuk mengakses data SI Katam Terpadu diharapkan dapat membantu petani menghindari kegagalan panen akibat perubahan iklim (Ramadhani et al., 2015).

SI Katam Terpadu perlu disosialisasikan kepada penyuluh pertanian dan petani melalui lembaga yang berperan mendiseminasikan hasil penelitian, yaitu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia. BPTP mempunyai tugas pokok melaksanakan pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi. Salah satu fungsi BPTP adalah sebagai pelaksana pengembangan teknologi dan diseminasi hasil pengkajian serta perakitan materi

penyuluhan. Selain itu BPTP juga berperan melakukan kerja sama, penyiapan informasi dan dokumentasi, serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil pengkajian dan pengembangan teknologi tepat guna spesifik lokasi (Kementan, 2013).

Diseminasi SI Katam Terpadu kepada penyuluh pertanian dan petani berdampak pada penerapan teknologi tersebut. Di tingkat penyuluh pertanian, penerapan SI KatamTerpadu sudah cukup baik dan telah digunakan sebagai materi penyuluhan kepada petani. Namun belum semua petani yang mengetahui dan menerapkan SI KatamTerpadu (Yulianti et al. 2016). Tingkat adopsi SI Katam di Cimanuk, Pandeglang, Banten, sangat bervariasi (Surachmanto et al. 2019). Hal ini disebabkan oleh banyaknya petani yang belum mengetahui dan mendapatkan penyuluhan tentang SI KatamTerpadu (Azmi et al. 2019).

Rendahnya adopsi SI Katam Terpadu disebabkan oleh beberapa faktor. Evaluasi terhadap sosialisasi dan adopsi inovasi SI Katam Terpadu sudah sering dilakukan. Namun umpan balik yang diharapkan dari pelaku usaha tani, khususnya petani, belum terlihat. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis terhadap faktor yang mempengaruhi tingkat adopsi SI Katam Terpadu oleh petani.

Penelitian tentang factor yang mempengaruhi adopsi SI Katam Terpadu sudah dilakukan dengan berbagai metode. Akbar et al. (2018), misalnya, melakukan penelitian tentang faktor yang berpengaruh terhadap keputusan petani dalam mengadopsi SI Katam Terpadu di Gunung Kidul dengan metode deskriptif kuantitatif dan uji regresi linier berganda. Azmi et al, (2019) juga melakukan penelitian yang sama di Riau menggunakan metode kuantitatif dan analisis statistik deskriptif serta uji statistik inferensia. Penelitian tentang analisis adopsi SI Katam Terpadu di Cimanuk Banten menggunakan metode kualitatif dan analisis deskriptif (Surachmanto et al., 2019). Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi tingkat adopsi SI Katam Terpadu dengan metode kualitatif dan analisis menggunakan aplikasi Nvivo.

BAHAN DAN METODE

Kajian dilakukan pada tahun 2018 di wilayah Sumatera Utara dan NTB dengan pendekatan kualitatif berdasarkan fenomena sosial. Pada pendekatan kualitatif, penelitian akan menghasilkan data deskriptif berupa pernyataan tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang diamati (Burhanuddin, 2013). Bahan yang digunakan untuk dianalisis ialah berita mengenai SI Katam Terpadu yang telah dipublikasikan melalui internet. Pencarian

Page 3: APLIKASI PENDEKATAN NVIVO DALAM ANALISIS DETERMINASI ...

45

Aplikasi Pendekatan Nvivo dalam Analisis Determinasi Faktor Adopsi Petani Terhadap Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu

(Abdul Aziz, Pudji Muljono, Irsal Las, Retno Sri Hartati Mulyandari)

artikel menggunakan kata kunci SI KatamTerpadu. Untuk mendapatkan hasil analisis yang maksimal dari kumpulan berita tersebut, kajian ini diperkuat dengan melakukan Focus Group Discussion (FGD).

Artikel dianalisis secara khusus yang berkaitan dengan tingkat adopsi petani terhadap SI Katam Terpadu. Sejumlah 11 artikel diperoleh dari internet secara acak. Artikel tersebut bersumber dari beberapa situs web, antara lain https://www.pertanianku.com (satu artikel), http://kaltim.litbang.pertanian.go.id (empat artikel), http://tabloidsinartani.com (empat artikel), http://www.epetani.com (satu artikel), dan http://jakarta.litbang.pertanian.go.id (satu artikel).

Kesebelas artikel diolah dan dianalisis dengan aplikasi Nvivo 11. Nvivo 11 adalah program komputer untuk mengumpulkan bahan-bahan penelitian dan membantu analissis (seperti Atlas TI, Deedoos, dll.). Nvivo 11 tidak seperti aplikasi untuk mengolah data statistik yang akan menghitung angka-angka untuk peneliti, meskipun sekarang ditambah dengan kemampuan analisis statistik. Dalam penelitian kualitatif, peneliti memperkirakan dan memastikan hubungan antaraspek. Artinya Nvivo hanya alat untuk membantu peneliti dalam menganalisis data penelitian. Alat ini dirancang khusus untuk penelitian kualitatif dan mengikuti perkembangan mutakhir sehingga memiliki beberapa kemampuan khusus (Saputro, 2012). Tahapan analisis data menggunakan Nvivo dapat dilihat pada Gambar 1.

Tahap pertama dalam analisis data kualitatif yaitu memasukkan 11 artikel yang diperoleh sesuai dengan topik yang akan dibahas ke dalam aplikasi Nvivo 11. Kesebelas artikel tersebut yaitu: 1) Yuk Lihat Kalender TanamTerpadu 2016 (sumber: https://www.pertanianku.com/), 2) Dukungan Katam dalam Peningkatan Produksi Tanaman Pangan, 3) Hadapi Musim Hujan, BPTP Kaltim

Sosialisasikan Katam Terpadu Musim Hujan, 4) Kurangi Risiko Gagal Panen melalui Katam, 5) Optimalkan Budi Daya Pertanian dengan Katam (sumber artikel nomor 2-5: http://kaltim.litbang.pertanian.go.id), 6) Mau Tanam? Lihat Katam Versi Baru, 7) Katam dan Modis, Alat Terkini Pencapai Kedaulatan Pangan, 8) Akurasi Katam Masih Rendah, 9) Katam Terpadu, Siasati Perubahan Iklim (sumber artikel nomor 6-9: http://tabloidsinartani.com/content/) , 10) Kalender Tanam Terpadu (Katam) sebagai Solusi Petani Padi (Sumber: http://www.epetani.com), dan 11) Sosialisasi Katam Terpadu di BPP Sukapura (sumber: http://jakarta.litbang.pertanian.go.id/).

Tahap kedua yaitu membuat node atau variabel yang sesuai dengan topik pembahasan. Node merupakan tempat untuk menampung dan menyimpan ide yang ingin dituju dan berfungsi mempermudah pengkodean.

Tahap ketiga, melakukan pengkodean yang merupakan hal terpenting untuk memilah kata dan kalimat yang sesuai dengan node atau variabel dimaksud. Pengkodean merupakan proses dimana penulis dapat menominasikan bagian tertentu dari data sumber untuk dihubungkan dengan sebuah node.

Tahap keempat, membuat matriks relasi antarnode yang dikehendaki atau sesuai dengan topik yang akan dibahas. Hasil dari matriks relasi adalah keterkaitan antarnode yang dipilih dan bersumber dari berbagai artikel yang telah dimasukkan ke dalam Nvivo 11. Relasi dari matrik berbentuk kalimat-kalimat yang sesuai dengan topik yang akan dibahas.

Tahap kelima, membuat memo yang berfungsi menyimpan faktor yang mempengaruhi hubungan antarnode. Faktor tersebut diperoleh dari hasil matriks relasi antarnode yang diasumsikan dapat menjadi faktor yang mempengaruhi hubungan antarnode.

Gambar 1. Alur analisis data menggunkan aplikasi Nvivo 11

Page 4: APLIKASI PENDEKATAN NVIVO DALAM ANALISIS DETERMINASI ...

46

Informatika Pertanian, Vol. 29 No.1, Juni 2020 : 43 - 54

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengolahan data artikel atau berita yang bersumber dari website dimulai dengan tahapan memasukkan data artikel ke dalam aplikasi Nvivo 11 (Gambar 2). Setiap artikel dari website ditransfer menjadi format dokumen yang masing-masing disimpan menjadi file dokumen (*.doc).

Artikel yang sudah masuk ke aplikasi Nvivo 11 selanjutnya dibuatkan node dan subnode. Node merupakan variabel yang dibuat sesuai kebutuhan untuk mendapatkan factor yang mempengaruhi adopsi SI Katam Terpadu. Indikator yang menggambarkan suatu node dapat dibuat sebagai subnode. Hasil pembuatan node dapat dilihat pada Gambar 3.

Penentuan node dan subnode didasarkan pada teks dalam artikel yang diperkirakan dapat mempengaruhi adopsi SI Katam Terpadu. Dalam kajian ini, node yang dibuat terdiri atas 11 node dan 16 subnode sebagai

indikator node. Node dan subnode dapat dilihat pada Tabel 1.

Node dan subnode yang telah dibuat kemudian dikodefikasi dengan cara memilih teks pada artikel untuk dimasukkan ke dalam node yang relevan. Hasil pengkodean dapat dilihat pada Gambar 4. Node yang sudah terisi teks artikel yang sudah dikodefikasi direlasikan dengan node yang lain untuk mendapatkan factor yang mempengaruhi adopsi SI KatamTerpadu. Faktor tersebut dibuat dalam bentuk matrik relasi antarnode (Gambar 5).

Faktor yang Mempengaruhi Adopsi SI Katam Terpadu

Hasil pengolahan dan analisis data menggunakan matrik relasi antarnode dengan aplikasi Nvivo 11 ialah berupa faktor yang mempengaruhi adopsi SI Katam Terpadu dengan intensitas tinggi, sedang, dan rendah

Gambar 2. Artikel-artikel yang sudah dimasukkan ke apikasi Nvivo 11

Gambar 3. Pembuatan node

Page 5: APLIKASI PENDEKATAN NVIVO DALAM ANALISIS DETERMINASI ...

47

Aplikasi Pendekatan Nvivo dalam Analisis Determinasi Faktor Adopsi Petani Terhadap Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu

(Abdul Aziz, Pudji Muljono, Irsal Las, Retno Sri Hartati Mulyandari)

Tabel 1 Node dan subnode dalam adopsi SI Katam Terpadu

Node dan subnode1: Akurasi data SI Katam TerpaduKebaruan SI Katam TerpaduKetidakakuratan data Monitoring dan verifikasi data lapangan2: Diseminasi SI Katam Terpadu oleh PPL3: Dukungan lingkunganPenurunan jumlah hujan Rawan banjir dan kekeringan4: Dukungan PemerintahKemitraan Balitbangtan dengan instansi lain Luas tanam meningkat Surat instruksi ke Pemda5: Ikon SI Katam Terpadu6: Katam sebagai media petani7: Kemudahan SI KatamTerpadu8: Kesesuaian informasiVarietas sesuai dengan tipe lahan dan iklim9: Ketersediaan logistikKelangkaan pupukVarietas Ciherang mendominasi10: Keunggulan SI Katam TerpaduEfektivitas pupuk dan pestisida hayatiRekomendasi varietas padi SI KatamTerpadu dapat mengantisipasi masa tanam11: Peningkatan produksiProduktivitas meningkat Target produksi 73 juta ton padi12 :Adopsi SI Katam Terpadu

Gambar 4. Hasil pengkodean artikel yang masuk ke aplikasi Nvivo 11

Page 6: APLIKASI PENDEKATAN NVIVO DALAM ANALISIS DETERMINASI ...

48

Informatika Pertanian, Vol. 29 No.1, Juni 2020 : 43 - 54

maupun faktor yang tidak berpengaruh. Penentuan faktor yang mempengaruhi adopsi SI Katam Terpadu dilakukan dengan membuat matrik relasi antarnode. Semua node dan subnode direlasikan dengan adopsi SI KatamTerpadu. Matrik tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.

Dari Tabel 2 dapat diketahui faktor yang berpengaruh terhadap adopsi SI Katam Terpadu. Secara berurutan terlihat faktor diseminasi oleh PPL, kemudahan akses dan implementasi, dan penentuan waktu tanam mempunyai pengaruh yang tinggi terhadap adopsi SI KatamTerpadu. Faktor diseminasi oleh PPL mempunyai nilai tujuh atau tertinggi dibandingkan dengan faktor lain. Artinya terdapat tujuh acuan yang sesuai dengan adopsi SI Katam Terpadu. Demikian juga faktor kemudahan akses dan implementasi serta faktor penentuan waktu tanam dengan lima acuan adopsi. Faktor kebaruan data SI Katam Terpadu mempunyai pengaruh yang sedang terhadap adopsi karena mempunyai empat nilai acuan. Nilai empat pada faktor ini merupakan nilai tengah antara satu dan tujuh, sehingga termasuk katagori sedang. Faktor penurunan jumlah hujan, SI Katam Terpadu sebagai media informasi bagi petani,varietas

yang sesuai dengan tipe lahan dan iklim, monitoring dan verifikasi data lapangan, kemitraan Balitbangtan dengan instansi lain, produktivitas meningkat, kerawanan banjir dan kekeringan, luas tanam meningkat, serta efektivitas pupuk dan pestisida hayati mempunyai pengaruh yang rendah terhadap adopsi. Hal ini karena nilai acuan yang dimiliki oleh faktor-faktor tersebut di bawah nilai tengah atau di bawah empat.

Faktor yang mempengaruhi adopsi SI Katam Terpadu kemudian dituangkan ke dalam bentuk bagan atau diagram. Diagram berfungsi untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi adopsi SI Katam Terpadu secara visual, sehingga lebih mudah dimengerti. Faktor yang mempengaruhi adopsi SI KatamTerpadu dapat dilihat pada Gambar 6.

Berdasarkan pembuatan node seperti yang terlihat pada Tabel 1, faktor yang dihasilkan dari analisis menggunakan aplikasi Nvivo 11 seperti yang terlihat pada Gambar 6 dikelompokkan menjadi sembilan faktor utama, yaitu diseminasi oleh PPL, keunggulan sistem (SI Katam Terpadu dapat menentukan waktu tanam, efektivitas pupuk dan pestisida), kemudahan

Gambar 5 Matrik relasi antarnode (row dan colom) dalam adopsi SI Katam Terpadu

Tabel 2. Matriks hubungan antarnode dengan node adopsi SI Katam Terpadu

Uraian Nilai adopsi SI Katam Terpadu Tingkat pengaruh

1: Diseminasi SI Katam oleh PPL 7 Tinggi2: Kemudahan SI KatamTerpadu 5 Tinggi3: SI KatamTerpadu dapat mengantisipasi masa tanam 5 Tinggi4: Kebaruan SI Katam Terpadu 4 Sedang5: Penurunan jumlah hujan 3 Rendah6: Katam Terpadu sebagai media informasi petani 3 Rendah7: Varietas sesuai dengan tipe lahan dan iklim 3 Rendah8: Monitoring dan verifikasi data lapangan 2 Rendah9: Kemitraan Balitbangtan dengan instansi lain 2 Rendah10: Produktivitas meningkat 2 Rendah11: Rawan banjir dan kekeringan 1 Rendah12: Luas tanam meningkat 1 Rendah13: Efektivitas pupuk dan pestisida hayati 1 Rendah

Page 7: APLIKASI PENDEKATAN NVIVO DALAM ANALISIS DETERMINASI ...

49

Aplikasi Pendekatan Nvivo dalam Analisis Determinasi Faktor Adopsi Petani Terhadap Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu

(Abdul Aziz, Pudji Muljono, Irsal Las, Retno Sri Hartati Mulyandari)

akses dan implementasi, akurasi data (kebaruan data SI KatamTerpadu, monitoring dan verifikasi data lapang), dukungan lingkungan (penurunan jumlah hujan, rawan banjir dan kekeringan), SI Katam Terpadu sebagai media informasi bagi petani, kesesuaian informasi (varietas sesuai dengan tipe lahan dan iklim), dukungan pemerintah (Kemitraan Balitbangtan dengan instansi lain, luas tanam meningkat), dan peningkatan produksi (produktivitas meningkat).

Pengaruh Faktor Diseminasi oleh PPL terhadap Adopsi SI KatamTerpadu

Diseminasi oleh PPL merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi adopsi SI Katam Terpadu. Hal ini menunjukkan pentingnya diseminasi yang dilakukan PPL. Lambrecht et al. (2014) menyatakan penyampaian informasi dan penyuluhan secara terus menerus sangat penting untuk meningkatkan kesadaran petani akan suatu teknologi. Sebagai fasilitator, PPL harus menyampaikan informasi kepada petani dan mendampingi petani dalam menerapkannya di lapangan. Berdasarkan artikel yang diolah dengan aplikasi Nvivo 11, diseminasi SI Katam Terpadu oleh PPL mempunyai nilai relasi yang tinggi terhadap adopsi inovasi seperti yang terlihat pada Tabel 2. Namun diseminasi oleh PPL belum masif. Pada sebagian wilayah, PPL jarang memberikan penyuluhan kepada petani terkait SI Katam Terpadu (Azmi et al. 2019). Namun di wilayah lain seperti di Pandeglang, Banten, PPL sudah menyebarluaskan SI Katam Terpadu kepada petani (Surachmanto et al. 2019). Jika mengacu pada Rogers (2003), tingkat adopsi inovasi dipengaruhi oleh waktu, artinya pada waktu tertentu pengguna akan mengadopsi teknologi. Oleh sebab itu, diseminasi SI Katam Terpadu harus terus menerus dilakukan untuk mengingatkan petani akan pentingnya teknologi tersebut dalam meningkatkan produksi.

Diseminasi SI Katam Terpadu oleh PPL melalui sosialisasi secara tatap muka. Beberapa artikel yang

diolah dalam kajian ini mengungkapkan diseminasi dilakukan dengan mengumpulkan petani dan memberikan sosialisasi. Sebagian besar petani mendapatkan SI Katam Terpadu melalui penyuluhan dari PPL maupun dari petani lain dan rapat kelompok tani yang diselenggarakan sebulan sekali (Akbar et al., 2018). Menyitir pernyataan Solihat (2008), sosialisasi adalah proses penyampaian pesan yang memakan waktu cukup panjang dari pemberi pesan (komunikator) kepada penerima pesan (komunikan) agar terjadi proses internalisasi.

Kegiatan sosialisasi oleh PPL kepada petani dilakukan secara interpersonal maupun kelompok. Semakin sering dan berkesinambungan sosialisasi semakin tinggi komitmen penerima sosialisasi (Rumangkit, 2016). Kegiatan sosialisasi dan diseminasi berdampak terhadap wawasan dan pengetahuan petani. Dalam hal ini antara lain tentang perubahan iklim dan teknologi SI Katam Terpadu untuk adaptasi perubahan iklim. Sosialisasi SI Katam Terpadu dengan intensitas tinggi diharapkan mendorong timbulnya rasa ingin tahu petani mencoba dan menerapkan teknologi tersebut. Pada beberapa artikel yang dianalisis dengan aplikasi Nvivo 11 diketahui sosialisasi SI Katam Terpadu dilakukan secara berjenjang dari BPTP dan Tim GugusTugas Katam kepada Pemerintah Daerah, Balai Penyuluh Pertanian, dan PPL setempat yang kemudian diteruskan kepada petani. Hal ini mengindikasikan sosialisasi dilakukan secara terstruktur sehingga penyampaian informasi cenderung satu arah. Penyampaian informasi dengan cara satu arah akan menyulitkan memperoleh umpan balik yang diperlukan untuk mengetahui tingkat penerimaan atau penolakan informasi tersebut.

Pengaruh Faktor Keunggulan SI Katam Terpadu terhadap Adopsi

Keunggulan SI Katam Terpadu diindikasikan oleh kemampuannya dalam menentukan waktu tanam serta efektivitas penggunaan pupuk dan pestisida hayati

Gambar 6. Faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi SI Katam Terpadu

Page 8: APLIKASI PENDEKATAN NVIVO DALAM ANALISIS DETERMINASI ...

50

Informatika Pertanian, Vol. 29 No.1, Juni 2020 : 43 - 54

(Tabel 2). Hal ini mencerminkan SI Katam Terpadu dapat memprediksi waktu tanam yang tepat sehingga dapat mengantisipasi kegagalan panen. Menurut Farmanta dan Nurmegawati (2014), salah satu keunggulan SI Katam Terpadu adalah dapat menentukan jadwal dan pola tanam selama satu tahun di suatu wilayah. Penyesuaian waktu dan pola tanam merupakan upaya strategis mengurangi atau menghindari dampak perubahan iklim akibat pergeseran musim dan perubahan pola curah hujan terhadap produksi komoditas pertanian, dalam hal ini padi.

Peta kalender tanam disusun berdasarkan kondisi pola tanam petani dengan tiga skenario kejadian iklim, yaitu tahun basah, tahun normal, dan tahun kering. Dengan demikian, petani lebih mudah menentukan jadwal dan pola tanam yang didasarkan pada rekomendasi SI Katam Terpadu. Petani tidak perlu lagi menghitung dengan cara lama, mereka cukup memanfaatkan SI Katam Terpadu dalam menentukan masa tanam yang tepat.

Efektivitas penggunaan pupuk dan pestisida hayati dalam SI Katam Terpadu dapat mempengaruhi tingkat adopsi karena berdampak terhadap kelestarian lingkungan. Penggunaan pupuk merupakan salah satu rekomendasi yang ditawarkan SI Katam Terpadu kepada petani. Penggunaan pupuk yang efektif, efisien, dan memberikan hasil maksimal menarik bagi petani untuk menggunakan. Fahri (2017) mengemukakan penggunaan pupuk sesuai rekomendasi SI Katam Terpadu meningkatkan hasil 67% . Fahri et al. (2018) menyatakan pula pemupukan sesuai rekomendasi SI Katam Terpadu menghasilkan gabah 7,7 t/ha yang sebelumnya yaitu 3,35 t/ha (Fahri et al., 2019).

Selain penggunaan pupuk, pengendalian hama dan penyakit juga menjadi salah satu daya tarik bagi petani untuk mengadopsi SI Katam Terpadu. Petani umumnya menggunakan pestisida kimia untuk mengendalikan hama dan penyakit yang dapat mencemari lingkungan. SI Katam Terpadu lebih mengutamakan penggunaan pestisida hayati untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Informasi pengendalian hama dan penyakit tanaman diperlukan petani untuk mengatasi kegagalan panen. Oleh karena itu, efektivitas penggunaan pestisida menjadi salah satu referensi bagi petani dalam mengadopsi SI Katam Terpadu.

Pengaruh Faktor Kemudahan SI KatamTerpadu terhadap Adopsi

Pada dasarnya manusia menginginkan kemudahan dalam melakukan aktivitas untuk mencapai tujuan tertentu. Rahman dan Dewantara (2017) menyatakan kemudahan penggunaan teknologi akan mengurangi waktu dan tenaga dalam melakukan kegiatan. Kemudahan penerapan sistem informasi yang dibangun akan mempengaruhi kecepatan mengakses data dan informasi (Runtunuwu et al., 2012). Petani juga menginginkan

kemudahan dan keberhasilan dalam berusaha tani. Kemudahan mengakses dan memberikan umpan balik atas penerapan SI Katam Terpadu mempengaruhi petani dalam mengadopsi teknologi yang direkomendasikan. Petani akan mengadopsi SI Katam Terpadu apabila berhadapan dengan berbagai masalah budi daya di lapangan dan mereka dapat dengan mudah berkonsultasi dengan para ahli yang menguasai teknologi untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Kemudahan SI Katam Terpadu dipengaruhi oleh layanan umpan balik yang mudah diakses seperti SMS dengan telepon seluler atau berdiskusi dengan pakar yang menguasai teknologi untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi. Ramadhani et al. (2015) menyatakan kemudahan mengakses teknologi SI Katam Terpadu melalui beberapa saluran komunikasi diharapkan dapat mengatasi kegagalan panen akibat perubahan iklim.

SI Katam Terpadu harus mudah diakses pengguna karena penyuluh di lapangan tidak semuanya menguasai teknologi. Teknologi yang diinginkan penyuluh adalah teknologi yang sederhana dan terjangkau. Oleh karena itu, perlu diupayakan agar SI Katam Terpadu dapat dengan mudah diakses serta memuat data dan informasi yang uptodate. Secara tidak langsung SI Katam Terpadu menjadi kamus kecil bagi penyuluh sehingga penyajian teknologi yang diintroduksikan dirancang lebih sederhana dan mudah diakses. Keberhasilan teknologi adalah apabila dimanfaatkan dan efektif mengatasi masalah yang dihadapi pengguna. Jika SI Katam Terpadu mudah diakses dan efektif, pengguna akan memanfaatkan teknologi inovatif tersebut.

Pengaruh Faktor Akurasi Data SI Katam Terpadu terhadap Adopsi

Akurasi data SI Katam Terpadu dapat diketahui melalui monitoring dan verifikasi di lapangan secara berkelanjutan. Artinya keakuratan data SI Katam Terpadu menjadi salah satu faktor yang dapat meningkatkan pemanfaatan SI Katam Terpadu. Semakin tinggi keakuratan data SI Katam Terpadu semakin tinggi pula kepercayaan petani sehingga mereka diharapkan mengadopsi rekomendasi teknologi SI Katam Terpadu. Monitoring dan verifikasi data dilakukan dengan dukungan satelit MODIS (Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer) dan pengawalan standing crop. MODIS merupakan satelit milik NASA yang memiliki resolusi 0,25 x 0,25 km per pixel untuk mendapatkan penampilan citra yang diinginkan. Sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari perencanaan pembanguan pertanian, citra MODIS dapat digunakan untuk melihat kondisi pertumbuhan tanaman padi pada saat penggenangan, saat berumur 0-21 hari setelah tanam - HST (fase vegetatif 1), 22-42 HST (fase vegetatif 2), 43-70 HST (fase generatif 1), 71-110 HST (fase generatif 2), dan saat panen (Balitbangtan, 2015). Standing crop menyediakan informasi luas tanam padi

Page 9: APLIKASI PENDEKATAN NVIVO DALAM ANALISIS DETERMINASI ...

51

Aplikasi Pendekatan Nvivo dalam Analisis Determinasi Faktor Adopsi Petani Terhadap Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu

(Abdul Aziz, Pudji Muljono, Irsal Las, Retno Sri Hartati Mulyandari)

di lahan sawah pada fase pertumbuhan (fase vegetatif 1, fase vegetatif 2, fase generatif 1, fase generatif 2) di setiap kecamatan di Indonesia berdasarkan citra MODIS (Ramadhani et al., 2015). Kedua faktor ini mempengaruhi sistem monitoring dan verifikasi data di lapangan.

SI Katam Terpadu merupakan pedoman atau alat bantu yang memberikan informasi spasial dan tabular mengenai prediksi musim, awal tanam, pola tanam, luas tanam potensial, wilayah rawan banjir dan kekeringan, potensi serangan hama dan penyakit, rekomendasi dosis dan kebutuhan pupuk, varietas padi, jagung, dan kedelai di tingkat kecamatan (Syahbuddin et al., 2014). Oleh sebab itu, informasi yang terkandung pada SI Katam Terpadu harus terus update. Kebaruan informasi SI Katam Terpadu juga harus terus dilakukan dan dikembangkan, baik dari segi rekomendasi yang didasarkan pada hasil penelitian terbaru maupun dari segi aplikasi agar pengguna dapat memanfaatkannya dengan baik.

Akurasi data SI Katam Terpadu menjadi sorotan dalam suatu pertemuan (FGD) di Sumatera Utara. Menurut salah satu penyuluh, data SI Katam Terpadu harus selalu uptodate agar dapat dimanfaatkan oleh pengguna. Pengembangan SI Katam Terpadu berhasil jika dapat dimanfaatkan pengguna di lapangan dan efektif. Secara tidak langsung, SI Katam Terpadu menjadi panduan bagi penyuluh dalam menginformasikan waktu tanam kepada petani, sehingga data yang digunakan harus terbaru. Jika data yang masuk ke SI Katam Terpadu tidak sesuai dengan kondisi lokasi tertentu maka akan salah dalam menentukan waktu tanam yang tepat, sehingga berdampak pada kegagalan produksi. Sebagai contoh, jika data iklim dan curah hujan yang disampaikan Tim Gugus SI Katam Terpadu di BPTP ke Tim Pusat tidak valid atau tidak sesuai dengan kondisi di lokasi tertentu, maka informasi waktu tanam dan rekomendasi lainnya yang disampaikan melalui SI Katam Terpadu tidak sesuai diterapkan di lokasi tersebut.

Ketidakakuratan data SI Katam Terpadu berdampak pada rekomendasi yang ditawarkan di wilayah tertentu. Menurut Haryono dalam Julianto (2017), hasil evaluasi terhadap SI Katam Terpadu, terutama di 6.911 kecamatan di seluruh Indonesia, ternyata belum 100% akurat. Di Jawa, tingkat akurasi data SI Katam Terpadu sudah di atas 80%, tetapi di luar Jawa di bawah 80% dengan rata-rata 50%. Banyak wilayah di Indonesia, terutama di luar Jawa, yang dipengaruhi oleh iklim lokal, sehingga tingkat akurasi datanya rendah. Hal ini akan menghambat pengguna dalam memanfaatkan SI Katam Terpadu.

Pengaruh Faktor Dukungan Lingkungan terhadap Adopsi SI Katam Terpadu

Dukungan lingkungan menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi penerapan SI Katam Terpadu di tingkat petani. Penurunan curah hujan adalah sebagai salah satu bentuk dari faktor lingkungan yang

tidak sesuai sehingga tanaman kekurangan air untuk dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik. Hal ini berdampak terhadap penurunan luas areal tanam. Petani umumnya tidak akan menanam padi pada lahan sawah jika ketersediaan air rendah dan sebaliknya. Dengan demikian, pengambilan keputusan untuk menerapkan SI Katam Terpadu juga ditentukan oleh ketersediaan air bagi tanaman (Istriningsih dan Hanifah 2016).

Daerah yang rawan banjir dan kekeringan juga sebagai bentuk faktor lingkungan. Sebagai negara tropis, Indonesia berpotensi memiliki curah hujan tinggi sehingga memungkinkan timbulnya bencana banjir dan tanah longsor yang berdampak pada kerusakan tanaman. Pada kondisi dan musim tertentu, sebagian wilayah di Indonesia mengalami kekeringan yang berdampak pada penurunan hasil pertanian. Oleh karena itu, SI Katam Terpadu harus bersifat spesifik lokasi.

Pengaruh Faktor SI Katam Terpadu sebagai Media Informasi

SI Katam Terpadu sebagai media bagi para petani diperlukan untuk mendapatkan informasi terkait rekomendasi teknologi yang ditawarkan. Dengan SI Katam Terpadu, petani dapat melihat teknologi yang direkomendasikan pada SI Katam Terpadu untuk dijadikan panduan bagi PPL dan petani, terutama dalam menentukan waktu tanam dan pola tanam yang sesuai dengan kondisi lingkungan setempat. Bagi sebagian besar PPL, SI Katam Terpadu sudah tidak asing dan sudah menjadi materi penyuluhan dalam penentuan awal musim tanam, penggunaan varietas dan pupuk yang sesuai anjuran, serta informasi hama dan penyakit yang akan merusak tanaman. PPL sudah cukup mahir mengoperasikan SI KatamTerpadu, baik melalui SMS dan website maupun android (Yulianti et al., 2016).

PPL belum sepenuhnya melakukan sosialisasi dan pelatihan SI Katam Terpadu bagi petani, sehingga sebagian petani masih menerapkan pola tanam tradisional (Azmi et al., 2019; Surachmanto et al., 2019). Hal ini menyebabkan faktor SI Katam Terpadu sebagai media informasi tidak nyata mendorong adopsi oleh petani. Oleh sebab itu, pendidikan dan pelatihan tentang SI Katam Terpadu secara berkelanjutan diperlukan agar petani dapat memanfaatkan teknologi yang direkomendasikan dan berupaya mencari informasi secara mandiri.

Pengaruh Faktor Kesesuaian Informasi terhadap Adopsi SI KatamTerpadu

Dalam SI Katam Terpadu terdapat berbagai informasi teknologi yang saling berhubungan sehingga sesuai dengan kebutuhan pengguna. Informasi tidak hanya mengenai waktu tanam dan pola tanam tetapi juga informasi lain yang berkaitan, seperti varietas yang cocok ditanam di lokasi tertenu, pola pemberian pupuk yang

Page 10: APLIKASI PENDEKATAN NVIVO DALAM ANALISIS DETERMINASI ...

52

Informatika Pertanian, Vol. 29 No.1, Juni 2020 : 43 - 54

berimbang, dan prediksi serangan hama dan penyakit yang akan muncul. Relevansi informasi teknologi yang tersedia pada SI Katam Terpadu dengan keinginan petani mempengaruhi tingkat adopsi dalam memanfaatkan teknologi yang direkomendasikan. Akbar et al. (2018) menyatakan sebagian petani membutuhkan SI Katam Terpadu karena dapat menentukan waktu tanam dan pola tanam yang tepat.

Informasi kesesuaian varietas dengan tipe lahan dan iklim pada suatu wilayah merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi petani dalam menjalankan budi daya tanaman. Agar tanaman dapat menghasilkan secara optimal harus diperhatikan syarat tumbuh tanaman, karena setiap jenis membutuhkan syarat tumbuh yang berbeda antara satu tanaman dengan tanaman lainnya. Tanaman padi mampu tumbuh dan berproduksi dengan baik pada tanah dan iklim yang mendukung. Faktor kesesuaian ini dapat meningkatkan adopsi teknologi SI Katam Terpadu. Di sebagian wilayah seperti Banten, rekomendasi SI Katam Terpadu sudah sesuai dengan kondisi setempat tetapi tingkat penerapannya berbeda. Tingkat penerapan rekomendasi waktu tanam lebih tinggi (30,95%) dibandingkan dengan varietas (21,95%) dan pupuk (7,31%) (Giamerti dan Fauzan 2016).

Pengaruh Faktor Dukungan Pemerintah terhadap Adopsi SI Katam Terpadu

Pemerintah telah berusaha meningkatkan produksi pangan nasional. Salah satu strategi yang ditempuh adalah melalui instruksi dari pemerintah pusat kepada pemerintah provinsi yang kemudian dilanjutkan ke pemerintah kabupaten dan kota sampai kepada PPL yang memberikan penyuluhan kepada petani. Cara ini dinilai efektif karena melalui jalur birokrasi dan organisasi sehingga lebih mudah menyampaikan informasi kepada pengguna. Cara ini diharapkan dapat mendorong petani mengadopsi SI Katam Terpadu karena semua organisasi yang terlibat berupaya menyukseskan program pemerintah.

Peningkatan luas tanam merupakan salah satu kebijakan pemerintah dalam meningkatkan produksi pangan. Di sisi lain, perubahan iklim mempengaruhi curah hujan sehingga berdampak pada pengurangan luas tanam, khususnya tanaman padi. Penurunan curah hujan dapat menurunkan luas tanam dan produktivitas, bahkan menyebabkan gagal panen. Pemanfaatan rekomendasi teknologi SI Katam Terpadu dapat meningkatkan luas tanam karena penerapan inovasi ini dapat mengantisipasi terjadinya kekeringan akibat rendahnya curah hujan dan kebanjiran akibat tingginya curah hujan pada wilayah tertentu, sampai ke tingkat kecamatan. Kebijakan luas tambah tanam seharusnya menjadi bagian dari SI Katam Terpadu karena perluasan areal tanaman berdampak pada peningkatan produksi padi.

Kemitraan merupakan bentuk kerja sama dan kesepakatan resmi antarlembaga untuk mewujudkan suatu tujuan agar mendapatkan hasil yang lebih baik (Sulistiyani 2004). Kemitraan antara Balitbangtan dengan lembaga lain merupakan kebijakan yang menjadi salah satu faktor dalam meningkatkan adopsi SI Katam Terpadu oleh petani. Kerja sama antara Balitbangtan dengan pihak lain seperti pemerintah daerah, BMKG, dan BPS diharapkan menjadi faktor pendukung sosialisasi SI Katam Terpadu dalam skala yang lebih luas agar tingkat adopsinya semakin meluas.

Selain itu perlu dibangun sinergisme antarlembaga terkait agar program yang dirancang sesuai dengan yang diharapkan dan dapat terintegrasi dengan baik. Kemitraan Balitbangtan dengan lembaga lain dapat menentukan tingkat adopsi SI Katam Terpadu. Semakin banyak mitra Balitbangtan dalam mendiseminasikan SI Katam Terpadu semakin banyak informasi yang diterima petani sehingga mereka terdorong mengadopsi dan memanfaatkan teknologi yang direkomendasikan.

Pengaruh Faktor Peningkatan Produksi terhadap Adopsi SI Katam Terpadu

Pada SI Katam Terpadu terdapat rekomendasi teknologi yang dihasilkan melalui penelitian dan pengkajian di lapangan. Selain rekomendasi waktu tanam dan pola tanam yang tepat di wilayah tertentu, SI Katam Terpadu juga berisi rekomendasi pemupukan, antisipasi dan teknologi pengendalian serangan hama dan penyakit tanaman, sampai sarana dan prasarana yang diperlukan untuk meningkatkan produksi, terutama untuk tanaman padi yang merupakan makanan pokok di Indonesia. Hal ini menjadi daya tarik sendiri bagi petani dalam memanfaatkan SI Katam Terpadu.

Melalui Focus Group Discussion (FGD) diketahui produksi padi di Sumatera Utara dalam periode 2013-2015 rata-rata meningkat. Pada tahun 2013 di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, misalnya, hasil padi rata-rata 7,5 t/ha GKP karena petani telah menerapkan SI Katam Terpadu. Hal ini menjadi daya ungkit bagi petani lain untuk menerapkan SI Katam Terpadu. Selain itu, PPL dari Kabupaen Deli Serdang yang sekaligus sebagai praktisi pertanian menyatakan penerapan SI Katam Terpadu pada musim tanam 2014 mampu meningkatkan hasil padi dari sebelumnya 3,5 t/ha menjadi 7,5 t/ha. Setelah tahun 2014 sampai saat ini ada kebijakan baru pola tanam yang berbeda dengan SI Katam Terpadu sehingga berdampak pada penurunan produksi.

Peningkatan produksi padi melalui pemanfaatan SI Katam Terpadu sudah terbukti di berbagai wilayah. Di Kecamatan Jeumpa, Kabupaten Bireuen, Aceh, penerapan SI Katam Terpadu meningkatkan produktivitas padi hingga mencapai 7,2 t/ha atau 1,2 t/ha lebih tinggi dari hasil sebelumnya (BPTP Aceh, 2015). Hasil penelitian Syahri dan Somantri (2013) di Kecamatan Indralaya,

Page 11: APLIKASI PENDEKATAN NVIVO DALAM ANALISIS DETERMINASI ...

53

Aplikasi Pendekatan Nvivo dalam Analisis Determinasi Faktor Adopsi Petani Terhadap Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu

(Abdul Aziz, Pudji Muljono, Irsal Las, Retno Sri Hartati Mulyandari)

Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan, menunjukkan produktivitas padi mencapai 6,56 t/ha GKG setelah menggunakan rekomendasi SI Katam Terpadu atau meningkat 26% dibanding cara petani yang hanya mampu memberi hasil 5,20 t/ha GKG.

Pada tahun 2014 pemerintah menargetkan produksi padi secara nasional mencapai 73 juta ton. Salah program yang dikembangkan untuk meningkatkan produksi padi adalah melalui SI Katam Terpadu. Penyuluh dan petani perlu didorong untuk mengembangkan berbagai program peningkatan produksi, termasuk SI Katam Terpadu. Petani sebagai ujung tombak pelaksana pertanian di lapangan mendapat penyuluhan dari PPL, terutama terkait dengan pemanfaatan SI Katam Terpadu.

KESIMPULAN

Adopsi SI Katam Terpadu dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya diseminasi, kemudahan akses dan aplikasi, akurasi data, SI Katam Terpadu sebagai media bagi petani, kesesuaian informasi, keunggulan, peningkatan hasil, dukungan pemerintah, ketersediaan logistik, ikon, dan dukungan lingkungan. Faktor yang berpengaruh tinggi terhadap adopsi SI KatamTerpadu ialah kegiatan diseminasi oleh PPL, kemudahan akses dan aplikasi, serta keunggulan. Faktor yang berpengaruh sedang yaitu akurasi data SI KatamTerpadu. Sementara faktor yang berpengaruh rendah terhadap adopsi SI KatamTerpadu ialah dukungan lingkungan, SI Katam Terpadu sebagai media informasi bagi petani, kesesuaian informasi, dukungan pemerintah, peningkatan produksi, ikon SI KatamTerpadu, dan ketersediaan logistik.

Faktor yang berpengaruh sedang dan rendah terhadap adopsi oleh petani perlu ditingkatkan dengan cara terus memperbarui data SI Katam Terpadu, tertama pada setiap akan memasuki musim tanam, tiga kali setahun. Antisipasi kekeringan akibat rendahnya curah hujan dapat diupayakan melalui pembangunan atau perbaikan jaringan irigasi agar ketersediaan air bagi tanaman pada musim kemarau dapat tercukupi. Selain itu, perlu dikembangkan sistem informasi tentang ketersediaan pupuk dan varietas serta sistem penanganan banjir dan kekeringan sehingga petani terhindar dari kegagalan panen. Sosialisasi SI Katam Terpadu kepada petani harus dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih disampaikan kepada Balitbangtan yang telah memfasilitasi kajian ini. Kepada tim Katam Pusat dan tim gugus tugas Katam Terpadu di BPTP juga kami ucapkan terima kasih yang telah membantu dalam

menggali informasi kajian ini. Selanjutnya kepada tim redaksi dan evaluator naskah pada Jurnal Informatika Balitbangtan, kami sampaikan terima kasih sehingga naskah ini bisa terbit.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, M.I., Suminah, dan A. Wibowo. 2018. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keputusan petani dalam adopsi inovasi Kalender Tanam Terpadu di Kecamatan Gendangsari Kabupaten Gunung Kidul. Journal of Agricultural Extension 42(2):133-145

Azmi, F., P. Muljono, and D.R Hapsari. 2019. The flow and role of agricultural extension workers in communication innovation of integrated cropping calendar information system in Siak and Kepulauan Meranti regency of Riau province. International Journal of Social Science and Economic Research. 4(12):7180-7191.

[Balitbangtan] Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2015. Press Release Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian tentang Prediksi Iklim, Kalender Tanam Terpadu dan Monitoring Standing Crop MK 2015. Bandung: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian. halaman 1-6.

[BPTP Aceh] Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh. 2015. Laporan Hasil Kegiatan Pendampingan Gugus Tugas Katam Terpadu. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian. halaman 1-21.

Burhanuddin, A. 2013. Metodologi Penelitian : Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/05/21/penelitian-kuantitatif-dan-kualitatif/. (diakses pada 3 Juli 2017).

Fahri, A. 2017. Potensi dan peluang peningkatan produksi padi melalui aplikasi sistem informasi kalender tanam (SI-Katam) terpadu di Kabupaten Indragiri Hulu. Dalam Sukendi, Z. Saam, Y.I. Siregar, dan Zulkarnaini (Ed) hlm 298-305. Konservasi dan Keseimbangan Ekosistem dalam Rangka Pelestarian Lingkungan. Seminar Nasional Pelestarian Lingkungan. Pekanbaru: UR Press. halaman 298-305.

Fahri, A., Nurhayati, dan N. Sutrisna. 2018. Penerapan rekomendasi pemupukan sistem informasi katam dan jajar legowo mendukung peningkatan produksi padi di Kabupaten Siak. Dalam: Saefudin, E. Mulyana, H.F. Eprilian, H.I. Kusumastuti, V.G. Faradase, dan T. Yuda. Peran Teknologi Agronomi dalam Pengembangan Sumber Daya Pangan Lokal untuk Kedaulatan Pangan Indonesia. Seminar Nasional Perhimpunan Agronomi Indonesia. Bogor 7 November 2018. halaman 247-252.

Page 12: APLIKASI PENDEKATAN NVIVO DALAM ANALISIS DETERMINASI ...

54

Informatika Pertanian, Vol. 29 No.1, Juni 2020 : 43 - 54

Fahri, A., Syuryati, A. Yulfida, dan R. Yusuf. 2019. Penerapan Sistem Informasi Kalendar Tanam (SI Katam) mendukung peningkatan indeks pertanaman padi Kabupaten Indragiri Hulu. Jurnal Dinamika Pertanian (1):1-8.

Farmanta, Y. dan Nurmegawati. 2014. Impelementasi Kalender Tanam Padi Sawah sebagai Antisipasi Perubahan Iklim, http://bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/ dokumen/2014/prosiding13/ bddy-pertanian/implementasi.pdf (diakses pada 5 Juli 2017).

Giamerti, Y. dan A. Fauzan. 2016. Evaluasi tingkat kesesuaian Katam Terpadu pada komoditas padi di provinsi Banten. Di dalam: Syahyuti, Susilowati SH, Agustian A, Sayaka B, Ariningsih E. Perlindungan dan Pemberdayaan Pertanian dalam Rangka Pencapaian Kemandirian Pangan Nasional dan Peningkatan Kesejahteraan Petani; 2015 November 10; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): IAARD Press. halaman. 209-215.

Istriningsih dan V. W Hanifah. 2017. Benchmarking pengembangan sistem informasi dalam model iklim cerdas di kabupaten Indramayu, Jawa Barat untuk mendukung ketahanan pangan nasional. Prosiding Seminar Nasional 2016; 2016; Sukamandi (ID): BB Padi. halaman 1173-1186.

Julianto. 2017. Akurasi Katam masih Rendah. Sinar Tani, http:// mail.tabloidsinartani.com/ content/read/akurasi-katam-masih-rendah/. (diakses pada tanggal 04 Juli 2017).

Lambrecht, I., B. Vanlauwe, R. Merckx, and M. Maertens. 2014. Understanding the process of agricultural technology adoption: mineral fertilizer in eastern DR Congo. World Development, published by Elsevier. Vol.59: 132–146. http://dx.doi.org/10.1016/j.worlddev.2014.01.024.

[Kementan] Kementerian Pertanian. 2013. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 20/Permentan/OT.140/3/2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Kementerian Pertanian.

Rahman, A. dan R.Y. Dewantara. 2017. Pengaruh Kemudahan Penggunaan dan Kemanfaatan Teknologi Informasi terhadap Minat Menggunakan Situs Jual Beli Online : Studi Kasus pada Pengguna Situs Jual Beli “Z”. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) 52 (1): 1-7.

Ramadhani, F., H. Syahbuddin, dan E. Runtunuwu. 2015. Aplikasi Android pada Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu. INKOM 9 (1): 39-44.

Rogers. 2003. Diffusion of Innovations. 5th ed. New York: The Free express. Page 1-576.

Rumangkit, S. 2016. Pengaruh Sosialisasi Organisasi pada Komitmen Afektif yang dimediasi oleh Kesesuaian Nilai. Jurnal Bisnis Darmajaya 2 (1): 34-56.

Runtunuwu, E., H. Syahbuddin, F. Ramadhani, A. Pramudia, D. Setyorini, K. Sari, Y. Apriyana, E. Susanti, Haryono, P. Setyanto, I. Las, dan M. Sarwani. 2012. Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu : Status Terkini dan Tantangan ke Depan. Jurnal Sumberdaya Lahan 6 (2): 67-78.

Runtunuwu, E., H. Syahbuddin, F. Ramadhani, A. Pramudia, D. Setyorini, K. Sari, Y. Apriyana, E. Susanti, dan Haryono. 2013. Inovasi Kelembagaan Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu Mendukung Adaptasi Perubahan Iklim untuk Ketahanan Pangan Nasional. Pengembangan Inovasi Pertanian. 6 (1): 44 – 52.

Saputro, K. 2012. Nvivo untuk Penelitian Kualitatif, https://storify.com/ ksaputro/nvivo-untuk-penelitian-kualitatif-2 (diakses pada 3 Juli 2017).

Sarwani, M. dan H. Syahbuddin. 2013. Memantapkan Langkah dan Strategi Pengembangan SI Katam Terpadu dalam Menyikapi Perubahan Iklim. Jakarta : IAARD Press. halaman 435-489.

Solihat, M. 2008. Komunikasi Massa dan Sosialisasi. Mediator 9 (1): 105-112.

Surachmanto, A., P. Utari, and A. N Rahmanto. 2019. Analysis of technology innovation adoption of plant calendar in Cimanuk Pandeglang district, Banten province. International Journal of Scientific Research in Computer Science, Engineering and Information Technology 5 (6): 371-377.

Syahbuddin, H., I. Las, E. Runtunuwu, A. Pramudia, E. Susanti, Y. Apriyana, D. Setyorini, dan F. Ramadhani. 2014. Pengembangan dan Advokasi Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu dalam Upaya Adaptasi Perubahan Iklim, http://balitklimat.litbang.pertanian.go.id/ index.php?option=com_ ory&layout=blog&id=57&Itemid=68&limitstart=40 (diakses pada 5 Juli 2017).

Syahri dan R.U. Somantri. 2013. Respon Pertumbuhan Tanaman Padi terhadap Rekomendasi Pemupukan PUTS dan KATAM Hasil Litbang Pertanian di Lahan Rawa Lebak Sumatera Selatan. Jurnal Lahan Suboptimal 2 (2) : 170-180.

Yulianti, A., E. Sirnawati, and A. Ulpah. 2016. Introduction technology of cropping calendar-information system (CC-IS) for rice farming as a climate change adaptation in Indonesia. International Journal on Advanced Science Engineering Information Technology 6 (1): 92-96.