ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

117
ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI KABUPATEN ENREKANG DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA ANALYSIS OF DAIRY FARMERS’ MOTIVATION LEVEL IN ENREKANG AND FACTORS WHICH INFLUENCE THE LEVEL OF MOTIVATION IRMAYANI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013

Transcript of ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

Page 1: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI

KABUPATEN ENREKANG DAN FAKTOR YANG

MEMPENGARUHINYA

ANALYSIS OF DAIRY FARMERS’ MOTIVATION LEVEL IN

ENREKANG AND FACTORS WHICH INFLUENCE THE

LEVEL OF MOTIVATION

IRMAYANI

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2013

Page 2: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI

KABUPATEN ENREKANG DAN FAKTOR YANG

MEMPENGARUHINYA

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister

Program Studi

Ilmu dan Teknologi Peternakan

Disusun dan diajukan oleh

I R M A Y A N I

Kepada

PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013

Page 3: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

TESIS

ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI

KABUPATEN ENREKANG DAN FAKTOR YANG

MEMPENGARUHINYA

Disusun dan diajukan oleh

I R M A Y A N I

Nomor Pokok P 4000211011

Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Tesis

Pada tanggal 31 Juli 2013

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Menyetujui

Komisi Penasehat

Dr. Sitti Nurani Sirajuddin, S.Pt,M.Si Dr. Syahdar Baba, S.Pt,M.Si Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur Program Pascasarjana Ilmu Dan Teknologi Peternakan Universitas Hasanuddin Prof.Dr.Ir.Djoni Prawira Rahardja, M.Sc

Page 4: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : IRMAYANI

Nomor Pokok : P 4000211011

Program Studi : Ilmu dan Teknologi Peternakan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini

benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan

pengambilan tulisan atau pemikiran orang lain. Apanila di kemudian hari

terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebahagian atau keseluruhan tesis

ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

tersebut.

Makassar, September 2013

IRMAYANI

Page 5: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas

limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun

tesis yang berjudul “Analisis Tingkat Motivasi Peternak Sapi Perah Di

Kabupaten Enrekang Dan Faktor Yang Mempengaruhiya”

Penulis menyadari bahwa tesis ini dapat selesai berkat bantuan

dan partisipasi berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini dengan

ketulusan hati dan keikhlasan penulis menghaturkan terima kasih kepada

Dr. Sitti Nurani Sirajuddin, S.Pt, M.Si dan Dr. Syahdar Baba, S.Pt, M.Si,

selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan

pikiran dalam menyelesaikan karya akhir ini kedua pembimbing ini bagi

saya pokoknya is the best.

Pada kesempatan ini pula, penulis menyampaikan penghargaan

dan terima kasih kepada :

Kepada Ayahanda Muslimin dan Ibunda Hajrah yang telah

memberikan didikan yang terbaik, semangat dan motivasi adalah

ikhtiar bagi saya, tutur kata dan doa bagiku, serta setiap langkah

dan geraknya adalah perjuangan bagi ananda setiap aktivitas. Dan

seluruh keluarga besar penulis yang telah mendoakan serta

memberikan nasehat sehingga penulis dapat menyelesaikan studi

pada Ilmu Dan Teknologi Peternakan.

Page 6: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

Ketua Program Studi Ilmu dan Teknologi Peternakan, program

pasca sarjana UNHAS, Prof. Dr. Ir. Djoni Prawira Rahadja, M.Sc

yang banyak membantu dan sekaligus penyemangat penulis dalam

menyelesaikan tesis.

Bapak Dekan Fakultas Peternakan beserta seluruh Stake holder

yang ada di tataran Fakultas Peternakan yang telah banyak

memberikan tuntunan selama proses belajar penulis diperguruan

tinggi.

Dosen Penguji : Prof. Dr. Ir. Ambo Ako, M.Sc, Dr. Ir. Palmarudi,

M.SU dan Dr. Agustina Abdullah S.Pt, M.Si untuk kesedian

waktunya dan saran-sarannya dalam melengkapi tesis ini.

Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Enrekang

yang banyak memberikan informasi, masukan dan bimbingan.

Kepada seseorang Irwan Patekkai, SE yang selalu memberikan

motivasi dan bantuan pada penulis dalam penyusunan Tesis.

Special thankz for all of my best frends angkatan kedua Program

Studi Ilmu dan Teknologi Peternakan, program pasca sarjana

UNHAS, saudara dan saudariku k’uya, k’wati, k’upi, k’rahmal,

k’adnan, k’andy, k’ragil, k’tayeb, k’mia, k’eky, k’haja, k’sahir,

k’merpati, arga. Hal yang terindah telah bersama kalian, menerima

kakurangan dan kelebihan masing-masing, sedih dan tawa yang

kita lalui bersama dalam perjuangan mencapai ilmu Allah…Amin

Page 7: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

Saudara-Saudara Imajinasi’06 cici ’n ipe (Close Friends), Uci, S.Pt

(seperjuanganku), wiwi’puput (Makan Terus), Pia n wati Nunu

wana, herni, Diana, Imhe (Terus bergabung dengan imajinasi),

acha (always cheerfull), Ilo (Than’s), erik, many2u, syaha,

uchenk, brontoks, opi, diman, enal, maman, achi, iwan,

bacoke’, fajar, angga ( Imajinasi ada karena kalian semua), atas

kerjasama, membantu, sharing, keakraban doa tulus kepada pulis.

Kalian semua teman-teman yang baik, lucu dan gagah dan cantik.

Penulis menyadari sepenuhnya akan segala kekurangan dalam

penyusuan skripsi ini, untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis

sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk

menjadikan tulisan ini lebih sempuna. Semoga skripsi ini memberikan

manfaat bagi kita semua. AMIN..

Semoga amal ibadah semua pihak yang telah membantu penulis

mendapatkan ridha dari Allah SWT. Amin

Makassar , Agustus 2013

Penulis

Page 8: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

DAFTAR ISI

Halaman

PRAKATA ii

ABSTRAK iii

ABSTRACT iv

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN x

DAFTAR GRAFIK xi

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 6

C. Tujuan Penelitian 7

D. Manfaat Penelitian 7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Motivasi 8

B. Teori-Teori Motivasi 11

C. Faktor Internal Yang Mempengaruhi Motivasi 19

D. Faktor Eksternal Yang Mempengaruhi Motivasi 23

E. Teknologi Budidaya Sapi Perah 26

Page 9: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

F. Kerangka Pikir 32

G. Hipotesis 37

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian 38

B. Waktu dan Lokasi Penelitian 39

C. Populasi Dan Sampel 39

D. Metode Pengumpulan Data 41

E. Analisa Data 43

F. Konsep Operasional 48

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Keadaan dan Keadaan Geografis 50

1. Keadaan Penduduk 52

2. Pertanian dan Peternakan 53

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Keadaan Umum Responden

1. Umur 56

2. Tingkat Pendidikan 58

3. Jumlah Kepemilikan Ternak 59

4. Jumlah Tanggungan Keluarga 60

5. Lama Usaha Ternak 62

B. Tingkat Motivasi Peternak Sapi Perah di Kabupaten Enrekang 63

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Motivasi Peternak Sapi Perah Di Kabupaten Enrekang 67

Page 10: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 79

B. Saran 80

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 11: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Data Populasi Sapi Perah 4

2. Variabel Penelitian 42

3. Persentase Luas Daerah Menurut Kecamatan di Kabupaten Enrekang 51

4. Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Enrekang 53

5. Distribusi Responden Menurut Umur 56

6. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan 58

7. Distribusi Responden Menurut Jumlah Kepemilikan Ternak 59

8. Distribusi Responden Menurut Jumlah Tanggungan

Keluarga 61

9. Distribusi Peternak Menurut Lama Beternak 62

10. Indeks Kesesuain Model SEM 73

11. Hasil Pengujian Kausalitas 75

Page 12: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Hierarki-hierarki Kebutuhan Berbeda Dari Kultur Ke Kultur 12

2. Skema kerangka Pikir 37

3. Diagram faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Peternak Sapi Perah di Kabupaten Enrekang 46

4. Nilai t-Value Sebelum Model Diperbaiki 70

5. Nilai Estimasi Sebelum Model Diperbaiki 70

6. Nilai t – Value Setelah Model Diperbaiki 72

7. Nilai Estimasi Setelah Model Diperbaiki 72

8. Estimasi Model Pengukuran 75

Page 13: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Kuisioner Penelitian 85

2. Idenstitas Responden Kecamatan Cendana (Wilayah Sentra 88

3. Idenstitas Responden Daerah Non Sentra 90

4. Nilai Tingkat Motivasi Peternak 93

5. Mann-Whitney Test 101

6. Nilai VIF 102

7. Nilai Correlations 103

8. Nilai VIF 105

Page 14: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

DAFTAR GRAFIK

Nomor Halaman

1. Diagram Penyebaran Nilai Variabel Independen terhadap Variabel Dependen 68

Page 15: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

ABSTRAK

IRMAYANI. Analisis Tingkat Motivasi Peternak Sapi Perah di Kabupaten Enrekang dan Faktor Yang Mempengaruhi (dibimbing oleh Sitti Nurani Sirajuddin dan Syahdar Baba).

Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat motivasi peternak sapi perah pada daerah sentra dan nonsentra di Kabupaten Enrekang dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat motivasi peternak sapi perah di Kabupaten Enrekang.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei noneksperimen. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Enrekang. Populasi penelitian sebanyak 273 peternak. Dari populasi tersebut terpilih 100 responden (51 orang di daerah sentra dan 49 orang di daerah nonsentra) sebagai responden. Alat analisis yang digunakan untuk mengetahui tingkat motivasi peternak adalah Mann-Whitney (uji dua sampel independen) dan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi digunakan alat analisis structure equation modelling (SEM). Hasil penelitian menunjukkan tingkat motivasi dalam hal relatednes tidak berbeda antara daerah sentra dan nonsentra. Perbedaan terjadi ada pada tingkat motivasi dalam hal growth yang dibuktikan melalui uji dua sampel independen (α = 0,005). Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi peternak sapi perah di Kabupaten Enrekang adalah faktor eksternal yang terdiri atas dukungan pasar, dukungan pemerintah, dan dukungan pemerintah. Kata kunci : peternak sapi perah, tingkat motivasi, Kabupaten Enrekang

Page 16: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

ABSTRACT

IRMAYANI. Analysis of Dairy Farmers’ Motivation Level in Enrekang and Factors which influence the Level of Motivation. (Supervised by Sitti Nurani Sirajuddin and Syahdar Baba) The aims of the research are to (1) acknowledge the level of dairy farmers motivation in the centre and non-centre area in Enrekang Regency, (2) acknowledge the factor influencing the level of dairy farmers’ motivation in Enrekang Regency. The research was conducted in Enrekang Regency. The research method was a non-experiment survey. The respondents were 100 persons, 51 of them were in the centre of region and 49 in non-center region. The tool of analysis for motivation level was Mann Whiytyney (two independent sampe test), and factors influencing motivation level was tested with Structural Equation Modelling (SEM). The result of the research indicated that the motivation level, in terms of relatedness, of the center region is not different from the non-center region, the difference of motivation level exists in growth indicated in the two independen samples (α = 0,005). Factor influencing the level of dairy farmers’ motivation in Enrekang Regency are external which includes market, government support and capital support. Keywords : dairy farmers, motivation level, Enrekang.

Page 17: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

BAB I

Page 18: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pembangunan peternakan merupakan salah satu faktor penentu

pengembangan wilayah di Sulawesi Selatan. Hal ini disebabkan karena

peternakan memiliki peranan yang strategis dalam kehidupan

perekonomian dan pembangunan sumberdaya manusia. Peranan ini

dapat dilihat dari fungsi produk peternakan sebagai penyedia protein

hewani yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tubuh

manusia. Selain itu, peningkatan kesejahteraan masyarakat akan diikuti

dengan peningkatan konsumsi produk-produk peternakan, yang dengan

demikian maka turut menggerakan perekonomian pada sub sektor

peternakan.

Salah satu usaha peternakan yang memegang peranan penting

adalah usaha sapi perah. Selain sebagai penghasil susu juga sebagai

penghasil daging yang dihasilkan dari sapi afkir betina dan jantan. Susu

merupakan sumber protein hewani yang lengkap diantaranya kalori,

protein, lemak, hidrat arang, kalsium, fosfor, besi dan asam amino

essensial yang tidak dapat dibuat sendiri oleh tubuh manusia (Suryana,

2012). Selain itu usaha peternakan merupakan usaha yang memberikan

kontribusi pendapatan yang tinggi bagi peternak.

Usaha sapi perah yang berkembang di luar pulau Jawa berada di

Sulawesi Selatan yaitu di Kabupaten Enrekang dan Kabupaten Sinjai.

Page 19: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

Populasi terbesar terdapat di Kabupaten Enrekang dengan jumlah

populasi 1443 ekor dan di Kabupaten Sinjai 397 ekor (Dinas Peternakan

Sul-Sel, 2011). Ditambahkan hasil penelitian Sirajuddin et al (2013) yang

menyatakan bahwa keuntungan usaha dangke sistem mandiri lebih tinggi

di Kabupaten Enrekang dibandingkan usaha susu pasteurisasi pada

sistem kemitraan di Kabupaten Sinjai.

Di Kabupaten Enrekang, tipologi usaha sapi perah yang

dikembangkan berbeda dengan usaha di Pulau Jawa ataupun di

Indonesia pada umumnya. Peternak sapi perah merupakan pengolah

susu, sehingga tidak ada peternak yang menjual susu segar melainkan

menjual dangke. Penjualan dangke dilakukan langsung ke konsumen

atau ke pedagang pengumpul. Dangke dari pedagang pengumpul disebar

ke konsumen baik yang ada di Kabupaten Enrekang maupun yang berada

di luar Kabupaten Enrekang. Sasaran pemasaran meliputi Kabupaten

Enrekang dan kota Makassar (Syahrir, 2008) yang dikutip dalam Baba

(2011).

Berdasarkan survey awal pengembangan usaha sapi perah di

Kabupaten Enrekang terbagi dua yaitu daerah sentra dan non sentra.

Daerah yang berkembang usaha sapi perahnya berada di sentra

(Kecamatan Cendana) di mana populasi sebesar 141 ekor dibandingkan

dengan daerah non sentra (Kecamatan Alla, Curio, Baroko, Masalle,

Anggeraja, Buntu Batu, Malua, Baraka dan Enrekang) yang keseluruhan

Page 20: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

jumlah populasi semua kecamatan di daerah non sentra 132 ekor (Dinas

Peternakan dan Perikanan, 2012).

Salah satu faktor penentu keberhasilan suatu usaha peternakan

adalah motivasi peternak. Motivasi ini yang nantinya akan memberikan

dorongan kepada peternak untuk menjalankan usahanya. Peternak yang

memiliki motivasi yang tinggi akan berdampak pada kelangsungan usaha

yang mereka jalankan, dalam hal ini hasil yang mereka peroleh dapat

memenuhi kebutuhan sehari-hari dan secara tidak langsung akan

meningkatkan kesejahteraan hidup peternak, hal ini sesuai dengan

pendapat Hambali (2005) yang menyatakan bahwa motivasi peternak

untuk memenuhi kebutuhan keberadaan, yaitu kepuasan peternak

terhadap pendapatan yang diperoleh sebagai hasil dari usaha ternaknya.

Sementara itu hasil penelitian Rahman (2012) menyatakan bahwa salah

satu alasan masyarakat di daerah sentra beternak sapi perah karena

dengan usaha sapi perah dapat meningkatkan pendapatan.

Populasi sapi perah di Kabupaten Enrekang dalam waktu 5 (lima)

tahun cenderung terjadi penurunan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Data Populasi Sapi Perah Tahun 2003-2011

No Tahun Populasi (Ekor) Produksi Susu

Page 21: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

1 2003 50 400.000

2 2004 587 688.536

3 2005 620 363.000

4 2006 1.056 619.000

5 2007 1.342 1.398.240

6 2008 1.519 1.999.755

7 2009 1.508 1.314.720

8 2010 1.494 1.660.000

9 2011 1.443 1.222.000

Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Enrekang, 2011.

Tabel 1 menunjukkan bahwa kenaikan populasi pada tahun 2003 –

2007 sangat tinggi yang berbeda dengan kenaikan pada tahun 2007 -

2011. Pada tahun 2007-2011 terjadi penurunan kenaikan jumlah

populasi. Dengan terjadinya penurunan populasi akan berdampak pada

penurunan produksi susu sapi perah di Kabupaten Enrekang.

Berdasarkan hasil suvey awal harga dangke sekarang ini berkisar

Rp.12.000,- Rp.17.000/biji. Bila dikonversi ke harga susu berkisar Rp.

7.500 per liter yang menandakan harga susu di Kabupaten Enrekang

sangat tinggi. Dibanding dengan harga susu di Jawa berdasarkan laporan

GKSI (2013) hanya berkisar Rp. 3.700 - Rp.3.800 per liter. Hal ini

menunjukkan bahwa prospek pengembangan usaha sapi perah di

Kabupaten Enrekang sangat menjanjikan. Seyogyanya motivasi peternak

di Kabupaten Enrekang tinggi, tetapi kenyataannya menurun yang

ditandai dengan penurunan populasi, produksi susu, dan ada peternak

yang memilih berhenti beternak hal ini sesuai dengan penelitian Rahman

(2011) yang mengatakan bahwa terjadi penurunan motivasi peternak sapi

perah di Kabupaten Enrekang yang ditandai dengan ada peternak yang

Page 22: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

memilih berhenti beternak. Menurut teori kepuasan (Content Theory)

yang menyatakan seseorang termotivasi bekerja adalah untuk memenuhi

kebutuhan dan kepuasan materiil Hasibuan (2010).

Faktor internal yang mempengaruhi motivasi peternak dalam

menjalankan usahanya yaitu umur (Kartikaningsih, 2009 ; Hambali, 2005;

Sumiati, 2011 dan Susantyo, 2001), pendidikan (Kartikaningsih, 2009 ;

Hambali, 2005, ; Sumiati, 2011 dan Susantyo, 2001), lama usaha tani

(Kartikaningsih, 2009 ; Hambali, 2005 ; Sumiati, 2011 dan Susantyo,

2001), dan kosmopolit (Kartikaningsih, 2009 ; Sumiati, 2011 dan

Susantyo, 2001). Sedangkan faktor eksternal yaitu ketersediaan sarana

produksi (Kartikaningsih, 2009 ; Hambali, 2005, ; Sumiati, 2011 dan

Susantyo, 2001), dukungan pasar/jaminan pasar (Sumiati, 2011 dan

Susantyo, 2001), dan dukungan modal (Sumiati, 2011).

Usaha peternakan di Kabupaten Enrekang merupakan usaha yang

memberikan kontribusi pendapatan yang besar pada masyarakat.

Seyogyanya usaha yang memiliki tarikan pasar yang tinggi mampu

memberikan motivasi untuk meningkatkan kinerjanya, namun di Enrekang

justru terjadi sebaliknya, kinerja usaha sapi perah di Kabupaten Enrekang

menurun. Berdasarkan fenomena tersebut maka perlu dilakukan

penelitian tentang tingkat motivasi peternak sapi perah pada daerah

sentra dan non sentra di Kabupaten Enrekang dan faktor-faktor yang

mempengaruhi tingkat motivasi peternak sapi perah di Kabupaten

Enrekang.

Page 23: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

B. Rumusan Masalah

Usaha sapi perah di Kabupaten Enrekang menghasilkan produk

akhir berupa dangke yang memiliki harga yang tinggi. Karena harga

dangke yang tinggi maka motivasi peternak seharusnya meningkat dalam

menjalankan usahanya tetapi kenyataan motivasi peternak menurun yang

ditandai oleh penurunan populasi, produksi susu dan ada peternak yang

lebih memilih berhenti beternak. Motivasi ini akan berimplikasi pada

perilaku kerja para peternak, seperti timbulnya ketidakdisiplinan serta

kurangnya kreativitas dan inisiatif para peternak sehingga produktivitas

usaha ternak sapi perahnya. Hal ini sesuai dengan Herzberg’s Two

Factor Motivation Theory (Hasibuan, 2010) yang menyatakan faktor-faktor

yang mempengaruhi seseorang melakukan suatu pekerja adalah faktor

ekonomi dalam hal ini hasil yang akan diperoleh dari usaha yang mereka

jalankan. Semakin tinggi hasil yang diperoleh maka semakin tinggi pula

motivasi yang akan terbangun dari dirinya sebaliknya semakin rendah

hasil yang diperoleh semakin rendah pula motivasi yang dimiliki dalam

menjalankan usahanya.

Melihat pentingnya penelitian ini yakni melihat faktor-faktor yang

mempengaruhi tingkat motivasi peternak di Kabupaten Enrekang. Untuk

menjawab permasalahan itu maka pertanyaan yang diusulkan adalah

sebagai berikut :

Page 24: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

1. Bagaimana tingkat motivasi peternak sapi perah pada daerah sentra

dan non sentra di Kabupaten Enrekang?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat motivasi peternak

sapi perah pada daerah sentra dan non sentra di Kabupaten

Enrekang?

C. Tujuan dan Kegunaan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui tingkat motivasi peternak sapi perah pada daerah

sentra dan non sentra di Kabupaten Enrekang

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat motivasi

peternak sapi perah di Kabupaten Enrekang

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Memperkuat teori-teori sebelumnya mengenai motivasi

2. Pemerintah atau penyuluh dapat menyusun sebuah strategi untuk

meningkatkan motivasi peternak sapi perah pada daerah sentra dan

non sentra di Kabupaten Enrekang berdasarkan faktor-faktor yang

telah diteliti.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Page 25: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

A.Pengertian Motivasi

Motivasi adalah suatu kekuatan, motivasi dapat membujuk,

meyakinkan, dan mendorong anda kepada tindakan. Dengan kata lain,

motivasi dapat didefinisikan sebagai alasan untuk bertindak (motive for

action). Motivasi adalah kekuatan yang dapat mengubah hidup anda.

Motivasi adalah daya pendorong dalam hidup ini. Motivasi berasal dari

keinginan untuk berhasil. Tanpa keberhasilan, hanya sedikit sekali

kebanggaan dalam hidup kita, tidak ada kenikmatan atau kepuasan di

tempat kerja dan di rumah (Khera, 2002).

Motivasi (motivation) kata dasarnya adalah motiv (motive) yang

berarti dorongan, sebab atau alasan seseorang melakukan sesuatu.

Dengan demikian motivasi berarti suatu kondisi yang mendorong atau

menjadi sebab seseorang melakukan suatu perbuatan/kegiatan, yang

berlangsung secara sadar. Dari pengertian tersebut berarti pula semua

teori motivasi bertolak dari prinsip utama bahwa manusia (seseorang)

hanya melakukan suatu kegiatan, yang menyenangkan untuk dilakukan.

Prinsip itu tidak menutup kondisi bahwa dalam keadaan terpaksa

seseorang mungkin saja melakukan sesuatu yang tidak disukainya.

Dalam kenyataannya kegiatan yang didorong oleh sesuatu yang tidak

disukai cenderung berlangsung tidak efektif dan tidak efisien (Nawawi,

2001).

Menurut Khera (2002) motivasi adalah kekuatan yang dapat

mengubah hidup seseorang sedangkan Nawawi (2001) menyatakan

Page 26: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

motivasi adalah kondisi yang mendorong atau menjadi sebab seseorang

melakukan suatu perbuatan/kegiatan, yang berlangsung sadar. Dari

kedua pendapat di atas maka motivasi merupakan dorongan yang

dilandasi oleh kekuatan untuk melakukan suatu perbuatan/kegiatan

dengan tujuan mengubah hidup yang dilakukan secara sadar.

Soemanto (1987) secara umum mendefinisikan motivasi sebagai

suatu perubahan tenaga yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-

reaksi pencapaian tujuan. Karena kelakuan manusia itu selalu bertujuan,

kita dapat menyimpulkan bahwa perubahan tenaga yang memberi

kekuatan bagi tingkah laku mencapai tujuan, telah terjadi di dalam diri

seseorang.

Menurut Hasibuan (2010) Motivasi berarti dorongan atau daya

penggerak. Motivasi hanya diberikan kepada manusia, khususnya

kepada para bawahan atau pengikut. Selanjutnya Zainun (1989)

menyatakan motivasi dapat ditafsirkan dan diartikan berbeda oleh setiap

orang sesuai tempat dan keadaan daripada masing-masing orang itu.

Salah satu diantaranya penggunaan istilah dan konsep motivasi ini adalah

untuk menggambarkan hubungan antara harapan dengan tujuan. Setiap

orang dan organisasi ingin dapat mencapai tujuan dalam kegiatan-

kegiatannya. Satu tujuan biasanya ditampilkan oleh berbagai tanggapan

yang ditentukan lebih lanjut oleh banyak faktor.

Menurut Winardi (2011) ada beberapa pengertian motivasi dari

beberapa ahli :

Page 27: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

1. Motivasi mewakili proses-proses psikologikal, yang

menyebabkan timbulnya, diarahkannya, dan terjadi persistensi

kegiatan-kegiatan sukarela (volunter) yang diarahkan ke arah

tujuan tertentu (Mitchell, 1982:81)

2. Motivasi adalah kesediaan untuk melaksanakan upaya tinggi

untuk mencapai tujuan-tujuan keorganisasian, yang

dikondisikan oleh kemampuan upaya, untuk memenuhi

kebutuhan individual tertentu (Robbins, dkk, 1995 : 50).

3. Motivasi merupakan hasil sejumlah proses yang bersifat internal

atau eksternal bagi seseorang individu, yang menyebabkan

timbulnya sikap entusiasme dan persistensi dalam hal

melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu (Gray, dkk, 1984:69).

Menurut Mitchell (1982 : 81); Robbins dkk (1995 : 50); Gray dkk

(1984 :69) dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan proses yang

bersifat internal dan eksternal bagi individu untuk melaksanakan kegiatan-

kegiatan tertentu. Dari ketiga pendapat para ahli di atas maka motivasi

merupakan proses psikologi, proses yang bersifat internal dan eksternal

yang dilakukan untuk mrncapai suatu tujuan dan melaksanakan kegiatan-

kegiatan tertentu.

Menurut Soemanto (1987); Hasibuan (2010); Zainun (1989) dapat

disimpulkan bahwa motivasi adalah penggambaran antara hubungan

dengan harapan. Dari ketiga pendapat di atas maka motivasi merupakan

Page 28: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

dorongan untuk bergerak melakukan sesuatu agar apa yang diharapkan

sesuai dengan tujuan yang diinginkan seseorang.

B. Teori-Teori Motivasi

1. Teori Kebutuhan dari Maslow

Setiap manusia memiliki kebutuhan dalam hidupnya, kebutuhan

tersebut terdiri dari kebutuhan fisik, kebutuhan psikologis dan kebutuhan

spiritual. Dalam teori ini kebutuhan diartikan sebagai kekuatan atau

tenaga (energi) yang menghasilkan dorongan bagi individu untuk

melakukan kegiatan, agar dapat memenuhi atau memuaskan kebutuhan

tersebut. Kebutuhan yang sudah terpenuhi/terpuaskan tidak berfungsi

atau kehilangan kekuatan dalam memotivasi suatu kegiatan, sampai saat

timbul kembali sebagai kebutuhan baru, yang mungkin saja sama dengan

yang sebelumnya (Nawawi, 2001).

Maslow dalam teorinya mengetengahkan tingkatan (herarchi)

kebutuhan yang berbeda kekuatannya dalam memotivasi seseorang

melaukakan suatu kegiatan. Dengan kata lain kebutuhan bersifat

bertingkat, yang secara berurutan berbeda kekuatannya dalan memotivasi

suatu kegiatan termasuk juga yang disebut bekerja. Urutan tersebut dari

yang terkuat sampai yang terlemah dalam memotivasi terdiri dari :

kebutuhan fisik, kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan

status/kekuasaan dan kebutuhan aktualisasi. (Nawawi, 2001).

Page 29: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

Aktualisasi Diri dalam

Pegabdian kepada Masyarakat

Kebutuhan akan Keamanan

Kebutuhan Fisiologi

Kebutuhan untuk tergolong pada kelompok tertentu

Gambar 1. Hierarki-hierarki kebutuhan berbeda dari kultur ke kultur.

Sebuah contoh dari negara R.R.C (Nevis,1983) dikutip dari Winardi (2011)

Maslow memandang motivasi manusia sebagai suatu hierarki lima

macam kebutuhan yang berkisar sekitar kebutuhan-kebutuhan yang

paling dasar, hingga kebutuhan-kebutuhan yang paling tinggi untuk

aktualisasi diri. Menurut Maslow, para individu akan termotivasi untuk

memenuhi kebutuhan mana saja yang bersifat prepoten atau yang paling

kuat untuk kebutuhan tersebut pada saat tertentu. Prepotensi suatu

kebutuhan tergantung pada situasi individual yang berlaku dan

pengalaman-pengalaman yang baru saja dialami. Ia memenuhi dengan

kebutuhan-kebutuhan fiskal yang bersifat paling mendasar, di mana

masing-masing kebutuhan perlu dipenuhi sebelum individu yang

bersangkutan berkeinginan untuk memenuhi sesuatu kebutuhan pada

tingkatan berikutnya lebih tinggi (Winardi, 2011).

Dasar Maslow’s Need Hierarchy Theory (Hasibuan, 2010)

Page 30: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

a. Manusia adalah makhluk sosial yang berkeinginan, ia selalu

menginginkan lebih banyak. Keinginan ini terus menerus, baru

berhenti jika akhir hayatnya tiba.

b. Suatu kebutuhan yang telah dipuaskan tidak menjadi alat motivasi

bagi pelakunya, hanya kebutuhan yang belum terpenuhi yang

menjadi alat motivasinya.

c. Kebutuhan manusia bertingkat-tingkat (hierarchy) sebagai berikut :

1. Physiological Needs

Physiological Needs (kebutuhan fisik = biologis) yaitu kebutuhan

yang diperlukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup

seseorang, seperti makan, minum, udara, perumbahan dan lain-

lainnya.

Keinginan untuk memenuhi kebutuhan fisik ini merangsang

seseorang berperilaku dan bekerja giat. Kebutuhan fisik ini

termasuk kebutuhan utama, tetapi merupakan tingkat kebutuhan

yang bobotnya paling rendah.

2. Safety and Security Needs

Safety and Security Needs (keamanan dan keselamatan) adalah

kebutuhan akan keamanan dari ancaman yakni merasa aman dari

ancaman kecelakaan dan keselamatan dalam melakukan

pekerjaan.

Kebutuhan ini mengarah kepada dua bentuk, yaitu :

Page 31: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

1). Kebutuhan akan keamanan dan keselamatan jiwa di

tempat pekerjaan pada saat mengerjakan pekerjaan di

waktu jam-jam kerja.

2). Kebutuhan akan keamanan harta di tempat pekerjaan

pada waktu jam-jam kerja.

3. Affiliation or Acceptance Needs (Belongingness)

Affiliation or Acceptance Needs adalah kebutuhan sosial, teman,

dicintai dan mencitai serta diterima dalam pergaulan kelompok

karyawan dan lingkungannya.

4. Esteem or Status Needs

Esteem or Status Needs adalah kebutuhan akan penghargaan

diri, pengakuan serta penghargaan prestise dari karyawan dan

masyarakat lingkungannya.

5. Self Actualization

Self Actualization adalah kebutuhan akan aktualisasi diri dengan

menggunakan kecakapan, kemampuan, keterampilan, dan potensi

optimal untuk mencapai prestasi kerja yang sangat memuaskan

atau luar biasa yang sulit dicapai orang lain.

Dari teori Maslow’S mengemukakan ada 5 (lima) tingkatan

(herarchi) dalam memotivasi seseorang dalam melakukan sesuatu yaitu

pertama kebutuhan fisik, diantaranya makan dan minum. Kedua

kebutuhan rasa aman dari ancaman kecelakaan dan keselamatan dalam

melakukan pekerjaa. Ketiga kebutuhan sosial diantaranya kebutuhan

Page 32: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

akan teman, pergaulan, dicintai dan mencintai. Keempat kebutuhan

status/kekuasaan terdiri dari pengakuan serta penghargaan dari

masyarakat. Kelima kebutuhan aktualisasi terdiri dari kecakapan,

kemampuan, penggunaan potensi yang optimal dalam meraih prestasi

kerja yang memuaskan yang bagi orang lain sulit untuk mencapainya.

2. Alderfer’s Existence, Relatedness and Growth (ERG) Theory

Teori ERG juga mengandung suatu dimensi frustrasi-regresi. Anda

ingat, Maslow berargumen bahwa seorang individu akan tetap pada suatu

tingkat kebutuhan tertentu sampai kebutuhan tersebut dipenuhi. Teori

ERG menyangkalnya dengan mengatakan bahwa bila suatu tingkat

kebutuhan dari urutan lebih tinggi terhalang, akan terjadi hasrat individu itu

untuk meningkatkan kebutuhan tingkat lebih-rendah. Ketidakmampuan

memuaskan suatu kebutuhan akan interaksi sosial, misalnya, mungkin

meningkatkan hasrat memiliki lebih banyak uang atau kondisi kerja yang

lebih baik. Jadi frustrasi halangan dapat mendorong pada suatu

kemunduran ke kebutuhan yang lebih Rendah (Kadji, 2012).

Alderfer’s Existence, Relatedness and Growth (ERG) Theory ini

dikemukakan oleh Clayton Alderfer seorang ahli dari Yale Univerdity.

Teori ini merupakan penyempurnaan dari teori kebutuhan yang

dikemukakan oleh A. H. Maslow. ERG Theory ini oleh para ahli dianggap

lebih mendekati keadaan sebenarnya berdasarkan fakta-fakta empiris

(Hasibuan, 2010).

Page 33: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

Teori ERG merupakan teori yang menyempurnakan teori Maslow

yang lebih mengarah atau mendekati pada keadaan sebenarnya

berdasarkan fakta-fakta yang empiris. Dalam teori ERG ada 3 (tiga)

kebutuhan yaitu pertama kebutuhan akan keberadaan (Exixtence Needs)

yang merupakan kebutuhan dasar yang ada pada diri seseorang yang

terdiri dari kebutuhan psikologi (physiological needs) dan kebutuhan akan

rasa aman (safety needs) dari Maslow’s. Kedua kebutuhan akan Afiliasi

(Relatedness Needs) yang merupakan pentingnya hubungan dengan

orang lain dan bermasyarakat, kebutuhan ini juga berkaitan dengan

kebutuhan kebutuhan mencintai (love needs) dan kebutuhan akan

penghargaan diri (Esteem Needs) dari Maslow’s. Ketiga Kebutuhan akan

kemajuan yang merupakan keinginan dari dalam diri seseorang untuk

majua atau lebih meningkatkan kemampuan pribadi yang dimilikinya.

Alderfer mengemukakan bahwa ada tiga kelompok kebutuhan yang

utama (Hasibuan, 2010), yaitu :

1) Kebutuhan akan Keberadaan (Exixtence Needs)

Exixtence Needs berhubungan dengan kebutuhan dasar termasuk di

dalamnya Physiological Needs dan Safety Needs dari Maslow.

2). Kebutuhan akan Afiliasi (Relatedness Needs)

Relatedness Needs menekankan akan pentingnya hubungan antar

individu (interpersonal relationship) dan juga bermasyarakat (social

relationship). Kebutuhan ini berkaitan juga dengan Love Needs dan

Esteem Needs dari Maslow

Page 34: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

3). Kebutuhan akan Kemajuan (Growth Needs).

Growth Needs adalah keinginan intrinsik dalam diri seseorang untuk

maju atau meningkatkan kemampuan pribadinya.

Menurut Winardi (2011) apabila mengurutkannya menurut

kebutuhan tingkat terendah hingga tingkat tertinggi, maka kebutuhan-

kebutuhan yang dimaksud adalah

1. Kebutuhan-kebutuhan akan eksistensi (Existence Needs)

2. Kebutuhan-kebutuhan untuk berhubungan dengan pihak lain

(Relatedness Needs)

3. Kebutuhan-kebutuhan akan pertumbuhan (Growth Needs)

Kebutuhan-kebutuhan berkaitan satu sama lain dalam sebuah

hierarki prepoten atau anak tangga. Akhirnya dikatakan, bahwa frustrasi

kebutuhan-kebutuhan tingkat lebih tinggi dianggap mempengarui

keinginan akan kebutuhan-kebutuhan tingkat lebih rendah. Dengan kata

lain, tidak seperti halnya dorongan ke atas primer dari hierarki Maslow,

teori Alderfer memiliki dorongan ke atas maupun dorongan ke bawah

Winardi (2011).

Alderfer yang dikutip dari Kadji (2012) berargumen bahwa ada tiga

kelompok kebutuhan inti-eksistensi [existence], hubungan [relatedness],

dan pertumbuhan [growth] jadi disebut teori ERG. Kelompok eksistensi

mempedulikan pemberian persyaratan eksistensi materil dasar kita,

mencakup butir-butir yang oleh Maslow dianggap sebagai kebutuhan faali

dan keamanan. Kelompok kebutuhan kedua adalah kelompok hubungan

Page 35: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

hasrat yang kita miliki untuk memelihara hubungan antar pribadi yang

penting. Hasrat sosial dan status menuntut interaksi dengan orang-orang

lain agar dipuaskan, dan hasrat ini segaris dengan kebutuhan sosial

Maslow dan komponen eksternal dari klasifikasi penghargaan Maslow.

Akhirnya, Alderfer memencilkan kebutuhan pertumbuhan suatu hasrat

intrinsik untuk perkembangan pribadi, mencakup komponen intrinsik dari

kategori penghargaan Maslow dan karakteristik-karakteristik yang

tercakup pada aktualisasi diri

Di samping menggantikan lima kebutuhan dengan tiga, apa beda

teori ERG Alderfer dari teori Maslow. Berbeda dengan teori hierarki

kebutuhan, teori ERG memperlihatkanbahwa (1) dapat beroperasi

sekaligus lebih dari satu kebutuhan, dan (2) jika kepuasan dari suatu

kebutuhan tingkat lebih tinggi tertahan, hasrat untuk memenuhi kebutuhan

tingkat lebih rendah meningkat. Hierarki kebutuhan Maslow mengikuti

kemajuan yang bertingkat-tingkat dan kaku. Teori ERG tidak

mengandaikan suatu hierarki yang kaku di mana kebutuhan yang lebih

rendah harus lebih dahulu cukup banyak dipuaskan sebelum orang dapat

maju terus. Misalnya, seseorang dapat mengusahakan pertumbuhan

meskipun kebutuhan eksistensi dan hubungan belum dipuaskan; atau

ketiga kategori kebutuhan dapat beroperasi sekaligus (Kadji, 2012).

Ringkasnya teori ERG berargumen seperti Maslow, bahwa

kebutuhan tingkat lebih rendah yang terpuaskan menghantar ke hasrat

untuk memenuhi kebutuhan tingkat lebih tinggi; tetapi kebutuhan ganda

Page 36: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

dapat beroperasi sebagai motivator sekaligus, dan halangan dalam

mencoba memuaskan kebutuhan tingkat lebih tinggi dapat menghasilkan

regresi ke suatu kebutuhan tingkat lebih rendah. Teori ERG lebih

konsisten dengan pengetahuan kita mengenai perbedaan individual di

antara orang-orang. Variabel seperti pendidikan, latar belakang keluarga,

dan lingkungan budaya dapat mengubah pentingnya atau kekuatan

dorong yang dipegang sekelompok kebutuhan untuk seorang individu

tertentu(Kadji, 2012).

C. Faktor Internal Yang Mempengaruhi Motivasi

Menurut Hariadja (2002) bahwa motivasi internal adalah sebagai

dorongan internal. Motivasi sebagai dorongan internal, yaitu motif atau

dorongan sebagai kata kunci. Suatu motivasi dapat muncul sebagai

akibat dari keinginan pemerintahan kebutuhan yang tidak terpuaskan

dimana kebutuhan itu muncul sebagai dorongan internal atau dorongan

alamiah (naluri), seperti makan, minum, tidur, berprestasi, berinteraksi

dengan orang lain, mencari kesenangan, berkuasa, dan lain – lain yang

cenderung bersifat internal, yang berarti kebutuhan itu muncul dan

menggerakkan perilaku semata – mata karena tuntutan fisik dan

psikologis yang muncul melalui mekanisme sistem biologis manusia.

Motivasi internal adalah rasa kepuasan dari dalam diri, bukan

karena keberhasilan atau kemenangan, tetapi karena kepuasan telah

melakukan sesuatu. Motivasi internal adalah perasaan berprestasi, yang

lebih dari sekedar pencapaian sebuah tujuan. Mencapai tujuan yang tidak

Page 37: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

bernilai tidak akan menimbulkan rasa puas. Motivasi internal ini dapat

bertahan lama, karena berasal dari dalam diri dan ditafsirkan ke dalam

motivasi diri (self-motivation). Motivasi perlu diidentifikasikan dan harus

terus menerus diperkuat untuk mencapai keberhasilan. Dua faktor

terpenting yang memotivasi adalah pengakuan dan tanggung jawab.

Pengakuan berarti dihargai diperlakukan dengan hormat dan bermartabat

dan mempunyai perasaan memiliki. Tanggung jawab menimbulkan

perasaan memiliki dan hak kepemilikan akan sesuatu. Perasaan ini

kemudian menjadi bagian dari gambaran yang lebih besar. Kurangnya

tanggung jawab akan menyebabkan menurunnya motivasi (Khera, 2002).

Motivasi intrinsik adalah pendorong kerja yang bersumber dari

dalam diri pekerja sebagai individu, berupa kesadaran mengenai

pentingnya atau manfaat/makna pekerjaan yang dilaksanakannya.

Dengan kata lain motivasi ini bersumber dari pekerjaan yang dikerjakan,

baik karena mampu memenuhi kebutuhan, atau menyenangkan, atau

memungkinkan mencapai suatu tujuan, maupun karena memberikan

harapan tertentu yang positif di masa depan. Misalnya pekerjaan yang

bekerja secara berdedikasi semata-maa karena merasa memperoleh

kesempatan untuk mengaktualisasikan atau mewujudkan realisasi dirinya

secara maksimal (Nawawi, 2002).

Seperti yang telah dikemukakan, motivasi seorang individu sangat

dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat internal maupun

eksternal. Termasuk dalam faktor internal adalah (a) persepsi seseorang

Page 38: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

mengenai diri sendiri; (b) harga diri; (c) harapan pribadi; (d) kebutuhan; (e)

keinginan; (f) kepuasan kerja; dan (g) prestasi kerja yang dihasilkan

(Angelia, 2010). Termasuk pada faktor internal adalah :

a) persepsi seseorang mengenai diri sendiri

b) harga diri

c) harapan pribadi

d) kebutuhaan

e) keinginan

f) kepuasan kerja

g) prestasi kerja yang dihasilkan.

Menurut Saemanto (1987) motivasi seseorang sangat dipengaruhi oleh

faktor internal. Faktor Internal merupakan faktor yang berasal dari dalam

diri individu, terdiri atas:

1) Persepsi individu mengenai diri sendiri, seseorang termotivasi atau

tidak untuk melakukan sesuatu banyak tergantung pada proses

kognitif berupa persepsi. Persepsi seseorang tentang dirinya

sendiri akan mendorong dan mengarahkan perilaku seseorang

untuk bertindak.

2) Harga diri dan prestasi, faktor ini mendorong atau mengarahkan

inidvidu (memotivasi) untuk berusaha agar menjadi pribadi yang

mandiri, kuat, dan memperoleh kebebasan serta mendapatkan

status tertentu dalam lingkungan masyarakat serta dapat

mendorong individu untuk berprestasi.

Page 39: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

3) Harapan, adanya harapan-harapan akan masa depan. Harapan ini

merupakan informasi objektif dari lingkungan yang mempengaruhi

sikap dan perasaan subjektif seseorang. Harapan merupakan

tujuan dari perilaku.

4) Kebutuhan, manusia dimotivasi oleh kebutuhan untuk menjadikan

dirinya sendiri yang berfungsi secara penuh, sehingga mampu

meraih potensinya secara total. Kebutuhan akan mendorong dan

mengarahkan seseorang untuk mencari atau menghindari,

mengarahkan dan memberi respon terhadap tekanan yang

dialaminya.

5) Kepuasan kerja lebih merupakan suatu dorongan afektif yang

muncul dalam diri individu untuk mencapai goal atau tujuan yang

diinginkan dari suatu perilaku.

Hasil penelitian dari Hambali (2010) hasilnya menemukan faktor-

faktor internal yang mempengaruhi motivasi beternak domba adalah umur,

pendidikan dan jumlah tanggungan keluarga. Dilanjutkan penelitian

(Susantyo, 2001) faktor internal yang mempengaruhi motivasi petani

adalah tingkat pendidikan, kebutuhan rumah tangga dan sifat kosmopolit.

Dari beberapa pendapat di atas yang menyangkut masalah faktor

internal yang mempengaruhi motivasi peternak adalah umur, pendidikan,

pengalaman beternak, dan kosmofolit. Faktor internal ini yang dimaksud

adalah karakteristik peternak yang terdiri dari umur, pendidikan,

pengalaman beternak dan sifat kosmopolit.

Page 40: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

D. Faktor Ekternal yang Mempengaruhi Motivasi

Menurut Hariadja (2002) bahwa motivasi eksternal adalah sebagai

dorongan eksternal. Motivasi ekternal adalah kebutuhan juga dapat

berkembang sebagai akibat dari interaksi individu dengan lingkungannya,

misalnya kebutuhan untuk berprestasi yang tinggi sebagai dorongan

biologis dapat berubah ketika dia berinteraksi dengan lingkungan kerja

dimana disana terdapat suatu norma kelompok yang tidak menghendaki

prestasi individu. Ini akan mengakibatkan motif berprestasi menurun,

sebaliknya seorang yang tidak memiliki motif berprestasi yang tinggi dapat

berubah ketika orang tersebut berada dalam lingkungan kelompok kerja

dimana prestasi individu sangat dihargai. Ini akan mengakibatkan

munculnya motif berprestasi yang tinggi.

Motivasi Ekstrinsik adalah pendorong kerja yang bersumber dari

luar diri pekerja sebagai individu, berupa suatu kondisi yang

mengharuskannya melaksanakan pekerjaan secara maksimal. Mislanya

berdedikasi tinggi dalam bekerja karena upah/gaji yang tinggi,

jabatan/posisi yang terhormat atau memiliki kekuasaan yang besar

(Nawawi, 2001).

Menurut Khera (2002) motivasi eksternal berasal dari luar diri,

seperti uang, pengakuan, sosial popularitas atau ketakutan sedangkan

menurut Angelia (2010) faktor eksternal yang mempengaruhi motivasi

seseorang, antara lain: (a) jenis dan sifat pekerjaan; (b) kelompok kerja

dimana seseorang bergabung; (c) organisasi tempat bekerja; (d) situasi

Page 41: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

lingkungan pada umumnya; dan (e) sistem imbalan yang berlaku serta

cara penerapannya. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi

motivasi seseorang, antara lain ialah :

a) jenis dan sifat pekerjaan

b) kelompok kerja dimana seseorang bergabung

c) organisasi tempat bekerja

d) situasi lingkungan pada umumnya

e) sistem imbalan yang berlaku dan cara penerapannya.

Menurut Saemanto (1987) motivasi seseorang sangat dipengaruhi oleh

faktor eksternal. Faktor eksternal faktor yang berasal dari luar diri individu

terdiri atas:

1. Jenis dan sifat pekerjaan, dorongan untuk bekerja pada jenis dan

sifat pekerjaan tertentu sesuai dengan objek pekerjaan yang

tersedia akan mengarahkan individu untuk menentukan sikap atau

pilihan pekerjaan yang akan ditekuni. Kondisi ini juga dapat

dipengartuhi oleh sejauh mana nilai imbalan yang dimiliki oleh

objek pekerjaan dimaksud,

2. Kelompok kerja dimana individu bergabung, kelompok kerja atau

organisasi tempat dimana individu bergabung dapat mendorong

atau mengarahkan perilaku individu dalam mencapai suatu tujuan

perilaku tertentu, peranan kelompok atau organisasi ini dapat

membantu individu mendapatkan kebutuhan akan nilai-nilai

Page 42: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

kebenaran, kejujuran, kebajikan serta dapat memberikan arti bagi

individu sehubungan dengan kiprahnya dalam kehidupan sosial.

3. Situasi lingkungan pada umumnya, setiap individu terdorong untuk

berhubungan dengan rasa mampunya dalam melakukan interaksi

secara efektif dengan lingkungannya,

4. Sistem imbalan yang diterima, imbalan merupakan karakteristik

atau kualitas dari objek pemuas yang dibutuhkan oleh seseorang

yang dapat mempengaruhi motivasi atau dapat mengubah arah

tingkah laku dari satu objek ke objek lain yang mempunyai nilai

imbalan yang lebih besar. Sistem pemberian imbalan dapat

mendorong individu untuk berperilaku dalam mencapai tujuan;

perilaku dipandang sebagai tujuan, sehingga ketika tujuan tercapai

maka akan timbul imbalan.

Hasil penelitian dari Dewandini (2010) hasilnya menemukan

lingkungan ekonomi terdiri atas ketersediaan kredit usahatani,

ketersediaan sarana produksi, dan adanya jaminan pasar. Keuntungan

terdiri dari tingkat kesesuaian potensi lahan, tingkat ketahanan terhadap

resiko, tingkat penghematan waktu budidaya, dan tingkat kesesuaian

dengan budaya setempat.

Hasil penelitian dari Hambali (2010) hasilnya menemukan faktor-

faktor eksternal yang mempengaruhi motivasi beternak domba adalah

pengetahuan informasi pasar dilanjutkan penelitian Susantyo (2001) faktor

Page 43: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

eksternal yang mempengaruhi motivasi petani adalah kemudahan

pemasaran dan intensitas penyuluh.

Dari beberapa pendapat di atas yang menyangkut masalah faktor

eksternal yang mempengaruhi motivasi peternak di kabupaten Enrekang

adalah ketersediaan sarana produksi, jaminan pasar (permintaan pasar),

dukungan dari Dinas Peternakan dan Persepsi peternak terhadap

penggunaan modal.

E. Teknologi Budidaya Sapi Perah

Sapi perah merupakan salah satu jenis ternak yang populasinya

tersebar luas di seluruh dunia, terutama pada daerah yang produksi

pertaniannya memungkinkan. Dewasa ini produksi air susu yang

dihasilkan dari ternak sapi perah belum mampu mensuplai kebutuhan

susu masyarakat di Indonesia, dimana kebutuhan akan air susu ini

semakin lama semakin meningkat sesuai dengan pertambahan penduduk.

Dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap susu (Baron,

1999).

Industri sapi perah di Indonesia mempunyai struktur yang relatif

lengkap yakni adanya peternak, pabrik pakan dan pabrik pengolahan susu

yang realtif maju dengan kapasitas yang besar, dan tersedia kelembagaan

peternak yaitu GKSI (Gabungan Koperasi Susu Indonesia). Kelengkapan

ini dimungkinkan sebagai akibat kebijakan penanaman modal asing (PMA)

dan kebijakan persusuan. Struktur produksi sapi perah terdiri atas usaha

Page 44: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

besar (lebih dari 100 ekor), usaha menengah (30 – 100 ekor), usaha kecil

(10 – 30 ekor) dan usaha rakyat (1 – 9 ekor) dengan kontribusi produksi

berturut-turut adalah 1%, 5%, 7% dan 87%. Rata-rata kepemilikan setiap

rumah tangga adalah 3 – 9 ekor dengan produktivitas 10 liter per ekor.

Sekitar 80% dari susu segar diserap oleh industri pengolahan susu

melalui koperasi, 10% dikonsumsi langsung, 5% diserap oleh pengolahan

susu skala kecil, dan 5% digunakan untuk konsumsi bagi anak sapi

(Panggabean, 2004) dalam Baba (2011).

1. Pengembangan Usaha Sapi Perah

Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 259.000.000 jiwa

(Kementerian Dalam Negeri, 2011) merupakan pasar yang potensial untuk

berbagai produk makanan dan minuman, termasuk untuk industri

pengolahan susu sapi. Prospek yang cukup menjanjikan di dalam industri

pengolahan susu menjadikan para investor baik dari dalam maupun luar

negeri tertarik menanamkan modalnya pada bidang tersebut dan bagi

pemain lama cenderung ekspansif baik dari segi produksi maupun ragam

produk. Jumlah perusahaan yang cukup banyak menyebabkan kondisi

persaingan di dalam industri tersebut semakin ketat. Untuk itu, setiap

perusahaan dituntut untuk selalu melakukan inovasi di dalam

pengembangan produknya agar bisa diterima oleh konsumen dan

memenangkan persaingan tersebut (Nurcahyadi, 2003).

Perkembangan usaha peternakan sapi perah di Indonesia terus

meningkat dari tahun ke tahun akibat peningkatan permintaan akan bahan

Page 45: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

pangan asal ternak, sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan

kesadaran masyarakat akan pentingnya susu sebagai salah satu sumber

protein hewani (Baron, 1999).

Saat ini produksi susu dalam negeri baru mencapai 30% dari

kebutuhan konsumsi nasional, selebihnya diimport dari luar negeri.

Produksi susu nasional baru mencapai 1,2 juta liter/hari berasal dari

kurang lebih 400.000 ekor sapi perah. Jumlah produksi ini masih jauh dari

harapan dengan jumlah permintaan susu sebesar 4 – 4,5 juta liter/ hari.

Produksi susu tersebut terutama berasal dari industri persusuan yang

berlokasi di Jawa Barat sebesar 450 ton/ tahun, Jawa Tengah sebesar

110 ton/tahun dan Jawa Timur sebesar 510 ton/ tahun. Sedangkan nilai

import masih sangat tinggi yaitu mencapai 173.080 ton/ tahun (Dirjen

Peternakan, 2012).

Ada beberapa faktor penyebaran sapi perah di Indonesia. Adapun

faktor-faktor tersebut meliputi temperature, daerah konsumen, dan faktor

komunikasi (Muljana, 2005).

1. Temperatur

Pada umumnya sapi perah yang dipelihara di Indonesia ini

adalah jenis Fries Holland dan peranakan Fries Holland yang berasal

dari daerah Eropa yang mempunyai suhu temperatur dingin sekitar 22

derajat celcius maka dari itu, untuk menyesuaikan suhu temperatur

terhadap sapi-sapi tersebut, di Indonesia hanya dapat diternakkan di

daerah-daerah dingin.

Page 46: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

2. Daerah Konsumen

Untuk mendirikan usaha pemerahan susu sapi ini, kita harus

mempelajari dan sekaligus mengikuti jalur-jalur atau daerah-daerah

konsumen. Walaupun keadaan temperaturnya memungkinkan untuk

beternak sapi perah, tetapi keadaan daerahnya tidak memungkinkan

untuk dijadikan daerah peternakan sapi perah akan sia-sia usaha

tersebut. Sebab apabila daerah usaha itu jauh dari daerah konsumen

ataupun sulit transportasinya, akan mengakibatkan kemacetan usaha.

Hal ini harus diingat bahwa susu sapi tidak dapat bertahan kualitasnya

jika disimpan terlalu lama.

3. Komunikasi

Faktor komunikasi, terutama sekali komunikasi adalah benar-

benar menentukan sekali. Jika usaha kita berada di daerah yang

mempunyai fasilitas jalan yang baik, juga banyak-banyak kendaraan-

kendaraan bermotor untuk umum akan lebih menunjang kesuksesan

usaha ternak sapi perah. Kita dapat dengan lancar memasarkan hasil

susu tersebut dan lebih mudah memperoleh bahan makanan bagi

ternak itu sendiri.

2. Hal-hal yang Membuat Sapi Perah Berkembang

Usaha sapi perah akan berkembang, jika memenuhi beberapa

faktor. Faktor-faktor tersebut meliputi faktor ekonomis, serba guna,

bimbingan dan motivasi, makanan dan bibit, serta marketing (Muljana,

2005).

Page 47: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

1. Faktor Ekonomis

Orang tidak ragu-ragu lagi untuk beternak sapi perah karena

kemajuan zaman dan ilmu pengetahuan serta banyak orang yang

telah mengetahui akan tingginya gizi susu sapi. Sebab produksinya

sangat mudah untuk dipasarkan di kota-kota besar. Kemudian

keberanian orang untuk mengusahakan usaha perahan susu sapi

semakin meningkat setelah pemerintah sendiri menggalakkan

pemenuhan gizi makanan.

2. Serbaguna

Usaha sapi perah ini selain menghasilkan susu, juga

berhubungan erat dengan pertanian. Selain susu, sapi perah juga

menghasilkan kotoran yang dapat dibuat menjadi pupuk. Kemudian

yang lebih penting lagi, sapi perah ini telah tidak berfungsi atau

katakanlah afkiran, maka dagingnya dapat dijual seperti daging sapi

potong. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa usaha sapi ternak

ini merupakan usaha serbaguna.

3. Bimbingan dan Motivasi

Telah diterangkan bahwa produksi susu tidak tahan lama dan

mudah rusak serta usaha sapi perah di Indonesia ini masih dianggap

cukup unik. Berkaitan dengan hal itu, maka pemerintah berusaha

untuk memberikan bimbingan-bimbingan kepada para pengusahanya.

Memelihara sapi perah membutuhkan penanganan yang serius, tekun

dan cermat. Bahkan jika bolah dikatakan, memerlukan kepandaian

Page 48: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

skill yang memadai. Terutama yang menyangkut breeding, feeding,

dan management yang cukup berat serta rumit. Oleh karena itu,

bimbingan dalam hal ini mutlak perlu, baik itu langsung dan kadang-

kadang motivasi.

4. Makanan dan Bibit

Makanan bagi sapi perah terbagi menjadi dua macam yaitu

makanan pokok dan makanan tambahan. Untuk mencukupi makanan

bagi sapi, maka kita dapat memberikan makanan ekstra, yaitu

campuran antara dedak, katul, bungkil kelapa, dan juga bungkil

kacang tanah. Jika perlu diberi campuran kacang hijau.

Makanan pokok sapi yaitu rumput-rumputan. Alangkah

baiknya jika kita mengadakan sebidang tanah luas yang

menghasilkan rumput hijau yang segar untuk makanan pokok ternak

sapi kita. Rumput hijau yang masih segar itu mutlak diperlukan oleh

sapi perah.

Kemudian untuk menjaga kesinambungan dari usaha sapi

perah ini, kita juga harus memikirkan tentang pembibitan. Tentu saja

yang dimaksud disini adalah bibit sapi unggul atau paling tidak

keturunan dari sapi yang telah benar-benar terbukti kehebatannya.

Dalam usaha pemerintah yang ikut memikirkan pembibitan ini, maka

pemerintah telah melakukan beberapa percobaan bahkan sekarang

telah menjadi kenyataan.

Page 49: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

5. Pemasaran

Semua usaha apapun tidak bisa tanpa memperhatikan

marketing. Pemeliharaan sapi perah dapat berjalan lancar dan

menguntungkan jika kita dapat mengatur pemasaran yang baik.

Apalagi dalam usaha sapi perah ini produksinya mudah rusak

dan tidak tahan lama. Dengan demikian, kelincahan dan kesuksesan

marketing benar-benar mengambil peranan yang sangat penting

bahkan sangat dominan.

F. Kerangka Pikir

Untuk mengidentifikasi variabel-variabel tersebut dalam situasi

yang relevan dengan masalah penelitian, maka perlu suatu kerangka

pemikiran yang berlandaskan pada faktor-faktor yang mempengaruhi

motivasi peternak sapi perah di Kabupaten Enrekang.

Motivasi merupakan hal yang sangat utama dalam mendorong

moral, kedisiplinan dan prestasi kerja dalam beternak sapi perah.

Peternak dengan motivasi tinggi diharapkan akan mengutamakan

pekerjaannya dalam melaksanakan dengan sungguh-sungguh dan penuh

rasa tanggung jawab. Untuk menerangkan motivasi beternak sapi perah

akan digunakan teori ERG Kebutuhan-kebutuhan tersebut adalah : (1)

kebutuhan akan keberadaan (existence), (2) kebutuhan berhubungan

(relatedness) dan (3) kebutuhan untuk berkembang (growth need).

Page 50: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

Alasan menggunakan teori ERG karena salah satu teori motivasi

yang konverensif dimana dalam teori ERG ada tiga kebutuhan yaitu (1)

kebutuhan akan keberadaan (Psikologi), (2) kebutuhan berhubungan

(sosial) dan (3) kebutuhan untuk berkembang (ekonomi). Sementara

fakta di lapangan menunjukkan bahwa motivasi peternak berusaha sapi

perah di Kabupaten Enrekang berdarakan 3 (tiga) kebutuhan yaitu :

1. Kebutuhan akan keberadaan (psikologi) yang ditandai dengan

tingkat motivasi yang fluktuatif.

2. Kebutuhan akan berhubungan (sosial) yang ditandai dengan

usaha sapi perah di kabupaten Enrekang merupakan usaha

yang turun temurun dan masyarakat beternak sapi perah

karena melihat tetangga atau kerabatnya beternak.

3. Kebutuhan untuk berkembang (ekonomi) yang ditandai dengan

harga dangke di Kabupaten Enrekang sangat tinggi.

Faktor yang mempengaruhi motivasi beternak sapi perah dalam

penelitian ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor

eksternal. Faktor internal terdiri dari : umur, pendidikan, pengalaman

beternak, dan kosmopolit. Sedangkan untuk faktor eksternal terdiri dari :

ketersediaan sarana produksi, jaminan pasar, dukungan dari Dinas, dan

persepsi peternak terhadap penggunaan modal.

Umur adalah merupakan salah satu karakteristik internal dari

individu yang ikut mempengaruhi fungsi biologis dan fisiologis individu

tersebut. Umur akan mempengaruhi seseorang dalam mempelajari,

Page 51: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

memahami dan menerima pembaharuan, umur juga berpengaruh

terhadap peningkataan produktivitas kerja yang dilakukan seseorang.

Hasil penelitian Hambali (2010) faktor internal yang mempengaruhi

motivasi peternak adalah umur, ini tidak sesuai dengan pendapat Febrina

dkk (2009) yang hasil penelitiannya menunjukkan umur tidak berhubungan

dengan motivasi peternak.

Pendidikan akan mempengaruhi seseorang dalam menerima

teknologi baru, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang tentunya

akan semakin tinggi pula daya serap teknologi dan semakin cepat untuk

menerima inovasi yang datang dari luar dan begitu juga sebaliknya. Hasil

penelitian Hambali (2010) faktor internal yang berhubungan dengan

motivasi adalah pendidikan, hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian

Sumiati (2011) yang hasil penelitiaannya menunjukkan pendidikan tidak

berpengaruh nyata terhadap tingkat motivasi.

Pengalaman peternak sangat erat kaitannya dengan keterampilan

yang dimiliki. Semakin lama pengalaman beternak seseorang maka

keterampilan yang dimiliki akan lebih tinggi dan berkualitas. Hasil

penelitian Sumiati (2011) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang

nyata antara pengalaman usaha tani/ternak terhadap motivasi, hal ini

didukung oleh hasil penelitian Luanmase (2011) yang menunjukkan

bahwa faktor internal yang berpengaruh signifikan terhadap motivasi

adalah pengalaman berusaha tani/ternak. Di lain pihak tidak sesuai

Page 52: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

dengan pendapat Hambali (2010) yang hasil penelitiannya menunjukkan

tidak ada hubungan antara pengalaman beternak terhadap motivasi.

Sifat kosmopolit, dimungkinkan terjadinya peningkatan wawasan

dan belajar di kalangan petani atas keberhasilan orang yang berada di

luar daerahnya sehingga petani tersebut dapat terpacu, dan tanggap

terhadap peluang pasar yang berpotensi dapat meningkatkan pendapatan

dengan banyaknya output produksi yang dihasilkan. Hasil penelitian

Sumiati (2011) menunjukkan bahwa sifat kosmopolit tidak berpengaruh

nyata terhadap motivasi petani/peternak dalam menjalankan usahanya.

Ketersediaan sarana produksi yaitu sejauh mana peternak mampu

menjangkau atau memenuhi kebutuhan sarana produksi yang diperlukan

dalam menjalankan usaha ternaknya. Hasil penelitian Hambali (2010)

menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antaran ketersediaan saran

produksi terhadap motivasi peternak.

Jaminan pasar sangat berpengaruh terhadap permintaan hasil

produk yang dihasilkan dalam beternak. Apabila produk yang dihasilkan

memiliki jaminan pasar yang baik maka usaha yang dijalankan mampu

berjalan dengan baik begitupun sebaliknya. Hasil penelitian Hambali

(2010) menunjukkan adanya hubungan antara jaminan pasar dengan

motivasi dalam beternak, ini juga didukung oleh hasil penelitian Sumiati

(2011) yang menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi motivasi

petani adalah jaminan pasar.

Page 53: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

Dukungan dari pemerintah merupakan hal yang sangat penting

dalam keberhasilan usaha peternakan. Dukungan ini akan memberikan

hasil yang baik bagi peternak dalam menjalankan usahanya. Penggunaan

modal dalam usaha ternak akan berdampak pada keseriusan peternak

dalam menjalankan usahanya, semakin tinggi modal yang digunakan

semakin baik peternak dalam menjalankan usahanya, begitu pun

sebaliknya. Semakin mudah peternak memperoleh modal maka semakin

tinggi pula keinginan mereka untuk berusaha. Hasil penelitian Dewandini

(2010) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan tidak signifikan anatar

penggunaan modal dengan motivasi peternak.

Faktor yang mempengaruhi motivasi beternak sapi perah dalam

penelitian ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor

eksternal. Faktor internal terdiri dari : umur, pendidikan, pengalaman

beternak, dan kosmopolit. Sedangkan untuk faktor eksternal terdiri dari :

ketersediaan sarana produksi, jaminan pasar, dukungan dari Dinas, dan

persepsi peternak terhadap penggunaan modal. Hal ini diperoleh dari

teori dan fakta yang ada di lapangan.

Secara ringkas, kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada

Gambar 2.

Page 54: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

Gambar 2. Skema Kerangka Pikir

G. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir, maka hipotesis

yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Motivasi peternak sapi perah di daerah sentra lebih tinggi

dibanding di daerah non sentra

2a. Faktor internal (umur, pendidikan, pengalaman beternak dan

kosmopolit) mempengaruhi tingkat motivasi.

2b. Semakin meningkat dukungan faktor eksternal (ketersediaan

sarana produksi, jaminan pasar, dukungan dari pemerintah dan

penggunaan modal) maka tingkat motivasi peternak semakin

meningkat pula.

Faktor Internal (FI)

Faktor Eksternal

(FE)

Motivasi

Umur

Pendidikan

Pengalam

beternak

Beternak Kosmopolit

Ketersediaan

Sarana Produksi

Jaminan Pasar

Dukungan Dari

Pemerintah

Existence

Needs

Relatedness

Needs

Growth

Needs

Persepsi peternak

Terhadap

Penggunaan

Modal

Page 55: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, maka jenis penelitian

yaitu : Penelitian non eksperiment desain survey, penelitian

noneksperiment adalah telaah empirik sistematis dimana variabel tidak di

kontrol secara langsung, karena kejadiannya telah muncul. Inferensi

tentang relasi antar variabel dibuat, tanpa intervensi langsung,

berdasarkan variasi yang muncul sering dalam variabel bebas dan

variabel terikatnya.

Variabel bebas (Independen Variabel) dalam penelitian ini adalah

umur, pendidikan, lama beternak, kosmopolit, ketersediaan sarana

produksi, jaminan pasar, dukungan dari Dinas dan penggunaan modal.

Sedangkan variabel terikat (Dependent Variabel) adalah tingkat motivasi.

Penelitian survey mengkaji populasi (universe) yang besar maupun

kecil dengan menyeksi serta mengkaji sampel yang dipilih dari populasi

itu, untuk menemukan insiden, distribusi, dan interelasi relatif dari

variabel-variabel sosiologi dan psikologi (Kerlinger, 2003).

Dalam melihat keterkaitan variabel jenis penelitian ini adalah

eksplanatory yang melihat pengaruh variabel independen terhadap

variabel dependen.

Page 56: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan

Maret 2013 di kabupaten Enrekang.

Alasan memilih kabupaten Enrekang sebagai lokasi penelitian

karena di Sulawesi Selatan Kabupaten yang berkembang peternakan sapi

perahnya adalah Kabupaten Enrekang yang didukung oleh iklim yang

sesuai dengan pengembangan ternak sapi perah dan populasi terbesar

sapi perah di Kabupaten Enrekang.

Pengembangan wilayah sapi perah di Kabupaten Enrekang terbagi

menjadi dua yaitu sentra dan non sentra. Kabupaten Enrekang memiliki

12 Kecamatan, wilayah sentra yaitu kecamatan cendana sedangkan untuk

wilayah non sentra yaitu kecamatan Alla, Curio, Baroko, Masalle,

Anggeraja, Buntu Batu, Malua, Baraka dan Enrekang. Kecamatan

Cendana menjadi daerah sentra peternakan sapi perah karena memiliki

populasi yang tinggi dibandingkan daerah non sentra.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi meliputi seluruh peternak sapi perah di kabupaten

Enrekang yang berjumlah 273 orang.

Page 57: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

2. Sampel

Populasi peternak sapi perah di Kabupaten Enrekang sebanyak

273 orang. Maka ukuran sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 74

orang peternak yang ditentukan dengan menggunakan rumus

pengambilan sampel menurut Slovin dalam Umar (2001) sebagai berikut :

n = 2)(1 eN

N

Dimana : n = Jumlah Sampel

N = Jumlah Populasi

e = Tingkat Kelonggaran (10%)

Dengan menggunakan rumus tersebut, maka diperoleh jumlah sampel

sebagai berikut:

n = 2)1,0(2731

273

n =

)01,0(2731

273

n = 73,21

273

n = 73,3

273

n = 74 orang

Untuk memenuhi kriteria alat analisis maka sampel sebanyak 100

orang. Hal ini sesuai dengan pendapat Widhiarso (2010) menyarankan

ukuran sampel yang sesuai untuk alat analisis SEM adalah antara 100-

Page 58: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

200 responden dengan maksud agar dapat digunakan dalam

mengestimasi interpretasi dengan SEM.

Untuk menentukan sampel maka teknik yang digunakan adalah

Quata Sampling berdasarkan wilayah, di mana cara penentuannya

sebagai berikut :

Jumlah peternak di wilayah non sentra = 132 orang

Jumlah peternak di wilayah sentra = 141 orang

Jumlah peternak di Kabupaten Enrekang = 273 orang

Maka :

Jumlah sampel di wilayah non sentra

= 100273

132x

= 49

Jumlah sampel di wilayah sentra

= 100273

141x

= 51

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu :

1. Observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan secara langsung

terhadap situasi dan kondisi peternakan sapi perah di kabupaten

Enrekang.

2. Kusioner berisi daftar pertanyaan yang menyangkut variabel penelitian.

Page 59: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

Untuk mendukung analisis yang akan dilakukan dalam penelitian ini

diperlukan data yang valid, baik berupa data primer maupun data

sekunder. Sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah :

1. Data primer adalah data yang bersumber dari wawancara langsung

dengan responden dengan menggunakan kuesioner seperti data

identitas responden, tanggapan responden terhadap variabel

penelitian.

2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi-instansi yang

terkait seperti data monografi kabupaten dan data populasi ternak sapi

perah di Kabupaten Enrekang.

Untuk mengetahui variabel, sub variabel dan indikator pengukuran

pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap motivasi peternak sapi

perah di kabupaten Enrekang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Variabel Penelitian

No Variabel Sub Variabel Indikator

A.

1.

Varibel Dependen Motivasi

1.Existence Needs 2.Relatedness Needs

- Memenuhi kebutuhan hidup

keluarga - Memenuhi kebutuhan

sekolah anak-anak - Memenuhi kebutuhan

sekunder (motor, mobil, handphone)

- Hubungan dengan tetangga - Hubungan dengan penyuluh - Hubungan dengan

pemerintah - Hubungan dengan kelompok

Page 60: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

B.

1.

2.

Variabel Independen Faktor Internal Faktor Eksternal

3.Growth Needs 1.Umur 2.Pendidikan 3.Pengalaman

beternak 4.Kosmopolit 1.Persepsi terhadap

ketersediaan sarana produksi

2.Persepsi terhadap

jaminan pasar 3.Persepsi terhadap

dukungan dinas 4.Persepsi peternak

terhadap penggunaan modal

- Meningkatkan kesejahteraan hidup

- Memperoleh penghargaan - Menjadi pemimpin/pengurus

kelompok Umur Tingkat pendidikan formal Lamanya usaha sapi perah - Jumlah sumber informasi - Tingkat keseringan keluar

dari daerah - Keberadaan - Harganya - Keterjangkauan

- Kemudahan menjual - Harga dangke

menguntungkan - Layanan pemerintah - Perhatian pemerintah - Kebutuhan dari pemerintah - Ketersediaan modal - Modal yang dimanfaatkan

E. Analisa Data

Untuk mengetahui motivasi peternak sapi perah digunakan metode

analisis deskriptif yang di bantu dengan teknik skoring data yang bersifat

ordinal. Ukuran motivasi peternak dicari dengan menggunakan metode

Page 61: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

analisa penilaian dengan skor, untuk mengukur motivasi peternak yaitu

berdasar pada

4. Kebutuhan-kebutuhan akan eksistensi (Existence Needs),

5. Kebutuhan-kebutuhan untuk berhubungan dengan pihak lain

(Relatedness Needs)

6. Kebutuhan-kebutuhan akan pertumbuhan (Growth Needs)

Untuk mengetahui tingkat motivasi yang diukur oleh tiga indikator

yaitu existensi, relatednes dan growth di daeah sentra dan non sentra

digunkan rumus sebagai berikut

Nilai tertinggi = skor tertinggi x jumlah responden x jumlah

item pertanyaan

Nilai terendah = skor terendah x jumlah responden x jumlah

item pertanyaan

Rentang Kelas = skor tertinggi – skor terendah

4

Nilai rendah = skor terendah + rentang

Nilai sedang = skor terendah + 2 (rentang)

Nilai tinggi = skor terendah + 3 (rentang)

Nilai sangat tinggi = skor terendah + 4 (rentang)

Untuk menguji perbedaan tingkat motivasi peternak sapi perah

daerah sentra dan non sentra digunakan analisis Mann-Whitney uji dua

sampel independen.

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi

peternak sapi perah di Kabupaten Enrekang adalah dengan digunakan

Page 62: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

analisis Structural Equation Modelling (SEM) dengan menggunakan

program LISREL 8.30 (Wijanto, 2008).

Alasan menggunakan alat analisis SEM (Structural Equation

Modelling) karena pada SEM terdiri dari 2 bagian yaitu model variabel

laten dan model pengukuran. Kedua model SEM ini mempunyai

karakteristik yang berbeda dengan regresi biasa. Regresi biasa,

umumnya, menspesifikasikan hubungan kausal antara variabel-variabel

teramati (observed variables), sedangkan pada model variabel laten SEM,

hubungan kausal terjadi di antara variabel-variabel tidak teramati

(unobserved variables) atau variabel-variabel laten. Pada SEM selain

memberikan informasi tentang hubungan kausal simultan di antara

variabel-variabelnya, juga memberikan informasi tentang muatan faktor

dan kesalahan-kesalahan pengukuran (Wijanto, 2008).

Adapun prosedur dalam analisis SEM adalah sebagai berikut :

a) Menyusun diagram jalur

Diagram jalur dalam penelitian ini sebagai berikut (Gambar 2) :

Keterangan simbol-simbol dari Gambar 2. adalah sebagai berikut :

: adalah tanda yang menunjukkan variabel laten/unobserved

variable yaitu variabel yang tidak diukur secara langsung, tetapi

dibentuk melalui dimensi-dimensi atau indikator-indikator yang

diamati.

: adalah tanda yang menunjukkan variabel terukur/observed

variable yaitu

Page 63: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

variabel yang datanya harus dicari melalui lapangan, misalnya

melalui instrumen-instrumen.

: menunjukkan adanya pengaruh yang dipotesakan antara dua

variabel, variabel yang dituju oleh anak panah merupakan

variabel dependen.

1

2 1

2

3 3

4 4

5 5

6 6

7 7

8 8

Gambar 3. Diagram faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi peternak

sapi perah di kabupaten Enrekang

b) Persamaan Struktural

c) Persamaan Model Pengukuran

X1 = 1 1 + 1

X2 = 2 1 + 2

X3 = 3 2 + 3

X4 = 4 2 + 4

X5 = 5 2 + 5

X6 = 6 2 + 6

X1

X2

X3

X4

X5

X6

X7

Y1

Y2

Y3

X8

Page 64: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

X7 = 7 2 + 7

X8 = 8 2 + 8

y1 = 8 1 + 1

y2 = 9 1 + 2

y3 = 10 1 + 3

Keterngan:

X1 : umur (tahun) X2 : pendidikan X3 : pengalaman beternak (tahun) X4 : kosmopolit X5 : ketersediaan sarana produksi X6 : jaminan pasar (permintaan pasar) X7 : dukungan dari dinas X8 : persepsi peternak terhadap penggunaan modal

: ksi 1, faktor internal (variabel laten eksogen 1)

: ksi 2, faktor ekternal (variabel laten eksogen 2)

Y1 : Exixtence Needs Y2 : Relatedness Needs Y3 : Growth Needs

i-j gamma, f aktor loading untuk variabel laten

i-j lamda, faktor loading untuk variabel teramati

1 : eta 1, jenis motivasi

ij : error term untuk variabel laten eksogen

ij : error term untuk variabel laten endogen

: kesalahan dalam persamaan

Page 65: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

F. Konsep Operasional

1. Kebutuhan akan keberadaan (existence), yaitu kebutuhan peternak

untuk memperoleh tambahan pendapatan dari beternak sapi perah

yang terdiri dari : (a) memenuhi kebutuhan hidup keluarga, (b)

memenuhi kebutuhan sekolah anak-anak , (d) memenuhi kebutuhan

sekunder (motor, mobil, handphone).

2. Kebutuhan berhubungan (relatedness), yaitu kebutuhan peternak

untuk diterima dalam pergaulan di lingkungan masyarakat tempat

mereka tinggal terdiri dari : (a) hubungan dengan tetangga, (b)

hubungan dengan penyuluh, (c) hubungan dengan pemerintah, (d)

hubungan dengan kelompok.

3. Kebutuhan untuk berkembang (growth need), yaitu kebutuhan

peternak untuk meningkatkan skala usaha ternak, memperoleh

penghargaan dan pengakuan dari masyarakat terhadap keberhasilan

usaha ternaknya terdiri dari (a) meningkatkan skala usaha, (b)

memperoleh penghargaan, (c) menjadi pemimpin/pengurus kelompok.

4. Umur adalah usia peternak mulai pada saat lahir sampai dengan

sekarang dalam menjalankan usaha sapi perah (tahun).

5. Pendidikan adalah tingkat pendidikan tertinggi yang pernah dicapai

oleh peternak sapi perah di kabupaten Enrekang

6. Pengalaman Beternak adalah lamanya peternak melakukan kegiatan

beternak sapi perah (tahun).

Page 66: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

7. Kosmopolit adalah jumlah sumber informasi peternak dan tingkat

keseringan keluar dari daerah.

8. Persepsi terhadap ketersediaan sarana produksi adalah keberadaan,

harga dan keterjangkauan sarana produksi yang diperoleh peternak.

9. Persepsi terhadap jaminan pasar adalah kemudahan menjual dan

kelayakan harga yang diterima oleh peternak dari hasil penjualan

dangke.

10. Persepsi terhadap dukungan dari pemerintah adalah layanan

pemerintah, perhatian pemerintah dan kebutuhan dari pemerintah

yang diterima peternak sapi perah

11. Persepsi peternak terhadap penggunaan modal adalah ketersediaan

modal dan modal yang dimanfaatkan oleh peternak.

12. Daerah sentra adalah merupakan daerah pusat pengembangan usaha

sapi perah di Kabupaten Enrekang (Kecamatan Cendana).

13. Daerah non sentra adalah merupakan daerah di luar Kecamatan

Cendana yang tidak merupakan pusat pengembangan usaha sapi

perah (Alla, Curio, Baroko, Masalle, Maiwa, Anggeraja, Buntu Batu,

Malua, Baraka dan Enrekang.

Page 67: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

BAB IV

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

A. Letak dan Keadaan Geografis

Letak geografis Kabupaten Enrekang berada di Jantung Propinsi

Sulawesi Selatan yang batas dalam peta wilayah berbentuk seperti

jantung terletak antara 314 ‘ 56 35 ‘ 0 LS dan 190,40’ 53 120, 633 BT

dengan jarak dari ibu kota Propensi Selawesi Selatan (kota Makassar) ke

kota Enrekang dengan jalan darat 235 km.

Kabupaten Enrekang secara administrasi merupakan salah satu

kabupaten di Sulawesi Selatan yang terdiri dari 12 Kecamatan, dengan

luas wilayah 1.786, 01 km atau sebesar 2,83 % dari luas Propensi

Sulewesi Selatan. Jarak ibukota Enrekang dari Kota Makassar adalah

220 km. Pemerintahan Kabupaten Enrekang terbagi 12 kecamatan dan

129 Desa/Kelurahan. Kecamatan terluas yang memiliki persentase luas

wilayah melebihi 10% yaitu kecamatan Maiwa 22%, kecamatan Enrekang

16% dan kecamatan Bungin 13%. Batas administrasi sebagai berikut :

Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tanah Toraja

Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Luwu

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sidenreng

Rappang

Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Pinrang

Page 68: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

Kabupaten Enrekang terdiri dari 12 Kecamatan dengan luas

masing-masing Kecamatan tersebut dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3 . Persentase luas Daerah Menurut Kecamatan di Kabupaten

Enrekang.

NO Kecamatan Luas (km2)

Persentase (%)

1 Maiwa 392,87 22,00

2 Bungin 236,84 13,26

3 Enrekang 291,19 16,30

4 Cendana 91,01 5,10

5 Baraka 159,15 8,91

6 Buntu Batu 126,65 7,09

7 Anggeraja 125,34 7,02

8 Malua 40,36 2,26

9 Alla 34,66 1,94

10 Curio 178,51 9,99

11 Masalle 68,35 3,83

12 Baroko 41,08 2,30

Jumlah 1.786,01 100

Sumber : Data Sekunder Kabupaten Enrekang, 2013.

Tabel 3 menunjukkan bahwa luas keseluruhan wilayah Kabupaten

Enrekang 1.786,01 km2. Dimana di antara 12 Kecamatan yang ada di

Kabupaten Enrekang, Kecamatan Maiwa memiliki wilayah terbesar

dengan luas wilayah 392,87 km2. Sedangkan Kecamatan Malua

Page 69: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

merupakan desa terkecil yang ada di Kabupaten Enrekang dengan luas

40,36 km2.

Kabupaten Enrekang terletak antara 3o14’36” – 3o50’0” Lintang

Selatan dan 119o40’53” – 120o6’33” Bujur Timur. Ketinggiannya bervariasi

antara 47 meter sampai 3.329 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan

Oldeman (1975), Kabupaten Enrekang termasuk tipe iklim C dimana

dalam sepuluh tahun terakhir, terdapat 5 bulan basah dan 7 bulan kering.

Ada tiga karakteristik ketinggian dari permukaan laut, yaitu daerah rendah

meliputi kecamatan Maiwa dan Cendana dicirikan oleh udara panas,

daerah sedang meliputi kecamatan Enrekang dicirikan cuaca sedang dan

daerah ketinggian meliputi kecamatan Anggeraja, Malua, Baraka, Baroko

dan Alla yang dicirikan daerah dingin. Jika ditinjau dari kesesuaian iklim,

daerah non sentra (Malua, Anggeraja, Baraka dan Alla) lebih cocok untuk

pemeliharaan sapi perah, karena cuaca lebih sejuk dibanding daerah

sentra yang cenderung lebih panas.

1. Keadaan Penduduk

Mata pencaharian utama penduduk di Kabupaten Enrekang adalah

pertanian dan berdagang. Usaha pertanian yang dilakukan sangat

beragam baik tanaman pangan, hortikultura maupun perkebunan.

Page 70: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Enrekang

No Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa)

1. Maiwa 23.119

2. Bungin 4.245

3. Enrekang 30.568

4. Cendana 8.695

5. Baraka 21.201

6. Buntu Batu 12.779

7. Anggeraja 23.825

8. Malua 7.641

9. Alla 20.657

10. Curio 14.841

11. Masalle 12.298

12. Baroko 10.279

Jumlah 190.248

Sumber : Data Sekunder Kabupaten Enrekang, 2013.

2. Pertanian Dan Peternakan

Jenis tanaman pangan yang paling banyak ditanam adalah padi

(12.308 ha) dan tanaman jagung (12.201 ha). Terdapat pula tanaman

kacang kedelai (1.038 ha), ubi jalar (615 ha), ubi kayu (317 ha) dan

kacang tanah (245 ha). Tanaman hortikultura yang banyak ditanam

meliputi bawang merah (1.454 ha), tomat (868 ha), kol (693 ha) dan cabe

merah (628 ha). Salak (856.441 pohon), pisang (387.987 pohon) dan

Page 71: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

pepaya (355.894 pohon) merupakan tanaman perkebunan utama petani di

Kabupaten Enrekang selain kebun kopi (11.736 ha) dan kakao (8.140 ha).

Keberadaan tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan

mendukung pengembangan usaha sapi perah. Berdasarkan pengalaman

peternak, limbah jerami padi, daun kacang tanah dan jerami jagung

merupakan sumber hijauan utama bagi peternak sapi perah di daerah

sentra pada musim kemarau, dimana rumput gajah sulit dipotong. Dedak

padi dan jagung juga merupakan sumber konsentrat utama. Di daerah

non sentra, daun ubi jalar merupakan salah satu sumber hijauan yang

paling banyak digunakan peternak, karena mampu meningkatkan produksi

susu dan dangke. Limbah hortikultura seperti limbah daun kol, buncis,

wortel juga dimanfaatkan oleh peternak. Sumber konsentrat yang

digunakan peternak di daerah non sentra meliputi ubi jalar dan ubi kayu

hasil sortiran yang diberikan dalam bentuk segar ke ternaknya (Baba, et

al. 2010). Pemanfaatan limbah perkebunan seperti kulit kopi dan kakao

masih terbatas, karena ketidaktahuan peternak mengolah dan

menggunakannya. Keberadaan usaha pertanian tanaman pangan,

perkebunan dan hortikultura turut mendukung pelaksanaan usaha sapi

perah di Kabupaten Enrekang utamanya dalam penyediaan pakan hijauan

maupun konsentrat.

Peternakan yang berkembang di Kabupaten Enrekang yakni ayam

ras petelur dan sapi perah. Untuk ayam ras petelur berkembang di

Kecamatan Maiwa sedangkan untuk sapi perah berkembang di

Page 72: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

Kecamatan Cendana. Untuk usaha peternakan sapi perah di Kabupaten

Enrekang menghasilkan produk akhir berupa dangke yang merupakan

makanan khas masyarakat Kabupaten Enrekang. Dari tahun ke tahun

permintaan dangke semakin meningkat, selain sebagai makanan khas

masyarakat dangke juga diolah menjadi keripik dangke.

Perkembangan usaha sapi perah di Kabupaten Enrekang didorong

oleh permintaan dangke yang tinggi. Awalnya, dangke diproduksi dari

susu kerbau. Sapi perah yang dikembangkan di Kabupaten Enrekang

yakni jenis Sapi bread FH cross yang didatngkan dari Pulau Jawa. Sejak

sejak saat itu, perkembangan populasi meningkat tajam pada tahun 2004

populasi sapi perah hanya 567 ekor menjadi 1.508 ekor pada tahun 2008.

Dari segi pusat penyebaran sapi perah dapat dibedakan menjadi daerah

sentra, yaitu kecamatan Cendana dan daerah Non Sentra yaitu

kecamatan Enrekang dan di daerah pegunungan, yaitu Anggeraja,

Baraka, Malua dan Alla.

Page 73: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.KEADAAN UMUM RESPONDEN

1. Umur

Umur merupakan salah satu karakteristik internal dari individu yang

ikut mempengaruhi fungsi biologis dan fisiologis peternak. Umur akan

mempengaruhi peternak dalam mempelajari, memahami dan mengadopsi

inovasi dalam usaha peternakan yang dijalankannya, umur juga

berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas kerja yang dilakukan

peternak.’

Adapun distribusi peternak berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Distribusi responden menurut umur Di Kabupaten Enrekang

No Umur Daerah Sentra Daerah Non Sentra

Jumlah (org)

Persentase (%)

Jumlah (Org)

Persentase (Org)

1. Belum Produktif ( <15 ) - - - -

2. Produktif (15 – 64 ) 50 98,03 48 98

3 Tidak Produktif (>65) 1 1,97 1 2

Jumlah 51 100 49 100

Sumber : Data Primer yang Telah Diolah, 2013.

Tabel 5 menunjukkan jumlah responden di daerah sentra dan non

sentra dengan kelompok usia produktif lebih banyak jika dibandingkan

dengan jumlah responden kelompok usia tidak produktif. Di daerah sentra

50 responden dengan persentase 98,04 % yang berusia produktif dan

Page 74: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

responden dengan usia tidak produktif sebanyak 1 orang dengan

persentase 1,97 % dan untuk daerah non sentra 48 responden dengan

persentase 98 % yang berusia produktif dan responden dengan usia tidak

produktif sebanyak 1 orang dengan persentase 2 %. Jika keadaan umur

dihubungkan dengan produktivitas kerja, maka peternak di Kabupaten

Enrekang berada pada usia produktif, tentunya akan berpengaruh

terhadap keberhasilan usaha peternakannya. Dalam hal ini kemampuan

kerja peternak juga sangat dipengaruhi oleh tingkat umur peternak

tersebut, produktivitas kerja akan terus menurun dengan semakin

lanjutnya usia peternak. Umur peternak akan mempengaruhi kemampuan

fisik bekerja dan cara berfikir, dimana umur seseorang berkaitan erat

dengan kematangan psikologis dan kemampuan fisiologisnya. Semakin

tinggi umur seseorang semakin tinggi motivasi dan tingkat kemampuan

fisiologisnya hingga sampai pada titik tertentu, namun setelah melewati

titik tersebut, semakin tinggi umur seseorang akan semakin menurun

kemampuan fisiologisnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Sumiati (2011)

yang menyatakan bahwa kemampuan kerja seseorang peternak sangat

dipengaruhi oleh tingkat umur. Semakin produktif umur peternak maka

semakin mempunyai semangat ingin tahu hal-hal baru yang belum

diketahui. Selain itu usia juga mempengaruhi kondisi fisik dan motivasi

peternak.

Page 75: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

2. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan petani pada umumnya akan mempengaruhi

cara dan pola pikir petani. Pendidikan yang relatif tinggi dan umur yang

relatif muda menyebabkan petani tersebut relatif dinamis. Semakin tinggi

pendidikan seseorang, semakin berkembang wawasan berfikirnya dan

keputusan yang diambil semakin baik dalam menentukan cara-cara

berusaha tani yang lebih produktif. Pendidikan juga dikenal sebagai

sarana belajar dalam meningkatkan pengetahuan yang selanjutnya

diperkirakan akan menanamkan suatu sikap yang menguntungkan menuju

praktek pertanian yang lebih modern. Keterbatasan pendidikan yang

dimiliki oleh petani sangat berpengaruh kepada pola pikir dan wawasan

petani dalam memutuskan kegiatan yang akan dilakukan.

Tabel 6. Distribusi responden menurut tingkat pendidikan peternak sapi perah Di Kabupaten Enrekang.

No Tingkat Pendidikan Daerah Sentra Daerah Non Sentra

Jumlah (org)

Persentase (%)

Jumlah (Org)

Persentase (Org)

1. Tidak Tamat SD - - - -

2. SD/Sederajat 11 21,5 3 6,12

3 SMP/Sederajat 7 13,72 5 10,20

4. SMA/Sederajat 26 51 31 63,27

5. D3/Sederajat 1 1,96 1 2,04

6. S1/Sederajat 6 11,76 9 18,37

Jumlah 51 100 49 100

Sumber : Data Primer yang Telah Diolah, 2013.

Tabel 6 menunjukkan tingkat pendidikan peternak di daerah sentra

relatif tinggi dengan proporsi terbesar SMA (51%) dan terkecil D3 (1,96%)

Page 76: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

dan untuk daerah non sentra proporsi terbesar SMA (31%) dan terkecil D3

(2,04%). Terlihat bahwa kebanyakan peternak memiliki tingkat pendidikan

formal SMA. Tingkat pendidikan merupakan faktor internal yang

mempengaruhi motivasi peternak dalam menjalankan usahanya.

Semakin tinggi tingkat pendidikan formal yang ditempuh peternak maka

semakin tinggi pula tingkat motivasinya dalam menjalankan usaha. Hal ini

sesuai dengan pendapat Hendrayani dkk (2009) yang menyatakan bahwa

semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang tentunya akan semakin tinggi

pula daya serap teknologi dan semakin cepat untuk menerima inovasi

yang datang dari luar dan begitu juga sebaliknya.

3 Jumlah Kepemilikan Ternak

Jumlah kepemilikan ternak adalah jumlah ternak yang dipelihara

oleh peternak. Pada umumnya peternak memiliki ternak 1-10 ekor yang

merupakan usaha peternakan rakyat.

Adapun distribusi peternak berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 7

Tabel 7. Distribusi peternak menurut jumlah kepemilikan ternak di Kabupaten Enrekang

No Jumlah Sapi Perah (ekor)

Daerah Sentra Daerah Non Sentra Jumlah

(org) Persentase

(%) Jumlah (Org)

Persentase (Org)

1. 1 – 10 44 86,27 48 98

2. 11 – 20 6 11,77 - -

3. 21 – 30 1 1,96 - -

4. 31 – 40 - - - -

5. 41 – 50 - - 1 2

Jumlah 51 100 49 100

Sumber : Data Primer yang Telah Diolah, 2013.

Page 77: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

Tabel 7 menunjukkan adanya variasi jumlah ternak yang dimiliki

oleh responden. Daerah sentra responden terbanyak dengan jumlah

kepemilikan ternak 1-10 ekor dengan persentase 86,27 % dan terendah

dengan jumlah kepemilikan sapi perah 21 - 30 ekor dengan persentase

1,96% dan untuk daerah non sentra responden terbanyak dengan jumlah

kepemilikan 1 – 10 ekor dengan persentase 98 % dan terendah dengan

jumlah kepemilikan sapi perah 41 – 50 ekor dengan persentase 2 %.

Pada umumnya peternak sapi perah di Kabupaten Enrekang dalam

mengelola usaha ternak dengan skala usaha rakyat, sesuai Yusdja (2005)

skala usaha sapi perah merupakan usaha rakyat (1-9 ekor)/peternak.

4. Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang

harus ditanggung oleh peternak. Semakin banyak jumlah tanggungan

keluarga seorang peternak semakin tinggi pula biaya yang dikeluarkan

dalam setiap bulannya.

Adapun distribusi peternak berdasarkan jumlah tanggungan keluarga

dapat dilihat pada Tabel 8

Page 78: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

Tabel 8. Distribusi peternak menurut jumlah tanggungan keluarga Kabupaten Enrekang

No Jumlah Sapi Perah (ekor)

Daerah Sentra Daerah Non Sentra Jumlah

(org) Persentase

(%) Jumlah (Org)

Persentase (Org)

1. 1 – 3 5 9,8 18 36,74

2. 4 – 6 40 78,43 25 51,02

3. 7 – 9 6 11,77 5 10,20

4. 10 – 12 - - 1 2,04

Jumlah 51 100 49 100

Sumber : Data Primer yang Telah Diolah, 2013.

Tabel 8 menunjukkan jumlah tanggungan keluarga di daerah

sentra yang dimiliki oleh responden sebagian besar jumlah tanggungan

keluarga 4-6 orang dengan persentase 78,43% dan peternak yang

memiliki jumlah tanggungan keluarga 10-12 orang dengan persentase

9,8% dan untuk daerah non sentra yang dimiliki oleh responden sebagian

sebagian besar jumlah tanggungan keluarga 5 – 6 orang dengan

persentase 51,02% dan peternak memiliki jumlah tanggungan keluarga

10-12 orang dengan persentase 2,04%. Semakin kecil jumlah

tanggungan keluarga maka semakin kecil pula biaya yang dikeluarkan

untuk memenuhi kebutuhan keluarga, sehingga biaya yang diperoleh

dapat digunakan untuk meningkatkan skala usaha. Hal ini sesuai dengan

pendapat Febrina (2009) yang menyatakan bahwa besarnya tanggungan

keluarga secara nyata memang belum dapat meningkatkan produksi

tetapi dapat mempengaruhi dan memotivasi petani, sebab dengan

besarnya tanggungan keluarga maka kebutuhan sehari-hari keluarga

petani tentu menjadi besar. Makin besar jumlah anggota keluarga, maka

Page 79: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

makin besar pula beban yang ditanggung oleh kepala keluarga,

sebaliknya makin kecil jumlah anggota keluarga tentu beban yang akan

ditanggung akan semakin kecil pula.

5. Lama Usaha Ternak

Pengalaman usaha ternak erat hubungannya dengan keterampilan

yang dimiliki, semakin lama pengalaman beternak seseorang maka

keterampilan yang dimiliki akan lebih tinggi dan berkualitas. Aadapun

distribusi peternak berdasarkan lama usaha ternak dapat dilihat pada

tabel 9.

Tabel 9. Distribusi peternak menurut lama beternak di Kabupaten Enrekang

No Jumlah Sapi Perah (ekor)

Daerah Sentra Daerah Non Sentra Jumlah

(org) Persentase

(%) Jumlah (Org)

Persentase (Org)

1. Rendah < 4 tahun 6 11,77 25 51,02

2. Sedang 4 -11 tahun 39 76,47 23 46,94

3. Tinggi > 11 tahun 6 11,76 1 2,04

Jumlah 51 100 49 100

Sumber : Data Primer yang Telah Diolah, 2013.

Tabel 9 menunjukkan lama beternak sapi perah di daerah sentra

yaitu mulai tingkat sedang 4 - 11 tahun dengan persentase 76,47 %, tinggi

> 11 tahun dan rendah < 4 tahun masing-masing dengan persentase

11,76 % dan untuk daerah non sentra yaitu mulai tingkat rendah < 4 tahun

dengan persentase 51,02 dan tinggi > 11 tahun dengan persentase

2,04%. Pengalaman peternak sangat erat kaitannya dengan keterampilan

Page 80: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

yang dimiliki. Semakin lama pengalaman beternak seseorang maka

keterampilan yang dimiliki akan lebih tinggi dan berkualitas. Hal ini sesuai

dengan pendapat Hernanto dalam Febrina (2009) yang menyatakan

bahwa pengalaman bertani/beternak merupakan modal penting untuk

berhasilnya suatu kegiatan usaha tani. Berbedanya tingkat pengalaman

masing-masing petani maka akan berbeda pula pola pikir mereka dalam

menerapkan inovasi pada kegiatan usaha taninya. Penerapan teknologi

dan manajemen yang baik akan mempengaruhi perilaku berusaha petani

dalam melakukan usaha taninya. yang dimiliki. Semakin lama

pengalaman beternak seseorang maka keterampilan yang dimiliki akan

lebih tinggi dan berkualitas.

B. TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI KABUPATEN

ENREKANG

Tingkat motivasi peternak sapi perah di Kabuapaten Enrekang diukur

berdasarkan 3 kebutuhan yaitu 1) existensi atau kebutuhan dasar yang

menyangkut kebutuhan hidup keluarga, kebutuhan sekolah anak dan

kebutuhan sekunder (motor, handphone dan mobil), 2) relatednes atau

kebutuhan akan berhubungan dengan orang lain yang menyangkut

hubungan dengan tetangga, hubungan dengan penyuluh, hubungan

dengan pemerintah dan hubungan dengan kelompok, 3) Growth atau

kebutuhan untuk bertumbuh yang menyangkut meningkatkan

kesejahteraan hidup, dihargai orang lain dan menjadi pemimpin dan

pengurus kelompok.

Page 81: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

Existensi (kebutuhan dasar) peternak sapi perah di daerah sentra

dan non sentra memenuhi kebutuhan hidup keluarga sekolah anak dan

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari bahkan untuk memenuhi

kebutuhan sekunder. Usaha sapi perah memberikan kontribusi

pendapatan yang besar bagi peternak, di daerah sentra dan non sentra

sebagian peternak memiliki pekerjaan pokok memelihara sapi perah

sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya semata-mata dari usaha

sapi perahnya.

Relatednes (kebutuhan untuk berhubungan) peternak sapi perah

dengan penyuluh pemerintah dan kelompok terjalin dengan baik. Dengan

usaha sapi perah peternak mampu berhubungan dengan penyuluh

pemerintah dan dengan kelompok. Dalam menjalankan usaha sapi perah

peternak harus menjalin kerjasama dengan penyuluh, pemerintah dan

kelompok demi kelancaran usahanya. Di daerah sentra dan non sentra

hubungan peternak dengan penyuluh, pemerintah dan sesama anggota

kelompok terjalin dengan baik.

Keinginan peternak untuk bertumbuh dan berkembang dalam

menjalankan usahanya sangat tinggi. Sebagian peternak di daerah sentra

dan non sentra beternak sapi perah karena ingin dihargai orang. Semakin

besar populasi dan berkembangnya usaha maka semakin besar peluang

peternak tersebut meningkatkan kesejahteraan hidupnya dan dihargai

masyarakat sekitarnya. Adapun tingkat motivasi peternak sapi perah di

Kabupaten Enrekang

Page 82: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

Daerah sentra

1. Existensi 794 (tinggi)

153 Rendah (382,5) sedang (612) tinggi (841,5) sangat tinggi (1.071)

2. Relatednes 1.320 (sangat tinggi)

204 Rendah (510) Sedang (816) Tinggi (1122) sangat tinggi (1.428)

3. Growth 797 (tinggi)

153 rendah (382,5) sedang (612) tinggi (841,5 sangat tinggi (1.071)

Daerah Non Sentra

1. Existensi 751 (tinggi)

147 rendah (367,5) sedang (588) tinggi (808,5) sangat tinggi (1.029)

2. Relatednes 1189 (sangat tinggi)

196 rendah (490) sedang (784) tinggi (1.078) sangat tinggi (1.372

3. Growth 850 (sangat tinggi)

147 rendah (367,5) sedang (588) tinggi (808,5) sangat tinggi (1.029)

Page 83: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

Data di atas menunjukkan tingkat motivasi dalam hal existensi dan

relatednes tidak ada perbedaan antara daerah sentra dan non sentra.

Perbedaan terjadi ada pada motivasi dalam hal growth (kebutuhan untuk

berkembang) yang dibuktikan oleh hasil analisis Mann-Whitney yang

menunjukkan nila (α = 0,005) dimana 0,005 < 0,01 (berbeda sangat

signifikan) (lampiran 5).

Terjadinya perbedaan dalam hal growth (kebutuhan untuk

berkembang) di daerah sentra dan non sentra diduga disebabkan oleh

tiga hal yang pertama di daerah non sentra pada umumnya peternak yang

baru berkembang sehingga memiliki motivasi untuk bertumbuh atau

berkembang sangat tinggi. Kedua ketersediaan pakan di daerah non

sentra yang cukup tinggi dimana menggunakan limbah holtikultura yang

mampu meningkatkan produksi susu. Hal ini sesuai dengan pendapat

Ako dkk (2012) yang menyatakan bahwa pemberian silase complete feed

dari limbah pertanian khususnya limbah tanaman pangan dan sayur lebih

baik dibanding perlakuan masyarakat selama ini yang hanya memberikan

hijaun rumput dan lamtoro. Sedangkan untuk daerah sentra

menggunakan fermentasi limbah jagung dan jerami padi. Ketiga populasi

di daerah non sentra menyebar di beberapa kecamatan sedangkan

daerah sentra hanya satu kecamatan sehingga daya dukung pakan dan

wilayah masih terbuka untuk pengembangan peternakan sapi perah.

Page 84: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT

MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH 1. Uji Asumsi SEM

Uji asumsi SEM dimaksudkan untuk mengetahui apakah prasyarat

yang diperlukan dalam pemodelan SEM dapat terpenuhi. Beberapa

prasayarat yang harus dipenuhi adalah asumsi normalitas dan tidak

adanya multikolinieritas.

a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas mengandung maksud, bahwa pola distribusi data

variabel penelitian secara multivariat mengikuti model distribusi normal

(Kusnendi, 2008). Untuk mengetahui apakah tidak melanggar asumsi

normalitas dapat dilihat dari penyebaran data pada sumbu diagonal grafik

(Grafik 1). Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah

garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

Adapun penyebaran data dapat dilihat pada Grafik 1

Page 85: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

Grafik 1. Diagram penyebaran nilai variabel independent terhadap

variabel dependent.

Grafik tersebut dapat dilihat, bahwa titik-titik data penelitian

menyebar di sekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah

garis normal. Model tersebut layak dipakai untuk memprediksi faktor-

faktor yang mempengaruhi tingkat motivasi peternak sapi perah.

b. Uji Multikolinieritas

Uji asumsi multikolineritas dimaksudkan untuk menguji apakah

terdapat korelasi yang kuat, eksak, atau sempurna diantara variabel

independen. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem

multikolinieritas (Hair et al. 2006 dalam Kusnendi, 2008). Untuk

mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas dapat dilihat pada nilai VIF

(Variance Inflation Factor) serta besaran korelasi antarvariabel

Page 86: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

independen (Santoso, 2004). Nilai VIF yang baik adalah mendekati 1

serta koefisien korelasi yang lemah yaitu di bawah 0,5.

Berdasarkan Lampiran 6 diketahui, bahwa variabel ketersediaan

sarana produksi (X5) dan permintaan dangke (X7) memiliki nilai VIF yang

melebihi 2, sehingga dicurigai variabel ini memiliki multikolinieritas. Untuk

itu, perlu diketahui besaran nilai korelasi kedua variabel tersebut. Nilai

korelasi kedua variabel adalah 0,703 yang berarti lebih besar dari 0,5

(Lampiran 7) sehingga kedua variabel memiliki sifat multikolinieritas.

Jalan keluarnya adalah dengan mengeluarkan variabel ketersediaan

sarana produksi (X5) dari model pengukuran. Setelah mengeluarkan

variabel X5 dari model pengukuran maka nilai semua variabel independen

< 2. Sehingga masalah multikolinieritas menjadi hilang dan hasil estimasi

parameter model cenderung lebih baik (dapat dilihat pada lampiran 8)

c. Analisis Struqtural Equation Model (SEM)

Setelah mengeluarkan variabel yang memiliki sifat multikolinieritas,

maka pengukuran variable laten dapat dilanjutkan dengan uji kesesuaian

model dengan menggunakan metode one-step approach. Penggunaan

metode ini dilakukan dengan alasan memanfaatkan kelebihan penerapan

prosedur SEM secara sekaligus terhadap sebuah model hybrid/full yang

mampu melakukan kombinasi antara model pengukuran dan model

struktural (Wijanto, 2008).

Page 87: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

d. Uji Kesesuaian Model Hasil analisis awal sebelum adanya perbaikan model, dapat dilihat

pada Gambar 4. berikut ini:

Gambar 4. Nilai t-value pada Sebelum Model Diperbaiki

Gambar 5 Nilai Estemates

Gambar 5. Nilai Estemates Sebelum Model Diperbaiki

Page 88: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

Berdasarkan Gambar 4 dapat diketahui, bahwa model belum fit

untuk memprediksi nilai populasi yang dibuktikan oleh nilai probability

0,00% lebih kecil dari 5% dengan nilai RMSEA 0,143 lebih besar dari

0,09. Kemudian terdapat beberapa jalur yang tidak signifikan yang

ditandai oleh nilai t-value lebih kecil dari 1,96 yang ditunjukkan oleh garis

berwarna merah dan nilai estimasi rendah. Jalur tersebut meliputi faktor

internal terhadap tingkat motivasi (t-value = -0,16 < 1,96), pengaruh faktor

eksternal terhadap tingkat motivasi (t value 0,17 < 1,96) serta pengaruh

Relatednes (Y2) yang memiliki nilai estimasi rendah (0,48) dapat dilihat

pada gambar 5. Untuk mendapatkan model yang lebih signifikan dalam

memprediksi nilai populasi yakni langkah pertama yang dilakukan yaitu

jalur yang tidak signifikan dihapus yaitu faktor internal terhadap tingkat

motivasi dan Relatednes (Y2) dikeluarkan dari model.

Dalam rangka memperbaiki model, ada dua cara yang ditempuh

yaitu menghilangkan jalur yang tidak signifikan serta menghilangkan

variabel observed yang berada di bawah nilai cut-off value.

Adapun model SEM yang telah fit dapat dilihat pada Gambar 6.

Page 89: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

Gambar 6. Nilai t-value pada Setelah Model Diperbaiki

Gambar 7. nilai Estimates Setelah Model Diperbaiki

Setelah perbaikan model dilakukan, diperoleh model sebagaimana

dalam Gambar 6 dan gambar 7. Untuk mengetahui kelayakan model

Page 90: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

dilakukan analisis Goodness of Fit dari model yang telah diperbaiki.

Indikator yang digunakan untuk menilai kelayakan model meliputi nilai chi

square, significance probability, RMSEA, GFI, dan CFI. Adapun nilai dari

beberapa indikator untuk menilai kelayakan basic (hybrid) model dapat

dilihat pada Tabel 11 sebagai berikut:

Tabel 10. Indeks Kesesuain Model SEM

Kriteria Nilai Cut-Off Hasil Perhitungan Keterangan

Chi-Square

Sigfinance Prob.

RMSEA

GFI

AGFI

NNFI

CFI

Diharapkan kecil

≥ 0,05

≤ 0,08

≥ 0,90

≥ 0,90

≥ 0,90

≥ 0,90

20,41

0,060

0,081

0,95

0,87

0,93

0,96

Perfect Fit

Good Fit

Good Fit

Marginal Fit

Good Fit

Good Fit

Sumber : Output Lisrel

Tabel 11 menunjukkan, dari 7 kriteria yang digunakan untuk menilai

kelayakan model SEM yang digunakan kesemuanya menunjukkan bahwa

model baik untuk memprediksi variasi nilai dari populasi. Nilai significance

probability sebesar 6% yang berarti lebih besar dari 5%. Demikian pula

nilai RMSEA sebesar 0,081 yang lebih kecil atau sama dengan 0,08 serta

CFI 0,96 yang berarti lebih besar dari 0,90 yang merupakan nilai yang

dipersyaratkan. Dapat disimpulkan, model ini dapat diterima yang berarti

ada kesesuaian antara model dengan data yang digunakan.

Setelah melakukan perbaikan model, diperoleh dua variabel laten

yang akan diestimasi, yaitu faktor eksternal dan tingkat motivasi. Dari

Page 91: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

kedua variabel laten tersebut, hanya satu variabel eksogen, yaitu faktor

eksternal. Tingkat motivasi merupakan variabel endogen. Hasil

perbaikan menunjukkan, bahwa jalur telah signifikan yang dibuktikan oleh

nilai mutlak t-value > 1,96. Faktor eksternal terhadap motivasi signifikan

dengan nilai t-value [2,20] yang berarti nilai mutlak 2,20 > 1,96. Berarti

bahwa faktor eksternal berpengaruh positif terhadap tingkat motivasi

peternak.

Validitas dan realibilitas variabel observed dalam merefleksikan

nilai variabel laten dapat dilihat dari nilai koefisien estimasi yang

distandarkan. Menurut Kusnendi (2008) batas toleransi vailiditas dan

realibilitas variabel observed adalah nilai koefisien estimasi yang

distandarkan lebih dari 0,4. Berdasarkan nilai cut-off value tersebut,

variabel laten faktor eksternal direfleksikan oleh dukungan pasar (X6 =

1,12 > 0,4), dukungan pemerintah (dinas) (X7 = 0,53 > 0,4) dan dukungan

modal (X8 = 0,55 > 0,4). Adapun variabel laten tingkat motivasi peternak

direfleksikan secara valid dan realibel oleh variabel observed Exixtensi

(kebutuhan dasar) (Y1 = 1,18 > 0,4) dan Growth (Pertumbuhan) (Y3 =

1,11> 0,4).

e. Uji Kausalitas

Setelah diperoleh model yang fit, langkah selanjutnya adalah

menguji kausalitas hipotesis yang dikembangkan dalam model penelitian.

Estimasi pengaruh antarvariabel dapat dilihat dari nilai koefisien estimasi

dari setiap jalur. Untuk jelasnya dapat dilihat pada gambar 8 berikut ini:

Page 92: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

Gambar 8. Estimasi Parameter Model Struktural

Ringkasan nilai kebermaknaan antar variabel laten disajikan pada

Tabel 12 berikut ini:

Tabel 11. Hasil Pengujian Kausalitas

Hubungan Antarpeubah Estimasi Pengaruh Variabel

Langsung Tak Lgs Total

Faktor eksternal tingkat motivasi

0,92 - 0,92

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2013

Berdasarkan hasil yang diperoleh faktor internal yang terdiri dari umur,

pendidikan, lama usaha ternak dan kosmopolit tidak menentukan naik

turunnya motivasi peternak karena ada faktor lain yang lebih kuat yaitu

faktor eksternal. Faktor eksternal yang mempengaruhi tingkat motivasi

peternak sapi perah di Kabupaten Enrekang yaitu dukungan pasar (X6),

dukungan pemerintah (X7) dan dukungan modal (X8), hal ini sesuai

Page 93: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

dengan hasil penelitian Hendrayani (2009) yang menyatakan bahwa tidak

terdapat hubungan antara umur, pendidikan, pengalaman berusaha

terhadap tingkat motivasi peternak.

1. Dukungan Pasar (X6)

Dukungan pasar dalam hal ini permintaan dan harga dangke

sangat berpengaruh terhadap tingkat motivasi peternak. Harga dangke ini

akan mempengaruhi tingkat motivasi peternak dalam menjalankan usaha

sapi perahnya. Harga dangke di kabupaten enrekang cenderung tinggi

yakni berkisar antara Rp.10.000 sampai Rp.15.000/biji, untuk hari-hari

tertentu seperti bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri harga dangke

berkisar Rp.17.000 sampai Rp.20.000/biji. Apabila dikonversi ke harga

susu maka sekitar Rp. 7.500,- per liter. Pengolahan dangke sekarang ini

yang banyak diproduksi oleh peternak yakni keripik dangke. Permintaan

dangke juga mengalami peningkatan, hal inilah yang memotivasi peternak

untuk melanjutkan usaha sapi perah. Hal ini sesuai dengan teori

Kepuasan (Content Theory) dikutip dalam Hasibuan (2010) yang

menyatakan bahwa hal yang memotivasi semangat bekerja seseorang

adalah untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan materiil maupun non

materiil yang diperolehnya dari hasil pekerjaannya.

1. Dukungan Pemerintah (Dinas Peternakan)

Dukungan Dinas dalam hal ini Dinas Peternakan merupakan salah

satu faktor yang mempengaruhi tingkat motivasi peternak sapi perah di

Kabupaten Enrekang. Peternak akan lebih termotivasi apabila ada

Page 94: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

dukungan dari Pemerintah (Dinas Peternakan), bentuk dukungan ini

seperti pemberian bantuan bibit sapi, kunjungan rutin dari Dinas dilakukan

dalam bentuk penyuluhan, pengadaan pelatihan bagi peternak mengenai

pengelolaan usaha sapi perah dan pengolahan hasil dan mengikutkan

peternak untuk berkunjung ke Jawa melihat peternakan sapi perah yang

maju. Peternak di Kabupaten Enrekang akan lebih giat menjalankan

usahanya apabila mendapatkan perhatian khusus dari Dinas setempat.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Muatip (2008) yang menyatakan

faktor yang mempengaruhi peternak dalam menjalankan usaha sapi perah

diantaranya ketersedian sarana, prasarana dan informasi, kelembagaan

peternak, kelembagaan penyuluh, kelembagaan sosial dan kebijakan

pemerintah. Hal ini dijelaskan oleh pendapat Sung (2009) yang

menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi motivasi peternak adalah

dilakukannya pelatihan-pelatihan publik dan pengawasan.

2. Dukungan modal

Usaha peternakan sapi perah merupakan usaha yang

membutuhkan modal yang besar. Salah satu kendala keberhasilan usaha

sapi perah di Kabupaten Enrekang adalah modal. Banyaknya modal yang

tersedia akan memotivasi peternak untuk berusaha, karena pada

umumnya peternak akan memanfaatkan modal yang baik untuk usaha

sapi perahnya. Dengan adanya bantuan modal ini peternak akan memiliki

rasa tanggung jawab yang besar terhadap pinjaman modal sehingga

peternak menjalankan usahanya dengan sungguh-sungguh. Bentuk

Page 95: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

modal ini bersumber dari pihak perbankan dalam bentuk pinjaman uang,

pihak perbankan tidak akan ragu dalam memberikan pinjaman pada

peternak karena telah melihat prospek pengambangan usaha sapi perah

di Kabupaten Enrekang yang menjanjikan. Modal yang bersumber dari

Pemerintah (Dinas Peternakan) dalam bentuk pemberian bibit yang

dilakukan dengan sistem pendanaan sharing peternak dan pemerintah.

Sistem shering ini dilakukan dengan pemberian bantuan induk (sapi betina

induk) kepada masyarakat setelah menghasilkan anak maka akan

diberikan kepada peternak lain yang belum mendapatkan bantuan. Hal

ini sesuai dengan pendapat Firman (2010) yang menyatakan bahwa

usaha sapi perah memiliki investasi yang cukup besar, namun usaha sapi

perah cukup prospektif untuk diusahakan karena mampu menghasilkan

keuntungan per harga pokok produksi sebesar 3,4 % per bulan atau

melebihi suku bunga bank.

Page 96: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan, kesimpulan yang dapat diambil

adalah sebagai berikut:

1. Tingkat motivasi antara daerah sentra dan non sentra berbeda

sangat signifikan dalam hal growth (kebutuhan untuk berkembang)

sedangkan untuk tingkat motivasi dalam hal existensi dan

relatednes tidak berbeda nyata antara daerah sentra dan daerah

non sentra, dimana daerah sentra berada pada kategori tinggi dan

daerah non sentra berada pada kategori sangat tinggi.

2. Faktor eksternal berpengaruh siginifikan dan positif terhadap

tingkat motivasi peternak. Semakin tinggi dukungan pasar,

dukungan pemerintah dan dukungan modal maka semakin tinggi

pula tingkat motivasi peternak sapi perah di Kabupaten Enrekang.

Faktor internal yang terdiri dari umur, pendidikan, lama beternak

dan kosmopolit tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat

motivasi peternak sapi perah di Kabupaten Enrekang.

Page 97: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

B. SARAN

Berdasarkan hasil, pembahasan dan kesimpulan maka saran yang

dapat dikemukakan dalam penelitian adalah:

1. Sebaiknya peneliti selanjutnya meneliti pengaruhkarakteristik usaha

terhadap tingkat motivasi peternak sapi perah di Kabupaten

Enrekang.

2. Sebaiknya pihak pemerintah dalam hal ini Dinas Peternakan

Kabupaten Enrekang lebih memperhatikan peternak dalam

penyediaan sarana produksi seperti menyediakan tenaga

inseminator, menyediakan modal usaha untuk peternak dan

membantu peternak dalam hal pengelolaan hasil.

3. Perlunya keterlibatan perbankan dalam peningkatan modal usaha

peternak sapi perah di Kabupaten.

Page 98: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

DAFTAR PUSTAKA

Ako, A., Fatma, Jamila, S. Baba S. 2012. Produksi dan Kualitas Susu Sapi Perah yang Diberi Silase Complete Feed Berbahan baku Limbah Pertanian. Laporan Hasil Penelitian. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin.

Angelia. 2010. Cara Meningkatkan Motivasi Kerja. Diakses tanggl 2 November 2012.

Baba, S. 2011. Model Penyuluhan Untuk Meningkatkan Partisipasi Peternak Sapi Perah di kabupaten Enrekang .Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana. Universitas Diponegoro Semarang, Semarang.

Baron, I. 1999. Manajemen Usaha Ternak Sapi Perah di Desa. Sidomulyo Kecamatan Batu Kotatatif Batu. Lembaga Penelitian Universitas Muhammadiyah, Malang.

Dewandini, S. 2010. Motivasi Petani Dalam Budidaya Tanaman Mendong (Fimbristylis globulosa) Di Kecamatan Minggir Kabupaten Sleman. Skripsi. Jurusan Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta, Surakarta.

Direktorat Jendral Peternakan. 2012. Berita Pertanian Online. http://www.deptan.go.id.

Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Enrekang. 2012. Data Populasi, Produksi Susu dan Jumlah Peternak, Dinas Peternakan dan Perikanan, Kabupaten Enrekang.

Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2012. Data Populasi Ternak.. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, Propinsi Sulawesi Selatan.

Firman A, Drajoga, dan Hermawan. 2010. Peran Usaha Perbibitan Dalam Pengembangan Ternak Sapi Perah di Indonesia. Jurnal Ilmu Ternak, Juni 2010, 10 (1) : 7 – 13.

Hendrayani, E. dan D.Febrina . 2009. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Beternak Sapi Di Desa Koto Benai Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi. Jurnal Peternakan. 6 (2) : 53 – 62.

Hambali, R. 2005. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Beternak Domba (Kasus Peternak di Kelurahan Cimahpar, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, Jawa Barat). Skripsi. Jurusan Sosial

Page 99: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

Ekonomi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Pertanian Bogor, Bogor.

Hariandja E.T.M M.Si 2002 . Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit PT Grasindo, Jakarta.

Hasibuan M. 2010. Organisasi & Motivasi. PT Bumi Aksara, Jakarta.

Luanmase, C.M.,S.N, T. Haryadi. 2011. Analisis Motivasi Beternak Sapi Potong Bagi Peternak Lokal Dan Transmigrasi Serta Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Di Kecamatan Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat. Jurnal Peternakan. Vol. 35(2): Hal 113-123.

Kadji, Y. 2012. Tentang Teori Motivasi. Jurnal InovasI, 9 (1) : 1693 – 9034.

Kartikaningsih, A. 2009. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Petani Dalam Berusaha Tebu (Studi Kasus : Petani Tebu di Wilayah Kerja PG Trangkil, Kabupaten Pati). Skripsi. Fakultas Ekonomi Dan Manajemen Universitas Pertanian Bogor, Bogor.

Kementerian Dalam Negeri. 2011. Jumlah Penduduk. www.kemendagri.go.id . Diakses 12 Desember 2012.

Kerlinger, F. 2003. Asas-Asas Penelitian Behavioral. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Khera, S. 2002. You Can Win (Kiat Menjadi Pemenang). Ikrar Mandiri Abadi. Indonesia.

Kusnendi. 2008. Model-Model Persamaan Struktural. Alfabeta. Bandung.

Muatip, K, Basita G, Sugihen, D. Susanto dan P.S. Asngari. Kompetensi Kewirausahaan Peternak Sapi Perah Kasus Peternak Sapi Perah Di Kabupaten Bandung Jawa Barat. (2008) Jurnal Penyuluhan. 4 (1) : 1858 – 2664.

Muljana. 2005 Pemeliharaan dan Kegunaan Ternak Sapi Perah. Penerbit Aneka Ilmu. Semarang.

Nawawi, H. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Nurcahyadi. 2003. Strategi pengembangan usaha pt. industri susu alam murni. Tesis. Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Page 100: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

Rahman, S. 2012. Adopsi Usaha Sapi Perah di Desa Cendana. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Makassar.

Santoso. 2007. Struktural Equation Modeling (SEM) dan Aplikasi dengan Amos. Pt Alex Media Komputindo.Jakarta.

Sirajuddin, S.N., H. Siregar., A. Amrawaty., K. Jusoff., S. Nurlaelah., S. Rohani., Hastang. 2013. Comparative Advantage Analysis on Self Dependent and Business Partnership of Dairy Farmers. Global Veterinaria. 10 (2) : 165 – 170.

Soemanto, W. 1987. Psikologi Pendidikan. PT Bina Aksara, Jakarta.

Sumiati. 2011. Analisis Kelayakan Finansial Dan Faktor-Faktor Yang Memotivasi Petani Dalam Kegiatan Agroforestri. Tesis. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sung. S. Y and J.N Choi. 2009. Do Big Five Personality Factor Effect

Individual Creativity The Moderating Role Of Extrinsic Motivation.

Social Behavior And Personality,37 (7) : 941 – 956.

Suryana, A. 2012. Menggali Kekayaan Susu. http://www.tropicanaslim.com.

Susantyo, B. 2001. Motivasi Petani Berusahatani Di Dalam Kawasan Hutan Bandung Selatan (Kasus Petani Peserta Program Perhutanan Sosial di Wilayah Kesatuan Pemangku Hutan Bandung Selatan). Tesis. Pascasarjana Universitas Pertanian Bogor, Bogor.

Umar, H. 2001. Metode Riset Akuntansi. Ghalia Indonesia, Jakarta.

Widhiarso, W 2010. Jumlah Sampel dalam Pemodelan Persamaan Struktural (SEM). http://widhiarso.staff.ugm.ac.id . Diakses 12 Desember 2012.

Wijanto. 2008. Structural Equation Modeling dengan LISREL 8.8. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Winardi, 2011. Motivasi & Pemotivasian Dalam Manajemen. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Zainun B. 1989. Manajemen Dan Motivasi. Balai Aksara, Jakarta.

GKSI. 2013. Harga Susu. www. Tempo.co.id. Diakses 12 Desember 2012.

Page 101: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

Yusdja, Y. 2005. Kebijakan Ekonomi Industri Agribisnis Sapi Perah di Indonesia. Yusdja, Yusmichad. http://pse.litbang.deptan.go.id . Diakses Tanggal 20 Maret 2013.

Page 102: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI KABUPATEN ENREKANG

PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

Nama : Pekerjaan : J.Tang. Keluarga` : J.Kepm.Ternak :

I. Mengukur Motivasi

Exixtensi (Kebutuhan Dasar)

Pernyataan Skala

1 2 3 4 5 6 7

1. Usaha sapi perah memenuhi kebutuhan hidup keluarga

2. Usaha sapi perah memenuhi kebutuhan sekolah anak-anak

3. Usaha sapi perah memenuhi kebutuhan sekunder (mobil, motor, handphone)

Relatednes (Hubungan)

Pernyataan Skala

1 2 3 4 5 6 7

1. Usaha sapi perah membuat tetangga saya senang dengan saya

2. Usaha sapi perah membuat saya kenal dengan baik dengan penyuluh

3. Usaha sapi perah membuat saya memperoleh bantuan dari pemerintah

4. Usaha sapi perah lebih mempererat hubungan dengan kelompok

Page 103: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

Growth (Pertumbuhan)

Pernyataan Skala

1 2 3 4 5 6 7

1. Usaha sapi perah mampu meningkatkan kesejahteraan hidup saya

2. Dengan usaha sapi perah maka saya merasa lebih dihargai orang

3. Dengan usaha sapi perah maka memiliki peluang untuk menjadi pemimpin/pengurus kelompok

II. Faktor Internal

Umur peternak :

Tingkat pendidikan formal :

Lamanya usaha sapi perah :

Kosmopolit 1. Sumber informasi tentang usaha sapi perah diperoleh dari :

a. Penyuluh

b. Buletin

c. Brosur

d. Media Cetak

2. Seberapa sering keluar dari desa/daerah?

Page 104: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

III. Faktor Eksternal

Ketersediaan sarana produksi

Pernyataan Skala

1 2 3 4 5 6 7

1. Sarana produksi diperoleh di sekita Kabupaten Enrekang

2. Harga sarana produksi dalam usaha sapi perah dapat di beli oleh peternak

3. Sarana produksi terjangkau walaupun di luar Kabupaten Enrekang atau di luar Propinsi (Memiliki akses untuk memperoleh sarana produksi).

Keterangan : Sarana Produksi (Bibit, pakan, peralatan)

Jaminan Pasar

Pernyataan Skala

1 2 3 4 5 6 7

1. Dangke mudah dijual

2. Harga dangke menguntungkan

Dukungan Pemerintah

Pernyataan Skala

1 2 3 4 5 6 7

1. Layanan pemerintah (Dinas Peternakan) sangat mendukung pengembangan usaha sapi perah

2. Pemerintah (Dinas Peternakan) sangat memperhatikan usaha sapi perah

3. Pemerintah (Dinas Peternakan) mampu memenuhi kebutuhan peternak

Ketersediaan modal

Pernyataan Skala

1 2 3 4 5 6 7

1. Banyak modal yang tersedia untuk usaha sapi perah

2. Modal yang tersedia dimanfaatkan oleh peternak sapi perah

Keterangan 1 – 7 = Sangat tidak setujuh sampai sangat setujuh

1 = Sangat tidak setujuh ; 7 = Sangat setujuh

Page 105: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

Lampiran 2. Identitas Responden Daerah sentra

No. Nama J.

Ternak (Ekor)

Umur (Tahun)

Pendidikan J.T.

Keluarga (Orang)

Pekerjaan

Lama Usaha Ternak

1. Basri C 10 48 D3 9 Petani 9

2. Amran 4 40 SMA 5 Petani 3

3. Nasruddin 12 50 SMA 7 Peternak 10

4. Hatta 8 58 SD 5 Petani 8

5. Rusyid 4 35 SMA 8 Petani 7

6. Badrun 3 58 SD 4 Petani 8

7. Baktiar 2 45 SMA 5 Petani 6

8. Sarifuddin 2 44 SMA 5 Petani 6

9. Nurdin.L 5 52 SD 4 Petani 11

10. Wawan 5 30 SMA 4 Peternak 7

11. Sappe 5 51 SD 8 Peternak 9

12. M. Saad 7 48 SD 4 Peternak 11

13. Muh. Saleh 11 50 SMA 4 Peternak 10

14. Kahar 4 36 SMA 5 Peternak 9

15. Nasruddin 3 32 SD 3 Peternak 7

16. Muhadir 11 44 SMA 4 Peternak 14

17. Abdul Halim 11 47 SMA 6 Peternak 11

18. Hasbullah 7 43 SMA 8 Peternak 9

19. Paibing 5 57 SD 4 Peternak 5

20. Muhadir 9 45 SMA 4 Peternak 15

21. Agussalim 8 39 SMA 5 Peternak 10

22. H. Alimin 15 46 SMA 5 Peternak 10

23. Basri 8 45 SMA 4 Peternak 10

24. M.Tahir 3 35 SMP 5 Peternak 1

25. Bakri 2 56 SD 6 Peternak 5

26. Kahar 5 46 SD 4 Peternak 10

27. Mahyuddin 22 48 SMA 4 Peternak 15

28. Ikhsan 8 43 SMA 5 Peternak 6

29. Dahlan 5 44 SMA 6 Peternak 5

30. Abd.Majid 2 45 SMA 4 Peternak 5

31. Ismail 6 40 SMP 4 Peternak 8

32. Hasanuddin 3 67 S1 6 Peternak 15

33. Suriadi 4 47 SMP 4 Peternak 8

34. Muh.Nasir 4 48 SMP 7 Peternak 9

35. Rusli 3 41 SMA 3 Peternak 5

36. Marzuki 5 58 SMP 6 Peternak 8

37. Drs.Isran Pangga 4 47 S1 5 Peternak 10

38. Darwan 2 26 S1 3 Peternak 3

39. Anwar 2 53 SD 5 Peternak 8

40. Awaluddin 12 35 S1 6 Peternak 10

41. Saharuddin 2 50 SD 4 Peternak 2

42. Lestari 6 43 SMA 5 Peternak 10

43. Hasyim 3 41 SMA 4 Peternak 10

44. Hading 4 58 SMA 6 Peternak 15

45. Syarif 3 55 SMP 4 Peternak 20

46. Sarman 2 32 SMA 4 Peternak 3

47. Nasma 3 34 SMA 4 Peternak 8

Page 106: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

48. Abd.Wahab 2 50 S1 5 Peternak 6

49. Syahrul 3 46 SMA 4 Peternak 7

50. Munawir 2 28 S1 3 Peternak 2

51. Salama 5 50 SMP 3 Peternak 8

Page 107: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

Lampiran 3. Identitas Responden Pada Daerah Non Sentra

No. Nama J.

Ternak (Ekor)

Umur (Tahun)

Pendidikan J.T.

Keluarga (Orang)

Pekerjaan

Lama Usaha Ternak (Tahun)

1. Sanusi

50 50 SMA 5 Peternak

20

2. Nasir

5 35 SMA 6 Peternak

7

3. Hasran Macca

5 49 S1 6 Peternak

7

4. Sampe

1 50 SD 5 Peternak

1

5. Syamsul

1 32 S1 1 Peternak

1

6. Tahir

1 50 SMP 7 Peternak

3

7. Muh.Safii

4 26 S1 1 Peternak

1

8. Siara

1 47 SMA 5 Peternak

1

9. Wariah

7 39 SMA 3 Petani

7

10. Samadi

1 40 SMA 3 Peternak

7

11. Reviandi

1 23 SMA 2 Petani

1

12. Indrayanti

1 22 SMA 1 Petani

1

13. Jufri

1 45 SMA 4 Petani

1

14. Nasruddin

7 39 S1 6 Petani

10

15. Mahmud

2 56 SMP 5 Peternak

2

16. Daeratmo Hasri

10 45 S1 5 PNS

10

17. Herman

1 24 SMA 1 Peternak

1

18. Natto

1 29 SMP 4 Petani

1

19. Azia

1 39 SMP 1 Petani

1

20. Suparman

4 51 SMA 8 Petani

10

Page 108: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

21. Alimuddin

8 43 SMA 3 Petani

8

22. Ruslan

4 56 SMA 5 Petani

8

23. Hajar

6 54 SMA 10 Petani

5

24. Kamaruddin

4 58 SMA 8 Pensiunan

5

25. Masdaruddin

6 45 SMA 2 Peternak

5

26. Rahman L

9 45 SMA 3 PNS

8

27. Kadang

6 55 SMA 8 Peternak

10

28. Ruslan SH

5 48 S1 3 Petani

7

29. Baharuddin

5 43 S1 4 Petani

5

30. Subir

5 38 SMA 4 Peternak

8

31. Mustari

6 52 SMP 5 Petani

10

32. Supriadi,S.Pd

3 48 S1 6 PNS

5

33. Ahmad Panda

8 65 D3 4 PNS

10

34. Daman

1 28 SMA 6 Petani

1

35. Tahir

5 32 S1 1 Peternak

4

36. Junardi

1 44 SMA 3 Petani

2

37. Masdar

5 37 SMA 4 Petani

5

38. Sarifuddin

1 32 SMA 7 Petani

1

39. Asri

1 27 SMA 1 Petani

1

40. Neto

1 31 SMA 4 Petani

1

41. Musdar

3 57 SMA 4 Petani

3

42. Ojong

1 42 SMA 3 Petani

1

43. Olleng

1 39 SD 4 Petani

2

Page 109: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

44. Sudirman

5 44 SMA 5 Petani

4

45. Edi

1 42 SMA 3 Peternak

1

46. Accing

2 35 SMA 6 Petani

2

47. Samri

1 30 SMA 3 Petani

1

48. Adi 1 32 SMA 4 Petani

1

49. Eko

1 29 SD 5 Petani

1

Page 110: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

Lampiran 4. Menghitung Nilai Tingkat Motivasi Peternak

Nilai tertinggi = skor tertinggi x jumlah responden x jumlah item pertanyaan

Nilai terendah = skor terendah x jumlah responden x jumlah item pertanyaan

Rentang Kelas = skor tertinggi – skor terendah

4

Nilai rendah = skor terendah + rentang

Nilai sedang = skor terendah + 2 (rentang)

Nilai tinggi = skor terendah + 3 (rentang)

Nilai sangat tinggi = skor terendah + 4 (rentang)

Daerah Sentra

1. Existensi Nilai terendah = 1 x 51 x 3 = 153 Nilai tertinggi = 7 x 51 x 3 = 1.071 Rentang = 1.071 – 153 4 = 229,5 Nilai rendah = 153 + 229,5 = 382,5 Nilai sedang = 153 + 2 ( 229,5) =612 Nilai tinggi = 153 + 3 (229,5) = 841,5 Nilai sangat tinggi = 153 + 4 (229,5) = 1.071

Page 111: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

2. Relatednes

Nilai terendah = 1 x 51 x 4 = 204 Nilai tertinggi = 7 x 51 x 4 = 1.428 Rentang = 1.428 – 204 4 = 306 Nilai rendah = 204 + 306 = 510 Nilai sedang = 204 + 2 ( 306) = 816 Nilai tinggi = 204 + 3 (306) = 1122 Nilai sangat tinggi = 204 + 4 (306) = 1.428

3. Growth Nilai terendah = 1 x 51 x 3 = 153 Nilai tertinggi = 7 x 51 x 3 = 1.071 Rentang = 1.071 – 153 4 = 229,5 Nilai rendah = 153 + 229,5 = 382,5 Nilai sedang = 153 + 2 ( 229,5)

Page 112: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

= 612 Nilai tinggi = 153 + 3 (229,5) = 841,5 Nilai sangat tinggi = 153 + 4 (229,5) = 1.071

Daerah Non Sentra

1. Existensi Nilai terendah = 1 x 49 x 3 = 147 Nilai tertinggi = 7 x 49 x 3 = 1.029 Rentang = 1.029 – 147 4 = 220,5 Nilai rendah = 147 + 220,5 = 367,5 Nilai sedang = 147 + 2 ( 220,5) = 588 Nilai tinggi = 147 + 3 (220,5) = 808,5 Nilai sangat tinggi = 147 + 4 (220,5) = 1.029

2. Relatednes Nilai terendah = 1 x 49 x 4 = 196

Page 113: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

Nilai tertinggi = 7 x 49 x 4 = 1.372 Rentang = 1.372 – 196 4 Nilai rendah = 196 + 294 = 490 Nilai sedang = 196 + 2 ( 294) = 784 Nilai tinggi = 196 + 3 (294) = 1.078 Nilai sangat tinggi = 196 + 4 (294) = 1.372

3. Growth Nilai terendah = 1 x 49 x 3 = 147 Nilai tertinggi = 7 x 49 x 3 = 1.029 Rentang = 1.029 – 147 4 Nilai rendah = 147 + 220,5 = 367,5 Nilai sedang = 147 + 2 ( 220,5) = 588 Nilai tinggi = 147 + 3 (220,5) = 808,5 Nilai sangat tinggi = 147 + 4 (220,5) = 1.029

Page 114: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

Lampiran 5

Mann-Whitney Test

Test Statisticsa

Y1 Y2 Y3

Mann-Whitney U 1.242E3 1.196E3 850.000

Wilcoxon W 2.568E3 2.422E3 2.176E3

Z -.056 -.386 -2.783

Asymp. Sig. (2-tailed) .956 .699 .005

a. Grouping Variable: daerah

Page 115: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

Lampiran 6

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity

Statistics

B Std. Error Beta

Toleran

ce VIF

1 (Constant) -.548 .869 -.630 .530

X1 .012 .013 .083 .903 .369 .603 1.658

X2 .209 .110 .159 1.905 .060 .735 1.361

X3 -.042 .029 -.129 -1.469 .145 .657 1.521

X4 .006 .026 .020 .243 .808 .755 1.324

X5 .562 .119 .523 4.704 .000 .412 2.428

X6 .393 .095 .373 4.151 .000 .630 1.586

X7 -.225 .139 -.170 -1.616 .110 .462 2.166

X8 .110 .087 .101 1.266 .209 .793 1.261

a. Dependent Variable: Y3

Page 116: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

Lampiran 7

Correlations

X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8

X1 Pearson Correlation 1 -.226* .513

** .160 .212

* .250

* .233

* -.102

Sig. (2-tailed) .024 .000 .112 .035 .012 .019 .313

N 100 100 100 100 100 100 100 100

X2 Pearson Correlation -.226* 1 -.009 .365

** -.008 .074 .052 .146

Sig. (2-tailed) .024 .933 .000 .940 .466 .606 .148

N 100 100 100 100 100 100 100 100

X3 Pearson Correlation .513** -.009 1 .186 .351

** .222

* .279

** -.037

Sig. (2-tailed) .000 .933 .064 .000 .026 .005 .714

N 100 100 100 100 100 100 100 100

X4 Pearson Correlation .160 .365** .186 1 .096 .114 -.033 .067

Sig. (2-tailed) .112 .000 .064 .343 .260 .746 .508

N 100 100 100 100 100 100 100 100

X5 Pearson Correlation .212* -.008 .351

** .096 1 .504

** .703

** .241

*

Sig. (2-tailed) .035 .940 .000 .343 .000 .000 .016

N 100 100 100 100 100 100 100 100

X6 Pearson Correlation .250* .074 .222

* .114 .504

** 1 .413

** .381

**

Sig. (2-tailed) .012 .466 .026 .260 .000 .000 .000

N 100 100 100 100 100 100 100 100

X7 Pearson Correlation .233* .052 .279

** -.033 .703

** .413

** 1 .222

*

Sig. (2-tailed) .019 .606 .005 .746 .000 .000 .026

N 100 100 100 100 100 100 100 100

X8 Pearson Correlation -.102 .146 -.037 .067 .241* .381

** .222

* 1

Sig. (2-tailed) .313 .148 .714 .508 .016 .000 .026

N 100 100 100 100 100 100 100 100

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Page 117: ANALISIS TINGKAT MOTIVASI PETERNAK SAPI PERAH DI …

Lampiran 8.

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Const

ant) -.456 .964

-.473 .637

X1 .003 .015 .020 .198 .844 .616 1.623

X2 .120 .120 .091 1.000 .320 .758 1.320

X3 -.013 .031 -.039 -.407 .685 .690 1.449

X4 .026 .028 .083 .926 .357 .776 1.289

X6 .525 .100 .498 5.232 .000 .691 1.447

X7 .183 .120 .139 1.522 .132 .756 1.323

X8 .124 .096 .114 1.285 .202 .794 1.259

a. Dependent Variable: Y3