AKTUALISASI PENAFSIRAN MITSAQAN GHALIZHA SEBAGAI …

35
i AKTUALISASI PENAFSIRAN MITSAQAN GHALIZHA SEBAGAI KONSEP PERNIKAHAN PERSPEKTIF AL-QUR’AN (Studi Analisis Tafsir At Thabari dan Al Maraghi). Tesis Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Disusun oleh: Syarifuddin Dahlan NIM: 217410746 PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR‟AN DAN TAFSIR PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT ILMU AL-QUR‟AN JAKARTA 2021

Transcript of AKTUALISASI PENAFSIRAN MITSAQAN GHALIZHA SEBAGAI …

i

“AKTUALISASI PENAFSIRAN MITSAQAN GHALIZHA SEBAGAI

KONSEP PERNIKAHAN PERSPEKTIF AL-QUR’AN

(Studi Analisis Tafsir At Thabari dan Al Maraghi).

Tesis

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister

Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Disusun oleh:

Syarifuddin Dahlan

NIM: 217410746

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR‟AN DAN TAFSIR

PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT ILMU AL-QUR‟AN

JAKARTA

2021

ii

“AKTUALISASI PENAFSIRAN MITSAQAN GHALIZHA SEBAGAI

KONSEP PERNIKAHAN PERSPEKTIF AL-QUR’AN

(Studi Analisis Tafsir At Thabari dan Al Maraghi).

Tesis

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister

Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Disusun oleh:

Syarifuddin Dahlan

NIM: 217410746

Dosen Pembimbing:

Dr. H. Muhammad Azizan Fitriana, MA

Dr. H. Ahmad Syukron, MA

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR‟AN DAN TAFSIR

PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT ILMU AL-QUR‟AN

JAKARTA

2021

iii

PERSETUJUAN PENULIS

Tesis dengan judul “Aktualisasi Penafsiran Mitsaqan Ghalizha Sebagai

Konsep Pernikahan Perspektif Al-Qur‟an (Studi Analisis Tafsir At Thabari

Dan Al Maraghi) yang disusun oleh Syarifuddin Dahlan, Nomor Induk

Mahasiswa: 217410746 telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan pada

siding munaqasyah.

Tangerang Selatan, 20 Januari 2021

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H. Muhammad Azizan Fitriana, MA Dr. H. Ahmad Syukron, MA

iv

v

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah swt, penulis

merasakan bahagia karena berhasil menyelesaikan penulisan tesis yang

menjadi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Prodi Ilmu Al-Qur‟an

dan Tafsir, Program Pascasarjana IIQ Jakarta.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rektor IIQ Jakarta, Ibu Prof. Dr. Hj. Huzaemah T. Yanggo, MA

2. Direktur PPs IIQ Jakarta, Dr. H. Muhammad Azizan Fitriana, MA

3. Pembimbing Tesis yaitu Dr. H. Amad Syukron, MA dan Dr. H.

Muhammad Azizan Fitriana, MA

4. Kaprodi Magister IAT IIQ Jakarta, Dr. H. Ahmad Syukron, MA

5. Para Dosen, Tenaga Kependidikan PPs IIQ Jakarta, dan Pegawai

Perpustakaan

6. Istri dan Anak-anakku tercinta yang telah ikhlas menerima kekurangan

perhatian dari bapak

7. Teman-teman di Prodi IAT PPs IIQ Jakarta dan seluruh pihak yang telah

membantu penyelesaian tesis ini.

Penulis merasakan bahwa bantuan yang mereka berikan sangat besar

dalam penyelesaian tulisan ini.

Tangerang Selatan, 27 Januari 2021

Syarifuddin Dahlan

vii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................ iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................... iv

PERNYATAAN PENULIS .................................................................... v

DAFTAR ISI ........................................................................................... vi

ABSTRAK .............................................................................................. vii

BAB I: PENDAHULUAN ...................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................... 1

B. Permasalahan ...................................................................... 6

1. Identifikasi .................................................................... 6

2. Pembatasan ................................................................. 7

3. Perumusan ..................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian ................................................................ 7

D. Kegunaan Penelitian ........................................................... 8

E. Kajian Pustaka .................................................................... 8

F. Metodologi Penelitian ......................................................... 14

G. Sistematika Penulisan ......................................................... 16

BAB II: KALIMAT (MITSAQAN GALIDHA) PENGERTIAN DAN

PENGUNGKAPAN AYAT-AYATNYA ................................ 19

A. Pengertian Mitsaqan Ghalidza ........................................... 19

B. Pengungkapan Ayat-ayat Mitsaqan Ghalidza .................... 20

C. Pendapat Ulama tentang Mitsaqan Ghalidza .....................

viii

BAB III: BIOGRAFI AT-THABARI DAN MUSTHOFA AL MARAGHI

A. Imam At-Thabari ................................................................ 121

1. Kelahiran dan Keilmuannya ........................................... 121

2. Profil Kitab Tafsirnya .................................................... 126

B. Imam Al-Maraghi ................................................................ 136

1. Kelahiran dan Keilmuan ............................................... 136

2. Profil Kitab Tafsir Al-Maraghi ..................................... 139

BAB IV: ANALISIS TERHADAP TAFSIR ATH-THABARI DAN AL-

MARAGHI TENTANG MITSAQAN GHALIDHA SEBAGAI

KONSEP PERNIKAHAN ..................................................... 145

A. Pandangan dan Pemikiran At Thabari dalam Konsep

Pernikahan. ....................................................................... 145

B. Pandangan dan Pemikiran Al-Maraghi dalam Konsep

Pernikahan. ....................................................................... 183

BAB V: PENUTUP ................................................................................ 231

A. Kesimpulan ......................................................................... 231

B. Saran ................................................................................... 232

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 233

ix

ABSTRAK

Syarifudin Dahlan, NIM: 217410746. Tesis dengan judul “Aktualisasi

Penafsiran Mitsaqan Ghalidza Sebagai Konsep Pernikahan Perspektif Al-

Qur‟an.”

Latar belakang penelitian ini didasar oleh meningkatnya angka perceraian

yang diakibatkan oleh ketidakmengertian pasangan tentang makna dan

hakikat pernikahan. Oleh karena penulis menganggap bahwa perlu adanya

aktualisasi tentang makna pernikahan yang disimpulkan dalam satu konsep

yang disebut dengan mitsaqan ghalidza.

Penelitian ini menegaskan bahwa mitsaqan ghalidza merupakan konsep

pernikahan yang tersimpul dalam sebuah perjanjian yang kokoh antara

manusia dan Tuhannya. Konsep mitsaqan ghalidza yang didapat dari

penafsiran Ath-Thabari dan Al-Maraghi adalah konsep pernikahan yang

tidak lagi melihat tujuannya sebagai penyalur hasrat biologi manusia, tetapi

lebih kepada upaya penekanan bahwa pernikahan adalah perjanjian manusia

kepada Tuhan, yang harus dipegang kokoh, dan sanksinya berefek pada

kehidupan ukhrawi jika mempermainkan janjinya itu.

Tesis ini merupakan penelitian jenis kualitatif yang data penelitiannya

bersumber dari kepustakaan. Sumber data utama adalah Tafsir Ath-Thabari

dan Tafsir Al-Maraghi, dan metode analisis data yang digunakan adalah

deskriptif analisis.

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pernikahan adalah suatu perjanjian kuat dihadapan Allah dan bagi yang

baru nikah adalah dunia baru untuk mengarungi kehidupan yang baru. Ibarat

membangun sebuah bangunan, diperlukan persiapan dan perencanaan yang

matang. Mulai dari memilih bahan bangunan keindahan tempat yang aman

dan keanggunan, kenyamanan dan keramahan lingkungan, sampai dengan

memilih perabot rumahtangga yang serasi. Segalanya harus benar-benar

diperhatikan. Bila tidak, bangunan yang indah lagi mewah akan memberikan

sejuta kekecewaan.

Kini banyak orang menyikapi pernikahan hanya sabagai suatu tradisi.

Bukan lagi sebagai suatu ajaran agama yang di dalamnya terdapat nilai

perjanjian kemuliaan. Padahal Nabi telah menegaskan: “Nikah adalah

sunnahku. Barangsiapa tidak suka kepada sunnahku, maka dia bukan

termasuk golonganku.”1

Analisa pemikiran “ini anjuran Nabi untuk umatnya agar menikah karena

keluarga itu bagaikan kapal laut (perahu) karena suami sebagai nahoda yang

menjadi imam dalam keluarga, istri sebagai awak kapal yang akan membawa

bekal perlengkapan setatusnya sebagai makmum dalam keluarga yang baik

sehingga jama‟ah keluarga di bawa perahu sapai kepantai yang dituju

sakinah mawadah warohmah, tapi bila suami istri sibuk keduanya dengan

karirnya sendiri-sendiri sehingga keduanya lupa tugasnya sebagai imam dan

sebagai makmum maka perahupun stagna (tidak jalan).suami ingin

membawa perahu kebarat istri ingin membawa perahu ketimur karena

1 Miftah Farid, Keluarga Bahagia: Peraturan nikah dan Pembinaan Keluarga,

(Bandung: Penerbit Pustaka,1986), cet ke-3, hal.04.

2

mereka merasa punya penghasilan sendiri-sendiri ketika badaipun menerpa

perahu terbalik mungkin suami istri bisa menyelamatkan sendiri tapi

penumpang anak-anak menjadi korban egois orang tuanya berapa banyak

dijaman sekarang anak terlantar karena orang tua mengabaikan keluarga,

dalam islam tidak melarang orang berkarir tapi harus mengetahui porsi

tugasnya dalam keluarga”.

Seorang muslim tentu berkeinginan untuk mewujudkan rumah tangga

sejahtera bahagia menurut tuntunan Islam. Yakni rumah tangga yang

menjadi seperti surga bagi para penghuninya. Tempat dimana melepas lelah,

tempat bekumpul dimana adanya rasa bahagia, aman tentram dan tempat

untuk bersenda gurau yang sebagaimana dimaksudkan oleh Rasulullah saw

dalam satu haditsnya “Rumahku adalah surgaku.”2

Keluarga juga menjadi tempat menanamkan nilai-nilai agama paling

awal bagi orangtua memiliki tanggung jawab untuk memberikan pemahaman

dan memberikan contoh dalam keseharianya tentang ajaran keagamaan yang

mereka anut, hal ini yang di anggap bagian penting dalam membentuk

kepribadian dan karakter yang baik bagi anggota keluarganya dan menjadi

tempat yang aman untuk memproteksi anggotanya dari pengaruh negatif

dunia luar yang mengancam kepribadian keluarganya.

Untuk mewujudkan dan menegakkan sebuah rumah tangga yang sakinah,

mawadah, warohmah, maka secara teoritis dan normatis suami istri memiliki

hak dan kewajiban kewajiban besar di dalamnya. Oleh karena itu sebelum

seseorang memutuskan untuk memasuki jenjang pernikahan, mereka harus

memenuhi persyaratan dan persiapan yang cukup, seperti kedewasaan fisik,

mental, kesamaan hidup, agama, serta berbagai aspek lain. Hal ini diperlukan

agar kedua calon suami isteri memiliki kesiapan dan kematangan jasmani

2 M. Quraish Shihab, Kisah dan Hikmah Kehidupan, (Tangerang Selatan: Lentera

Hati, 1994), Cetakan ke I, hal 253.

3

dan rohani, maka Nabi menganjurkan umatnya segera menikah agar ada

penerus generasi yang berkwalitas karena yang berpasang-pasangan yang di

ciptakan Allah dan dengan jalan pernikahan Allah telah memilihnya buat

hambanya mempersiapkan kecukupan rizki keduanya.3

Di era globalisasi pernikahan dan perjodohan sering kali dilema bagi

pemuda dan pemudi karena dibatasi oleh jurang pemisah keluarga kaya

dengan keluarga miskin (matrialistik dan sepiritualistik) sementara jodoh

manusia Allah berikan menembus jurang pemisah apaun yang Allah

kehendaki ketika salah satu keluarga lebih muncul gaya hidup matrialistik

adalah pola hidup memprioritaskan nilai kebendaan dan kemewahan karena

bagi mereka kebahagiaan keluarga tanpa materi tidak mungkin terwujud dan

persoalan ini yang banyak terjadi dalam kehidupan anak muda sehingga

mereka takut dengan pernikahanya sendiri takut karena (miskin, belum kerja,

belum punya pegangan penghasiklan, tidak punya keahlian dsb) padahal

Allah telah menjanjikan di ujung ayat surat An Nur ayat 32 terjemahanya

“Jika mereka miskin Allah akan mencukupkan mereka dengan karunia Nya”.

Dengan itulah, kematangan diri, kepandaian mengatur atau membagi

waktu diperlukan juga oleh seseorang yang memutuskan untuk menikah.

Sebab dalam rumah tangga baru mereka akan dihadapkan dengan jumlah

keputusan yang menyangkut kehidupannya. Seseorang akan hidup bersama

dengan orang lain yang berbeda ayah, ibu, saudara-saudaranya, seseorang

itupun harus melakukan penyesuaian baru, dan juga harus saling memberi

dan menerima demi kebahagaian rumah tangga itu.

Hal yang terpenting bagi seseorang yang sudah menikah dan masih aktif

dalam perkuliahan adalah bagaimana caranya mengatur waktu untuk

3 .Sayyid Sabiq, Fiqih Sunah, (Penerbit Darul Fikri, Bairut th 2008 M), Jilid II,

hal 543.

4

membagi kewajiban antara keluarga dan kuliah/belajar. Karena apabila

seseorang tidak pandai-pandai membagi waktu, bisa mengakibatkan salah

satu kewajibannya terganggu. Dalam pengaturan waktu tersebut seseorang

dituntut untuk berfikir lebih ekstra karena mempunyai beban tanggung jawab

yang harus dipenuhi.

Untuk itu mereka tentunya harus dapat membagi waktu yaitu sebagian

harus mengurus rumah tangga dan sebagian untuk kuliah di kampus dan

sebagian untuk bekerja. Di samping mereka mengurus rumah tangganya, di

sisi lain mereka dihadapkan pada tugas utama sebagai mahasiswa yaitu

belajar. Belajar merupakan kegiatan yang harus dilakukan seseorang untuk

mencapai cita-citanya. kemauan keras merupakan modal utama tercapainya

cita-cita. Karena itu walaupun sudah menikah mahasiswa dituntut untuk

selalu belajar agar meraih apa yang telah dicita-citakan.

Di dalam realitas kehidupan di zaman sekarang ini, pernikahan bukan

lagi sebagai sebuah lembaga sakral yang dihormati, karena di dalam

pernikahan itu banyak terjadi kasus-kasus pelanggaran yang dilakukan oleh

suami istri dan sikap negatif kedua belah pihak ini memberikan distribusi

pada semakin keruhnya persoalan dalam keluarga.4 Muncul sikap mental

egois suami istri yang banyak terjadi sekarang ini yaitu merasa dirinya lebih

penting dari pada orang lain dan jika ini terjadi dalam keluarga sehingga

tidak lagi sempat mempertimbangkan kesejahtraan dan kepentingan

keluarganya maka tidak menutup mungkin akan terjadi kemelut persoalan

keluarga yang berkepanjangan.

Kasus-kasus yang merupakan pelanggaran di dalam sebuah rumah

tangga yang banyak terjadi adalah seperti pengabaian terhadap penunaian

kewajiban dan hak masing-masing pasangan, hilangnya perhatian,

4 Dirjen Bimas Islam Kemenag RI, Pondasi Keluarga Sakinah, Jakarta pebruari

2017, hal 183.

5

kepedulian kepada pasangan secara material atau pun secara psikologis,

bahkan tidak jarang berakhir pada tindakan kekerasan dalam rumah tangga.

Kasus-kasus pelanggaran di dalam rumah tangga itu sangat

dimungkinkan terjadi karena ikatan atau jalinan hubungan di antara kedua

pasangan suami dan isteri tidak kuat. Ikatan dan jalinan yang di antara

keduanya menyebabkan rumah tangga menjadi rapuh. Kondisi rumah tangga

yang rapuh karna keduanya tidak ada saling menghargai terhadap hak dan

kewajibanya padahal orang yang tidak mau memberikan hak orang lain yang

ada padanya kata Nabi Dia dimurkai Allah.5

Perjanjian pernikahan ini diantaranya tertera berupa sighat taklik dalam

buku nikah cara ini bertujuan memberikan perlindungan kepada perempuan

dari kemungkinan terjadi yang dilakukan suami adanya keterlantaran istri

dan ini sebagai bukti ikatan perlindungan hukum bagi wanita. Mengingat

rumah tangga atau keluarga ini adalah unit terkecil yang menjadi penyangga

kehidupan berbangsa dan bernegara. Jika setiap individu keluarga itu baik

dan kokoh, maka akan semakin kuat kedudukan bangsa dan negara.

Salah satu solusi dan upaya untuk mengkondisikan sebuah keluarga

menjadi kokoh dan baik, adalah dengan cara memaparkan kembali secara

terus menerus tentang konsep keluarga ideal yang terungkap di dalam Al-

Qur‟an, yaitu kalimat singkat tapi padat dengan istilah “mitsaqan ghalizha”.

Kemudian dengan penjelasan latar belakang tersebut, penulis tertarik

untuk mengangkat permasalahan dan meneliti pemaparan yang terkait diatas

dengan judul : “Reaktualisasi Penafsiran Mitsaqan Ghalizha sebagai Konsep

5 Yusuf, Ahmad Muhammad : Ensiklopedi Tematis Ayat Al Qur‟an Dan Hadits,

Percetakan Nasional RI, Penerbit Wdya Cahaya, jakarta cet. Ke IV, Septem ber 2014 jilid ke

7, hal 278.

6

Pernikahan Perspektif Al-Qur‟an (Studi Analisis Tafsir At Thabari dan Al

Maraghi).

B. Permasalahan

1. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis dapat

mengindentifikasi masalah sebagai berikut:

a. Frasa mitsaqan ghalizha diungkap sebanyak tiga kali dalam Al-

Qur‟an yaitu dua kali dalam surat An Nisa dan satu kali surat Al

Ahzab. Ketiganya menjelaskan tentang perjanjian dengan Allah

hanya obyeknya yang berbeda.

b. Para mufassir dapat memiliki penafsiran yang berbeda-beda

tentang kata mitsaqan ghalizha.

c. Mitsaqan ghalidza dapat bermakna perjanjian kokoh antara Allah

dengan para Rasul-Nya yang tergantung dalam „Ulul Azmi

berkaitan dengan janji setia untuk tunduk dan taat kepada Allah.6

d. Di dalam Al-Qur‟an surat An Nisa ayat 21, Allah SWT

menggunakan kalimat mitsaqan ghalizha dalam konteks

pernikahan, dua tempat yang lain istilah mitsaqan ghalidza

dijadikan sebagai kata terahir di ayat yang mengisahkan

perjuangan da‟wah para nabi dan Rasul, seperti yang di

perintahkan Allah pada nabi Musa, masuklah ke baitul Makdis.7

6 Kementrian Agama RI, AL QUR’AN & Tafsiranya Juz 19-21, jilid 7, Penerbit Widiya

Cahaya, Jakarta th 2015, hal 621. 7 At Thabarai, li Abi Ja‟far Muhammad bin Jarir, Tafsir Athobari, Jamiul bayan,

Juz 7, Penerbit Atha Limaayatu watsaqofiah, hal 654.

7

2. Pembatasan masalah

Agar cakupan pembahasan dalam penelitian tidak terlalu luas, maka

peneliti membatasi kajian pada penafsiran tentang mitsaqan gahlizha sebagai

konsep pernikahan.

3. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi fokus kajian dan

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

a. Bagaimana penafsiran kembali ayat Al-Quran tentang mitsaqon

ghalizha perspektif At-Thabari dan Al-Maraghi?

b. Bagaimana konsep pernikahan yang terangkum dalam “Mitsaqan

Ghalidha” menurut Ath-Thabari dan Al-Maraghi?

C. Tujuan Penelitian

Ada beberapa tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini yaitu:

1. Menjelaskan penafsiran Al-Qur‟an tentang mitsaqan ghalizha

perspektif At-Thabari dan Al-Maraghi

2. Menjelaskan konsep pernikahan yang terangkum dalam kalimat

“Mitaqan Ghalidza” menurut At-Thabari dan Al-Maraghi

D. Kegunaan Penelitian

Penulis tentunya mengharapkan betul penelitian ini mempunyai daya

guna yang bermanfaat baik secara tioritis maupun secara praktis

kegunaanya dan penelitian ini ternyata ada 2 bagian:

1. Penelitian ini berguna untuk menambah hazanah pemikiran islam

hususnya dalam ilmu tafsir.

8

2. Penelitian ini diharapkan juga berguna untuk memberikan solusi

menyelesaikan masalah kemelut keluarga atau berkaitan dengan

perjanjian interaksi sosial dan perjanjian dengan Allah.8

E. Kajian Pustaka

Kajian tentang mitsaqan ghalidza merupakan kajian yang telah umum

dan telah banyak dilakukan oleh para peneliti. Hasil penelitian tersebut dapat

dijadikan acuan dan perbandingan seperti penelitian yang dilakukan oleh:

1. Jeanita Adeline, Tesis, judul Status hukum perjanjian perkawinan

berdasar kitab Undang Undang Hukum perdata dan Undang Undang

perkawinan.

Dia dari Fakultas hukum Universitas Indonesia (UI) tahun 2013, dalam

Tesis ini menjelaskan tentag berkaitan dengan perjanjian kuat yaitu

pernikahan karena diatur dengan aturan undang-undang pernikahan,

maka ada beberapa hal yang mendukung :

a. Keabsahan perjanjian kuat (mitsaqan ghalidza) atau perjanjian

pernikahan setelah pernikahan itu berlansung dilaksanakan.

b. Analisis putusan hukum nomor 69/pdt.G/2010 PN. Tentang

perceraian mengenai tentang perjanjian perkawinan.

Sebab itulah menurut UU Perdata Hukum Perkawinan ada dua azas

perkawinan dan azas syarat perkawinan maka ada dua pandangan:

1. Azas perkawinan berdasarkan kitab UU Perdata menurut azas

monogami mutlak hal ini dilahirkan dari barat yang sebgian besar

8 Surat Al Hadid,ayat 8 “Mengapa kamu tidak beriman kepada Allah padahal Rasul

menyeru kamu supaya kamu beriman kepada Tuhanmu dan sesungguhnya Dia (Allah)telah

mengambil perjanjianmu jika kamu adalah orang-orang bderiman.”

9

pemeluk agamanya kristen maka poligami di larang menurut fasal 27

KUHP.

2. UU Pernikhan Kompilasi Hukum Islam dan mengatur keperdatan

sehingga pernikahan di pandang sah jika memenuhi persyaratan yang

ditentukan UU Pernikahan termasuk dalam urusan poligami karena

pernikahan itu sebagai perjanjian kuat di hadapan Tuhanya. 9

Adapun penelitian yang dilakukan oleh Janita Adeline telah

memberikan kontribusi bagi penelitian ini khususnya dalam analisis tentang

makna umum perjanjian kuat dihadapan Allah sebagai mitsaqan ghalidza.

2. Sinta, Tesis, judul “Kebenaran Teoritis Perjanjian Perkawinan

Campuran”. Mahasiswi Universitas Udayana Negeri Bali dalam Tesis

ini menjelaskan dalam beberapa hal yang berkaitan dengan beberapa

pokok perjanjian sebagai beriku:

a. Perkawinan dalam prespektif hak Azazi manusia

b. Perjanjian Perkawinan

c. Perjanjian perkawinan campuran.

Analisis penelitianya bahwa perjanjian pernikahan adalah

menggambarkan suatu ikatan kuat dengan mengatur perjanjian selama

masih dalam ikatan pernikahan dan ini berdasarkan keputusan mahkamah

konstitusi nomor 69/puu XIII/2015.

Pengertian dengan azas perkawinan di Indonesia di atur atas UURI

no 1 th 1974 perkawinan menurut fasal 1 seorang peria dengan seorang

wanita dengan tujuan membentuk keluarga yang kekal berdasarkan

9 Adeline, Jeanita, : SETAUS HUKUM PERJANJIAN PERKAWINAN BERDASAR KITAB

UU HUKUM PERDATA DAN UU PERKAWINAN, TH 2013, hal 15.

10

ketuhanan yang maha Esa dengan menciptakan norma-norma yang sampai

saat ini terus di ikuti dan menjadidasar hukum. 10

Berdasarkan analisis di atas memberikan distribusi dan kesimpulan

bahwa ma‟na perjanjian kuat yani perjanjian yang kokoh untuk dilaksanakan

sesuai dengan apa yang di bebebankan dengan ma‟na sumpah demi Allah

karna mitsaqqn ghalidza adalah perjanjian yang sangat kuat, perjanjian suci,

perjanjian sakral yang berbeda dengan perjanjian-perjanjian lainya dan ini di

terapkan Allah dalam tiga tempat dalam AlQur‟an yaitu

3. Dr.Mamun Murad Al Barbasy, Dosen UHAMKA Jakarta, Artikel, Surat

Kabar Republika tgl 25 April 2019 yang pembahasanya tentang mitsaqan

ghalidha dan ikatan suci pernikahan.

Dalam islam pernikahan disebut mitsaqan ghalidha perjanjian agung

namun harus diingat bahwa perjanjian dalam pernikahan ini di sejajarkan

dengan mitsaqan ghalidza dalam Al Qur‟an antara Allah dengan para Rasul

Ulul Azmi dan mitsaqan ghalidza antara Allah dengan Bani Israil bahwa

dalam perjanjianya ini Allah mengangkat gunung tursina di atas mereka

kalau perjanjian ini di seimbangkan dengan pernikahan maka pernikahan ini

bukan perjanjian biasa dan Nabi menjelaskan bahwa perjanjian yang

dibolehkan dilepas tapi dibenci Alah adalah perceraian, maka pernikahan ini

bukan barang permainan yang seenaknya bisa dilempar atau dibuang, dalam

islam pernikahan seyogyanya abadi sampai ahir mati merengguntnya begitu

juga dalam keristen dan perceraianpun tidak dibenarkan prinsip mereka.

Berita cerainya Ahok dengan istrinya awalnya saya tidak percaya karna

prinsip perkawinan dikeristen tidak diperkenan ada perceraian, sebagai

publik pigur selama ini tidak ada satupun berita yang mengekpos berita

buruk terkait mengicu adanya perceraian, maka dari kesimpulan pemikiran.

10

Sinta, : Pembenaran Tioritis Perjanjian Perkawinan Campuran, Hal 40.

11

Ma‟mun Murad Al Barbasy ini memberikan distribusi bagi penulis,11

sebagai

berikut :

a. Pernikahan adalah perjanjian yang tidak setara dengan perjanjian

lain maka tidak boleh dipermainkan.

b. Perjanjian pernikahan ini setara dengan perjanjian Allah dengan

para Rasul Ulul Azmi untuk menyampaikan risalah agama

kepada umatnya.

c. Perjanjian pernikahan ini juga setara dengan perjanjian Allah

dengan Bani Israil sampai mengukuhkanya dengan mengangkat

gununug tursina.

d. Pernikahan dalam islam berbeda dengan pernikahan katolik atau

keristen dalam islam pernikahan bersifat abadi yang memisahkan

dengan kematian atau cerai jika diperlukan sementara dalam

katolik/kristen tidak diperbolahkan adanya perceraian walaupun

adanya persoalan untuk menceraikanya.

4. Arrahman penulis Artikel dalam judul “Selintas pemikiran mitsaqan

ghalidza dalam pernikahan” Mitsaq dalam bahasa arab berarti janji

sama dengan kata wa‟ad Jalaludin Al Mahali dan Jalaludin As Suythi

dalam tafsir jalalaeni menyebut mitsaq sebagai bentuk tauhid

(penekanan,penguatan,penegasan) dari sebuah janji ia adalah

komitmen lebih dari pada sekedar janji sedangkan kata ghalidza

berasal dari kata ghalid yang berarti (berat,kuat,tegas,keras,kokoh,

teguh) jadi mitsaqan ghalidza adalah sikap komitmen yang tidak ada

kesempatan untuk main-main sebagai janji suci dan sakral karna yang

terikat bukan sesama manusia saja tapi juga dengan Allah yang

11

Republika, Buletin Islami tentang, Mitsaqan Ghalidza Dan Ikatan Suci, Senin tgl

8 Jan 2018, penulis Dr. Mamun Murad Al Barbasy Dosen Uhamka Jakarta

12

konsekwensinya punya tanggung jawab lahir batin dan dunia

aherat.12

saat menafsirkan mitsaqan ghalidza dalam surat An Nisa

ayat 21 Ibnu katsir mejelaskan dengan hadis sahih dari jabir dalam

kitab sahih muslim yang menyatakan bahwa ketika seorang laki-laki

mengambil seorang perempuan dari orang tuanya untuk dinikahin

berarti ia telah melakukan perjanjian atas nama Allah sebagaimana

Dia telah menghalalkanya dengan kalimat Allah. Kesimpulan ini

menjadi aspirasi dari artikel sebagi berikut:

a. Mitsaq sebuah janji yang komitmenya bukan hanya sekedar janji

biasa dengan hal-hal lain.

b. Ghlidha teguh /kuat yang komitmenya dengan tidak bermain-

main dalam ikatan sakral atau ikatan suci karna ini bukan

melibatkan antar sesama manusia saja melainkan melibatkan juga

dengan Allah.

c. Seorang laki yang membawa anak perempuan dari orang tuanya

untuk dinikahin berarti Dia telah melkukan perjanjian atas nama

Allah dan menghalalkanya dengan kalimat Allah.

5. Tri Ananu Handani, penulis Artikel dengan judul apa itu mitsaqan

ghalidza adalah sebuah perjanjian yang bukan sembarang perjanjian

dan ini memerlukan penjelasan yang harus kuat karna pernikahan

adalah perjanjian suci maka jangan Sampai pernikahan ini diawali

dengan aktifitas perbuatan dosa (dengan titik noktah hitam),13

bahkan dengan berpacaran berjina atau dengan menghalalkan segala

cara maka seorang laki yang hendak meminang perempuan adalah

12

Arrahman,Penulis artikel dengan judul, Selintas Pikiran Mitsaqan Ghalidza

Dalam Pernikahan, terbit 21/08/2016. 13 Handayani, Tri Annanu, judul Artikel, Apa Arti Mitsaqan Ghalidza, 21 juli 2019

13

dengan syar‟i petunjuk jalan agamanya, maka untuk menuju

kepelaminan ada beberapa cara:

1. Ta‟aruf tahap perkenalan laki dengan perempuan dengan bantuan

pihak ketiga untuk mengetahui kesiapan kedua belah pihak.

2. Khitbah yaitu lamaran seteah kesiapan keduanya untuk

menentukan acara pernikahan agar tiak di unda-tunda.

3. Pernikahan harus dijalankan cara syar‟i karna ini ikatan suci di

hadapan Allah.

Lelaki ketika menjadi seorang suami semetinya memahami

tanggung jawab kepada istrinya yang dulu sebelum nikah menjadi

tanggungjawab orang tuanya, jika seorang suami dengan kerja keras

tapi yang ada kegagalan membangun keluarganya, maka seorang istri

harus tampil dalam upaya membangun keluarganya sendiri.

Setelah terucapkan qobul oleh suaminya ternyata penduduk Arsy

berguncang karna beratnya perjanjian yang dibuat olehnya di

dihadapan Allah yang di saksikan oleh para malaikat dan manusia,

selanjutnya jika seorang istri sanggup mengisap darah dan nanah

hidung suaminya maka ia belum cukup untuk bisa menebus semua

kebaikan pengabdian dan perjuangan suaminya karna dia komitmen

dengan perjanjianya dengan Allah, maka dari artikel ini dapat

memberikan pelajaran dengan pengertian mitsaqan ghalidza:

a. Suami punya tanggung jawab sepenuhnya kepada istrinya setelah

orang tuanya melepaskan tanggung jawab kepada suaminya.

b. Dahsyatnya ucapan qobul suami sampai menggoncangkan

penduduk Arsy.

14

c. Pengabdian istri kepada suaminya belum sanggup untuk

menembus kebaikan perjuangan dan pengabdian suami karna

Allah.

F. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian merupakan penelitian kualitatif yang sumber datanya

berdasarkan data-data kepustakaan.

2. Sumber Data Penelitian.

Dalam penelitian ini mengumpulkan data-data penelitian dari

sumbernya maka ada tiga persoalan yang mendukungnya :

a. Sumber data primer

Sumber data primer dalam penelitian ini adalah kitab tafsir karya

at-Thabari dan tafsir al-Maraghi karya Musthafa al-Maraghi.

b. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder dari penelitian ini adalah seluruh data yang

berkaitan dengan bahasan mitsaqan ghaliza, yang dikumpulkan

dari berbagai sumber seperti artikel, jurnal, website, dan lain

sebagainya.

3. Metode Pengumpulan data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara dokumentasi yaitu

proses pengumpulan data literature berupa penafsiran dari kitab-kitab

para mufassir atau bacaan-bacaan yang berisi materi kajian yang

diteliti, kemudian dipilah dan dipilih yang sesuai, dan diklasifikasikan

sesuai kelompok materi bahasan.

15

4. Metode Analisis Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan dua metode analisis yaitu metode

deskriptif-komparatif, yaitu mendeskripsikan seluruh penjelasan

materi kemudian menganalisis dan mengomparasikann data-data yang

relevan dengan topik pembahasan pada empat pesoalan penelitian ini

berikut ini:

1. Membicarakan topik masalah perjanjian sakral dalam pernikahan

yang pada umumnya kedua belah pihak pengantin siap menerima

amanah Allah.

2. Menjelaskan tentang pokok metode yang akan di pergunakan

dalam aktifitas penelitianya pada empat persoalan dalam

dukunganya:

a. Setiap kesulitan penilitian yang merupakan bagian dari

perjuangan untuk mencarikan solusi penyelesaian ini tentunya

kembali dengan juklak pedoman penulisan proposal tesis.

b. Mengarahkan pemikiran pembahasan dengan jernih dan tertib

mulai dari obyek yang paling sederhana kemudian mengangkat

sedikit pada tahapan yang paling komplek

c. Membuat penomeran dengan terurut untuk permasalahan

lengkap dengan datanya agar tidak ada yang ketinggalan.

3. Menyebutkan beberapa poko masalah dalam setiap penelitian yang

akan menjadi landasan dalam penerapan metode penelitian :

a. Mengikuti aturan atau UU yang berlaku dalam penulisan dan

penelitian yang benar.

b. Bertindak tegas untuk meyakinkan serta meninggalkan

keraguan dalam penelitianya.

16

c. Berusaha mengubah dan memperbaiki penyusunan penulisan

sesuai dengan pedomanya.

4. Menegaskan prihal persoalan masalah jika ada dua pandangan

pemikiran untuk menetukan kebenaran dalam penelitian.14

Adapun kedua pandangan menggunakan metode analisis

komperatif adalah penelitian yang selalu berusaha untuk

menemukan persamaan dan perbedaan tentang ide atau pandangan

dan pemikiran para ahli dibidangnya.

G. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh tentang apa yang di

uraikan dalam penulisan tesis ini maka agar pembahasanya lebih terarah dan

seluruh penyajian penulisan tesis ini akan memuat lima bab seperti gambaran

sebagai berikut:

Bab ke I. berupa pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub pada bab ini

penulis me nguraikan bagian dari pendahuluan, Latar belakang masalah,

Permasalahan, Tujuan penelitian, Kegunaan penelitian, Kajian pustaka, dan

tehnik sistematika penelitian.

Bab ke II. Terdiri dari beberapa sub dan pada bab ini penulis menjelaskan

pengertian dari pemikiran dalam pandangan para ahli tafsir tantang

perjanjian kuat (mitsaqon gholidho) yang turun kepada Nabi Musa ,

mitsaqon gholidho juga diturunkan kapada Nabi Isa dan mitsaqon gholidho

terahir diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.

Bab ke III. Dalam bab ini penulis menerangkan tentang biografi para

pengarang tafsir yang menjadi rujukan penulisan tesis ini yaitu biografi dan

profil Imam At Thobari dan biografi ,profil Musthofa Al Maroghi untuk

14

Jarudin (tesis): Pernikahan Muslim Dengan Non Muslim Dalam Prespektif Al

Qur‟an, di IIQ Jakarta, th 2017, hal 29.

17

mencoba menganalisis dua pengarang kitab tafsir At thobari dan tafsir Al

maroghi agar mengambil rujukan ini berdasar sumber aslinya dapat

dipercaya akan kebenaranya sebagai dasar keilmuan di kalangan akademis.

Bab ke IV. Menerangkan adanya perbandingan para ahli tafsir dalam

memberikan pandangan pemahaman tentang pernikahan yang terangkum

dalam kalimat mitsaqon gholidho terutama dua pandangan Imam At Thobari

dan Al Maroghi yang tentunya ada persamaan pandangan atau adanya fikih

ayat-ayat munakahat yang tentu ada perbedaan sesuai dengan data-data

pemikiran yang penulis dapat kesimpulkan dan harapan para ahli tafsir yang

lain dapat memberikan yang sama agar penulis memberikan gambaran dari

hasil analisis ini.

Bab ke V. Bab terahir ini memberikan gambaran penulis tantang kesimpulan

pandangan para ahli tafsir dan pandangan para pemikir islam yang telah ikut

menyumbang pemikiran penulis dan harapan ini menjadi sumber pegangan

wawasan keilmuan bagi umat islam.

231

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Imam Ath-Thabari dan Musthafa Al-Maraghi memaknai mitsaqan

ghalidza dengan ikatan dan sumpah janji setia, atau perjanjian yang

kokoh. Ada tiga konteks di dalam Al-Qur‟an tentang mitsaqan ghalidza

dengan makna perjanjian yang kokoh. Pertama perjanjian yang

dikenakan pada kisah nabi yang tergabung ke dalam Ulul azmi untuk

melaksnakan dakwah kepada manusia. Kedua, perjanjian kaum yahudi

untuk tidak melanggar larangan Allah tentang hari Sabat. Ketiga

perjanjian yang kokoh dalam konteks pernikahan. Baik Ath-Thabari dan

Al-Maraghi keduanya bersepakat bahwa pernikahan itu merupakan

mitsaqan ghalidza yang bersifat suci dan agung, tidak dapat

dipermainkan. Sumpah janji setia yang diucapkan hakikatnya adalah di

hadapan Allah bukan di hadapan manusia. Sehingga saat manusia

membatalkan pernikahannya sendiri, maka dia akan berhadapan

langsung dengan Allah akibatnya kelak.

2. Konsep mitsaqan ghalidza dalam penafsiran Al-Qur‟an ini mencakup

beberapa hal. Pertama, mitsaqan ghalidza sebagai konsep pernikahan

mengatur halal dan haramnya perempuan yang dinikahi berdasarkan

garis keturunan, karena telah ada hubungan perkawinan dan lainy

sebagainya. Kedua, mitsaqan ghalidza sebagai konsep pernikahan juga

merupakan perjanjian mengatur tentang hak dan kewajiban suami isteri

terutama tentang nafkah dan mahar terhadap isteri. Ketiga, mitsaqan

232

ghalidza sebagai konsep pernikahan juga mengatur tentang bagaimana

kepastian hukum perempuan yang dinikahkan secara sirri.

B. Saran

1. Saran untuk pembaca umum, hendaknya tetap menganggap pernikahan itu

sebagai sebuah lembaga suci yang sakral. Sehingga pernikahan dapat

dipertahankan sampai kedua pasangan tutup usia. Pernyataan ini tentu

untuk meminimalisir angka perceraian yang sampai saat ini semakin

meningkat.

2. Kepada pemerintah yang berwenang, tetap dilanjutkan sosialisasi dan

penyuluhan tentang perkawinan, terutama untuk keluarga-keluarga muda,

dan siapa saja yang hendak melangsungkan perkawinan.

Akhirnya, karya ini tentu memiliki banyak kekurangan, dan bahasan yang

dilakukan juga kurang mendetail. Oleh karena itu penulis berharap pembaca

dapat memberikan saran dan masukan untuk perbaikan tulisan ini.

233

DAFTAR PUSTAKA

Fridl, Miftah, Keluarga Bahagia, Peraturan Nikah Dan Pembinaan

Keluarga, Penerbit Pustaka Bnadung 1986, Cet Ke 5, Hal 4.

Quraish Shihab, Muhammad, Lentera Hati, Kisah Dan Hikmah Kehidupan,

Penerbit Al Mizan Th 1994, Cet Ke 1, Hal 253.

Sayyid Sabiq, Fiqih Sunah, Jilid 2, Penerbit Daarul Fikri, Bairut, Th 2008,

Hal 453.

Departemen Pendidikan, Nasional, Panduan Menejemen Sekolah, No:103

Th 1981, Hal 117.

Dirjen Bimas Islam Kemenag Ri, Pondasi. Keluarga Sakinah

Mustofa Al Maraghi, Ahmad : Tafsir Al Maraghi, Darul Ihya Tursti Al

Arabi, Bairut.

Muhammad Yusuf, Ahmad, Ensiklopedi Tematis Ayat Al Qur'an Dan

Hadits, Widya Cahaya.

Adelin, Jeanita: Setatus Hukum Perjanjian Berdasar Kitab Uu Hukum

Perdata Dan Uu Perkawinan , Th 2013.

Sinta , Pembenaran Tioritis Perjanjian Perkawinan Campuran.

Republika, Buletin Islami, Judul Mitsaqan Ghalidza Dan Ikatan Suci

Pernikahan, 25 April 2019.

Arrahman, Artikel Denagn Judul, Selintas Pikiran Mitsaqan Ghalidza Dalam

Pernikahan, Terbit 21 Agustus 2016.

Tri Ananu Handayani, Artikel Dengan Judul, Apa Itu Mitsaqan Ghalidza, 9

September 2018.

Suharsini Arikunto, Prosodur Penelitian:Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta

Rineka Cipta,2013) Cet 15, Hal15.

234

Sugiono,Prof.Dr, Metode Penelitian Kwantitatif, Cet 2012, Hal 13.

Jarudin, [Pernikahan Muslim Dengan Non Muslim Dalam Prespektif Dalam

Al Qur‟an, Tesis Iiq Jakarta Th 2017, Hal 29.

Departemen Agamari, Intruksi Presiden No.1 Th 1991:Kompilasi Hukum

Islam (Khi), Di Indonesia Th 1998-1999.

Kementrian Agama : Al Qur‟an Dan Tafsiranya, Juz 1-3, Jilid 1, Cet 2015,

Penerbit Widya Cahaya Jakarta, Hal.317.

Kementrian Agama : Al Qur‟an Dan Tafsirnya, Juz 4-6, Jilid 2, Cet 2015,

Penerbit Widya Cahaya Jakarta, Hal 138-140

Kementrian Agama : Al Qur‟an Dan Tafsirnya, Juz 7-9, Jilid 3, Cet 2015,

Penerbit Widya Cahaya Jakarta, Hal 2.

Kementrian Agama : Alqur‟an Dan Tafsirnya, Juz 16-18 Jilid 6, Cet 2015,

Penerbit Widiya Cahaya Jakarta, Hal 602.

Kementrian Agama : Al Qur‟an Dan Tafsirnya, Juz 19-21, Jilid 7, Cet 2015,

Penerbit Widiya Cahaya Jakarta, Hal 654.

Kementrian Agama : Al Qur‟an Dan Tafsirnya, Juz 22-24, Jilid 8, Cet

2015, Penerbit Widiya Cahaya Jakarta, Hal 600.

Kementrian Agama : Al Qur‟an Dan Tafsirnya, Juz 25-27, Jilid 9, Cet 2015,

Penerbit Widiya Cahaya Jakarta, Hal 35.

Fuad Abdul Baqi, Muhammad, Al Mu‟jamul Fahrs Li Alfadzil Qur‟anil

Karim, Penerbit Darul Fikri, Bairut Lubnan Th 1987.

Warson Munawir, Ahmad, Qamus Munawir, Penerbit Yoyakarta 1985

Yusuf, M8hammad, Asbababun Nuzul, Penerbit Widya Cahaya Jakarta, Cet1

Th 2014

Saleh, Qomarudin :Asbabun Nuzul, Latar Belakang Historis Turunya Ayat ,

Penerbit Cv.Diponegoro B Andung Th1989.

235

Ali Chasan Umar, Muhammad: Terjemah Bahjatul Wasail ( Syaih M.

Nawawi Al Bantany), Penerbit Al Ridha Semarang, Cet 1, Th 1994,

Hal 25.

Muhammad Bin Jarir Ath Thabari, Abu Ja‟far (Asli Bhs.Arab) : Tafsir At

Thabari, Jmi‟ul Bayan Juz7, Penerbit Afha Limayatu Wa Tsaqafiah,

Hal 654.

Muhammad Bin Jarir At Thabari, Abu Ja‟far (Terjemah) : Tafsir At Thabari,

Penerbit Pustaka Azzam, Cet 2 April 2015, Jilid 2, Hal 191-196.

Muhammad Bin Jarir At Thabarai, Abu Ja‟far (Terjemah) : Tafsir At

Thabari, Penerbit Pustaka Azzam, Cet 2 April 2015, Jilid 3, Hal 658-

659.

Muhammad Bin Jarir At Thabari, Abu Ja‟far (Terjemah) : Tafsir At Thabari,

Penerbit Pusataka Azzam, Cet 2 April 2015, Jilid 4, Hal

84,94,98,111,113,117,120.

Muhammad Bin Jarir At Thabarai, Abu Ja‟far (Terjemah) : Tafsir At

Thabari, Penerbit Pustaka Azzam, Cet 2 April 2015, Jilid 5, Hal 437-

442 Dan 555-569.

Muhammad Bin Jarir At Thabari , Abu Ja‟far (Terjemah) : Tafsir At Thabari,

Penerbit Pustaka Azzam, Cet 2 April 2015, Jilid 6, Hal 657 Dan 676-

682.

Muhammad Bin Jarir At Thabari, Abu Ja‟far (Terjemah) : Tafsir At Thabari,

Penerbit Pustaka Azzam, Cet 2 April 2015, Jilid 8, Hal 80 Dan 90-95.

Muhammad Bin Jarir At Thabari, Abu Ja,Far (Terjemah) Tafsir At Thabari,

Penerbit Pustaka Azzam, Cet 2 April 2015, Jilid 9, Hal 678-680.

Muhammad Bin Jarir At Thabari, Abu Ja;Far (Terjemah) : Tafsir At Thabari,

Penerbit Pustaka Azzam, Cat 2 April 2015, Jilid 10 , Hal 262.

236

Muhammad Bin Jarir At Thabari, Abu Ja‟far (Terjemah) : Tafsir At Thabari,

Penerbit Pustaka Azzam, Cat 2 April 2015, Jilid 21, Hal 1-4.

Muhammad Bin Jarir At Thabari, Abu Jafar, (Terjemah) : Tafsir At Thabari,

Penerbit Pustaka Azzam, Cat 2 April 2015, Jilid 14, Hal 425-432.

Muhammad Bin Jarir At Thabari, Abu Ja‟far (Terjemah) : Tafsir At

Thabari, Penerbit Pustaka Azzam, Cet 2 April 2015, Jilid 16, Hal

100-101.

Muhammad Bin Ja‟rir At Thabari, Abu Ja‟far (Terjemah) : Tafsir At

Thabari, Penerbit Pustaka Azzam, Cet 2 April 2015, Jilid 17, Hal

1043-1044.

Muhammad Bin Jarir, At Thabari, Abu Ja‟far (Terjemah) : Tafsir At

Thabari, Penerbit Pustaka Azzam, Cet 2 April 2015, Jilid 22, Hal

940-941.

Deedat, Ahmed : Al Masih Dalam Al Qur‟an, Penerbit Giv (Gema Insani

Vress), Cet Ke1 Th 1995, Hal 33.

Al Azami, Muhammad Musthafa, Sejarah Tek Al Qur‟an Dai Wahyu Sampai

Kompilasi, Kajian Perbandingan Lama Dengan Perjanjian Baru, Cet

Ke 1 September 2014, Hal 262.

Nurbaiti, Amin : Artikel Dewan Pembina Syari‟ah, Yang Menerbikan

Yayasan Yuvid Network Yogyakarta 2018.

Yusuf, Ahmad Muhammad : Ensiklopedi Tematis Ayat Al Qur‟an Dan

Hadis Percetakan Nasional Ri, Penerbit Widya Cahaya, Jakarta

Cetakan Ke 4, September 2014, Jilid 7, Hal 257 Dan 259.

Badan Litbang Dan Diklat Kementrian Agama : Tfsir Al Maudu‟i, Tafsir

Qur”An Tematik, Lajnah Pentasheh Tahfid Al Qur‟an ,

Penerbit,Kamil Mustaka, Jld 2 Cet 1, Hal 21.

237

Departemen Pendidikan Nasion Al Th 2000 : Panduan Menejemen Sekolah,

Bab.Xv, Menejemen Perpustakaan Menurut Keputusan Mentri

Pendidikan Dan Kebudayaan No: 103 Th 1981, Hal 117.

Adamsyiqi, Al Hafid Imadudin Abil Pida Ismail Bin Kastir Al Quraisyi

Tafsir Al Qur‟an Adzim Ibnu Katsir, Jilid I, Percetakan, Haromaen,

Singafur Jedah.

Sugiono,: Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif Dan R & D Cet2012 Hal

31

Sabiq, Sayid : Fiqih Sunah Jilid Iii, Bairut Lubnan, Penerbit Darul Fikri

2008, Cet 11, Hal 453.

Zahili, Wahbah : Tafsir Munir Fi Aqidati Wasyariyati Walminhaj, Juz 6,

Darul Fikri,Damsyik,Hal 158, Fustaka Firdaus, Cet !, 2003.

Suma, Muhamad Amin : Jurnal Ilmu Dan Kebudayaan,: Ulumul Qur‟an,

Jakarta, Grafindo Persada,Cet Ke 2,2014

Yusuf, Ahmad Muhamad : Ensikklopdi Tematis Ayat Al Qur‟an Dan

Hadis, Widya Cahaya ,Jakarta , September, Cet Ke 4 Th 2014.

Mushtafa Al Maraghi, Ahmad : Tafsir Al Maraghi, Penerbit Darul Fikri,

Bairut Lubnan, Hal 132.

Mushtafa Al Maraghi, Ahmad : Tafsir Al Maraghi, Penerbit Darul Fikri, Jilid

3, Cet Ke 3 Th 1974, Hal 132-133.

Musthtafa Al Maraghi, Ahmad : Tafsir Al Maraghi, Penerbit Darul Ihya,

Turatsul Arabi Bairut, Jilid 2, Hal 216 Dan 219.

Mushtafa Al Maraghi, Ahmad (Terjemah) : Tafsir Al Maraghi, Penerbit Cv.

Toha Putra Semarang, Hal 38.

Mushtafa Al Maraghi, Ahmad (Terjemah) : Tafsir Al Maraghi, Penerbit Cv.

Toha Putra Semarang, Cet Ke 2 Th 1992, Hal 313-315.

238

Mushtafa Al Maraghi, Ahmad, (Terjemah) Tafsir Al Maraghi, Penerbit Cv.

Toha Putra Semarang, Cet 2 Th 1992, Hal 326-332 Dan 334.

Rasid, Sulaiman : Fiqih Islam, Penerbit At Thaohiriyah Jakarta 1980, Cet

Ke 18, Hal 356.

Dirjen Bimas Islam : Pedoman Konseling Perkawinan, Cetakan 2004, Hal

60.

Direktur Bina Kua Dan Keluarga Sakinah : Pondasi Keluarga Sakinah,

Penerbit Subdit Keluarga Sakinah Pusat, Hal 143.

Khodam Haromaen, (Not Book No: 278) : Al Qur‟an Dan Terjemahnya, Cet

Saudi Arabiaya, Hal 119.

Mukhtar Zarkasi (Ket. Umum Bp4 Pusat) Membina Keluga Bahagia,

Penerbit Pustaka Antara Pt Ikapi, Cet Ke 3 Th 1993, Hal 166-169.

Majalah Bulanan Kementrian Agama, Perkawinan Dan Keluarga,

Diterbitkan Bp4 Pusat, No Majalah 407, Cetakan Th 2006, Hal 20-

21.

Al Zurjani, : Al Ta‟rifat, Penerbit Mushtafa Al Babi Al Halabi, Cairo Th

1938,Hal 101.

Masbuk Zuhdi, Masailul Fiqhiyah, Penerbit Pt Idayu Press Dan Yayasan

Masagung Jakarta, Cet Ke 3 Th 1989, Hal 31-34.

Al Zaujiah Ibnu Qoyim, (Terjemah ) : Raudotul Muhibbiin Wa Nuzhatul

Mustaqim, (Taman Orang Jatuh Cinta Tamasya Orang Yang

Terbakar Rindu), Cet Pertama Th 2010, Penerbit Jabal Hal 343-349.

Majalah Asisten Mentri Negara Upw, Studi Gender Dalam, Yoyakarta Th

1999, Cet Ke1, Hal 93, Dan Dalam Semiloka : Kemitra Sejajaran Pria

Dan Wanita, Jkarta Oktober 1996, Hal 9-10.

Laznah Pentashihan Mushaf Al Qur‟an : Tafsir Al Maudu‟i, Penerbit Kamil

Mustaka Jilid 2, Cet Ke 5 Th 2018, Hal 2 Dan Dalm Jilid 9, Hal 23.

239

Komarudin Saleh, Asbabun Nuzul, Cv. Diponegoro Bandung,Cet Ke 11, Hal

125-126

Sihab, M.Qaurais, (Dalam Jurnal Ulumul Qur‟an) : Ibnu Jarir Guru Besar

Para Ilmu Tafsir, Vol 1 No 1th 1989, Hal 5.

Sihab, M. Qurais, Wawasan Al Qur‟an, Penerbit Al Mizan, Hal 210.

Muhamad Ma,Ani Abdul Halim, Metodologi Tafsir Kajian Konprehensif,

Metode Para Ahli Tafsir, Penerbit Raja Grapindo Persada Jakarta

2006, Hal 76.